Anda di halaman 1dari 3

INOVASI PROSES PRODUKSI GARAM UNTUK KEMANDIRIAN

INDONESIA

Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia, yang di


dalam lautannya terkandung berbagai kekayaan alam Namun, kekayaan
alam Indonesia yang melimpah tersebut belum dapat dimanfaatkan dan
diolah secara optimal. Indonesia masih membutuhkan impor produk
tertentu dari luar negeri, padahal bahan dasar produk tersebut telah
tersedia secara melimpah di bumi Indonesia. Salah satu contohnya
adalah produksi garam. Produksi garam merupakan salah satu isu
nasional yang menjadi perhatian pemerintah saat ini. Beberapa pulau
yang terkenal dengan produksi garamnya antara lain Madura dan NTT.
Namun kenyataannya untuk mencukupi kebutuhan garam nasional,
Indonesia masih harus melakukan impor garam. Indonesia masih harus
mengimpor garam dari negara tetangga, Australia. Data dari kementrian
perindustrian menyebutkan bahwa pada tahun 2009, produksi garam
nasional mencapai 1.265.600 ton, masih jauh lebih rendah dari kebutuhan
garam nasional yang mencapai sebesar 2.865.600 ton per tahun.
Sedangkan tahun 2010, produksi garam nasional diperkirakan
hanya sebesar dua persen dari total kebutuhan garam nasional.
Rendahnya produksi ini disebabkan oleh faktor curah hujan yang tinggi
sehingga sangat mempengaruhi proses produksi nasional yang sebagian
besar masih menggunakan teknologi sederhana, yaitu pengeringan yang
hanya bergantung pada sinar matahari. Permasalahan produksi garam
nasional lainnya seperti kualitas garam yang dihasilkan dari produksi
dalam negeri masih kalah bersaing dengan garam impor.
Cara
pengolahan garam di Indonesia cenderung masih konvensional dan
bergantung terhadap keadaan alam. Proses pengolahan garam di negara
ini masih menggunakan prinsip penjemuran dengan sinar matahari dan
membutuhkan waktu 10 15 hari. Proses pengolahan garam yang
membutuhkan waktu lama dan terlalu bergantung terhadap sinar
matahari yang akhir-akhir ini tidak menentu kondisinya, membuat garam
hasil produksi dalam negeri tidak sebanding dengan permintaan
masyarakat. Salah satu cara mengatasi masalah ini sekaligus untuk
mewujudkan program pemerintah untuk melakukan swasembada garam
konsumsi pada tahun 2012 dan garam industri pada tahun 2015 adalah
dengan mencari suatu teknologi (aplikasi IPTEK) yang dapat mempercepat
proses produksi garam, mulai melepaskan kebergantungan terhadap
kondisi alam, namun tetap menghasilkan garam yang berkualitas dan
dapat bersaing dengan garam impor.

Inovasi gagasan produksi garam yang diajukan dalam konsep bisnis ini
adalah peningkatan nilai tambah proses produksi secara kuantitatif dan
kualitatif dengan penerapan teknologi pemanas dan penerapan konsep
kimia sederhana. Proses produksi tidak lagi bergantung pada sinar
matahari yang saat ini tidak lagi dapat diperkirakan, namun
menggunakan tungku pemanas untuk menguapkan air dari kristal garam
yang terlarut. Jika pada proses produksi garam tradisional yang
menggunakan sinar matahari dibutuhkan waktu produksi sekitar 10-15
hari dalam 1 kali operasi. Maka dengan penggunaan tungku pemanas,
proses produksinya beberapa kali lebih cepat. Operasional produksi pabrik
ini rencananya dijalankan setiap hari yaitu jam 07.30-16.00 dengan
istirahat jam 12.00-13.00.Penjelasan alur proses produksi sebagai berikut
-

Bahan baku air laut dengan volume tertentu akan dialirkan sesuai
dengan kapasitas volume tungku pemanas I. Bahan baku air laut
tadi akan dideteksi jumlah volumenya dan nilai kesadahannya
secara uji titrasi sederhana. Sehingga bisa ditentukan jumlah reagen
yang diperlukan untuk mengendapkan 6 ion Ca2+ dan ion Mg2+,
sehingga kedua ion tadi akan terendapkan lebih dahulu dan
dipisahkan.
Larutan garam (air laut) yang telah dipisahkan dari endapan Mg dan
Ca, dipanaskan sehingga seluruh pelarut air menguap dan tersisa
endapan kristal garam NaCl yang kemungkinan masih mengandung
ion-ion pengotor.
Kristal garam NaCl yang telah terbentuk diayak sehingga bentuk
dan ukuran kristalnya lebih kecil dan halus, proses ini untuk
memperluas permukaan kristal NaCl dan mempermudah pemisahan
garam NaCl dari pengotor-pengotor yang terjebak diantara butiran
kristal. Kemudian dicuci dengar air kembali. Proses ini dilakukan
untuk meningkatkan kualitas garam yang dihasilkan. Air yang
digunakan berasal dari air hasil kondensasi proses awal yaitu
penguapan air laut.
Kemudian larutan garam jenuh diuapkan kembali dengan
pemanasan sehingga terbentuk kembali kristal garam dengan
kualitas yang lebih baik (proses rekristalisasi)
Garam NaCl yang terbentuk kemudian diolah selanjutnya sesuai
kebutuhan menjadi garam dapur atau garam industry

Pabrik direncanakan menghasilkan kristal garam yang berkapasitas


produksi garam 3840 ton/tahun sesuai yang kami jelaskan di bagian
gagasan. Dari hasil analisa pasar dan analisa resiko, pabrik ini dibutuhkan
oleh pasar dan dapat bersaing dengan kompetitor dalam maupun luar
negeri. Sedangkan perhitungan aspek ekonomi pabrik ini diperoleh nilai
modal investasi sebesar Rp.860.000.000,- kemudian biaya produksi

sebesar Rp. 587.250.000,- sedangkan hasil penjualan per tahun sebesar


Rp. 1.920.000.000,- sehingga laba bersih setelah pajak adalah Rp.
330.925.000. Dari hasil analisa ekonomi, nilai profit margin adalah
24,62%, nilai break even point sebesar 27,56%, nilai return on investment
adalah 38,48% dan nilai pay out time adalah 2,6 tahun. Berdasarkan datadata diatas maka dapat disimpulkan bahwa perancangan pabrik produksi
garam ini layak didirikan.
Gagasan ini harapannya dapat diimplementasikan menjadi sebuah bisnis
atau usaha pabrik produksi garam. Tentunya skala pabrik yang dapat
dirangcang dengan gagasan ini yaitu skala menengah hingga skala besar.
Gagasan ini cukup sulit untuk diimplementasikan pada skala usaha skala
kecil rumah tangga. Pihak yang berperan penting untuk implementasi
gagasan ini adalah investor untuk menanamkan atau memberikan
pinjaman modal. Manfaat atau dampak yang dapat diperoleh investor
sesuai perannya antara lain adalah berkontribusi dalam program
pemerintah mewujudkan swasembada garam. Media investasi dengan
prospek pengembangan yang potensial ke depannya serta membantu
dalam melahirkan teknopreneurship di Indonesia. Investor tidak selalu
berasal dari pihak swasta, tetapi juga bisa dari pihak pemerintah
khususnya dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan yang
memiliki peran dalam pengembangan proses produksi garam dalam
negeri.
Para petani garam yang sebelumnya memproduksi garam secara
tradisional dapat dipekerjakan di bagian produksi. Ibu-ibu rumah tangga
dapat dimanfaatkan tenaganya di bidang pengemasan. Karena bisnis ini
merupakan bisnis skala besar dan garam akan dihasilkan dalam jumlah
besar, tentunya akan semakin banyak pula ibu-ibu yang dapat
dipekerjakan. Remaja daerah setempat dapat dipekerjakan dibagian
administrasi dan promosi. Dengan begitu banyaknya lahan pekerjaan
yang dibuka, secara tidak langsung, keberadaan pabrik garam ini akan
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah
industri. Pemerintah setempat pun akan terlibat, karena pabrik ini juga
berpotensi untuk meningkatkan pendapatan daerah. Koordinasi dengan
pemerintah setempat sangat diperlukan dalam kelancaran produksi dan
legalitas usaha.

Anda mungkin juga menyukai