TINJAUAN PUSTAKA
kekosongan
obat
dengan
menggunkan
metode
yang
dapat
b. Pengadaan Obat
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan
dan disetujui. Pengadaan adalah sebuah tahapan yang penting dalam manajemen obat
dan menjadi sebuah prosedur rutin didalam sistem manajemen obat yang berlalu di
banyak negara. Sebuah proses pengadaan yang efektif akan menjamin ketersediaan
obat dalam jumlah yang benar dan harga yang pantas serta kualitas obat yang
terjamin (Kementerian Kesehatan RI, 2008).
Proses pengadaan yang efektif harus dapat menghasilkan pengadaan obat
yang tepat jenis maupun jumlahnya, memperoleh harga yang murah, menjamin
semua obat yang dibeli memenuhi standar kualitas, dapat diperkirakan waktu
pengiriman sehingga tidak terjadi penumpukan atau kekurangan obat, memilih
supplier yang handal dengan service memuaskan, dapat menentukan jadwal
pembelian untuk menekan biaya pengadaan dan efisien dalam proses pengadaan.
Menurut WHO (1999), ada empat strategi dalam pengadaan obat yang baik
(a) Pengadaaan obat-obatan dengan harga mahal dengan jumlah yang tepat, (b)
Seleksi terhadap supplier yang dapat dipercaya dengan produk yang berkualitas, (c)
Pastikan ketepatan waktu pengiriman obat, (d) Mencapai kemungkinan termurah dari
harga Total.
c. Penyimpanan Obat
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang
ditetapkan : 1) dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, 2) dibedakan
menurut suhunya, kesetabilannya, 3) mudah tidaknya meledak/terbakar, 4) tahan
tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
Pengaturan penyimpanan obat dan persediaan adalah sebagai berikut :
a. Simpan obat-obatan yang mempunyai kesamaan secara bersamaan di atas rak.
Kesamaan berarti dalam cara pemberian obat (luar,oral,suntikan) dan bentuk
ramuannya (obat kering atau cair)
b. Simpan obat sesuai tanggal kadaluwarsa dengan menggunakan prosedur FEFO
(First Expired First Out). Obat dengan tanggal kadaluwarsa yang lebih pendek
ditempatkan di depan obat yang berkadaluwarsa lebih lama. Bila obat mempunyai
tanggal kadaluwarsa sama, tempatkan obat yang baru diterima dibelakang obat
yang sudah ada.
c. Simpan obat tanpa tanggal kadaluwarsa dengan menggunakan prosedur FIFO
(First In First Out). Barang yang baru diterima ditempatkan dibelakang barang
yang sudah ada
d. Buang obat yang kadaluwarsa dan rusak dengan dibuatkan catatan pemusnahan
obat, termasuk tanggal, jam, saksi dan cara pemusnahan.
Indikator penyimpanan obat yaitu:
1) Kecocokan antara barang dan kartu stok,indikator ini digunakan untuk
mengetahui ketelitian petugas gudang dan mempermudah dalam pengecekan obat,
membantu dalam perencanaan dan pengadaan obat sehingga tidak menyebabkan
terjadinya akumulasi obat dan kekosongan obat.
2) Turn Over Ratio (TOR), indikator ini digunakan untuk mengetahui kecepatan
perputaran obat, yaitu seberapa cepat obat dibeli, didistribusi, sampai dipesan
kembali, dengan demikian nilai TOR akan berpengaruh pada ketersediaan obat.
TOR yang tinggi berarti mempunyai pengendalian persediaan yang baik,
demikian pula sebaliknya, sehingga biaya penyimpanan akan menjadi minimal,
3) Persentase obat yang sampai kadaluwarsa dan atau rusak, indikator ini digunakan
untuk menilai kerugian rumah sakit,
4) Sistem penataan gudang, indikator ini digunakan untuk menilai sistem penataan
gudang standar adalah FIFO dan FEFO,
5) Persentase stok mati, stok mati merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan item persediaan obat di gudang yang tidak mengalami transaksi
dalam waktu minimal 3 bulan,
6) Persentase nilai stok akhir, nilai stok akhir adalah nilai yang menunjukkan berapa
besar persentase jumlah barang yang tersisa pada periode tertentu, nilai persentese
stok akhir berbanding terbalik dengan nilai TOR
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2012) dalam Standar Akreditasi RS
menjelaskan bahwa obat bisa disimpan dalam tempat penyimpanan, di dalam
pelayanan farmasi atau kefarmasian, atau di unit asuhan pasien pada unit-unit
farmasi atau di nurse station dalam unit klinis. Standar 1 menyiapkan mekanisme
pengawasan bagi semua lokasi dimana obat disimpan. Dalam semua lokasi tempat
obat disimpan, hal berikut ini adalah jelas :
mengubah
pola
permintaan
konsumennya
dan
mampu
persediaan. Stockout adalah manajemen persediaan terdapat sisa obat akhir kurang
dari jumlah pemakaian rata-rata tiap bulan selama satu bulan disebut stockout
(Waluyo, 2006). Stockout adalah sisa stok obat pada waktu melakukan permintaan
obat, stok kosong (Setyowati dan Purnomo, 2004).Obat dikatakan stagnant jika sisa
obat pada akhir bulan lebih dari tiga kali rata-rata pemakaian obat per bulan
(Muzakin,2008).
2.3. Penganggaran
Anggaran merupakan suatu alat bagi manajemen dalam melakukan
perencanaan dan pengendalian terhadap perusahaan. Anggaran menurut Munandar
(2007) adalah Business Budget (anggaran perusahaan) atau budget (anggaran) adalah
suatu rencana yang disusun secara sistematis, meliputi seluruh kegiatan perusahaan,
yang dinyatakan dalam satuan (unit moneter), dan berlaku untuk jangka waktu
tertentu yang akan datang.
Anggaran yang merupakan suatu alat untuk melakukan perencanaan dan
pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi. Melalui anggaran,
perusahaan mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen ke semua anggota
organisasi, mengkoordinasikan aktivitas dari berbagai bagian organisasi, menugaskan
tanggung jawab kepada manajer, juga memperoleh komitmen dari manajer yang
merupakan dasar untuk mengevaluasi kinerja dari manajer.
Fungsi anggaran yang pada umumya digunakan oleh perusahaan, memiliki
karakteristik yang sama dengan fungsi manajemen. Namun, fungsi anggaran
mempunyai tujuan yang lebih spesifik. Fungsi anggaran yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1) Perencanaan
Proses perencanaan memadukan gagasan, prakiraan, ketersediaan sumber
daya, dan realitas finansial untuk menciptakan serangkaian tindakan guna mencapai
tujuan dan sasaran perusahaan.
2) Koordinasi
Penganggaran mengkoordinasikan berbagai segmen organisasi dan membuat
setiap manajer mengetahui bagaimana kegiatan-kegiatan yang berbeda terjalin erat
satu sama lain. Proses penganggaran mensyaratkan bahwa anggaran rinci dan baik
disusun dengan mencakup setiap aktivitas, departemen atau fungsi di dalam
perusahaan. Dengan cara seperti ini proses penganggaran menyediakan koordinasi
aktivitas, departemen, dan fungsi organisasi sehingga setiap aspek operasi
menyodorkan kontribusi bagi keseluruhan rencana perusahaan.
3) Pengendalian
Sistem kontrol dibentuk guna mengevaluasi kinerja sesungguhnya para
karyawan berdasarkan ukuran kinerja yang ditetapkan sebelumnya. Anggaran
merupakan bagian integral dari sistem kontrol. Proses pengendalian mengikuti tiga
urutan tahap
membandingan kinerja aktual dengan kinerja yang diharapkan, dan pemberian umpan
balik reguler supaya memungkinkan pemantauan yang berkelanjutan atas kejadian.
Dalam menyusun anggaran, pengelompokan anggaran sangatlah penting. Dengan
mengelompokkan anggaran maka akan lebih mudah dalam menyusun jenis anggaran
yang diinginkan sesuai dengan keperluan. Menurut Nafarin (2009), anggaran dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut:
1. Segi Dasar Penyusunan
Dilihat dari segi dasar penyusunan, anggaran terdiri atas anggaran variabel dan
anggaran tetap. Anggaran variabel (variable budget) adalah anggaran yang
disusun berdasarkan interval (kisaran) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada
intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat
aktivitas (kegiatan) yang berbeda. Anggaran tetap (fixed budget) adalah anggaran
yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu.
2. Segi Cara Penyusunan
Dilihat dari segi penyusunan, anggaran terdiri atas anggaran periodik dan
anggaran kontinu. Anggaran periodik (periodic budget) adalah anggaran yang
disusun untuk satu periode tertentu. Anggaran kontinu (continous budget) adalah
anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan atas anggaran yang pernah
dibuat.
3. Segi Jangka Waktu
Dilihat dari segi jangka waktunya, anggaran terdiri dari atas anggaran jangka
pendek dan anggaran jangka panjang. Anggaran jangka pendek (short-range
budget) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai
satu tahun. Anggaran jangka panjang (long-range budget) adalah anggaran yang
dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun.
4. Segi Bidang
Dilihat dari segi bidangnya, anggaran terdiri atas anggaran operasional dan
anggaran keuangan. Kedua anggaran tersebut bila dipadukan disebut anggaran
induk (master budget). Anggaran operasional (operational budget) adalah
anggaran untuk menyusun anggaran laba rugi. Contohnya adalah anggaran
penjualan/pendapatan, anggaran biaya pabrik, anggaran biaya bahan baku,
anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik, dan
anggaran beban usaha. Anggaran keuangan (financial budget) adalah anggaran
untuk menyusun anggaran neraca. Contohnya anggaran kas, anggaran piutang,
anggaran sediaan, dan anggaran utang.
5. Kemampuan Menyusun
Dilihat dari segi kemampuan menyusun, anggaran terdiri atas anggaran
komprehensif dan anggaran parsial. Anggaran komprehensif (comprehensive
budget) adalah rangkaian dari berbagai jenis anggaran yang disusun secara
lengkap. Anggaran parsial (partially budget) adalah anggaran yang disusun
secara tidak lengkap atau anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran
tertentu saja.
6. Segi Fungsi
Dilihat dari segi fungsi, anggaran terdiri atas anggaran tertentu dan anggaran
kinerja. Anggaran tertentu (appropriation budget) adalah anggaran yang
diperuntukkan bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain.
bahwa
penganggaran
merupakan
aktivitas
manusia.
Sehingga
kegiatan di masa datang, juga merupakan bagian dari progam pengendalian keuangan
organisasi. Tujuan pengendalian keuangan rumah sakit yaitu merencanakan dan
mengendalikan kegiatan rumah sakit agar bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
yaitu pendapatan rumah sakit paling sedikit sama atau lebih besar dari biaya.
Pendapatan harus diamankan baik dari pasien yang berobat jalan, rawat inap, kamar
operasi dan sebagainya, serta adanya pasien-pasien yang tidak mampu.
Instalasi Farmasi akan selalu dipenuhi oleh pihak Rumah Sakit, diketahui
perbandingan jumlah item obat yang dipakai dengan item obat yang direncanakan
belum efisien. Pada tahap penyimpanan hasil yang belum efisien pada indikator
kecocokan antara obat dengan kartu stok (73,67%), TOR meningkat tiap tahunnya
yaitu berturut-turut dari tahun 2006-2008: 6,4 kali 8,8 kali, sistem penataan gudang
masih belum sepenuhnya sesuai FEFO (13,67%), dan persentase obat kadaluwarsa
masih tinggi yaitu 1,15%.
Penelitian Nofriana (2011) di RSUD Dr.Soedarso Pontianak, bahwa 1) Proses
belanja obat di RSUD dr. Soedarso menggunakan metode konsumsi dilakukan oleh
apoteker disetiap depo dan disetujui oleh Kepala IFRS. Tim perencanaan khusus obat
belum terbentuk. Formularium sudah lama tidak direvisi. Rumah sakit belum punya
standar pengobatan. 2) Hasil analisis ABC menunjukkan bahwa , yang termasuk
kategori A adalah 30 item obat, kategori B 60 item obat kemudian kategori C 257
item obat. Obat yang masuk kriteria V adalah 9 item obat, kriteria E 153 item obat
dan kriteria N sebanyak 185 item obat. Kategori A ternyata didominasi oleh 13 item
obat yang masuk kriteria N, dengan menyerap biaya belanja obat sebesar Rp 1,86
milyar.
2.6. Landasan Teori
Kementerian Kesehatan RI (2012), bahwa manajemen obat merupakan
komponen yang penting dalam pengobatan simptomatik, preventiff, kuratiff dan
paliatiff, terhadap penyakit dan berbagai kondisi. Manajemen obat mencakup sistem
dan proses yang digunakan rumah sakit sakit dalam memberikan farmakoterapi
kepada pasien. Ini biasanya merupakan upaya multidisiplin, dalam koordinasi para
staf rumah sakit, menerapkan prinsip rancang proses yang efektif, implementasi dan
peningkatan terhadap seleksi, pengadaan, penyimpanan, pemesanan/peresepan,
pencatatan
(transcribe),
pendistribusian,
persiapan
(preparing),
penyaluran
Perencanaan
Penghapusan
Pemeliharaan
Penganggaran
Pengawasan
Penyaluran
Pengadaan
`Penerimaan dan
Penyimpanan
Ketersediaan Obat