Kelenjar tiroid normal terletak di leher bagian depan, dengan berat sekitar 15-20 gram.
Konsistensi kelenjar tiroid lunak, simetrik, terdiri dari 2 lobus, dan tidak nyeri tekan (nontender). Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon spesifik kalsitonin (calcitonin) dan
tiroksin (thyroxine).
Kalsitonin dihasilkan oleh sel-sel parafolikuler atau sel-C dan terlibat dalam pertukaran
(homeostasis) kalsium. Peninggian kadar kalsium akan diikuti dengan peningkatan
kalsitonin untuk menurunkan kadar kalsium kembali ke batas normal. Peran hormon ini
relatif kecil dalam homeostasis kalsium secara keseluruhan.
Tiroksin adalah hormon utama produk kelenjar tiroid. Hormon ini memerlukan ion iodida
untuk sintesis di dalam kelenjar tiroid, mengendalikan dan mengatur katabolisme basal di
seluruh tubuh. Ia diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. Hormon ini diproduksi
dalam bentuk tetraiodothyronine (T4, levothyroxine) dalam kelenjar tiroid. Di jaringan perifer
hormon mengalami deiodinasi menjadi aktif, triiodothyronine (T3). Kelenjar tiroid
menghasilkan kurang-lebih 150 ug tiroksin per hari. Sebagai hormon yang berperan
sentral dan integral dari kehidupan sel, maka jika terjadi peningkatan atau penurunan dal=
jumlah hormon ini akan menyebabkan patologi yang bermakna.
Kelebihan Hormon Tiroid (Hipertiroidisme)
A. Manifestasi Klinis
Manifestasi spesifik dari kelebihan hormon tiroid (hipertiroidisme) berkaitan dengan
katabolisme pada sel-sel di seluruh bagian tubuh. Diantaranya adalah intoleransi
terhadap panas, banyak berkeringat (diaforesis), penurunan berat badan, rambut halus,
kelopak mata terlambat mengikuti gerak bola mata ke bawah (lid lag, tanda Dalrymple),
takikardia, fibrilasi atrial, kelemahan otot, terutama bagian proksimal, simetrik. Pada
keadaan hipertiroidisme yang berat (krisis tiroid, thyroid storm) dapat berakhir dengan
kematian. Tanda utamanya adalah hiperpireksi (suhu badan >41 C) dan takikardia
hebat.
B. Kausa Hipertiroidisme
1. Penyakit Graves. Penyakit ini merupakan penyakit otoimun dengan ditandai oleh
hipertiroidisme dengan struma difusa, oftalmopati dengan proptosis unilateral atau
bilateral. Eksoftalmus merupakan tanda spesifik untuk penyakit Graves, tetapi bukan
bagian hipertiroidisme. Pada beberapa kasus dijumpai dermopati, suatu perubahan
pada kulit (kulit tampak seperti kulit jeruk), terutama di pretibial, tetapi dapat pula pada
tempat-tempat yang sering terkena tekanan.
a. Evaluasi spesifik penyakit Graves meliputi menegakkan diagnosis klinis dengan
aneka macam pemeriksaan seperti yang disajikan dalam Kotak x-a dan Kotak x-b.
Universitas Gadjah Mada
Hasil uji laboratorium TSH sangat rendah (0,00 mU/mL), dan 14 dan T3RU akan
meninggi. Pada skening, ambilan iodida radioaktif tampak meningkat
>70% dalam 24 jam. Uji stimulasi TRH jika dilakukan (tidak selalu diperlukan jika uji
TSH sangat sensitif) akan menunjukkan hasil TSH abnormal tumpul.
KOTAK T-1
Evaluasi dan Pengelolaan Menyeluruh Pasien dengan Penyakit Tiroid
Evaluasi
1. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
a.
b.
c.
Riwayat
dengan risiko
iii.
2. Atas dasar yang diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, tentukan
keadaan pasien termasuk hipertiroidi, hipotiroidi, atau euthyroid
3. Periksa elektrolit serum, BUN, kreatinin, dan KG-darah untuk kepentingan data
dasar dan melihat kemungkinan adanya gangguan yang koinsidensi
4. Periksa darah lengkap, termasuk hitung jenis leukosit, untuk kepentingan data
dasar
5. Lakukan urinalisis, jika pasien perempuan lakukan pula uji kehamilan urine
6. Lakukan uji fungsi tiroid, TSH, T4 dan T3RU
Pengelolaan
1. Pengelolaan spesifik disajikan dalam uraian (text): hipertiroidisme,
hipotiroidisme, jika ada struma lihat Tabel T-3 dan T-4
2. Kirim ke dokter SpPD-KEMD
Universitas Gadjah Mada
Iodida
radioaktif
(I131)
adalah
obat
terpilih
untuk
penyakit
Graves.
4.
5.
6.
Iterpretasi
T4
Radioimmunoassay, T4
Meningkat
a. Hipertiroidisme
b. Peninggian TBG:
Pemakaian pilKB; Estrogen;
Kehamilan; Familial; Hepatitis;
Sirosis hati; Pemakaian tamoxifen
Menurun
a. Hipotiroidisme
b. Penurunan TBG:
Nefrosis; Glukokortikoida;
Familial; Androgen
T3RU
Jika >35%
a. Hipertiroidisme
b. Penurunan TBG:
TSH
a. Hipertiroidisme primer
monoklonal
b. Hipotiroidisme sekunder
c. Hipotiroidisme tersier
Jika tinggi
d. Hipotiroidisme primer
e. Hipertiroidisme sekunder
Catatan: Jika rendah dan secara
klinis diduga hipertiroidisme, diagnosis
dapat ditegakkan. Hal ini berarti tidak
diperlukan uji stimulasi TRH untuk
menegakkan penyakit Graves
Iterpretasi
T3
Pemeriksaan langsung
Meningkat
a. Hipertiroidisme
biologis aktif
Menurun
dilakukan pada
a. Hipotiroidisme
RAIuptake
a. Penyakit Graves
ambilan (uptake)II31
131
diberikan per-oral
c. Struma endemik
d. Awal pasca-
persalinan
Ambilanmenurun
Tc99m
(<10%)
Jod-Basedowi
g. Penyakit de Quervain
h. Pasca ablasi tiroid
b. Evaluasi spesifik meliputi yang disajikan dalam Kotak T-a dan hasil TSH 0,00; T4
dan T3RU meninggi. Yang paling spesifik adalah penurunan ambilan pada kelenjar
pada skening iodida radioaktif tiroid.
c. Pengelolaan spesifik meliputi pencarian sumber masukan preparat iodida atau
levothyroxine. Preparat 13-blocker dapat pula diberkan untuk mengatasi gejala
hipertiroidisme; tetapi obat anti-tiroid atau 1131 merupakan kontra-indikasi.
C. Konsultasi
Problem
Pelayanan
Waktu
Endokrinologi
SppD-KEMD
Segera
D. Indikasi Rawat Inap. Fibrilasi atrial dengan rapid ventricular response, atau jika ada
kemungkinan akan berlanjut ke Krisis Tiroid (thyroid storm). Sebagian besar pasien
dengan hipertiroidisme dapat diatasi secara obat jalan.
KOTAK T-8
Evaluasi dan Pengelolaan Pasien Suspek Hipotiroidisme
Evaluasi
1. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik menyeluruh, dengan
penekanan pada manifestasi di atas
2. Lakukan pengukuran kadar elektrolit, BUN, kreatinin, dan glukosa darah
untuk data dasar
3. Periksa darah rutin lengkap, hitung jenis leukosit. Adakah anemia?
4. Periksa kadar kalsium, PO4, dan albumin darah
5. Lakukan pemeriksaan uji kehamilan urine
6. Urinalisis untuk kemungkinan adanya proteinuria
7. Periksa creatinine phosphokinase (CPK), untuk kemungkinan adanya
miopati.
8. Lakukan pemeriksaan EKG
9. Periksa T3RU, T4 dan TSH
Pengelolaan
1. Jika kesadaran pasien nyata menurun, menunjuk pada kemungkinan koma
mixedema (disajikan dalam Kotak T-9)
2. Jika nyata klinis hipotiroidisme tidak begitu parah, atau pasca-stabilisasi
mixedema
KOTAK T-9
Pengelolaan Pasien Koma Mixedema
1
i.
C. Evaluasi dan Pengelolaan yang spesifik meliputi yang disajikan dalam Kotak T-6 dan
T-4
D. Konsultasi
Problem
Pelayanan
Waktu
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Mixedema
Ednokrin
Hipotiroidisme
SppD-KEMD
Sesuai keperluan
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------E. Indikasi Rawat Inap. Terbatas pada mixedema berat. Sebagian besar dari kasus
hipotiroidisme dapat diatasi secara rawat jalan
II. Nodul Tiroid
Nodul tiroid pada umumnya ditemukan secara kebetulan pada waktu general check-up.
Sebagian besar kasus adalah benigna; tetapi, nodul tiroid maligna dapat saja terjadi.
Universitas Gadjah Mada
A. Faktor Risiko untuk timbulnya keganasan tiroid, atau faktor yang harus diwaspadai akan
kemungkinan nodul maligna adalah
1. Radiasi
2. Nodul soliter
3. Usia muda
4. Gender laki-laki
5. Massa keras dan terfiksasi
6. Teraba pula adanya pembesaran kelenjar limfe di leher
7.
KOTAK T-9
Ealuasi dan Pengelolaan Pasien Nodul Tiroid
Evaluasi
1
Skening tiroid dengan Tc99m atau I131 tidak bermanfaat untuk menilai nodul tiroid
Buat keputusan klinis risiko keganasan pada nodul tiroid berdasar yang berikut:
Risiko tinggi: laki-laki usia muda dengan nodul soliter, dan kemungkinan
metastasis dengan skening whole body dengan 1131
i.
Risiko menengah: nodul soliter tanpa risiko lainnya, kirim ke SpPD-KEMD untuk
Biopsi jarum halus jika sitologis positif segera kirim ke dokter SpB dengan hasil
skening tubuh dengan 1131. Jika sitologis negatif belum dapat menyingkirkan kemungkinan
keganasan. Untuk ini berikan terapi percobaan supresi tiroid.
ii. Biopsi eksisi
9 Upaya supresi tiroid dengan tiroksin eksogen: levothyroxine 100-200 mg/hari
selama 4-6 minggu. Jika nodul mengecil teruskan terapi. Jika nodul tidak mengecil
lakukan biopsi eksisi
Pengelolaan
Konsultasikan ke dokter SpPD-KEMD
lesi neoplasma maligna. Lesi lainnya massa di leher bagian depan, termasuk krista
brakhial dan limfadenopati ekstratiroid
C. Konsultasi
Problem
Pelayanan
Waktu
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Nodul soliter
Endokrinologi
Segera
Nodul multipel
SppD-KEMD
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------D. Indikasi Rawat Inap. Jika ada indikasi untuk pembedahan tiroid.
E. Kepustakaan
1. Asdie AH
2. Asdie AH
3. a
10