Anda di halaman 1dari 56

Ceramah Ramadhan Ke-14: Memelihara

Kebersihan Lingkungan
Thursday, January 7th, 2016 - Ceramah Ramadhan
Advertisement
Ceramah Ramadhan Ke-14: Memelihara Kebersihan Lingkungan Sahabat Cerpi ,pada
kesempatan kali ini Ceramah Pidato akan berbagi artikel mengenai Ceramah Puasa 2016 atau
Ceramah Ramadhan 1437 H, judulnya adalah Memelihara Kebersihan Lingkungan, simaklah.
Kebersihan merupakan salah satu ajaran yang sangat penting dalam
agama Islam, baik kebersihan diri pribadi maupun kebersihan lingkungan
hidup. Di dalam salah satu hadis Nabi dikatakan: (HR. Muslim):
kebersihan itu adalah separuh dai iman.
Atau dalam riwayat lain dikatakan: (HR. Al-Dailami): kebersihan itu
bagian dari iman.
Hal ini berarti bahwa setiap orang beriman itu harus memelihara
kebersihan. Itulah sebabnya maka pembahasan dalam kitab-kitab fiqih
Islam selalu di mulai dengan Bab Thaharah artinya tentang bersuci.
Sebab shalat lima kali shari semalam yang wajib dilakukan oleh setiap
orang beriman yang telah dewasa, salah satu syaratnya adalah suci dan
bersih. Yaitu, suci badan dari hadas dan najis atau kotoran, bersih
pakaian dan tempat shalat dari najis. Bahkan, orang Islam dianjurkan
untuk sikat gigi setiap akan mendirikan shalat.
Imam Al-Gazali membagi kebersihan diri pribadi orang beriman itu atas
empat tingkatan yaitu (1) kebersihan jasmani dari segala kotoran, najis
ataupun hadas, (2) kebersihan penca indera dari pelanggaran dan dosa,
(3) kebersihan qalbu (hati) dari akhlak dan sifat tercela dan (4)
kebersihan rahasia batin atau sir dari selain Allah (Ihya Ulumuddin I h.
125)
Selain kebersihan diri pribadi, yang tidak kalah pentingnya adalah
kebersihan lingkungan di mana manusia itu hidup. Kebersihan lingkungan
ini meliputilingkungan fisik seperti air, udara, alam sekit.
ar dan lain-lain, serta lingkungan sosial. Nabi Muhammad Saw. Bersabda:
(HR. Bukhari): iman itu lebih dari 60 cabang. Yang paling utama adalah
ucapan tiada tuhan selain Allah dan paling rendah atau sederhana ialah
menghilangkan kotoran dari jalanan.
Selanjutnya, marilah kita uraikan secara singkat kebersihan lingkungan ini
Kebersihan air.Memelihara kebersihan air dan tidak mencemarinya dengan
kotoran dan zat yang berbahaya itu sangat penting karena menurut

Alquran ada dua fungsi utama dari air,yaitu (1) membersihkan, 2)


menghidupkan, sebagaimana firman Allah: QS. Al-Anfal 8:11:




Yang artinya:
(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu
penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari
langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari
kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan
mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu).
QS. Al-Anbiya 21:30:


Yang artinya:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Rasulullah saw. Melarang mengotori air dengan sabdanya: (HR.Bukhari
dan muslim): Janganlah sekali-kali kalian kencing di air yang diam yang
tidak mengalir kemudian mandi didalamnya.
Kebersihan udara dan alam sekitar. Udara yang bersih dan segar sangat
penting bagi kesehatan sebab itu pemeliharaan lingkungan hidup, tidak
membuang kotoran dan sampah sembarangan harus diperhatikan. Hadis
Nabi mengatakan. (HR. Bkhari dan Abu Daud): Takutlah akan dua hal
yang mendatangkan laknat. Mereka para sahabat bertanya: Apakah 2 hal
yang mendatangkan laknat itu wahai Rasulullah?. Nabi menjawab: ialah
orang yang buang hajat ditempat manusia berteduh.
Juga hadis lainnya: Sesungguhnya Allah itu baik menyukai kebaikan, Allah
itu bersih menyukai Kebersihan. Allah itu pemurah menyukai kemurahan,
Allah itu dermawan menyukai kedermawanan. Maka bersihkanlah
halaman pekaranganmu.(HR.al-Tirmidzi)
Kebersihan lingkungan sosial. Lingkugan sosial mempunyai pengaruh
terhadap sikap mental dari perilaku seseorang. Oleh karena itu,
masyarakat haruslah diatur dengan tatanan yang baik, tertib,
sopan,saling menghargai dan tolong menolong sesama, mematuhi hukum
dan poeraturan dan terutama mengikuti ajaran agama.
Sebaliknya, lingkungan sosial seharusnya bersih dari kemaksiat-an seperti
pelacuran, miras, narkobat,judi, tawuran dan lain-lain.

Nabi saw. Bersabda: Barabgsiapa melihat kemungkaran maka hendaklah


ia mengubahnya dengan tangannya. Bila tak sanggup maka dengan hati.
Danitulah selemah-lemahnya iman. (HR.Muslim)
Demikianlah sebagian dari ajaran kebersihan dalam Islam. Mudahmudahan kita semua dapat membudayakan hidup bersih dan selalu
menjaga kebersihan lingkungan kita, agar dicintai oleh Allah. (QS. AlBaqarah 2: 222:




Yang artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: Haidh itu adalah
suatu kotoran. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum
mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.
Marilah kita selalu menjaga kebersihan diri dari pribadi kita, rumah kita,
pekarangan, saluran air, jalan-jalan, kampung, dan kota kita.[cp]
Tags:
ceramah tentang kebersihan, kultum singkat tentang kebersihan, kultum singkat tentang
kebersihan sebagian dari iman, teks ceramah agama islam tentang kebersihan, KULTUM
TENTANG KEBERSIHAN, ceramah tentang kebersihan sebagian dari iman, pidato singkat
tentang kebersihan sebagian dari iman, contoh khutbah singkat tentang kebersihan, ceramah
tentang kebersihan lingkungan, dakwah tentang kebersihan

Ceramah Ramadhan Ke-18: Al-Quran dan


Pencerahan Hati Nurani
Ceramah Ramadhan Ke-18: Al-Quran dan Pencerahan Hati Nurani Sahabat Cerpi,
Pada kesempatan kali ini Ceramah Pidato akan share artikel mengenai ceramah atau kultum
Puasa 2016 atau Ceramah Ramadhan 1437 H, judulnya adalah Al-Quran dan Pencerahan
Hati Nurani, simaklah.
Alquran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. Melalui melainkan Jibril sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi
umat manusia. Alquran pada dasarnya adalah kitab petunjuk, diturunkan
sebagai petunjuk dan pembimbing bagi umat manusia dalam kehidupan
mereka di muka bumi. Fazlur Rahman mengatakan bahwa, sebagai kitab
petunjuk, alquran itu bersifat antropologis dalam arti sangat dekat
dengan manusia. Alquran menyebut dirinya, antara lain:
Hudan li al-nas (petunjuk bagi manusia). Allah swt. Berfirman di dalam
Q.s. al-Baqarah 2: 185:






Yang artinya:
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur.
Syifa li ma fi al-shudur (obat atau penawar penyakit yang ada dalam hati
manusia). Allah swt. Berfirman di dalam Q.s. Yunus 10:57, berbunyi:


Yang artinya:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Rahmatan li al-muminin (rahmat bagi orang-orang beriman Allah swt.


Berfirman di dalam Q.s. Bani Israil 17:82, berbunyi:

Yang artinya:
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
Sebagai muslim kita harus berusaha untuk mendapat petunjuk Allah
lewat Alquran, sehingga kita dapat hidup di bawah bimbingan dan
petunjuk-Nya. Menurut Sayyid Qutub, umtuk mendapat petunjuk dan
pencerahan hati dari alquran itu secara konsisten, al-marifahala tha riq
al-mustaqin. Usaha itu harus secara sungguh-sungguh dilakukan sebab
tanpa itu, pencerahan alquran (cahaya Ilahi) tidak dapat masuk ke dalam
hati nurani manusia.

Menurut al-Gazali, ada tiga faktor yang dapat menghambat masuknya


cahaya Ilahi ke dalam jiwa manusia.
Al-dzunub wa al-maashi (dosa-dosa dan maksiat). Dalam paham sufi,
dosa-dosa itu dipandang sebagai penghalang atau tabir yang akan
menjauhkan manusia dari Tuhan. Semakin banyak orang berbuat dosa,
maka semakin tebal dinding yang menghalangi dirinya dari Tuhan. Ketika
itu, cahaya Tuhan tidak dapat masuk ke dalam jiwanya karena terhalang
oleh kabut dosa.
Berhala-berhala kehidupan, Berhala adalah sesuatu yang dipertahankan
oleh manusia, atau mendominasi manusia sehingga lupa kepada Allah
swt. Setiap zaman, kata al-Gazali, memiliki berhala-berhalanya sendiri
yang disembah dan dipertuhankan oleh manusia selain allah. Pada masa

Nabi saw, berhala-berhala itu berupa Lata, Uzza, dan Manata. Pada
zaman sekarang, berhala-berhala itu bisa berupa tahta, harta, dan
wanita. Berhala-berhala tersebut telah membuat manusia lalai dan lupa
kepada Allah swt. Jadi berhala-berhala itu telah menjadi penghalang yang
efektif bagi masuknya cahaya Tuhan ke dalam jiwa manusia.
Yang disebabkan oleh letak dan posisi hati yang berlawan dengan sumber
cahaya, yaitu Tuhan. Karena posisi yang berlawan dan bertolak belakang
ini, maka pencerahan Tuhan tidak dapat berlangsung. Itulah hati orangorang kafir yang secara sadar dan sengaja menolak eksistensi dan
keberadaan Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang mata dan hatinya
ditutup oleh allah swt, sebagaimana firman-Nya di didalam Q.s. alBaqarah 2:6-7, berbunyi:



Yang artinya:
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan
beriman.
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan
mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
Untuk menghilangkan faktor-faktor masuknya pencerahan Tuhan tersebut
dan agar manusia dapat menerima pencerahan Tuhan, maka manusia
harus melakukan pula tiga hal, yaitu:
Taubat, dosa-dosa yang selama ini menjadi penghalang dapat kebersihan
sehingga diharapkan pencerahan dapat berlangsung.
Memperkuat komunikasi dan hubungan denagn Allah swt. Komunikasi dan
hubungan ini dibangun dengan memperbanyak ibadah dan mengingat
kepada Allah (dzikrullah), sehingga hubungan manusia yang selama ini
renggang karena berhala-berhala kehidupan dapat menguat kembali dan
terjadi pencerahan seperti sedia kala.
Keimanan dan ketaqwaan, keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan Yang
Maha Esa, Tuhan semesta alam, sumber dari segala sesuatu dan tempat
kembali atas segala sesuatu mengantarkan kepada manusia untuk
menyadari, seperti firman Allah di dalam Q.s. al-Anam 6:162-163,
berbunyi:



Yang artinya:

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah).
Dengan demikian, pencerahan Tuhan itu dapat berlangsung mana kalah
kita sebagai muslim selalu berpegang kepada petunjuk Allah,
meninggalkan
perbuatan-perbuatan
dosa
dan
kemaksiatan
memperbanyak ibadah dn amal shaleh, serta meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan kepada-Nya. Inilah salah satiu makna firman allah swt. Di
dalam Q.s. ali Imran 3:101, berbunyi:





Yang artinya:
DemiBagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah
dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah
kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka
sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.kian,
semoga Allah swt. Memberikan pencerahan hati kepada kita semua.
Amin![cp]

Ceramah Ramadhan Hari Ke-7: Tanggung


Jawab Orang Tua Mengembangkan Fitrah
Anak
Thursday, January 7th, 2016 - Ceramah Ramadhan
Advertisement
Ceramah Ramadhan Hari Ke-7: Tanggung Jawab Orang Tua Mengembangkan Fitrah
Anak Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini Ceramah Pidato akan berbagi artikel
mengenai Pidato atau Ceramah Ramadhan 2016 atau 1437 H. Yup Ceramah ini berjudul:
Tanggung Jawab Orang Tua Mengembangkan Fitrah Anak, simaklah selengkapnya.
Allah SWT mengingatkan kepada pribadi muslim agar menjaga dan
memelihara diri dari keluarganya dari sentuhan api neraka, sebagai mana
firmannya dalam QS Al-Tahrim 66:6:




Yang Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka.

Tanggung jawab yang pertama dan utama yang harus dipenuhi oleh
sorang orang tua dan bahkan setiap orang dewasa yang normal adalah
terhadap dirinya sendiri. Tanggung jawab yang dimaksudkan adalah
bagaimana agar dirinya sendiri benar-benar terbina menjadi pribadi yang
bertakwa, yakni patuh melaksanakan ajaran islam secara konsikuen,
sehingga ia mampu menjadi panutan bagi keluarganya. Namun, tidak
cukup hanya membina diri dari pribadinya sendiri, justru kewajiban yang
tak kalah pentingnya adalah bagaimana agar kemantapan pribadinya
sebagai seorang muslim yang muttaqim dapat diwariskan kepada
keturunannya. Tanggung jawab yang paling utama adalah tanggung
jawab Iman.

Pendidikan Islam harus ditanamkan oleh orang tua sejak dini, mengingat
bahwa anak telah memiliki potensi dasar atau fitrah, yakni potensi
imaniyah islamiyah (fitrah) yang dibawah anak sejak lahir. Potensi
tersebut harus diberikan sentuhan-sentuhan yang dapat menumbuh
suburkan agar anak dapat bertumbuh sesuai fitrahnya itu.
Rasulullah SAW bersabda sebagaimana hadisnya yang diriwayatkan alHakim dari Ibn Abbas r.a: Bukalah lembaran awal terhadap anak anak
kamu dengan kalimah La Ilaha Illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah. (alHadis).
Hal yang dimaksudkan agar kalimah tauhid itulah yang pertama didengar
oleh indera pendengaran anak, kalimat pertama yang diucapkan oleh
lisannya dan lafal pertama yang dipahami oleh anak kelak merpuakan
salah satu anjuran Rasul SAW. Ia mengazankan anak yang baru lahir pada
telinga kanannya dan menqiyamatkan di telinga kirinya.
Tentang anjuran menyuarakan azan pada telinga kanan anak dan iqamah
pada telinga kirinya, tidak diragukan lagi bahwa upaya ini mempunyai
pengaruh terhadap penanaman dasar aqidah atau keimanan bagi anak.

Dalam upaya menanamkan iman ini, harus dilakukan oleh orang tua
dengan metode yang dilandasi rasa kasih sayang yang terimplikasi dalam
ucapan dan prilaku orang tua yang tumbuh dari sifat-sifat: iklhlas; taqwa;
berilmu; cinta kasih dan tanggung jawab.
Orang tua harus menumbuhkan sejak dini kepada anak anaknya untuk
mencintai Nabinya, anggota keluarganya serta mencintai Alquran melalui
cerita-cerita yang sesuai kondisi anak serta pembiasaan-pembiasaan
dengan metode keteladanan.
Rasulullah bersabda: Muliakan anak-anakmu dan perbaiki adab sopan
santun mereka.(H.R. Ibnu Majah dari Anas bin malik). Didalam riwayat
yang lain dikatakan yang artinya: Didiklah anak-anak kamu kepada tiga
perkara: mencintai nabi kamu, mencintai anggota keluarganya, dan
membaca atau mempelajari Alquran.(al-Hadis).
Disamping itu, anak-anak diajarkan dirah al-Rasul (Sejarah hidup dan
perjuangan
Rasullullah).
Ibnu
Khaldun
dalam
mukaddimahnya
menegaskan pentingnya mengajar dan menghafal Alquran bagi anak-anak
bahwa pengajaran Alquran itu merupakan dasar pengajaran bagi seluruh
kurikulum sekolah diberbagai negara Islam. Sebab Alquran merupakan
salah satu syiar al-din yang menguatkan aqidah dan meresapkan
keimanan.
Ibnu Sina, dalam bukunya As-Siyasah menganjurkan agar anak pertama
kali diajar Alquran sebagai persiapan fisik dan intelektual. Hala ini
dimaksudkan agar ia mampu menanamkan bahasa alinya dan jalan-jalan
menuju keimanan anak. Demikian Rasulullah SAW menunjukkan betapa
pentingnya pengajaran dasar-dasar iman kepada anak-anak sejak dini,
sekaligus menunjukkan betapa besar tanggung jawab bagi orang tua
dalam memelihara fitrah anak dengan menanmkan pendidikan aqidah
atau keimanan tersebut.
Alquran menginformasikan metode yang digunakan Luqman dalam
mengajarkan keimanan kepada puteranya sebagaimana dalam firman
Allah SWT QS Lukman 31:13:

; 1616#
Yang artinya:
Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada puteranya, diwaktu ia
memberi pelajaran kepada puteranya: Hai anakku janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah benarbenar kedzaliman yang besar.
Metode yang digunakan Lukman tersebut memberitahukan kepada kita
bahwa didalam mengajarkan atau menanamkan iman kepada anak harus
dilakukan dengan ungkapan yang penuh kasih sayang disertai penjelasan
yang konkrit dapat dipahami oleh anak-anak dengan mudah.

Demikian pula dalam mengajarkan ibadah terutama shalat. Alquran


mengingatkan sebagai firman Allah QS Thaha 20:132:



Yang Artinya:
Dan perintahkanlah kepada keluargamu
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.

mendirikan

shalat

dan

Jika sekiranya para orang tua dan pendidik dapat melaksanakan para
orang tua dan pendidik dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai seorang pribadi Muslim dalam mendidik anak-anaknya
dengan berpijak di atas landasan iman dan mengajarkan dasar-dasar
Islam. Maka selayaknya setiap orang-orang yang mempunyai tanggung
jawab dan kewajiban mengetahui batasan-batasan tanggung jawab dan
kewajiban yang dipikulkan di atas pundaknya agar dapat melahirkan anak
yang berpijak pada landasan iman yang sempurna dan diridhai Allah SWT.
Pada dasarnya, batas batas tanggung jawab utama yang menjadi
kewajiban orang tua dan pendidik yang harus ditanamkan kepada anakanaknya adalah sebagai berikut:
Membina anak untuk beriman kepada Allah, kedua menanamkan
perasaan khusyuk dan beribadah kepada Allah dan ketiga
menanmkan perasaan selalu ingat kepada Allah.
Dengan upaya yang sungguh-sungguh disertai kesabaran dan rasa kasih
sayang dan keteladanan serta pembiasaan dan latihan yang terus
menerus, dan pendiidkan iman yang benar ini, akhirnya akan membawa
hasil yang lahirnya generasi Muslim yang beriman kepada Allah dan
bangsa sebagai seorang Muslim, pemuda-pemuda seperti yang
diisyaratkan oleh Alquran seperti Firman Allah SWT, QS Al-Kahfi 18:13:



Yang Artinya:
Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk.
Keberhasilan orang tua dan pendidik didalam melaksanakan tugas-tugas
dan tanggung jawabnya dalam pendidikan iman ini, akan sangat
membantu terwujudnya masyarakat sejahtera lahir dan bathin
sebagaimana yang menjadi dambaan setiap pribadi Muslim sesuai doa
yang diajarkan Alquran sebagaimana firman Allah QS Al-Baqarah 2:201:

Yang Artinya:
Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kesejahteraan
(kebaikan) di dunia dan kebahagiaan (kebaikan) di akhirat.

Demikianlah tanggung jawab pendidikan iman yang menjadi tugas dan


tanggung jawab yang merupakan amanah dari Allah SWT kepada setiap
perilaku Muslim yang menyandang predikat sebagai orang tua dan
pendidik.[cp]

Ceramah Ramadhan Hari Ke-11:


Keutamaan Belajar Dan Mengajarkan Alquran
Ceramah Ramadhan Hari Ke-11: Keutamaan Belajar Dan Mengajarkan Al-quran
Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini Ceramah Pidato akan berbagi artikel mengenai
ceramah Puasa 2016, yang tentunya bisa jadikan anda referensi dalam berdakwah pada bulan
penuh mubaraq ini, judulnya Keutamaan belajar dan mengajarkan Alquran.
Dalam Sebuah Hadis ini menjelaskan betapa mulianya orang yang
mempelajari Dalam sebuah hadis yang disampaikan oleh Utsman bin
Affan, bahwa rasulullah saw. Bersabda yang artinya: Orang terbaik
diantara kalian adalah orang yang mempelajari Alquran dan
mengajarkannya.
Hadis ini menjelaskan betapa mulianya orang yang mempelajari Alquran,
menghapalkan kemudian menyeberluaskan pengetahuan dan hapalannya
itu kepada orang lain khususnya kepada keluarganya sehingga mereka
juga menguasai bacaan dan menghapal ayat-ayat Alquran. Tingkat
keutamaan dan keistimewaan manusia diukur dari amal baik yang
dilakukannya, dan amal yang paling utamlam bahasa arab a adalah
mempelajari dan mengajarkal Alquran.

Namun, perlu digaris bawahi bahwa menghapal dan mempelajari Alquran


hanya dapat dilakukan dibawah bimbingan seorang guru, seorang pelajar
yang menuntunnya membaca Alquran dalam bahasa Arab sesuai hukumhukum bacaannya,batasannya dan ketepatan makhrajnya.seorang pelajar
yang belajar mengaji dan menghapalkan ayat Alquran dapat mengaetahui
kesalahan dan kekeliruan bacaannya dihadapan guru, pengajar Alquran
segera akan mengoreksinya. Hal itu sesuai dengan petunjuk rasulullah
saw. Seperti dikemukakan Anas ra. Bahwasanya Rasulullah saw. Pernah
bersabda kepada Ubay bin kaab yang artinya: Sesungguhnya Allah
memerintahku agar membacakan untukmu Alquran Ubay bin Kaab
bertanya: Allah menyebutku?. Nabi Menjawab: Ya. Dia (Ubay) berkata:
Sunggu saya disebut di sisi Tuhan semesta alam. Nabi menjawab : Iya.
Maka menangislah Ubay (HR. Al-Bukhari).
Dalam kesempatan lain bahwa Rasulullah saw. Menyuruh seseorang untuk
membacakan atau memperdengar-kan kepadanya ayat Alquran, seperti

dikemukakan dalam hadis berikut: Rasulullah SAW bersabda kepada Ibn


Masud ra.: bacakanlah Alquran untukk. Lalu saya (Ibn Masud)
menyahut, Ya Rasulullah apakah saya membacakan untuk anda
sedangkan (Alquran) itu diturunkan kepada anda? Rasulullah SAW
bersabda: Saya senang mendengarkan dari orang selain saya. Maka saya
bacakan untuknya surah An Nisah, sampai ketika saya membaca ayat
fakaifa idza jina min kulli ummatin bisyahidin wa jina bika ala haulai
syahida. Ia bersabda: cukup sampai disini. Lalu saya menoleh kepadanya,
tampak kedua matanya berlinang-linang.(Muttafaq Alaih).
Hadis diatas menunjukkan betapa mulianya membacakan Alquran untuk
orang lain terlebih lagi mengajarkannya, agar mereka menghapal,
mendengar, mempelajarinya dengna baik. Secara tersirat sebenarnya
hadis ini menunjukkan sifat dan perilaku kaum muslimin yang baik yag
tidak hanya mementingkan diri sendiri tetapi melupakan kemashlahatan
orang lain. Hal ini berbeda dengan sifat orang-orang kafir yang arogan
yang tidak memberi menfaat dan tidak memberikan kesempatan kepada
orang lain untuk menerima manfaat sebagaimana firman Allah dalam
QS.An-Nahl 16:88:


Yang artinya:
Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami
tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka
selalu berbuat kerusakan.
Menurut pendapat mufassirin, perilaku jahat orang-orang kafir
menghalangi dari jalan Allah termasuk mencegah manusia untuk
mempelajari dan mengikuti Alquran, sementara mereka juga jauh
membelakangi Alquran. Maka d ua perilaku yang mereka lakukan yaitu
mendustakan dan menghalangi mempelajari Alquran, orang seperti ini
dipandang sebagai manusia yang paling zalim, paling naiyana di sisi Allah.
Sedang orang-orang mukmin yang baik yang utama adalah mereka yang
baik dan sempurna keislaman dirinya dan berupa juga menyempurnakan
orang lain seperti yang dikemukakan hadis diawal tulisan ini.
Sebagaimana juga dinyatakan Allah dalam Alquran QS Fushshilat 41:33:


Yang Artinya:
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh,
dan berkata:
Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?
Menyeru atau berdakwah untuk mengikuti ajakan Allah meliputi berbagai
macam cara seperti azan menyeru orang melaksanakan shalat,
mengajarkan Alquran, hadis, fiqih dan semua ajaran yang mencari

keridhaan Allah, dan dia sendiri suka melakukan amal shaleh dan
mengucapkan kata-kata baik, maka tidak ada orang yang terbaik
keadaannya dibanding orang ini. Satu contoh dari orang yang ingin
mencapai martabat ini adalah ulama besar Abu Abdurrahman Abdullah bin
Habib al-Salmi al-Kufi yang tekun mengajarkan Alquran selama 70 tahun
sejak masa pemerintahan Utsman bin Affan sampai masa al-Hajj.
Keikhlasan dan kesungguhan seorang mukmin dalam mempelajari
kemudian mengajarkan Alquran dan mengamalkan dalam kehidupannya
pasti mengangkat kedudukan orang itu disisi Allah sperti yang
disampaikan Rasulullah SAW yang artinya: Sesungguhnya Allah
mengangkat derajat sekelompok kaum karena Alquran dan merendahkan
segolongan lainnya.(HR. Muslim).
Kesimpulan
Mempelajari Quran adalah kewajiban setiap muslim untuk mengentahui
ajaran agama dengan benar. Setiap muslim yang mahir membaca Alquran
hendaknya mengajarkan ilmunya itu kepada orang lain khususnya anakanaknya dan keluarganya. Mempelajari dan mengajarkan Alquran adalah
amal utama yang mengangkat derajat mukmin disisi Allah.
Seorang Muslim adalah orang yang selalu berupaya mencapai
kesempurnaan melalui pengkajian ajaran agamanya melalui Alquran dan
hadis dan juga mengajarkannya atau memberi manfaat kepada orang
lain.[cp]
Tags:

Ceramah Ramadhan Hari Ke-21:


Kewajiban Berpuasa
Ceramah Ramadhan Hari Ke-21: Kewajiban Berpuasa Sahabat Cerpi pada kesempatan
kali ini Ceramah Pidato akan berbagi artikel mengenai Ceramah Puasa 2016 atau Ceramah
Ramadhan 1437 H, judulnya adalah Keutumaan Ibadah Haji, simaklah.
PUASA
Puasa adalah menahan lapar mulai dari terbitnya fajar di sebelah timur
sampai terbenamnya matahari disebalah barat. Yang mana ketika kita
berpuasa, kita dilatih untuk menahan nafsu, menahan lapar dan menahan
haus.
Puasa merupakan salah satu yang termasuk dalam rukun islam, yaitu
rukun islam yang ke 4. Pastinya kita semua sudah pada mengetahui
rukun rukun islam. Hanya sekedar mengingat kembali, Rukun islam
yang ke
1. Mengucapkan dua kalimat sahadat
2. Mengerjakan shalat

3. Membayar zakat
4. Mengerjakan puasa,
5. Naik haji bagi yang mampu.
Rukun islam merupakan kewajiban bagi seluruh umat islam dipenjuru
dunia. Kewajiban berarti segala sesuatu yang harus atau mesti dikerjakan
atau dilaksanakan. Maka dari itu kita sebagai umat muslim wajib
berpuasa. Berdasarkan keterangan yang sangat jelas dari Al-Quran dan
Sunnah. Bahkan, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
menerangkan salah satu dari rukun Islam yang 5. Hal ini menunjukkan
bahwa kedudukannya yang mulia dan agung dalam Islam. Karenanya
semua orang muslim wajib memperhatikan dan menjaganya dengan
seksama agar sempurna bangunan di dalam dirinya.
Apabila ada seorang yang mengaku muslim namun meninggalkan puasa
karena ia mengingkarinya, maka dia termasuk orang orang yang kufur.
Sedangkan bagiorang orang yang tidak mengerjakan puasa karena
malas atau lalai tetap meyakini bahwa hukumnya wajib, maka ia telah
melakukan dosa yang besar dan kebinasaan karena tidak melaksanakan
salah satu rukun Islam dan kewajiban yang penting.
Adapun konsekuensi berdasarkan hukum fiqihnya, para ulama ulama
memiliki pendapat yang berbeda beda. Sebagiannya berpendapat,
bahwa bagi orang yang telah berbuka tidak berpuasa satu hari saja dari
bulan Ramadhan maka wajib mengqadla puasanya sebanyak 12 hari. Ada
juga yang pendapat bahwa mereka wajib berpuasa qadla selama satu
bulan. Pendapat lainnya, mengatakan bahwa seseorang itu harus
berpuasa selama 3000 hari dan ini merupakan pendapat al-Nakhai, Waqi
bin al-Jarrah,. Namun ada dua pendapat yang paling masyhur dalam
masalah ini dan memiliki landasan argumen yang kuat, yaitu: wajib
mengqadla tanpa kafarah dan cukup bertaubat tanpa harus qadla.
Pendapat Pertama: Wajib qadla saja
Pendapat ini merupakan pendapat yang sangat umum di kalangan para
ulama, yaitu wajib mengqadla bagi orang yang sengaja berbuka (tidak
berpuasa) pada bulan Ramadlan, yaitu dengan berpuasa sesuai jumlah
hari yang dia rusak.
Pendapat Kedua: Tidak wajib mengqadla, dan hanya bertaubat dengan
sebenar benarnya bersungguh sungguh
Menurut pendapat kedua ini, tidak cukup dengan qadla walaupun dia
berpuasa setahun penuh. Sebabnya, karena dia sengaja merusak
puasanya tanpa udzur syari. Maka tidak mencukupi hari untuk
menggantikan hari yang dia rusak tersebut, karena qadla disyariatkan
bagi orang yang memiliki udzur (berhalangan).

Allah Taala berfirman yang maknanya :


Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada harihari yang lain. (QS. Al-Baqarah: 184)
Maka barang siapa yang merusak puasa di bulan ramadhan tanpa ada
udzur syari lalu mengganti puasanya itu di hari hari yang lain, berarti
telah membuat aturan baru dalam agama Allah yang tidak diizinkan olehNya.
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam juga bersabda yang
maknanya Siapa yang mengada-adakan hal baru dalam urusan kami ini
(Islam) yang bukan berasal darinya, maka akan tertolak. (HR. Bukhari
dari Aisyah radliyallahu anha)
Adapun firman Allah swt tentang puasa yang maknanya :
Hai orang orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa
(Q.S. Al-Baqarah : 183)
Dari arti firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Baqarah : 183, telah jelas
bahwa puasa itu telah diwajibkan dan diperintahkan kepada orang
orang sebelum kita. Yang bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan
terhadap Allah SWT.
Pasti kita bertanya Tanya, apa sebenarnya hikmah dari Puasa?
Berikut beberapa hikmah dari puasa
1. Puasa dapat menyempitkan aliran darah dan juga makanan. Aliran
yang sama yang digunakan oleh syaitan. Sehingga bisikan syaitan akan
menjadi lemah.
2. Puasa dapat melemahkan nafsu, hasrat berbuat maksiat dan keinginan
berbuat jahat. Ini mengakibatkan roh menjadi suci.
3. Puasa juga merupakan penyucian hati, pendidikan jiwa, pengendalian
pandangan mata dan juga menjaga seluruh anggota tubuh dari pada
perbutan dosa.
4. Puasa dapat menyehatkan tubuh, kerana puasa mengosongkan perut
dari berbagai bahan yang merusakkan. Puasa juga berfungsi
membersihkan darah, menormalkan fungsi jantung, hati dan ginjal.
5. Apabila seseorang itu berpuasa, dirinya akan merasa kerdil di hadapan
Allah SWT, hatinya akan mudah tersentuh dan rasa tamak akan menipis.
Nafsunya terkawal sehingga doanya dikabulkan kerana dia dekat dengan
Allah SWT.
Mungkin diantara kita masih ada yang bingung, sebenarnya apa apa
saja yang dapat membatalkan ataupun yang dapat mengurangi pahala
puasa, berikut akan saya sebutkan kembali tentang hal hal yang dapat
membatalkan ataupun yangdapat mengurangi pahala puasa :
Makan dan juga Minum yang dilakukan dengan sengaja
Merokok

Melakukan hubungan badan antara suami dan juga istri pada siang hari,
Jima (berssenggema)
Keluarnya darah haid atau nifas bagi seorang perempuan
Menghirup obat untuk melegakan pernafasan
Menelan sisa sisa makanan yang masih ada menempel di antara gigigigi meskipun hanya sedikit
Transfusi darah bagi orang yang berpuasa
Ghibah ( membicarakan aib kejelekan orang lain)
Namimah ( mengadu domba )
Mendoakan hal hal yang jelek terhadap orang lain dan juga mencacimaki
Melakukan maksiat
Berbohong
Timbul syahwat kyang disebabkan memikirkan atau melihat hal-hal
yang jorok ( mesum )
Saudara saudari yang muliakan oleh Allah SWT. kita telah mengetahui apa
saja hukum bagi orang orang yang tidak berpuasa dengan sengaja,
yaitu mendapatkan dosa yang besar. Naudzubilahimindzalik. Oleh sebab
itu, untuk kedepannya semoga puasa kita akan lebih baik lagi,. Dan
semoga kita menjadi umat muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT,
amin yarobal alamin.[cp]
Tags:

Ceramah Ramadhan Hari Ke-29: Tuntunan


Zakat Fitri
Ceramah Ramadhan Hari Ke-29: Tuntunan Zakat Fitri Sahabat Cerpi, pada
kesempatan kali ini Ceramah Pidato akan berbagi artikel mengenai Ceramah Puasa 2016 atau
Ceramah Ramadhan 1437 H, judulnya adalah Tuntunan Zakat Fitri, simaklah.
Perhatikanlah bahkan namanya adalah semua hadis yang menjadi sumber
bagi zakat ini menggunakan kata. Mengubah kata menjadi berakibat
berubahnya makna dan hakekat fithri itu. Maknanya makanan, sedang
makananya bentuk asli manusia jadi maknanya zakat makanan, sedang
maknanya zakat orang, perhatikanlah akibat dari perubahan nama itu. Di
bawah ini dicantumkan sebuah hadis yang secara jelas, menyebut nama
zakat sebagai:dari Ibnu Umar ra. Berkata: Rasulullah saw. Mewajibkan
zakat al-Fithri, 1sha kurma, atau 1 sha gandum, bagi budak dan
merdeka, lelaki dan perempuan, kecil dan besar yang Islam. Dan beliau
(nabi) perintahkanlah supaya dilaksanakan sebelum keluar orang-orang
(dari rumahnya) ke (mushalla untuk) shalat Id (Muttafaq Alaih).

Zakat fithri diwajibkan oleh Rasulullah saw. bukan Allah swt. Yang
mensyariatkanny. Karena itu maka sumber hukum bagi zakat fitri adalah
hadis tidak ada dalam Alquran.
Zakat Al-Fithri
Zakat al-Fithri disyariatkan pada tahun kedua hijriyah yaitu pada tahun
disyariatkannya puasa Ramadhan.Hukumnya, wajib atas segenap
anggota keluarga yang beragama Islam, termasuk pembantunya, masingmasing satu sha. (lihat hadis di atas).Yang Mustahiq, atau yang berhak
menerima, hanya orang-orang miskin saja yang diantarkan langsung oleh
Muzakki yang mengeluarkan zakat.
Tujuan zakat al-Fithri:
untuk mensucikan orang-orang berpuasa daripada kesia-siaan dan katakata kotor.Untuk makan orang-orang miskin
Ada perintah Rasulullah saw:Cukupkanlah mereka (orang-orang miskin)
jangan berkeliling (mencari makanan) pada hari ini (Id al-Fithri).
Yang di zakatkan kurmaatau gandum atau kismis, atau akit, ataupun
makanan lain seperti beras, jagung, sagu dsb.Ukurannya sebanyak 1 sha
setiap orang. 1 sha =4 mud.1 mud =4 x sepenuh dua belah
tangan.Waktunya, di lakukan pada waktu malam Idul Fithri, mulai
terbenam matahari, sampai pagi sebelum orang-orang keluar dari
rumahnya menuju (mushallla/ lapangan di luar kota) untuk shalat al-Id.
Rasulullah saw.:Dan Rasulullah saw. memerintahkan agar zakat Fothri
dilaksanakan sebelum keluar orang-orang (dari rumahnya) ke
(kushhallah) untuk shalat Id.
Di bawah ini saya kutipkan sebuah contoh yang dibuat oleh Dr. S. Majidi
tentang pelaksanaa zakat fithri dalam sebuah buku yang berjudul Zakat
al-Fithri yang disaling oleh Dr. H. Subari Damopolii.
Contoh:
Seorang kepala rumah tangga kaya maupun miskin
beranggotakan keluarga: seorang isteri, seorang anak laki-laki dan
perempuan, sudah besar atau bayi dan seorang pelayan, yang jumlah
seluruhnya 5 orang.
Zakat Fithri seorang 1 shax 5 orang = 5 sha
Pada malam Idul Fithritidak ada berasnya sama sekali, yang ada Cuma
sedikit saja hanya cukup untuk dimakan sekeluarga, esok harinya lebaran
dan ada lebihnya tapi tidak sampai 1 sha, tidak wajib zakat fithri.
Tidak mampu, tidak ada kewajiban =(a). Kalau mampu, boleh beli beras
pada malam itu, di bawah ke rumah untuk zakat fithri.Ada kemampuan,
ada kewajiban =(b)Kewajiban sekedar kemaampuan (c). Ia miskin, jadi ia
mustahiq.
Jika menerima Zakat Fithri, orang:

1 sha, cukup dimakan sekeluarga. Belum cukup wajib zakat Fithri.


=(a).
2 shs, dizakatkan 1 sha bagi diriny =(c)
3 sha, dikeluarkan 2 sha baginya dan isterinya = (c)
4 sha, keluar 3 bersama anak lelakinya =(c)
5 sha, 4 dengan anak perempuannya =(c)
6 sha, 5 segenap kelusrganya = (b)
Zakat Fithri disampaikan langsung :

1 sha pertama kepada miskin terdekat.


1 sha kedua kepada yang dekat.
Sha ketiga, keempat dan kelima kepada seterusnya.
Sumber bacaan :Al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuhu : Dr. Wahhab Az-Zuhaili;
Bulugh al-Maram : al-Hafizd Ibn Hajar al-Asqalani; Zakat al-Fithri : Dr. S.
Majidi.[cp]

Ceramah Ramadhan Hari Ke-4:


Aktualisasi Nilai Nilai Shalat
Ceramah Ramadhan Hari Ke-4: Aktualisasi Nilai Nilai Shalat Sahabat Cerpi pada
kesempatan kali ini Ceramah Pidato akan share artikel mengenai teks
ceramah ramadhan 1437 H/2016 M hari ke tiga. Judulnya adalah
Aktualisasi
Nilai
Nilai
Shalat,
simaklah:
Salah satu hadiah Rasulullah SAW di dalam perjalan isra dan mirajnya
adalah shalat lima waktu. Hal tersebut diertegas oleh Rasulullah di dalam
sebuah hadis shahih yang diriwayatkan, antara lain, al-Iman Muslim yang
berbunyi:
Dari Murra, dari Abdullah beliau berkata bahwa ketika rasulullah
diisrakan oleh Allah beliau tertahan (hanya bisa sampai) di Sidratil
Muntaha maka (pada saat itu) beliau dianugerahkan 3 hal; shalat lima
waktu, ayat-ayat terakhir al-Baqarah, dan ampunan bagi orang yang tidak
mempersekutukan
Allah
dengan
sesuatu.
Di dalam Alquran ditemukan sejumlah ayat yang memerintahkan
pelaksanaan shalat . ayat ayat tersebut pada umumnya diawali dengan
kata terambil dari kata yang berarti berdiri, padahal tidak demikian. Para
ulama berbeda pendapat tentang makna asal kata tersebut. Ada yang
berpendapat ia terambil dari kata yang digambarkan tertancapnya tiang
sehingga ia tegak lurus dan mantap. Ada juga yang mengatakan bahwa ia
terambil dari kata yang melukiskan pelaksanaan sesuatu dengan giat dan
benar. Betapapun beraneka pendapat tentang asal maknanya, tetapi tidak
ditemukan seorang ulama pun yang memahaminya dalam arti berdiri atau
mendirikan. Bahkan, kitab tafsir yang paling singkat dan sederhana pun,
al-jalalin, menjelaskan kata dengan melaksanakan shalat berdasarkan
hak-haknya, yakni dengan khusyuk sesuai syarat, rukun, dan sunnahnya,
sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Hanya saja, jika kita mencoba mengkaji istilah khusyuk baik di dalam
alquran maupun dalam hadis-hadis rasullah SAW, tidak dikemukakan
penjelesan makna kata tersebut. Bahkan penjelasan khusyuk di dalam
shalat juga tidak ditemukan di dalam kitab-kitab fikih yang telah ditulis
oleh para fuqaha. Padahal, kita tentu sepakat bahwa shalat yang dinilai
dan diterima oleh Allah adalah Shalat yang khusyuk.
Khusyuk sebagai dikemukakan oleh ahli tasawwuf, tidak lain kecuali dzikir
di dalam shalat. Sebab tidak bernilai apa apa kecuali dzikir, seperti firman
Allah SWT dalam QS. Thaha 20:14:



Yang Artinya:
Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak) selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikianlah shalat untuk mengingat aku.
Ayat diatas dengan jelas menyebutkan bahwa tujuan shalat sebenarnya
hanyalah untuk mengingat atau dzikir kepada Allah SWT. Kata Dzikir dari
segi bahasa berarti menyebut atau mengingat. Atas dasar ini, para
agamawan memperkenalkan dua macam dzikir, yaitu dengan lidah / bi allisan dan dengan hati / bi al-qalb. Disamping itu, dzikir juga mempunyai
dua sisi, sisi pasif san sisi aktif. Yang pertama berfungsi mengosongkan
hati dari segala yang menggundahkannya, dan yang kedua menghiasi
jiwa dengan kehadiran Allah SWT.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa orang yang melaksanakan
shalat dengan khusyuk, yaitu dengan dzikir, interaktualisasi didalam
dirinya hati yang tenang, pikiran yang cerah, positif thingking. Dan
berlapang dada. Ingatannya kepada Allah menjadikan ia terhindar dari
dengki, kikir, riya, angkuh dan berkesinambungan. Betapa tidak,
bukankah ia hidup bersama allah, merasa kuat dengan-Nya sambil
menyerahkan diri kepada-Nya setelah melakukan segala upaya.
Inilah antara lain kandungan janji Allah dalam QS Al-Rad 13:28:



Yang Artinya:
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan Allah-Lah hati menjadi
tenteram.
Hati yang damai, tenteram dan berbagai sifat yang baik tentu akan
mencerminkan dalam kehidupan pribadi seorang mushalli yang khusyuk.
Mereka tidak akan melakukan sesuatu aktifitas yang melanggar syariat
karena hatinya selalu berdzikir kepada Allah. Sebaliknya, orang
melaksanakan shalat hanya untuk melepaskan kewajiban dan bukan

sebagai kebutuhan rohaniah, maka nilai shalatnya akan minim dan


mungkin bahwa tidak bernilai apa-apa di sisi Allah. Itulah, antara lain dari
diri Allah mengingatkan kepada kita untuk senantiasa menjaga shalat dan
jangan bersifat lalai didalam melaksanakannya. Hal tersebut dipertegas
oleh Allah di dalam QS Al-Maaun 107:1-5:







Yang Artinya:
Maka kecelakaan bagi orang-orang yang shalat, (Yaitu) orang orang yang
lalai dari shalatnya.
Menurut al-Imam al-Qurthubi di dalam tafsirnya al-Jami li Ahkam alQuran menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata sahun lalai
adalah:
Tidak ada rasa penyesalan dan rasa takut ketika ia meninggalkan
shalat;
Tidak shalat tepat waktu;
Tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya.
Ketiga kriteria yang dikemukakan diatas memang sangat memungkinkan
seseorang untuk tidak khusyuk di dalam shalat . orang yang shalat pada
akhir waktu umpamanya, akan selalu terburu-buru bagaikan orang
dikejar. Itulah sebabnya Rasul SAW menganjurkan untuk shalat pada awal
waktu karena juga akan berpengaruh terhadap penyempurnaan ruku dan
sujud seseorang.

Ada dua perintah Allah yang sering disebutkan secara bergandengan,


yaitu perintah untuk menegakkan shalat dan perintah untuk
mengeluarkan zakat. Perintah pertama lebih menekankan hubungan
kepada Allah, sedangkan yang kedua lebih menekankan hubungan
kepada sesama manusia. Akan tetapi, tidak berarti kedua perintah
tersebut hanya memiliki satu bentuk hubungan. Shalat tidak berarti jika
hasilnya hanya akan melepaskan kewajiban kepada Allah. Shalat itu
dianggap berarti jika dapat berpengaruh di dalam pergaulan kepada
sesama manusia. Ini juga dapat berarti bahwa shalat memiliki dimensi
sosial. Seseorang yang melakukan kedzaliman begitu pula mereka yang
tidak peduli kepada orang-orang yang ada disekitar mereka dapat
disebutkan bahwa nilai-nilai shalatnya belum teraktualisasi di dalam
kehidupan mereka.

Apa yang digambarkan diatas tampaknya menunjukkan bahwa dzikir di


dalam shalat yang merupakan inti kekhusyukan sangat susah untuk
dilakukan. Tetapi hal itu tidak berarti tidak bisa dilakukan. Olehnya itu,
menurut CeramahPidato.Com, untuk mendapatkan kekhusyukan di dalam
shalat, salah satu cara yang harus ditempuh adalah dengan membiasakan
diri melaksanakannya. Mungkin pada awalnya masih susah untuk
khusyuk, tetapi jika dilakukan secara berkelanjutan maka dengan
sendirinya akan muncul. Inilah mungkin salah satu rahasia mengapa
Rasullullah SAW menganjurkan kepada orang tua untuk mengajarkan
shalat kepada anak-anaknya sejak dini.
Yang jelas bahwa kita shalat harus dikerjakan sebagai washillah kepada
Allah SWT apabila washillah tersebut terputus maka hubungan kepada
Allah menjadi terputus. Apabila hal tersebut terjadi maka sangat
memungkinkan hubungan sosial kepada sesama manusia juga terputus
karena orang seperti ini tidak mendapat hidayah dari Allah SWT. Untuk
mendapatkan hidayah darinya, jalan yang paling ampuh adalah melalui
media shalat, karena didalamnya diajarkan bagaimana memaksimalkan
ingatan kepada-Nya. Dan selanjutnya orang yang banyak mengingat Allah
tentu dengan sendirinya selalu terhindar dari perbuatan yang fakhsya
dan mungkar, baik kepada Allah juga kepada sesama manusia, bahkan
kepada mahluk Allah yang lain.[cp]

Ceramah Ramadhan Hari Ke-1: Puasa


Dalam Perspektif Islam
Ceramah Ramadhan Hari Ke-1: Puasa Dalam Perspektif Islam Dalam menyambut Bulan Suci
Ramadhan 1436 H atau tahun 2015, CeramahPidato.Com akan update contoh ceramah-ceramah
Islami seputar bulan puasa, yang bisa dibawakan pada ceramah sebelum shalat Tarwih. Pada
kesempatan pertama ini, Judul ceramah puasa pada hari ke-1 ramadhan yang akan saya bagikan
adalah Puasa dalam Persfektif islam.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada kesempatan yang kesekian kalinya kita dipertemukan
lagi dengan bulan ramadhan 1436 H, marilah kita sambut bulan suci ramadhan ini dengan ucapan
Marhaban ya Ramadhan 1436 H. Sambutan ini menunjukkan bahwa bahwa tamu disambut dengan
lapang dada, penuh kegembiraan, serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa
saja yang diinginkannya; tidak menggerutu dan menganggap kehadiarannya mengganggu
ketenangan atau suasana nyaman kita.
Jamaah
Tarwih
yang
berbahagia

Untuk itu kita perlu mempersiapkan bekal dan tekad yang membaja guna mennelusuri jalan,
memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam ramadhan dengan salat dan tadarrus,
serta
siangnya
dengan
ibadah
kepada
Allah
SWT.
Al-quran menggunakan kata shiyam dalam arti puasa menurut hukum syariat. Secara bahasa, kata
shiyam yang berakar dari huruf-huruf sha-wa-ma berarti menahan dan berhenti atau tidak
bergerak. Manusia yang berupaya menahan diri dari suatu aktifitas apapun aktifitas itu dinamai

shaim (berpuasa). pengertian kebahasaan ini dipersempit maknanya oleh hukum syariat, sehingga
puasa (shiyam) hanya digunakan untuk menahan diri dari makan, minum dan upaya mengeluarkan
sperma dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
Jamaah
Tarwih
yang
dirahmati
Allah
SWT
Namun Al-Quran menginformasikan bahwa kata shiyam tidak hanya membatasi padamenahan
makan, minum dan berhubungan suami-istri, tetapi juga digunakan dalam arti manahan bicara (Qs.
Maryam 19:26). Bahkan, kaum sufi, merujuk kepada hakikat dan tujuan puasa, menambahkan bahwa
kegiatan yang harus dibatasi selama melakukan puasa mencakup pembatasan atas seluruh anggota
tubuh,
hati,
dan
pikiran
dari
melakukan
segala
macam
dosa.
Hakikat shiyam atau shaum bagi manusia adalah menahan atau mengendalikan diri, karena itupula
puasa disamakan dengan sikap sabar. Hadis Qudsi yang menyatakan antara lain bahwa: Al-Shaumu
liy wa Ana Ajziy yang aritnya Puasa untuk-Ku, dan Aku yang memberi ganjaran (HR. al-bukhari)
dipersamakan oleh banyak ulama dengan firman-Nya dalam QS. az-Zumar 39:10

Yang artinya:
Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang
yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Orang sabar yang dimaksud di sini adalah orang yang berpuasa. Ada beberapa macam puasa dalam
pengertian syariat / hukum sebagaimana di singgung diatas, yakni:

Puasa wajib sebulan ramadhan.


Puasa kafarrat, akibat pelanggaran, atau semacamnya.
Puasa Sunnat.

Jamaah
tarwih
yang
berbahagia

Uraian Al-Quran tentang puasa ramadhan, ditentukan dalam Qs. al-baqarah 2:183-185 dan 187. Ini
berarti bahwa puasa ramadhan baru diwajibkan setelah Nabi SAW hijrah ke madinah, yakni pada 10
Syaban tahun ke-2 hijriah. Berikut ayat-ayatnya:












Yang Artinya:
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang
ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika
mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang
dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa
lebih
baik
bagimu
jika
kamu
mengetahui.
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk
itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu;
mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui
bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi
maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah
untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri
mereka itu, sedang kamu beritikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu
mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka
bertakwa.
Jamaah
tarwih
yang
dirahmati
Allah
SWT
Berdasarkan Ayat-ayat diatas dapat disimpulkan beberapa point, antara lain: kewajiban puasa di
bulan Ramadhan yang diawali dengan panggilan mesra wahai orang-orang yang beriman,.
dimaksudkan agar dapat mendorong umat Islam untuk melaksanakannya dengan baik, tanpa
kesalahan. Bahkan, tujuan puasa tersebut adalah untuk kepentingan yang berpuasa sendiri, yakni
agar
kamu
bertaqwa
atau
terhindar
dari
siksa
api
neraka;
Kewajiban puasa tersebut hanya beberapa hari, itu pun hanya diwajibkan bagi yang berada
dikampung halaman tempat tinggalnya, dan dalam keadaan sehat wal afiat, sehingga barangsiapa
yang sakit atau dalam perjalanan maka dia boleh tidak berpuasa dan menggantinya pada hari yang
lain. sedang yang merasa sangat berat berpuasa, maka dia harus membayar fidyah, yaitu memberi
makan
seorang
miskin.
Sekalipun puasa adalah kewajiban bagi umat Islam, tetapi Allah menghendaki kemudahan untuk
kamu
bukan
kesulitan.
Pelaksanaan puasa dalam arti menahan makan, minum dan hubungan suami-istri dimulai sejak
terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. karena itu, makan, minum dan berhubungan suami-istri
dapat dilakukan sejak terbenam matahari sampai terbit fajar. namun puasa harus disempurnakan dan
jangan dinodai dengan perbuatan melanggar norma agama, sempurnakanlah puasa itu sampai
malam.
Jamaah
tarwih
yang
berbahagia

Secara jelas Al-quran menyatakan bahwa tujuan puasa adalah untuk mencapai ketaqwaan,
laallakum tattaqun. Menahan diri dari lapar bukanlah tujuan utama puasa. Hal ini disyaratkan di
dalam hadis Nabi, yang artinya Banyak diatara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu dari

puasanya,
kecuali
rasa
lapar
dan
dahaga.
Taqwa, secara bahasa berarti menghindar, mejauhi, menjaga diri. Kalimat perintah ittaqullah, secara
harfiah berarti hindarilah, jauhilah atau jagalah dirimu dari Allah, makna ini mustahil dapat dilakukan
oleh mahluk. Bagaimana mungkin menghindarkan diri dari Allah atau menjauhi-Nya, sedangkan Allah
bersama kamu dimanapun kamu berada. Oleh karena itu perlu disiapkan kata atau kalimat untuk
meluruskan maknanya. Misalnya, kata siksa atau yang semakna dengannya, sehingga perintah
bertaqwa mengandung arti perintah untuk menghindarkan diri dari siksa Allah.
Jamaah
tarwih
yang
berbahagia

Dengan demikian, puasa dibutuhkan oleh semua manusia, kaya ataupun miskin, pandai ataupun
bodoh, untuk kepentingan pribadi atau masayarakat, yakni pengendalian diri. hal ini mengisyaratkan
bahwa dengan berpuasa, manusia berupaya dalam tahap awal dan minimal meneladani sifat-sifat
Allah. nabi bersabda: Takhallaqu bi akhlaq Allah Teladanilah sifat-sifat Allah. Manusia mempunyai
kebutuhan beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhan faali, yaiut makan, minum, dan
hububgab
suami-istri.
ketiga
kebutuhan
itu
tidak
dibutuhkan
oleh
Allah
SWT.
Disamping itu puasa bertujuan mempertinggi rasa persaudaraan dan kepedulian sosial, ibadah puasa
mengasah
dan
mengasuh
manusia
agar
memiliki
sifat
sabar
dan
jujur.
Semoga Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan ramadhan ini nantinya dapat melahirkan
nilai-nilai ketaqwaan, nilai-nilai persaudaraan, kebaran dan kejujuran. Wa Allah Alam bi al-Shawab.
[cp]

Ceramah Ramadhan ke-24: Sifat Toleransi


Dalam Perspektif Islam
Monday, January 4th, 2016 - Ceramah Ramadhan
Advertisement
Ceramah Ramadhan ke-24: Sifat Toleransi Dalam Perspektif Islam Sahabat Cerpi pada
kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan berbagi artikel mengenai Ceramah Puasa 2016
atau Ceramah Ramadhan 1437 H, judulnya adalah Sifat Toleransi Dalam Perspektif Islam,
simaklah.
Marilah kita tingkatkan semangat dan tekad untuk melaksanakan segala perintah Allah swt.
Dan meninggalkan segala larangan-Nya. Dengan demikian, kita dapat meningkatkan
pengabdian kepada Allah swt.
Dalam tanggung jawab kita untuk mengemban amanat ibadah dan amanat khalifah di muka
bumi ini, Allah swt. Telah memberikan tuntunan agama agar dapat terwujud tata hidup dan
kehidupan yang teratur, baik dalam hubungannya dengan Allah swt, maupu hubungannya
dengan sesama manusia. Dalam hal ini, pada diri Rasulullah saw, sebagai uswatun hasanah
yang memberikan calour(warna) dalam kehidupan moder yang serba canggih sekarang ini.
Pada kesempatan ini penulis akan mengangkat topik dari salah satu ahlak Rasulullah saw.
Yaitu sifat tasamuh.
Tasamuh dalam arti bahasa adalah sama-sama berlaku baik, lemah lembut, saling memaafkan
(toleransi). Sedangkan dalam pengertian istilah, tasamuh adalah suatu sikap akhlak terpuji

dalam pergaulan di mana rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas
yang telah digariskan oleh Islam.
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara diperlukan komunikasi tasamuh. Tasamuh
dapat diimplikasikan kedalam hal:
Tasamuh terhadap sesama muslim,danTasamuh terhadap non-muslim.
Tasamuh terhadap sesama muslim diantaranya adalah saling tolong -menolong. Rasulullah
saw. Bersabda: (HQ. Bukhari dan Muslim)
Dari hadis ini memberikan perumpamaan seorang mukmin terhadap orang mukmin lainnya.
Hubungan keduanya bagaikan sebuah bangunan yang saling terkait. Maksudnya, orang
mukmin itu keadaannya saling tolong-menolong, bantu-membantu untuk kemaslahatan
pribadi dan masyarakat.
Allah swt. Berfirman di dalam Q.s. al-Maidah5: 2,berbunyi:



Yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya,
dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekalikali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya.
Bercerai-berai dan saling mengecewakan satu sama lain, maka perbuataan itu bukanlah jiwa
Islam dan tidak termasuk ajaran Islam sama sekali. Tolong-menolong adalah ruh Islam dan
merupakan kekuataan umat Islam serta merupakan sikat bagi mereka yang bertauhid.
Apabila umat Islam hidup sendiri, saling acuh tak acuh satu sama lain, saling meremehkan
arti ikatan ukhuwah Islamiyah dan masing-masing pribadi menurutkan hawa nafsunya, maka
disitulah terletak kelemahan. Gerakan musuh Islam dapat menggongcangkan kekuatan Islam,
lalu kekuataan Islam makin lemah, maka duniawi tidak dapat kita peroleh dan agama tidak
bisa kita tegakkan dan paha kelak tidak dapat kita peroleh. Akhirnya rugilah dunia dan
akhirat dan itu adalah kerugian yang jelas.
Sesungguhnya serigala itu akan memangsa kambing yang ditinggalkan jauh oleh
kelompoknya, yang menyendiri dari gerombolannya.

Sungguh Rasulullah saw, telah memberikan, gambaran persatuan umat Islam dan sikap
tolong-menolong sesama mereka dengan dijalaninya semua jari-jari tangannya dan
memasukkan sebagian jari-jari itu kepada celah-celah kepala lainnya. Tidak diragukan lagi
bahwa yang demikian itu menambahkan kuatnya masing-masing jari dan menambah
kekuatan tangan yang berlipat ganda.
Demikian juga umat Islam jika terpadu, maka akan bertambah kekuataan dan memiliki
kemenangan dan kehormatan.
Di dalam alquran surah al- Munafiqun 63: 8, Allah swt. Berfirman:


Yang artinya:
Mereka berkata: Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang
kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya. Padahal kekuatan itu hanyalah
bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu
tiada mengetahui.
Oleh karena itu, untuk memperoleh kemuliaan, maka Islam melarang menganiaya, dilarang
merendahkan orang lain dan dilarang pula menghina. Cukup seorang dianggap jelek jika dia
menghina saudaranya sesama muslim. Tetapi kita seharusnya mengembangkan sikap tolongmenolong dalam hal yang baik dengan tulus dan ikhlas.
Islam tidak hanya menekankan barlaku baik atau toleransi terhadap sesama muslim, akan
tetapi juga dianjurkan terhadap non muslim.
Kehidupan rasulullah saw. Dalam bermasyarakat senantiasa memperlihatkan sikap tasamuh,
baik ketika beliau di mekkah maupun ketika beliau berada di Madinah.
Beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajirin, kaum Anshar dan kaum Yahudi dengan
pigam Madinah. Dengan piagam Madinah tersebut dipersatukan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara dengan sikap saling menghargai dan bersatu dalam membela
negara, yang dilaksanakan dengan sikap kasih sayang. Rasulullah saw. bersabda:
Untuk tegaknya keamanan, kedamaian dalam masyarakat maka sifat toleransi antara umet
Islam dan non-Islam hendaknya ditopan oleh sifat cinta kasih sesama. Sabda Rasulullah saw.
Yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari Aisyah r.a:Sesungguhnya Allah sangat
berbelas-kasihan dan suka kasuh-sayang lemah-lembut dalam segala hal.
Jika sifat rahmat atau kasih- sayang menjadi ahlak dalam kehidupan sehari-hari, maka kita
akan dikasihsayangi oleh seluruh manusia dan akan mendapatkan kasih -sayang dari Allah
swt.
Sabda Rasulullah saw:Siapa yang tidak kasih-sayang kepada sesama manusia maka tidak
dikasihi Allah.
Jika manusia tidak memiliki kasih-sayang, maka cenderung kepada sikap kejam, dimana
kejam telah menjadi akhlak, maka tidak akan ditimpa suatu musibah dan menderita

kesempitan kare sudah tidak ada lagi tasamuh atau toleransi. Demikian juga Allah swt.
Mencabut rahmat-Nya, maka kehidupan di dunia ini tidak merasakan nikmat, hanya
penderitaan dan kesempitan. Untuk itu, marilah berkasih sayang, baik terhadap sesama
muslim maupun kepada non-muslim dalam menegakkan negara yang kita cintai ini.
Tasamuh atau toleransi tidak hanya untuk sesama umat Islam saja, tetapi dalam agama
dengan tegas Allah swt. Menegaskan kepada kita seperti yang ditegaskan dala QS.al-Baqarah
2: 39:

Yang artinya:
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.
Negar kita telah menjamin atau mengakui 5 (lima) agama di mana pemeluknya bebas
melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran Agama masing-masing. Rasulullah telah
melaksanakan tolerasi dalam mengimplementasikan ajaran agama dan tetap komitmen dalam
hal aqidah.
Seperti firman Allah swt. Dalam QS. Al-Kafirun ayat 1-6:






Yang artinya:
Katakanlah: Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan
yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.
Islam tetah mengariskan kepada umatnya untuk mncapai kebahagiaan dunia dan akhirat
diantaranya adalah dengan jalan memiliki sifat tasamuh, baik terhadap umat Islam sendiri
maupun terhadap non-Islam dan tak terlepas tolerasi dalam agama.
Sebagai kesimpulan tulisan ini adalah sebagai berikut:
Umat Islam hendaknya tetap eksis dengan memupuk sifat tolong-menolong merupakan ruh
Islam yang memperkokoh ukhuwah islamiyah. Dengan tasamuh memupuk rasa persaudaraan

untuk menciptakan hidup yang damai dan penuh kasih-sayang.Sifat tasamuh adalah suatu
perintah yang bernilai ibadah.[cp]

Ceramah Ramadhan ke-20: Membumikan


Alquran dan As-Sunnah Harapan dan
Tantangan
Ceramah Ramadhan ke-20: Membumikan Alquran dan As-Sunnah Harapan dan
Tantangan Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan berbagi
artikel mengenai Ceramah Puasa 2016 atau Ceramah Ramadhan 1437 H, judulnya adalah
Membumikan Alquran dan As-Sunnah Harapan dan Tantangan , simaklah.
Segala puji da puji hanya kepada Allah, Tuhan semesta alam. Semoga salam dan salawat dan
shalawat dilimpahkan kepada Rasul-Nya sebagai Nabi terakhir, mahluk termulia, juga
keluarga, sahabat, dan segenap pengikutnya sampai pada hari akhir.
Sebagai seorang muslim, harus memiliki tanggung jawab tidak sekedar pengakuan sebagai
muslim dengan beraksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan beraksi bahwa Muhammad
adalah Rasul Allah, tetapi setelah mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan, Muhammad
adalah Rasul-Nya dan Islam sebagai pedoman hidup, maka sejak itu kita telah memikul
tugas-tugas dan kewajiban.
Apa saja kewajiban itu? Kewajiban seorang muslim tidak hanya terbatas pada pengakuan
iman kepada Allah, malikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, serta hari
pembalasan saja.tidak pula hanya mendirika Shalat, melakukan shiyam, membayar zakat dan
menunaikan haji. Kewajiban itu tidak pula berakhir hanya dengan menjalankan ajaran-ajaran
Islam yang berhubungan dengan kelahiran, pernikahan, perceraian, kematian dan warisan
belakan.

Namun, selai itu semua tugas-tugas dan kewajiban itu, masih ada hal yang sangat penting
yaitu: harus meyakini dengan sebenar-benarnya iman, kebenaran dari apa yang telah
diperintahkan dan dilarang oleh Allah Swt. Dan Rasul-Nya, kemudian menegakkan dengan
cara mengamalkan dan memperjuankan terus-menerus tanpa henti; sebagai firman-Nya: (QS.
Al-Anam 6:153:




Yang artinya:
dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan
kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
Qs. Al-Maidah 5: 8:


Yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
QS. Ar-Rad 13: 1:


Yang artinya:
Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Quran). Dan Kitab yang diturunkan
kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi kebanyakan manusia tidak
beriman (kepadanya).
QS. Al-Maidah 5:67:





Yang artinya:
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.
Setiap muslim, tidak hanya sebagai individu, harus menegakkan Islam dalam kehidupan
pribadinya, tapi juga sebagai anggota masyarakat, harus menerapkan dan memperjuangkan
Islam dalamkehidupan sosial mereka. Dienul Islam harus dijalankan pada etiap tempat dan
waktu, apakah di lingkungnan rumah tangga, dalam masyarakat, bangsa, bernegara, dan
dalam seluruh kebijakan pemerintah.
Islam memberikan pedoman kepada umat manusia dalam bidang pemikiran dan keyakinana,
moralitas dan tingkah laku, kebudayaan dan peradaban,ilmu ekonomi dan bisnis
perdagangan. Selai itu juga diberi pedoman dalam bidang yurisprudensi dan yuridis, politik,
dan administrasi. Itulah yang dimaksud dengan syariat Islam, jadi syariat Islam atau
syariatullah adalah Alquran dan Sunah Rasull-nya. Islam bukan sekedar way life saja, tetapi
bahkan mencakup totalitas kehidupan manusia, berupa tuntunan Allah terhadap hamba-Nya
yaitu Alquran yang diaplikasikan atau dijabarkan oleh Rasul-Nya dalam Sunnahnya dan hal
ini merupakan tugas dan tantangan yang harus disampaikan kepada umat.
Perlu diketahui bahwa tugas meyakini kebenaran, mengamalkan dan memperjuangkan atau
membumikan Alquran dan As-Sunnah tetap dibebankan kepada seluruh umat dan merupakan

kewajiban bagi setiap anggotanya sebagaimana Firman Allah Swt. Berikut. QS. Al-Hujurat
49:15:




Yang artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman)
kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang
benar.
QS. Ali-Imran 3:110:




Yang artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Disamping kewajiban menyampaikan syariat Allah ini atas umat secara keseluruhan, juga
diwajibkan agar ada satu kelompok/ organisasi diantara mereka yang harus memikul tugas
ini. Allah Swt berfirman.QS. Al-Imran 3:104:

Yang artinya:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.
Untuk itu perlu diinformasikan dan ditegaskan betapa pentingnya perjuangan adanya
formalitas atas penegakan syariat Islam, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
khususnya di Sulawesi Selatan karena tanpa adanya undang-undang negara yang mengatur
tentang pengakuan atas pemberlakuan syariat Islam di negeri i ni, maka tidak mungkin kita
dapat menjalankan Alquran dan as-Sunnah secara keseluruhan (kaffah), itu hal mustahil.
Sedang Allah swt. Telah memerintahkan kita memasuki Islam secara keseluruhan
Sebagai firman-Nya: QS. Al-Baqarah 2:208:

Yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah
kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Sebagai orang muslim, maka menjadi satu keharusan untuk menerima segala ketentuan
(sistem) Agama Islam secara keseluruhan atau secara kaffah, tidak ada istilah segian yang dan
sebagian nanti dulu, tapi mutlak harus melaksanakan segala yang diperintahkan dan menjauhi
segala yang dilarang sesuai dengan tuntunan dan tuntunan Alquran dan As-Sunnah. QS. AlMaidah 5:92:



Yang artinya:
Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah.
Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah
menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.
Dan Allah swt. Telah menawarkan, bagi orang-orang yang bersedia menyambut seruan-Nya,
yaitu menegakkan hukum Allah Swt, agar dapat selamat baik di dunia maupun di akhirat
dengan firman_Nya: Qs. Ash-Shaff 61: 10,11 dan 12.



Yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkanmu dari azab yang pedih?. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke
dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat
tinggal yang baik di dalam jannah Adn. Itulah keberuntungan yang besar.
Umat Islam bangsa Indonesia sebagian masih belum yakin kepada hukum Allah yang maha
adil, maka marilah kita meyakini bahwa satu-satunya solusi untuk memecahkan kebutuhan
masalah masyarakat di bumi Indonesia ini adalah hukum Allah Swt, setelah meyakini mar,
kita amalka dan perjuangkan kemudian bertawakal kepada-Nya, pasti Allah akan menolong
dan menurunkan rahmat-Nya kepada bangsa dan negara ini sesuai firman-Nya: QS.
Muhammad 47: 7:


Yang artinya:
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

QS. Al-Araf 7: 96:





Yang artinya:
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayatayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
QS. Ath-Thalaq 65:2 dan 3:





Yang Artinya:
Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau
lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di
antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi
pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya
rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiaptiap sesuatu.
Itulah jaminan dari Allah Rabbul Alamin. Siapa yang dengan sungguh-sumgguh meyakini
jaminan dari Allah ini, bahwa jika kamu bertakwa dan bertawakkal, Allah akan memberikan
jalan keluar dari seluruh krisis yang kamu hadapi, dijamin kemana serta katentraman
hidupnya dan akan dipulihkan situasi ekonominya yang morat-marit, selain itu Allah berjanji
akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Syaratnya yakin akan
kebenaran syariatNya kemudian bertakwat kepada Allah, serta menjalankan Alquran dan asSunnah dengan sungguh-sungguh secara keseluruhan, totakitas atau secara kaffah.
Sebab keyakinan dan ketakwaan itulah yang mampu membangkitkan kesadaran di dalam
hati, sehingga siap menunaikan kewajiban demi menaati Allah dan memperoleh keridhaanNya. Ketakwaan itu pula yang mampu menciptakan sensivitas hati, kepekaan rasa, responsif
dan hati-hati untuk menjaga manusia dari duri-duri kehidupan yang penuh kesenangan,
ambisi serta harapan-harapan palsu.
Apa bila bangsa Indonesia benar-benar ingin terbebas dari segala akibat bencana yang telah
menimpa negeri ini, tidak ada cara lain kecuali bertakwa kepada Allah denagn cara
melaksanakan hukum Allah, memberlakukan syariat-Nya dalam kehidupan pribadi,
masyarkat, bangsa dan negara.
Untuk itu mari bersatu, rapatkan barisan, leruskan shaf, satukan niat, satukan visi dan misi
untuk melaksanakan syariat Islam, khusus di bumi Sulawesi selatan yang dikenal sebagai

Serambi Madinah dengan menuntut Otomoni Khusus Tentang Pemberlakuan Syariat Islam.
Mari mencari ridha Allah, janganlah terlena dengan keindahan, kegemerlapan dan
kecemerlangan dunia yang dapat menyebabkan kita kekal di dalam neraka, tapi sebaliknya
semoga dengan perjuangan ini mengantarkan cita-cita dan harapan bangsa ini ke dalam
masyarakat adil dan makmur yang diridhai oleh Allah Swt. Dan di akhirat mengantarkan kita
ke dalam surga-Nya[cp]

Ceramah Ramadhan ke-22: Ulama


Pembina Umat
Ceramah Ramadhan ke-22: Ulama Pembina Umat Sahabat Cerpi pada kesempatan kali
ini CeramahPidato.Com akan berbagi artikel mengenai Ceramah Puasa 2016 atau Ceramah
Ramadhan 1437 H, judulnya adalah Ulama Pembina Umat, simaklah.
Dalam bulan suci Ramadhan, perang ulama sebagai pembina umat, tidak dapat disangkala.
Menjelang sahur, kita mendengar dialog agama melalui RRI dan radio suasta, menjelang
shalat subuh, kita didisuguhi mutiara subuh, menjelang berbuka puasa, kita disuguhi
hidangan rihani yang singkat, menjelang shalat tarwih, kita mendengar lagi ceramah agama,
dan dipagi hari, dimedia cetak. Juga menyunguhkan siraman rihani. Pendeknya, bilan
Ramadhan yang berkah, bukan hanya melatih mental dan kesabaran, tetapi juga berperang
sebagai madrasah al-Shiyam (pesantren kilat) dan pedalaman ilmu agama, yang semuanya
disuguhi oleh seorang yang berprofesi ulama dan muballigh yang di Jawa di gelar Kiyai, di
aceh digelar Tengku dan di Sulawesi Selatan digelar Gurutta (Makassar, Bugis dan Mandar).
Namun, di balik perang yang sangat membahagiakan itu, masih terdapat diantara mereka,
yang suka menebarkan bibit perpecahan, deskruftif dan tidak menyuguhkan hidangan yang
menyejukkan, kare sifat yang arogan yang mengklaim bahwa hanya pendapatnyalah yang
benar dan yang lainnya salah. Padahal yang dikemukakannya adalah masalah hilafiyah
(furuiyah) yang semuanya benar, menurut hakikat Islam, misalnya 4 adalah 2+2, dan juga
3+1=4.
Sebab itu, uraian singkat ini, penulis akan menyuguhkan siapa yang disebut ulama, dan
bagaimana perang utamanya dalam membina umat .
Pengertian
Kata Ulama berakar dari huruf Ain, Lam,dan Mim, (Alim jamaknya Ulama), yang
berarti: orang yang mempunyai ilmu yang dalam. Dalam alquran, hanya ditemukan dua ayat
yang secara eksplisit menyebut Ulama. QS.Al-Fathir 35: 28:



Yang Artinya:
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang
ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut
kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.

Di dalam QS. Asy-Syuara 26: 197:



Yang artinya:
Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil
mengetahuinya?
Dari kedua ayat tersebut dipahami, bahwa Ulama itu ialah orang-orang yang mempunyai
pengetahuan yang dalam, tentang ayat-ayat Allah, baik bersifat kauniyah dan atau Quraniyah
( Pengetahuan umum dan agama).
Jadi, menurut Alquran, semua itu mempunyai ilmu kauniyah (umum), seperti dokter, Insinyur
dan Sarjana Ekonomi, disebut Ulama. Demikian jiga ilmu Quraniyah (Agama) seperti ahli
Tafsir, hadis, fiqhi, juga disebut Ulama. Tapi, bbbagi ilmu umum atau agama, keduanya
mempunyai syarat mutlak bersifat Istislam (Muslim) dan khasy-yah (takut) kepada Allah.
Maka persepsi sebahagian masyarakat, bahwa Ulama itu hanya ahli agama, tidak dapat
dipertahankan.
Dengan demikian, ahli ilmu yang non muslim tidak takut kepada Allah, sekalipun misalnya
menguasai Ilmu Agama, seperti orientalis, tidak berhak disebut Ulama menurut Alquran.
Demikian juga, sekalipun orangnya bergelar Kiyai (sakti), manakalah tidak tikut kepada
Allah (Misalnya suka berdusta), maka keulamaannya telah gugur (Ulama Su). Sebab itu,
gelaran Gurutta (Sul-sel) adalah gelaran yang paling tepat ditransfer bagi ulama, karena
selama dia tetap berperan Gurutta (teladan), kita akan tetap taati.
Dalam Alquran, ulama bagi kepala tiga bahagia: Ulama Zalim, Ulama Muqtasid (ulama
proaktif) dan Ulama Sabiq bi al-Khairat (terdahulu dalam kebaikan) QS. Al-Fathir 35: 32:

Yang artinya:
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hambahamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara
mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat
kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Dan ulama bagi ketiga inilah (Sabiq) yang patut disebut warasatul anbiya (pewaris nabinabi).
Peran Ulama
Sebenarnya, peran Ulama sangat banyak, sama peran Nabi. Tapi peran utamanya, yaitu
Uswah (teladan), tabligh (manyampaikan pesan agama), amar maruf nahi mungkar dan
tahkim (memberi solusi yang arif terhadap masalah).

Dari peran utama tersebut, niscaya peran tabligh (mubaligh) dan tahkim itulah yang paling
urgen disampaikan, terutama di bulan suci Ramadhan. Karena terkadan sebagian mubaligh,
masih ada yang suaka penyampaikan pesan-pesan agama, yang boleh dikata ulama zalim
mungkin karena intres pribadi, atau mau populer atau fanatik organisasi (partai) yang
dianutnya, menyebabkan tidak ilmiah, tidak rasional dan bertentangan dengan ajaran dasar
alquran dan Sunnah. Misalnya, uraiannya bertentangan metodologi Alquran bil hikmah
QS. Al-Nahl 16 : 125:



Yang artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Kearifan yang harus diperankan oleh seorang ulama (mubaligh), sebagai peran tahkim,
terutama di bulan suci Ramadhan ialah menjelaskan masalah agama misalnya tentang
khilafiah batal wudhu atau tidak batal, jika bersentuhan wanita.
Yang menyebabkan khilafiah itu adalah tentang penafsiran ayat Aw lamastum al-Nisa (jika
bersentuhan denagn wanita), QS. An-Nisa 4: 43:








Yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu
dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu
sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun.
Dalam menafsirkan ayat tersebut di atas, ada tiga versi:

Imam Syafii, menafsirkan bahwa apabila bersentuhan tanpa alas, maka wudhu batal,
sesuai dengan harfiyah ayat.

Imam Malik, menafsirkan bahwa jika bersentuhan dengan sengaja dan meransang,
barulah batal wudhunya.

Imam Hanafie, menafsirkan bahwa tidak batal, karena yang dimaksudnya ayat
tersebut ber sengama, sesuai makna batin (metaforas).

Jika seorang Ulama (mubaligh) menjelaskan pesan agama seperti itu, maka itulah yang
dinamakan tahkim, sesuai fungsi Ulama. Bukan mengklaim hanya satu pendapat mibaligh
yang benar, karena ketiganya berdasarkan Alquran. Diserahkan kepada umat memilih salah
satunya, sesuai kondisi daerahnya. Kalau banyak air, cocok ala Syafii dan kalau susah air .
tau mahal harganya, cocok ala Malik dan itulah yang dipraktekkan katika thawaf di Mekah.
Dengan demikian masalah tarwih, 8 rakaat yang dulakukan nabi di Masjid, hanya 3 kali,
tetapi luar biasa panjangnya surah dan indah bacaan (ada istilah bengkak kakinya berdiri) dan
20 rakaat yang dilakukan ijma (aklamasi) sahabat Nabi di masjid, dan tidak panjang
surahnya.
Kalau begitu, keduanya tidak ada yang persis Nabi, karena keduanya melakukan 30 malam di
masjid dan surahnya yang pendek. (Lihat Bukhari dan Muslim dalam Al-Sanadi, I: 342-343).
Menurut oenulis, andai kata seseorang tidak mau tarwih di bulan Ramadhan, tidak berdosa,
karena hukumanya sunat. Yang berdosa, jika seorang tidak puasa, padahal tidak sakit dan
musafir. Namun, alangkah ruginya sesorang kalau di waktu panen pahala Ramadhan, lalu
tidak memperbanyak amalan. Kapan lagi?.
Akhirnya, peran utama Ulama. Utamanya di bulan Ramadhan, hendaknya tetap konsisten
sebagai seorang Gurutta (teladan), menyampaikan tabligh, amar maruf dan nahi mungkar
dan tahkim (solusi) yang segar, mempersatukan umat, dan membantu pemerintah dalam
pembangunan bangsa. Semoga Allah Swt. Menerima amalan kita terutama di bulan suci
Ramadhan ini, Amin.[cp]

Ceramah Ramadhan ke-25: Membangun


Kerukunan & Toleransi Dalam masyarakat
Indonesia yang Plural
Monday, January 4th, 2016 - Ceramah Ramadhan
Advertisement
Ceramah Ramadhan ke-25: Membangun Kerukunan & Toleransi Dalam masyarakat
Indonesia yang Plural Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan
berbagi artikel mengenai Ceramah atau Pidato Ramadhan atau Puasa Tahun 2016 / 1437
Hijriah. Adapun judul ceramah ramadhan pada kesempatan kini adalah Membangun
kerukunan & Toleransi dalam masyarak Indonesia yang Plural, langsung saja disimak:
Pluraslisme dalam segala hal di dunia ini, bahkan didalam semesta ini adalah realitas obyektif
yang tidak dapat diingkari, ditolak, apalagi dinafika. Dalam pandangan Islam pluralisme atau
kemajemukan adalah bagian dari sunnatullah (takdir Tuhan) yang tidak pernah dan tidak akan
berubah, misalnya, Allah swt berfirman di dalam QS. Al-Ahzab (33): 62, berbunyi:
Yang artinya:

Dalam pluralitas ini terkandung hikmah yang amat banyak, luas lagi dalam. Tugas manusia,
makhluk berakal yang diberikan wewenang menjadi khalifa Tuhan di bumi adalah
memikirkan, di balik keragaman tersebut. Salah satu tujuan dari aktifitas tersebut adalah
meneguhkan keyakinan bahwa di nalik keragaman itu terdapat Kemaha-Tunggalan yang
justeru merupakan asal muasal dan sumber dari keragaman itu sendiri. Bahkan, keragaman
itu justeru merupakan bagian dari tanda-tanda Kemaha Kuasaan-Nya (QS. Al-Rum (30): 22):


Yang artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlainlainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Hanya dia-lah yang tunggal, Maha Unik dan Maha Suci dengan ketunggalan-Nya (QS. AlSyura (42): 11). Selain dia semua mengandung keragaman sehingga di dunia ini tidak ada
satu wujud atau realitas pun yang betul-betul esa dan unik.
Bentuk keragaman yang terlihat sangat jelas dan terkait langsung dengan manusia di muka
bumi ini adalah keragaman dalam pikiran, budaya, bahasa, ras, etnis, suku, bangsa, warna
kulit, adat istiadat, agama, kecenderungan politik, dan sebagainya. Keragaman-keragan
tersebut merupakan bagian dari dinamika manusia sekaligus faktor-faktor yang mengandung
ambivalensi pada dirinya. Di satu sisi, keragaman itu bisa menimbulkan konflik, permusuhan,
bahkan disintegrasi, tetapi disisi yang lai keragaman tersebut justeru bisa membawa kepada
harmoni, persaudaraan, dan intergrasi.
Dalam kontes keindonesiaan keragaman itu jelas terlihat sangat gamblang. Indonesi dikenal
sebagai negara yang memiliki Wilayah yang sangat luas; terdiri atas belasan ribu pulau;
dihuni oleh ratusan juta penduduk dengan latar belakang ratusan suku, ratusan bahasa,
perbedaan warna kulit, keragaman adat istiadat, agama, kepercayaan, serta tak kalah
pentingnya kecenderungan politik yang benar-benar sangat berwarna-warni. Keragaman itu
diakui merupakan khazanah kekayaan Indonesia yang tiada tara dan tentunya harus dipelihara
dan dilestarikan. Setiap upaya untuk mengeliminasi keragaman itu dan memaksakan
keseragaman (kecuali dalam hal-hal tertentu) pastilah menimbulkan permasalahan besar.
Upaya seperti itu di samping menentang sunnatullah (takdir), juga bertentangan dengan fitrah
manusia dan tidak sejalan dengan prinsip yang berlaku universal, yaitu bahwa persatuan dan
kesatuan harus dibangun dalam keragaman (unity in diversity, E pluribus Umum, Bhineka
Tunggal Ika).
Dalam Alquran ditegaskan bahwa Tuhan tidak akan pernah menggunakan kemakuasaan-Nya
yang mutlak untuk memaksakan agar semua manusia di muka bumi ini beriman (QS. Yunus
(10):99):




Yang Artinya:

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orangorang yang beriman semuanya?
Hal ini menunjukkan bahwa kebebasan untuk memiluh jalan kehidupan merupakan hak asasi
yang diberikan oleh Tuhan kepada hamba-hamba-Nya dengan konsekuensi bahkan masingmasing manusia akan mempertanggungjawabkan sendiri pilihannya di hadapan Tuhan.
Dilihat dari sudut agama, hanya sedikit negara di dunia ini yang memberlakukan secara
formal keseragaman agama. Contoh kongkritnya adalah Saudi Arabia (khususnya di dua kota
suci Makkah dan Madinah) dengan Islamnya dan Vatikan dengan Katoliknya. Kota-kota
ekslusif agama ini bisa dipahami dari segi sosio-politik historinya di samping karena alasanalasan doktrinal-teologisnya. Sedangkan di negara-negara Islam lainnya seperti Mesir, Syria,
Iran, Yordania, dan sebagainya tetap ditemukan adanya kelompok-kelompok minoritas agama
tertentu khususnya Yahudi dan Nashrani yang memang dijamin perlindungannya oleh Islam.
Di Indonesia, keragaman dalam agama, suku, bahasa, dan budaya sejak dulu memperoleh
pengakuan formal dari segenap bangsa Indonesi. Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia
selalu kemajemukan; masyarakatnya hidup dalam kedamaian, kesamaan dan kebersamaan
yang sejati (tidak semua); saling menghargai, menghormati, dan mengasihi; saling menolong
dan mengayomi; hidup dalam tolerasi yang tinggi dan mengeyahkan bias-bias
promordialisme yang merusak persatuan dan kesatuan. Inilah yang terpratri dalam istilah
Bhineka Tunggal Ika, semboyang negara yang di hadapi di luar kepala oleh hampir seluruh
anak bangsa meskupun ditengarai bahkan tidak semua dari mereka yang menhapalkan tahu
persis arti harfiahnya apalagi makna yang tersirat di dalamnya. Mereka yang tahu makna pun
belum tentu dapat mangimplementasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir di negara kita
berupa konflik sosial dengan latar belakang SARA yang membawa korban harta, jiwa dan
tragedi kemanusiaan yang parah membuktikan tesis tersebut. Memang masalah konflik sosial
ini cukup kompleks untuk dianalisis namun satu hal yang pasti adalah bahwa masyarakat kita
memang masih sangat rendah pengetahuan, penghayataan, dan terutama, kasadarannya
tentang betapa pentingnya memelihara dan mempertahankan kemajemukan sebagai bagian
dari dinamika manusia yang distur secara sengaja dan berhikmah oleh Tuhan.
Oleh karena itu, masalah yang dihadapi dalam upaya membengun masyarakat indonesia yang
benar-benar bersatu dan kuat dalam kemajemukan suku, agama, budaya, antar golongan, dan
sebagainya di samping faktor kognisi juga terkait dengan afeksi dan psikomotorik yang
membentuk pola tindak dan perilaku yang berwawasan luas dan berkesadaran tinggi dari
masyarakat baik secara individual maupun secara kelompok.
Ajaran yang membentuk kesadaran dan perilaku untuk hidup bersatu di tengah kemajemukan
sebenarnya dimiliki oleh setiap budaya dan agama yang hidup di tanah air. Meskipun ada halhal yang eksklusif, atau tepatnya unik, dalam tiap budaya dan agama namun pada dasarnya
budaya dan agama yang hidup di Indonesi mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, kegotongroyongan, tepo seliro, saling menhargai, saling membantu, saling mengingatkan dan
sebagainya. Sifat-sifat ini pada dasarnya merupakan perwujudan sekaligus merupakan
pengakuan akan adanya kemajamukan dan keragaman. Kalu pun terlihat ada sikap eksklusif
dari setiap kelompok suku, budaya dan agama maka hal tersebut harus dipandang secara arif
oleh karena sifat eksklusifikasi sampai pada batas-batas tertentu juga merupakan bagian dari
dinamika kehidupan itu sendiri. Sepanjang eksklusifikasi tersebut itu tidak berarti

menyepelekan atau tidak menghargai orang lain yang pada giliranya menimbulkan
perpecahan, maka sifat dan sikap itu tetap sah-saja. Dengan kata lain, manusia pada dasarnya
tidak dapat sepenuhnya membebaskan diri dari kecenderungan untuk bersifat dan
bersikapeksklusif, karena eksklusiftas justeru tidak dapat dipisahkan dari ingklusifitsa
sebagaimana halnya heterogenitas tidak dipisahkan dengan homogenitas, kejamakan tidak
dapat dipisahkan dari ketunggalan. Ketika seseorang ingin tampil eksklusif (sekali lagi
sampai bats-batas tertentu) sesungguhnya hal itu merupakan pengejawantahan dari
kecenderungan untuk tampil beda dengan orang dan kelompok lain.
Dalam agama misalnya, ada hal-hal di mana umat harus tampil eksklusif dan harus betulbetul beda dengan umat lainnya. Adanya suatu kemustahilan bahkan kekacauan-balauan bila
semua pemeluk agama yang berbeda harus diiringi untuk menyeragamkan keyakinan, ritual,
dan doktrin-doktrin agama yang mereka anut. Sikap seperti itu bukan saja amburadul tetapi
justeru menjerumuskan umat kepada kebingunan dan kesesatan. Bahkan di kalangan antara
pemeluk intern satu agama, eksklusifitas dan tampil beda tersebut harus di hormati sepanjang
tidak bertentangan prinsip-prinsipdasar yang semestinya (wajib) menjadi kesepakatan satu
agama. Semua itu kembali lagi kepada dinamika internal dan eksternal dari agama-agama dan
para pemeluknya.
Terjadinya perselisihan di kalangan pemeluk agama atau kelompok suku dan budaya yang
bisa meningkat menjadi pertentangan dan saling bermusuhan bahkan bentrok fisik yang pada
gilirannya menimbulkan tragedi berdarah seperti di singgung di atas, penyebab utamanya,
bukanlah karena sentimen suku, agama atau pun budaya an sich, perseteruan seperti itu
biasanya barawal dari, dan lebih disebabkan oleh, faktor-faktor lain yang tidak ada kaitan
langsung dengan agama, suku, dan budaya. Yang tampak menonjol adalah faktor sosial
ekonomi. Persaingan dan perebutan lahan kehidupan serta ketimpangan sosial antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya menyebabkan terjadinya akumulasi kebencian yang
pada saat-saat tertentu meledak menjadi persekutuan terbuka dengan menjadi sentimen
agama, suku, dan budaya sebagai alasannya. Di sini, agama maupun fenomena suku dan
budaya yang bernuansa kekuasaan maupun yang bertendensi ekonomi.
Kalu kita kembali surut ke belakang menengok perjalanan panjang dari agama-agama di
dunia ini, maka kita akan melihat bahwa agama memang seringkali digunakan sebagai alat
untuk memperoleh akses kekuasaan dan akses-akses sosial ekonomi lainnya. Yang ironis
adalah bahwa kadang-kadang agama diperatas-namakan untuk perbuatan-perbuatan yang
justeru bertentangan dengan prinsip-prinsip kesucian, kedamain, dan kasih sayang yang
sesungguhnya menjadi inti ajaran semua agama. Berapa banyak perang yang pecah, berapa
banyak darah yang tumpah, berapa besar harta yang terbuang, dan tak terbilang lagi nyawa
yang melayang dimasa lampau, masa kini, dan mungkin juga masa depan, justeru dengan
memperatasnamakan kesucian agama. Dan lebih ironis lagi karena justeru dalam tubuh umat
seagama sendirian pun tejadi konflik tajam yang seringkali mncabik-cabik persaudaraan dan
persatuan, bahkan menciptakan kotak-kotak dan mubu-kubu yang sangat tajam dari satu
agama. (contoh kongkrit dalam Islam adalah perang jamal dan perang Siifin justeru terjadi di
antara sesama sahabat Nabi dalam rentang waktu yang relatif masih sangat dekat dengan
kehidupan Nabi Muhammad Saw. Perseteruan abadi antara kaum Sunni dan kaum Syiah;
berpecah dikalangan kaum Nashrani yang melahirkan agama baru yaitu Katolik dan
Protestan, dan sebagainya).
Pengalaman sejarah seperti itu mestinya menjadi pelajaran berharga bagi umat beragama,
khususnya para tokoh dan pimpinannya untuk bersikap lebih arifdan lebih hati-hati dalam

mengelola umat masing-masing. Betapa pun sangat disadari bahwa agama yang berbasis pada
keyakinan yang timbul dari emosi manusia yang terdalam (qalb) sangat sensitif dan amat
mudah dieksploitasi. Oleh karena itu seharusnya para pemeluk agama berupaya untuk
seoptimal mungkin terjadinya hal-hal sensitif yang bisa memicu konflik.
Seperti yang disinggung di awal tulisan ini bahwa agama memiliki ambivalensi pada dirinya,
khususnya dilihat dari sudut interakti para pemeluknya. Pada satu sisi agama bisa menjadi
kekuataan integratif, konstruktif, membawa damai dan harmoni. Sebaliknya, di sisi yang lain
agama justeru bisa beralih pesan sebagai kekuataan disintegrstif denitif, dan menimbulkan
konflik antara pemeluknya secara terlebih secara eksternal.
Dilihat dari sudut ajarannya yang sarat dengan nilai-nilai luhur, kesucian, perdamaian, kasih
sayang, keadilan, dan nilai-nilai kemanusiaan serta nilai-nilai kemahklukan lainnya yang
universal, maka agama dapat menjadi kekuataan intergratif dan konstruktif. Dari sisi ini
seharusnya dan sudah sepantasnya para pemeluk agama hidup dalam kerukunan dan kasih
sayang, saling menghormati, sling mengasihi, saling menolong tanpa harus mempersoalkan
perbedaan doktrin dan kayakinan masing-masing. Sekiranya sisi agama yang satu ini dapat
terimplementasi dan teraplikasi dalam realitas kehidupan umat beragama maka sungguh
hidup manusia akan sangat indah dan mengalami kabahagiaan serta kedamaian yang tiada
tara. Namun harapan tersebut ternyata lebih sering berbeda dan faktor pemicu bagi terjadinya
disntegrasi dalam konflik mulai dari yang berskala kecil dan ringan sampai kepada konflik
yang berdarah-darah.
Faktor-faktor yang menyebabkan agama rawan dengan konflik dan perpecahan antara lain:
pertama, absolutisme dalam agama yang membawa penolakan terhadap keyakinan dan agama
orang lain yang pada gilirannya melahirkan fanatisme ekstrim sehingga menutup ointu untuk
dialog. Bahkan absolutisme dalam keyakinan tertentu sering kali melahirkan sektsrianisme
dan eksklusifisme ekstrim yang dua-duanya sangat eksplosif dan potensia melahirkan
konflik. Kedua, watak ekspansionisme dalam agama yaitu doktrin keharusan untuk
menyiarkan dan menyebarkan agama kepada orang lain yang mendapatkan legitimasi dari
kitab suci. Setiap agama, kecuali agama tertentu, mewajibkan pemeluknya, baik perorangan
maupun kelembagaan, mengemban tugas suci ini.interaksi untik beragama dalam
mengaktualisasikan tugas dan misi suci ini merupakan pangkal dari berbagai konflik
keagamaan. Ketika, watak penetrasi agama terhadap budaya non agama yang melahirkan
konflik agama dengan dimensi kultural secara timbal balik. Kaum beragaman biasanya sangat
bersemangat, sesuai tugas sucinya, untuk meng-agama-kan kehidupan masyarakat dalam
seluruh dimensinya sementara sebagian masyarakat menilai bahwa wilaya agama terbatas
pada hal-hal yang bersifat sakral dan ritual murni keduniaan dan bersifat profan. Tidak jarang
bahwa kepentingan-kepentingan tertentu ikut bermain dalam upaya pengagamaan sistem
kehidupan masyarakat. Untuk yang terakhir ini agama sering kali dicap sebagai alat atau
kendaraan bagi kepentingan-kepentingan tertentu seperti politik, sosial, ekonomi, budaya dan
sebagainya. (kasus pornografi yang sering kali ramai dimedia massa merupakan contoh
konflik antara dunia di satu pihak dengan dunia seni dan budaya di pihak lain).
Adanya watak ambivalensi seperti dikemukakan di atas seharusnya dipahami, disadari, dan
dihayati oleh para pemeluk agama sehingga mereka berupaya untuk meredam dan atau
mengeliminasi potensi-potensi disintegratif yang terdapat dalam agama dan mengedepankan
dimensi-dimensinya yang membawa kepada integrasi dan kedamaian.

Dilihat dari sudut pandang agama, situasi bangsa memang terlihat rawan akan berpecahan.
Sebab sudah terlanjur diangkat ke permukaan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu, khususnya tujuan kekuasaan. Berbagai pengambilan keputusan yang terkait dengan
masalah pengelolaan bangsa dan negara ini biasanya tidak bisa luput dari pertimbanganpertimbangan yang bernuansa agama. Bahkan tidak jarang persoalaan agama dijadikan
sebagai komoditas politik oleh kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan. Issu-issu
seperti ini pun biasanya sangat laris untuk dijual oleh media karena memiliki nilai berita
yang tinggi. Hal-hal seperti ini merupakan contoh kongkret betapa agama sudah turut
bermain dalam pecaturan politik praktis bangsa. Tentu saja di alam kebebasan seperi sekarang
ini, sikap seperti itu sah-sah saja dan tidak ada satu otoritas pun ynag berhak untuk melarang
atau menolaknya. Paling tidak orang boleh setuju dan boleh tidak setuju sehingga perdebatan
panjang menjadi tak terhindarkan. Setiap orang bebasuntuk memberi interpretasi terhadap
ajaran agamanya (tentu saja dengan persyaratan-persyaratan tentu yang biasanya diatur dalam
intern agama). Yang penting tidak ada klaim-klaim untuk memonopoli kebenaran hanya pada
pendapat pribadi atau kelompok sendiri. Sebab tes-tes agama yang absolut itu bisa sudah
diberi interprestasi maka nilainya tidak lagi absolut melainkan nisbi (zhanny).
Terjadinya berbagai kemelut dikalangan umat beragama baik internal maupun lintas agama
antara lain karena sikap eksklusifitas ekstrim yang tidak mau tahu keberadaan kelompok lain
behkan menganggap bahwa kebenaran satu-satunya hanya ada pada diri dan kelompoknya
saja. Sikap seperti ini masih dominan menguasai para pemeluk agama sehingga menjadi salah
satu faktor penting yang menghambat terjadinya kerukunan yang sejati. Padahal, sikap
ingklusifitas dalam beragama bisa saja dikembangkang tampa harus mengorbankan
keyakinan masing-masing. Pada salahnya kalau seseorang, misalnya, mengatakan bahwa
agama dan keyakinan saya paling benar tetapi saya tetap menghormati dan menghargai
agama dan keyakinan anda sebagai suatu kebenaran menurut yang anda yakini. Sikap seperti
ini sama sekali tidak merugikan siapa-siapa dan tidak berarti mencampur adukkan kebenaran.
Sebab, kebenarang yang sejati sebenarnya bisa bertemu pada level esensi, sedangkan pada
level permukaan (syariah) memang tidak mungkin dan tidak harus diusahakan untuk
mencapai titik temu.
Para pemeluk agama juga bisa mencapai titik temu (kesepahaman) dalam aspek-aspek moral
dan spiritual, sedangkan pada aspek teologis dan ritual tentu saja tidak mungkin dicapai titik
temu. Pada dua aspek terakhir ini berlaku prinsip laku dinukum wa liya din (bagi kamu
agama kamu dan bagi saya agama saya) tanpa harus saling menyalahkan dan melecehkan
inilah salah satu bentuk toleransi dak kerukunan hidup beragama yang patut diaplikasikan
pada semua level masyarakat meskupun disadari bahwa tidaklah mudah untuk
mengimplementasikan pada level awam yang merupakan bagian terbesar dari setiap umat
beragama. Namun dengan kerja keras dan itikad baik dari para tokoh dan pemimpin umat hal
itu pada saatnya bisa dicapai.
Masalah lain hingga kini tetap potensial mengandung konflik adalah hubungan antara
kelompok Muslim yang mayoritas dengan non-Muslim yang minoritas. Kelompok Muslim
yang dalam kenyataannya memang sangat mayoritas menuntut adanya perlakuan secara
proporsional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sepanjang sejarah bangsa ini
mereka merasa belum pernah mendapatkan perlakuan tidak adil bahkan dizhalimi. Kuat
pembangunan dan hasil negara yang berlimpah-limpah lebih banyak dinikmati kelompok
minoritas. Mereka merasakan adanya hambatan-hambatan untuk masuk dalam akses
kekuasaan, akses ekonomi dan sebagainya sebaliknya kelompok minoritas menganggap
bahwa apa yang mereka peroleh selama ini adalah wajar-wajar saja sebagai hasil dari kerja

keras, keuletan, dan keterampilan yang mereka miliki. Bahkan mereka pun merasa
diperlakukan secara tidak adil, diskrimminatif, dan selalu terancam oleh kelompok mayoritas
sehingga harus berusaha untuk melakukan upaya-upaya preventif.
Jika masalah tersebut di ungkit dan diperdebatkan kembali secara terbuka barangkali tidak
akan pernah dicapai titik temu sebab masing-masing kelompok akan bertahan pada prinsip
dan argumen-argumen sendiri. Apa lagi di era keterbukaan sekarang ini dimana tidak ada
otoritas yang sungguh-sungguh dipercaya untuk mencari jalan keluar yang dapat diterima
oleh kedua pihak. Oleh karena itu jalan terbaik adalah melakukan dialok-dialok terbatas
dalam suasana sejuk, seperti forum sekarang ini, yang dilandasi itikad baik masing-masing
pihak disertai rasa tanggung jawab besar akan keselamatan bangsa kedepan sehingga semua
pihak akan lebih mengedepankan dan mengutamakan kepentingan bangsa dari pada
kepentingan kelompok dan golongan. Sudah saatnya semua pihak melakukan pendinginan
suasana dan melupakan masa lampau. Sebaliknya perhatian dan lebih dicurahkan ke depan
untuk satu Indonesia yang kokoh kuat, bersatu dalam kemajemukan, penuh toleransi dan
saling menghargai, di mana semu aorang dan semua kelompok memperoleh perlindungan
hukum yang sama, keadilan yang sama, dan tentu saja kesempatan yang sama untuk berjuang
membangun masa depan prinsip tidak ada diktator mayoritas dan tidak ada tirani
minoritas harus tetap dijunjung tinggi dan ditaati secara sungguh-sungguh oleh semua
pihak.
Hanya dengan sikap seperti yang dikemukakan di atas harapan akan terjadinya rekonsiliasi
nasional dan integrasi bengsa lewat jalur agama dan budaya dapat terwujud. Sebaliknya bila
masing-masing kelompok tetap bersifat eksklusif, mementingkan diri sendiri dan tidak mau
tahu apalagi peduli terhadap kepentingan bangsa dan negara maka Indonesia baru yang
didambahkan hanyalah sebuah mimpi indah yang tidak pernah terwujud dalam kenyataan.
Dilihat dari perspektif Islam, sesungguhnya ajaran mengenai kerukunan antara umat yang
plural bukanlah hal yang baru. Agama yang dibawah oleh Muhammad saw. Ini sudah
memberi pedoman yang sangat komsetsionel tentang bagaiman berantaraksi dengan sesama
Muslim; yang sesama manusia yang berlainan etnis dan agama; bahkan dengan sesama
makhluk sekali pun. Pluralitas, seperti disinggung diawal tulisan ini, di samping diakui secara
tegas dan oleh Islam sebagai bagian dari sunnatullah yang tidak bisa didistorsi. Juga harus
diterima dan dihormati sebagai anugarah besar dari Tuhan. Dunia yang plural adalah dunia
yang indah. Masyarakat yang plural untuk berlomba dan bersaing untuk meraih kedudukan
yang lebih baik (ber-fastabiq al-khairat). Persaingan-persaingan seperti inilah yang
sebenarnya merupakan pangkal dari munculnya berbagai konflik atau kalau manusia tidak
memiliki kasadaran yang dalam mengenai nikmat kehidupan secara bebas dan damai dan
juga berhak atas penghormatan, pengakuan, kesempatan bekerja dan berekspresi, kebebasan
untuk berkumpul dan berserikat, kebebasan untuk menganut agama dan keyakinan, dan
sebagainya.
Hal-hal yang dimaksud diatas secara populer biasa disebut sebagai HAM (hak-hak asasi
manusia yang telah diatur oleh PBB dalam deklarasi semesta Tentang Hak-hak Asasi
Manusia Universal deklaration of The Human Right) yang disepakati oleh seluruh negara
yang bergabung dalam organisasi dunia paling bergensi itu. Bahkan secara khusus, hak asasi
menyangkut agama diatur tersendiri dalam suatu deklarasi yang disebut Deklatation on the
Elimination of Religius Intolerance and Discrimination (deklaeasi tentang penghapusan
intoleransi dan diskriminasi Berdasarkan Agama). Dalam deklarasi ini, hak-khak asasi
mengenai agama diatur dengan cermat, antara lai meliputi: hak menganut agama atau

keyakinan menjadi pilihan, hak dan keebebasan untuk mengamalkan agama dan keyakinan;
hak beribadah, hak mendirikan dan mempertahankan tempat-tempat ibadah, hak mendirikan
lembaga-lembaga sosial keagamaan, hak menulis, menerbitkan, dan menyebarluaskan
publikasi-publikasi yang relevan dengan agama, hak mengajarkan agama, dan seterusnya.
Terjadinya gesekan-gesekan antara pemeluk agama yang berbeda ataupun dari satu agama
yang sama secara internal, biasanya lebih disebabkan karena ketidakmampuan seseorang atau
sekelompok umat beragama menanti dan mengamplikasikan prinsip-prinsip yang disepakati
tersebut. Hal ini biasanyan berkait dengan watak ambivalensi agama seperti telah
dikemukakan di atas.
Dalam pandangan Islam, kebebasan-kebebasan yang terkait dengan agama telah diatur secara
umum. Misalnya kebebasan untuk beriman atau tidak beriman dijamin oleh Alquran (QS.AlKahfi (18): 29);



Yang artinya:
Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang
paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
Tidak ada paksaan dalam agama QS.Al-Baqarah (2): 256;




Yang artinya:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Bahkan nabi pun sangat dilarang melakukan pemaksaan tersebut (QS.Al-Ahzab (33): 45;


Yang artinya:
Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira
dan pemberi peringatan,

Karena otoritas Nabi sebatas pada penyampaian ajaran yang diterima dari Tuhan. Otoritas
untuk membuat seseorang beriman hanya milik Tuhan (QS. An-Naml (27): 56).
Yang artinya:
Dalam ayat lain ditegaskan larangan mencaci maki Tuhan-tuhan yang disembah oleh kaum
musyrik agar mereka tidak melakukan hal yang sempurna terhadap Tuhan (Allah) yang
disembah oleh orang Muslim QS. Al-Anam (6): 108);





Yang artinya:
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena
mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah
Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan
merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka
kerjakan.
Penegasan ini tentu saja mengimplementasikan larangan serupa terhadap agama dan
keyakinan yang dianut oleh orang lain. Artinya, tindakan menghina dan mendiskreditkan
agama dan kepercayaan orang lain sama dengan menghina dan mendiskreditkan agama dan
keyakinan sendiri; tindakan menintas tuhan yang disembah orang lain sama dengan menista
Tuhan sendiri.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan Alquran tersebut dapat dipahami bahwa pluralisme
agama sudah merupakan rencana Tuhan yang bersifat taken for granted dan tidak ada
kekuataan apapun yang dapat mengubahnya kecuali Tuhan sendiri jika dia
menghendaki.inilah yang dikatakan oleh Alquran; (QS. Yunus (10): 99).




Yang artinya:
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orangorang yang beriman semuanya?
Dalam ayat lain dikatakan; (QS. Al-Maidah (5): 48).






Yang artinya:
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah

turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
Dalam kenyataannya, kehendak Tuhan itu memang tidak dimanifestasikannya di bumi sebab
Dia Maha Mengetahui rahasia-rahasia di balik keragaman tersebut yaitu, antara lain, agar
manusia berkompetisi secara fair untuk melakukan kebajikan-kebajikan di muka bumi.
Dalam agama memang di temukan adanya klaim-klaim kebenaran untuk diri sendiri. Hal ini
menurut hemat saya wajar-wajar saja sepanjang klaim-klaim itu tidak menjadi alasan untuk
menggiring orang lain, dengan cara tidak fair dan tidak etis, untuk mengikuti kebenaran yang
dianut. Asas saling menghormati kepercayaan masing-masing harus di junjung tinggi oleh
setiap penganut agama sehingga tidak ada lagi upaya-upaya intervensi terhadap wilayah
keyakinan orang lain. Biarkanlah setiap orang dan kelompok menikmati kedamaian dengan
keyakinannya sendiri karena setiap orang akan memperoleh ganjaran atau pun balasan
terhadap apa yang diyakini dan diamalkan dalam kehidupan ini.
Tentu saja misi menyebarkan agama merupakan misi suci yang di emban oleh setiap pemeluk
agama. Namun sangat diharapkan bahwa dalam menjalankan misi suci itu seorang
misionaris, dai, mubaligh dan atau penyebar-penyebar agama yang lain tidak melakukan halhal tidak terpujiyang justeru akan berbalik akan metode kesucian misi yang diemban. Prinsip
seperti ini barlaku untuk interaksi lintas agama maupun internal satu agama. Hanya dengan
demikian, kita dapat hidup rukun dan damai di segala ruang dan waktu karena memang bumi
ini diwariskan oleh Tuhan untuk seluruh hamba-Nya tampa kecuali, dengan penekanan agar
orang-orang shalih bisa berperang lebih aktif dan terdepan dalam menjaga dan melestarikan
bumi Allah ini QS. Al-Anbiya (21): 105;


Yang artinya:
Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh,
bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.
Semua pemeluk agama yang berbeda di muka bumi ini mempunyai tanggung jawab yang
sama untuk membangun dunia yang damai, dunia yang aman dan tertib, dunia yang sejahtera
dan berkeadilan, dunia yang masyarakatnya hidup rukun dan harmonis, yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, serta memiliki komitmen yang tinggi untuk memertahankan
harkat dan martabat manusia. Kalau Alquran mengajak para pemeluk agama non Islam,
khsusnya Ahl al-Kitab, untuk mencari titik temu (kalimat sawa). QS. Ali-Imran (3): 64;



Yang artinya:

Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang
tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan
sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah
kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah).
Maka titik temu yang dimaksud memang hanya bisa dujumpai pada aspek-aspek
kemanusiaan, dan spritual. Pada aspek ini, ajaran-ajaran agama bersifat universal sehingga
komunitas antar umat beragama bisa menjadi lancar dan nyambung. Sedangkan pada
aspek-aspek formal dari agama, khusus bangsa keimanan dan konsep syariah, masingmasing agama memiliki ajaran yang tidak mungkin bisa saling dipertemukan. Bahkan upaya
untuk mempertemukan aspek-aspek tersebut justeru merupakan pekerjaan sia-sia yang akan
membahayakan akidah masing-masing agama. Inilah yang dimaksud dengan pernyataan
Alquran: (QS. Al-Kafirun (109): 5). Artinya, dalam hal-hal iman ritual, mari kita menjalankan
pendirian dan amalan masing-masing. Kita tidak perlu saling menyalahkan apalagi saling
mencela dan memaki. Tetapi dalam hal-hal yang bersifat moral dan kemanusiaan mari kita
bergandeng tangan untuk membangun dunia yang lebih adil, lebih sejahtera, tentunya lebih
damai dan bahagia.[cp]

Ceramah Ramadhan Hari Ke-5:


Optimalisasi Peran dan Fungsi
MasjidOptimalisasi Peran dan Fungsi
Masjid
Monday, January 4th, 2016 - Ceramah Ramadhan
Advertisement
Ceramah Ramadhan Hari Ke-5: Optimalisasi Peran dan Fungsi MasjidOptimalisasi
Peran dan Fungsi Masjid Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan
share artikel mengenai teks ceramah ramadhan 1437 H/2016 M hari ke tiga. Judulnya adalah
Optimalisasi peran dan fungsi Masjid, simaklah:
Ada seorang Gubernur yang sangat prihatin melihat masjid yang belum berfungsi optimal di
wilayahnya. Ia mengatakan bahwa ummat Islam telah melanggar perintah Tuhan secara tidak
disengaja, yaitu melakukan perbuatan mubazzir dengan tidak memfungsikan masjid secara
optimal. Ia melihat masjid hanya digunakan lima kali sehari semalam atau kira-kira hanya
satu jam dalam 24 jam. Itu pun terbatas sebagai fungsi ibadah. Selebihnya ditutup, artinya
ummat telah mubazir 23 jam dengan ruangan luas tidak dimanfaatkan. Karena itu ia
menganjurkan agar ruangan masjid yang luas itu difungsikan secara optimal, baik fungsi
ibadah ataupun fungsi kebudayaan, seperti pendidikan, pengajian, diskusi, ruangan bacaan
atau perpustakaan dan sebagainya. Dengan latar belakang itulah sehingga dibangunlah SMP
Islam di Masjid Raya Wilayahnya sebagai lembaga pendidikan yang berlokasi di Masjid.
Fungsi utama masjid adalah beribadah. Lima kali sehari semalam ummat Islam dianjurkan
mengunjungi masjid untuk melaksanakan shalat lima waktu. Masjid merupakan tempat yang

paling banyak dikumandangkan nama Allah; azan, qaamat, takbir, tahmid, tasbih, tahlil,
istigfar, dan zikir lainnya dianjurkan di baca dalam masjid. Jadi, tepat jika masjid disebut
Baitullah artinya rumah Allah yang didalamnya selalu bergema lafadz Allah, sebagai tersebut
dalam QS al-Hajj 22:44, berbunyi:


Yang artinya:
dan masjid-masjid yang didalamnya banyak disebut nama Allah.
Fungsi kedua masjid adalah pembinaan umat atau fungsi kebudayaan, yaitu:
1.Pembinaan Ukhuwah atau persaudaraan
Pada hakekatnya masjid adalah umat. Siapapun bisa masuk kedalam masjid, asal ia muslim;
tanpa memandang perbedaan latar belakang paham keagamaan dan mazhab. Perbedaan
demikian tidak menjadi halangan untuk menjalin rasa persaudaraan. Ketika mendirikan
masjid hendaknya menjadi pertimbangan utama latar belakang jamaah datang dari berbagai
paham keagamaan. Seorang individu atau organisasi bisa saja mendirikan sebuah masjid
tetapi setelah masjid itu difungsikan, maka berarti sudah menjadi milik jamaah. Masjid
haruslah bersifat inklusif bagi umat Islam. Persaudaraan adalah merupakan hal yang prinsip
dalam islam, sehingga kita bisa memahami kebijakan seorang ulama ketika hendak
menfungsikan Masjid beliau berusaha menghindari hal-hal yang bersifat furuiyyah dan
mengutamakan masalah ukhuwwah.
2.Pembinaan Pemdidikan
Fungsi masjid yang perlu mendapat perhatian adalah fungsi pendidikan. Para pemuda dan
remaja yang tergabung dalam Ikatan remaja Masjid sedang mengembangkan TPA-TPA
(Taman Pendidikan AlQuran). Alhamdulillah lembaga ini sudah memperlihatkan hasil yang
patut dibanggakan. Bahkan sebagian pengamat sosial berepndapat bahwa kontribusi yang
paling besar kepada pembangunan bangsa setelah kemerdekaan adalah pembebasan buta
huruf Alquran melalui TPA. Lembaga TPA digerakkan oleh remaja masjid yang umumnya
dilaksanakan di dalam Masjid. Pendidikan TPA ini perlu dipikirkan pengembangannya
dengan membangun SD dan SMP bagi masjid yang memungkinkan. Sehingga optimalisasi
peran dan fungsi masjid sebagai lembaga pendidikan dapat berlangsung dengan baik.
3.Pembinaan Ekonomi Umat
Krisis ekonomi yang kadang datang melanda bangsa ini berdampak kepada tidak stabilnya
ekonomi umat. Karena itu masjid sebagai pusat pembinaan ummat perlu diberikan fungsi
baru, yaitu tempat pemberdayaan ekonomi umat. Salah satu diantaranya dengan merancang
bangunan masjid sama dengan masjid Al Markaz Al islami Makassar dengan menjadikan
pekarangannya sebagai pasar Jumatan. Terdapat keuntungan ganda yang diperoleh

eramah Ramadhan Hari Ke-2: Fadhilah


Ramadhan

Monday, January 4th, 2016 - Ceramah Ramadhan


Advertisement
Ceramah Ramadhan Hari Ke-2: Fadhilah Ramadhan Sahabat Cerpi Pada ceramah hari
ke-2 ini akan diangkat tema, fadilah Ramadhan 2016. Penciftaan dan pemilikan terhadap apaapa yang dikehendaki oleh Allah SWT (Qs. al-Qashash 28:68) diyakini mengandung hikmah
dan keutamaan tersendiri. Misalnya, Allah memilih mekkah untuk tempat bangunan Kabbah,
sedang kabbah ditetapkan sebagai kiblat kaum muslimin. Demikian pula halnya bulan
ramadhan dipilih oleh Allah SWT sebagai bulan yang penuh kemuliaan dan keutamaan yang
tidak dimiliki bulan-bulan lainnya.
Jamaah
Tarwih
yang
dirahmati
Allah
SWT

Apabila seseorang menelusuri kasus-kasus yang telah terjadi di bulan ramadhan serta
mengkaji ayat-ayat Al-Quran maupun hadish-hadis nabi SAW, yang ada kaitan dengannya
niscaya akan dijumpai bahwa telah terjadi banyak peristiwa penting didalamnya. Disini lain,
beribadah dan beramal saleh didalam bulan ramadhan mempunyai penilaian yang istimewa
dari
Allah
SWT.
Peristiwa-peristiwa penting dan keutamaan beramal kebaikan dalam bulan ramadhan antara
lain:
Bulan yang dipilih oleh Allah untuk menurunkan permulaan al-Quran. Penuturan Al-Quran
bahwa keberadaanya untuk menjadi petunjuk, pembeda antara yang hak dan yang bathil. Qs.
al-Baqarah 2:185




Yang Artinya:
Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di
antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa
pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Dan Pemberi peringatan kepada seluruh alam. Qs. Al-Furqan 25:1,

Yang artinya:
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar
dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam

Jamaah tarwih yang berbahagia


Oleh karena itu, malam permulaan turun Al-Quran disebut malam kemuliaan, malam yang
lebih baik dari 1000 malam, di indonesia dikenal dengan lailatul Qad. Qs. al_Qadr 97:1-5,






Yang artinya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah
kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada
malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar
Bulan yang dipilih untuk saat terjadinya perang Badar al-Qubra sebagai perang yang pertama
sejak pengangkatan nabi Muhammad SAW menjadi Rasul yang terakhir dengan kemenangan
kaum Muslimin. Dengan peristiwa itu nampaklah ketinggian kalimat tauhid dan awal
keruntuhan kekuasaan Musyirikin dan mulainya nyata sinar Risalah Islam. Qs Ali-Imran
3:155,




Yang artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu
[244], hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang
telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
Dan Qs. Al-Anfal 8:41,




Yang artinya:
Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka
sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan
kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan , yaitu di hari bertemunya dua pasukan.
Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Bulan yang dipilih untuk kaum muslimin menunaikan ibadah shiyam (puasa) dengan tujuan
memperoleh derajat taqwa. Qs. al-Baqarah 2:197,



Yang artinya:
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi , barangsiapa yang menetapkan niatnya
dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats , berbuat fasik dan berbantahbantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan,
niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah
takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
Pada sisi lain, Allah SWT berfirman didalam Qs. Al-Nahl 16:128,

Yang Artinya:
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat
kebaikan.
Bulan yang telah dipilih bagi kaum muslimin untuk lebih mengintensifkan aktifitas-aktifitas
ibadah dan amal saleh lainnya.
Jamaah
tarwih
yang
dirahmati
Allah
SWT

Diperolehnya beberapa riwayat dari nabi SAW yang menunjukkan keutamaan beribadah dan
beramal Saleh dalam bulan Ramadhan, antara lain:

Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Huraira bahwa Nabi
SAW bersabda, yang artinya: Jika tiba bulan puasa terbuka semua pintu langit dan
tertutup pintu-pintu neraka jahannam dan dirantai syaitan.

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu abbas, bahwa: Adalah
rasulullah SAW lebih pemurah kepada semua orang, lebih-lebih jika bulan Ramadhan,
dimana ia selalu dihubungi oleh Jibril dan hampir setiap malam Jibril datang untuk
tadarrus Al-Quran. Dan rasulullah SAW jika bertemu dengan Jibril, maka ia lebih
pemurah lagi melebihi dari angin yang berhembus.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadist dari Aisyah bahwa: bahwasanya
rasulullah SAW beritikaf disepuluh yang terakhir bulan Ramadhan sampai
diwafatkan oleh Allah SWT.

Imam Muslim meriwayatkan hadis Qudsi dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW,
berkata: Semua amal anak adam berlipat ganda (pahalanya), setiap kebaikan 10 x
lipat hingga 700 x lipat. Firman Allah kecuali puasa, maka hanya aku sendiri yang
membalasanya karena ia meninggalkan syahwat dan minum-minumannya sematamata untuk-Ku.

Jamah
Tarwih
yang
berbahagia

Disamping itu, bulan Ramadhan yang sangat agung (Syahrun azhom) ini, selayaknya
menjadi saat-saat paling pas bagi kita untuk berfikir dan merenung kembali lebih dalam,
terhadap berbagai aktifitas yang telah kita lakukan. Ramadhan adalah bulan untuk saling
tolong-menolong. Pada bulan ini kita sangat dianjurkan untuk engulurkan tangan kepada
kepada golongan yang mengalami krisis ekonomi, mereka yang fakir miskin, yatim piatu,
ibnu sabil dan orang-orang yang mengalami kesusahan. Pada bulan suci ini sikap kepedulian
sosial kita diuji serta disadarkan bahwa didalam harta kita terdapat hak bagi golongan
ekonomi lemah. Bulan ramadhan dikatakan pula sebagai bulan kesabaran (syahru al-shabri).
Dalam berpuasa di bulan ramadhan, kaum muslimin berlatih untuk bersabar untuk menahan
penderitaan dengan tidak menikmati sebagian perkara yang diperbolehkan.
Jamaah
Tarwih
yang
dirahmati
oleh
Allah
SWT

Dan apa-apa yang telah dikemukakan terdahulu, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa Bulan Ramadhan telah dipilih oleh Allah untuk saat turun permulaan AlQuran, terjadi perang badar al-Kubra dan untuk menunaikan ubadah shiyam;
2. Bulan Ramadhan adalah bulan yang diharapkan kaum muslimin lebih
mengintensifkan aktifitas-aktifitas ibadah di dalamnya, sperti shalat lail, tadarrus AlQuran, berinfaq, beritikaf dan amal kebaikan lainnya sebab beramal ibadah di
dalamnya, dilipat-gandakan pahalanya;
3. Ibadah shiyam yang dilaksanakan karena iman dan mengharapkan pahala, maka
pahalanya akan diserahkan langsung oleh Allah SWT kepada yang bersangkutan.[cp]

4.

Ceramah Ramadhan ke-8:


Membangun sistem keluarga Muslim

5. Monday, January 4th, 2016 - Ceramah Ramadhan


6. Advertisement
7. Ceramah Ramadhan ke-8: Membangun sistem keluarga Muslim Sahabat Cerpi
pada kesempatan kali ini Blog CeramahPidato.Com akan berbagi artikel ceramah
ramadhan 2016 yang berjudul: Membangun sistem keluarga Muslim, Ceramah
ramadhan ini bisa anda jadikan referensi dalam ceramah ramadhan pada bulan puasa
1436 H ini, simaklah:
8. Makna Keluarga
9. Keluarga (rumah tangga ) adalah unit terkecil dari masyarakat. Ia merupakan batu
sendi pemangunan hidup bermasyarakat dan ernegara. Syariat Islam mengatur agi
para pemeluk Islam untuk memangun sistem keluarga musim. Q.S. AL-Tahrim 66:6.

10.


11. Yang Artinya:
12. Wahai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dari keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-nya kepada mereka dan selalu
13. Dasar-dasar Pernikahan
14. Akad nikah adalah titik tolak hidup erkaluarga, menjalin ikatan suami istri. Berdasar
atas dua sumber: Al-Quran dan Al-Sunnah. Q.S. an-Nisa 4: 3-4:

15.



16.
17. Yang Artinya:
18. Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanitawanita (lai)yang kamu senangi: dua,tiga atau empat. kemudian kemidian jika
kamu takut tidak akan berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau
budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak beruat aniaya. Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu
nikahia) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka
menyerahkan kepadamu sebagian dari maskawi itu dengan senang hati, maka
makanlah (amillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi aik
akibatnya.
19. Adapun tujuan pernikahan adalah sebagai berikut: Membangun kehidupan sakinah,
yakni terciptanya ketemtraman jiwa yang meliputi hidup keeluargaan, yakni rasa cinta
dan kasih sayang yang mengikat semua anggota keluarga. Q.s. al-Rum 30: 21.
20.

21. Yang Artinya:


22. Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah dia menciptakan untukmu istriistri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara rasa kasih sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir.
23. Memperoleh keturunan, Allah swt. Berfirman didalam Q.S. al-Nahl 16:72, berbunyi:

24.


25. Yang Artinya:
26. Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari istri-istri kamu itu,anak-anak dan cucu, dan memberimu rezeki
dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil
dan mengingkari nikmat Allah?
27. Dan Q.S. Ali Imran 3: 38, berbunyi:
28.

29. Yang Artinya:
30. Disanalah Zakaria berdoa kepada Tuhan hanya seraya berkata: ya Tuhanku,
berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik sesungguhnya Engkau
Maha Pendengar doa.
31. Membentengi diri dari kemaksiatan dan kemung karan. Nabi Muhammad saw.
Bersabda: Wahai para pemuda, barang siapa di antara kamu telah mampu menikah,
maka menikalah, sesungguhnya nika itu akan menundukkan pandangan dan menjaga
kehormatan, barang siapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, sebab ia akan
menjadi perisai. (riwayat Bukhari dan muslim)
32. Pemilihan jodoh
33. Tidak ada bermotif dorongan nafsu seks semata.Orang mukmin haram menikah
dengan orang yang musyrik atau dengan yang penzina. Q.S.al-nur 24:3.
34.
35. Yang Artinya:

36. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina,
atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini
melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan demikian itu
diharamkan atas orang-orang yang mukmin.
37. Jodoh dipilih karena faktor dien, bukan karena faktor darah, harta dan kecantikan.
Nabi saw. Bersabda:Wanita dinikahi karena empat pekara: karena kekayaannya,
nashab (status sosial)nya, kecantikannya dan karena agamanya. Pilihan dari faktor
agamanya kamu pasti beruntung. (Riwayat Muslim)
38. Kewajiban dan Hak Suami-Istri
39. Ada tiga komponen inti dalam keluarga: Suami?ayah, Istri/ibu, Anak-anak. Menurut
Islam, kewajiban didahulukan dari hak. Dengan menjalankan kewajiban, sekaligus
memberi haknya orang lain.
40. Kewajiban Suami/ayah:
41. Suami dan istri masing-masing secara timbal-balik mempunyai kewajiban dan hak.
Rasulullah saw. Bersabda:Sesungguhnya istrimu mempunyai hak atas kamu, dan
kamu mempunyai hak atasnya(H.R.bukhary).
42. Wanita-wanita yang dithalak hendaklah menahan diri (menunggu)tiga kali quru.
Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan allah dalam rahimnya, jika
mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminy berhak
merujukiny dalam masa menanti itu, jika mereka (suami) itu menghendaki ishlah.
Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibanya menirut cara
yang maruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan dari pada
istrinya, dan Allah maha perkasa lagi maha Bijaksana.
43. Dan Q.s.An-Nisa 4:34, berbunyi;

44.





45. Yang artinya:
46. Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Sebab itu maka wanita yang salih ialah yang taat kepada Allah
lagi memelihara diri ketika suamunya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,
maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka.
Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha tinggi lagi Maha Besar.
47. Memelihara dan melindungi diri dan keluarganya agar tidak berjerumus ke dalam
neraka. QS. Al-Tahrim 66 :6.

48.


49. Yang artinya:
50. Wahai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya melainkanmelainkan yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan
51. Mendidik anak keturunannya agar mereka manjadi manusia kuat dan sehat (jasmani
rohani) dan tidak menjadi beban masyarakat, Rasulullah saw. Bersabda:Adalah lebih
baik engkau meninggalkan ahli warisan dalam keadaan bercukupan, dari pada engkau
tinggalkan mereka menjadi beban manusia lain. (Riwayat Bukhary Muslim).

52. Mencukupi nafkah dan belanja rumah tangga. Rasulullah SAW pernah bersabda,
bahwa nafkah yang diberikan kepada keluarga, lebih besar pahalanya dari yang
disumbangkan untuk sabilillah, atau untuk pembebasan budak atau fakir miskin
(Riwayat Muslim dan Ahmad).
53. Mendidik keluarga dalam hidup beribadah, khususnya menegakkan ibadah shalat. QS
Thaha 20:132:


54.
55. Yang artinya:
56. Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, kamilah
yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang
yang bertakwah.
57. Kewajiban Istri / ibu: menjadi perempuan shaleh, Allah SWT berfirman di dalam QS
Al-Nisa 4:34:

58.



59. Yang Artinya:


60. Kami laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) dan karena sebagian lain
(perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah
lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah
memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,
maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan
pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah maha Tinggi
lagi Maha besar.
61. Menyenangkan hati suami dan patuh kepdanya, seperti dalam hadist Riwayat alTabrany: Sebaik-baik istri yang menyenangkan hatimu bila engkau memandangnya,
yang taat kepadamu dan yang dapat menjaga kehormatan dirinya dan harta bendamu
di waktu engkau diluar rumah. Bersama dengan suaminya berkewajiban
mengembangkan fitrah anak-anaknya, sabda Rasul SAW: kullu mauludin yuladu ala
al-Fitrah (Riwayat Bukhary).
62. Menyusukan anak-anaknya secara sempurna (2 tahun), seperti dalam QS Al-Baqarah
2:233:
63.





64. Yang Artinya:
65. ara ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi
makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara maruf. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya,
dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih
(sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka
tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh
orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan

pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan


ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
66. Kewajiban ayah dan ibu (2 orang tua) terhadap anak-anak mereka ialah mendidik
mereka baik rohani maupun jasmani menjadi manusia yang mempunyai sumber daya
yang berkualitas. QS An-Nisa 4:9:


67.

68. Yang Artinya:


69. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertaqwah kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar.
70. Kewajiban Anak
71. Anak mempunyai kewajiban terhadap kedua orang tuanya, baik ketika orang tua
masih sehat dan kuat, apalagi setelah usia lanjut atau uzur. Sebagaimana anak
mempunyai kewajiban terhadap Allah SWT.
72. Kewajiban beribadah kepada Allah SWT dan tidak mempersekutukan-Nya,
mensyukuri nikmat-Nya, berbuat kebajikan kepada orang tua. Perbuatan yang
dilakukan dengan penuh keikhlasan, serta mengharap ridha Allah SWT semata. QS
An-Nisa 4:36:

73.





74. Yang artinya:


75. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ubu-Bapak, kerabat,
anak-anak yatim orang miskin, tetangga dekat, tetangga yang jauh, teman
sejawat, ibnu sabil dan hamba shayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-bangakan diri.
76. Didalam QS Al-Baqarah 2:83:

77.





78. Yang Artinya:
79. Dan (Ingatlah), ketika kami mengambil janji dari bani israil (yaitu): janganlah
menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada Ibu-bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata kata
yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. Kemudian
kamu tidak memnuhi janji itu, kecuali sebagian kecil darpada kamu, dan kamu
selalu berpaling.
80. Didalam QS Lukman 31:14:
81.


82. Yang artinya:
83. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tua
Ibu bapak, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah dan menyapihnya dalam 2 tahun. Bersyukurlah kepada-ku
dan kepada kedua orang tua ibu-bapakmu, kepada kaulah kembalimu.
84. Berbuat kebajikan (ihsan) kepada kedua orang tua, dengan cara sang anak wajib
dihadapkan kata kata yang bijaksana dan memohonkannya akan rahmat Allah serta
ampunan-Nya untuk mereka berdua. Selalu pula menyalakan api cinta dan rasa syukur

kepada mereka dengan kesadaran atas pengerbonan dan cinta kasih dari ibu-bapak
selama ia kecil. QS Al-Isra 17:23-24:
85.


86.
87. Yang artinya:
88. Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaikbaiknya. Jika salah seorang diantara mereka sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
89. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.
90. Adanya budaya panti-panti asuhan jompo, dimana masyarakat berdatangan
menitipkan orang tua mereka yang sudah tua renta dan uzur, adalah budaya barat, dan
merupakan prilaku yang tidak islami.[cp]

Anda mungkin juga menyukai