Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN KRIMINOLOGI DAN VIKTIMOLOGI TERHADAP TINDAK PIDANA

PEMERKOSAAN ANAK DI BAWAH UMUR


( Contoh Kasus : Pemerkosaan Terhadap Yuyun Hingga Tewas Yang Dilakukan Oleh
14 Orang Pelaku )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah Negara Hukum yang menjadikan Undang-Undang Dasar sebagai
pedoman bagi Peraturan peraturan lain yang ada di bawahnya. Dari bebrapa peraturan yang
tertuang dalam UUD 1945 tersebut salah satunya adalah mengenai hak anak yang terdapat
pada Pasal 28 ayat 2 : Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah generasi penerus bangsa yang memiliki keterbatasan dalam memahami dan
melindungi diri dari berbagai pengaruh sistem yang ada. 1 Seharusnya anak menjadi generasi
penerus bangsa yang baik, bukan malah menjadi pelaku atau korban kejahatan.
Namun, seiring dengan perkembangan peradaban yang semakin kompleks, meskipun
peraturan mengenai pelanggaran terhadap hukum yang disertai dengan sanksi pidana telah
dituangkan dalam aturan hukum, baik kejahatan maupun pelanggaran tetap saja terjadi.
Kejahatan merupakan suatu fenomena yang terus mengalami peningkatan, bukan hanya
kuantitas tetapi juga kualitas. Menurut ahli kriminologi yaitu W.A Bonger kejahatan adalah
perbuatan yang sangat anti sosial dan ditentang secara sadar oleh negara, berupa pemberian
penderitaan (hukuman atau tindakan).
Dari beberapa kerjahatan yang marak terjadi saat ini salah satunya adalah kejahatan
pemerkosaan terhadap anak di bawah umur, sebagai contoh adalah kasus pemerkosaan
terhadap Yuyun (14) siswi kelas VIII SMP di Kecamatan Padang Ulak Tanding (PUT),
Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu yang diperkosa oleh 14 orang hingga tewas.
BAB II
1) Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia Pengembangan Konsep Diversi dan
Restorative Justice, Refika Aditama, Bandung, 2009, hlm xv.

IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan menganalisis mengenai tinjauan
kriminologi dan viktimologi terhadap tindak pidana pemerkosaan terhadap anak di bawah
umur dengang identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Siapakah pelaku dari tindak pidana pemerkosaan terhadap anak di bawah umur pada
kasus Yuyun siswi 14 tahun kelas VIII SMP di Kecamatan Padang Ulak Tanding
tersebut ?
2. Siapakah korban dari tindak pidana pemerkosaan terhadap anak di bawah umur pada
kasus Yuyun siswi 14 tahun kelas VIII SMP di Kecamatan Padang Ulak Tanding
tersebut ?
3. Apakah yang menjadi faktor terjadinya tindak pidana pemerkosaan terhadap anak di
bawah umur ?

BAB III

PEMBAHASAN (Theory)
A. Pelaku Dalam Kasus Pemerkosaan terhadap Yuyun Siswi 14 Tahun Kelas VIII SMP
Di Kecamatan Padang Ulak Tanding
Pengadilan Negeri Curup telah menggelar sidang pertama terhadap tujuh dari 12
tersangka pemerkosaan dan pembunuhan Yuyun, siswi SMPN 5 Kecamatan Padang Ulak
Tanding (PUT), Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu.
Dalam persidangan Pada hari selasa tanggal 3-5-1016, ketujuh tersangka dituntut
dengan hukuman 10 tahun penjara. Ketujuh pelaku yang masih di bawah umur dari 14
pelaku yang divonis hari ini adalah DE (17), DA (17), SP (16), FE (17), AI (17) dan ER
(16). Sidang itu dipimpin Hakim Ketua Heny Farida, dibantu dua Hakim Anggota, Hendri
Sumardi dan Fahrudin, serta Jaksa Penuntut Umum Arlya Noviana Adam.
Ketujuh tersangka dituntut atas pelanggaran Pasal 80 ayat 3 dan Pasal 81 ayat 1 juncto
Pasal 76 d UU No. 35/2014, tentang Perlindungan Anak. Status para tersangka yang masih
di bawah umur dibuktikan berdasarkan keterangan orangtua dan akta kelahiran masingmasing.
Sedangkan lima orang tersangka lainnya adalah Tomi Wijaya alias Tobi (19), Suket
(19), Bobi (20), Faisal alias Pis (19), dan Zainal (23). Selain itu, ada juga dua orang pelaku
yang masih berstatus buron.
Berdasarkan kasus diatas maka dapat dianalis melalui beberapa theory yaitu sebagai
berikut :
1. GRAND THEORY (Undang-Undang Dasar 1945)
Indonesia yang merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-3 pastinya
memiliki banyak tunas penerus bangsa dari berbagai daerah. Sebagai penerus bangsa,
Indonesia menuliskan peraturan tentang peraturan anak salah satunya dalam UndangUndang 1945 pasal 28 ayat 2 : Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi2
2. MIDDLE THEORY (Undang-Undang Hak Asasi Manusia)
Dalam UU NO 39 TAHUN 1999 Tentang Hak Asasi Manusia terdapat aturan
mengenai hak anak yang harus dilindungi, yaitu sebagai berikut :
Pasal 52
(1) Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan
negara.
(2) Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui
dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.
2 ) Vinska, hak anak dalam UUD 1945, http://www.kompasiana.com/fbndrvinska/hakanak-dalam-undang-undang-dasar-1945_54f5e472a33311ee768b4584, diakses pada 18
Juni 2015, pukul 01:40:46

Pasal 58
(1) Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk
kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual
selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain manapun yang
bertanggung jawab atas pengasuhan anak tersebut.
(2) Dalam hal orang tua, wali, atau pengasuh anak melakukan segala bentuk
penganiayaan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual
termasuk pemerkosaan, dan atau pembunuhan terhadap anak yang seharusnya
dilindungi, maka harus dikenakan pemberatan hukuman.
Pada kenyataannya masih sangat banyak sekali pelanggaran HAM dalam bidang
perlindungan anak. Ada banyak macam pelanggaran HAM bidang perlindungan anak.
Diantaranya adalah pemerkosaan terhadap anak, pemerkosaan terhadap anak yang
dilakukan oleh beberapa pelaku bahkan pelaku tak segan-segan membunuh korban secara
sadis yang merupakan pelanggan HAM.
3. APPLY THEORY (Undang-Undang Perlindungan Anak Dan KUHP
a. UU Perlindungan Anak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang
berkaitan dengan tindak pidana kesusilaan yaitu antara lain sebagai berikut:
Pasal 76 D UU Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan
memaksa Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain
Pasal 76 E UU Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk
Anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul. Hukuman dari
perbuatan tersebut diatur dalam Pasal 81 dan Pasal 82 UU Perlindungan Anak sebagai
berikut:
Pasal 81 :
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76D
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi Setiap
Orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
(3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Orang
Tua, Wali, pengasuh Anak, pendidik, atau tenaga kependidikan, maka pidananya
ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 82 UU Perlindungan Anak:
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Orang
Tua, Wali, pengasuh Anak, pendidik, atau tenaga kependidikan, maka pidananya
ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Bahwa UU Perlindungan Anak dapat diterapkan tujuh tersangka yang masih di bawah
umur yang telah melakukan pemerkosaan terhadap Yuyun hingga tewas yaitu : D alias J
(17), A (17), FS (17), S (17), DI (17), EG (16), dan S (16). Mereka tercatat sebagai kakak
kelas korban di SMPN 5 Padang Ulak Tanding
b. KUHP
Dalam KUHP terdapat ancaman pidana terhadap pelaku pemerkosaan, yaitu sebagai
berikut :
Pasal 285 Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun
Sanksi pidana pada Pasal 285 KUHP tersebut dapat dikenakan terhadap pelaku
pemerkosaan terhadap Yuyun hingga tewas yaitu Tomi Wijaya alias Tobi (19 tahun),
Suket (19 tahun), Bobi (20 tahun), Faisal alias Pis (19 tahun), dan Zainal (23 tahun).
Pelaku dikenakan sanksi pidana sesuai dengan Pasal 285 KUHP karena mereka sudah
dikategorikan orang dewasa, bebrbeda dengan 7 pelaku lainnya yang masih di bawah

umur, maka mereka dikenakan sanksi berdasarkan UU Perlindungan anak dan ancaman
pidana nya lebih ringan.
B. Korban Dalam Kasus Yuyun Siswi 14 Tahun Kelas VIII SMP Di Kecamatan Padang
Ulak Tanding
a. Menurut Arif Gosita, korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah
sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri
atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan hak asasi yang menderita3.
b. Romli Atmasasmita, korban adalah orang yang disakiti dan penderitaannya itu
diabaikan oleh Negara. Sementara korban telah berusaha untuk menuntut dan
menghukum pelaku kekerasan tersebut.4
Dalam kasus ini maka yang menjadi korban pemerkosaan hingga tewas adalah Yuyun
siswi SMP yang baru berumur 14 tahun. Korban merupakan korban kekerasan, yaitu
korban kekerasan yang meliputi perbuatan-perbuatan penganiayaan ringan/berat, memaksa
orang melakukan sesuatu yang melanggar hukum, membuat orang pingsan, perkosaan dan
sebagainya.5
Tipologi korban dalam kasus Yuyun adalah tipologi korban biologically weak victim
adalah kejahatan disebabkan adanya keadaan fisik korban seperti wanita, anak-anak, dan
manusia lanjut usia (manula) merupakan potensial korban kejahatan. Ditinjau dari
pertanggungjawabannya terletak pada masyarakat atau pemerintah setempat karena tidak
dapat memberi perlindunga kepada korban yang tidak berdaya.
Yuyun merupakan ciri korban pemerkosaan yang lemah fisik, karena masih anak di bawah
umur dan seorang perempuan. Yuyun adalah anak 14 tahun siswi Sekolah Menengah
Pertama 5 Satu Atap Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejanglebong, Bengkulu ini
menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan keji.
Kerjadian tersebut bermula saat 14 tersangka pada Sabtu 2 April 2016, sekira pukul
11.31 WIB, berkumpul di rumah salah seorang tersangka berinisial DE dan meminum
tuak. Kemudian sekira pukul 12.31 WIB, dalam keadaan mabuk, ke-14 tersangka keluar
dari rumah dan duduk di tepi jalan perkebunan karet di Desa Kasie Kasubun, Kecamatan
Padang Ulak Tanding (PUT)
3 ) Arif Gosita , masalah korban kejahatan, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2004,
hlm 64
4 ) Romli Atmasasmita, masalah santunan korban kejahatan, BPHN, Jakarta, hlm
9
5 ) Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta,2004,
hlm 45

Sekitar pukul 13.31 WIB, para pelaku yang sedang berkumpul itu melihat korban
pulang sendirian. Korban pulang dengan membawa alas meja dan bendera merah putih
untuk dicuci persiapan upacara bendera hari Senin. para pelaku yang melihat Yuyun
langsung mencegat dan menyekapnya.
Kepala Yuyun diduga dipukul menggunakan kayu, kaki dan tangannya diikat,
kemudian lehernya dicekik. Lalu secara bergiliran pelaku memerkosa Yuyun.
Bahkan, ada pelaku yang diduga mengulangi perbuatannya dua hingga tiga kali. Tidak
sampai di situ, hasil dari tim di lapangan pelaku juga kemudian memukuli korban,
mengikat, dan membuang tubuh korban ke jurang sekira beberapa meter.
Pelaku menutupi korban dengan dedaunan dan kembali ke rumah masing-masing.
Dari hasil visum korban sudah meninggal saat pemerkosaan sedang berlangsung.6
Yuyun merupaka korban langsung (Direct victim) yaitu korban yang langsung
mengalami dan merasakan penderitaan dengan adanya tindak pidana kejahatan. Dimana
korban langsung ini mempunyai karakteristik antara lain :
a. korban adalah orang, baik secara individu atau secara kolektif
b. menderita kerugian (menurut Arief Gosita menderita jasmaniah dan rohaniah)
termasuk luka-luka fisik; luka-luka ringan; kehilangan pendapatan; penindasan terhadap
hak-hak dasar manusia
c. disebabkan oleh adanya perbuatan atau kelalaian yang terumuskan dalam hukum pidana
d. atau disebabkan oleh adanya penyalahgunaan kekuasaan7

C. Faktor Faktor Terjadinya Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak Di Bawah


Umur

6 ) Demon Fajri, Ini Kronologi Pemerkosaan Yuyun di Bengkulu


http://news.okezone.com/read/2016/05/04/340/1380243/ini-kronologipemerkosaan-yuyun-di-bengkulu, diakses pada : Rabu, 4 Mei 2016, pukul 15:05
wib
7 ) Ilmu-Hukum, Definisi dan Pengertian Korban, http://www.definisipengertian.com/2015/05/definisi-dan-pengertian-korban.html, diakses pada mei
2015, pukul 19 : 44

1. Seductive Rape, Pemerkosaan terjadi karena pelaku merasa terangsang nafsu birahinya
dan biasanya pemerkosaaan ini terjadi pada mereka yang sudah saling mengenal.
Contohnya pemerkosaan oleh pacar, keluarga, teman atau orang-orang terdekat lainnya.
2. Sadistic Rape, pemerkosaan yang dilakukan secara sadis, yang mana si pelaku akan
merasa mendapatkan kepuasan seksual bukan karena bersetubuh. namun mendapatkan
kepuasan dari cara penyiksaan terhadap korban yang tidak didapatkan dalam hubungan
seksual secara normal
3. Anger rape , Pemerkosaan yang dilakukan untuk mengungkapkan rasa marahnya pada
korban. Kepuasan seksual bukan tujuan utama yang diharapkan pelaku. namun sekedar
untuk melampiaskan rasa marahnya pada korban.
4. Domination Rape ,Pemerkosaan ini hanya ingin menunjukan dominasinya pada korban
dan pelaku hanya ingin menguasai korban secara seksual. misalnya pemerkosaan majikan
terhadap pembantunya.
5. Exploitation Rape, pemerkosaan yang terjadi karena ada rasa ketergantungan korban
terhadap pelaku baik secara ekonomi maupun sosial. Dan biasa kasus ini terjadi tanpa
adanya kekerasan oleh pelaku terhadap korban. contohnya atasan terhadap bawahanya,
majikan terhadap pembantunya.
Ternyata faktor terjadinya pemerkosaan bisa di pengaruhi faktor lingkungan, motif pelaku
pemerkosaan, situasi dan kesempatan, faktor ekonomi dan pergaulan seseorang seseorang.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

1) Pelaku kejahatan dalam kasus Yuyun 7 diantaranya adalah anak di bawah umur
yang akan dikenakan sanksi pidana berdasarkan UU Perlindungan Anak yaitu Pasal
76 dan 81, sedangkan 5 orang pelaku lainnya dikenakan sanksi pidana berdasarkan
ketentuan KUHP pada Pasal 285. Pelaku dibawah umur akan dikenakan sanksi
lebih ringan berdasarkan UU Perlindungan anak.
2) Korban dalam kasus ini adalah Yuyun siswi SMP yang baru berumur 14 tahun.
Yuyun diperkosa oleh 14 pelaku yang 7 diantaranya adalah kakak kelas nya sediri.
Yuyun diperkosa oleh mereka seusai pulang dari sekolah, dengan sadis 14 pelaku
memperkosa korban hingga tewas. Yuyun merupakan korban kekerasan yang
secara langsung (direct viktim) yaitu korban yang langsung mengalami dan
merasakan penderitaan dengan adanya tindak pidana kejahatan. Yuyun termasuk
dalam Tipologi korban biologically weak victim, yaitu tipe kejahatan yang
disebabkan adanya keadaan fisik korban seperti wanita, anak-anak, dan manusia
lanjut usia (manula) merupakan potensial korban kejahatan.
3) Faktor faktor penyebab terjadinya pemerkosaan terhadap Yuyun adalah Seductive
Rape, yaitu pemerkosaan terjadi karena pelaku merasa terangsang nafsu birahinya
dan biasanya pemerkosaaan ini terjadi pada mereka yang sudah saling mengenal.
Dalam kasus ini korban dan pelaku saling mengenal, bahkan beberapa pelaku
adalah kakak kelasa korban sendiri.
Selain itu faktor lain adalah Sadistic Rape, karena dalam kasus ini pelaku
dengan sadis nya menyetubuhi korban dengan menyiksa lalu membunuhnya
dengan cara membuang korban ke jurang.
B. REKOMENDASI
1) Pelaku pemerkosa Yuyun harusnya tidak hanya diberikan sanksi pidana saja, tetapi
harus ada sanksi sosial berupa pengasingan pelaku dari masyarakat luas, supaya
ada efek jera bagi si pelaku dan peringatan berat buat orang yang berencana
melakukan tindak pidana yang sama.
2) Korban pemrkosaan dalam kasus ini adalah Yuyun seorang siswi SMP yang masih
berumur 14 tahun, harusnya tindakan terbaik adalah mencari solusi agar kejahatan
seperti ini tidak terulang kembali, kedaaan korban selalu dianggap lemah oleh para
pelakunya, oleh sebab itu harus ada pengawasan yang lebih ketat dari pihak
masyarakat dan pemerintah serta penegak hukum, dengan cara :
a. Mengawasi peredaran minuman kerasa seperti tuak, karena pelaku dalam kasus
ini meminum tuak sebelum memperkosa korbannya
b. Orang tua juga harus memberikan pesan moral terhadap anak anak mereka agar
terhindar dari kejahatan

c. Menyarankan kepada masyarakat agar tidak melewati tempat sepi dengan


seorang diri
3) Banyak faktor yang dapat menyebabkan pelaku melakukan aksi kejahatannya, dalam
kasus ini pelaku memperkosa Yuyun dalam keadaan mabuk setelah meminum tuak,
dan mereka merasa lebih berkuasa karna melakukannya secara bersama sama
sehingga rasa bersalah seolah olah bisa ditanggung bersama. Faktor lain adalah
kurangnya moral pelaku sehingga mereka tega memperkosa korban dengan sadis
lalu membunuhnya dengan sadis pula. Seharusnya orang tua harus lebih
menekankan pesan moral terhadap anak anak mereka, sehingga tidak terjadi hal
serupa. Pemerintah dan penegak hukum juga harus lebih tegas lagi dalam
mengawasi peredaran minuman keras dan situs yang berbau porno.

Anda mungkin juga menyukai