BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Depresi
3.1.1 Pengertian Depresi
Depresi adalah gangguan jiwa umum yang disertai dengan
perasaan sedih, kehilangan minat atau kegembiraan, rasa bersalah,
kurang percaya diri , pola tidur dan nafsu makan terganggu, kurang
energi, kurangnya konsentrasi serta keinginan bunuh diri14.
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri12.
3.1.2
Epidemiologi
Prevalensi kejadian depresi cukup tinggi hampir lebih dari 350 juta
penduduk dunia mengalami depresi. Survey yang dilakukan di 17
negara eropa, rata-rata 1 dari 20 orang pernah mengalami depresi14.
Prevalensi gangguan mental emosional penduduk di atas 15 tahun
di Indonesia berdasarkan data Riskesda tahun 2007 mencapai 11,6%
atau diderita sekitar 19 juta orang13.
Depresi lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dengan
risiko 2 kali lebih besar. Rata-rata usia onset untuk depresi adalah
sekitar 40 tahun. 50% dari semua pasien mempunyai onset antara 2050 tahun. Prevalensi depresi tidak berbeda dari satu ras ke ras lain.
Pada umumnya, depresi paling sering terjadi pada orang yang tidak
memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau
berpisah12.
21
3.1.3
Penyebab Depresi
Dasar penyebab depresi yang pasti tidak diketahui, banyak usaha
untuk mengetahui penyebab dari gangguan ini. Menurut Kaplan,
faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab depresi dapat dibagi
atas: faktor biologi, faktor genetik, faktor psikososial. Dimana faktorfaktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya12.
a. Faktor Biologi
Norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang
paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Penurunan
serotonin dapat mencetuskan depresi, dan beberapa pasien yang
bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin di dalam cairan
serebospinal yang rendah dan konsentrasi tempat ambilan serotonin
yang rendah di trombosit. Penurunan jumlah norepineprin yang
dilepaskan pada sinaps dapat menyebabkan timbulnya gejala
depresi17.
Walaupun norepineprin dan serotonin adalah amin biogenik yang
paling sering dihubungkan dengan patofisiologi depresi, dopamine,
juga telah diperkirakan memiliki peranan dalam depresi. Data
menyatakan bahwa aktivitas dopamine menurun pada depresi dan
meningkat pada mania12.
b. Faktor Genetik
Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di
dalam perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola
penurunan genetika adalah jelas melalui mekanisme yang kompleks.
Bukan saja tidak mungkin untuk menyingkirkan efek psikososial,
tetapi faktor non genetik kemungkinan memainkan peranan kausatif
dalam perkembangan gangguan mood pada sekurangnya beberapa
orang. Penelitian keluarga menemukan bahwa sanak saudara derajat
pertama dari penderita gangguan depresi berat berkemungkinan 2
sampai 3 kali lebih besar terkena depresi daripada sanak saudara
derajat pertama subjek kontrol12.
22
atau
bentuk
kepribadian
yang
khusus
sebagai
percobaan,
dimana
binatang
secara
berulang-ulang
23
Manifestasi Klinis
Pada penderita depresi dapat ditemukan berapa tanda dan gejala
umum menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
IV (DSM-IV)2:
a. Perubahan fisik
Penurunan nafsu makan
Gangguan tidur
Kelelahan atau kurang energy
Agitasi
Nyeri, sakit kepala, otot kram dan nyeri tanpa penyebab fisik
b. Perubahan Pikiran
Merasa bingung, lambat berpikir
Sulit membuat keputusan
Kurang percaya diri
Merasa bersalah dan tidak mau dikritik
Adanya pikiran untuk membunuh diri
c. Perubahan Perasaan
Penurunan ketertarikan dengan lawan jenis dan melakukan
hubungan suami istri.
Merasa sedih
Sering menangis tanpa alasan yang jelas.
Irritabilitas, mudah marah dan terkadang agresif.
d. Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari
Menjauhkan diri dari lingkungan social
Penurunan aktivitas fisik dan latihan.
Menunda pekerjaan rumah
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia, edisi ke-3. Gejala depresi dibagi menjadi:
Gejala utama
24
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi sehingga meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit) dan
menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
pandangan masa depan yang suram dan pesimis
gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
tidur terganggu
nafsu makan berkurang
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya
2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,
maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun
waktu dari 2 minggu.
25
3.1.5
26
karena
sakit).
8. Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan perhatian
atau tidak dapat mengambil keputusan hampir setiap hari (baik
bagi keterangan subjektif atau seperti dilihat orang lain).
9. Pikiran akan kematian yang rekuren (bukan hanya takut mati), ide
bunuh diri yang rekuren tanpa rencana spesifik atau usaha bunuh
diri atau rencana khusus untuk bunuh diri.
b. Gejala tidak memenuhi untuk episode campuran.
c. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi social, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
d. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu mediakasi) atau suatu
kondisi medis umum (misalnya, hipotiroidisme).
e. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh duka cita, yaitu setelah
kehilangan orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan
atau ditandai oleh gangguan
27
28
29
b. Terapi interpersonal
Tujuan :
Bertujuan memberikan keringanan somatik melalui pemecahan
masalah
interpersonal
melibatkan
keluarga
sekarang,
atau
menurunkan
pekerjaan,
dan
stres
yang
meningkatkan
keterampilan interpersonal.
Teknik :
Teknik yang digunakan adalah menjelaskan dan menangani
hubungan maladaptif dan mempelajari hubungan yang baru
melalui latihan komunikasi dan keterampilan sosial, dan
memberikan informasi tentang penyakit.
c. Terapi psikodinamik
Tujuan :
Bertujuan menimbulkan perubahan kepribadian melalui
pengertian konflik masa lalu, mencapai tilikan ke dalam
pertahanan, distorsi ego dan defek superego, memberikan model
peran; dan memungkinkan pelepasan katartik dari agresi.
Teknik :
Teknik yang digunakan adalah menganalisis transferensi dan
resistensi secara penuh atau parsial, konfrontasi dengan
pertahanan, dan menjelaskan distorsi ego dan superego.
3.1.6.2 Farmakoterapi
Saat akan memberikan terapi obat-obatan, pasien dan keluarga
pasien perlu diberikan informasi tentang pengobatannya. Saat
memperkenalkan masalah pengobatan pada pasien, dokter harus
menekankan bahwa gangguan depresi adalah suatu kombinasi faktor
biologis dan psikologis, dan semua manfaat dari terapi obat. Dokter
juga harus menekankan bahwa pasien tidak akan mengalami ketagihan
terhadap antidepresan, karena obat tersebut tidak memberika pemuasan
yang segera. Dokter harus mengatakan pada pasien mungkin
diperlukan waktu 3 sampai 4 minggu untuk dapat dirasakan efek
30
31
merugikan
yang
mirip.
Obat
tetrasiklik
awalnya
reaksi
antagonis
masing-masing
alfa1-adrenergik
dapat
dan
menyebabkan
reaksi
hipotensi
32
Dikutip dari Ciraulo, D. A., Shader, R. I. & Greenblatt, D. J. 2011. Clinical Pharmacology and
Therapeutics of Antidepressants. Department of Psychiatry, Boston University School of
Medicine. England. Hal: 33-100.
33
34
Tabel 2. Dosis Obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor pada Orang Dewasa
Dikutip dari Ciraulo, D. A., Shader, R. I. & Greenblatt, D. J. 2011. Clinical Pharmacology and
Therapeutics of Antidepressants. Department of Psychiatry, Boston University School of
Medicine. England. Hal: 33-100.
termasuk
golongan
Serotonin
and
35
36
dalam
menghambat
reseptor
histamine
(H1).
Dipastikan kepatuhan
pengobatan
Diganti dengan alternatif lain
( SSRI yang lain,
antidepresan non- SSRI)
Respon parsial
Remisi penuh
Menjaga 4 9
bulan untuk terapi
lanjutan, jika perlu
12 36 bulan
untuk terapi
pemeliharaan
Remisi penuh
Dikutip dari Yuniastuti. 2013. Evaluasi Terapi Obat Antidepresan
Menjaga 4 9
bulan untuk terapi
lanjutan, jika perlu
12 36 bulan
untuk terapi
pemeliharaan
37
tidak
respon terhadap
farmakoterapi,
pasien tidak
38
yang
39
Emboli
dapat
berasal
dari
jantung,
arteri
adalah
fibromuskular
dari
polisetemia,
arteri
anemia
serebral,
dan
sickle
sel,
displasia
vasokonstriksi
yang
40
41
karena
penyakit
pembuluh
halus
hipersensitif
dan
42
3.2.5 Patofisiologis
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya stroke iskemik, salah
satunya adalah aterosklerosis, dengan mekanisme thrombosis yang
menyumbat arteri besar dan arteri kecil, dan juga melalui mekanisme
emboli. Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang
jalur arteri yang menuju ke otak. Aterosklerosis dapat menimbulkan
bermacam-macam manifestasi klinik dengan cara:
1. Menyempitkan
lumen
pembuluh
darah
dan
mengakibatkan
43
Oklusi
Hipoksia
Metabolisme
anaerob
Aktivitas elektrolit
terganggu
Asam laktat
Na & K pump
gagal
Infark
Na & K influk
Retensi cairan
Oedem serebral
Gg.kesadaran, kejang fokal,
hemiplegia, defek medan
penglihatan, afasia
44
3.2.6 Diagnosis
Gambaran Klinis
a) Anamnesis
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami
defisit neurologi akut (baik fokal maupun global) atau penurunan
tingkat kesadaran. Tidak terdapat tanda atau gejala yang dapat
membedakan stroke hemoragik dan non hemoragik meskipun gejala
seperti mual muntah, sakit kepala dan perubahan tingkat kesadaran
lebih sering terjadi pada stroke hemoragik. Beberapa gejala umum
yang terjadi pada stroke meliputi hemiparese, monoparese, atau
qudriparese, hilangnya penglihatan monokuler atau binokuler,
diplopia, disartria, ataksia, vertigo, afasia, atau penurunan kesadaran
tiba-tiba. Meskipun gejala-gejala tersebut dapat muncul sendiri
namun umumnya muncul secara bersamaan. Penentuan waktu
terjadinya gejala-gejala tersebut juga penting untuk menentukan perlu
tidaknya pemberian terapi trombolitik. Beberapa faktor dapat
mengganggu dalam mencari gejala atau onset stroke seperti:
Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak
didapatkan hingga pasien bangun (wake up stroke).
Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk
mencari pertolongan.
Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke
seperti kejang, infeksi sistemik, tumor serebral, subdural hematom,
ensefalitis, dan hiponatremia10.
b) Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mendeteksi penyebab
stroke ekstrakranial, memisahkan stroke dengan kelainan lain yang
menyerupai stroke, dan menentukan beratnya defisit neurologi yang
dialami. Pemeriksaan fisik harus mencakup pemeriksaaan kepala dan
leher untuk mencari tanda trauma, infeksi, dan iritasi menings.
Pemeriksaan juga dilakukan untuk mencari faktor resiko stroke
seperti obesitas, hipertensi, kelainan jantung, dan lain-lain10.
45
c) Pemeriksaan Neurologi
Tujuan pemeriksaan neurologi adalah untuk mengidentifikasi
gejala stroke, memisahkan stroke dengan kelainan lain yang memiliki
gejala seperti stroke, dan menyediakan informasi neurologi untuk
mengetahui
keberhasilan
terapi.
Komponen
penting
dalam
Sirkulasi terganggu
A.Serebri media
Sensomotorik
Gejala klinis lain
Sindrom Sirkulasi Anterior
Hemiplegia kontralateral
Afasia global (hemisfer dominan),
(total)
tungkai)
Hemihipestesia
A.Serebri media
kontralateral.
Hemiplegia kontralateral
(bagian atas)
46
A.Serebri media
tungkai) hemihipestesia
kontralateral.
Tidak ada gangguan
(bagian bawah)
A.Serebri media
Hemiparese kontralateral,
dalam
Hemiplegia kontralateral
non-dominan)
Afasia transkortikal (hemisfer
lengan) hemiestesia
kontralateral (umumnya
A.Serebri anterior
A.Basilaris (total)
ringan)
alvi
Sindrom Sirkulasi Posterior
Kuadriplegia, sensoris
Gangguan kesadaran samapi ke
umumnya normal
A.Serebri posterior
Hemiplegia sementara,
emosi
Gangguan lapang pandang bagian
Lacunar infark
Gambaran Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin diperlukan sebagai dasar pembelajaran dan
mungkin pula menunjukkan faktor resiko stroke seperti polisitemia,
trombositosis, trombositopenia, dan leukemia). Pemeriksaan ini pun
dapat menunjukkan kemungkinan penyakit yang sedang diderita saat ini
seperti anemia9.
47
ginjal).
Pemeriksaan
koagulasi
dapat
menunjukkan
48
Gambaran Radiologi
a) CT scan kepala non kontras
Modalitas ini baik digunakan untuk membedakan stroke hemoragik
dan stroke non hemoragik secara tepat kerena pasien stroke non
hemoragik memerlukan pemberian trombolitik sesegera mungkin.
Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan distribusi
anatomi dari stroke dan mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan
lain yang gejalahnya mirip dengan stroke (hematoma, neoplasma,
abses)9.
daerah
awal
terjadinya
iskemik.
Dengan
49
karotis.
USG
transkranial
dopler
berguna
untuk