KALIBALANGAN
No.Dokumen
Tanggal Terbit
SOP
ALERGI MAKANAN
JUDUL SPO
ALERGI MAKANAN
No.Revisi
Halaman
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Kalibalangan
Definisi
Alergi makanan adalah suatu respons normal terhadap makanan yang
dicetuskan oleh suatu reaksi yang spesifik didalam suatu sistem imun dan
diekspresikan dalam berbagai gejala yang muncul dalam hitungan menit
setelah makanan masuk; namun gejala dapat muncul hingga beberapa
jam kemudian.
Point penting mengenai alergi makanan :
a. Berbagai rekasi lainnya bukan termasuk alergi diantara intoleransi
makanan seperti laktosa atau susu, keracunan makanan, reaksi
toksik.
b. Kebanyakan reaksi hipersensitivitas disebabkan oleh susu, kacang,
telur, kedelai, ikan, kerang, gandum.
c. Pada alergi susu dan telur akan berkurang dengan bertambahnya
usia. Alergi kacang dan makanan laut sering pada dewasa.
d. Kebanyakan alergi makanan adalah reaksi hipersensitivitas tipe I
(IgE mediated) atau tipe lambat (late-phase IgE-mediated,immune
complex-mediated,cell-mediated).
e. Reaksi anfilaksis merupakan manifestasi paling berat.
f. Alergi makanan tidak berhubungan dengan IBS ,namun harus
dipertimbangkan untuk pasien atopi. Tidak ada bukti kuat bahwa
alergi makanan dalam patogenesis IBD (Irritation Bowel Disease)
g. Kriteria pasti untuk diagnosis alergi makanan adalah cetusan
berulang dari gejala pasien setelah makan makanan tertentu diikuti
bukti adanya suatu mekanisme imunologi.
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
1
2
3
Petugas
menyiapkan
format
laporan
penderita baru
Petugas menuliskan identitas pasien yang
akan diperiksa
Perawat Melakukan pengukuran tekanan
darah, suhu badan dan mencatat dalam
buku status pasien.
Dokter Melakukan anamnesa terhadap
pasien terkait Keluhan yang dirasakan
Anamnesis
Keluhan
a. Pada kulit: eksim, urtikaria. Pada saluran pernapasan : rinitis, asma.
b. Keluhan pada saluran pencernaan: gejala gastrointestinal non
spesifik dan berkisar dari edema, pruritus bibir, mukosa pipi, mukosa
faring, muntah, kram, distensi, diare.
c. Sindroma alergi mulut melibatkan mukosa pipi atau lidah tidak
berhubungan dengan gejala gastrointestinal lainnya.
d. Diare kronis dan malabsorbsi terjadi akibat reaksi hipersensitivitas
lambat non Ig-E-mediated seperti pada enteropati protein makanan
dan penyakit seliak
e. Hipersensitivitas susu sapi pada bayi menyebabkan occult bleeding
atau frank colitis.
Rujukan pemeriksaan
a. Uji kulit langsung dengan teknik Prick
b. Uji provokasi makanan
c. Eliminasi makanan
Prognosis
Umumnya prognosis adalah dubia ad bonam bila medikamentosa disertai
dengan perubahan gaya hidup.
Unit Terkait
Referensi
1. Poli umum
2. KIA
3. IGD
1.
No.Dokumen
JUDUL SPO
APPENDISITIS AKUT
No.Revisi
Halaman
PUSKESMAS
KALIBALANGAN
Tanggal Terbit
SOP
Ditetapkan
Kepala UPTD Puskesmas Perkotaan
APPENDISITIS AKUT
Defenisi :
Apendisitis akut adalah radang yang timbul secara mendadak pada
apendik, merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering
ditemui, dan jika tidak ditangani segera dapat menyebabkan perforasi
Penyebab :
a. Obstruksi lumen merupakan faktor penyebab dominan
apendisitis akut
b. Erosi mukosa usus karena parasit Entamoeba hystolitica dan
benda asing lainnya
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Penderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang
sakit, kembung (+) bila terjadi perforasi, penonjolan perut kanan bawah
terlihat pada appendikuler abses.
Palpasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Perkusi
Nyeri ketok (+)
Auskultasi
Peristaltik normal, peristaltik (-) pada illeus paralitik karena peritonitis
generalisata akibat appendisitis perforata. Auskultasi tidak banyak
membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi kalau sudah
terjadi peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltik usus.
Rectal Toucher / Colok dubur
Nyeri tekan pada jam 9-12
Tanda Peritonitis umum (perforasi) :
a. Nyeri seluruh abdomen
b. Pekak hati hilang
c. Bising usus hilang
Apendiks yang mengalami gangren atau perforasi lebih sering terjadi
dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Gejala progresif dengan durasi lebih dari 36 jam
b. Demam tinggi lebih dari 38,50C
c. Lekositosis (AL lebih dari 14.000)
d. Dehidrasi dan asidosis
e. Distensi
f. Menghilangnya bising usus
g. Nyeri tekan kuadran kanan bawah
h. Rebound tenderness sign
i. Rovsing sign
j. Nyeri tekan seluruh lapangan abdominal
Penatalaksanaan
Pasien yang telah terdiagnosis Appendisitis akut harus segera dirujuk
ke layanan sekunder untuk dilakukan operasi cito
a. Non-farmakologis
1. Bed rest total posisi fowler (anti Trandelenburg)
2. Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan
apapun melalui mulut.
3. Penderita perlu cairan intravena untuk mengoreksi jika ada
dehidrasi.
Poli umum
Referensi
No.Dokumen
JUDUL SPO
OSTEOARTRITIS
No.Revisi
Halaman
PUSKESMAS
KALIBALANGAN
Tanggal Terbit
SOP
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Kalibalangan
ARTRITIS OSTEOARTRITIS
Definisi :
Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi.
Pada OA faktor penyebab utama adalah trauma tau pengausan sendi.
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit Terkait
Referensi
Kesehatan primer
No.Dokumen
JUDUL SPO
ARTRITIS REUMATOID
No.Revisi
Halaman
PUSKESMAS
KALIBALANGAN
Tanggal Terbit
SOP
ARTRITIS REUMATOID
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Kalibalangan
Defenisi
Artritis Reumatoid merupakan Penyakit autoimun yang ditandai
dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang walaupun terutama
mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh
lainnya.
Diagnosis Banding
a. Penyebab arthritis lainnya
b. Spondiloartropati seronegatif
c. Lupus eritematosus sistemik
d. Sindrom Sjogren
Komplikasi
a. Deformitas sendi (boutonnierre, swan neck, deviasi ulnar)
b. Sindrom terowongan karpal (TCS)
c. Sindrom Felty (gabungan gejala RA, splenomegali, leukopenia,
dan ulkus pada tungkai; juga sering disertai limfadenopati dan
trombositopenia)
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
fisik
Pemeriksaan Fisik
Manifestasi artikular:
Pada lebih dari 3 sendi (poliartritis) terutama di sendi tangan, simetris,
immobilisasi sendi, pemendekan otot seperti pada vertebra servikalis,
gambaran deformitas sendi tangan (swan neck, boutonniere).
Manifestasi ekstraartikular:
a. Kulit: terdapat nodul rheumatoid pada daerah yg banyak
menerima penekanan, vaskulitis.
b. Soft tissue rheumatism, seperti carpal tunnel syndrome atau
frozen shoulder.
c. Mata dapat ditemukan kerato-konjungtivitis sicca yang
merupakan manifestasi sindrom Sjorgen, episkleritis/ skleritis.
Konjungtiva tampak anemia akibat penyakit kronik.
d. Sistem respiratorik dapat ditemukan adanya radang sendi
krikoaritenoid, pneumonitis interstitial, efusi pleura, atau fibrosis
paru luas.
e. Sistem kardiovaskuler dapat ditemukan perikarditis konstriktif,
disfungsi katup, fenomena embolisasi, gangguan konduksi,
aortritis, kardiomiopati.
Kriteria Diagnosis
Berdasarkan ACR tahun 1987:
a. Kaku pagi, sekurangnya 1 jam.
b. Artritis pada sekurangnya 3 sendi.
c. Artritis pada sendi pergelangan tangan, metacarpophalanx
(MCP) dan Proximal Interphalanx (PIP).
d. Artritis yang simetris.
e. Nodul rheumatoid.
f. Faktor reumatoid serum positif. Hasil positif dijumpai pada
sebagian besar kasus (85%), sedangkan hasil negatif tidak
menyingkirkan adanya RA.
g. Gambaran radiologik yang spesifik.
h. LED dan CRP meningkat.
i. Analisis cairan sendi: terdapat gambaran inflamasi ringansedang.
Untuk diagnosis RA, diperlukan 4 dari 7 kriteria tersebut di atas. Kriteria
1-4 harus minimal diderita selama 6 minggu.
Penatalaksanaan
a. Pasien diberikan informasi untuk memproteksi sendi, terutama
pada stadium akut dengan menggunakan decker.
b. Pemberian obat anti inflamasi non-steroid, seperti: diklofenak
50-100 mg 2x/hari, meloksikam 7,515 mg/hari, celecoxib 200400 mg/sehari.
c. Pemberian golongan steroid, seperti: prednison atau metil
prednisolon dosis rendah (sebagai bridging therapy).
d. Fisioterapi, tatalaksana okupasi
Kriteria rujukan
a. Tidak membaik dengan pemberian obat anti inflamasi dan
steroid dosis rendah
b. . RA dengan komplikasi.
c. Rujukan pembedahan jika terjadi deformitas.
Prognosis
Prognosis adalah dubia ad bonam, sangat tergantung dari perjalanan
penyakit dan penatalaksanaan selanjutnya.
Unit Terkait
1. Poli umum
2. IGD
Referensi
PUSKESMAS
KALIBALANGAN
No.Dokumen
SPO
Tanggal Terbit
JUDUL SPO
ASKARIASIS
No.Revisi
Halaman
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Kalibalangan
ASKARIASIS
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit Terkait
Referensi
1. Poli umum
2. KIA
Buku Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan primer
No.Dokumen
PUSKESMAS
KALIBALANGAN
SPO
Tanggal Terbit
ASMA BRONKIAL
JUDUL SPO
ASMA BRONKIAL
No.Revisi
Halaman
Ditetapkan
Kepala Puskesmas kalibalangan
Defenisi
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara.
Ada dua faktor yang menjadi pencetus asma :
a. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan terganggunya saluran
pernafasan dan mengakibatkan menyempitnya saluran
pernafasan tetapi tidak menyebabkan peradangan spt:
perubahan cuaca, rangsangan sesuatu yang bersifat allergen
misalnya asap rokok , infeksi saluran pernafasan, gangguan
emosi, kerja fisik dan olah raga yang berlebihan.
b. Penyebab (inducer) yaitu sel mast disepanjang bronki
Kebijakan
Prosedur
Gambaran klinis
a. Sesak nafas pada asma khas disertai suara mengi akibat
kesulitan ekspirasi
b. Pada auskultasi terdengar wheezing dan aspirasi memanjang
c. Keadaan sesak hebat yang ditandai dengan giatnya otot-otot
bantu pernafasan dan sianosis dikenal dengan STATUS
ASMATIKUS yang dapat berakibat fatal.
d. Dispnoe dipagi hari dan sepanjang malam, sesudah latihan fisik
(terutama saat cuaca dingin), berhubungan dengan infeksi
saluran nafas atas, berhubungan denganpaparan terhadap
allergen seperti debu dan bulu binatang.
e. Batuk yang panjang di pagi hari dan larut malam, berhubungan
dengan faktor iritatif,batuknya bisa kering, tapi sering terdapat
mukus bening yang diekskresikan dari saluran nafas.
Penatalaksanaan
a. Faktor pencetus sedapat mungkin dihilangkan
b. Pada serangan ringan dapat diberikan suntikan adrenalin 1 :
1000 0,2-0,3 ml subkutan yang dapat diulangi beberapa kali
dengan interval 10-15 menit, dengan memperhatikan tekanan
darah, nadi dan fungsi respirasi. Dosis anak 0,01 mg/kgBB
subkutan
c. Bronkodilator terpilih adalah teofilin 100-150 mg 3xsehari pada
dewasa dan 10-15 mg/kgBB/hari untuk anak
d. Pilihan lain salbutamol 2-4 mg 3xsehari untuk dewasa
e. Efedrin 10-15 mg 3xsehari dapat dipakai untuk menambah
khasiat teofilin
f. Prednisone dibutuhkan bila obat-obat diatas tidak menolong
dan diberikan beberapa hari saja untuk mencegah status
asmatikus. Namun pemberiannya tidak boleh terlambat.
g. Penderita status asmatikus memerlukan oksigen, terapi
parenteral (kortikosteroid sistemik injeksi), dan bronkodilator
kerja cepat inhalasi.
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan adalah:
a. Tabung oksigen
b. Nebulizer
Unit Terkait
Poli umum
Referensi
No.Dokumen
PUSKESMAS
KALIBALANGAN
SPO
BRONKITIS AKUT
Pengertian
Tanggal Terbit
JUDUL SPO
BRONKITIS AKUT
No.Revisi
Halaman
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Kalibalangan
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Bronkitis akut dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: infeksi virus,
yang paling umum influenza A dan B, parainfluenza, RSV, adenovirus,
rhinovirus dan coronavirus; infeksi bakteri, seperti yang disebabkan oleh
Mycoplasma
spesies,
Chlamydia
pneumoniae,
Streptococcus
pneumoniae, Moraxella catarrhalis, dan Haemophilus influenzae; rokok
dan asap rokok; paparan terhadap iritasi, seperti polusi, bahan kimia, dan
asap tembakau, juga dapat menyebabkan iritasi bronkial akut; bahanbahan yang mengeluarkan polusi; penyakit gastrofaringeal refluk-suatu
kondisi di mana asam lambung naik kembali ke saluran makan
(kerongkongan); pekerja yang terekspos dengan debu atau asap.
Bronkitis akut dapat dijumpai pada semua umur, namun paling sering
didiagnosis pada anak-anak muda dari 5 tahun, sedangkan bronkitis
kronis lebih umum pada orang tua dari 50 tahun.
Prosedur ini dibuat untuk pedoman pengobatan pasien dengan
bronchitis akut di konjungtiva di puskesmas
Dibawah Pengawasan dan Tanggung Jawab Dokter Umum Puskesmas
Penatalaksanaan
a. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala-gejala
tidak hanya pada fase akut, tapi juga pada fase kronik, serta
dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari sesuai dengan pola
kehidupannya.
b. Mengurangi laju perkembangan penyakit apabila dapat dideteksi
lebih awal.
c. Oksigenasi pasien harus memadai.
d. Istirahat yang cukup.
e. Pemberian obat antitusif (penekan batuk):
f. DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari.. Antitusif
tidak dianjurkan pada kehamilan, ibu menyusui dan anak usia 6
tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai
1. Poli umum
2. KIA
3. IGD
Referensi
No.Dokumen
PUSKESMAS
KALIBALANGAN
JUDUL SPO
CUTANEUS LARVA MIGRAN
No.Revisi
Halaman
SPO
CUTANEUS LARVA
MIGRAN
Pengertian
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Kalibalangan
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Penatalaksanaan
a. Memodifikasi gaya hidup dengan menggunakan alas kaki dan
sarung tangan pada saat melakukan aktifitas yang berkontak
dengan tanah, seperti berkebun dan lain-lain.
b.
Referensi
1. Poli umum
2. KIA
3. IGD
1. Buku Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas Depkes RI
th 2008
2. Panduan praktek klinik bagi dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan primer, edisi I tahun 2013