Anda di halaman 1dari 21

Laporan Kasus

Penatalaksanaan Missed Abortion


dengan Infeksi

Disusun Oleh:
Dicky Pangestu Sandjaya
Ivon Nafriti Gemiyani
M.Hadrian Priyatna
Nur Fadillah
Oktri Yetta Wimarti
Qodri Alfi
Shanaz Tasha Lamonda Aodah
Sri Utari Masyitah
Vony Bestari
Pembimbing:
dr. Noviardi, Sp.OG (K)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2015
BAB I
0

PENDAHULUAN
Kehamilan adalah .1,2
Menurut World Health Organization (WHO) 15-50% kematian ibu
disebabkan abortus. Walaupun data akurat tentang dampak abortus tak aman
(beresiko) terhadap kesehatan maternal sangat sedikit, WHO memperkirakan
terdapat 20 juta kasus abortus tak aman diseluruh dunia setiap tahun,terdapat
70.000 kematian ibu yang berkaitan dengan kehamilan diakibatkan oleh abortus
tak aman. Saat ini intervensi kematian ibu lebih diarahkan pada pertolongan
persalinan yang aman dan bersih serta penanganan kegawatan persalinan
sementara asuhan pasca abortus belum tertangani dengan baik.3
Missed Abortion adalah salah satu jenin abortus yang ditandai dengan
embrio atau fetus telah meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20
minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan. 2 Pada
awal kehamilan tampak normal dengan adanya amenore, mual dan muntah,
perubahan payudara, dan pertumbuhan rahim. Saat kematian janin tidak dapat
ditentukan secara klinis, lama kehamilan dan

usia itu janin

dihitung dari

menstruasi terakhir.4
Berikut kami tampilkan laporan kasus penatalaksaan missed abortion
dengan infeksi, pada seorang pasien, 32 tahun. Pasien mengeluhkan keluar bercak
darah dari jalan lahir sejak + 8jamSMRS. Pasien juga menyatakan 1 bulan yang
lalu mengalami keguguran.Pasien sempat dikuret namun dikatakan hanya dengan
menggunakan tangan oleh bidan.Pasien juga mengaku setelah itu pasien sempat
dilakukan pemeriksaan USG dan dikatakan masih terdapat sisa.Lalu pasien
dikatakan harus dikuret, karena alasan biaya pasien pulang.Satu bulan setehlah
USG, pasien kembali mengeluarkan darah, lalu pasien datang ke RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru. Penanganan dan penatalaksanaan akan dijelaskan lebih
lanjut.

BAB II
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny.AW

Nama Suami : Tn.B

Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Suku
Agama
Status
RM
Alamat

: 45 tahun
Umur
: 35tahun
: SMA
Pendidikan
: SMA
: IRT
Pekerjaan
: Pedagang
:Melayu
Suku
: melayu
: Islam
Agama
: Islam
: Menikah
Alamat
:Pasar Minggu
: 895570
: Labuhan Tangga besar Kec. Bangko-Rokan Hilir

ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 12/7/ 2015, pukul 02.00 WIB di IGD
RSUD AA.Pasien merupakan rujukan dari RSUD Di RM Pratama.
Keluhan Utama
Pandangan kabur, pusing, mual, muntah
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan pandangan kabur , pusing bagian kepala depan dan
sejak 19 jam SMRS, namun keluhan sudah tidak dirasakan sejak 2 jam smrs.
Pasien menyangkal adanya sesak napas. Pasien tidak ada riwayat darah tinggi
sebelum hamil, kemudian pasein berobat ke RSUD

dr . RIM Pratama dan

didapatkan tekanan darah tinggi dan pasien dirujuk ke RSUD AA dikarenakan


tidak ada ICU. Pasien dilakukan pemeriksaan USG dan dikatakan umur
kehamilan 28 30 minggu dan dikatakan impending eklampsia (PS 1) + HELLP
syndrome + riwayat infertilitas primer dan diberikan MgSO4 sesuai protap,
nifedipin 10 mg, dexamethashon 10 mg/12 jam, HPHT lupa. ANC teratur di
bidan, USG sebelumnya (-), pasien menyangkal adanya mules, keluar airair,keluar lendir darah.
Riwayat Penyakit Dahulu
HT(-), DM(-), asma(-), alergi(-), sakit jantung(-)
Riwayat Penyakit Keluarga
HT(-), DM(-), asma(-), alergi(-), sakit jantung(-)
Riwayat Haid
Usia 13 tahun, teratur, sikuls 28 hari,lama 3-4 hari, ganti pembalut 2-3x/hari, nyeri
(-)
Riwayat Perkawinan
1x, saat umur 15 tahun
Riwayat Kehamilan / Persalinan /Abortus

G1, hamil saat ini.


Riwayat Pemakaian Kontrasepsi
Disangkal
Riwayat Operasi Sebelumnya
Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK 12/7/ 2015
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: Komposmentis
TD:200/120 mmHg
HR
: 82 x/menit
T: 36,10C
RR
: 19 x/menit
TB: 155 cm, BBSH: 75kg, BBH: 95 kg, IMT: 42,2 (Obesitas Grade II)
Kepala
: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/Thoraks
: Jantung : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
: Vesikuler (-/-), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
: membuncit sesuai usia kehamilan.
Ekstremitas : akral hangat, udem +/+ tungkai,crt<2
Status Obstetrikus :
TFU 3 jari diatas pusat (27 cm),punggung kanan,presentasi kepala, 5/5, His (-),
DJJ sulit dinilai, TBJ 2170 gr
I : v/u tenang
Io : portio licin, livid, OUE tertutup, fluor (-),fluksus (-) ,
Vt : tidak dilakukan
Pelvimetri klinis :
Promontorium tidak teraba, linea inominata terab 1/3-1/3 bagian, dinding vagina
sejajar, os. sakrum konkaf, distansia interspinarum > 9,5 cm, sudut arcus pubis >
90o os coccygeus mobile kesan panggul normal sedang
PEMERIKSAAN LABORATORIUM12/7/ 2015, 02.12 am
hb/ht/wbc/plt//mcv/mch/mchc13,4/40,3/18.400/233.000//88,8/29,4/33,1
Na/K/Cl 129,3/3,44/101
Protein +1 | Glu 125 | Ur/Cr 49,6/1,65 |SGOT/PT216/2,8|albumin 2.8 |
Bil T 0,79|Bil D 0,28
PT / APTT0.936/0,603
D/ : G1 Hamil 30-32minggu,Belum inpartu, PEB, infertilitas primer 15
tahun, impending eclampsia,obesitas morbid, HELLP sindrom, AKI dd acute
on CKD, Janin presentasi kepala IUFD.
PENATALAKSANAAN :

Rencana terminasi perabdominamSC Cito. Observasi Hemodinamik


stabil
Observasi KU, TD, N, RR, T
Tata Laksana PEB
Cegah kejang : MgSO4 40%, maintenance drip 2gr/jam.
Kontrol TD : nifedipin titrasi 10 mg, PO / 20 max 4x
Maintenance dose 4x10 mg Po
Tatalaksana HELLP syndrome :
o Dexamethason 2 x 10 mg (hari pertama)
o Dexamethason 2 x 5 mg (hari kedua)
Cegah infeksi : inj ceftriaxon 2 x 1 gr bolus IV
Tatalaksana AKI dd acute on CKD konsul interna
Konsul anastesi advice backup ICU post operasi ICU penuh, keluarga
bersedia dirawat di HCU SIO (+)

Berlangsung SCTPP, pukul 03.30 04.15 WIB

LAPORAN OPERASI:
Pasien terlentang diatas meja operasi dalam anestesi umum
A dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya,
insisi pfanensteil
Setelah peritoneum dibuka, tampak uterus gravide
Identifikasi SBR belum terbentuk dilakukan histeretomi ( low
longitudinal ) ditembus tumpul, dilebarkan tumpul.
Menarik kaki, lahir bayi laki-laki 1400gr, PB 34cm, AS 3/1/0
Air ketuban bercampur darah, jumlah cukup, plasenta implantasi di fundus,
tampak hematome retro plasenter> 50%, dengan tarikan ringan pada tali pusat,
lahir plasenta lengkap.
Ujung luka dijahit hemostatsis, luka dijahit jelujur dengan cromic catgut no 2,
diyakini tidak ada perdarahan, alat & kassa lengkap, abdominal ditutup lapis
demi lapis, fascia dengan PGA no 1, kulit subkutikulerdengan safil 3-0,
perdarahan durante operasi 200cc, urin 500cc jernih.
Tindakan selesai
Kondisi post op : TD 130/90 mmHg, nadi 82x/mnt, RR 18 x/mnt, suhu 36,40c
WD/ : P1 post histerotomi ai impending eclampsia, HELLP sindrom, AKI dd
Akut on CKD, bayi dengan kelainan kongenital (omphalocele)
Instruksi post operatif :
Hemodinamik ibu stabil
- Observasi KU,TTV, His, kontraksi, Perdarahan, diuresis
- cek DPL post Operasi
- Balance cairan

Cegah Infeksi: Ceftriaxon 2x1gr IV


Pertahankan kontraksi: misopristol 3x200 mg PO
Atasi nyeri ketorolac inj 3 x 1am
p
Tatalaksana PEB: Regimen MgSO4 1gr/jam selama 24 jam
TD terkontrol: Nifedipin 10mg/20 menit
Tercapai ERAS
- Realimentasi bertahap
- Mobilisasi bertahap = Boleh miring kanan-miring kiri 1 x 6 jam
- Boleh duduk 1x 12 jam
- Boleh berjalan setelah 1x24 jam
- Diet TKTP + 1800 kkal
- Rencana GV hari ke III
Cek DPL post opbila Hb<8g/dl pro tranfusi
Atasi HELLP syndrome:
- Dexamethasone 2x10 mg (hari I)
- Dexamethasone 2x5 mg (hari II)
Penegakan deagnosis: cek HbA1C, TTGO.Konsul Penyakit dalam bila
kenaikan faal ginjal
Atasi Febris: Farmadol drip 1 gr/8jam.

omphaloce
le

Perjalanan Penyakit

Tgl/
Jam
13-07
-2015
12.15
WIB

Perjalanan Penyakit
Pasien tiba dan dirawat di
HCU Camar 2
S :Pandangan kabur
(+),Mual (-), Muntah (-)
O:
KU : Sedang
Kes : Komposmentis
TD 114/60 mmHg
RR: 20 x/I
HR: 119x/I
T :39,50C
SpO2: 100%
Status generalis :
Mata:
- konjungtiva anemis (-/-)
- sklera ikterik (-/-)
Thorax :
- cor : BJ I dan II reguler,
murmur(-), gallop (-)
- pulmo : vesikuler (-/-),
ronkhi (-/-),wheezing
(-/-)
Abdomen :
Supel, BU (+), nyeri tekan
(-),massa (-),
TFUtidakteraba
Status Obstetri:
TFU: 2 jari dibawah
pusat. Kontraksi baik
I: V.U Tenang
Perdarahan aktif tidak
ada

Pemeriksaan
Penunjang
DPL 2 jam post
op:

D/ & Th/

Hb: 11.3g/dl
Ht: 32.9%
wbc: 31.600/uL
Plt: 101.000
/uL
Mch: 89.4
Mcv: 30.7
Mchc: 34.3
FIB: 4.2
PT: 0.9
aptt: 0.6
Glu: 94
Ure: 48.6
cre: 1.65
SGOT: 327
SGPT: 216
Na: 128.3
K: 3.44
Cl: 101

A:
P1 post histerotomi a/i
impending eclampsia,
HELLP
sindrom,
obesitas morbid dengan
permasalahan:
Penurunan fungsi ginjal
Hiponatremia
Hipoalbumin
Takikardia e.c febris

P:
Hemodinamik ibu
stabil
- Observasi KU,TTV,
His, kontraksi,
Perdarahan, diuresis
- Balance cairan
Tatalaksana PEB:
- Regimen
MgSO4
1gr/jam
selama 24
jam (ditunda
karena
oliguria)
- Kontrol TD:
jika
>160/1000
nifedipin 10
mg titrasi/20
menit
Atasi HELLP
syndrome:
- Dexamethasone 2x10
mg (hari I)
- Dexamethasone 2x5
mg (hari II)
Atasi Hipoalbumin:

diet putih telur 6


butir/hari
Atasi Hiponatremia:
Infus NaCL 20 tpm
Atasi Febris:
Paracetamol drip 1 gr.
Bila t>39oC
maintenance PCT
oral 3x1 tab

14/07
-2015

S :Demam (+), gelisah


(+)

07.30
WIB

O:
KU :Baik
Kes : Komposmentis
TD 160/100 mmHg
RR: 21 x/I
HR: 95x/I
T :38,30C
Status generalis :
Mata:
- konjungtiva anemis (-/-)
- sklera ikterik (-/-)
Thorax :
- cor : BJ I dan II reguler,
murmur(-), gallop (-)
- pulmo : vesikuler (-/-),
ronkhi (-/-),wheezing
(-/-)
Abdomen :
I : perut datar, tampak
perban menutupi luka
bekas operasi dengan baik,
rembesan darah (-)
P: Supel, nyeri tekan
bekas operasi (+)
A : BU (+)

Cegah Infeksi:
- Ceftriaxon 2x1gr IV
- Metronidazole 3x500
mg IV
A:
Hb: 8.6 g/dl
P1A0H0
post
Ht: 25.1%
histerotomi
a/i
wbc: 26.600/uL impending eclampsia,
Plt: 81.000 /uL solution
plasenta,
Mch: 91.1
HELLP sindrom, bayi
Mcv: 31.3
omphalocele, primi tua,
Mchc: 34.3
infertilitas primer 15
tahun,obesitas morbid
FIB: 4.6
dengan permasalahan:
PT: 01.048
- PEB (tekanan darah
aptt: 0.79
terkontrol)
- HELLP Syndrome
Glu: 94
- AKI dd Acute on CKD
Ure: 76.4
- Hiponatremia
cre: 2.65
- Hipoalbumin
SGOT: 213.1 - Takikardia e.c febris
SGPT: 231
- Susp DIC
Alb: 2.5
P:
Na: 124.7
Hemodinamik ibu
K: 3.25
stabil
Cl: 99.5
- Observasi KU,TTV,
His, kontraksi,
Diuresis :
Perdarahan, diuresis
3cc/kgBB/jam
- Balance cairan
Atasi HELLP
syndrome:
- Dexamethasone 10
mg/8 jsm

10

P: timpani
Hepatoprotector:
Curcuma 2x1 tab p.o
Aki dd/ Acute on
CKD :
Periksa Ur/Cr per 2
hari

Ext: Edema kaki +/+,


akral hangat, crt<2.
Status Obstetri:
TFU: 2 jari dibawah
pusat. Kontraksi baik
I: V/U Tenang
Perdarahan aktif tidak
ada

Hipoalbuminemia :
Diet outih telur 6
butir/hsri
Atasi Hiponatremia:
Infus NaCL 0 ,
9%,100 cc
Kontrol TD jiks >
160/110 mmhg :
- titrasi nifedipin 10 mg
p.o oral/20 menit
maximal 4x pemberian
- maintenance :
metildopa 500 mg/8
jam p.o
Mencegah nyeri:
Pronalgess supp 3x1
Mengatasi infeksi:
- Ceftriaxon 1gr/12 jam
- Metronidazol 500
mg/8 jam drip
- mengatasi febris: PCT
1 gr, drip/8 jam
- konsul anestesi
- mencegah produksi
ASI: lynoral tab 2x1

15/7/
2015

S :Demam (-), gelisah (-),


nyeri kepala depan (-),
sakit ulu hati (-), mual (-)

Pemeriksaan
elektrolit:
14/7/2015

O:
KU :Baik

Na: 127
K: 3,6

A:
POD3
pada
P1A0H0
post
histerotomi
a/i
impending eclampsia,
solution
plasenta,
HELLP sindrom, bayi

11

Kes : Komposmentis
TD: 160/100 mmHg
RR: 20 x/I
HR: 90x/I
T :37,20C
Status generalis :
Mata:
- konjungtiva anemis (-/-)
- sklera ikterik (-/-)
Thorax :
- cor : BJ I dan II reguler,
murmur(-), gallop (-)
- pulmo : vesikuler (-/-),
ronkhi (-/-),wheezing
(-/-)
Abdomen :
I : perut datar, tampak
perban menutupi luka
bekas operasi dengan baik,
rembesan darah (-)
P: Supel, nyeri tekan
bekas operasi minimal (+)
A : BU (+)
P: timpani
Ext: Edema kaki +/+,
akral hangat, crt<2.
Status Obstetri:
TFU: 2 jari dibawah
pusat. Kontraksi baik
I: V/U Tenang
Perdarahan aktif tidak
ada

Ca: 0,89
pH darah: 7,49
PCO2: 34
PO2: 120
HCO3: 25,9
BE: 2,4
Ur: 49,8
Cr: 1,03
CT: 38,2
PT: 104

omphalocele, primi tua,


infertilitas primer 15
tahun,obesitas morbid
dengan permasalahan:
PEB (tekanan darah
terkontrol)
HELLP Syndrome
AKI dd Acute on CKD
Hiponatremia
Hipoalbumin
Takikardia e.c febris
Susp DIC

P:
Hemodinamik ibu
stabil
Dieresis: 150
- Observasi KU,TTV,
cc/2 jam= 0,75
HIS, kontraksi,
cc/KgBB/jam
Perdarahan, diuresis
- Balance cairan
ALB:2,3

Atasi HELLP
syndrome:
- Dexamethasone 2x5
mg IV
Hepatoprotector:
Curcuma 2x1 tab p.o
Hipoalbuminemia :
Diet putih telur 6
butir/hsri
Atasi Hiponatremia:
Infus NaCL 0 ,9%, 20
tpm
Kontrol TD jiks >
160/110 mmhg :
- titrasi nifedipin 10 mg
p.o oral/20 menit
maximal 4x pemberian
- maintenance :
metildopa 500 mg/8
jam p.o
Mencegah nyeri:

12

Pronalgess supp 3x1


Mengatasi infeksi:
- Ceftriaxon 1gr/12 jam
- Garamycin 80 mg/12
jam IV selama 2 hari
- metronidazol 500
mg/8 jam drip
- mengatasi febris: jika
suhu 38C, PCT
drip/8 jam1 gr, drip/8
jam
ERAS:
Mobilisasi diri bertahap
Evaluasi ulang

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1Missed abortion dengan infeksi
Missed abortion adalah salah satu dari abortus spontan yang ditandai
dengan embrio atau fetus telah meninggal di dalam kandungan sebelum usia 20
minggu dan hasil konsepsi masih seluruhnya tertahan dalam kandungan. Gejala
biasanya asimtomatik kecuali merasakan pertumbuhan kehamilan tidak seperti
yang diharapkan.Usia kehamilan diatas 14 minggu sampai 20 minggu penderita
justru merasakan rahimnya semakin kecil dan tanda-tanda sekunder pada
payudara mulai menghilang. Kadang didahului oleh abortus imines yang
kemudian merasa sembuh, tetapi didapatkan pertumbuhan janin terhenti.
Pemeriksaan plano test akan negative satu minggu setelah pertumbuhan janin
terhenti.2 USG akan didapatkan gambaran uterus mengecil, kantong gestasi
mengecil, dan gambaran fetus tidak ada tanda-tanda kehidupan.5
Missed abortion dapat menyebabkan komplikasi berupa infeksi. Infeksi ini
berhubugan dengan unsafe abortion bisa disebabkan oleh produk konsepsi,
trauma, tekhnik yang tidak steril. Jika infeksi tidak diobati desngan baik, infeksi

13

dapat berkembang menjadi syok septik, kegagalan organ, DIC, dan future sterility.
Jika terjadi infeksi gejalanya dapat berupa satu atau lebih dari gejala berikut yaitu,
nyeri pelvis dan atau nyeri abdominal, cairan yang berbau amis, demam, adanya
perdarahan atau spotting, nyeri tekan uterus dan adneksa.8
Penatalaksanaan missed abortion adalah untuk kehamilan <12 minggu
dilakukan evakuasi langsung dengan dilatasi dan kuretase sedangkan untuk
kehamilan >12 minggu atau <20 minggu dianjurkan untuk melakukan induksi
terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan kanalis servikalis.
Saat ini induksi dapat dilakukan dengan pemberian prostaglandin, salah satunya
yaitu mesoprostol sublingual 400 mg dapat diulang dua kali dengan jarak 6 jam.
Mesoprostol lebih aman dan efektif digunakan, >80% induksi dengan mesoprostol
akan berhasil. Namun obat ini kontraindikasi pada pasien dengan kehamilan
ektopik, kelianan hemodinamik, atau alergi terhadap mesoprostol. Dengan obat ini
akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau membukanya ostium serviks
sehingga evakuasi dan kuretase dapat dikerjakan.5

3.2

Penanganan Missed Abortion7


1. Lakukan konseling
2. Jika usia kehamilan <12 minggu: evakuasi dengan AVM atau sendok kuret
3. Jika usia kehamilan >12 minggu namun <16 minggu: pastikan serviks
terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks sebelum dilakukan dilatasi
dan kuretase. Lakukan evakuasi dengan tang abortus dan sendok kuret
4. Jika usia kehamilan 16-22 minggu: lakukan pematangan serviks. Lakukan
evakuasi dengan infus oksitosin 20 unitdalam 500 ml NaCl 0,9%/Ringer
laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi ekspulsi hasil
konsepsi. Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali
sebelum merencanakan evakuasi lebih lanjut. u Lakukan evaluasi tanda
vital pasca tindakan
5. Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam.
Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
6. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
7. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar

14

hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8
g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang
3.3 Pencegahan Infeksi
Tindakan penceghan infeksi selain bertujuan untuk mencegah infeksi
serius pasca bedah, juga untuk mencegah penularan serta melindungi penolong
dan ibu dari infeksi. Tindakan yang dilakukan untuk pencegahan infeksi antara
lain adalah cuci tangan, memakai perlengkapan pelindung diri, menggunakan
teknik asepsis antisepsis, memproses alat bekas pakai, menangani peralatan tajam
dengan aman, dan mengelola sampah medis dengan benar.6
Persiapan sebelum tindakan adalah mempersiapkan pasien, penolong, dan
alat.Pada pasien dilakukan tindakan asepsis antisepsis.Umumnya digunakan
alcohol 60-90% dan providone iodine 10%.Antisepsis dilakukan pada daerah
perut bawah, lipat paha, dan genitalia.Sebelumnya dipersiapkan juga alas bokong,
kaki, dan penutup perut bawah. Pasien dengan posisi litotomi,pasangkan alas
bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah,fiksasi dengan klem kain (ingat:
sarung tangan tidak boleh menyentuh bagian yang tidak aman).6,7
Persiapan penolong dilakukan dengan melakukan cuci tangan dengan
teknik yang benar, yaitu mencuci tangan dan lengan dengan sabun hingga ke siku
dibawah air mengalir.Cuci tangan tidak hanya dilakukan sebelum tindakan, namun
juga setelah tindakan. Setelah itu penolong diwajibkan menggunakan alat-alat
pelindung diri steril seperti baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca
mata pelindung, sarung tangan DTT/steril, alas kaki (sepatu/boot karet).6,7
Peralatan juga menjadi media penularan. Untuk itu perlu dilakukan
dekontaminasi pada peralatan yang digunakan, menggunakan klorin 0,5% serta
pengelolaan yang benar terhadap sam[ah medis yang sudah terkena cairan tubuh
pasien.. Sebelum melepas sarung tangan, kumpulkan dan masukkan instrument ke
wadah yang berisi klorin 0,5%. Kemudian kumpulkan bahan habis pakai yang
terkena darah atau cairan tubuh pasien , masukkan ke tempat sampah yang
tersedia. Bubuhi benda-benda dalam kamar tindakan yang terkena cairan tubuh
atau darah pasien dengan cairan klorin 0,5%, bersihkan sarung tangan dari noda

15

darah dan cairan tubuh pasien kemudian lepaskan secara terbalik dan
rendam dalam cairan klorin0,5%.6
3.4 Penanganan Infeksi
Infeksi merupakan salah satu komplikasi dari aborsi. Apabila terdapat
tanda-tanda infeksi, maka pantau tanda-tanda vital pasien, berikan infus Ringer
Laktat, serta berikan antibiotic, dapat diberikan secara oral, namun lebih
diutamakan antibiotic intravena. Berikan suntik antitetanus dan analgetik bila
diperlukan7.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari uraian kasus didapatkan permasalahan yakni sebagai berikut:
1. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat?
2. Apa yang menyebabkan abortus pada pasien ini ?
3. Apa yang menyebabkan infeksi pada pasien ini ?
4. Apakah tanda-tanda infeksi pada pasien ini ?
1. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat?
Pasien masuk tanggal 03-07-2015 jam 00.45 WIB, dengan P1A1H1
pendarahan pervaginam et causa suspek sisa konsepsi + anemia ringan
normositik normokrom dan mengaku dilakukan kuret oleh bidan, pada
pasien

ini

dilakukan

perbaikan

KU

dan

maintenance

cairan.

Penatalaksanaan saat pasien di IGD, untuk mencegah anemia diberikan


sulfas ferosus 300 mg 1x1, dan mencegah infeksi dengan pemberian
cefadroxil 2 x 500 mg.Kemudian pasien dirawat dan direncanakan USG
untuk konfirmasi ada/tidak hasil konsepsi pagi harinya.didapatkan hasil
USG dengan ukuran uterus tampak lebih besar dari normal, tampak intra
uteri hiperechoic batas tidak tegas ukuran 3,7x4,1 cm. pasien kemudian di
diagnosis denganmissed abortion.Selanjutnya pasien direncanakan untuk
dilakukan kuretase, dan kemudian dilakukan kuret pada tanggal 6 juli
2015 setelah memperbaiki keadaan umum pasien. Setelah kuret,
diinstruksikan untuk diberikan Ceftriaxone 2x1 gr IV,

IUFD

RL

16

Asam mefenamat 3x500mg, Misoprostol 2x1 tab,

Metil Ergometrin 3x1,

lalu dilakukan pemeriksaan patologi jaringan kuret. Menurut literatur,


penatalaksanaan missed abortion jika usia kehamilan <12 minggu:
evakuasi dengan AVM atau sendok kuret. Jika usia kehamilan >12 minggu
namun <16 minggu: pastikan serviks terbuka, bila perlu lakukan
pematangan serviks sebelum dilakukan dilatasi dan kuretase. Lakukan
evakuasi dengan tang abortus dan sendok kuret.

Literatur lain

mengatakan manajemen abortus spontan adalah dengan verifikasi hasil


konsepsi benar-telah mati. Bila terdapat perdarahan atau infeksi, terdapat 3
pilihan penatalaksanaan yaitu: Ekspetatif, medis (obat-obatan) dan
pembedahan. Masing-masing memiliki risiko dan manfaat tersendiri,
misalnya tatalaksana ekspetatif dan medis biasanya berhubungan dengan
pendarahan yang tak terduga, dan beberapa pasien akan menjalani kuretase
pada akhirnya. Menurut penelitian Randomized Controlled Studies for
Management of Various Types of First-Trimester Pregnancy Loss oleh
Trinder (2006), untuk penatalaksanaan missed abortion, manajemen
ekspektatif berakhir dengan 50 % kuretase, dan penatalaksanaan medis
(PGE1, 800 g vaginally + 200 mg Mifepristone) 38% kuretase pada
akhirnya, sedangkan manajemen kuretase terdapat 5% dilakukan kuret
ulang.6Pada pasien ini didapatkan HPHT 9-3-2014. Sesuai usia kehamilan
10-11 minggu, maka pilihan tindakan medis adalah dengan melakukan
kuretase.
2. Apa yang menyebabkan abortus pada pasien ini ?
Abortus yang terjadi pada pasien ini belum dapat diketahui dengan
pasti, karena bersifat multifactorial. Menurut March of Dimes (2013),
sekitar 50% dari kehamilan akan berakhir dengan keguguran. Hal yang
mungkin

menjadi

penyebabnya

adalah

masalah

kromosom,

penyalahgunaan obat dan alkohol, paparan racun dan lingkungan, masalah


hormon, infeksi, kegemukan, masalah fisik dengan organ reproduksi ibu,
masalah dengan respon kekebalan tubuh, penyakit sistemik pada ibu,
seperti diabetes melitus tidak terkontrol, dan merokok. Resiko keguguran
juga lebih tinggi pada usia wanita yang lebih tua, dimana resiko mulai

17

timbul pada usia 30 tahun keatas, dan mencapai puncak pada usia 40
tahun. Serta wanita dengan riwayat keguguran sebelumnya. Menurut
William faktor-faktor yang dapat menyebabkan aborsi terbagi 3 secara
garis besar yaitu faktor janin seperti kelainan kromosom, faktor ibu seperti
infeksi, penyakit kronis, dan abnormalitas dari endokrin serta nutrisi dan
penggunaan obat-obatan dan lingkungan. Faktor lain ialah faktor
imunologi. Riwayat trauma fisik, laparatomi, servks yang inkompetan
serta kelainan anatomi uterus. Pada pasien didapatkan usia saat hamil ini
adalah 32 tahun, dengan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) pasien
didapatkan bahwa pasien overweight (67/1,60x1,60 = 26). Pada pasien
tidak didapatkan riwayat merokok, riwayat diabetes mellitus juga tidak
ditemukan, dari hasil pemeriksaan laboraturium, glukosa pasien tanggal 37-2015 adalah 76 mg/dl.Pada pasien juga tidak ditemukan tanda-tanda
infeksi sebelum terjadinya abortus, penggunaan obat-obatan disangkal,
konsumsi alkohol serta penggunaan kontrasepsi, riwayat trauma dan
pembedahan juga disangkal. Jadi kemungkinan besar penyebab abortus
pada pasien ini ialah faktor janin seperti masalah kromosom karena pada
beberapa penelitian menyatakan bahwa penyebab abortus pada kehamilan
trimester pertama paling banyak disebabkan oleh kelainan kromosom. 7
Pada pasien juga didapatkan faktor ibu yaitu usia 32 tahun dan overweight.
3. Apa yang menyebabkan infeksi pada pasien ini ?
Infeksi yang terjadi pada pasien dapat dikarenakan adanya ascending
infeksi seperti prosedur yang tidak steril, hal ini dapat disebabkan oleh
bakteri yang masuk dari vagina ke dalam rahim selama atau setelah
prosedur.8
4. Apakah tanda-tanda infeksi pada pasien ini ?

Dari anamnesis pada tanggal 3/07/2015 didapatkan bahwa pasien


mengatakan badannya terasa panas dan pemeriksaan fisik didapatkan suhu
37,8C, dan frekuensi nadi yang meningkat yaitu 120x/i atau takikardia,
serta dilakukan pemeriksaan darah rutin pada pasien dan di dapatkan
leukosit yang meningkat yaitu dengan jumlah leukosit :14.300/mm3 dan
dilakukan pemeriksaan darah rutin kembali pada tanggal 04/07/2015 dan

18

didapatkan jumlah leukosit : 20.400/mm3serta demam yang tidak turunturun setelah pemberian terapi paracetamol. Pada tanggal 5/07/2014 suhu
tubuh pasien masih tinggi yaitu 38,80C, yang menunjukkan bahwa telah
terjadi proses infeksi pada pasien sehingga tindakan kuretase harus ditunda
hingga keadaan pasien teratasi. Terdapat beberapa risiko atau komplikasi
dari tindakan kuretase seperti, perdarahan, perforasi pada uterus,
Asherman syndromeserta infeksi.8Komplikasi dapat terjadi sebelum dan
setelah tindakan kuretase hal ini dapat disebabkan oleh bakteri yang masuk
dari vagina ke dalam rahim selama atau setelah prosedur.9Terkadang
komplikasi baru ditemukan dalam waktu yang lama setelah prosedur
kuretase dilakukan.10Angka kejadian infeksi cukup sering terjadi akibat
alat-alat yang digunakan tidak bersih atau prosedur yang tidak
steril.8Sebelum melakukan tindakan dan sesudah melakukan tindakan
kuretase seharusnya dilakukan tindakan pencegahan infeksi, seperti cuci
tangan dengan sabun atau air mengalir (sebelum dan sesudah prosedur),
gunakan sarung tangan steril atau DTT, usap vagina dan serviks dengan
antiseptic serta gunakan teknik tanpa sentuh.11
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan dari laporan kasus ini adalah:
1. Diagnosis pada pasien missed abortion ini cukup tepat berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan USG dan hasil PA sisa kuret yang mendukung untuk diagnosis
tersebut
3. Penatalaksanaan pasien pada kasus ini sudah tepat, yaitu perbaikan keadaan
umum sebagai persiapan untuk dilakukan tindakan kuretase sisa konsepsi
dan setelah dilakukan tindakan kuretase sisa konsepsi dilakukan
pemeriksaan PA dan didapatkan sisa konsepsi dengan ghost villi serta untuk
infeksinya telah diberikan antibiotic.
4. Semakin cepat abortus terdiagnosis makin baik prognosis dan meningkatkan
kewaspadaan tenaga medis jika muncul tanda-tanda yang mengarah
kegawatan maternal

19

5. Tingkat kemampuan dokter umum dalam menangani kasus abortus adalah


tingkat

kemampuan

3B,

yaitu

mendiagnosis,

memberikan

terapi

pendahuluan dan merujuk ke spesialis.


5.2 Saran
Adapun saran pada laporan kasus ini sebagai berikut:
1. Pentingnya peningkatan kompetensi/keterampilan dokter umum seperti
mengenal gejela klinis pada missed abortus melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik serta penatalaksanaan kuretase yang bersih dan benar.
2. Sebaiknya setiap ibu yang sedang hamil dapat memeriksakan diri kebidan
ataupun dokter dimulai pada trimester pertama untuk menilai kesehatan ibu
dan bayi dan mendeteksi dini gangguan maupun kelainan pada kehamilan.
3. Pentingnya pemberian pengetahuan dan informasi mengenai kejadian
abortus yang banyak mengenai kehamilan

usia muda sehingga dapat

meningkatkan kesadaran ibu hamil untuk melakukan antenatal care (ANC).


DAFTAR PUSTAKA
1.

DC Dutta. DC Duttas Text Book of Obstetrics including perinatology and


contraception. Chapter 15 Haemorraghe In Early Pregnancy. Jaypee Brothers
Medical Publisher. India.2013; p-179

2.

Sarwono. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohadjo, Jakarta: PT. Bina Pustaka.


2011

3.

Cuningham F G, Norman F, Kenneth J, Larry C, John C, Katharine D, et al.


Abortion.In. Williams Obstetrics 24th Edition [Internet]..The Mc Graw-Hill
Companies. 2001

4.

Qadhar R, Andriansz G, Amran R. Perbandingan keamanan dan efektivitas


tindakan dilatasi dan kuretase dgn aspirasi vakum maual pada abortus
inkomplit. MKS th 32 no 1. 2000

5.

The American college of obstetrician and gynecologist. 2009; 427: 1-4.

6.

Moegni EM, Ocviyanti D. Buku saku pelayanan kesehatan ibudi fasilitas kesehatan
dasar dan rujukanpedoman bagi tenaga kesehatan [Internet]. Jakarta:WHO, POGI,
Ikatan bidan Indonesia [cited July 2015]. 2015

20

7.

Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, dkk. Buku acuan nasional


pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.Edisi 1. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009. h. 440-446.

8.

Dilation and Sharp Curettage (D&C) for abortion. Womens Health.


WebMD.2004-10-07. Retrieved 2007-04-29.)

9.

Dilation

and

Curettage

risks

and

complication.

www.emedicine.medscape.com diakses tanggal 12 Juli 2015.


10. Dilation and curettage (D&C) American Society for Reproductive
Surgeons. 2014
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Buku saku Pelayanan Kesehatan
Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi Pertama. 2013.Hal 89)
12. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Buku Saku pelayanan Kesehatan
Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.WHO. Hal 13
13. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Buku Saku pelayanan Kesehatan
Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.WHO. Hal 88

Anda mungkin juga menyukai