Presentasi Kasus Perdarahan Saluran Cerna Kelompok A
Presentasi Kasus Perdarahan Saluran Cerna Kelompok A
DISUSUN OLEH:
Kelompok A:
Alia Nessa
0906507772
Anggi P N Pohan
0906487695
Arcci Pradessatama
0906507816
0906554270
Jeffry Adijaya S
0906508182
Rynaldo Partogi
0906639890
Narasumber:
DR. dr. Murdani Abdullah, Sp.PD-KGEH, FINASIM, FACG
MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
NOVEMBER 2013
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. AR
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 42 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Tukang cuci
Status pernikahan
: Menikah
Pendidikan terakhir
: SMP
Jaminan
: KJS
Tanggal Masuk
: 12 November 2013
Ruangan Rawat Cempaka Atas RSUP
II.
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis kepada pasien pada tanggal 18 November
2013.
Keluhan Utama
Perut terasa melilit sejak 2 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasa perut melilit sejak 2 hari SMRS, yang disertai nyeri ulu hati, mual, dan
muntah. Nyeri ulu hati dirasakan dengan VAS = 6 dan hilang timbul. Saat terasa nyeri pasien
sampai meringkuk kemudian muncul rasa mual yang diikuti muntah berisi campuran makanan, ,
tidak ada darah, muntah 5 kali. Nyeri tidak membaik dengan pemberian makanan, tidak
menjalar ke bagian punggung ataupun terasa seperti tertusuk pisau ke belakang. Nafsu makan
pasien menurun, hanya dapat masuk biskuit yang dihaluskan dan cairan. Pasien juga mengeluh
BAB mencret 4x/hari 1 hari SMRS, ada air dan ampas, warna hijau kehitaman, lendir tidak
1
ada, darah tidak ada, warna hitam kental 1x seperti aspal dan berbau busuk. Keluhan demam dan
batuk tidak ada. Pasien mempunyai penyakit maag sejak muda dan masih sering dirasakan.
Keluhan maag tidak hilang dengan promag/polisiten sejak 4 bulan terakhir. Selama ini, keluhan
maag sedikit membaik setelah pasien makan.
Riwayat kuning dan penurunan berat badan sebelumnya disangkal. Konsumsi jamu
disangkal. Konsumsi obat penambah berat badan disangkal. Pasien diketahui meminum obat
rematik yang diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam sejak 1 bulan lalu, tablet berwarna
kuning kecil diminum 3 buah per minggu. Pasien juga mengonsumsi obat penambah darah
(Sangobion) dan sejumlah obat lainnya (pasien lupa namun dikatakan dari dokter pasca
perawatan RS 1 bulan lalu). Setelah mengonsumsi obat-obatan tersebut, dikatakan BAB menjadi
warna cokelat kehitaman.
Pasien didiagnosis rheumatoid artritis sejak 1 bulan SMRS. 1 bulan SMRS pasien dirawat
di RS karena anemia dengan Hb = 6 dan rheumatoid artritis. Sejak saat itu pasien rutin kontrol ke
dokter penyakit dalam. Pasien diberikan obat metilprednisolon 3x4 mg, ranitidin 2x1, renaldinac
2x50 mg, MTX 1x7,5 mg/minggu untuk nyeri sendinya. Satu tahun SMRS pasien mengaku
sendi-sendi di jari tangan terasaa kaku ketika pagi hari selama 1 jam dan menghilang setelah
melakukan aktivitas. Empat bulan SMRS pasien mengaku jari-jari tangan kanan dan kiri semakin
kaku, sulit digerakkan, dan membengkok. Saat ini kaku sendi sudah perbaikan, namun tangan
masih lemah bila menggenggam da tidak kuat mengangkat benda yang berat. Demam disangkal,
riwayat trauma pada sendi-sendi jari disangkal, riwayat kemerahan di kulit bila terkena sinar
matahari disangkal, riwayat fotofobia disangkal, riwayat sariawan berulang disangkal, riwayat
bercak merah pada wajah disangkal, bercak kulit berbentuk bulat disangkal, keluhan nyeri dada
dan sesak disangkal.Sejak satu tahun yang lalu, pasien sering mengonsumsi obat penghilang
nyeri sendi yang dia beli di warung. Riwayat minum jamu atau obat herbal disangkal.
Saat ini pasien dalam perawatan hari ke tujuh. Saat ini keluhan BAB hitam tidak ada,
namun saat perawatan hari ke dua sampai ke empat feses berwarna coklat. BAB cair kadangkadang masih ada, namun saat ini tidak ada. Keluhan mual, muntah, nyeri ulu hati sudah mereda,
namun terkadang masih dirasakan.
: kompos mentis
Keadaan umum
Keadaan gizi
: cukup
Tinggi badan
cm
Berat badan
kg
kg/m2
Habitus
: atletikus
Lingkar perut
: cm
Tanda Vital
Tekanan darah
Frekuensi nadi
Suhu
Frekuensi napas
: 110/70 mmHg
: 88 kali/min
: 36,5 oC
: 19 kali/min
3
Status Generalis
Kulit
Kepala
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Tenggorokan
Leher
Jantung
Inspeksi
Palpasi
midklavikula sinistra.
Perkusi
: batas jantung kanan pada sela iga 5 linea sternalis dekstra
batas jantung kiri di sela iga 5, 1 jari medial linea midklavikula sinistra
pinggang jantung di sela iga 3 linea garis parasternal kiri
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (), gallop ()
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
lapang bawah
: sonor/sonor
Auskultasi
: datar
: supel, nyeri tekan epigastrium, limpa dan hati tidak teraba
: timpani, shifting dullness (-)
: bising usus (+) 4x/menit normal
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ginjal
Ekstremitas
: akral teraba hangat, pitting edema tangan -/-, pitting edema tungkai
bawah (+/+), clubbing finger -/-, palmar eritem (/), CRT < 2s
4
Look
: tampak deformitas pada sendi MCP dan PIP I-V manus dextra et
sinistra, pedis dextra et sinistra, Boutinniere (+), swan neck (+),
hallux valgus (+)
Feel
Move
: ROM menurun pada semua sendi-sendi jari baik aktif dan pasif,
nyeri tidak ada
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
HEMATOLOGI
Jenis
17 November
Nilai Rujukan
Satuan
Pemeriksaan
DPL
2013
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
10,4
34
4,28
12,0 14,0
40 48
4,5 5,5
g/dL
%
10^6/L
leukosit
5,53
5.000 10.000
/L
MCV/VER
78,5
80,0 95,0
fL
MCH/HER
24,3
27,0 31,0
pg
31
32,0 36,0
g/dL
16,8
382.000
150.000
/L
MCHC/KHER
RDW-CV
Trombosit
400.000
Diff count
Basofil
Eosinofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
01
13
50 70
20 40
28
%
%
%
%
%
HEMOSTASIS
Jenis Pemeriksaan
17 November
Nilai Rujukan
Satuan
2013
Masa protrombin (PT)
5
Pasien
19,3
Kontrol
13,9
INR
1,75
9,8 12,6
Detik
Detik
APTT
Pasien
36,4
31,0 47,0
Detik
Kontrol
34,6
Fibrinogen
399
Control
265
D-Dimer
559
< 500
13 November 2013
Nilai Rujukan
Satuan
Nilai Rujukan
Satuan
Detik
Feses
Jenis Pemeriksaan
Makroskopis
Warna
Konsistensi
Coklat
Seperti bubur
Lendir
Positif (+)
Nanah
Negative
Darah
Negative
Mikroskopis
Darah samar
Positif
Leukosit
4-5
Eritrosit
0-1
Telur cacing
Negative
Amoeba
Negative
Lain-lain
Serat makanan
Kimia Klinik
Jenis Pemeriksaan
14 november
2013
SGOT (AST)
10
<33
U/L
SGPT (ALT)
18
<50
U/L
Asam Urat
3,3
<7,0
mg/dL
6
Trigliserida
59
<150
mg/dL
Kolesterol Total
60
120200
mg/dL
Kolesterol HDL
16
>=40
mg/dL
Kolesterol LDL
Reumatoid factor
32,2
Positif, titer 64
<100
mg/dL
Elektrolit
Jenis
Pemeriksaan
Natrium
Kalium
Klorida
15 November 2013
Nilai Rujukan
Satuan
32
2,20
96
132 147
3,3 5,40
94 111
mEq/L
mEq/L
mEq/L
Foto polos dorsum manus bilateral (11/10/13): tulang porotik dengan kista subkondral dan
defek multiple periartikuler, subluksasi metakarpofalang (MCP) V manus kiri, dengan celah
sendi yang menyempit. Kesan: osteoporosis dan sugestif rheumatoid artritis bilateral.
1.
2. Foto polos pedis bilateral (11/10/13): didapatkan tulang pedis bilateral porotik, terlihat
peyempitan celah sendi PIP I dengan defek periartikular multipel dan kista subkondral.
Kesan artritis dan osteoporosis pedis bilateral.
V.
RINGKASAN
Perempuan, 43 tahun, datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 2 hari SMRS, disertai
mual dan muntah. Muntah cair, berisi makanan terakhir, tidak ada darah. Pasien juga
mengeluh BAB mencret 4x/hari 1 hari SMRS, ada air dan ampas, warna hijau kehitaman,
lendir tidak ada, darah tidak ada, warna hitam kental 1x seperti aspal dan berbau busuk.
BAK baik. Tidak ada riwayat penurunan berat badan dan kuning sebelumnya. Riwayat
konsumsi obat penghilang nyeri sejak 1 tahun SMRS, tablet penambah darah dan
pengobatan rematik dalam 1 bulan terakhir. Pada pemeriksaan didapatkan konjungtiva pucat,
terdapat nyeri tekan epigastrik. Pemeriksaan fisik, EKG dan foto toraks memberi kesan
jantung dan paru dalam batas normal. Pemeriksaan lab Hb 9.4 mg/dl, MCV 75.7, MCH 24.5,
SGOT/SGPT dalam batas normal, fibrinogen dan D-dimer relatif meningkat. Pada feses
didapatkan darah samar positif, lendir positif, amoeba negatif.
8
Pasien dalam pengobatan rheumatoid arthritis di poliklinik RSP dalam 1 bulan terakhir.
Keluhan nyeri sendi-sendi jari tangan dan kaki sejak 1 tahun dan kaku pada pagi hari selama
kurang lebih 1 jam. Pada pemeriksaan fisik lokalis tangan dan kaki didapatkan keterbatasan
gerak sendi, deformitas Boutonierre, swan neck, deviasi ulna, dan hallux valgus.
Pemeriksaan lab: RF + (titer 128), LED dan CRP meningkat. Foto polos manus dan pedis
memberi kesan osteoporosis, dan sugestif rheumatoid artritis bilateral.
VI.
DAFTAR MASALAH
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan penunjang, maka daftar masalah pada
Riwayat melena
Rheumatoid artritis
Hipokalemia ec GI loss
Anemia mikrositik hipokrom
Dispepsia perbaikan
Pemanjangan PT
Kolonoskopi
Rencana tatalaksana:
RL 500cc/8 jam
Omeprazole 2 x 40 mg iv
Sukralfat 4 x 1 CI
Mucosta 3 x 1
Transamin 3 x 1 IV
Vit K 3 x 1 tab
Rencana edukasi:
Menghentikan penggunaan NSAIDs yang tidak diresepkan oleh dokter
2. Rheumatoid artritis
Atas dasar:
Anamnesi:Keluhan kaku sendi pada pagi hari selama kurang lebih 1 jam, yang
disertai nyeri, dan membaik setelah melakukan aktivitas. 4 bualn SMRS, jari-jari
tangan semakin kaku dan sulit digerakkan.
Pemeriksaan Fisik: jari-jari tangan dan kaki didapatkan keterbatasan gerak sendi,
deformitas Boutonierre, swan neck, deviasi ulna, dan hallux valgus.
Pemeriksaan lab: RF + (titer 64), LED dan CRP meningkat.
Foto polos manus dan pedis memberi kesan osteoporosis, dan sugestif rheumatoid
artritis bilateral.
Dipikirkan: Pasien menderita RA dikarenakan terdapat 6 dari tujuh kriteria, yaitu:
kaku pada pagi hari, artritis pada persendian tangan. Artritis simetris, nodul
rheumatoid, dan gambaran radiologis. Gejala sudah dirasakan lebih dari 6 minggu.
Rencana diagnosis:
Rencana tatalaksana
PCT 3 x 500 mg bila perlu
Metilprednisolon 3 x 2 tab p.o
Terapi okupasional
3. Hipokalemia ec GI loss
Atas dasar:
Anamnesis: Pasien terkadang masih sering BAB cair serelah beberapa hari di RS. Nafsu
makan juga menurun.
Pemeriksaan penunjang: K; 2,2 mmol/L
Rencana tatalaksana:
10
KSR 3 x 1 tab
KCL 25 MEQ/6 jam
4. Anemia mikrositik hipokrom
Atas dasar:
Anamnesis: Keluhan badan lemas tidak bertenaga disertai riwayat BAB kehitaman.
Pemeriksaan fisik: Konjungtiva pucat
Pemeriksaan penunjang: Hb 10,4 mg/dl, MCV 78.5 fL, MCH 24.3 pg. Dipikirkan
anemia mikrositik hipokrom karena perdarahan saluran cerna atau anemia penyakit
kronik atau anemia defisiensi besi.
Rencana Diagnosis :
Rencana tatalaksana:
Konsul gizi
Diet biasa 1900 kkal
Transfusi bila Hb<10
Rencana Edukasi
Motivasi untuk makan dengan gizi cukup
5. Dispepsia perbaikan
Atas dasar:
Anamnesis: Pada saat masuk pasien mengeluh mual, muntah, nyeri ulu hati. Saat ini
keluhan tersebut sudah mereda, namun terkadang masih dirasakan pasien.
Dipikirkan: Dispepsia perbaikan
Rencana Diagnostik: tidak ada.
Rencana Terapi: Domperidone 3 x 10 mg bila mual
Rencana edukasi: makan dengan porsi sedikit dengan frekuensi lebih sering.
6. Pemanjangan PT
Atas dasar: PT 1,38 x control. Pt = 19,3, control: 13, 9
Dipikirkan: Pemanjangan PT karena kekurangan faktor intrinsic yaitu vit K
Rencana Diagnostik: cek PT/2 hari
Rencana Terapi: vit K 3 x 1 IV
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perdarahan Saluran Cerna: Melena dan darah samar (occult)
Melena diartikan sebagai tinja yang berwarna hitam dengan bau yang khas. Melena timbul
apabila hemoglobin dikonversi menjadi hematin atau hemokrom lainnya oleh bakteri
setelah 14 jam. Umumnya melena menunjukkan perdarahan di saluran cerna bagian atas
atau menunjukkan perdarahan di saluran cerna bagian atas atau usus halus, namun
demikian melena dapat juga berasal dari perdarahan kolon sebelah kanan dengan
perlambatan motilitas. Tidak semua kotoran hitam ini melena karena bismuth, sarcol,
Lycorice, obat-obatan yang mengandung besi (obat penambah darah) dapat menyebabkan
tinja berwarna hitam. Oleh karena itu diperlukan tes guaiac untuk menentukan adanya
hemoglobin di tinja. Darah samar timbul apabila terjadi perdarahan yang ringan, namun
tidak sampai merubah warna tinja. Perdarahan jenis ini dapat diketahui dengan tes
guaiac.1,2
2.2 Gastropati NSAID
Penggunaan obat-obatan golongan NSAID semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya usia harapan hidup dan penyakit degeneratif. Data endoskopi berbasis
rumah sakit mengenai komplikasi saluran cerna akibat penggunaan NSAID cukup tinggi,
di Makassar 71%, Jakarta 67,7%, Surabaya 61%, dan Malang 21%. Saat ini sudah banyak
NSAID yang selektif, namun dilaporkan meningkatkan kejadian kardiovaskular dan
serebrovaskular. NSAID sering diberikan sebagai obat untuk nyeri dan anti inflamasi.
Komplikasi yang dapat ditimbulkan salah satunya adalah ulkus gastroduodenal dan usus
halus.1,3
`2.2.1 Patofisiologi Gastropati NSAID
NSAID dapat menyebabkan kerusakan pada saluran cerna melalui efek topikal terhadap
mukosa di samping efek sistemik akibat penurunan prostaglandin. Prostaglandin
dihasilkan di jaringan melalui 2 jalur, yaitu COX-1 dan COX-2. Jalur COX-1 sangat
12
penting untuk menjaga keutuhan jaringan, sedangkan COX-2 hanya teraktivasi ketika ada
stimulus dan prostaglandin yang dihasilkannya menyebabkan timbulnya inflamasi, nyeri,
dan demam.1,3
13
Resiko tinggi
1. Riwayat ulkus dengan komplikasi
2. Multipel: >2 faktor resiko
Resiko sedang (1-2 faktor resiko)
1. Usia >65 tahun.
2. Terapi NSAID dosis tinggi.
3. Riwayat ulkus tanpa komplikasi.
4. Penggunaan aspirin, kortikosteroid, atau antikoagulan.
Resiko rendah
1. Tanpa faktor resiko.
15
Anemia mikrositik hipokrom dapat diperiksa secara visual dan merupakan bukti adanya
perdarahan samar saluran cerna. Anisositosis atau bentuk sel yang beragam merupakan
petunjuk adanya defisiensi besi. Di samping itu pemeriksaan darah perifer lengkap dan kadar
besi serum serta transferrin perlu dilakukan. Kadar besi serum akan turun pada anemia
insufisiensi besi dan sebagai kompensasi akan terjadi peningkatan konsentrasi transferrin dan
akhirnya presentasi saturasi transferin turun. Rendahnya kadar serum besi dan saturasi
transferrin juga terdapat pada anemia penyakit kronik. Kadar ferritin serum berkaitan dengan
cadangan besi di jaringan dan dapat turun walaupun anemia belum terjadi, hal ini kadang
dipengaruhi oleh proses inflamasi yang akan meningkatkan kadar ferritin sebagai tanda
reaksi inflamasi akut. Padakasus yang meragukan pemeriksaan kadar besi di sumsum tulang
diperlukan unuk menegakkan diagnosis defisiensi besi.1
2.4 Artritis rheumatoid
Artritis rheumatoid (AR) merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan inflamasi
sistemik kronik dan progresif, yaitu ketika sendi merupakan target utama. Manifestasi klinik
klasik adalah poliartritis sistemik yang terutama mengenai sendi-sendi kecil di tangan dan
kaki. Selain synovial sendi, AR juga bisa mengenai organ-organ di luar persendian seperti
kulit, jantung, paru-paru, dan mata.4
Berikut kriteria diagnosis AR:
16
17
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
I.
18
awal.6
Mucosta (rebamipide) 3 x 1
Rebamipide merupakan obat gastroentero-protektif yang memiliki mekanisme
kerja spesifikm yaitu menstimulasi pembentukan prostaglandin endogen,
mengeliminasi radikal bebas serta menurunkan sitokin pro inflamasi pada saluran
cerna. Rebamipide juga mencegah lesi di mukosa usus halus pada enteropati
NSAID. Kombinasi obat ini dengan obat golongan penekan asam telah terbukti
19
2.
Rheumatoid artritis
Atas dasar:
Anamnesi:Keluhan kaku sendi pada pagi hari selama kurang lebih 1 jam, yang
disertai nyeri, dan membaik setelah melakukan aktivitas. 4 bulan SMRS, jari-jari
tangan semakin kaku dan sulit digerakkan.
Pemeriksaan Fisik: jari-jari tangan dan kaki didapatkan keterbatasan gerak sendi,
deformitas Boutonierre, swan neck, deviasi ulna, dan hallux valgus.
Pemeriksaan lab: RF + (titer 64), LED dan CRP meningkat.
Foto polos manus dan pedis memberi kesan osteoporosis, dan sugestif rheumatoid
artritis bilateral.
Dipikirkan: Pasien menderita RA dikarenakan terdapat 6 dari tujuh kriteria, yaitu:
kaku pada pagi hari, artritis pada persendian tangan. Artritis simetris, nodul
rheumatoid, dan gambaran radiologis. Gejala sudah dirasakan lebih dari 6 minggu.
Rencana diagnosis:
Rencana tatalaksana
PCT 3 x 500 mg bila perlu
Metilprednisolon 3 x 2 tab p.o
Terapi okupasional
3.
Hipokalemia ec GI loss
Atas dasar:
Anamnesis: Pasien terkadang masih sering BAB cair serelah beberapa hari di RS. Nafsu
makan juga menurun.
20
Rencana tatalaksana:
5.
Konsul gizi
Diet biasa 1900 kkal
Transfusi bila Hb<10 g/dL
Rencana Edukasi
Motivasi untuk makan dengan gizi cukup
Dispepsia perbaikan
Atas dasar:
Anamnesis: Pada saat masuk pasien mengeluh mual, muntah, nyeri ulu hati. Saat ini
keluhan tersebut sudah mereda, namun terkadang masih dirasakan pasien.
Dipikirkan: Dispepsia perbaikan
Rencana Diagnostik: tidak ada.
Rencana Terapi: Domperidone 3 x 10 mg bila mual
Rencana edukasi: makan dengan porsi sedikit dengan frekuensi lebih sering.
6.
Pemanjangan PT
Atas dasar: PT 1,38 x control. Pt = 19,3, control: 13, 9
21
: bonam
Ad functionam
: bonam
Ad sanactionam
: bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah M. Perdarahan saluran cerna bagian bawah (hematokzia) dan perdarahan samar
(occult). Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. In: Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 5th Ed. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2009.
h.2339-44.
2. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al. Harrisons
principles of internal medicine. 17thed. New York: The McGraw Hill Companies, 2008
3. PGI. Konsensus nasional 2011 penatalaksanaan gastro-enteropati OAINS di Indonesia.
Jakarta: Interna Publishing, 2012. h.1-18
22
4. Suarjana IN. Artritis reumatoid. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati
S, editor. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. 5th Ed. Jakarta: Pusat Penerbitan
IPD FKUI; 2009. h.2495-2506
5. Sabatine MS. Pocket medicine. 4thed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2011
6. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi. Farmakologi dan terapi. 5 thed. Jakarta: Penerbit
FKUI, 2011
23