Anda di halaman 1dari 3

THE INDONESIAN ENERGY & MINING MAGAZINE

Search..

ENGLISH SECTION
MINERAL

BATUBARA

BURSA

MIGAS

KORPORASI

ENERGI TERBARUKAN

GALERI
KELISTRIKAN

EDISI CETAK
UMUM

REGULASI

MINING SERVICES

SUPPLIER & EQUIPMENT

TAMBANG TV

Umum

Bank Dunia: 2016, Harga Minyak dan Komoditi Tambang


Masih Melemah
27 Januari 2016 | 17:13

Like

ARTIKEL LAIN
Tiga Alasan UU Minerba Harus Direvisi
16 Februari 2016 | 18:38

PT Chandra Sakti Utama Leasing Raih Peringkat idA


16 Februari 2016 | 15:43

Banjir Dan Longsor Di Tambang Freeport Indonesia


16 Februari 2016 | 11:16

Ekspor Turun Tapi Neraca Perdagangan Indonesia


Surplus

15 Februari 2016 | 15:17


Pengamat; Holding BUMN Energi Harus Segera
Direalisasi

15 Februari 2016 | 5:49


Pemodal Asing Catatkan Beli Bersih Rp1,11 Triliun di
Sepekan Terakhir

13 Februari 2016 | 16:57

Jakarta-TAMBANG. Harga komoditi termasuk tambang masih berada di zona merah. Pelemahan terjadi di

hampir semua komoditi termasuk komoditi tambang termasuk minyak. Meski hari ini harga minyak berbalik
arah menguat namun secara keseluruhan harga salah satu sumber energi ini diprediksi masih dalam trend
melemah.

Bank Dunia dalam laporan terbarunya mengatakan prospek harga minyak hanya US$37 per barel. Angka ini

turun dibanding laporan sebelumnya di bulan Oktober diangka US$51 per barel. Kondisi pasar minyak mentah
dunia yang melemah ini karena ada pasokan tambahan dari Iran, ketahanan yang lebih tinggi dari Amerika
Serikat karena pemotongan biaya dan peningkatan efisiensi.

Faktor lainnya terkait musim dingin di belahan bumi bagian utara yang kali ini tidak terlalu dingin sehingga tidak
butuh banyak energi. Serta prospek pertumbuhan permintaan dari pasar utama di negara berkembanga yang
cenderung melemah.

Dengan demikian, harga minyak dunia yang disepanjang 2015 telah turun 47% dan masih akan tetap

melemah dengan rata-rata sebesar 27% di tahun 2016. Namun dalam suasana yang kelam ini, masih ada

harapan pemulihan. Para analis menilai karena harga minyak dunia yang saat ini anjlok telah menyebabkan
produsen dengan biaya tinggi mulai mengurangi bahkan menghentikan produksi.

Dengan demikian pasokan minyak mentah ke pasar akan berkurang sementara permintaan diperkirakan mulai
meningkat. Sehingga ada kemungkinan harga minyak mulai naik. Namun kenaikan harga minyak mentah

tahun ini tidak seperti yang terjadi pada tahun 2008, 1998 dan 1986. Di periode tersebut terjadi kenaikan yang
cukup signifikan setelah mengalami pelemahan. Di tahun 2017 Bank Dunia memperkirakan harga minyak

dunia rata-rata sebesar US$48 per barel yang kemudian berlanjut pada 2020 mulai naik ke level US$58,8 per
barel.

Selain harga minyak, beberapa komoditi tambang juga tercatat mengalami pelemahan cukup tinggi

seperti bijih besi dimana pada 2016 diperkirakan bakal turun 25%. Hal ini karena pasokan bertambah yang
disuplai oleh Australia dan Brazil sementara konsumsi tetap melemah khusus dari Cina.

Dari hasil riset, harga rata-rata bijih besi di 2014 dikisaran $ 96,9 / t kemudian melemah menjadi $ 55,8 / t di

2015. Pelemahan di tahun 2015 lebih banyak disupoer oleh pelemahan di kuartal IV yang turun 15% menjadi
rata-rata US41 per ton. Di 2016 harga rata-rata bijih besi diperkirakan ada dikisaran US$ 42 per ton.

Pelemahan harga bijih besi khusus di Cina salah satunya karena meningkatknya ketersediaan besi tua.
Permintaan bijih besi global mungkin mendekati puncak karena transisi China yang mulai mengurangi

konsumsi logam dan sebagai akibat dari meningkatnya ketersediaan besi tua. Di tempat lain pembangunan
kapasitas baru dengan biaya yang lebih murah di Australia, demikian laporan tersebut.

Pelemahan harga tidak hanya terjadi pada bijih besi tetapi juga pada komoditi logam lainnya seperti nikel dan
tembaga. Tahun ini harga nikel diperkirakan akan turun 16% dan tembaga turun 9%. Sementara untuk logam
mulia diperkirakan masih dalam tekanan. Setelah sempat menyentuh harga US$1718/0z pada akhir 2012,

harga emas terus melemah hingga saat ini. Pada akhir tahun 2015 harga emas telah mencapai US$1105/oz.
Demikian juga dengan komoditi platinum yang diperkirakan masih melemah karena permntan menurun

sementara pasokan ke pasar diperkirakan meningkat setelah pabrik platinum di Afrika Selatan menggenjot

produksi pasca kerusuhan tahun 2014. Bank Dunia memperkirakan harga emas dan platinum tahun ini di level
US$1075/0z dan US$950/oz.

Ekonom Senior Bank Dunia John Baffes mengatakan dalam beberapa waktu ke depan harga minyak dan

komoditi masih cendrung melemah. Namun kami melihat beberapa prospek harga komoditas naik sedikit
selama dua tahun ke depan, meski risiko penurunan yang signifikan tetap ada. Kata John.

Sementara terkait dengan harga batubara termal, saat ini telah jatuh lebih dari 60% sejak awal 2011. Ini terjadi
karena pasar kelebihan pasokan dan permintaan Cina dan India yang turun. Belum lagi Eropa dan Amerika

TENTANG KAMI
MEDIA KIT

SUSUNAN REDAKSI

IKLAN

KEBIJAKAN PRIVASI

HUBUNGI KAMI
ARSIP

2014 Copyright Majalah Tambang. All Rights reserved.

Serikat mulai menghindari batubara di tengah-tengah ada gerakan untuk memanfaatakan energi yang lebih

besar seperti gas dan juga meningkatnya efisiensi. John pun berharap harga batu bara tidak terus melemah
dan bergerak di level US$ 50 per ton.
Penulis : Egenius Soda

(floreskoe@yahoo.com)
Facebook

Twitter

Google plus

Linkedin

Email Artikel

Cetak Artikel

Anda mungkin juga menyukai