Anda di halaman 1dari 24

DAMPAK EROSI AKIBAT PENAMBANGAN PASIR

DENGAN MEMANFAATKAN KERAMBA JARING TANCAP


SUNGAI KONAWE
BIDANG KEGIATAN :
PKM-M
Diusulkan Oleh :
Nama
LELA MONIKA
IRWANSYAH
YULI

:
:
:
:

Stambuk
21406008
21406009
21405020

Tahun Angkatan
2014
2014
2014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI


2015

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
RINGKASAN ................................................................................................

i
ii
iii
iv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ...............................................................................................


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................
1.3 Luaran Kegiatan ............................................................................................
1.4.Manfaat Kegiatan .........................................................................................
BAB II . GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
2.1. Masyarakat Pinggiran Sungai Konaweha .............................................
2.2. Kondisi Sungai Konawe ......................................................................
2.3. Budidaya Perikanan Sungai ..................................................................
BAB III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Alat dan Bahan ...............................................................................................
3.1.1 Alat ...............................................................................................
3.1.2 Bahan ...............................................................................................
3.2 Metode Kerja ...............................................................................................
3.2.1 Observasi ...............................................................................................
3.2.2 Sosialisasi dan Pelatihan .....................................................................
3.2.3 Penentuan Lokasi Keramba Jaring Tancap ........................................
3.2.4 Pembuatan Keramba Jaring Tancap ...................................................
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
1.1 Anggaran Biaya Keramba Jaring Tancap (KJT) .........................................
1.2 Jadwal Kegiatan ...........................................................................................
Lampiran
Lampiran 1 ...............................................................................................
Lampiran 2 ...............................................................................................
Lampiran 3 ...............................................................................................
Lampiran 4 ...............................................................................................
Lampiran 5 ...............................................................................................
Lampiran 6 ...............................................................................................

1
2
2
3
3
3
5
7
7
7
8
8
8
8
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Ringkasan
Sungai Konaweha merupakan sungai yang terpanjang di Provinsi Sulawesi Tenggara
tepatnya berada di Kabupaten Konawe. Sungai Konaweha merupakan sumber kehidupan bagi
masyarakat yang bermukim di sekitarnya, selama ini kerang-kerangan (bivalvia/kerang
pokea) sebagai makanan pengganti ikan oleh masyarakat yang berada di sungai konaweha.
Tetapi, dalam beberapa tahun sungai konaweha telah berubah fungsi menjadi tambang pasir
dan pertanian kelapa sawit sehingga sungai tersebut telah terjadi degradasi dan kekeruhan
yang diakibatkan oleh aktivitas tersebut.
Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sungai konaweha tersebut
mengakibatkan maraknya penambangan pasir dengan keuntungan yang sangat besar tetapi,
masyarakat tersebut tidak mengetahui sama sekali dampak lingkungan yang diakibatkan oleh
aktivitas penambangan. Perlunya, pendidikan dan pengetahuan kepada masyarakat tentang
pengelolan sungai konaweha yang tidak berdampak pada lingkungan namun sebaliknya dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat secara berkelanjutan.
Masyarakat selalu memanfaatkan sungai tersebut sebagai sumber air bersih, usaha
kerang-kerangan (pokea), aliran irigasi persawahan, tanaman pertanian lainnya dan sarana
transportasi antar desa. Fenomena yang akhir-akhir ini terkait dengan eksistensi sumberdaya
air adalah penurunan ketersediaan air brsih dan kekeruhan akibat laju sedimentasi yang
diakibatkan oleh penggundulan hutan, tambang pasir, dan perubahan fungsi manjadi kebun
kelapa saeit. Fenomena penurunan ketersediaan air dan peningkatan kebutuhan air terjadi di
sejumlah daerah aliran sungai konaweha Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan sehingga terjadi penurunan kapasitas infiltrasi
dan peningkatan aliran permukaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi neraca air.
Keyword. Penambangan Pasir, Erosi, Keramba Jaring Tancap.

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Kabupaten Konawe adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi
Sulawesi Tenggara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Unaaha. Dulu
kabupaten ini bernama Kabupaten Kendari. Kabupaten ini memiliki luas wilayah
16.480 km dan berpenduduk sebanyak 443.911 jiwa. Kepadatan penduduk
Kabupaten Konawe mengalami peningkatan dari 22,0 jiwa per kilometer persegi
tahun 2004 menjadi 22,6 jiwa pada tahun 2005. Hasil sensus penduduk tahun
2000 jumlah penduduk sebanyak 235.925 jiwa atau diperkirakan mengalami
kenaikan sebesar 53,5 ribu jiwa selama periode 1990-2000. Berdasarkan hasil
registrasi penduduk tahun 2005, penduduk di wilayah ini berjumlah 263.189 jiwa.
Berdasarkan data tersebut, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Konawe
sebesar 2,67 persen per tahun atau sedikit lebih rendah dari pertumbuhan
penduduk dalam dasawarsa 1980-1990 sekitar 4,37 persen, juga lebih rendah
dibanding penduduk Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu yang sama besar 2,86
persen.
Penyebarannya yang tidak merata masih merupakan ciri yang paling
menonjol dari penduduk Kabupaten Konawe. Hal ini ditandai dengan besarnya
perbedaan kepadatan antara kecamatan satu dengan yang lainnya. Kecamatan
Unaaha, Sampara, Wonggeduku, Bondoala, Soropia dan Wawotobi merupakan
wilayah dengan tingkat kepadatan jauh diatas rata-rata, masing-masing 5,6 jiwa,
1,9 jiwa, 1,1 jiwa dan 3,0 jiwa per kilometer persegi. Sementara kecamatan Asera,
Langgikima, Wiwirano, Routa dan Latoma memilki tingkat kepadatan masingmasing dibawah 0,1 jiwa per kilometer persegi.
Produksi perikanan selama tahun 2005 sebesar 20.994 ton dengan nilai
165.292,05 juta rupiah terdiri atas hasil budidaya 1474,2 ton dengan nilai
31.707,05 juta rupiah serta hasil penagkapan di laut dan perairan umum sebanyak
19.519,8 ton dengan nilai 133.585 juta rupiah, dibandingkan dengan tahun 2003
yang berjumlah 20.286 ton dengan nilai 170.183 juta rupiah, terdiri atas hasil
budidaya 1.387 ton dengan nilai 39.944 juta rupiah serta hasil pengkapan di laut
dan perairan umum sebayak 18.899 ton dengan nilai 129.339 juta rupiah.
Komoditi unggulan Kabupaten Konawe yaitu sektor perkebunan, pertanian
dan jasa. Sektor Perkebunan komoditi unggulannya adalah Kakao, Kopi, Kelapa,
Cengkeh, Jambu Mete, Lada dan Pala. Sub sektor Pertanian komoditi yang
diunggulkan berupa Jagung dan Ubi Kayu. sub sektor jasa Pariwisatanya yaitu
wisata alam dan budaya (BPS, 2013). Sungai Konaweha merupakan sungai
terbesar di Sulawesi Tenggara. Secara geografis sungai Konaweha terhampar dari
wilayah Kabupaten Kolaka, Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten Konawe, dan
kota Kendari dengan luas 715.062,81 Ha.
Kondisi aliran sungai Konaweha saat ini semakin meprihatinkan, dengan
adanya indikator debit air yang setiap tahun mengalami degradasi yang signifikan.

Hal ini tidak lepas dari paktek perambahan lahan baru para petani di sekitar areal
hulu aliran sungai sehingga debit air mengalami penurunan yang sangat tajam.
Penurunan debit air sungai Konaweha juga diamini oleh Badan Lingkungan
Hidup (BLH) Kabupaten Konawe. Debit air yang tiap tahunnya menurun tidak
lepas dari aktifitas masyarakat di sekitar hulu sungai Konaweha yang selalu
membuka lahan baru untuk pertanian dan mungkin saja lahan yang mereka garap
itu merupakan hutan lindung.
Aktivitas penambangan pasir ilegal di sungai konaweha oleh warga
setempat telah menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan yang luar biasa.
Sungai yang kian dalam menyebabkan badan tanah disepanjang sungai
mengalami erosi yang besar. Warga yang bermukim di pinggiran Sungai
Konaweha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara pun terancam bencana. Satu
rumah masyarakat bahkan telah ambruk dan terbawah arus. Kini tubir sungai kian
jauh masuk ke lahan pemukiman masyarakat. "Dalam tiga bulan tanah ini telah
ambrol sejauh lima belas meter di Kecamatan Bondoala.
Kerusakan lingkungan ini tak lepas dari maraknya penggunaan mesin
pengisap pasir. Meski sekarang penggunaan mesin telah dilarang namun dampak
yang ditimbulkan masih membekas sultranew, 2012). Daerah Aliran Sungai
(DAS) Konaweha terancam. Pembukaan lahan untuk perkebunan, pengelolaan
lahan kering yang tidak konservatif dan pengembangan wilayah otonomi
menyebabkan bagian hulu DAS Konaweha mengalami kritis. Bagian tengah dan
hilir DAS juga mengalami tekanan yang sama. Tengah dan hilir ditekan akibat
pembukaan lahan untuk perkebunan, tambang pasir, pertanian lahan kering tidak
konservatif, sedimentasi tinggi, kekeringan sumber mata air, tekanan penduduk
yang tinggi, banjir hingga lahan tidur dan irigasi sawah yang terganggu.
Ancaman daerah aliran sungai di sungai konaweha berasal dari degradasi
hutan dan lahan yang terjadi tiap tahun. Diiringi banjir, tanah longsor dan
kekeringan. Erosi dan sedimentasi juga mengancam waduk-waduk yang telah ada.
Koordinasi yang lemah antar daerah pengguna daerah aliran sungai menyebabkan
pengikisan pinggiran sungai yang akan mengganggu pemukiman warga (sultra,
2008).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diketahui berdasarkan latar belakang diatas adalah :
1. Bagaimana mengurangi dampak penambangan pasir di sungai konaweha.
2. Bagaimana mendesain kerambah jaring tancap budidaya ikan air tawar
sebagai dasar pengelolaan hasil perikanan disungai konawe.
3. Bagaimana meningkatkan tambahan ekonomi masyarakat melalui budidaya
jaring tancap di Sungai Konawe.
1.3 Luaran Kegiatan
Luaran yang akan diperoleh dari kegiatan pengabdian ini adalah berupa desain
dan jasa dalam mengelola kawasan sungai konaweha sebagai tambahan
pendapatan ekonomi masyarakat dan untuk mengurangi penambangan pasir di

area sungai yang dapat merugikan keselamatan pemukiman masyarakat akibat


terjadinya erosi pinggiran sungai dikarenakan adanya masyarakat yang melakukan
aktivitas penambangan.
1.4. Manfaat Kegiatan
Manfaat dari kegiatan pengabdian ini dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat melalui pemanfaatan sungai konaweha sebagai lahan budidaya ikan
air tawar dengan desain keramba jaring tancap dan mengurangi aktivitas
penambangan pasir yang bisa mengakibakan terjadinya erosi sungai.
BAB II . GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
2.1. Masyarakat Pinggiran Sungai Konaweha
Sungai Konaweha merupakan sungai yang terpanjang di Provinsi Sulawesi
Tenggara tepatnya berada di Kabupaten Konawe. Sungai Konaweha merupakan
sumber kehidupan bagi masyarakat yang bermukim di sekitarnya, selama ini
kerang-kerangan (bivalvia/kerang pokea) sebagai makanan pengganti ikan oleh
masyarakat yang berada di sungai konaweha. Tetapi, dalam beberapa tahun sungai
konaweha telah berubah fungsi menjadi tambang pasir dan pertanian kelapa sawit
sehingga sungai tersebut telah terjadi degradasi dan kekeruhan yang diakibatkan
oleh aktivitas tersebut.
Seiring perkembangan kota dan daerah terjadi permintaan bahan baku pasir
yang sangat tinggi dalam pembangunan infrastruktur. Sementara, penambangan
pasir yang selama ini telah dilakukan tidak berdasarkan kaidah-kaidah
lingkungan. Pengikisan pinggiran sungai sudah berkisar 5 meter dari pinggiran
sungai dan mengancam pemukiman masyarakat yang mendiami area tersebut.
sehingga, keuntungan yang diperoleh penambangan pasir tersebut tidak sebanding
dengan kerugian yang terjadi pada masyarakat.
Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sungai konaweha
tersebut mengakibatkan maraknya penambangan pasir dengan keuntungan yang
sangat besar tetapi, masyarakat tersebut tidak mengetahui sama sekali dampak
lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas penambangan. Perlunya, pendidikan
dan pengetahuan kepada masyarakat tentang pengelolan sungai konaweha yang
tidak berdampak pada lingkungan namun sebaliknya dapat meningkatkan taraf
hidup masyarakat secara berkelanjutan.
2.2. Kondisi Sungai Konawe
Sungai Konawe atau bisa juga disebut sungai konaweha berada disepanjang
pemukiman masyarakat Kabupaten Konawe. Dimana, ketergantungan hidup
masyarakat berasal dari sumberdaya alam yang ada disungai. Masyarakat selalu
memanfaatkan sungai tersebut sebagai sumber air bersih, usaha kerang-kerangan
(pokea), aliran irigasi persawahan, tanaman pertanian lainnya dan sarana
transportasi antar desa. Fenomena yang akhir-akhir ini terkait dengan eksistensi
sumberdaya air adalah penurunan ketersediaan air brsih dan kekeruhan akibat laju
sedimentasi yang diakibatkan oleh penggundulan hutan, tambang pasir, dan
perubahan fungsi manjadi kebun kelapa saeit. Fenomena penurunan ketersediaan

air dan peningkatan kebutuhan air terjadi di sejumlah daerah aliran sungai
konaweha Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
perubahan penggunaan lahan sehingga terjadi penurunan kapasitas infiltrasi dan
peningkatan aliran permukaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi neraca air.
Perubahan penggunaan lahan diduga mengakibatkan terjadinya penurunan
debit minimum dan peningkatan debit maksimum. Debit maksimum mei tahun
2000 adalah 380 m3/detik yang menyebabkan lebih dari 10.000 hektar sawah di
wilayah irigasi Wawotobi terendam banjir. Pada tahun yang sama dari september
sampai november terjadi kekeringan dengan debit minimum rata-rata 10,6
m3/detik yang mengakibatkan lebih dari 5.000 hektar sawah di wilayah tersebut
tidak mendapatkan pasokan air yang cukup. Pada bulan september tahun 2003
maka debit minimum Sungai Konaweha adalah 27 m3/detik, pada tahun 2006 dan
2008 maka debit minimum bulan september menjadi 23 m3/detik dan 20 m3/detik
(Dinas PU Pemprov, 2010).
Daerah aliran sungai konaweha mempunyai fungsi strategis karena
merupakan Daerah aliran sungai terbesar di Sulawesi Tenggara dengan luas
697.841 hektar dan secara administrasi meliputi empat daerah otonom yakni
Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Kolaka dan Kota Kendari (BPDAS, 2009).
Salah satu peranannya yang sangat vital adalah sebagai sumber air bagi
pemenuhan kebutuhan domestik, industri dan irigasi keempat daerah tersebut,
namun belum didukung dengan upaya pemeliharaan fungsi daerah aliran sungai
dalam menjaga tata air.
Dengan indikasi fluktuasi debit sungai yang makin tajam, sehingga suplai
air untuk irigasi pertanian hampir tak cukup lagi. Secara geografis, daerah aliran
sungai Konaweha terhampar dari Kabupaten Kolaka Utara, Kecamatan Asera,
Kabupaten Konawe Utara, Kecamatan Uluiwoi, Kabupaten Kolaka, Kecamatan
Bondoala, Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan. Pengelolaan
daerah aliran sungai di daerah ini memang belum jadi perioritas utama pemerintah
daerah. Walau banyak warga yang menggantungkan hidupnya dari aliran DAS
Konaweha, namun upaya restorasi dan pelestarian daerah aliran sungai oleh
pemerintah daerah belum juga kelihatan. Besarnya potensi daerah aliran sungai
Konaweha yang menunjang kehidupan warga sekitarnya mestinya isu
keterjaminan air untuk Sultra dari daerah aliran sungai Konaweha menjadi
perioritas kebijakan bagi pemerintah.
Menurut (Amir), saat ini masih berdasarkan batasan wilayah administrasi
kabupaten untuk perkebunan coklat, seperti kita tahu, coklat bukan tanaman
kehutanan, karena fungsi akan dan dedaunannya tidak mampu menahan laju
tetesan liar hujan di daerah tangkapan air, sebelum masuk sungai. Penerapan
kebijakan yang tumpang tindih ini makin mengancam keterjaminan air untuk
Sultra dari daerah aliran sungai konaweha. Suplai air untuk daerah irigasi
Wawotobi yang berasal dari daerah aliran sungai konaweha makin
memprihantinkan. Dengan luas areal delapan ribu hekter saja, suplai air untuk

irigasi dari bendungan tersebut malah hampir tidak cukup, bagaimana bila harus
mengairi sawah seluas 12 ribu hekter.
Krisis air untuk pertanian kini mulai jadi masalah krisual. Hampir tiap
daerah penghasil beras, mulai mengeluhkan kelangkaan air. Menurut Kepala Sub
Dinas Pertanian bagian Produksi Kabupaten Konawe, Uslan Ranggaala, 50 persen
hasil surplus beras yang dilakukan saat ini berasal dari percetakan sawah baru.
Artinya, peningkatan produksi beras yang dilakukan saat ini lebih dititik beratkan
pada perluasan sawah baru, bukan dengan sistem intensifikasi lahan.
Saat ini, air sungai Konaweha mengalir lamban dan berwarna coklat.
Beratnya beban sedimen yang dikandungnya, karena maraknya perambahan hutan
di daerah hulu. Marwah, dosen Management Kehutanan, Universitas Haluoleo
mengatakan, peningkatan penduduk yang cukup tinggi sejak adanya pemekaran di
daerah tengah dan hulu daerah aliran sungai konaweha juga merupakan pemberi
dampak langsung terhadap tingginya laju erosi dan sedimantasi Sungai
Konaweha. Disamping itu, perkembangan pembangunan menyebabkan
persaingan penggunaan lahan , sehingga petani menjadi terdesak untuk
memanfaatkan lahan kering di daerah berlereng tanpa tindakan konservasi yang
sesuai dengan kondisi biofisik daerah tropis. Lahan-lahan ini menjadi rawan erosi
sehingga mengakibatkan lahan-lahan krisis dan terdegradasi.
Marwah dalam hasil penelitiannya mengemukakan bahwa sub daerah aliran
sungai konaweha yang seluasnya 270.608,8 hektar terdapat penggunaan lahan
hutan seluas 140.176,4 hekter pada tahun 1999 dan menurun menjadi 134.569,3
hekter pada tahun 2004. Kebun campuran seluas 15.327,8 ha tahun 1999 menjadi
11.154,1 ha tahun 2004 (BRLKT Sampara 2005).
Petani selitar daerah aliran sungai pada umumnya menanami lahannya
dengan coklat dan tanaman pangan jangka pendek. Tentu kita masih ingat, kondisi
bendungan Asolu, di Kecamatan Abuki. Suplai air di bendungan tersebut mulai
menurun sejak tahun 2006. Perambahan hutan menjadi perkebunan coklat dan
aktivitas illegal loging adalah pemicu utama tingginya sedimentasi dan laju erosi
di bendungan tersebut.
Potret krisis dari bendungan Asolu terlihat dari ketinggian air yang hanya
mampu naik hingga 120 milimeter dari dasar bendungan. Sisi bendungan di
tembuhi rumput gajah dan berbagai jenis tumbuhan lain. Sedangkan bagian
tengah, terlihat tumpukan tanah dan kerikil. Tak ada lagi deru keras dari air
bendungan ketika berada dalam jarak 100 meter seperti yang selama puluhan
tahun terjadi. (sultra 2010)
2.3
Budidaya Perikanan Sungai
Perikanan Darat merupakan usaha pemeliharaan dan penangkapan ikan di
perairan darat. Perairan darat meliputi sungai, danau, rawa, waduk atau
bendungan, empang, sawah, dan tambak. Perikanan darat dapat dibedakan atas
dua jenis yaitu perikanan air payau dan perikanan air tawar. Perikanan air tawar
ialah perikanan yang terdapat di sawah, sungai, danau, kolam dan rawa.

Keberhasilan budidaya ikan air tawar sangat ditentukan oleh lingkungan yaitu
tanah dan air. Jenis tanah sangat menentukan faktor keberhasilan budidaya air
tawar, jenis tanah yang baik untuk budidaya air tawar adalah jenis tanah liat atau
lempung. Tanah jenis ini sangat baik utuk pembuatan kolam. Air sebagai media
kehidupan ikan, jadi sebagai media keberadaan air sangat mutlak diperlukan.
Jumlah dan kualitas air harus selalu menjadi perhatian agar usaha budidaya ikan
air tawar bisa menjadi opimal (Yani, 2007).
Dalam pemanfaatan potensi pengembangan budidaya perikanan dapat
dilakukan melalui pembenihan, pembudidayaan, penyiapan prasarana,
pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan. Potensi tersebut diharapkan mampu
dalam meningkatkan efisiensi, produktivitas dan produksi usaha perikanan
budidaya. Kegiatan pembudidayaan perikanan laut maupun darat dapat
diklasifikasikan menjadi kegiatan marine kultur dan budidaya air payau (Yani,
2007).
Kegiatan budidaya perikanan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
sumber air menyangkut kualitas dan kuantitas. Oleh karena itu pengembangan
usaha budidaya adalah mengupayakan peningkatan produktivitas suatu lahan atau
perairan dengan input teknologi yang ada. Pengembangan potensi pengembangan
pembudidayaan perikanan ke depan harus mampu mendayagunakan potensi yang
ada, sehingga dapat mendorong kegiatan produksi berbasis perekonomian rakyat
dan meningkatkan pendapatan anggaran daerah (PAD) Kabupaten Konawe serta
mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat wilayah pesisir Kabupaten
Konawe (Konawekap).
Kriteria perairan atau sungai yang baik untuk melakukan usaha budidaya
ikan adalah sebagai berikut:
1. Sistem perairan atau sungai dalam keadaan bersih dan tidak tercemar oleh
bahan kimia yang berbahaya.
2. Sistem perairan atau sungai tidak mengandung kadar minyak dan bahan lain.
3. Sistem perairan yang banyak mengandung zat-zat alami yang dibutuhkan oleh
ikan.
4. Sungai yang tidak dipenuhi oleh banyak sampah dan dedaunan.
Jika sistem perairan atau sungai yang digunakan dalam usaha budidaya
tidak sesuai dengan kebutuhan ikan, maka hal itu akan berakibat buruk terhadap
kelangsungan hidup ikan. Dengan demikian, diperlukan pengetahuan khusus
mengenai jenis-jenis ikan, kebutuhan ikan berdasarkan jenisnya, macam-macam
segmen pembesaran, jenis-jenis kolam budidaya ikan, dan kebutuhan pakan ikan.
Sebelum memilih tempat yang baik serta mengelola sistem perairan bagi
ternak ikan, perlu untuk terlebih dahulu memilih dan menentukan jenis ikan apa
yang akan dibudidayakan.
Berikut ini adalah beberapa jenis ikan yang biasa dibudidayakan di air tawar :
1. Ikan Mas, yaitu jenis ternak ikan yang segmennya meliputi segmen pembibitan
dan pembesaran.

2. Ikan Lele, yaitu jenis ternak ikan yang bisa menghasilkan 4000 telur yang siap
menjadi larva.
3. Ikan Patin, yaitu jenis ikan yang memerlukan keterampilan khusus untuk bisa
membudidayakannya karena ikan jenis ini memiliki 3 tahap pembesaran.
4. Ikan Nila, yaitu jenis ikan yang cocok untuk dibudidayakan di sumber air yang
bersih. Ikan jenis ini termasuk ke dalam jenis ternak yang mudah untuk
dibudidayakan.
5. Ikan Gurame, yaitu jenis ikan dengan beberapa tahap pembibitan, pemijahan,
penetasan, dan pemeliharaan larva.
BAB III. METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini akan dilakukan pada daerah yang
memiliki aliran sungai yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai penambangan
pasir sekaligus dapat menjadi parameter dalam melakukan aktivitas budidaya
perikanan air tawar melalui rancang bangun Keramba Jaring Tancap (KJT).
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang akan digunakan dalam mendesain keramba jaring tancap adalah :
a. Paku
Paku bertujuan untuk menyatukan kayu dan papan pada keramba tancap.
b. Palu
Palu atau martil adalah alat yang digunakan untuk memberikan tumbukan
kepada benda keramba tancap.
c. Gergaji
Gergaji adalah alat yang digunakan untuk memotong kayu.
d. Pahat
Pahat bertujuan untuk membuat lubang dalam kayu balok keramba tancap
e. Perahu
Perahu sebagai sarana pembuatan keramba jaring tancap.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengabdian ini adalah :
a. Bibit Ikan air Tawar
Bibit ikan air tawar adalah bahan yang berfngsi untuk di budidayakan.
b. Nilon
Nilon adalah bahan yang berfungsi untuk membuat jaring.
c. Jaring
Jaring adalah bahan yang digunakan untuk memelihara ikan.
d. Kayu Balok
Kayu balok adalah bahan yang berfungsi untuk membuat kerangka tiang
jaring tancap.
e. Papan
Papan berfungi untuk membuat lantai kerangka jaring tancap.
f. Tasi

Tasi adalah bahan untuk material pembuat jaring.


g. Timah (pemberat)
Timah adalah bahan yang berfungsi untuk pemerat jaring atau material
jaring.
3.2 Metode Kerja
Metode untuk pelaksanaan pengabdian pada masyarakat dalam mendesain
keramba jaring tancap memiliki beberapa tahapan untuk mencapai kegiatan
dimaksud.
3.2.1 Observasi
Pada tahap awal kegiatan dilakukan observasi untuk mengetahui lokasi
pengabdian masyarakat dalam mengimplementasikan desain rancang bangun
keramba jaring tancap di area yang berdekatan dengan penambangan pasir
masyarakat.
3.2.2 Sosialisasi dan Pelatihan
Sosialisasi dilakukan pada masyarakat yang bermukim dipinggir area sungai
konaweha dan diadakan suatu pelatihan mendesain keramba jaring tancap serta
cara teknis pembudidayaan ikan air tawar.
3.2.3 Penentuan Lokasi Keramba Jaring Tancap
Menentukan lokasi keramba jaring tancap berdekatan dengan lokasi
penambangan pasir sebagai bentuk pengetahuan oleh masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya alam sungai konaweha. Mengingat pengelolaan sumber
daya air merupakan masalah yang kompleks dan melibatkan semua pihak sebagai
pengguna, pemanfaat maupun pengelola, maka pengelolaan sumber daya air di
wilayah sungai perlu dilakukan secara terpadu.
3.2.4 Pembuatan Keramba Jaring Tancap
Kontruksi keramba jaring tancap (KJT) didahului dengan
mengumpulkan bahan dan alat. Jika semuatelah tersedia maka langkah
yang dilakukan adalah.
Proses pembuatan keramba jaring tancap adalah :
a. Buat kerangka menurut ukuran yang dikehendaki, dalam hal ini panjang 3
meter, sedang lebar 2 meter. Kemudian kayu gelam (cerocok) ditancapkan
kedalam lumpur untuk membuat kerangka keramba. Empat tiang memanjang
yang masing-masing merupakan tulang tempat mengikat tiang-tiang melintang.
b. Kayu cerocok diikat dengan tali tambang/rotan atau dipaku antara tiang yang
telah ditancapkan dengan tiang-tiang melintang kerangka yang bentuknya
menyerupai balok.
c. Setelah kerangka tiang terbentuk persegi panjang dengan ukuran 23 m, maka
waring dipasang pada kerangka yang diikat dengan tali tambang. Jaring yang
digunakan ada 2 macam, yaitu jaring dalam sebagai wadah budidaya dan jaring
luar dengan ukuran mata jaringnya agak besar yang berfungsi untuk pelindung
jaringwadah budidaya atau pencegah serangan hama.
d. Kemudian masukan waring kedalam air hingga hampir menyetuh lumpur, titik
atas waring jangan sampai tenggelam pada saat pasang air tertinggi atau

banjir. Dan ketika surut terendah tinggi air dalam waring tidak kurang dari 50
cm.
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya Keramba Jaring Tancap (KJT)
No
I.
1.
2.
3.
4.
II
A.
1.
2.
3.
4.
5.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Uraian

Satuan

Biaya habis pakai


pengadaan
4
paket
proposal
ATK
1
paket
Laporan
4
paket
antara
Laporan
1
paket
akhir
Sub total A
Alat dan Bahan
Alat
Paku
4
kg
Palu
2
unit
Gergaji
2
unit
Pahat
2
unit
Perahu
2
unit
Sub Total B
Bahan
Bibit ikan
50 paket
Nilon
7
paket
Jaring
10 paket
Kayu balok
15 paket
Papan
5
paket
Tasi
1
paket
Timah
(pemberat)
3
paket

Sub Total C
III Transportasi
Transpotasi
1. Darat
Transportasi
2. Laut
Sub Total D
Akomodasi
IV.
dan Konsumsi

Volume

Harga Satuan

Biaya

(Rp)

(Rp)

set

100.000

100.000

set

65.000

65.000

set

100.000

100.000

set

100.000

100.000
365.000

1
1
1
1
1

set
set
set
set
set

15.750
40.500
60.000
25.000
150.000

63.000
81.000
120.000
50.000
300.000
614.000

1
10
2
7
5
5

kg
paket
paket
paket
paket
paket

500.000
100.000
150.000
500.000
350.000
50.000

500.000
100.000
150.000
500.000
350.000
50.000

paket

200.000

200.000
1.850.000

paket

hari

500.000

1.500.000

paket

hari

650.000

1.950.000
3.450.000

115000

10

1.

Penginapan

orang

hari

1.000.000 3.000.000

2.

Konsumsi TIM
Sub Total E

orang

hari

1.000.000 3.000.000
6.000.000

Total (A+B+C+D+E) 12.279.000

4.2 Jadwal Kegiatan


Adapun jadwal kegiatan ini dilakukan pada tabel dibawah ini :
No.

Kegiatan

1.

Tahap persiapan

2.

sosialisasi

3.

Penyuluhan

4.
5.
6.

Pembuatan
Keramba Jaring
Tancap
Evaluasi dan
Monitoring
Pembuatan
laporan

bulan ke 1 bulan ke 2 bulan ke 3 bulan ke 4


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

DAFTAR PUSTAKA
http://www.konawekab.go.id/wilayah#sthash.ecpzANyk.dpuf.
http://www.sultranews.com/2012/04/aktifitas-tambang-pasir-pohara-rusak.html
https://m3sultra.wordpress.com/2008/page/13.
https://m3sultra.wordpress.com/2010/04/01/das-konaweha-kritis/.
Sub Dinas PU Pengairan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2010
Amir. pegiat lingkungan YASCITA Kendari, pengelolaan DAS Konaweha
Iswan. Pengembangan Teknologi Pertanian (BPTP) Kabupaten Konawe, Unaaha, 15 Februari
lalu.
Ahmad Yani.2007.Geografi. Agribisnis Perikanan.25-26 . Jakarta:Grafindo.112 .
http://www.konawekab.go.id/wilayah#sthash.ecpzANyk.dpuf.

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan Pengabdian Masyarakat.


No
I.
1.
2.
3.
4.
II
A.
1.
2.
3.
4.
5.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
III
1.
2.

Uraian

Satuan

Biaya habis pakai


pengadaan
4
paket
proposal
ATK
1
paket
Laporan
4
paket
antara
Laporan
1
paket
akhir
Sub total A
Alat dan Bahan
Alat
Paku
4
kg
Palu
2
unit
Gergaji
2
unit
Pahat
2
unit
Perahu
2
unit
Sub Total B
Bahan
Bibit ikan
50 paket
Nilon
7
paket
Jaring
10 paket
Kayu balok
15 paket
Papan
5
paket
Tasi
1
paket
Timah
(pemberat)
3
paket
Sub Total C
Transportasi
Transpotasi
Darat
3
paket
Transportasi
Laut
3
paket

Volume

Harga Satuan

Biaya

(Rp)

(Rp)

set

100.000

100.000

set

65.000

65.000

set

100.000

100.000

set

100.000

100.000
365.000

1
1
1
1
1

set
set
set
set
set

15.750
40.500
60.000
25.000
150.000

63.000
81.000
120.000
50.000
300.000
614.000

1
10
2
7
5
5

kg
paket
paket
paket
paket
paket

500.000
100.000
150.000
500.000
350.000
50.000

500.000
100.000
150.000
500.000
350.000
50.000

paket

200.000

200.000
1.850.000

hari

500.000

1.500.000

hari

650.000

1.950.000

Sub Total D
Akomodasi
IV.
dan Konsumsi

3.450.000
115000

1.

Penginapan

orang

hari

1.000.000 3.000.000

2.

Konsumsi TIM
Sub Total E

orang

hari

1.000.000 3.000.000
6.000.000

Total (A+B+C+D+E) 12.279.000

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas


No
Nama/NIM
Program
Bidang
Alokasi
Uraian Tugas
Studi
Ilmu
Waktu (jam/
minggu)
- Mengatur
1
Lela Monika
PSP
PSP
10
seluruh proses
pelaksanaan
kegiatan
- Menyusun
proposal
2

Irwansya

PSP

PSP

10

Yuli

PSP

PSP

10

- Menyusun
proposal
- Membeli/meny
ediakan
alat
dan Bahan
- Menyusun
proposal
- Mensosialisasik
an Program
kepada
Masyarakat

Lampiran 6. Peta gambaran lokasi pengabdian di Kelurahan Bondoala.

Anda mungkin juga menyukai