GNA Pada Anak
GNA Pada Anak
PENDAHULUAN
Glomerulonefritis
merupakan
suatu
istilah
yang
dipakai
untuk
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu inflamasi dan
proliferasi sel glomerulus. Peradangan tersebut terutama disebabkan
mekanisme imunologis yang menimbulkan kelainan patologis glomerulus
dengan mekanisme yang masih belum jelas. Pada anak kebanyakan kasus
glomerulonefritis akut adalah pasca infeksi, paling sering infeksi streptokokus
beta hemolitikus grup A.1,2
2. Epidemiologi
Di Indonesia tahun 1980, Glomerulonefritis menempati urutan pertama
sebagai penyebab penyakit ginjal tahap akhir dan meliputi 55% penderita
yang mengalami hemodialisis4
Insidens tidak dapat diketahui dengan tepat, diperkirakan jauh lebih tinggi
dari data statistik yang dilaporkan oleh karena banyaknya pasien yang tidak
menunjukkan gejala sehingga tidak terdeteksi. Kaplan memperkirakan
separuh pasien glomerulonefritis akut pascastreptokok pada suatu epidemi
tidak terdeteksi1,2
Glomerulonefritis akut pascastreptokok terutama menyerang anak pada
masa awal usia sekolah dan jarang menyerang anak di bawah usia 3 tahun.
Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Hasil
penelitian multicentre di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan terdapat 170
pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien
terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di
Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%) dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki
dan perempuan berbanding 1,3:1 dan terbanyak menyerang anak pada usia
antara 6-8 tahun (40,6%). Penyakit ini lebih sering terjadi pada musim dingin
dan puncaknya pada musim semi1
3. Etiologi
Glomerulonefritis pascastreptokok didahului oleh infeksi Streptococcus hemolyticus grup A jarang oleh streptokokus dari tipe yang lain. Hanya
Mikroskopik
Dari pemeriksaan secara mikroskopis, hampir semua glomerulus yang
terkena memperlihatkan gambaran pembesaran dan hiperselularitas, sehingga
dinamakan sebagai glomerulonephritis acuta proliferativa. Belum ada
kesepakatan mengenai jenis sel yang berproliferasi, kemungkinan ialah
endotelial, mesangial atau sebukan sel monokleus. Sebukan leukosit
polimorfonukleus mungkin ada. Akibat proliferasi sel, lumen kapiler-kaliper
tersumbat, dan glomelurus seolah-olah menjadi avaskuler. Kadang-kadang
dapat pula ditemukan trombus dalam kapiler-kaliper. Sekali-kali tampak
nekrosis fibrinoid dinding kapiler. Dalam ruang Bowman kadang-kadang
dapat ditemukan banyak eritrosit. Selain eritrosit, ruang Bowman berisi
endapan protein dan leukosit. Proliferasi sel epitel mungkin juga ada, tetapi
hanya ringan, kadang-kadang dengan pembentukkan bulan sabit (crescent)
dan mungkin terjadi perlekatan antara gelung glomerulus dan simpai
Bowman. Membrana basalis kapiler dapat menunjukkan penebalan fokal1,2,4
Tubulus menunjukkan vakuolisasi lipoid dan pembentukkan hyalinedroplet dalam sel epitel dan dilatasi tubulus proximalis. Dalam tubulus dapat
ditemukan berbagai torak (cast). Pada bentuk nekrotik dan hemoragik
ditemukan torak eritrosit yang berdegenerasi dalam tubulus distalis2,4
Interstisium bersebukan leukosit polimorfonukleus atau sel mononukleus dan
menunjukkan edema setempat. Pembuluh darah arteri dan arteriol tidak
menunjukkan kelainan jelas4
5. Patogenesis
Glomerulonefritis pascastreptokok dapat terjadi setelah radang tenggorok
dan jarang dilaporkan bersamaan dengan demam reumatik akut. Berdasarkan
hubungannya dengan infeksi streptokokus, gejala klinis, dan pemeriksaan
imunofluoresensi
ginjal,
jelaslah
kiranya
bahwa
glomerulonefritis
komplemen,
reaksi
peradangan
dan
mikrokoagulasi.
Untuk
6. Patofisiologi
Patofisiologi pada gejala-gejala klinik berikut:
1. Kelainan urinalisis: proteinuria dan hematuria
sebabnya,
mungkin
akibat
kelainan
histopatologis
(pembengkakan sel-sel endotel, proliferasi sel mesangium, oklusi kapilerkaliper) glomeruli. Penurunan faal ginjal LFG ini menyebabkan
penurunan ekskresi natrium Na+ (natriuresis), akhirnya terjadi retensi
natrium Na+. Keadaan retensi natrium Na+ ini diperberat oleh pemasukan
garam natrium dari diet. Retensi natrium Na+ disertai air menyebabkan
dilusi plasma, kenaikan volume plasma, ekspansi volume cairan
ekstraseluler, dan akhirnya terjadi edema1,2
3. Hipertensi
a. Gangguan keseimbangan natrium (sodium homeostasis)
Gangguan keseimbangan natrium ini memegang peranan dalam
genesis hipertensi ringan dan sedang.
b. Peranan sistem renin-angiotensin-aldosteron biasanya pada hipertensi
berat. Hipertensi dapat dikendalikan dengan obat-obatan yang dapat
menurunkan konsentrasi renin, atau tindakan nefrektomi.
c. Substansi renal medullary hypotensive factors, diduga prostaglandin.
Penurunan konsentrasi dari zat ini menyebabkan hipertensi2
4. Bendungan Sirkulasi
Bendungan sirkulasi merupakan salah satu ciri khusus dari sindrom
nefritik akut, walaupun mekanismenya masih belum jelas.
Beberapa hipotesis yang berhubungan telah dikemukakan dalam
kepustakaan-kepustakaan antara lain:
a. Vaskulitis umum
Gangguan pembuluh darah dicurigai merupakan salah satu tanda
kelainan patologis dari glomerulonefritis akut. Kelainan-kelainan
pembuluh darah ini menyebabkan transudasi cairan ke jaringan
interstisial dan menjadi edema.
b. Penyakit jantung hipertensif
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi:
Gagal ginjal akut
Kongesti sirkulasi dan hipertensi
Hiperkalemia
Hiperfosfatemia
Hipokalsemia
Asidosis
Kejang-kejang
Uremia
kronik
yang
menunjukkan
gejala
tersebut
adalah
kresentik.
Perbedaan
dengan
glomerulonefritis
akut
pada
glomerulonefritis
membranoproliferatif.
Pasien
dalam
glomerulonefritis
akut
DAFTAR PUSTAKA
1. Husein, A, dkk. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi kedua. Jakarta : Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2012.
2. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi 17.
Philadelphia; 2012.
3. http://jasn.asnjournals.org/content/19/10/1855.full
4. http://ftp.medicina.ufmg.br/ped/Arquivos/2013/gnpade8periodo_21_08_2
013.pdf
5. http://www.clinicalguidelines.scot.nhs.uk/Renal%20Unit%20Guidelines
%20Glomerulonephritis%20Sept%202008%20PDF%20Revision
%201.pdf