Jiwa Bunuh Diri
Jiwa Bunuh Diri
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kasus bunuh diri ternyata merupakan penyebab kematian ketiga tertinggi.
Kasus ini meningkat dengan bertambahnya usia dan kebanyakan terjadi pada pria
dewasa, siswa, dan mahasiswa. Percobaan bunuh diri yang paling umum
dilakukan adalah dengan meminum obat-obatan bahkan melalui penembakan
yang akibatnya sangat fatal. Di Amerika Serikat saja, dilaporkan sebanyak 31000
orang pertahun melakukan percobaan bunuh diri. Sedangkan di Indonesia,
menurut VHRmedia.com dikatakan 50.00 orang di Indonesia berusaha untuk
bunuh diri. Penyakit jiwa merupakan faktor predisposisi terpenting terjadinya
bunuh diri. WHO memperkirakan sebanyak 90% orang yang melakukan tindakan
bunuh diri terjadi akibat penyakit jiwa yang tidak didiagnosa dan diobati, di
samping penggunaan obat-obatan terlarang dan konsumsi alkohol. Kondisi ini
merupakan masalah kesehatan utama di dunia yang mempresentasikan 1,4% dari
beban masalah kesehatan dunia.
Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri dari pada
wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk
bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung
yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis
atau racun, namun sekarang mereka lebih menggunakan pistol. Selain itu wanita
lebih sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang
lain. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan
bahwa sat juta orang bunuh diri dalam setiap tahunya atau setiap 40 detik, bunuh
diri juga merupakan satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34
tahun selain factor kecelakaan. Sejak tahun 1958 dari 100.000 penduduk Jepang
25 orang di antaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk Negara
Austria, Denmark, inggris, rata-rata 23 orang. Pada tahun-tahun terakhir, di
Amerika 12.000 anak-anak dan remaja tiap tahun dirawat di Rumah sakit akibat
upaya bunuh diri dan ditemukan di Amerika Serikat angka bunuh diri setiap tahun
mencapai 25.000 orang.
Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri.
Meskipun bunuh diri adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang
komprehensif pada depresi, penyalahgunaan NAPZA , skizofrenia, gangguan
kepribadian( paranoid, borderline, antisocial), suicide tidak bisa disamakan
1.1
1|Keperawatan Jiwa I
dengan penyakit mental. Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh
perawat selaku tim kesehatan diantaranya adalah : pertama, bunuh diri merupakan
perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah sakit jiwa,
Kedua, faktor faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang
adekuatnya pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang
lemah, kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang
pasien. Ketiga, pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama
di rawat di rumah sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan
pengobatan atau treatmen lainnya. Keempat, hubungan saling percaya antara
perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat terhadap cues perilaku pasien
yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal yang penting dalam
menurunkan angka bunuh diri di rumah sakit.
Oleh karena itu bunuh diri pada pasien rawat inap merupakan masalah
yang perlu penanganan yang cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan
mengenai faktor resiko terjadinya bunuh diri, instrument pengkajian dan
managemen keperawatannya dengan pendekatan proses keperawatanya sehingga
mahasiswa keperawtan dapat mempelajari makalah ini dan mampu
megaplikasikan pada pasien yang beresiko tinggi bunuh diri.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
3|Keperawatan Jiwa I
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyaratisyarat, percobaab atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan
kematian, luka atau menyakiti diri sendiri. Bunuh diri adalah tindakan
agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan (Budi
Anna Keliat, 1991). Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara
ekspresi orang yang penuh stress. (Tri Aan Agustiansyah, S.Kep, 2008).
Berikut adalah rentang respon perlindungan diri ( self protective)
yang dapat menggambarkan respon adaptif sampai respon maladaptife pada
bunuh diri.
Respon adatif
Menghargai
diri
<................................................>
Berani ambil
resiko dalam
mengembangkan
diri
Respon maladaptif
Merusak diri
sendiri secara
tidak langsung
Bunuh diri
4|Keperawatan Jiwa I
masalah
interpersonal,
dipermalukan
didepan
umum,
tinggi)
5|Keperawatan Jiwa I
dari 19, lebih dari 45 tahun, dan terutama mereka yang berusia
lebih dari 65 tahun).
2) Status atau gejala emosi dan medis
Depresi yang hebat
Merasa tidak berdaya atau putus asa
Penyalahgunaan zat atau gangguan kesehatan mental
Berjudi patologis (compulsive gambling)
Waham atau halusinasi pendengaran yang memerintah untuk
membahayakan diri
Penyakit kronis, lemah atau penyakit parah
Nyeri hebat
Ansietas hebat, tak tertahankan
Kehilangan harga diri
Reaksi yang berlebihan yang berat terhadap stress
Kekurangan control terhadap rangsang atau penilaian yang buruk
Merasa marah, permusuhan, atau ingin balas dendam
Rasa marah yang tertahan
Konflik internal yang hebat, misalnya merasa bersalah yang
berlebihan atau ambivalensi
3) Stressor
Riwayat teraniaya
Disfungsi keluarga
Kesulitan berhubungan
Terlibat masalah hukum atau tindakan criminal
Masalah keuangan yang serius
Pengalaman kehilangan yang serius atau kehilangan ganda
Isolasi sosia yang ekstrem akibat kurangnya sistem pendukung
social
Distress spiritual
Merasa tidak ada masa depan
Anggota kelompompok pemujaan
Riwayat bunuh diri dalam keluarga
Terlebih dahulu berupaya atau mengancam akan bunuh diri
4) Rencana bunuh diri
Ide bunuh diri
6|Keperawatan Jiwa I
pribadinya
Memiliki rencana bunuh diri yang sangat mematikan (menentukan
rencana, waktu, tempat, dan acara yang akan membuat seseorang
meninggal dengan cepat dengan metode tersebut
Mencari alat yang akan dipakai untuk bunuh diri
Tidak bersedia melakukan kontrak yang berisi pernyataan untuk
tidak bunuh diri (kontrak ditanda tangani oleh klien yang berisi
sebuah pernyataan seperti Saya tidak akan bunuh diri, baik dengan
sengaja ataupun kecelakaan, untuk alasan apapun ).
2.4 Tanda dan Gejala
Seperlima dari percobaan bunuh diri tidak dapat diantisipasi karena tidak
semua dokter, keluarga, dan teman mengenali orang-orang yang akan melakukan
percobaan bunuh diri. Oleh karena itu, kita harus mengetahui orang yang
mempunyai potensi bunuh diri.
1. Ia pernah mencoba bunuh diri dan pernah diberikan pertolongan di ruang
7|Keperawatan Jiwa I
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu orang yang mempunyai
resiko bunuh diri :
1. Lakukanlah pendekatan dengannya dengan penuh rasa perhatian dan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.5
2)
3)
4)
5)
6)
9|Keperawatan Jiwa I
10 | K e p e r a w a t a n J i w a I
BAB 3
CONTOH KASUS
Tn. S adalah seorang pengusaha kaya raya, dia memiliki beberapa
perusahaan di Indonesia. Pada saat itu sedang rame - ramenya ada pemilihan wali
kota baru, atas saran dari temannya Tn.S pun mencoba ikut mencalonkan sebagai
wali kota. Dengan semua harta yang dia punya, dia memulai berkampanye sana
sini dengan keoptimisan bahwa dia akan menang dan akan menjadi wali kota.
Sampai pada hari H pemilihan wali kota dimulai Tn.S masih sangat
percaya diri dan optimis bahwa dia akan menang. Tapi diluar dugaannya dia gagal
dalam pemilihan wali kota baru itu. Dia sangat depresi, bingung memikirkan
hartanya yang telah habis untuk kampanye. Saat dirumah dia selalu dimarahi oleh
istrinya, selalu disalahkan karena telah gagal dalam pencalonan wali kota. Hingga
suatu hari Tn.S memergoki istrinya sedang bersama laki laki lain,mulai saat itu
Tn.S sering marah marah tidak jelas, kadang mengamuk hingga merusak barang
barang disekitarnya. Pernah suatu saat Tn.S ingin mencoba bunuh diri, tapi hal
itu dicegah oleh kelurganya. Dan akhirnya Tn.S dibawa ke Rumah Sakit agar
mendapatkan pengobatan yang lebih baik.
Menurut keluarganya (anaknya), klien mudah marah, cepat tersinggung,
dan selalu merusak lingkungannya (membanting barang) sejak mengalami
kebangkrutan karena hartanya habis untuk biaya kampanye dalam pencalonan
sebagai calon gubernur. Ditambah dengan pengkhianatan yang telah dilakukan
oleh istrinya, yaitu lebih memilih pergi dengan mantan kekasihnya yang lebih
kaya . Klien pernah mencoba mengakhiri hidupnya dengan cara menggores nadi
ditangannya, namun digagalkan oleh anaknya. Beberapa hari sebelumnya klien
terlihat murung, sedih, dan tidak mau bicara. Kemudian anaknya membawanya ke
Rumah Sakit Jiwa Menur.
Disudut ruangan, tampak berdiri seorang laki-laki dengan badan tampak kotor,
rambut gimbal, kusut (seperti tidak pernah disisir), kuku panjang dan hitam/
kotor, kulit banyak daki dan kering. Dia teriak-teriak ingin segera mengakhiri
hidupnya, kemudian datanglah seorang perawat mendekati klien tersebut..
11 | K e p e r a w a t a n J i w a I
: Tidak merespon
: (menggelengkan kepala)
: (mengangguk)
: (diam saja)
:Sepertinya mas S masih belum mau diajak ngobrol ya? Kalau gitu,
bagaimana kalau kita ketemuan lagi disini 10 menit lagi?
: (Hanya diam)
: Baik kalau gitu saya akan menemui mas S 10 menit lagi disini ya mas.
10 menit kemudian
P
: Mas S,nah ini sudah 10 menit, sesuai janji tadi, saya menemui mas S
setelah 10 menit. Mas S mau kan crita dengan Ners P? Sebentar aja, 15
menit saja gimana?
: (mengangguk)
: Saya ini sudah tidak berguna lagi, saya ingin mati saja .
: Kenapa kok mas S bisa beranggapan kalau mas sudah tidak berguna lagi
dan ingin mati ?
: iya... saya ini sudah tidak berguna lagi.. saya ingin mati... istri saya
meninggalkan saya... uang saya habis semua... saya sudah tidak punya
siapa siapa lagi..saya ingin mati..ingin mati
12 | K e p e r a w a t a n J i w a I
: Mas S tidak boleh merasa seperti itu..mas S kan masih punya ayah dan
ibu,juga masih ada kerabat lainnya..
: tapi sejak istri saya selingkuh saya merasa tidak ada gunanya lagi saya
hidup
: mas S tidak boleh berkata seperti itu, mas S masi berguna untuk orangtua
mas S, kalau mas S gak ada siapa dong yang menjaga orangtua mas S?
yang membantu orangtua mas S?pasti orangtua mas S akan sedih kalau
mas S gak ada.
:iyaa.. mulai sekarang coba secara pelan pelan mas S hilangkan rasa
ingin mati dan rasa tidak berguna di dalam pikiran mas S..masih banyak
yang bias mas S lakukan..yah..
: Baik kalau begitu, karena ini sudah 15 menit, sesuai janji kita tadi, kita
akhiri obrolan kita ya mas S. saya masih disini sampai jam 3 sore nanti,
kalau mas S ada apa-apa, nanti mas S bisa minta bantuan saya di ners
station.
: Iya suster.
13 | K e p e r a w a t a n J i w a I
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
1. Data demografi
a. Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan perkenalan dan
2.
3.
4.
5.
SAD PERSONS
Keterangan
Age ( umur)
Depression (depresi)
sudah
pernah
melakukan
percobaan
sebelumnya
5
ETOH ( alkohol)
20%-90%
bunuh
dilakukan
diri
yang
dikaitkan
berhasil
dengan
Rational
thinking
perencanaan
yang
spesifik
16 | K e p e r a w a t a n J i w a I
10
Sickness (penyakit)
Interpretasi Poin :
0-2
3-4
: Dukungan orang terdekat dengan asuhan rawat jalan yang lebih intens;
dapat mempertimbangkan hospitalisasi
5-6
: Hospitalisasi di rekomendasikan
Dalam melakukan pengkajian klien resiko bunuh diri, perawat perlu
Data data
Etiologi
DS : menyatakan ingin bunuh diri /ketidakmampuan
Masalah Keperawatan
Risiko bunuh diri
yang
tiba-tiba
depresi,
hopelesness
bunuh diri.
DS : menyatakan putus asa dan takkeinginan bunuh diriKoping individu yang
berdaya, tidak bahagia, tak adasebagai
harapan.
pencegahantidak efektif
masalah
banyak
diam.
Regimen
terapi
inefektif
Dukunga
n
keluarga
inefektif
Kehilang
19 | K e p e r a w a t a n J i w a I
Tujuan Khusus
Intervensi
Rasional
1. Bantu klien untuk menurunkanBisa mencegah pasien untuk
resiko perilaku destruktif yangmengurungkan niat melakukan
20 | K e p e r a w a t a n J i w a I
diri
tindakan
yang
bisa
bunuh
diri,
bisa
a) Mengidentifikasi
danstress
dan
memungkinkan
membahayakan
kliensedang dialami
kontrak
baik
lisan
seharusnya
diberikan
intake
makanan
dan
21 | K e p e r a w a t a n J i w a I
cairan adekuat
Gunakan piring plastik atau kardus
bila memungkinkan.
Cek dan yakinkan kalau semua
barang yang digunakan pasien
kembali pada tempatnya.
d) Ketika memberikan obat oral, cek
dan yakinkan bahwa semua obat
diminum.
e) Batasi orang dalam ruangan klien
dan
perlu
adanya
penurunan
stimuli.
f) Instruksikan
membantasi
pengunjung
barang
untuk
bawaan
tidak
menggunakan
Perlu
diidentifikasi
harga
diri
4.
mengatasi
semua
masalah
Bantu klien untuk mengidentifikasi/ Dukungan sosial membantu
22 | K e p e r a w a t a n J i w a I
dalam
menghadapi
aktivitas social
Membantu klien mengembangkanMekanisme koping yang positif
mekanisme koping yang positip.
akan
mencegah
terjadinya
pembatasan
tentang
pada
percobaan
bunuh diri.
c) Bantu klien untuk mengetahui
faktor predisposisi apa yang
terjadi sebelum anda memiliki
pikiran bunuh diri
d) Memfasilitasi uji stress kehidupan
dan mekanisme koping
2. Koping individu yang tidak efektif b.d keinginan bunuh diri sebagai
pencegahan masalah
Tujuan: koping individu optimal
Kriteria hasil:
klien dapat berfikir secara rasional
klien dapat mengidentifikasi stessor atau pencetus resiko bunuh diri
klien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari bunuh diri
23 | K e p e r a w a t a n J i w a I
No
1.
2.
Intervensi
Rasional
masalahnya
3.
4.
dalam hidup.
Bantu untuk mengenali hal hal yang iaMembantu klien meningkatkan
cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya motivasi untuk tetap melanjutkan
terhadap
kehidupan
mengesampingkan tentang
orang
dalam kesehatan.
5.
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah b.d koping individu tidak efektif
No.
Intervensi
Rasional
1.
2.
3.
Bantu
mengidentifikasi
sumberMembantu
klien
diri
meningkatkan
sehingga
dapat
4.
individu
(orang
orangmembantu
proses
pengambilan
dianut).
Kaji sistem pendukung keyakinanMemberikan kekuatan untuk lebih
(nilai,
aktivitas
6.
pengalaman
keagamaan,
masa
agama).
Lakukan rujukan sesuai
indikasiMembantu
klien
untuk
4.6 Implementasi
Implementasi mengacu pada rencana intervensi. Dalam melaksanakan
intervensi yang telah dibuat maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Menetapkan hubungan saling percaya.
b. Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka.
c. Kenal dan dukung kelebihan pasien.
d. Membatasi orang yang berhubungan dengan pasien pada awal terapi.
e. Melakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin.
25 | K e p e r a w a t a n J i w a I
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
4.7 Evaluasi
a) Klien terlindung dari bahaya
b) Faktor penunjang terjadinya perilaku bunuh diri dapat dihindari
c) Faktor resiko dikurangi: bantu penyelesaian masalah & meningkatkan
harga diri
d) Penyuluhan terlaksana : meningkatkan support system
26 | K e p e r a w a t a n J i w a I
BAB 5
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyaratisyarat, percobaab atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian,
luka atau menyakiti diri sendiri. Faktor Predisposisi antara lain: faktor genetic
dan teori biologi, Teori sosiologi, dan Teori psikologi. Faktor Presipitasi antara
lain : Kegagalan untuk adaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress,
perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal
atau gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah atau
bermusuhan, cara untuk mengakhiri keputusasaan, tangisan minta tolong
(Budi Anna Keliat, 1991). Linda Carman Copel (2007, hlm.155)
mengemukakan tentang factor-faktor yang mendukung resiko bunuh diri yaitu
Faktor demografi, Status atau gejala emosi dan medis, Stressor , Rencana
bunuh diri.
Symptom yang menyertai bunuh diri yaitu ide bunuh diri, ancaman
bunuh diri, percobaan bunuh diri, sindrome mencederai diri sendiri yang
disengaja.
5.2 Saran
Perawat harus mengidentifikasi dan mengkaji setiap isyarat tentang
maksud bunuh diri dan harus secara langsung menanyakan klien yang
memiliki riwayat resiko bunuh diri apakah mereka memiliki pikiran atau
rencana membahayakan diri mereka sendiri.
27 | K e p e r a w a t a n J i w a I
DAFTAR PUSTAKA
Copel, Linda Carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri : pedoman Klinis
Pearawat. Ed. 2.--. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna. 1991. Tingkah Laku Bunuh Diri. Jakarta : EGC
Wright, H.Norman. 1996. Konseling Krisis: Membantu Orang dalam Krisis
dan Stres. Yayasan Penerbit Gandum Mas : Malang. Halaman : 129
131.
http//c3i.sabda.orgkategorimasalahhidupisiid=717&mulai=0. Diakses hari
Kamis 27 Mei 2010 pukul 07.30 WIB
28 | K e p e r a w a t a n J i w a I