PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Amnesia
Arefleksia otonomik
Analgesik
+/- relaksasi otot
TIVA telah menjadi lebih populer dan mungkin beberapa karena sifat
Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anestesi umum, pada
pasien dewasa dan pasien anak anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin,
glycerol dan minyak soybean, sedangkan pertumbuhan kuman dihambat oleh adanya
asam etilen-diamin-tetraasetat atau sulfat, hal tersebut sangat tergantung pada pabrik
pembuat obatnya. Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu
bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg) dan pH 7-8.
a. Mekanisme kerja
Mekanisme kerjanya sampai saat ini masih kurang diketahui ,tapi diperkirakan efek
primernya berlangsung di reseptor GABA (Gamma Amino Butired Acid).
b. Farmakokinetik
Digunakan secara intravena dan bersifat lipofilik dimana 98% terikat protein plasma,
eliminasi dari obat ini terjadi di hepar menjadi suatu metabolit tidak aktif, waktu
paruh propofol diperkirakan berkisar antara 2 24 jam. Namun dalam kenyataanya
di klinis jauh lebih pendek karena propofol didistribusikan secara cepat ke jaringan
tepi. Dosis induksi cepat menyebabkan sedasi ( rata rata 30 45 detik ) dan
kecepatan untuk pulih juga relatif singkat. Satu ampul 20ml mengandung propofol
10mg/ml. Popofol bersifat hipnotik murni tanpa disertai efek analgetik ataupun
relaksasi otot.
c.
Farmakodinamik
sistem saraf pusat
mempunyai
efek
mengurangi
pembebasan
4) Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila
digabung penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.
5) Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk mendapatkan konsentrasi yang
minimal 0,2%
6) Propofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus berada dalam
lingkungan yang steril dan hindari profofol dalam kondisi sudah terbuka lebih
dari 6 jam untuk mencegah kontaminasi dari bakteri.
e.
Efek Samping
Dapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75%. Nyeri ini bisa
muncul akibat iritasi pembuluh darah vena, nyeri pada pemberian propofol dapat
dihilangkan dengan menggunakan lidokain (0,5 mg/kg) dan jika mungkin dapat diberikan
1 sampai 2 menit dengan pemasangan torniquet pada bagian proksimal tempat suntikan,
berikan secara I.V melaui vena yang besar. Gejala mual dan muntah juga sering sekali
ditemui pada pasien setelah operasi menggunakan propofol.
Propofol merupakan emulsi lemak sehingga pemberiannya harus hati hati pada
pasien dengan gangguan metabolisme lemak seperti hiperlipidemia dan pankreatitis. Pada
sebagian kasus dapat menyebabkan kejang mioklonik (thiopental < propofol < etomidate
atau methohexital).
Phlebitis juga pernah dilaporkan terjadi setelah pemberian induksi propofol tapi
kasusnya sangat jarang.Terdapat juga kasus terjadinya nekrosis jaringan pada ekstravasasi
subkutan pada anak-anak akibat pemberian propofol.
II.2.2.4.2. Tiopental
Pertama kali diperkenalkan tahun 1963. Tiopental sekarang lebih dikenal dengan
nama sodium Penthotal, Thiopenal, Thiopenton Sodium atau Trapanal yang merupakan
obat anestesi umum barbiturat short acting, tiopentol dapat mencapai otak dengan cepat
dan memiliki onset yang cepat (30-45 detik). Dalam waktu 1 menit tiopenton sudah
mencapai puncak konsentrasi dan setelah 5 10 menit konsentrasi mulai menurun di otak
dan kesadaran kembali seperti semula.Dosis yang banyak atau dengan menggunakan
infus akan menghasilkan efek sedasi dan hilangnya kesadaran.
Beberapa jenis barbiturat seperti thiopental, dan thiamylal.Terdapat juga turunan
barbiturat yang dipakai sebagai induksi seperti secobarbital dan pentobarbital tetapi
7
b. Farmakokinetik
Absorbsi
Distribusi
Metabolisme
Ekskresi
Farmakodinamik
Sistem
pusat
Mata
Sistem
kardiovaskuler
darah
dan
cardiac
output
,dan
dapat
pernafasan
menyebabkan
laringospasme.
Jarang
menyebabkan
bronkospasme
d. Dosis
II.2.2.4.3. Ketamin
Adalah derivat pencylidin dengan rumus kimia 2-O-chloropenyl-2 metyl amino
cyclohexanon HCL. Merupakan kristal putih yang larut dalam air mempunyai pH 3.5-5.5
mula-mula di sintese oleh Steven pada tahun 1965 untuk anestesi.
a. Mekanisme kerja :
Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor opiat dalam otak
dan medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan interaksi terhadap
reseptor metilaspartat dapat menyebakan anastesi umum dan juga efek analgesik.
b. Farmakokinetik :
Absorbsi
Distribusi
10
Eskresi
c. Farmakodinamik :
1. Susunan Saraf Pusat
Menimbulkan anestesi disosiasi, setiap di rangsang yang diterima akan di
interprestasikan berbeda. Ketamin menimbulkan gangguan fungsi dan gangguan
elektrofisiologi antara thalamokortical dan sistem limbik. Dalam hal ini mengalami
katalepsi, mendapatkan analgesi yang kuat dan amnesi tetapi sedais yang ringan. Pasien
dapat mengalami halusinasi dan mimpi buruk kejadian lebih sering pada wanita dan
orang dewasa. Kadang pasien mengalami diplopia atau gangguan penglihatan lain yang
bertahan beberapa saat setelah pemulihan kesadaran. Ketamin meningkatkan aliran darah
ke otak, konsumsi oksigen otak dan tekanan intrakranial karena itu berbahaya
memberikan ketamin penderita tekanan intrakranial yang tinggi. Selain itu meningkatkan
terjadinya kejang pada pasien epilepsi.
Konsentrasi plasma (Cp) yang diperlukan untuk hipnotik dan amnesia ketika
operasi kurang lebih antara 0,7 sampai 2,2 g/ml (sampai 4,0 g/ml buat anak-anak).
Pasien dapat terbangun jika Cp dibawah 0,5g/ml.
Ketamin merupakan suatu reseptor antagonis N-Metil-D-aspartat (NMDA) yang non
kompetitif yang menyebabkan :
-
Mimpi buruk
11
2. Sistem Kardiovaskular
Dapat meningkatkan tekanan darah, laju jantung dan curah jantung. Peningkatan
maksimal terjadi 2-4 menit sesudah pemberian intravena kemudian perlahan-lahan antara
10-20 menit akan kembali normal diduga akibat eksitaso pusat simpatis. Dengan adanya
efek stimulasi cardiovaskular, maka ketamin dipakai untuk induksi pasien syok.
3. Sistem Respirasi
Hanya sedikit mengurangi respiratory rate. Kadang menyebabkan apneu pada
penyuntikan IV cepat atau pasien yang mendapat narkotik. Sedang pemberian dosis kecil
diazepam menimbulkan sedikit pengaruh pada respirasi tetapi dengan dosis tinggi
menimbulkan depresi nafas. Reflek dan tonus otot jalan nafas atas biasanya masih aktif.
Sekresi kelenjar tracheo bronkial dan saliva meningkat efek ini dihambat dengan obat
anti sekresi. Ketamin mempunyai sifat melebarkan bronkus dan dapat menjadi antagonis
broncho konstriktor akibat histamin oleh karena itu ketamin dapat dipakai untuk
penderita asma bronchiale. Obat ini menimbulkan nause dan vomitus.
4. Mata
Terjadi peningkatan tekanan oculi yang menyebabkan pergerakan bola mata dan
nistagmus.
d. Dosis dan Pemberian :
12
Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses
pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak anak.Ketamin bersifat larut air
sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M.
-
Induksi IV
: 0.5-2 mg/kg BB
IM
: 4-6 mg/kg BB
Analgesi
: 0.2-0.8 mg/kg BB iv
2-4 mg/kg BB
Preemptif Analgesi
: 0.15-0.25 mg/kg BB iv
Maintance
e. Onset :
-
IV
: 10-60 detik
IM
: 3-20 menit
Preparat biasanya dikemas dalam flacon berisi 10 cc larutan ada yang tiap cc
mengadungg 50 mg dan ada yang 100 mg.
f. Bioavabilitas :
Route
% bioavailabilitas
Nasal
50
Oral
20
IM
90
Rektal
25
Epidural
77
g. Efek Samping :
1) Peningkatan sekresi air liur pada mulut
2) Agitasi dan perasaan lelah
3) Halusinasi dan mimpi buruk pascaoperasi
13
II.2.2.4.4. Opioid
Opioid telahdigunakan dalam penatalaksanaan nyeri selama ratusan tahun. Obat
opium didapat dari ekstrak biji buah poppy papaverum somniferum, dan kata opium
berasal dari bahasa yunani yang berarti getah.
Opium mengandung lebih dari 20 alkaloid opioids.Morphine, meperidine, fentanyl,
sufentanil, alfentanil, and remifentanil merupakan golongan opioid yang sering
digunakan dalam general anestesi.efek utamanya adalah analgetik. Dalam dosis yang
besar opioid kadang digunakan dalam operasi kardiak. Opioid berbeda dalam potensi,
farmakokinetik dan efek samping
a. Mekanisme kerja
Opioid berikatan pada reseptor spesifik yang terletak pada system saraf pusat dan
jaringan lain. Empat tipe mayor reseptor opioid yaitu , ,,,. Walaupun opioid
menimbulkan sedikit efek sedasi, opioid lebih efektif sebagai analgesia. Farmakodinamik
dari spesifik opioid tergantung ikatannya dengan reseptor, afinitas ikatan dan apakah
14
Distribusi
Metabolisme
Ekskresi
tidak aktif.
Eliminasi terutama oleh metabolisme hati, kurang lebih 10%
melewati bilier dan tergantung pada aliran darah hepar. 5
10% opioid diekskresikan lewat urine dalam bentuk
metabolit aktif, remifentanil dimetabolisme oleh sirkulasi
darah dan otot polos esterase.
c. Farmakodinamik
Sistem kardiovaskuler System kardiovaskuler tidak mengalami perubahan baik
kontraktilitas otot jantung maupun tonus otot pembuluh
darah.Tahanan pembuluh darah biasanya akan menurun
karena terjadi penurunan aliran simpatis medulla, tahanan
sistemik juga menurun hebat pada pemberian meperidin atau
Sistem pernafasan
tertentu.
Opioid menyebabkan
gastrointestinal
Sistem Endokrin
penurunan
peristaltik
sehingga
lorazepam >
16
midazolam
6-11
Intermediate
lorazepam
0.8-1.8
Long
diazepam
0.2-0.5
c. Farmakodinamik
Sistem saraf pusat
Sistem Kardiovaskuler
metabolisme.
Menyebabkan vasodilatasi sistemik yang ringan dan
menurunkan cardiac out put. Ttidak mempengaruhi
frekuensi denyut jantung, perubahan hemodinamik
mungkin terjadi pada dosis yang besar atau apabila
Sistem Pernafasan
retardasi mental.
Menimbulkan penurunan tonus otot rangka yang
bekerja di tingkat supraspinal dan spinal , sehingga
sering digunakan pada pasien yang menderita kekakuan
otot rangka.
17
d. Dosis
Dosis midazolam bervariasi tergantung dari pasien itu sendiri.
e.
Efek samping
Midazolam dapat menyebabkan depresi pernafasan jika digunakan sebagai sedasi.
Lorazepam dan diazepam dapat menyebabkan iritasi pada vena dan trombophlebitis.
Benzodiazepine turut memperpanjang waktu sedasi dan amnesia pada pasien. Efek
Benzodiazepines dapat di reverse dengan flumazenil (Anexate, Romazicon) 0.1-0.2 mg
IV prn to 1 mg, dan 0.5 - 1 mcg/kg/menit berikutnya.
II.2.2.4.6 Etomidat
Etomidat (Amidat) merupakan obat induksi intravena yang bekerja cepat dengan
efek gangguan hemodinamik yang minimal beserta efek depresi pernafasan yang sedikit.
Selain efek hemodinamik yang stabil dan kurang mendepresi pernafasan obat ini juga
bahkan memproteksi fungsi serebral serta lebih aman dibandingkan dengan tiopental.
Etomidat bersifat tidak stabil dan tidak larut dalam air sehingga etomidat biasanya
tersedia 2 mg/ml dalam propylene glycol (35% dalam vol) dengan pH 6,9.
a. Farmakokinetik
Absorbsi di dalam plasma antara 300-600 ng/ml. Metabolisme di dalam hepar dengan
cara hidrolisis ester menjadi metabolit yang tidak aktif.Metabolit etomidat diekskresi
ke urin sebanyak 85% dan sisa 15% diekskresikan lewat empedu. Hanya 2% obat di
eksresikan dalam bentuk asli.
- Nt1/2(distribusi)
= 3 menit
- t1/2(redistribusi)
= 30 menit
- t1/2(eliminasi)
= 4 jam
- clearance (oleh hepar), Cl = 20 ml/kg/menit
b. Farmakodinamik
Sistem saraf pusat
Mata
Sistem
mioklonik.
Menurunkan tekanan intraocular dalam waktu 5 menit
Etomidat mempunyai efek yang minimal pada sistem
Kardiovaskuler
Sistem pernafasan
Sistem endokrin
11-beta-hydroxylase
(sedikit
pada
17-alpha-
dengan etomidat.
c.
Dosis
d. Efek samping
Menyebabkan nyeri pada injeksi tetapi dapat dikurangi dengan
Menggunakan sediaan dalam propylene glycol
Volume yang lebih besar
Premedikasi
Pemberian Lidokain 1-2 menit sebelumnya
Dapat menyebabkan gerakan mioklonik dan dapat dikurangi dengan premedikasi
benzodiazepine atau obat narkotika lainnya.Bisa menyebabkan mual dan muntah tapi
jarang.Setelah pemberian etomidat dapat terjadi hiccup.Bisa juga menyebabkan
trombophlebitis kebanyakannya pada pemberian sediaan dalam propylene glycol.
e.
Kontraindikasi
Jangan diberikan dalam jangka panjang selama beberapa jam atau hari karena
dapat menginhibisi sintesis adrenal steroid sehingga terjadi penurunan kortisol dan
aldosteron.
20
BAB III
KESIMPULAN
Total intravenus anestesia atau TIVA merupakan salah satu jenis anestesi umum
yang meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat
reversibel. Obat yang paling umum digunakan untuk TIVA adalah propofol, ketamin dan
opioid.Anestesi Intravena adalah anetesi yang diberikan melalui jalur intravena baik
untuk tujuan hipnotik, analgetik maupun pelumpuh otot. Setelah berada di dalam vena,
obat-obat ini akan diedarkan ke seluruh tubuh jaringan melalui sirkulasi sistemik.
Obat anestesi yang ideal memiliki sifat hipnotik dengan onset cepat serta
mengembalikan kesadaran dengan cepat dan segera setelah pemberian dihentikan,
analgesik, amnesia, memiliki antagonis, cepat dieliminasi, depresi kardiovaskular dan
pernapasan tidak ada atau minimal.
Indikasi anestesi intravena adalah obat induksi untuk anestesia umum, obat
tunggal untuk anestesia pada pembedahan singkat, tambahan untuk obat inhalasi yang
kurang kuat, obat tambahan untuk anestesi regional dan menghilangkan keadaan
patologis akibat rangsangan SSP (SSP sedasi).
Derivat fenol merupakan derivat yang banyak digunakan sebagai anastesia
intravena, karena propofol didistribusikan secara cepat ke jaringan tepi. Dosis induksi
cepat menyebabkan sedasi ( rata rata 30 45 detik ) dan kecepatan untuk pulih juga
relatif singkat. Popofol bersifat hipnotik murni tanpa disertai efek analgetik ataupun
relaksasi otot.
21