Anda di halaman 1dari 31

CASE REPORT

WANITA 45 TH DENGAN MIOMA GEBURT

Disusun Oleh
Madame Arum Nurilla, S.Ked
J510155029
Pembimbing:
Dr. Ratna Widyastuti, Sp.Og
KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD Dr. HARJONO KABUPATEN PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

CASE REPORT
WANITA 45 TH DENGAN MIOMA GEBURT
Yang diajukan oleh :
Madame Arum Nurilla, S.Ked
J510155029
Tugas ini dibuat untuk memenuhi persyaratan Program Profesi Dokter
Pada hari

, tanggal

November 2015

Pembimbing:
dr. Ratna Widyastuti, Sp.OG

(............................)

Dipresentasikan dihadapan
dr. Ratna Widyastuti, Sp.OG

(............................)

Kabag. Profesi Dokter


dr. Dona Dewi Nirlawati

(............................)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD DR. HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

BAB I
STATUS PASIEN
A. Data Dasar
1. Karakteristik Penderita
Data pasien
Data Suami Pasien
Nama
: Ny. S
Nama
: Tn. T
Umur
:45 Th
Umur
:47 Th
Alamat
: Sokoo, Ngatirajo
Alamat
: Sokoo, Ngatirajo
Suku
:Jawa
Suku
: Jawa
Pendidikan :SD
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Tani
Pekerjaan
: Tani
Status Perkawinan : Menikah
Jumlah Perkawinan : 1
Umur Perkawinan : 22 Th
Tanggal Masuk RS : 17 November 2015
Ruang
: Poli
2. Keluhan Utama
Pasien datang mengeluh keluar darah dari vagina sejak 2 bulan ini
3. Riwayat
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli kandungan RSUD dr. Hardjono Ponorogo
dengan keluhan mengeluarkan darah dari vagina sejak 2 bulan ini dan
terasa seperti ada benjolan pada jalan lahir.
b. Riwayat Obstetri
P2 A0
Partus terakhir : 8 Februari 1997
Abortus terakhir : KB sekarang
: Ya
Jenis KB
: Pil (sejak 4 tahun yang lalu)
c. Riwayat Haid
Menarche
: 15 tahun
Siklus
: teratur 28 hari
Lamanya
: 7 hari
Jumlah haid
: biasa
Nyeri haid
: diakui
HPHT
: Oktober 2015
d. Riwayat Nyeri Perut
: diakui (sejak 1 bulan yang lalu, sifat nyeri
tumpul)
e. Riwayat Keputihan

: diakui (sejak 1 bulan yang lalu, berwarna

putih susu, cair, gatal dan sedikit berbau)

f. Riwayat Keadaan Umum


Nafsu makan
:biasa
Berat badan
:biasa (tidak

mengalami

penurunan

maupun

penambahan)
Miksi
:+
Defekasi
:+
g. Riwayat Operasi Penyakit
: disangkal
h. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat sakit serupa
: disangkal
Riwayat TB
: disangkal
Riwayat sakit jantung
: disangkal
i. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit serupa
: disangkal
Riwayat alergi obat & makanan
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat TB
: disangkal
Riwayat sakit jantung
: disangkal
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis (18 November 2015)
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran
: compos mentis
c. Berat Badan
: 56 kg
d. Tinggi Badan
: 150 cm
e. Vital sign
:
1) Tekanan darah
: 130/90 mmHg
2) Nadi
: 80x/menit
3) Suhu
: 36 oC
4) RR
: 20 x/mnt
f. Kepala
: dbn
g. Leher
: dbn
h. Thorax
: dbn
i. Abdomen
: dbn
j. Ekstremitas
: dbn
k. Cor
: dbn
l. Pulmo
: dbn
m. Hepar
: dbn
n. Thyroid
: dbn
2. Pemeriksaan Obstetri
a. Pemeriksaan Luar
Palpasi abdomen supel, tidak didapatkan massa dan nyeri tekan (-)

b. Pemeriksaan Dalam : VT
Vulva dan vagina: dbn, discharge (+) berwarna putih
Teraba massa padat bertangkai, mudah digerakkan dan berdarah
keluar dari ostium uteri

C. PemeriksaanPenunjang
1. USG: 2. DarahLengkap:
WBC
Lymph#
Mid#
Grand#
Lymph%
Mid%
Grand%
RBC
HB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
RDW-SD
PLT
MPV
PDW
PCT

D. Identifikasi Masalah
1. Anamnesis

HASIL
5.5 x 103/uL
1.6 x 103/uL
0.3 x 103/uL
3.6 x 103/uL
29.7 %
6.1 %
64.2 %
3.22 x 106/uL
6.1 g/dL
21.3%
66.4fL
18.9pg
28.6 g/dL
19.1 %
43.1fL
389 x 103/uL
7.9 fL
16.0
0.307 mL/L

RANGE
4.0-10.0
0.8-4.0
0.1-0.9
2.0-7.0
20.0-40.0
3.0-9.0
50.0-70.0
3.50-5.50
11.0-16.0
37.0-50.0
82.0-95.0
27.0-31.0
32.0-36.0
11.5-14.5
35.0-56.0
100-300
7.0-11.0
15.0-17.0
0.108-0.282

Pasien mengeluh mengeluarkan darah dari vagina sejak 2 bulan ini,


nyeri perut dan terasa adanya benjolan pada jalan lahir sejak 1 bulan ini.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pada pemeriksaan vital sign pasien dalam batas normal
b. Pada palpasi abdomen supel, tidak teraba massa dan nyeri tekan (-)
c. Pada pemeriksaan dalam dengan vaginal toucher (VT) vulva dan
vagina dbn, terdapat discharge berwarna putih, teraba massa yang
padat dan bertangkai, mudah digerakkan dan berdarah keluar dari
ostium uteri.
E. Diagnosis
Mioma Geburt + anemia
F. Rencana Terapi
a. Transfusi PRC
b. Inj. Cefotaxim 3x1gr
c. Inj As. Tranexamat 3x250mg
d. SF 2x300mg
e. Ekstirpasi dan kuretase

G. Laporan Follow Up
Tanggal

Catatan

Instruksi

18 November

KU : sedang

2015

KS : compos mentis
T : 130/70 mmHg.
N/S : 88/36c
Keluhan : merasa lemas
Mata : CA : +/+, SI : -/-.
Abdomen : datar, palpasi

Pasang infus RL
Cefotaxime 2x 1 gr i.v
Kalnex 3 x 1 ampul i.v
SF 2x 1 tab
Rencana transfusi s/d Hb > 10 g/dL.
Cek Hb post transfusi
Obs KU, T,N,R,S perdarahan.
Rencana ekstirpasi bila Hb > 10 g/dL.

Cefotaxime 2 x 1 gr iv
Kalnex 3 x 500mg
Obs KU,T,N,R,S, perdarahan
Rencana ekstirpasi

Cefotaxime 2 x 1 gr iv
Kalnex 3 x 500mg.
As. Mefenamat 3 x 500 mg.
Metil ergometrin 3 x 1
Obs. KU, T,N,R,S perdarahan.

supel ; Nt : (-) ; Masa (-)


BAB/BAK : +/+
D/ mioma geburt.

19 November

Keluhan : lemas sudah

2015

berkurang
KU : baik
KS : compos mentis
T : 100/70 mmHg.
N : 84 x/menit.
S : 36,5c
Mata : CA : -/- , SI : -/-.
Abdomen : datar lembut.
Nt : (-)
BAB/BAK : -/+.
D/ mioma geburt.

19 November

Post ekstirpasi dan kuretase

201

Keluhan : tidak ada

KU : baik
KS : compos mentis
T : 120/70 mmHg.
N : 88 x/menit.
R : 20 xmenit.
S : 36c
Mata : CA: -/-, SI : -/Abdomen : datar lembut.
Nt : (-)
D/ post ekstirpasi dan
kuretase mioma geburt.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Mioma geburt adalah mioma submukosum bertangkai yang dilahirkan. Mioma
tersebut dapat muncul di serviks atau vagina, dan dapat terjadi perputaran
tangkainya
B. Klasifikasi mioma uteri

Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana


mereka tumbuh. Mioma memiliki pseudokapsul yang berasal dari sel otot polos
uterus yang terkompresi dan hanya memiliki beberapa pembuluh darah dan
pembuluh limfe. Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural
(54%), subserosa (48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).
Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks uteri dan korpus uteri.
Mioma pada serviks uteri hanya ditemukan sebanyak 3 % dan pada korpus
uteri ditemukan 97% kasus. Berdasarkan tempat tumbuh atau letaknya, mioma
uteri dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Mioma uteri intramural
Mioma terdapat di korpus uteri diantara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk
simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak
mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan

konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus,
dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih keatas,
sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
2. Mioma uteri submukosa
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina
melalui saluran serviks, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang
dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Mioma
tumbuh tepat dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus,bertangkai menjadi polip. Kadang mioma uteri submukosa dapat
tumbuh terus dalam kavum uteri. Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus
mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma
jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan,
tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Hal ini dapat menyebabkan dismenore, namun ketika
telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala
pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalah artikan dengan kanker
serviks. Peningkatan jumlah perdarahan menstrual pada penderita mioma
dihubungkan dengan :
-

Peningkatan luas permukaan endometrium

Produksi prostaglandin

Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan


adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan
pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Pada beberapa
kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena perdarahan.

3. Mioma uteri subserosa

Mioma terletak dibawah tunika serosa, tumbuh kerah luar dan menonjol ke
permukaann uterus. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi

mioma ligamenter yang dapat menekan

ligamenter dan arteri iliaka. Mioma jenis ini juga dapat tumbuh menempel
pada jaringan lain misalnya ke omentum dan kemudian membebaskan diri
dari uterus sehingga disebut wandering dan parasite fibroid (5,6)
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut wondering/parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu
macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke
dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan
sabit.Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas
otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like
pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdesak karena pertumbuhan sarang mioma.

C. ETIOLOGI
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara
pertumbuhan tumor

dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron

pada jaringan mioma uteri, serta adanya faktor predisposisi yang bersifat
herediter dan faktor hormone pertumbuhan dan Human Placental
Lactogen. Pada ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom yang
membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan
fibroid. Beberapa ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen
sisi paternal. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan
mengecil setelah menopause, sehingga diperkirakan dipengaruhi juga oleh
hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu,

sangat jarang ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat


selama kehamilan dan kadang mengecil setelah menopause.
-

Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini
paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.

Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif
infertil,tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan
mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau
apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.

Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu,

khususnya wanita

berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor
ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada
yang menderita mioma.
-

Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan


pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke,
berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.

PATOGENESIS
Meskipun mioma cukup umum ditemukan, tidak begitu banyak yang
bergejala. Timbulnya gejala tergantung terutama pada kombinasi ukuran, jumlah
dan letak mioma.Secara umum, pertumbuhan mioma merupakan akibat stimulasi
estrogen, yang ada hingga menopause. Seiring berjalannya waktu, mioma yang
awalnya asimtomatik dapat tumbuh dan menjadi bergejala. Sebaliknya, banyak
mioma yang menyusut seiring menopause dimana stimulasi estrogen menghilang
dan

banyak gejala yang berkaitan dengan mioma hilang segera setelah

menopause.
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui.
Karena mioma uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka
kejadiannya rendah pada usia menopause, belum pernah terjadi sebelum

menarche, maka diduga penyebab timbulnya mioma uteri paling banyak oleh
stimulasi hormon estrogen.
Pukka menemukan bahwa reseptor estrogen pada mioma

uteri lebih

banyak didapatkan dibandingkan dengan miometrium normal. Meyer , de Snoo


mengemukakan patogenesis mioma uteri dengan teori

cell nest

dan

genitoblast.Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci


percobaan ternyata menimbulkan tumor

fibromatosa baik pada permukaan

maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah
dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.

Pukka dan kawan-

kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati
daripada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur,
bukan dari selaput otot yang matur.
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari
penggandaan satu sel otot.

GEJALA KLINIS DAN TANDA


Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi,
arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-50%
saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh
apapun. Hipermenore, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari
mioma uteri. Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita
ditemukan 44% gejala perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma
submukosa, sekitar 65% wanita dengan mioma mengeluh dismenore, nyeri perut
bagian bawah, serta nyeri pinggang. Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan
mioma , maka kandung kemih, ureter dan usus dapat terganggu, dimana peneliti
melaporkan keluhan disuri (14%), keluhan obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai
penyebab infertilitas tetapi hanya dijumpai pada 2-10% kasus. Infertilitas terjadi
sebagai akibat obstruksi mekanis tuba fallopi,

endocervical canal, lubang

endometrium, berhubungan dengan konsepsi atau implantasi dan beberapa


penyebab abortus spontan.
Abortus spontan dapat terjadi bila mioma menghalangi pembesaran uterus,
dimana menyebabkan kontraksi uterus yang abnormal, dan mencegah terlepas
atau tertahannya uterus didalam panggul. Hampir separuh kasus mioma uteri
ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak
mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini
berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang
mungkin timbul yaitu :

Perdarahan abnormal yaitu dapat berupa hipermenore, menoragia dan dapat


juga terjadi metroragia merupakan yang paling banyak terjadi. Beberapa
faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah:
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium
b. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa
c. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik

Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada mioma
submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan
kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore. Namun gejala-gejala
tersebut bukanlah gejala khas pada mioma uteri.

Gejala dan tanda penekanan yang tergantung pada besar dan tempat mioma
uteri. Gejala yang timbul dapat berupa poliuri, retensio urine, obstipasi serta
edema tungkai dan nyeri panggul.
Pada Mioma Geburt gejala yang menonjol berupa perdarahan per vaginam

di antara siklus haid yang bervariasi mulai dari perdarahan bercak hingga
perdarahan masif.

Darah yang keluar berupa darah segar dan kadang disertai nyeri sehingga dapat
diduga sebagai haid yang memanjang. Selain itu, mioma submukosa juga dapat
menyebabkan perdarahan intermenstrual, perdarahan post coital, perdarahan
vaginal terus-menerus atau dismenore.
DIAGNOSIS
Diagnosis Mioma Geburt ditegakkan atas beberapa hal, yaitu:
1.Anamnesis
Teraba massa menonjol keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah
panjang serta adanya riwayat perdarahan per vaginam terutama pada perempuan
di usia 40an, kadang dikeluhkan juga perdarahan kontak.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pada pemeriksaan abdomen luar kemungkinan tidak didapatkan kelainan,
namun dapat juga ditemukan pada palpasi bimanual uterus yang bentuknya
tidak regular, tidak lunak atau penonjolan yang berbenjol-benjol yang keras
pada palpasi.
b. Pada pemeriksaan Ginekologik (PDV) teraba massa yang keluar dari OUE
(kanalis servikalis), lunak, mudah digerakkan, bertangkai serta mudah
berdarah. Melalui pemeriksaan inspekulo terlihat massa keluar OUE (kanalis
servikalis) berwarna pucat.

3. Temuan laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang
mioma menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan
polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga
akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan

balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.


Dilakukan pemeriksaan darah lengkap,urine lengkap dan tes kehamilan.

4. Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya mioma uteri serta menentukan jenis tumor dalam rongga
pelvis.Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang kecil.
Uterus atau massa yang paling besar paling baik diobservasi melalui
ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran
ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran
uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan
akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.
b. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa
dengan infertilitas, jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus
dapat diangkat.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma
tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas
tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi
sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, taermasuk mioma submukosa.
MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat
disimpan.

DIAGNOSIS BANDING
Mioma Geburt dapat didiagnosis banding dengan polip serviks. Polip
serviks merupakan suatu adenoma ataupun adenofibroma yang berasal dari
mukosa endoserviks.
Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari OUE. Epitel yang melapisi
biasanya adalah epitel endoserviks yang dapat juga mengalami metaplasia
menjadi semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis
sehingga membuatnya mudah berdarah. Hal inilah yang membedakannya dari
Mioma Geburt dimana bagian yang mudah berdarah bukan merupakan ujung
mioma tapi merupakan endometrium yang mengalami hyperplasia akibat
pengaruh ovarium, selain itu juga terjadi atropi endometrium di atas mioma
submukosa.
Konservatif

Bila anemi (Hb < 8gr/dl) transfusi PRC

Pemberian zat besi


Operatif
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkutan

uterus, miomektomi dilakukan dengan pertimbangan jika diharapkan pada proses


selanjutnya penderita masih menginginkan keturunan. Apabila miomektomi
dikerjakan karena alasan keinginan memperoleh keturunan, maka kemungkinan
akan terjadinya kehamilan setelah miomektomi berkisar 30% sampai 50%.
Selain alasan tersebut, miomektomi juga dilakukan pada kasus mioma yang
mengganggu proses persalinan. Metode lain dari miomektomi adalah dengan
ekstirpasi yang dilanjutkan dengan curetage. Metode ini dilakukan pada kasus
mioma geburt dengan melakukan ekstirpasi lewat vagina.

PENATALAKSANAAN PASIEN MIOMA UTERI PADA UMUMNYA


Penanganan mioma geburt tergantung pada umur, status fertilitas, paritas,
lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang
membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan
fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan
konservatif dan operatif.
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut:

Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan

Bila anemi (Hb < 8gr/dl) transfusi PRC

Pemberian zat besi

Pemberian agonis hormon pelepas gonadotropin (GnRHa) yaitu Leuprolid


asetat 3,75 mg intramuscular pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak
3 kali.
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan

pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar
dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada
tangkai, perlu diambil tindakan operasi.
1.Terapi medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan
mioma geburt secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa
masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRH,
progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agenagen lain (gossipol, amantadine)
a. GnRH analog. Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita dengan
mioma uteri yang diberikan GnRHa leuprorelin asetat selama 6 bulan, ditemukan

pengurangan volume uterus rata-rata 67% pada 90 wanita didapatkan pengecilan


volume uterus sebesar 20% dan pada 35 wanita ditemukan pengurangan volume
mioma sebanyak 80%.
Efek maksimal dari GnRHa baru terlihat setelah 3 bulan dimana cara
kerjanya menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga kadarnya
dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause. Setiap mioma
uteri memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap pemberian GnRHa.Analog
GnRH ini juga menyebabkan keadaan hipogonadotropik-hipogonadal.
Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma utreri yang
paling responsif terhadap pemberian GnRHa ini. Keuntungan pemberian
pengobatan medikamentosa dengan GnRHa adalah:
1. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri
2. Mengurangi anemia akibat perdarahan.
3. Mengurangi pendarahan pada saat operasi.
4. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan mioma.
5. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal.
6. Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan histeroskopi
7. Mengurangi resiko histerektomi ketika miomektomi direncanakan.
b. Progesteron
Progesteron dan obat anti inflamasi non steroid tidak memberikan efek
untuk pembesaran jaringan tetapi kemungkinan bernilai untuk mengontrol
kehilangan siklus siklus menstruasi.(10) Goldhiezer, melaporkan adanya
perubahan degeneratif mioma geburt pada pemberian progesteron dosis besar.
Dengan pemberian medrogestone 25 mg per 16 hari selama 21 hari dan tiga
pasien lagi diberi tablet 200 mg, Dan pengobatan ini tidak mempengaruhi ukuran
mioma uteri., hal ini belum terbukti saat ini.
c. Danazol

Merupakan progesteron sintetik yang berasal dari testoteron. Dosis


substansial didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus sebesar
20-25% dimana diperoleh fakta bahwa danazol memiliki substansi androgenik.
Tamaya, dkk melaporkan reseptor androgen pada mioma terjadi peningkatan
aktivitas 5 reduktase pada miometrium dibandingkan endometrium normal.
Mioma geburt memiliki aktivitas aromatase yang tinggi dapat membentuk
estrogen dari androgen.
d. Gestrinon
Merupakan suatu trienik 19-nonsteroid sintetik, juga dikenal dengan R
2323

yang

terbukti

efektif

dalam

mengobati

endometriosis.

Menurut

Coutinho(1986), melaporkan 97 wanita, A (n=34) menerima 5 mg gestronon


peroral 2x seminggu, kelompok B (n=36) 2,5 mg gestrinon peroral 2 x seminggu,
dan kelompok C (n=27) menerima 2,5 mg gestrinon pervaginam 3 x
seminggu.Data masing-masing dievakuasi setelah 4 bulan didapatkan volume
uterus berkurang 18% pada kelompok A, 27% pada kelompok B, tetapi pada
kelompok C meningkat 5%. Setelah masa pengobatan selama 4 bulan berakhir,
95% pasien amenore, Coutinho menyarankan penggunaan gestrinon sebagai terapi
preoperatif untuk mengontrol perdarahan menstruasi yang banyak berhubungan
dengan mioma geburt.
e. Tamoksifen
Merupakan turunan trifeniletilen yang mempunyai khasiat estrogenik
maupun antiestrogenik, dan dikenal sebagai selective estreogen receptor
modulator (SERM).
Beberapa peneliti melaporkan pada pemberian tamoksifen 20 mg tablet
perhari untuk 6 wanita premenopause dengan mioma uteri selama 3 bulan dimana
volume mioma tidak berubah, dimana kerjanya konsentrasi reseptor estradiol total
secara signifikan lebih rendah. Hal ini terjadi karena peningkatan kadar
progesteron bila diberikan berkelanjutan.

f.Goserelin
Merupakan suatu GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya terhadap
jaringan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama. Pada
pemberian Goserelin dapat mengurangi setengah ukuran mioma geburt dan dapat
menghilangkan gejala menoragia dan nyeri pelvis. Pada wanita premenopause
dengan mioma uteri, pengobatan jangka panjang dapat menjadi alternatif tindakan
histerektomi terutama menjelang menopause. Pemberian goserelin 400 mikrogram
3 kali sehari semprot hidung sama efektifnya dengan pemberian 500 mikrogram
sehari sekali dengan cara injeksi subkutan.
Untuk pengobatan mioma geburt, dimana kadar estradiol kurang
signifikan disupresi selama pemberian goserelin dan pasien sediakit mengeluh
efek samping berupa keringat dingin. Pemberian dosis yang sesuai, agar dapat
menstimulasi estrogen tanpa tumbuh mioma kembali atau berulangnya peredaran
abnormal sulit diterima. Peneliti mengevaluasi efek pengobatan dengan formulasi
depot bulanan goserelin dikombinasi dengan HRT (estrogen konjugasi 0,3 mg)
dan medroksiprogesteron asetat 5 mg pada pasien mioma uteri, parameter yang
diteliti adalah volume mioma uteri, keluhan pasien, corak perdarahan, kandungan
mineral, dan fraksi kolesterol. Kadar HDL kolestrol meningkat selama
pengobatan, sedangkan plasma trigliserid meningkat selama pemberian terapi.
g. Antiprostaglandin
Dapat mengurangi perdarahan yang berlebihan pada wanita dengan
menoragia, dan hal ini beralasan untuk diterima atau mungkin efektif untuk
menoragia yang diinduksi oleh mioma geburt.Ylikorhala dan rekan-rekan,
melaporkan pemberian Naproxen 500-1000 mg setiap hari untuk terapi selama 5
hari tidak memiliki efek pada menoragia yang diinduksi mioma, meskipun hal ini
mengurangi perdarahan menstruasi 35,7 % wanita dengan menoragia idiopatik.

4. Penanganan operatif:

Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus pada kehamilan 12-14 minggu

Pertumbuhan tumor cepat

Mioma subserosa bertangkai dan torsi

Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya

Hipermenorea pada mioma submukosa

Penekanan pada organ sekitarnya

Jenis operasi yang dilakukan :


1. Miomektomi, dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan
anak. Pendekatan pada tumor dilakukan melalui dinding uterus dimana mioma
dibuka dengan diseksi tajam dan tumpul, pseudokapsul dapat mengakibatkan
diseksi sulit untuk dilakukan. Mioma diangkat dengan bantuan obeng mioma,
rongga yang terbentuk akibat mioma kemudian dijahit dan dinding uterus
dilipat untuk membawa garis jahitan serendah mungkin sehingga mengurangi
resiko perlekatan dengan vesika urinaria.
2. Histerektomi, dilakukan pada pasien yang tidak menginginkan anak lagi,
terbagi atas 2 macam, yaitu:
a. Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
b. Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid
12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel,
sistokel atau enterokel.
3. Laparoskopi
a ) Penghancuran mioma

Yaitu dengan menghambat suplai darah mioma : miolisis yaitu dengan


laparaskopi, laser fiber / alat elektrik diletakkan pada fibroma, kemudian
pembuluh darah yang memberi makan mioma dibekukan atau digumpalkan,
sehingga jaringan myoma yang akan mati dan berangsur-angsur digantikan
dengan jaringan parut. Ini lebih mudah dilakukan daripada miomektomi dan
penyembuhannya lebih cepat.
b) Enukleasi mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman,
efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan
bila ada kemungkinan terjadi karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga
dihindari pada masa kehamilan.Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor
dengan tangkai

dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila

miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan


endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan sectio caesarea.
Kriteria

preoperasi

menurut

American

College

of

Obstericians

Gynecologist (ACOG) adalah sebagai berikut :

Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.

Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.

Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan.


Embolisasi arteri uterus kini semakin banyak digunakan untuk menangani

mioma dengan pendekatan yang kurang invasif. Caranya adalah arteri uterina
diinjeksi dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang nantinya akan
menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Penting untuk
diketahui, setelah dilakukan UAE, kehamilan tidak diperkenankan karena terjadi
distorsi signifikan dari lapisan uterus yang dapat menyebabkan implantasi
abnormal dan keguguran serta infertilitas dalam waktu yang lama. Nyeri setelah
UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan mioma. Keuntungannya adalah
tidak ada insisi dan waktu penyembuhannya yang cepat. Tujuannya adalah untuk

mengurangi suplai darah ke mioma sehingga menyebabkan degenerasi dan


nekrosis.

Penanganan Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopouse radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat
kontak indikasi untuk tindakan operatif . radioterapi umumnya hanyadikerjakan
apabila tidak ada keganasan pada uterus.
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient)
b. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum
c. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopouse. Maksud dari terapi radioterapi adalah untuk menghentikan
perdarahan.
Terapi menurut Achaidat, Chrisdiono M, 2004 hal 95-96:
a. Observasi : bila ukuran uterus lebih kecil dari ukuran uterus
kehamilan 12 minggu, tanpa disertai penyulit lain.
b. Ekstirpasi : biasanya untuk mioma submukosa bertangkai atau mioma
lahir/geburt, umumnya dilanjutkan dengan tindakan.
c. Laparatomi/Miomektomi : bila fungsi reproduksi masih diperlukan
dan secara teknis memungkinkan untuk dilakukan tindakan tersebut.
Biasanya untuk mioma intramural, subserosa dan subserosa
bertangkai, tindakan ini lebih cukup memadai.
d. Laparatomi/Histerektomi :
1) Fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi
2) Pertumbuhan tumorsangat cepat
3) Sebagai tindakan hemostasis, yakni dimana terjadi perdarahan
yang terus-menerus dan banyak serta tiidak membaik dengan
pengobatan.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma geburt secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%
dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarcoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histopatologi uterus yang
telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar
dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

2.Torsi (putaran tangkai)


Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom
abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal
ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang
mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan
infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya
terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau
menoragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi
dari uterus sendiri. Keadaan ini dapat terjadi pada semua bentuk mioma tetapi
yang paling sering adalah jenis mioma submukosa pedinkulata.

3. Nekrosis dan infeksi.


Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
karena gangguan sirkulasi darah padanya. Perubahan sekunder pada mioma uteri

yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya
pemberian darah pada sarang mioma.
Perubahan sekunder tersebut antara lain :

Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi


kecil.

Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak
teratur berisi agaragar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan
bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang
lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita


berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan
memberikan bayangan pada foto rontgen.

Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada


kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut
sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma
seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan
hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan
muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus
membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran
tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.

Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

PROGNOSIS
Terapi bedah bersifat kuratif. Kehamilan di masa yang akan datang tidak
akan dibahayakan oleh miomektomi, walaupun seksio sesarea akan diperlukan
setelah diseksi lebar untuk masuk ke dalam rongga uterus.

BAB III
PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan perdarahan dari vagina sejak 2 bulan ini.
Pasien juga mengeluhkan adanya benjolan yang terasa pada jalan lahir disertai
dengan nyeri perut sejak 1 bulan terakhir. Pasien juga mengeluhkan badannya
terasa lemas. Riwayat obstetri pasien adalah P2A0 dengan 2 anak hidup dan
partus terakhir 18 tahun yang lalu. Pasien saat ini berusia 45 tahun dan mengaku
haid sebelumnya lancar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis
dan tidak didapatkan sklera ikterik. Pada pemeriksaan obstetri dari luar pada
inspeksi vulva dan vagina tidak didapatkan kelainan, terdapat discharge keluar
berwarna putih cair, tidak terdapat ulkus dekubitus atau tanda-tanda perdangan.
Pada pemeriksaan VT didapatkan benjolan massa padat bertangkai, bisa
digerakkan dan berdarah keluar dari ostium uteri. Pada pemeriksaan
laboratoriumnya didapatkan temuan yang abnormal, yaitu hemoglobin pasien 6.1
g/dL.
Pasien di observasi selama pro operasi dan diperbaiki keadaan umumnya.
Pasien mendapatkan transfusi PRC hingga HB nya > 10 g/dL dan keadaan
umumnya dan tanda vitalnya baik atau berada dalam batas normal. Pada tanggal
19 november 2015 dilakukan tindakan ekstirpasi dan kuretase atas indikasi mioma
geburt.
Pada kasus ini ny. S dengan usia 45 tahun dan persalinan 2 kali aterm dan
belum mengalami menopouse. Dilihat dari usia, maka mioma ini lebih sering
memberikan gejala pada usia 35-45 tahun dan jarang sekali ditemukan sebelum
menarkhe. Pasien juga memiliki riwayat menggunakan pil kontrasepsi dimana
kontrasepsi tersebut dapat mempengaruhi beberapa hormon dalam tubuh.
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma
sebelum terjadinya menopouse.

Pada Mioma Geburt gejala yang menonjol berupa perdarahan per vaginam
di antara siklus haid yang bervariasi mulai dari perdarahan bercak hingga
perdarahan masif. Pada pasien Ny. S mengeluhkan perdarahan yang tidak berhenti
selama 2 bulan ini. Perdarahan yang terjadi cukup banyak dan lama sehingga
menyebabkan

terjadinya anemia pada pasien. Beberapa faktor yang menjadi

penyebab perdarahan ini, antara lain adalah:

Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai

adenokarsinoma endometrium
Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut sejak 1 bulan ini. Rasa nyeri

yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang
disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada mioma submukosum yang akan
dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan juga dismenore.
Setelah dilakukan pemeriksaan ginekologi (PDV) didapatkan massa yang
keluar dari OUE (kanalis servikalis), mudah digerakkan, bertangkai serta mudah
berdarah. Melalui pemeriksaan inspekulo terlihat massa keluar OUE (kanalis
servikalis) berwarna pucat. Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan kelainan,
dan pada pemeriksaan dengan palpasi tidak didapatkan massa.
Pasien mendapatkan terapi ekstirpasi yang dilanjutkan dengan tindakan
kuretase atas indikasi mioma geburt, setelah sebelumnya pasien di observasi dan
mendapatkan perbaikan keadaan umum dengan transfusi sebanyak 4 kolf. Tujuan
dilakukannya ekstirpasi dan kuretase adalah untuk mengangkat lesi, menghentikan
perdarahan dan mencari apakah adanya kemungkinan keganasan dengan
mengambil sampel untuk dilakukan PA.

Selanjutnya pasien dilakukan observasi post tindakan ekstirpasi dan


kuretase dengan melihat mengobservasi KU, tekanan darah , nadi , pernafasan,
suhu, dan perdarahan. Selanjutnya pasien diperbolehkan pulang setelah keadaan
umumnya baik pada tanggal 19 November 2015.

DAFTAR PUSTAKA
1. Virgiawan TD. Mioma Geburt. [online]. [cited on Desember 2009]. Available
from http://darryltanod.blogspot.com/2009/04/miom-geburt-darryl-virgiawantanods.html.
2. Anonim. Fibroid. [online]. [cited on Januari 2010]. Available from
http://medicastore.com.
3. Hakim L. Mioma Geburt A case Report. [online]. [cited on November 2009].
Available from http://narcissus02.multiply.com/journal/item/6.
4. Anonim. Mioma uteri. [online]. [cited on Desember 2009]. Available from
http://obsgin-fkunram.blogspot.com/2009/02/mioma-uteri.html.
5. Anonim. Teori Tentang Mioma Uteri. [online]. [cited on july 2009]. Available
from http://spesialistorch.com.
6.

Yuska A. Mioma Uteri. [online]. [cited on februari 2009]. Available from


http://andiayuska.com.

7. Anonim. Mioma Uteri. [online]. [cited on Mei 2009]. Available from


http://www.wikipedia.com.
8. Callahan TL, Caughey AB, Heffner LJ. Blueprints Obstetrics & Gynecology.
Third Edition. Hong kong : Blackwell Publishing. 2004. p.130-4.
9. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 1999. Hal: 338-45.
10. Symonds EM, Symonds IM. Essential obstetrics and gynaecology. Fourth
edition. Endiburgh London New York Oxford Philadelphia ST Louis Sydney
Toronto: Churchill Livingstone. 2004. p.317-20.
11. Virgiawan TD. Mioma Geburt. [online]. [ cited on Desember 2009]. Available
from http://www.darryltanod.blogspot.com.
12. Wijanarko B. Mioma Uteri. [online]. [cited on jan 2010]. Available from

http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/10/moima-uteri.html. - 1 -

Anda mungkin juga menyukai