Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Mual dan muntah (Morning Sickness, Emesis Gravidarum) adalah mual dan
muntah selama kehamilan yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus
berlanjut hingga 14-16 minggu kehamilan dan gejala biasanya akan membaik. Mual
dan muntah selama kehamilan dapat berupa gejala yang ringan hingga berat. Mual dan
muntah adalah keluhan utama pada 70 %-80 % kehamilan.
Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat terjadi pada
awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu, yang terjadi pada 1 2 % dari
semua kehamilan atau 1-20 pasien per 1000 kehamilan.
Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat di mana segala yang dimakan dan
diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu
pekerjaan sehari-hari, ketidak seimbangnya cairan, elektrolit, asam-basa, defisiensi
nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup berat. Pada hiperemesis gravidarum
dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat hilangnya asam
hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia dan ketonuria, sehingga mengharuskan
pasien masuk dan dirawat di rumah sakit.

Etiologi dan Patofisiologi


Hingga saat ini penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti
dan multifaktorial. Teori yang dikemukakan untuk menjelaskan patogenesis
hiperemesis gravidarum, yaitu faktor endokrin dan faktor non endokrin. Yang terkait
dengan faktor endokrin antara lain Human Chorionic Gonodotrophin, estrogen,
progesteron, Thyroid Stimulating Hormone, Adrenocorticotropine Hormone, human
Growth Hormone, prolactin dan leptin. Sedangkan yang terkait dengan faktor non
endokrin antara lain immunologi, disfungsi gastrointestinal, infeksi Helicobacter pylori,
kelainan enzym metabolik, defisiensi nutrisi, anatomi dan psikologis.

Hiperemesis gravidarum dipengaruhi oleh peningkatan kadar hormon HCG yang


dihaasilkan oleh plasenta pada masa kehamilan., dimana hormon HCG menstimulasi
1

saraf pada traktus gastrointestinal bagian atas yang mengakibatkan terjadinya distensi.
Hal tersebut menyebabkan adanya rangsangan ke pusat muntah di daerah formasio
retikular pontin dan medula oblongata dan menyebabkan muntah. Hormon HCG juga
meransang TSH yang menghasilkan T4 yang meningkat dan bersifat racun bagi tubuh,
akibat adanya T4 yang bersifat racun maka tubuh merespon dengan muntah.
Plasenta juga memicu disekresikannya hormon estrogen dan progesteron yang
menyebabkan beberapa keadaan patologis bagi tubuh ibu hamil

yaitu, terjadinya

hiperaktivasi sistem imun, defisiensi vitamin, peningkatan enzim metabolik, perubahan


motilitas, peningkatan kadar sex steroid pada sistem portal hepar, dan meningkatkan
jalur saraf yang memicu muntah.
Selain faktor endokrin, hiperemesis gravidarum juga dipengaruhi oleh faktor nonendokrin. Beberapa faktor non-endokrin yaitu sistem imun, traktus gastrointestinal yang
berubah karena posisi anatomi pada saat hamil, adanya infeksi. Pembentukan corpus
luteum pada masa kehamilan, dimana corpus luteum menghasilkan hormon estrogen
dan progesteron yang berpengaruh juga pada traktus gastroimtestinal yang memicu
refleks muntah. Sistem imun berpengaruh pada hiperemesis gravidarum karena pada
masa kehamilan vili khorialis masuk dalam sirkulasi maternal, hal tersebut diduga
memicu terjadinya mual dan muntah. Letak anatomi dari traktus gastrointestinal yang
berubah pada masa kehamilan karena adanya pembesaran uterus, juga menjadi
penyebab mual dan muntah pada hiperemesis gravidarum. Pada masa kehamilan, tubuh
rentan terhadap infeksi dari luar. Infeksi dari Helicobacter pylori memperburuk
keadaan hiperemesis gravidarum, keadaan yang lebih buruk sampai dapat terjadi
robekan pada daerah traktus gastrointestinal atas.
3

Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat I
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, meuntah pertama keluar
makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah.
Nadi meningkat sampai 100 x / menit dan tekanan darah sistolik menurun.
Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit kurang, dan urin sedikit tapi
2.

masih normal.
Tingkat II
2

Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum diuntahkan,


haus hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih cepat 100-400 x / menit, tekanan
darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang
ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
3.

Tingkat III
a. Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah
gangguan kesadaran
b. (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi
ikterus, sianosis, nistagmus, ganguan jantung, bilirubin, dan proteinuria
dalam urin.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan obstetrik dapat dilakukan untuk menemukan tanda-tanda
kehamilan, yakni uterus yang besarnya sesuai usia kehamilan dengan
konsistensi lunak dan serviks yang livid
2. Pemeriksaan kadar b-hCG dalam urin pagi hari dapat membantu menegakkan
diagnosis kehamilan
3. Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan hiperemesis gravidarum dapat
diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan
hipokalemia, badan keton dalam darah dan proteinuria.

Komplikasi
Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan
dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat kekurangan cairan
yang dikonsumsi dan kehilangan cairan karena muntah. Keadaan ini menyebabkan
cairan ekstraseluler dan plasma berkurang sehingga volume cairan dalam pembuluh
darah berkurang dan aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah
zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan ke jaringan mengurang pula.
Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya keadaan umum,
munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan tergantung beratnya
hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu berkurang. Risiko dari keadaan ini
terhadap ibu adalah kesehatan yang menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya
aktivitas sehari-hari ibu. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah
3

berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin. Risiko dari keadaan ini
adalah tumbuh kembang janin akan terpengaruh.
Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah akan turun. Kalium juga berkurang sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini
terhadap kesehatan ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum dan akan muncul
keadaan alkalosis metabolik hipokloremik (tingkat klorida yang rendah bersama dengan
tingginya kadar HCO3 & CO2 dan meningkatnya pH darah). Risiko dari keadaan ini
terhadap kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala dari hiponatremi,
hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan umum ibu. Dampak
keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan mempengaruhi pertumbuhwean
dan perkembangan janin.
Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan energi
(nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan energi
jaringan. Perubahan metabolisme mulai terjadi dalam tahap ini. Karena oksidasi lemak
yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik,
asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Dampak
dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber energi, terjadinya
metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam jaringan, berkurangnya berat
badan ibu, dan terciumnya bau aseton pada pernafasan. Risikonya bagi ibu adalah
kesehatan dan asupan nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan
janin adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah
pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu.
Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya robekan
pada selaput jaringan esofagus dan lambung. Keadaan ini dapat menyebabkan
perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan yang terjadi berupa robekan kecil
dan ringan. Perdarahan yang muncul akibat robekan ini dapat berhenti sendiri. Keadaan
ini jarang menyebabkan tindakan operatif dan tidak diperlukan transfusi.
2.5

Pencegahan
1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik
4

2.

Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologi

pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
3. Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam
4.

jumlah kecil tetapi sering.


Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk

5.
6.
7.

makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.


Hindari makan yang berminyak dan berbau lemak.
Makan makanan dan minum minuman jangan terlalu panas atau terlalu dingin.
Usahakan defekasi teratur

Penatalaksanaan
Indikasi masuk rumah sakit
Yang menjadi pegangan yang memasukkan pasien ke RS adalah :
1. Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi kalau berlangsung sudah
2.
3.
4.

lama
Berat badan turun dari 1/10 dari berat badan normal
Turgor kurang, lidah kering
Adanya aseton dalam urin

Terapi di RS ditunjukkan untuk :


a. Mengatasi dehidrasi dengan pemberian infuse
b. Mengatasi kelaparan dengan pemberian Glucosa dengan infuse atau makanan
dengan nilai kalori tinggi dengan sonde hidung; juga diberi vitamin-vitamin yang
c.

cukup
Mengobati neurose dengan psikoterapi sedative dan isolasi
Pada 24 jam yang pertama di RS tidak di berikan apa-apa. Makanan diberikan per

infuse berupa glucosa 10% dan larutan garam fisiologi; cairan yang masuk dan keluar
dicacat dengan tetilti masuk muntah. Cairan yang diberikan 3000 cc sehari atau lebih
menurut kebutuhan.
Selain masuk rumah sakit, ibu dengan hiperemesis graviradum juga mendapatkan
pengobatan dan terapi :
1. Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Luminal. Vitamin yang dianjurkan
Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik seperti
Avopreg, Avomin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin.
2.

Antasida.
Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang
3.

atau hilang tanpa pengobatan.


Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang

4.

penyakit ini.
Cairan parenteral
Berikan cairan - parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila
perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan
vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara

5.

intra vena.
Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk.
Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan
manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan
untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik
sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat,
tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ
vital.

6. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya
berupa roti kering dan buah - buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1 - 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat - zat gizi,
b.

kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.


Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak
diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi

c.

kecuali vitamin A dan D.


Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
6

2.7

Prognosis
Dengan penanganan yang baik, prognosis sangat memuaskan. Namun, pada tingkat
yang berat dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.

DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat Cetakan Ketiga.
Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD. 1983. Obstetri
Patologi. Bandung.

3. Guyton, A. C., dan Hall, J. E., 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, alih bahasa :
Setiawan, I.dan Santoso , A., Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai