Pendarahan
Vitamin
untuk
Mencegah
Mauri Witt, MD, a Nina Kvist, MD, b Marianne Horby Jorgensen, MD, c Jan B. F. Hulscher,
MD, PhD, a Henkjan J. Verkade, MD, PhD, d also, on behalf of the Netherlands Study of
Billiary Atresia Registry (NeSBAR)
ABSTRACT
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN: Berdasarkan tingginya insiden kekurangan vitamin
K karena pendarahan (VKDB) pada bayi menyusui yang sejauh ini dengan kolestasis yang
idiopatik, seperti biliary atresia (BA), yang rejimen Belanda untuk mencegah VKDB pada
bayi menyusui berubah dari dosis oral harian 25 g menjadi 150g vitamin K. Bayi terus
menerima 1 mg vitamin K secara oral pada saat lahir. Kami membandingkan efektivitas
rejimen 150 g dengan rejimen 25 g dan dengan rejimen Denmark dosis tunggal
intramuscular (IM) 2 mg vitamin K pada saat lahir.
METODE: Data diambil dari catatatan nasional penderita BA: kelompok 25 g (Belanda,
Januari 1991 Februari 2011); kelompok 150 g (Belanda, Maret 2011 sampai dengan
Januari 2015); dan kelompok IM 2 mg (Denmark, Juli 2000 hingga November 2014). Kami
membandingkan kejadian VKDB di semua kelompok.
HASIL: VKDB terjadi pada 45 dari 55 (82%) bayi dari kelompok 25 g, pada 9 dari 11
(82%) bayi kelompok 150 g, tapi hanya 1 dari 25 (4%) bayi kelompok IM 2 mg yang
mengalami VKDB. (P<0,001). Empat puluh persen dari semua bayi dari kelompok 25 g
memiliki perdarahan intrakranial sebagai gejala, dibandingkan dengan 27% bayi kelompok
150 g (P=0,43). Perdarahan intrakranial tidak diobservasi pada kelompok IM 2 mg (0%;
p<.001).
KESIMPULAN: Rejimen profilaksis vitamin K 1 mg secara oral pada saat lahir diikuti
dengan dosis oral harian baik 25 atau 150 g tidak berhasil untuk mencegah VKDB pada bayi
menyusui dengan BA idiopatik. Hasil penelitian mendukung pemberian 2 mg IM vitamin K
saat lahir sebagai dosis profilaksis terhadap VKDB.
menunjukkan
lokasi
perdarahan
melibatkan
perdarahan
intrakranial,
yang
berhubungan dengan angka kematian dan morbiditas yang tinggi. 3-5 Penyerapan vitamin K
sangat tergantung pada ketersediaan asam empedu pada usus. Berkurang atau tidak adanya
pengiriman asam empedu ke usus, yang biasa terjadi pada kolestasis, menyebabkan bayi
beresiko tinggi mengalami malabsorpsi vitamin K dan vitamin larut lemak lainnya. 6-7 Bayi
yang sedang menyusu eksklusif memiliki resiko sangat tinggi untuk mengalami late VKDB,
terutama jika kolestasis belum terdiagnosis.
signifikan.12 Sebelumnya, kami dan orang lain telah melaporkan beberapa kasus VKDB
berdasarkan studi surveilans dan studi pada populasi beresiko tinggi, meskipun ada indikasi
kuat ketidakpatuhan pada rekomendasi. Faktanya, pada >80% bayi dengan biliary atresia
(BA), late VKDB berat adalah yang paling sering terjadi. 13 Observasi ini memiliki perbedaan
yang sangat jauh dengan sangat rendahnya insiden VKDB sebagai perdarahan paling sering
pada pasien BA di Denmark, dimana rejimen profilaksis vitamin K lainnya juga digunakan. 1417
Besar resiko terjadinya VKDB di Belanda pada pasien BA yang menyusui adalah 8-10 kali
lebih tinggi dibanding pasien BA di Denmark, padahal kedua negara telah memperkenalkan
dosis mingguan oral 1 mg vitamin Katau dosis tunggal 2 mg vitamin K saat lahir. Sejak
Maret 2011, rejimen profilaksis berubah di Belanda; dosis oral harian 25 g vitamin K yang
direkomendasikan ditingkatkan menjadi 150 g harian untuk semua bayi menyusui berusia 2
sampai 13 minggu. Dosis tunggal oral 1 mg vitamin K untuk perawatan.
Dalam studi saat ini, kami mengevaluasi efek pencegahan dari pedoman Belanda yang
disesuaikan sehubungan dengan insiden dan keparahan VKDB sebagai gejala tersering pada
bayi menyusui dengan BA. Kami membandingkan insiden dan keparahan VKDB antara dosis
oral berulang 25 g, 150 g, dan rejimen dosis tunggal 2 mg IM.
METODE
Studi Populasi
Kelompok Studi Bayi dengan Atresia Biliar Belanda (NeSBAR) telah menjadi upaya
bersama dari warga Belanda untuk permasalahan Pediatri Gastroenterologi, Hepatologi,
Nutrisi, dan Bedah Pediatri. Data semua pasien dengan BA lahir dari Januari 1991 sampai
januari 2015 dan dirawat di 1 dari 6 pusat akademik khusus di Belanda diperoleh dari data
NeSBAR. Data dari semua pasien BA di Denmark yang lahir dari Juli 2000 sampai
November 2014 diambil dari Departemen Bedah Anak di Rumah Sakit Universitas
Copenhagen (Rigshopitalet). Pasien dengan usia kehamilan <37 minggu atau berat lahir
<2000 g dieksklusikan. Bayi yang lahir diluar negeri atau dirawat di rumah sakit sejak lahir
juga dieksklusikan. Data klinis yang relevan diambil dari rekam medis pasien. Penelitian ini
dilakukan sesuai dengan pedoman Komite Etika Kedokteran dari Universitas Kesehatan
Groningen. Untuk kerahasiaan identitas, analisa restrospektif dari data pasien, persetujuan
etik tidak diperlukan di negara kami.
Vitamin K Deficiency Bleeding
3
pasien bayi menyusui. Tak satupun bayi yang mengalami perdarahan intrakranial (tabel 4 dan
5).
DISKUSI
Kami mengevaluasi apakah rejimen profilaksi vitamin K 1 mg oral saat lahir diikuti
dengan 150 g pada usia 2 sampai 13 minggu cukup untuk mencegah VKDB pada bayi
menyusui. Data kami pada kelompok resiko tinggi, yaitu, pada bayi yang tak terdiagnosa BA,
menunjukan bahwa rejimen ini tidak berhasil mencegah VKDB pada bayi-bayi ini, berbeda
jauh dengan rejimen yang terdiri dari injeksi IM 2 mg vitamin K saat lahir.
Studi ini menunjukkan bahwa peningkatan dosis oral harian rejimen profilaksis
vitamin K dari 25 ke 150 g tidak berhasil menceah VKDB pada bayi menyusui yang belum
terdiagnosa BA. VKDB terjadi pada 82% bayi dan termasuk beberapa kasus perdarahan
intrakranial, yang mana terkait dengan morbiditas dan mortalitas yang serius.5 Resiko VKDB
pada bayi menyusui dengan BA pada dosis harian 150 g vitamin K adalah 20 kali lipat lebih
tinggi dibanding dosis tunggal IM saat lahir. Bandingkan dengan rejimen sebelumnya 25 g,
tidak ada perbedaan yang signifikan pada insiden VKDB.
Kami mempelajari insiden VKDB sebagai gejala pada bayi menyusui dengan BA
dibawah 3 rejimen profilaksis. Karena kami menggunakan database nasional di Belanda dan
Denmark, dimana semua pasien dengan BA terdaftar, kami meminimalkan resiko bias
seleksi. Hanya pasien BA yang tidak terdaftar di rumah sakit akademik yang terlewatkan.
Argumen lain terhadap bias seleksi adalah insiden yang terhitung pada 3 kohort kami. Insiden
BA di Belanda dan Denmark masing-masing 1:19000 dan 1:17000 (tabel 2), yang mana mirip
dengan insiden sebelumnya pada studi lain.19-21 Tidak ada perbedaan signifikan secara
statistik dalam karakteristik klinis antara kelompok yang mungkin mempengaruhi resiko
VKDB.
observasi ini menggarisbawahi kebutuhan untuk mengerti lebih detil lagi, tentang penyerapan
vitamin K pada usus bayi, untuk mencegah VKDB berdasarkan argumen yang rasional.
Pemberian secara IM vitamin K saat lahir telah diperkenalkan sebagai pencegahan
efektif pada VKDB.10,12,23 Data terakhir kami mendukung observasi ini, bahkan atas analisis
pada kelompok bayi dengan risiko inheren lebih tinggi untuk VKDB. Satu manfaat besar dari
jenis profilaksis ini adalah bahwa profilaksis ini tidak tergantung pada kepatuhan saran
pemberian harian atau mingguan atau permasalahan tentang penyerapan vitamin K pada usus
bayi yang belum terkategori. Kerugian dari profilaksis IM adalah nyeri dan kemungkinan
hematom pada lokasi injeksi dan, meskipun sangat jarang, bisa terjadi komplikasi seperti
osteomyelitis dan perdarahan instramuskular.9,18 Pada studi ini, data tentang efek samping
pemberian IM tidak didapatkan secara sistemik. Golding et al telah menunjukkan adanya
peningkatan resiko perkembangan leukemia dan keganasan lainnya setelah pemberian
profilaksis vitamin K secara IM.24 Setelah hasil-hasil ini, bagaimana pun, beberapa studi
pada topik ini tidak bisa mengungkap hubungan epidemiologi yang sebenarnya. Ross dan
Davies telah melihat kembali studi epidemiologi dan menemukan tidak ada bukti adanya
hubungan antara pemberian profilaksis vitamin K secara IM dengan perkembangan kanker
pada anak.25
KESIMPULAN
Kami menyimpulkan bahwa rejimen profilaksis pada bayi yang meyusu terdiri dari 1
mg vitamin K oral saat lahir, diikuti dengan 25 atau 150 g harian selama usia 2 sampai 13
minggu, tidak cukup untuk mencegah VKDB pada bayi menyusu yang tidak terdiagnosa BA.
Kami mangasumsikan bahwa ketidakcukupan pencegahan ini juga terjadi pada bayi yang
tidak terdiagnosa gangguan kolestasis bayi lainnya. Pencegahan yang efektif diperoleh pada
rejimen yang terdiri dari injekis 2 mg IM vitamin K saat lahir, seperti yang efektif dilakukan
di Denmark.