INDONESIA
DEPARTEMEN
EUANGANREPUBLIK
REPUBLIK
INDONESIA
PANDUAN
PANDUAN
TEKNIS
TEKNIS
AKUNTANSI
AKUNTANSI
PEMERINTA
PEMERINTAH
H PUSAT
PUSAT
EdisiEdisi1
2 Tahun
TahunPertama
Pertama
2007
2007
Diterbitkan oleh:
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Departemen Keuangan Republik Indonesia
Jl. Budi Utomo No. 6 Jakarta Pusat
Telepon (021) 3449230 pesawat 5500, 3847068
Faksimili (021) 3864776
Email panduan_teknis@perbendaharaan.go.id
Selain tersedia dalam bentuk cetakan, Panduan Teknis ini juga dapat diakses melalui
www.perbendaharaan.go.id. Kritik dan saran bagi perbaikan kualitas publikasi sangat kami
harapkan.
DAFTAR ISI
11
20
22
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas anugrah-NYA sehingga Panduan Teknis
(Pantek) Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 2 tahun 2007 ini dapat diterbitkan. Pantek
yang merupakan sarana pembelajaran bagi seluruh pelaksana akuntansi di setiap
Kementerian Negara/Lembaga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
pelaksanaan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah untuk menghasilkan laporan
keuangan yang tidak hanya revelan, andal, dapat dibandingkan dan mudah dipahami
namun juga laporan keuangan dengan opini.
Sejalan dengan tujuannya, redaksi berharap Pantek dapat bermanfaat bagi peningkatan
transparansi dan akuntabilitas demi terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance) dalam pengelolaan keuangan negara.
Dalam rangka perbaikan substansi dari Pantek ini, maka saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan.
Redaksi
2.
Belanja pemeliharaan.
Belanja Pemeliharaan yang
dikeluarkan
dan
tidak
menambah
dan
memperpanjang
masa
manfaat
dan
atau
kemungkinan besar tidak
memberi manfaat ekonomik
di masa yang akan datang
dalam bentuk kapasitas,
mutu
produksi,
atau
peningkatan standar kinerja
Belanja perjalanan.
Belanja Perjalanan yang
dikeluarkan tidak untuk
tujuan perolehan aset tetap
dikategorikan
sebagai
belanja perjalanan dalam
laporan keuangan.
Belanja
Modal
adalah
pengeluaran
yang
dilakukan
dalam
rangka
pembentukan
modal yang sifatnya menambah
aset tetap/ inventaris yang
memberikan manfaat lebih dari
satu periode akuntansi, termasuk
di dalamnya adalah pengeluaran
untuk biaya pemeliharaan yang
sifatnya mempertahankan atau
menambah
masa
manfaat,
meningkatkan kapasitas dan
kualitas aset.
Belanja
Modal
diaktegorikan dalam
kategori utama:
1.
3.
dapat
(lima)
4.
Belanja
Modal
Tanah
adalah
pengeluaran/biaya
yang
digunakan
untuk
pengadaan/pembelian/
pembebasan penyelesaian,
balik nama dan sewa tanah,
pengosongan, pengurugan,
perataan,
pematangan
tanah, pembuatan sertifikat,
dan pengeluaran lainnya
sehubungan
dengan
perolehan hak atas tanah
dan sampai tanah dimaksud
dalam kondisi siap pakai.
2.
5.
aktivitas
yang
dapat
kategorikan menjadi:
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Lain-lain
BELANJA BARANG
2.
Belanja
diakui
pada
saat
terjadinya
pengeluaran
dari
Rekening
Kas
Umum
Negara/Daerah,
khusus
pengeluaran melalui bendahara
pengeluaran
pengakuannya
terjadi
pada
saat
pertanggungjawaban
atas
pengeluaran tersebut disahkan
oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan.
Belanja dalam tatanan akuntansi
pemerintah
dikalsifikasikan
menurut klasifikasi ekonomi,
organisasi
dan
fungsi.
Pembahasan selanjutnya hanya
akan
kita
fokuskan
pada
klasifikasi ekonomi.
Klasifikasi
Ekonomi
adalah
pengelompokkan belanja yang
didasarkan pada jenis belanja
untuk
melaksanakan
suatu
kita
BELANJA MODAL
Tanah;
Aset
adalah
sumber
daya
ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh pemerintah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu
dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan
diharapkan dapat diperoleh, baik
oleh
pemerintah
maupun
masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk
sumber daya nonkeuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan
sumber-sumber
daya
yang
dipelihara karena alasan sejarah
dan budaya.
dalam
XXXXX
XXXXX
Piutang
KUN
dari
XXXXX
XXXXX
Belanja Perjalanan
Belanja
Perjalanan
XXXXX
Tanah
sebelum
disesuaikan
XXXXX
XXXXX
Diinvestasikan dalam
Aset Tetap
XXXXX
Belanja Pemeliharaan
Belanja
Pemeliharaan
XXXXX
XXXXX
Belanja Modal
Bangunan
Gedung
dan
XXXXX
XXXXX
XXXXX
Diinvestasikan dalam
Aset Tetap
XXXXX
dan
Belanja
Modal
Peralatan dan Mesin
XXXXX
XXXXX
XXXXX
Diinvestasikan dalam
Aset Tetap
XXXXX
XXXXX
XXXXX
XXXXX
Diinvestasikan dalam
Aset Tetap
XXXXX
XXXXX
XXXXX
dalam
XXXXX
Diinvestasikan dalam
Aset Tetap
XXXXX
XXXXX
Konstruksi
Pengerjaan
XXXXX
dalam
Aset Tetap
XXXXX
Diinvestasikan dalam
Aset Tetap
XXXXX
Daftar Pustaka:
1.
Peraturan Pemerintah
No. 24 tahun 2005
Tentang
Standar
Akuntansi
Pemerintahan
2.
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.
59
/PMK.06/2005 tentang
Sistem Akuntansi dan
Pelaporan
Keuangan
Pemerintah Pusat.
3.
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.
13/PMK.06/2005
tentang Bagan Perkiraan
Standar.
4.
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.
96/PMK.06/2005
tentang
Petunjuk,
Penelaahan,
Pengesahan dan Revisi
Daftar
Isian
Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) Tahun Anggaran
2006.
5.
Peraturan
Keuangan
6.
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.
91/PMK.05/2007
tentang Bagan Akun
Standar.
Menteri
No.
10
11
12
2.
a.
13
3.
4.
Perlu disusun
Peraturan
Menteri
Keuangan
yang
menetapkan
kegiatan
penilaian kembali (revaluasi)
aset di K/L secara nasional.
Dalam PMK tersebut juga
perlu digarisbawahi siapa yang
berhak
dan
kapan
pelaksanaan
penilaian
kembali
tersebut.
Kewenangan
dalam
penetapan kebijakan revaluasi
dimaksud, dikoordinir oleh
Ditjen
Kekayaan
Negara
(DJKN) yang melibatkan Ditjen
PBN serta pihak-pihak lain
yang berkompeten seperti
Badan Pertanahan Nasional
(BPN), Direktorat PBB Ditjen
Pajak, dan lain-lain.
Pelaksanaan
inventarisasi
BMN yang lebih efektif perlu
dilaksanakan
dikarenakan
masih banyaknya K/L yang
belum
melakukan
inventarisasi fisik BMN-nya,
sehingga
menyebabkan
terhambatnya
pelaksanaan
SABMN di K/L. Pelaksanaan
inventarisasi BMN di setiap
K/L
ini
terutama
yang
berkaitan dengan penentuan
saldo awal.
Penyusunan
Peraturan
Bersama antara Ditjen PBN
dan Ditjen KN terkait dengan
pembagian kewenangan, yang
5.
6.
7.
Mengenai
permasalahan
banyaknya Satker yang masih
belum memahami prosedur
seperti penerapan transaksitransaksi
dalam
SABMN
maupun
bagaimana
melakukan prosedur tutup
tahun,
perlu
dilakukan
peningkatan
kegiatan
penyuluhan dan sosialisasi
SABMN di Satker di lingkungan
K/L dengan menyempurnakan
14
c.
a.
b.
10. Permasalahan
mengenai
belum efektifnya koordinasi
antara
petugas
yang
menangani
SAK
dengan
petugas
yang
menangani
SABMN di masing-masing
Satker pada
K/L perlu
dipertimbangkan
hal-hal
sebagai berikut:
a.
Melakukan
sosialisasi
khususnya kepada para
pimpinan Satker terkait
mengenai
pentingnya
koordinasi antara Bagian
Keuangan dengan Bagian
15
Perlu
dipertimbangkan
kesetaraan insentif antara
pencatat/pengelola barang
dengan pencatat/pengelola
keuangan;
16
ditingkatkan fungsi
verifikasi
dan
koordinasi di setiap
seksi di KPPN.
b. Pelaksanaan
Rekonsiliasi
Agar data LKPP dapat
dipertanggungjawaban
keandalannya,
maka
selain rekonsiliasi yang
sudah
dilaksanakan
selama
ini
perlu
dilakukan
rekonsiliasi
yang
lebih
intensif
mengenai
pendapatan
termasuk
unsur-unsur
neraca.
c.
Kiriman Uang
Agar data Kiriman Uang
(KU) antar KPPN sama
jumlahnya baik yang
dilakukan
KPPN
Pengirim maupun KPPN
Penerima, maka:
1. Bidang Pembinaan
Perbendaharaan
harus
meningkatkan
fungsi pengawasan
transaksi KU Antar
KPPN berdasarkan
faktur
kiriman
uang;
2. KPPN Induk yang
membawahi KPPN
pada dua Kanwil
yang
berbeda,
diusulkan
untuk
segera di-TSA-kan.
d.
Pengawasan
dan
Pengendalian
Fungsi pengawasan dan
pengendalian diperlukan
untuk menghindari halhal sebagai berikut:
o Seksi
Vera
mengubah sendiri
17
2.
Pembentukan
KPPN
Percontohan
Dalam
rangka
rencana
pembentukan
KPPN
Percontohan
yang
berorientasi
pada
peningkatan pelayanan (one
stop service), perhatian perlu
diberikan
pada
tahapan/siklus
anggaran
yang
dimulai
dari
perencanaan
(DIPA),
pelaksanaan
anggaran
(SPM/SP2D),
pertanggungjawaban
dan
pelaporan keuangan (LKPP)
yang akurat.
IV. Lain-lain
1. Untuk
mendukung
kegiatan
pembinaan
SiAP dan SAI,
perlu
alokasi
dana
yang
memadai. Keterbatasan
dana saat ini sangat
tidak
mendukung
kegiatan yang ada;
2. Dalam
rangka
peningkatan pelayanan
terhadap
penyajian
realisasi
anggaran
menurut
Bagian
Anggaran, Fungsi dan
Sub Fungsi, Program,
dan per Jenis Belanja
secara
triwulanan,
Satker
selain
mengirimkan LK ke
instansi
vertikal
di
atasnya, juga harus
menyampaikan
LK
tersebut ke Kanwil c.q.
Bidang
Pelaksanaan
Anggaran.
18
19
20
dengan BAST
eliminasi.
sebagai
dasar
Pertanyaan:
Yth. Redaksi Panduan Teknis
Pada tahun 2007 Departemen
kami
melakukan
pembelian
gedung kantor senilai Rp 2,7
milyar dengan sistem angsuran
dan besar angsuran per bulan
adalah Rp 75 juta. Proses cicilan
akan diselesaikan dalam waktu 3
(tiga) tahun dan pada tahun
pertama telah dilakukan cicilan
selama 6 bulan. Yang ingin kami
tanyakan:
a)
Bagaimana
penyajiannya di Neraca?
b)
Bagaimana
penyajiannya di Laporan
Realisasi
Anggaran
(LRA)?
Jawaban:
a)
Aset Tetap
Gedung
Bangunan
dan
Rp 2,7 M
21
Rp 2,250 M
Ekuitas
Diinvestasikan
dalam Aset Tetap
Rp 2,7 M
b)
(Rp2,250M)
c)
Bagaimana
penganggaran
dalam DIPA Departemen
kami?
b)
Jawaban:
a)
b)
Nilai
yang
harus
dikapitalisasi dalam Aset
Tetap di Neraca adalah biaya
perbaikan karena bertujuan
untuk menambah umur
ekonomis atau kapasitas
suatu Aset Tetap, sedangkan
biaya
perawatan
tidak
dikapitalisasi.
Kapitalisasi
biaya
perbaikan
akan
menambah nilai perolehan
aset
tetap
yang
bersangkutan. Dalam Neraca
Departemen Anda akan
disajikan sebagai berikut:
Pertanyaan:
Yth. Redaksi Panduan Teknis
Departemen kami mempunyai 1
(satu) buah mobil dengan harga
perolehan Rp 100 juta. Saat ini
kondisi mobil tersebut sudah
rusak dan diperkirakan hanya
dapat dipakai 1 (satu) tahun lagi.
Departemen kami berencana
memperbaiki
mobil
tersebut
sehingga dapat diperpanjang
umur ekonomisnya menjadi 5
(lima) tahun lagi.
Di samping untuk perbaikan,
mobil
tersebut
juga
membutuhkan biaya perawatan
rutin biasa. Biaya yang diperlukan
untuk
memperbaiki
mobil
tersebut adalah Rp 10 juta,
sedangkan untuk perawatan rutin
selama setahun sebesar Rp 6
juta. Dalam DIPA Departemen
kami, biaya perbaikan maupun
biaya perawatan dianggarkan
dalam pos Belanja Barang
Aset Tetap
Peralatan dan Mesin
Rp110
juta
Ekuitas Dana
Diinvestasikan dalam
Aset Tetap
c)
Rp110
juta
22
Rp
juta
Belanja
Modal
Peralatan dan Mesin
Rp10
juta
Biaya
perawatan
dianggarkan dalam Belanja
Barang karena merupakan
perawatan
biasa
untuk
mempertahankan
mobil
tersebut dalam kondisi yang
seharusnya sesuai dengan
umur
ekonomisnya.
Sedangkan biaya perbaikan
dianggarkan dalam Belanja
Modal akan dikapitalisasi
untuk menambah nilai mobil
tersebut, karena bertujuan
meningkatkan
umur
ekonomis atau kapasitas
mobil.
23