BAB I
PENDAHULUAN
disebabkan
karena membran memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh proses
pemisahan konvensional lainnya. Kondisi optimal dalam kinerja membran pada
umumnya dinyatakan oleh besarnya permeabilitas dan selektivitas membran
terhadap suatu spesi kimia tertentu. Makin besar nilai permeabilitas dan
selektivitas membran menunjukan kinerja membran yang semakin baik.
Salah satu bahan yang dapat di gunakan sebagai bahan baku membran
adalah zeolit alam. Zeolit terbentuk dari abu vulkanik yang telah mengendap
jutaan tahun silam. Sifat-sifat mineral zeolit sangat bervariasi tergantung dari jenis
dan kadar mineral zeolit. Secara empiris, rumus molekul zeolit Mx/n.(AlO2)x.
(SiO2)y.xH2O. Zeolit dapat ditemukan secara alami (zeolit alam) dan dapat pula
dibuat dengan teknik tertentu (zeolit sintetis).
Salah satu unsur zeolit adalah silika. Kualitas dari suatu unsur sangat
bergantung dari kemurniannya. Abu sekam padi mempunyai kandungan silika
yang sangat tinggi. Kadar silika dalam abu sekam padi berkisar antara 85
97 % (Prasad, dkk, 2001). Dengan tingginya kandungan silika ini,
memungkinkan untuk memanfaatkan abu sekam padi sebagai sumber silika
pada pembuatan membran keramik
Abu sekam padi yang dihasilkan dari pembakaran sekam padi pada suhu
400 0 - 5000 C akan menjadi silika Amorphous pada suhu lebih besar dari 10000 C
akan menjadi silika kristalin. Silika Amorphous yang dihasilkan dari abu sekam
padi diduga sebagai sumber penting untuk menghasilkan silikon murni, karbit
silikon, dan tepung nitirit silikon (Katsuki et al , 2005).
Pada penelitian ini akan dikaji pengaruh penambahan silika dari sekam padi
pada pembuatan zeolit alam sebagai bahan penyusun dalam pembuatan membran
keramik dengan proses semi-dry. Selain itu dalam proses pembuatannya juga
digunakan dua macam pengikat yaitu tepung beras dan PVA ( Polyvinyl Alkohol).
Diharapkan dapat dihasilkan kadar yang tepat sehingga didapatkan membran
dengan kinerja yang terbaik.
1.2 Perumusan masalah
1. Bagaimana pengaruh penambahan abu sekam padi terhadap karakteristik
membran keramik zeolit alam
2. Bagaimana pengaruh penambahan pengikat (Tepung beras dan Polyvinyl
Alkohol) pada kualitas membran keramik.
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penambahan abu sekam padi dan
pengikat ( Tepung beras dan
2.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar dihasilkan membran
yang dapat diaplikasikan oleh industri minyak atsiri, Pemurnian air, dan
industri yang menghasilkan limbah cair
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Membran Keramik
Keramik dapat di definisikan menjadi sebuah senyawa padatan yang
terbentuk melalui panas, atau kombinasi panas dan tekanan, yang tersusun
setidaknya dari dua unsur yang salah satu diantara unsur penyusunnya adalah
unsur padatan non logam. Unsur lainnya dapat berupa logam atau unsur non
logam lainnya. (Barsoum,1997).
Membran keramik dapat digambarkan sebagai sebagai sebuah media
selektif permiabel yang mempunyai pori dengan diameter tertentu dimana faktor
permeabilitas dan separasi merupakan indicator indicator yang paling penting
dalam menentukan performanya. Untuk sebuah membran keramik berpori
(porous), terdapat ciri ciri tertentu yaitu jika dilihat dari ketebalan, ukuran pori
dan permukaan porositas dari membran (Li, 2007).
Membran keramik berpori adalah membran dengan tipe asimetrik yang
memiliki ketebalan support sekitar 1 3 mm. Lapisan mikrofiltrasi biasanya
berukuran 10 30m dan oksida yang umum digunakan untuk membran adalah
zirconia (ZrO2) dan alumina (Al2O3). Membran ultrafiltrasi tebalnya hanya
beberapa mikrometer dan terbuat dari alumina, zirconia, titania (TiO2) dan cerium
(CeO2). Membran nanofiltrasi ketebalannya kurang dari 1m, umumnya terbuat
dari zirconia dan titania. Support dan lapisan mikrofiltrasi dihasilkan dari teknik
keramik klasik, dimana proses sol-gel digunakan untuk lapisan ultra dan
nanofiltrasi. Membran keramik kebanyakan dibuat dalam dua bentuk geometri
utama : tubular dan flat. Membran keramik terutama yang berbasis Palladium
telah lama digunakan pada mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi karena sifatnya yang
stabil terhadap pengaruh panas, bahan kimia dan solvent (Baker 2004).
Kelebihan membran keramik terletak pada kestabilan temperaturnya yang
baik, tahan terhadap senyawa kimia, degradasi biologis ataupun mikroba. Sifatsifat menunjukkan keunggulan bila dibandingkan dengan membran yang terbuat
dari senyawa polimer, dan relatif mudah untuk dibersihkan dengan cleaning
agent. Ketahanan terhadap zat kimia menyebabkan membran keramik banyak
2.2 Zeolit
Zeolit berasal dari kata Yunani zein yang berarti membuih dan lithos yang
berarti batu. Zeolit merupakan mineral hasil tambang yang bersifat lunak dan
mudah kering. Warna dari zeolit adalah putih keabu-abuan, putih kehijau-hijauan,
atau putih kekuning-kuningan. Ukuran kristal zeolit kebanyakan tidak lebih dari
10-15 mikron (Mursi Sutarti, 1994).
Zeolit terbentuk dari abu vulkanik yang telah mengendap jutaan tahun
silam. Sifat-sifat mineral zeolit sangat bervariasi tergantung dari jenis dan kadar
mineral zeolit. Zeolit mempunyai struktur berongga biasanya rongga ini diisi oleh
air serta kation yang bisa dipertukarkan dan memiliki ukuran pori tertentu. Oleh
karena itu zeolit dapat dimanfaatkan sebagai penyaring molekuler, senyawa
penukar ion, sebagai filter dan katalis.
2.2.1
Struktur Zeolit
Kerangka dasar struktur zeolit terdiri dari unit-unit tetrahedral [AlO 4] dan
dan kation yang bisa dipertukarkan dan memiliki ukuran pori tertentu.
Dalam keadaan normal ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air
yang berada disekitar kation. Bila zeolit dipanaskan maka air tersebut akan keluar.
Zeolit yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan
C. Penukar Ion
Ion-ion pada rongga berguna untuk menjaga kenetralan zeolit. Ion-ion ini dapat
bergerak bebas sehingga pertukaran ion yang terjadi tergantung dari ukuran dan
muatan maupun jenis zeolitnya. Sifat sebagai penukar ion dari zeolit antara lain
tergantung dari sifat kation, suhu, dan jenis anion (Bambang P, dkk, 1995).
D. Katalis
Zeolit sebagai katalis hanya mempengaruhi laju reaksi tanpa mempengaruhi
kesetimbangan reaksi karena mampu menaikkan perbedaan lintasan molekular dari
reaksi. Katalis berpori dengan pori-pori sangat kecil akan memuat molekul-molekul
kecil tetapi mencegah molekul besar masuk. Selektivitas molekuler seperti ini disebut
molecular sieve yang terdapat dalam substansi zeolit alam (Bambang P, dkk, 1995).
E. Penyaring / Pemisah
Zeolit sebagai penyaring molekul maupun pemisah didasarkan atas perbedaan
bentuk, ukuran, dan polaritas molekul yang disaring. Sifat ini disebabkan zeolit
mempunyai ruang hampa yang cukup besar. Molekul yang berukuran lebih kecil dari
ruang hampa dapat melintas sedangkan yang berukuran lebih besar dari ruang hampa
akan ditahan (Bambang P, dkk, 1995).
pembakaran yang terkontrol pada suhu tinggi (500-600oC) akan menghasilkan abu
silika yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai proses kimia (Putro, 2007).
Houston (1972) mengatakan bahwa abu sekam padi mengandung silika sebanyak
86%-97% berat kering. Silika merupakan bahan baku utama pada industri kaca,
keramik, industri refraktori dan bahan baku yang penting untuk produksi larutan
silikat, silikon dan alloy (Kirk-Othmer, 1967). Abu dari hasil pembakaran
sekam padi memiliki komponen kimia yang ditunjukkan pada tabel 2.2:
Tabel 2.1. Komponen Kimia Abu Sekam Padi
Komponen
Kandungan (%)
86.90 97.30
SiO2
0.58 2.50
K2 O
0.00 1.75
Na2O
CaO
0.20 1.50
MgO
0.12 1.96
0,54
Fe2O3
0.2 2.85
P2O5
0.1 1.13
SO3
Cl
0.42
Sumber: Wen-Hwei (1986) dalam Jaya (2002)
Silika yang dihasilkan dari sekam padi memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan silika mineral, dimana silika sekam padi memiliki butiran
halus, lebih reaktif, dapat diperoleh dengan cara mudah dengan biaya yang relatif
murah, serta didukung oleh ketersediaan bahan baku yang melimpah dan dapat
diperbaharui. Dengan kelebihan tersebut, menunjukkan silika sekam padi
berpotensi cukup besar untuk digunakan sebagai sumber silika, yang merupakan
bahan material yang memiliki aplikasi yang cukup luas penggunaannya.
Keberadaan silika, khususnya dalam bentuk SiO2, dalam padi telah diketahui
sejak tahun 1938. Menurut Soepardi (1982), kandungan silika tertinggi pada padi
terdapat pada sekam bila dibandingkan dengan bagian tanaman pada lain seperti
helai daun, pelepah daun, batang dan akar.
Menurut Karo-karo (2009), Abu sekam padi yang dihasilkan dari
pembakaran sekam padi pada suhu 400 0 - 5000 C akan menjadi silika Amorphous
pada suhu lebih besar dari 10000 C akan menjadi silika kristalin. Silika
Amorphous yang dihasilkan dari abu sekam padi diduga sebagai sumber penting
untuk menghasilkan silikon murni, karbit silikon, dan tepung nitirit silikon
(Katsuki et al , 2005).
2.4 Pembuatan Membran Keramik
Umumnya, proses fabrikasi membran keramik berpori terdiri atas tiga
tahapan yaitu 1) pembentukan suspensi partikel, 2) pembuatan suspensi partikel
menjadi precursor membran dengan bentuk tertentu seperti flat-sheet , monolith
atau tubular dan (3) konsolidasi membran keramik dengan perlakuan panas pada
suhu tinggi (Li 2007).
Pembentukan
powder
Proses sol-gel
Slurry/ pasta
sintering
Produk akhir
(membrane
komposit)
Slip-casting
sintering
Tape casting
Ekstrusi
Pembentukan
Pressing
prekursor
Produk akhir
(membrane
poroussimetrik
yang biasa
digunakan)
10
11
(contohnya
sol
titania
dan
boehmite).
Proses
sol-gel
12
13
14
diperhatikan pada dip coating adalah viskositas slip, kecepatan coating dan
waktu. Proses pengeringan dimulai secara simultan dengan dip coating, saat
substrate mulai kontak dengan atmosfir yang humiditas relatifnya dibawah 100%.
Pada proses multi step yaitu setelah kalsinasi lapisan pertama dilakukan
pengulangan dipping secara komplet dan diikuti lagi dengan pengeringan dan
kalsinasi. Contohnya alumina coating dengan ukuran pori rata-rata 100 nm
dipersiapkan dari suspensi (dalam air) yang tersedia secara komersial yaitu
alumina submicron dalam bentuk powder dengan diameter rata-rata yaitu 500 nm.
Semakin tipis slip, makin kritis langkah pengeringan untuk pembentukan
membran yang bebas defect/cacat. Pengeringan juga berefek pada formasi akhir
dari mikro struktur membran. Umumnya, pengeringan berlangsung pada
temperatur rata-rata 80350oC, dan akan menghasilkan membran hybrid organic
inorganik. Perlakuan pengapian (kalsinasi dan sintering) akan memperkuat
keramik dan membantu membran melekat kuat pada penyangga pori. Tujuannya
adalah memperbaiki mikro struktur dengan neck-formation, yang terdiri atas dua
tahap yaitu:
Pembakaran organik (kalsinasi) yaitu tahapan krusial untuk memperoleh
15
16
terutama terdapat pada bagian endosperm dari butir beras. Pada bagian luar
endosperm masih terdapat bagian-bagian yang bukan pati seperti protein dan
lipid. Makin ke tengah endosperm, bagian-bagian bukan pati ini semakin
menurun, sehingga pati merupakan bagian terbesar. Pati merupakan polimer
glukosa yang dicirikan dari warna granula yang putih, mengkilap, tidak berbau
dan tidak mempunyai rasa. Pati beras mempunyai fraksi linear (amilosa) dan
fraksi bercabang (amilopektin) (Hubeis, 1984).
2.6 Polivinil Alkohol (PVA)
Polivinil Alkohol (PVA) merupakan polimer sintetis yang dibuat dari
monomer vinil asetat. Polivinil asetat (bahasa inggris : Polyvinyl acetate, PVA
atau PVAc) adalah suatu polimer karet sintetis. Polivinil asetat merupakan
senyawa polimer termoplastik yang memiliki sifat tahan panas, daya regang
tinggi, serta larut dalam pelarut organik. Senyawa ini ditemukan di Jerman oleh
Dr. Flitz Klatte pada tahun 1912. Hidrolisis sempurna atau sebagian senyawa ini
akan menghasilkan polivinil alkohol (PVOH). Rasio hasil hidrolisis ini berkisar
antara 87% 99%.
PVA bahan yang tepat sebagai bahan pengemulsi dan adhesi. PVA adalah
lem kayu yang paling sering digunakan, baik sebagai lem putih atau lem kuning
(lem tukang kayu). Lem kuning tersebut juga digunakan secara luas untuk
mengelem bahan-bahan lain seperti kertas, kain, dan rokok. Polivinil asetat juga
umum dipakai dalam percetakan buku karena fleksibilitasnya dan tidak bersifat
asam seperti banyak polimer lain. Contoh produk polivinil asetat yang terkenal
adalah Lem Elmer. Lem Elmer ini terkenal di Amerika Serikat.
2.7 Penelitian Pendukung
17
BAB III
18
METODE PENELITIAN
Variabel Tetap
a. Perbandingan zeolit alam+ sekam padi : aquadest : perekat
( 50 g : 25cc : 5 g)
b. Suhu pembakaran = 800 oC
c. Waktu pembakaran = 6 jam
3.2.2
Variabel Berubah
a. Pengikat ( Tepung beras ; Poly vinyl alcohol )
b. Kadar abu sekam padi ( 0% ; 5%; 10% ; 15% ; 20%. )
3.2.3
A.
Alat
19
Timbangan
Cawan keramik
Gelas ukur
Ayakan 75 mesh
Oven
Furnace
Cetakan
Alat Press
Alat Pengaduk
B.
Bahan
Zeolit alam
Abu sekam padi
Tepung beras (pengikat)
Poly vinyl alcohol (pengikat)
Aquadest
Zeolit Alam
3.4.2
Pembuatan Adonan
a.
Buat adonan dengan perbandingan sekam padi dan zeolit alam sebesar :
0% ; 5%; 10% ; 15% ; 20% atau disesuaikan dengan tabel 3.2
b.
c.
d.
e.
Tekan dengan alat press sampai adonan padat ( ketebalan 0.5 cm)
Tabel 3.2 Rincian Perbandingan Variabel Penelitian
No
1
2
3
4
% Abu
sekam
0
5
10
15
Berat ( g)
Abu Sekam
0
2.5
5
7.5
T Beras /PVA
5
5
5
5
Zeolit
50
47.5
45
42.5
Aquades ( cc )
25
25
25
25
3.4.3
20
10
40
25
a. Masukkan adonan yang telah tercetak kedalam oven dengan suhu 50 oC selama 24
jam
b. Bakar membran keramik pada suhu 800 oC ,dan tahan selama 6 jam
3.5 Analisis Karakteritis Membran Keramik
3.5.1
berisi partikel-partikel dengan suatu daerah volume tertentu dari zat tertentu.
densitas dilambangkan dengan () dan dapat dihitung dengan rumus :
= mk/V
dimana m = massa kering dan V = Volume .
Untuk menghitung densitas sebuah padatan dapat dilakukan dengan
membandingkan massa kering membran dengan volumenya. Caranya adalah
Sampel diukur diameter dan tebalnya, lalu dihitunglah volume dengan rumus
V r2 t
3.5.2
Water absorbtion atau daya serap air adalah kemampuan membran dalam
menyerap air. Hal ini biasa dinyatakan dalam (%). Semakin besar Water
absorbtion maka membran akan semakin cepat rusak.
Rumus water absorbtion adalah Wa = wb-wk x 100%
wb
Dimana wb = massa basah, wk = massa kering, Wa = water absorbtion.
Cara menghitungnya adalah timbang sampel dalam keadaan kering, lalu
masukan sampel kedalam air dan diamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, angkat
sampel bersihkan dan timbang sampel. Hasil persentase perbandingnanya adalah
nilai % water absorbtionnya
3.5.3
terhadap volum total seluruh bahan. Perbandingan ini biasanya dinyatakan dalam
persen. Porositas juga dapat dinyatakan dalam acre feet, yang berarti volum
yang dinyatakan sebagai luas dalam acre dan ketebalan reservoir dalam kaki
(feet). % porosity dapat dihitung dengan rumus
% porosity =
massa basah dikurangi massa kering dan dibagi volume sampel adalah nilai
persen porositasnya.
3.5.4
Fluks Membran
Besar fluks massa dalam membran dapat dinyatakan sebagai besar laju
ditampung dan diukur setiap 5 menit sekali. Banyaknya air yang keluar di bagi
dengan waktu pengukuran merupakan hasil dari pengujian kali ini.
Zeolit
dihaluskan
Diayak 75mesh
Abu sekam
dihaluskan
Diayak 75mesh
Dicampurkan sesuai
perbandingan
Ditambah Perekat 5 gr
BAB IV
Lakukan Pengujian
Membran
Density, % Porosity, %
Water Absorbtion, Fluks
Membran
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
badan keramik, antara lain dengan penambahan bahan yang mengikat pori dalam
badan keramik setelah pembakaran karena proses oksidasi atau dekomposisi
termal yang membentuk gas, pengendalian interaksi partikel yang meliputi
pemilihan jenis dan ukuran partikel, teknik penjejalan paetikel dalam badan
keramik dan prosedur sintering (Reed, 1995).
Pada proses pembuatan membran keramik kali ini di buat dengan beberapa
tahap, yaitu persiapan bahan baku, pencampuran, pencetakan membran, dan
pembakaran (sintering). Pada proses persiapan bahan baku, mula mula baik
zeolit alam maupun abu sekam padi dihaluskan hingga lolos 75 m. Kemudian
kedua bahan tersebut dicampurkan dan ditambah bahan pengikat (Tepung Beras/
kandungan pati dalam tepung beras. Pati dari tepung beras memiliki bentuk
granular alamiah yang mempunyai kerapatan tinggi, karena itu pati dapat
bertahan terhadap kerja mekanik dan praktis tidak larut dalam air dingin. Pati dari
tepung beras mengandung amilosa tinggi sehingga memiliki gel yang lebih kaku
dari pada gel yang dihasilkan dari pati dengan amilosa rendah. (Dwi Nopriani,
2006)
Granula
pati
beras berbentuk
polihedral
atau
pentagonal
Densit
as
T
Beras
1.328
1.410
1.413
1.476
Densit
as
PVA
1.224
1.166
1.179
1.257
20
1.360
1.067
1.4
Densitas PVA
1.0
0.8
0
10
15
20
sama baiknya, PVA yang ditambahkan adalah dua kali lipat dibanding tepung
beras yang ditambahkan agar terjadi kontak permukaan yang baik antara serbuk
bahan penyusun membran.
40.0
35.0
% Penyerapam Air
% Penyerapan Air T beras
30.0
25.0
0
10
15
20
kandungan
logam
dan
non
logam
yang
zat impuritas sehingga dapat menaikan persentase porositas membran. Zat zat
impuritas tersebut akan terbakar dan meninggalkan pori dalam membran sehingga
membentuk struktur membran yang bercelah. Ini lebih dibuktikan dengan
banyaknya abu sisa pembakaran yang terbentuk setelah membran selesai proses
pembakaran.
80.0
75.0
70.0
% Porositas Membran 65.0
60.0
% Porositas
T beras
% Porositas PVA
55.0
50.0
0
10
15
20
D. Fluks Membran
Uji fluks dilakukan untuk mengetahui volum permeat yang melewati
suatu membran pada waktu tertentu dengan adanya daya dorong atau tekanan,
Uji fluks juga dapat menentukan seberapa kuat membran dapat dilewati suatu
PVA
100
50
0
5
10
15
20
25
30
Menit
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
karakteristik
membran
5.2
Saran
1. Perlu adnya aktivasi silika dalam abu sekam padi sebelum digunakan
untuk proses pembuatan membran
2. Perlu mencari metode baru dalam proses pencampuran bahan baku agar
terjadi kontak permukaan yang baik antara serbuk bahan penyusun
membran
DAFTAR PUSTAKA
Baker, R. W., 2004, Membran Technology and application, 2 nd ed.; John Wiley &
Sons, Ltd.: Chichester )
R.E.,
dan
Othmer.
1967.
Encyclopedia
of
Chemical
EngineeringTechnology, Third Edition. John Wiley and Sons, Inc (18).
New York.
Prasad C.S., Maiti K,N., and Venugopal R., (2001), Effect of rice husk ash in
whiteware compositions, Ceramic International, 27, 629-635.
Putro, A.L, dan D. Prasetyoko. 2007. Abu Sekam Padi Sebagai Sumber Silika
Pada Sintesis Zeolit ZSM-5 Tanpa Menggunakan Templat Organik.
Akta Kimindo. 3(1): 33 36.
Reed, J.S., (1995), Principles of Ceramics Processing, 2nd edition, John Wiley
& Son, New York
Soepardi, G., I.A. Chaniago, dan Sudarsono. 1982. Pemanfaatan Sekam,
Terak,dan Pasir
Kuarsa Sebagai Sumber Silikat bagi Pertumbuhan
Tanaman Padi. Laporan Hasil Akhir Penelitian. Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sutarti Mursi. 1994. Zeolit : Tinjauan Literatur. Jakarta
Thomas, M., D. J. van Zuilichem and A. F. B. van der Poel. 1997. Physical quality
of
peleted animal feed 2. Contribution of process and its conditions. J. Anim
Feed Sci and Tech. 64 (2): 173-192
Weller, M.T.1994. Inorganic Materials chemistry. Oxford University Press
Whistler, R., Bemiller, J.N., Paschall, E., 1984, Starch: Chemistry
and Technology, 2 nd , Academic Press Inc, London: 88, 516, 524
Winarno, F. G. 1980. Kimia Pangan. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Perhitungan Membran keramik
a.
b.
Pengkuran Densitas
Membran
Rumus Densitas () =
Densitas Membran =
Massa Kering
Volume Membran
5.35
3.875
= 1.391
c.
Pengukuran % Porositas
Membran
massabasahmassa kering
volume membran
100 %
Densitas Membran =
7.515.35
3.875
X 100 %
= 56.149 %
d.
Pengukuran % Kapasitas
Penyerapan Air
Rumus % Kapasitas Penyerapan Air (WA)
=
massabasahmassa kering
Massa Basah
X100 %
% Kapasitas Penyerapan Air (WA) =
7.515.35
7.51
X 100 %
= 28.76
e.
V
A Xt
0.042
0.00171 X 30 Menit
= 294.72
Dengan perhitungan seperti diatas, maka untuk perhitungan karakteristik
membrane dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
Tabel Percobaan 1 : Membran Zeolit Alam Dengan Pengikat Tepung Beras
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
%
Abu
seka
m
0
5
10
15
20
Tebal
( cm
)
0.45
0.45
0.3
0.3
0.35
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
Diamet
er
Volume
Massa ( g )
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
Membr
an
3.847
3.847
2.565
2.565
2.992
2.565
2.565
2.565
2.565
Kerin
g
5.35
4.87
3.61
3.62
3.87
3.89
3.93
3.64
3.55
Bas
ah
7.51
7.14
5.36
5.38
5.81
5.84
5.93
5.64
5.43
3.4
2.722
3.64
5.61
( cm )
%
Porositi
56.149
59.009
68.237
68.627
64.839
76.035
77.985
77.985
73.306
%Absorp
si
Water T
beras
28.762
31.793
32.649
32.714
33.391
33.390
33.727
35.461
34.622
Densit
y
T
Beras
1.391
1.266
1.408
1.412
1.293
1.517
1.532
1.419
1.384
72.363
35.116
1.337
T beras
1
2
3
4
5
6
7
8
9
%
Abu
seka
m
0
5
10
15
20
Tebal
( cm
)
0.3
0.3
0.3
0.35
0.35
0.3
0.25
0.3
0.35
Diamet
er
( cm )
3.25
3.25
3.3
3.3
3.35
3.3
3.3
3.35
3.3
Volume
Massa ( g )
Membr
an
2.487
2.487
2.565
2.992
3.083
2.565
2.137
2.643
2.992
Kerin
g
2.97
3.12
3.13
3.35
3.43
3.22
2.77
3.23
2.93
Bas
ah
4.42
4.59
4.67
5.03
5.19
4.92
4.33
4.99
4.73
%
Porositi
PVA
58.292
59.096
60.048
56.149
57.080
66.287
72.994
66.594
60.160
%Absor
psi
Water
PVA
32.805
32.026
32.976
33.400
33.911
34.553
36.028
35.271
38.055
Densit
y
PVA
1.194
1.254
1.220
1.120
1.112
1.256
1.296
1.222
0.979
1
0
0.4
3.4
3.630
3.18
5.02
50.691
36.653
Luas
PVA
1
2
3
4
5
6
0.001
66
0.001
66
0.001
66
0.001
66
0.001
66
0.001
66
( m 2)
T.
beras
0.001
71
0.001
71
0.001
71
0.001
71
0.001
71
0.001
71
wakt
u
jam
0.08
3
0.16
7
0.25
0
0.33
3
0.41
7
0.50
0
volum
e
T.
beras
(liter)
flux
(l/m2
jam)
0.042
0.061
0.039
0.058
T.
beras
294.7
8
136.8
6
0.036
0.056
83.05
135.08
0.034
0.048
58.78
86.84
0.031
0.046
42.81
66.57
0.029
0.032
33.92
38.59
PVA
PVA
437.79
209.85
0.876
Adonan Membran