SKD 4A - IPD (Hepatologi) - Hepatitis
SKD 4A - IPD (Hepatologi) - Hepatitis
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hepatitis
2.1.1. Definisi
Hepatitis virus adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Dikatakan
akut apabila inflamasi (radang) hati akibat infeksi virus hepatitis yang
berlangsung selama kurang dari 6 bulan, dan kronis apabila hepatitis yang tetap
bertahan selama lebih dari 6 bulan. Keadaan kronis pada anak-anak lebih sukar
dirumuskan karena perjalanan penyakitnya lebih ringan daripada orang dewasa.
2.2.HEPATITIS B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus
Hepatitis B (HBV), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan
peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat
berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati.
Apabila seseorang terinfeksi virus hepatitis B akut maka
tubuh akan
adekuat terhadap virus hepatitis B (HBV), akan terjadi 4 stadium siklus HBV,
yaitu fase replikasi (stadium 1 dan 2) dan fase integratif (stadium 3 dan 4). Pada
fase replikasi, kadar HBsAg (hepatitis B surface antigen), HBV DNA, HBeAg
pasien meninggal karena hepatitis B. Hepatitis B mencakup 1/3 kasus pada anak.
Indonesia termasuk negara endemik hepatitis B dengan jumlah yang terjangkit
antara 2,5% hingga 36,17% dari total jumlah penduduk (Rizal E.M., 2009). Ramai
pembawa virus hepatitis B tidak mengetahui implikasi penyakit ini, dan
mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Dalam penelitian terhadap 320 penduduk
Kemboja Amerika, median skor tingkat pengetahuan mereka adalah hanya 4.8
daripada maksimal 12(Taylor VM, 2005). Dalam penelitian yang hamper sama
terhadap 147 wanita Cina Kanada, responden hanya menjawab 6,9 dari 12 soalan
yang benar (Thompson MJ, 2004).
2.2.3.Masa inkubasi
Pada umumnya infeksi virus hepatitis B terjadi lebih lambat dibandingkan dengan
infeksi virus hepatitis A. Hepatitis B cencerung relatif lebih ringan pada bayi dan
anak-anak serta mungkin tidak diketahui. Beberapa penderita infeksi terutama
neonatus akan menjadi karier kronis. Masa inkubasi hepatitis B dimulai sejak
pemaparan hingga awitan ikterus selama 2 5 bulan. Pada penyakit ini tidak
terdapat prevalensi yang berhubungan dengan musim (Hetti, 2009).
2.2.4.Penularan
Kontak dengan penderita melalui parenteral yang berasal dari produk-produk
darah secara intravena, kontak seksual, dan perinatal secara vertikel (dari ibu ke
janin). Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus hepatitis B ini menular
yaitu secara vertikal dan horisontal. Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi
dari Ibu yang mengidap virus hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada
saat persalinan atau segera setelah persalinan manakala secara horisontal, dapat
terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum,
transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama serta
hubungan seksual dengan penderita.
2.2.5.Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang ditemui dan didukung oleh
pemeriksaan laboratorium. Riwayat ikterus pada para kontak keluarga, kawankawan sekolah, pusat perawatan bayi, teman-teman atau perjalanan ke daerah
endemi dapat memberikan petunjuk tentang diagnosis. Hepatitis B kronis
merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6
bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses
nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV
persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan hepatitis B kronis eksaserbasi
adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali
batas atas nilai normal (BANN).
Diagnosis infeksi hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi,
petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi pemeriksaan yang
dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi hepatitis B kronis adalah :
HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA.
Adanya HBsAg dalam serum merupakan petanda serologis infeksi
hepatitis B. Titer HBsAg yang masih positif lebih dari 6 bulan menunjukkan
infeksi hepatitis kronis. Munculnya antibodi terhadap HBsAg (anti HBs)
menunjukkan imunitas dan atau penyembuhan proses infeksi. Adanya HBeAg
dalam serum mengindikasikan adanya replikasi aktif virus di dalam hepatosit.
Titer HBeAg berkorelasi dengan kadar HBV DNA. Namun tidak adanya HBeAg
(negatif) bukan berarti tidak adanya replikasi virus, keadaan ini dapat dijumpai
pada penderita terinfeksi HBV yang mengalami mutasi (precore atau core
mutant). Penelitian menunjukkan bahwa pada seseorang HBeAg negatif ternyata
memiliki HBV DNA >105 copies/ml. Pasien hepatitis kronis B dengan HBeAg
negatif yang banyak terjadi di Asia dan Mediteranea umumnya mempunyai kadar
HBV DNA lebih rendah (berkisar 104-108copies/ml) dibandingkan dengan tipe
HBeAg positif. Pada jenis ini meskipun HBeAg negatif, remisi dan prognosis
relatif jelek, sehingga perlu diterapi.
Secara serologi infeksi hepatitis persisten dibagi menjadi hepatitis B
kronis dan keadaan carrier HBsAg inaktif. Yang membedakan keduanya adalah
titer HBV DNA, derajat nekroinflamasi dan adanya serokonversi HBeAg.
Sedangkan hepatitis kronis B sendiri dibedakan berdasarkan HBeAg, yaitu
hepatitis B kronis dengan HBeAg positif dan hepatitis B kronis dengan HBeAg
negatif.
Pemeriksaan virologi untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat
penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Ada beberapa
persoalan berkaitan dengan pemeriksaan kadar HBV DNA. Pertama, metode yang
digunakan untuk mengukur kadar HBV DNA. Saat ini ada beberapa jenis
pemeriksaan HBV DNA, yaitu : branched DNA, hybrid capture, liquid
hybridization dan PCR. Dalam penelitian, umumnya titer HBV DNA diukur
menggunakan amplifikasi, seperti misalnya PCR, karena dapat mengukur sampai
100-1000 copies/ml. Ke dua, beberapa pasien dengan hepatitis B kronis memiliki
kadar HBV DNA fluktuatif. Ke tiga, penentuan ambang batas kadar HBV DNA
yang mencerminkan tingkat progresifitas penyakit hati. Salah satu kepentingan
lain penentuan kadar HBV DNA adalah untuk membedakan antara carrier
hepatitis inaktif dengan hepatitis B kronis dengan HBeAg negatif :
kadar<105copies/ml lebih menunjukkan carrier hepatitis inaktif. Saat ini telah
disepakati bahwa kadar HBV DNA>105copies/ml merupakan batas penentuan
untuk hepatitis B kronis.
Salah satu pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan
keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan
adanya aktifitas nekroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan
sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang meningkat
menunjukkan proses nekroinflamasi lebih berat dibandingkan pada ALT yang
normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang
baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal
dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi
menunjukkan proses nekroinflamasi aktif.
Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati,
menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen
anti viral. Ukuran spesimen biopsi yang representatif adalah 1-3 cm (ukuran
panjang) dan 1,2-2 mm (ukuran diameter) baik menggunakan jarum Menghini
atau Tru-cut. Salah satu metode penilaian biopsi yang sering digunakan adalah
dengan Histologic Activity Index score.
Pada setiap pasien dengan infeksi HBV perlu dilakukan evaluasi awal.
Pada pasien dengan HBeAg positif dan HBV DNA > 105copies/ml dan kadar
ALT normal yang belum mendapatkan terapi antiviral perlu dilakukan
pemeriksaan ALT berkala dan skrining terhadap risiko KHS, jika perlu dilakukan
biopsi hati. Sedangkan bagi pasien dengan keadaan carrier HBsAg inaktif perlu
dilakukan pemantauan kadar ALT dan HBV DNA (Suharjo J.B., 2006).
Tabel 2.1
Definisi dan Kriteria Diagnostik Pasien dengan Infeksi Hepatitis B
Definisi Kriteria
Diagnostik
Keadaan
Hepatitis B kronis
nekroinflamasi > 4)
Carrier HBsAg inaktif
adalah
menurunkan kadar
mungkin,
Respon terapi
Tabel 2.2
Penilaian respon terapi hepatits B kronis
Keterangan
1.Biokimiawi
2.Virologi
3.Histologi
4.Respon komplit
Tabel 2.3
Rekomendasi terapi hepatitis B kronis
HBeAg
HBV DNA
ALT
(>105
copies/ml)
Strategi
2 x BANN
Pengobatan
>
2
BANN
>
2
BANN
2 x BANN
Sirosis hati
-Terkompensasi
adefovir
lamivudin
atau
Sirosis hati
-Terkompensasi : observasi
-Dekompensasi :
transplantasi hati
rujuk
ke pusat
Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman
Tahu (know)
Merupakan mengingati suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
Memahami (comprehension)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang
diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.
c.
Aplikasi (application)
Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
Analisis (analysis)
Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam
Sintesis (synthesis)
Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
Evaluasi (evaluation)
Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
(Notoatmodjo, 2005)