Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kasus bunuh diri ternyata merupakan penyebab kematian ketiga tertinggi.
Kasus ini meningkat dengan bertambahnya usia dan kebanyakan terjadi pada pria
dewasa, siswa, dan mahasiswa. Percobaan bunuh diri yang paling umum
dilakukan adalah dengan meminum obat-obatan bahkan melalui penembakan
yang akibatnya sangat fatal. Di Amerika Serikat saja, dilaporkan sebanyak 31000
orang pertahun melakukan percobaan bunuh diri. Sedangkan di Indonesia,
menurut VHRmedia.com dikatakan 50.00 orang di Indonesia berusaha untuk
bunuh diri. Penyakit jiwa merupakan faktor predisposisi terpenting terjadinya
bunuh diri. WHO memperkirakan sebanyak 90% orang yang melakukan tindakan
bunuh diri terjadi akibat penyakit jiwa yang tidak didiagnosa dan diobati, di
samping penggunaan obat-obatan terlarang dan konsumsi alkohol. Kondisi ini
merupakan masalah kesehatan utama di dunia yang mempresentasikan 1,4% dari
beban masalah kesehatan dunia.
Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri dari pada
wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk
bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung
yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis
atau racun, namun sekarang mereka lebih menggunakan pistol. Selain itu wanita
lebih sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang
lain. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan
bahwa sat juta orang bunuh diri dalam setiap tahunya atau setiap 40 detik, bunuh
diri juga merupakan satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34
tahun selain factor kecelakaan. Sejak tahun 1958 dari 100.000 penduduk Jepang
25 orang di antaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk Negara
Austria, Denmark, inggris, rata-rata 23 orang. Pada tahun-tahun terakhir, di
Amerika 12.000 anak-anak dan remaja tiap tahun dirawat di Rumah sakit akibat
upaya bunuh diri dan ditemukan di Amerika Serikat angka bunuh diri setiap tahun
mencapai 25.000 orang.
Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri.
Meskipun bunuh diri adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang
komprehensif pada depresi, penyalahgunaan NAPZA , skizofrenia, gangguan
kepribadian( paranoid, borderline, antisocial), suicide tidak bisa disamakan
1.1

1|Keperawatan Jiwa I

dengan penyakit mental. Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh
perawat selaku tim kesehatan diantaranya adalah : pertama, bunuh diri merupakan
perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah sakit jiwa,
Kedua, faktor faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang
adekuatnya pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang
lemah, kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang
pasien. Ketiga, pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama
di rawat di rumah sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan
pengobatan atau treatmen lainnya. Keempat, hubungan saling percaya antara
perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat terhadap cues perilaku pasien
yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal yang penting dalam
menurunkan angka bunuh diri di rumah sakit.
Oleh karena itu bunuh diri pada pasien rawat inap merupakan masalah
yang perlu penanganan yang cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan
mengenai faktor resiko terjadinya bunuh diri, instrument pengkajian dan
managemen keperawatannya dengan pendekatan proses keperawatanya sehingga
mahasiswa keperawtan dapat mempelajari makalah ini dan mampu
megaplikasikan pada pasien yang beresiko tinggi bunuh diri.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum

Mengetahui konsep resiko bunuh diri dan pendekatan asuhan


keperawatannya
1.2.2 Tujuan khusus
a. Menguraikan definisi bunuh diri
b. Menguraikan faktor predisposisi pada klien yang memiliki resiko
bunuh diri
c. Menguraikan faktor presipitasi pada klien yang memiliki resiko
bunuh diri
d. Menguraikan manifestasi / tanda dan gejala pada klien yang
memiliki resiko bunuh diri
e. Menjelaskan proses terjadinya resiko bunuh diri
f. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan resiko bunuh
diri
1.3 Manfaat

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah :


2|Keperawatan Jiwa I

1.4.1 Mendapatkan pengetahuan tentang proses terjadinya resiko


bunuh diri
1.4.2 Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada
klien yang memiliki resiko bunuh diri

3|Keperawatan Jiwa I

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyaratisyarat, percobaab atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan
kematian, luka atau menyakiti diri sendiri. Bunuh diri adalah tindakan
agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan (Budi
Anna Keliat, 1991). Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara
ekspresi orang yang penuh stress. (Tri Aan Agustiansyah, S.Kep, 2008).
Berikut adalah rentang respon perlindungan diri ( self protective)
yang dapat menggambarkan respon adaptif sampai respon maladaptife pada
bunuh diri.
Respon adatif
Menghargai
diri

<................................................>
Berani ambil
resiko dalam
mengembangkan
diri

Respon maladaptif

Merusak diri
sendiri secara
tidak langsung

Bunuh diri

Gambar 1. Rentang menghargai-merusak diri (Stuart dan Sundeen,


1987, hlm.848)
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri
untuk mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respons
maladaptive yang telah disebutkan. Bunuh diri mungkin merupakan
keputusan terakhir dari individu unutk memecahkan masalah yang dihadapi.

2.2 Faktor Predisposisi


Beberapa factor yang dapat mencetuskan bunuh diri di antaranya ialah :
1) Faktor genetic dan teori biologi

4|Keperawatan Jiwa I

Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada


keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat
menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
2) Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi bunuh diri dalam 3 kategori yaitu :
Egoistik (orang yang bunuh diri tidak terintegrasi pada kelompok social),
atruistik (Melakukan bunuh diri untuk kebaikan masyarakat) dan anomic
(bunuh diri karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan
beradaptasi dengan stressor).
3) Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri
merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.

Stressor pencetus bunuh diri sebagian besar adalah kejadian


memalukan,

masalah

interpersonal,

dipermalukan

didepan

umum,

kehilangan pekerjaan, ancaman penjara dan yang paling penting adalah


mengetahui cara-cara bunuh diri.
2.3 Faktor Presipitasi
Adapun factor resiko tingkah laku bunuh diri di antaranya:
1) Kegagalan untuk adaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress.
2) Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan

interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti.


3) Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
4) Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
5) Tangisan minta tolong (Budi Anna Keliat, 1991).
Linda Carman Copel (2007, hlm.155) mengemukakan tentang factorfaktor yang mendukung resiko bunuh diri yaitu :
1) Faktor demografi, meliputi :
Gender ( wanita, lebih banyak berusaha : pria, keberhasilanya

tinggi)

5|Keperawatan Jiwa I

Usia ( kelompok resiko tinggi adalah klien yang berusia kurang

dari 19, lebih dari 45 tahun, dan terutama mereka yang berusia
lebih dari 65 tahun).
2) Status atau gejala emosi dan medis
Depresi yang hebat
Merasa tidak berdaya atau putus asa
Penyalahgunaan zat atau gangguan kesehatan mental
Berjudi patologis (compulsive gambling)
Waham atau halusinasi pendengaran yang memerintah untuk
membahayakan diri
Penyakit kronis, lemah atau penyakit parah
Nyeri hebat
Ansietas hebat, tak tertahankan
Kehilangan harga diri
Reaksi yang berlebihan yang berat terhadap stress
Kekurangan control terhadap rangsang atau penilaian yang buruk
Merasa marah, permusuhan, atau ingin balas dendam
Rasa marah yang tertahan
Konflik internal yang hebat, misalnya merasa bersalah yang
berlebihan atau ambivalensi
3) Stressor
Riwayat teraniaya
Disfungsi keluarga
Kesulitan berhubungan
Terlibat masalah hukum atau tindakan criminal
Masalah keuangan yang serius
Pengalaman kehilangan yang serius atau kehilangan ganda
Isolasi sosia yang ekstrem akibat kurangnya sistem pendukung
social
Distress spiritual
Merasa tidak ada masa depan
Anggota kelompompok pemujaan
Riwayat bunuh diri dalam keluarga
Terlebih dahulu berupaya atau mengancam akan bunuh diri
4) Rencana bunuh diri
Ide bunuh diri

6|Keperawatan Jiwa I

Menyerahkan bisnis pribadi atau menyerahkan barang-barang

pribadinya
Memiliki rencana bunuh diri yang sangat mematikan (menentukan
rencana, waktu, tempat, dan acara yang akan membuat seseorang
meninggal dengan cepat dengan metode tersebut
Mencari alat yang akan dipakai untuk bunuh diri
Tidak bersedia melakukan kontrak yang berisi pernyataan untuk
tidak bunuh diri (kontrak ditanda tangani oleh klien yang berisi
sebuah pernyataan seperti Saya tidak akan bunuh diri, baik dengan
sengaja ataupun kecelakaan, untuk alasan apapun ).
2.4 Tanda dan Gejala

Orang dengan resiko bunuh diri menunjukkan gejala :


1. Keputusasaan
2. Menyalahkan diri sendiri
3. Perasaan gagal dan tidak berharga
4. Perasaan tertekan
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan berat badan
7. Berbicara lamban, keletihan
8. Menarik diri dari lingkungan social
9. Pikiran dan rencana bunuh diri

Seperlima dari percobaan bunuh diri tidak dapat diantisipasi karena tidak
semua dokter, keluarga, dan teman mengenali orang-orang yang akan melakukan
percobaan bunuh diri. Oleh karena itu, kita harus mengetahui orang yang
mempunyai potensi bunuh diri.
1. Ia pernah mencoba bunuh diri dan pernah diberikan pertolongan di ruang

gawat darurat atau bangsal perawatan.


2. Ia menyatakan keinginan bunuh dirinya secara terang-terangan maupun
tidak.
3. Ia terlihat cemas dan depresi.
4. Ia baru saja mengalami kehilangan sesuatu yang bermakna untuknya.
Misalnya, pekerjaan, harga diri, pacar, dan orang tua.

7|Keperawatan Jiwa I

5. Ia memperlihatkan perubahan tingkah laku yang tidak terduga, seperti

membicarakan hal yang serius dan mendalam dengan kerabat,


menyampaikan pesan-pesan, atau membagi-bagikan harta/benda muliknya.
6. Adanya perubahan sikap yang mendadak. Contohnya, secara-tiba-tiba
gembira, marah, melamun, bahkan menyendiri.
7. Ada riwayat bunuh diri dalam keluarga; ada anggota keluarga yang
mencoba bunuh diri karena bunuh diri mungkin menurun secara genetik.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu orang yang mempunyai
resiko bunuh diri :
1. Lakukanlah pendekatan dengannya dengan penuh rasa perhatian dan

2.
3.

4.
5.
6.

7.
8.

2.5

penerimaan. Berusahalah untuk mengerti alasannya ingin mati. Cobalah


untuk menjadi the bes listener untuknya, biarkan ia mengekspresikan
kemarahan, perasaan ditolak, dan keputusasaannya.
Jika ia tidak tahu alasannya bunuh diri, cobalah untuk memperlihatkan
bukti-bukti kenapa ia harus hidup dan betapa ia ingin untuk tetap hidup.
Jangan mengecilkan keseriusannya dalam usaha bunuh diri. Usahakan
kamu merasakan berada di posisinya dan bangkitkanlah semangat
hidupnya
Jangan pernah setuju untuk merahasiakan rencana bunuh diri.
Jika ia baru saja merasa kehilangan, bantulah ia untuk melewati masa
berduka karena kehilangan.
Jangan memberi alasan untuk membenarkan gejala-gejala yang
dialaminya. Misalnya,mengatakan "Aku juga pernah merasakan hal yang
sama."
Potensi bunuh diri dapat berubah dalam waktu yang cepat. Jadi, seringseringlah menilai tingkah lakunya.
Jika ia mempunyai masalah dengan keluarga dan teman yang menjadi
salah satu alasannya bunuh diri, cobalah untuk membicarakan hal ini
dengan keluarga dan temannya. Mintalah keluarga dan teman untuk
mengurangi isolasi sosial dan penarikan diri. (Maghriza Novita Syahti)

Proses Terjadinya Masalah


Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :
1) Suicidal ideation
8|Keperawatan Jiwa I

2)

3)

4)

5)

6)

Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau


sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan,
bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila
tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa
pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
Suicidal intent
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri.
Suicidal threat
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan
hasrat yang dalam , bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .
Suicidal gesture
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam
kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh
diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak
mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh
darah pada lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami
ambivalen (perasaan yang bercampur aduk) antara mati dan hidup
dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan
untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini sedang mengalami
konflik mental. Tahap ini sering di namakan Crying for help sebab
individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu di
selesaikan.
Suicidal attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai
indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya
minum obat yang mematikan . walaupun demikian banyak individu
masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.
Suicide
Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang
yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah
melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini
merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk
mengatasi kesedihan yang mendalam.

9|Keperawatan Jiwa I

10 | K e p e r a w a t a n J i w a I

BAB 3
CONTOH KASUS
Tn. S adalah seorang pengusaha kaya raya, dia memiliki beberapa
perusahaan di Indonesia. Pada saat itu sedang rame - ramenya ada pemilihan wali
kota baru, atas saran dari temannya Tn.S pun mencoba ikut mencalonkan sebagai
wali kota. Dengan semua harta yang dia punya, dia memulai berkampanye sana
sini dengan keoptimisan bahwa dia akan menang dan akan menjadi wali kota.
Sampai pada hari H pemilihan wali kota dimulai Tn.S masih sangat
percaya diri dan optimis bahwa dia akan menang. Tapi diluar dugaannya dia gagal
dalam pemilihan wali kota baru itu. Dia sangat depresi, bingung memikirkan
hartanya yang telah habis untuk kampanye. Saat dirumah dia selalu dimarahi oleh
istrinya, selalu disalahkan karena telah gagal dalam pencalonan wali kota. Hingga
suatu hari Tn.S memergoki istrinya sedang bersama laki laki lain,mulai saat itu
Tn.S sering marah marah tidak jelas, kadang mengamuk hingga merusak barang
barang disekitarnya. Pernah suatu saat Tn.S ingin mencoba bunuh diri, tapi hal
itu dicegah oleh kelurganya. Dan akhirnya Tn.S dibawa ke Rumah Sakit agar
mendapatkan pengobatan yang lebih baik.
Menurut keluarganya (anaknya), klien mudah marah, cepat tersinggung,
dan selalu merusak lingkungannya (membanting barang) sejak mengalami
kebangkrutan karena hartanya habis untuk biaya kampanye dalam pencalonan
sebagai calon gubernur. Ditambah dengan pengkhianatan yang telah dilakukan
oleh istrinya, yaitu lebih memilih pergi dengan mantan kekasihnya yang lebih
kaya . Klien pernah mencoba mengakhiri hidupnya dengan cara menggores nadi
ditangannya, namun digagalkan oleh anaknya. Beberapa hari sebelumnya klien
terlihat murung, sedih, dan tidak mau bicara. Kemudian anaknya membawanya ke
Rumah Sakit Jiwa Menur.
Disudut ruangan, tampak berdiri seorang laki-laki dengan badan tampak kotor,
rambut gimbal, kusut (seperti tidak pernah disisir), kuku panjang dan hitam/
kotor, kulit banyak daki dan kering. Dia teriak-teriak ingin segera mengakhiri
hidupnya, kemudian datanglah seorang perawat mendekati klien tersebut..

11 | K e p e r a w a t a n J i w a I

: Selamat pagi pak S

: Tidak merespon

: Pak S,saya ners P, saya biasanya dipanggil ners P. Bapak senang


dipanggil mas atau bapak?

: (hanya diam saja)

: Kalau saya panggil mas, bapak keberatan atau tidak?

: (menggelengkan kepala)

: Baik kalau begitu saya panggil mas saja.

: (mengangguk)

: Mas S,apakah mas S keberatan jika saya ngobrol sama mas S?

: (diam saja)

:Sepertinya mas S masih belum mau diajak ngobrol ya? Kalau gitu,
bagaimana kalau kita ketemuan lagi disini 10 menit lagi?

: (Hanya diam)

: Baik kalau gitu saya akan menemui mas S 10 menit lagi disini ya mas.

10 menit kemudian
P

: Mas S,nah ini sudah 10 menit, sesuai janji tadi, saya menemui mas S
setelah 10 menit. Mas S mau kan crita dengan Ners P? Sebentar aja, 15
menit saja gimana?

: (mengangguk)

: Gimana perasaan mas S sekarang?

: Saya sebel ners,

: Sebel sama siapa mas?

: Sama istri saya dan selingkuhannya.

: Memangnya kenapa mas S sebel dengan istri dan selingkuhannya ?

: Saya ini sudah tidak berguna lagi, saya ingin mati saja .

: Kenapa kok mas S bisa beranggapan kalau mas sudah tidak berguna lagi
dan ingin mati ?

: iya... saya ini sudah tidak berguna lagi.. saya ingin mati... istri saya
meninggalkan saya... uang saya habis semua... saya sudah tidak punya
siapa siapa lagi..saya ingin mati..ingin mati
12 | K e p e r a w a t a n J i w a I

: Mas S tidak boleh merasa seperti itu..mas S kan masih punya ayah dan
ibu,juga masih ada kerabat lainnya..

: tapi sejak istri saya selingkuh saya merasa tidak ada gunanya lagi saya
hidup

: mas S tidak boleh berkata seperti itu, mas S masi berguna untuk orangtua
mas S, kalau mas S gak ada siapa dong yang menjaga orangtua mas S?
yang membantu orangtua mas S?pasti orangtua mas S akan sedih kalau
mas S gak ada.

: hmm..iya juga yah sus..

:iyaa.. mulai sekarang coba secara pelan pelan mas S hilangkan rasa
ingin mati dan rasa tidak berguna di dalam pikiran mas S..masih banyak
yang bias mas S lakukan..yah..

: iyaah sus..saya akan mencobanya

: Baik kalau begitu, karena ini sudah 15 menit, sesuai janji kita tadi, kita
akhiri obrolan kita ya mas S. saya masih disini sampai jam 3 sore nanti,
kalau mas S ada apa-apa, nanti mas S bisa minta bantuan saya di ners
station.

: Iya suster.

13 | K e p e r a w a t a n J i w a I

BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian
1. Data demografi
a. Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan perkenalan dan

2.

3.

4.
5.

kontrak dengan klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan


perawatan, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik
yang akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor rekam medik
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat
Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah
ini?
c. Bagaimana hasilnya?
Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data
signifikan tentang:
a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang
baru dialami
c. Episode-episode perilaku bunuh diri di masa lalu
d. Riwayat pengobatan
e. Penyalahgunaan obat dan alkohol
f. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
Catat ciri-ciri respon fisiologik, kognitif, emosional dan perilaku dari
individu dengan percobaan bunuh diri.
Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan lelalitas perilaku bunuh diri
klien
a. Tujuan klien (misal, agar terlepas dari stress solusi masalah yang
sulit)
b. Rencana bunuh diri, termasuk apakah klien memiliki rencana
tersebut
c. Keadaan jiwa klien (misal, adanya gangguan pikiran, tingkat
kegelisahan, keputusasaan, ketidakberdayaan)
14 | K e p e r a w a t a n J i w a I

d. Sistem pendukung yang ada


e. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain

(baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami, dan


riwayat penyalahgunaan zat.
6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar klien atau
keluarga tentang gejala, medikasi, dan rekomendasi pengobatan,
gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan
sendiri.
7. Riwayat Psikososial. Bercerai, putus hubungan, kehilangan pekerjaan,
stress multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan, masa sekolah,
krisis displin), penyakit kronik.
Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien memiliki resiko
apabila menunjukkan perilaku sebagai berikut :
1) Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri
2) Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh
diri.
3) Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.
4) Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.
5) Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
6) Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alcohol
7) Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
8) Menunjukkan impulsivitas dan agressif
9) Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau
kehilangan yang bertubi-tubi dan secara bersamaan
10) Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri
misal pistol, obat, racun.
11) Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif
dengan pengobatan.
12) Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial.
Banyak instrument yang bisa dipakai untuk menentukan resiko klien
melakukan bunuh diri diantaranya dengan skala penilaian bunuh diri SAD
PERSONS.
No.

SAD PERSONS

Keterangan

Sex (jenis kelamin)

Laki-laki lebih komit melakukan bunuh diri


15 | K e p e r a w a t a n J i w a I

3 kali lebih tinggi dibanding wanita,


meskipun wanita lebih sering 3 kali
dibanding laki-laki melakukan percobaan
bunuh diri
2

Age ( umur)

Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun


atau lebih muda, 45 tahun atau lebih tua
dan khususnya umur 65 tahun lebih.

Depression (depresi)

3579% oran yang melakukan bunuh diri


mengalami sindrome depresi.

Previous attempts (Percobaan65-70% orang yang melakukan bunuh diri


sebelumnya)

sudah

pernah

melakukan

percobaan

sebelumnya
5

ETOH ( alkohol)

20%-90%

bunuh

dilakukan

diri

yang

dikaitkan

berhasil
dengan

penyalahgunaan obat atau alcohol berat.


6

Rational

thinking

LossOrang skizofrenia dan demensia lebih

(Kehilangan berpikir rasional) sering melakukan bunuh diri dibanding


general populasi.

Sosial support lacking (KurangOrang yang melakukan bunuh diri biasanya


dukungan social)

kurang adanya dukungan dari teman dan


saudara, pekerjaan yang bermakna serta
dukungan spiritual keagaamaan

Organized plan (perencanaanAdanya


yang teroranisasi)

perencanaan

yang

spesifik

terhadap bunuh diri merupakan resiko


tinggi.

No spouse (Tidak memilikiOrang duda, janda, single adalah lebih


pasangan) atau tidak adanyarentan dibanding menikah
orang terdekat

16 | K e p e r a w a t a n J i w a I

10

Sickness (penyakit)

Penyakit terminal, penyakit kronoik, dan


penyakit yang melemahkan meningkatkan
resiko bunuh diri.

Interpretasi Poin :
0-2

: Dapat tinggal di rumah dengan dukungan orang terdekat dan terapi


rawat jalan

3-4

: Dukungan orang terdekat dengan asuhan rawat jalan yang lebih intens;
dapat mempertimbangkan hospitalisasi

5-6

: Hospitalisasi sangat dipertimbangkan

: Hospitalisasi di rekomendasikan
Dalam melakukan pengkajian klien resiko bunuh diri, perawat perlu

memahami petunjuk dalam melakukan wawancara dengan pasien dan keluarga


untuk mendapatkan data yang akurat. Hal hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan wawancara adalah :
a. Tentukan tujuan secara jelas.

Dalam melakukan wawancara, perawat tidak melakukan diskusi


secara acak, namun demikian perawat perlu melakukannya wawancara
yang fokus pada investigasi depresi dan pikiran yang berhubungan
dengan bunuh diri.
b. Perhatikan signal / tanda yang tidak disampaikan namun mampu
diobservasi dari komunikasi non verbal.
Hal ini perawat tetap memperhatikan indikasi terhadap kecemasan
dan distress yang berat serta topic dan ekspresi dari diri klien yang di
hindari atau diabaikan.
c. Kenali diri sendiri.
Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien, karena hal ini
akan mempengaruhi penilaian profesional.
d. Jangan terlalu tergesa gesa dalam melakukan wawancara. Hal ini perlu

membangun hubungan terapeutik yang saling percaya antara perawat


dank lien.
e. Jangan membuat asumsi
17 | K e p e r a w a t a n J i w a I

Jangan membuat asumsi tentang pengalaman masa lalu individu


mempengaruhi emosional klien.
f. Jangan menghakimi, karena apabila membiarkan penilaian pribadi akan
membuat kabur penilaian profesional.
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian resiko bunh diri:
1) Riwayat masa lalu :
a) Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri.
b) Riwayat keluarga terhadap bunuh diri.
c) Riwayat

gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan


skizofrenia.
d) Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
e) Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline,
paranoid, antisocial.
f) Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka.
2) Symptom yang menyertainya
a. Apakah klien mengalami :
1. Ide bunuh diri
2. Ancaman bunuh diri
3. Percobaan bunuh diri
4. Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja
b. Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan
anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan
resiko bunuh diri.
Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk
membunuh diri mereka sendiri. Perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam
lagi diantaranya :
1. Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan
2. Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau
perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan
rencananya.
3. Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk
merencanakan dan mengagas akan bunuh diri.
4. Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu
diakses oleh klien.
18 | K e p e r a w a t a n J i w a I

4.2 Analisa Data

Data data
Etiologi
DS : menyatakan ingin bunuh diri /ketidakmampuan

Masalah Keperawatan
Risiko bunuh diri

ingin mati saja, tak ada gunanyamenangani stres krisis


hidup.

yang

tiba-tiba

DO : ada isyarat bunuh diri, adaperasaan


ide bunuh diri, pernah mencoba

depresi,

hopelesness

bunuh diri.
DS : menyatakan putus asa dan takkeinginan bunuh diriKoping individu yang
berdaya, tidak bahagia, tak adasebagai
harapan.

pencegahantidak efektif

masalah

DO : nampak sedih, mudah marah,


gelisah, tidak dapat mengontrol
impuls.
DO: Apatis, ekpresi sedih, afekkegagalan (hubunganGanggaun konsep diri:
tumpul, menyendiri, berdiam diriinterpersonal)
dikamar,

banyak

harga diri rendah

diam.

DS : Klien menolak berkomunikasi


4.3 Pohon Masalah
Resiko Bunuh diri
Core problem
relap

Regimen
terapi
inefektif
Dukunga
n
keluarga
inefektif

Gangguan isolasi social :


menarik diri
Gangguan konsep diri : harga diri
rendah
Koping Individu

Kehilang

19 | K e p e r a w a t a n J i w a I

4.4 Diagnosa Keperawatan


1. Risiko bunuh diri b.d ketidakmampuan menangani stres krisis yang tibatiba perasaan depresi, hopelesness
2. Koping individu yang tidak efektif b.d keinginan bunuh diri sebagai
pencegahan masalah
3. Gangguan konsep diri b.d koping individu tidak efektif
4.5 Rencana intervensi
1. Risiko bunuh diri b.d ketidakmampuan menangani stres krisis yang tiba
tiba perasaan depresi, hopelesness
Tujuan Umum

: Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri

Tujuan Khusus

1. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan


pada diri sendiri
2. Berikan lingkungan yang aman berdasarkan tingkatan resiko, managemen
untuk klien yang mengalami resiki tinggi
3. Membantu meningkatkan harga diri klien
4. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social
5. Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip.
6. Initiate Health Teaching dan rujukan, jika diindikasikan
Kriteria Hasil :
a) Klien menyatakan harapannya untuk hidup
b) Klien menyatakan perasaan marah, kesepian dan keputusasaan secara
asertif.
c) Klien mengidentifikasi orang lain sebagai sumber dukungan bila pikiran
bunuh diri muncul.
d) Klien mengidentifikasi alaternatif mekanisme koping
No
1.

Intervensi
Rasional
1. Bantu klien untuk menurunkanBisa mencegah pasien untuk
resiko perilaku destruktif yangmengurungkan niat melakukan
20 | K e p e r a w a t a n J i w a I

diarahkan pada diri sendiri, dengantindakan mencederai diri/bunuh


cara :

diri

a) Kaji tingkatan resiko yang di alami


pasien : tinggi, sedang, rendah.
b) Kaji level Long-Term Risk yang
meliputi : Lifestyle/ gaya hidup,
dukungan social yang tersedia,
rencana

tindakan

yang

bisa

mengancam kehidupannya, koping


2.

mekanisme yang biasa digunakan.


Berikan lingkungan yang amanLingkungan yang tenang dan
( safety) berdasarkan tingkatan resiko ,nyaman bagi pasien dengan
managemen untuk klien yang memilikirisiko
resiko tinggi dengan cara :

bunuh

diri,

bisa

membantu untuk menurunkan

a) Mengidentifikasi

danstress

dan

memungkinkan

mengamankan benda benda yangpasien memikirkan apa yang


dapat

membahayakan

kliensedang dialami

misalnya : pisau, gunting, tas


plastic, kabel listrik, sabuk, hanger
dan barang berbahaya lainnya.
b) Membuat

kontrak

baik

lisan

maupun tertulis dengan perawat


untuk tidak melakukan tindakan
yang mencederai diri Misalnya :
Saya tidak akan mencederai diri
saya selama di RS dan apabila
muncul ide untuk mencederai diri
akan bercerita terhadap perawat.
c) Makanan

seharusnya

diberikan

pada area yang mampu disupervisi


dengan catatan :
Yakinkan

intake

makanan

dan

21 | K e p e r a w a t a n J i w a I

cairan adekuat
Gunakan piring plastik atau kardus
bila memungkinkan.
Cek dan yakinkan kalau semua
barang yang digunakan pasien
kembali pada tempatnya.
d) Ketika memberikan obat oral, cek
dan yakinkan bahwa semua obat
diminum.
e) Batasi orang dalam ruangan klien
dan

perlu

adanya

penurunan

stimuli.
f) Instruksikan
membantasi

pengunjung
barang

untuk
bawaan

( yakinkan untuk tidak memberikan


makanan dalam tas plastic)
g) Pasien yang masih akut diharuskan
untuk selalu memakai pakaian
rumah sakit.
h) Melakukan seklusi dan restrain
bagi pasien bila sangat diperlukan
i) Ketika pasien sedang diobservasi,
seharusnya

tidak

menggunakan

pakaian yang menutup seluruh


tubuhnya.
3.

Perlu

diidentifikasi

keperawatan lintas budaya.


Membantu meningkatkan harga diriPeningkatan
klien

harga

diri

membantu klien untuk lebih


memahami arti kehidupan dan
bisa merubah pola pikirnya
dalam

4.

mengatasi

semua

masalah
Bantu klien untuk mengidentifikasi/ Dukungan sosial membantu
22 | K e p e r a w a t a n J i w a I

dan mendapatkan dukungan social

klien meningkatkan harga diri

a) Informasikan kepada keluargadan mekanisme koping yang


dan saudara klien bahwa klienpositif

dalam

menghadapi

membutuhkan dukungan socialpermasalahan.


yang adekuat
b) Bersama pasien menulis daftar
dukungan sosial yang di punyai
termasuk jejaring sosial yang
bisa di akses.
c) Dorong klien untuk melakukan
5.

aktivitas social
Membantu klien mengembangkanMekanisme koping yang positif
mekanisme koping yang positip.

akan

mencegah

terjadinya

a) Mendorong ekspresi marah danresiko bunuh diri.


bermusuhan secara asertif
b) Lakukan
ruminations

pembatasan
tentang

pada

percobaan

bunuh diri.
c) Bantu klien untuk mengetahui
faktor predisposisi apa yang
terjadi sebelum anda memiliki
pikiran bunuh diri
d) Memfasilitasi uji stress kehidupan
dan mekanisme koping

2. Koping individu yang tidak efektif b.d keinginan bunuh diri sebagai
pencegahan masalah
Tujuan: koping individu optimal
Kriteria hasil:
klien dapat berfikir secara rasional
klien dapat mengidentifikasi stessor atau pencetus resiko bunuh diri
klien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari bunuh diri
23 | K e p e r a w a t a n J i w a I

No
1.

2.

Intervensi

Rasional

Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan

Klien dapat mengetahui asal

yang tidak terpenuhi serta kejadian yang

masalahnya

menjadi faktor pencetus resiko bunuh diri


Diskusikan dengan klien tentang kejadian-Menurunkan beban pikiran klien
kejadian traumatik atau perasaan klien

3.

terkait resiko bunuh diri


Diskusikan pengalaman-pengalaman yangMemberikan pengetahuan bagi
tidak menguntungkan sebagai akibat dariklien tentang sebab akibat bunuh
trauma terhadap masalah yang dihadapi,diri
seperti: ditinggal oleh orang yang berarati

4.

dalam hidup.
Bantu untuk mengenali hal hal yang iaMembantu klien meningkatkan
cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya motivasi untuk tetap melanjutkan
terhadap

kehidupan

mengesampingkan tentang

orang

lain,kehidupan sehingga mencegah

kegagalanterjadinya resiko bunuh diri

dalam kesehatan.
5.

Beri dorongan untuk berbagi keprihatinanMenjalin hubungan interpersonal


pada orang lain yang mempunyai suatubisa meningkatkan konsep diri
masalah atau penyakit yang sama dan telahklien.
mempunyai pengalaman positif dalam
mengatasi masalah tersebut dengan koping
yang efektif.

3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah b.d koping individu tidak efektif

Tujuan : konsep diri : harga diri klien meningkat


Kriteria hasil :
a. Klien sudah berani berinteraksi atau melakukan hubungan interpersonal
b. Klien dapat mengambil keputusan dari masalah yang dihadapi
c. Klien klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, misalnya
banyak teman, tidak kesepian, bisa diskusi dan saling menolong
d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
24 | K e p e r a w a t a n J i w a I

No.

Intervensi

Rasional

1.

Bantu untuk memahami bahwa klienHubungan sosial akan membantu


dapat mengatasi keputusasaannya.

2.

Kaji dan kerahkan sumber sumberSumber- sumber internal akan


internal individu.

3.

klien meningkatkan koping

Bantu

memperkuat koping klien

mengidentifikasi

sumberMembantu

sumber harapan (misal: hubungankonsep

klien

diri

meningkatkan

sehingga

dapat

antar sesama, keyakinan, dan hal-halmenghadapi permasalahan dengan


untuk diselesaikan).

4.

koping yang posistif

Kaji dan manfaatkan sumber sumberSumber- sumber eksternal akan


eksternal

individu

(orang

orangmembantu

proses

pengambilan

terdekat, tim pelayanan kesehatan,keputusan pada diri klien.


kelompok pendukung, agama yang
5.

dianut).
Kaji sistem pendukung keyakinanMemberikan kekuatan untuk lebih
(nilai,
aktivitas

6.

pengalaman
keagamaan,

masa

lalu,bisa menerima apa yang sudah

kepercayaanterjadi pada dirinya.

agama).
Lakukan rujukan sesuai

indikasiMembantu

(misal : konseling pemuka agama).

klien

untuk

meningkatkan motivasi hidup

4.6 Implementasi
Implementasi mengacu pada rencana intervensi. Dalam melaksanakan
intervensi yang telah dibuat maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Menetapkan hubungan saling percaya.
b. Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka.
c. Kenal dan dukung kelebihan pasien.
d. Membatasi orang yang berhubungan dengan pasien pada awal terapi.
e. Melakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin.

25 | K e p e r a w a t a n J i w a I

f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Membicarakan dengan pasien mengenai peristiwa yang menyebabkan


pasien menarik diri.
Menerangkan harapan dari tindakan secara bersama-sama dengan
klien.
Menganjurkan kepada keluarga untuk tetap melakukan hubungan
dengan pasien.
Melibatkan klien dalam aktivitas kelompok.
Memperhatikan kebutuhan fisiologis klien.
Membantu pasien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai
melaksanakannya sendiri.
Memberikan obat sesuai dengan program medik dengan prinsip lima
benar.
Memfasilitasi pasien untuk berperan serta dalam terapi kelompok.

4.7 Evaluasi
a) Klien terlindung dari bahaya
b) Faktor penunjang terjadinya perilaku bunuh diri dapat dihindari
c) Faktor resiko dikurangi: bantu penyelesaian masalah & meningkatkan
harga diri
d) Penyuluhan terlaksana : meningkatkan support system

26 | K e p e r a w a t a n J i w a I

BAB 5
PENUTUP
1.1 Kesimpulan

Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyaratisyarat, percobaab atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian,
luka atau menyakiti diri sendiri. Faktor Predisposisi antara lain: faktor genetic
dan teori biologi, Teori sosiologi, dan Teori psikologi. Faktor Presipitasi antara
lain : Kegagalan untuk adaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress,
perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal
atau gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah atau
bermusuhan, cara untuk mengakhiri keputusasaan, tangisan minta tolong
(Budi Anna Keliat, 1991). Linda Carman Copel (2007, hlm.155)
mengemukakan tentang factor-faktor yang mendukung resiko bunuh diri yaitu
Faktor demografi, Status atau gejala emosi dan medis, Stressor , Rencana
bunuh diri.
Symptom yang menyertai bunuh diri yaitu ide bunuh diri, ancaman
bunuh diri, percobaan bunuh diri, sindrome mencederai diri sendiri yang
disengaja.

5.2 Saran
Perawat harus mengidentifikasi dan mengkaji setiap isyarat tentang
maksud bunuh diri dan harus secara langsung menanyakan klien yang
memiliki riwayat resiko bunuh diri apakah mereka memiliki pikiran atau
rencana membahayakan diri mereka sendiri.

27 | K e p e r a w a t a n J i w a I

DAFTAR PUSTAKA
Copel, Linda Carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri : pedoman Klinis
Pearawat. Ed. 2.--. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna. 1991. Tingkah Laku Bunuh Diri. Jakarta : EGC
Wright, H.Norman. 1996. Konseling Krisis: Membantu Orang dalam Krisis
dan Stres. Yayasan Penerbit Gandum Mas : Malang. Halaman : 129
131.
http//c3i.sabda.orgkategorimasalahhidupisiid=717&mulai=0. Diakses hari
Kamis 27 Mei 2010 pukul 07.30 WIB

28 | K e p e r a w a t a n J i w a I

Anda mungkin juga menyukai