Anda di halaman 1dari 24

Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 3, April 2015

ISSN : 2301-9425

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGANGKATAN KARYAWAN


TETAP DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
PADA PT. PERKEBUNAN LEMBAH BHAKTI PROPINSI NAD
KAB. ACEH SINGKIL
Edianto Berutu (1011418)
Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan
Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang Limun Medan
http://wwww.stmik-budidarma.ac.id // Email : edi_berutu@gmail.com
ABSTRAK
Perkembangan teknolog iinformasi Saat in imembutukan informasi yang cepat dan
akurat
dalam implementasinya. Pengangkatan Karyawan yang berkinerja baik dengan
dukungan sistem pendukung keputusan merupakan salah satu implementasi perkembangan
teknolog iinformasi.
Penelitian yang menggunakan metode AHP dalam sistem pendukung keputusan ini
menghasilkan sebuah aplikasi sistem pendukung keputusan pengangkatan yang bisa
digunakan pada Perusahaan. Kriteria yang digunakan pada sistem pendukung keputusan
penilaian kinerja Karyawan ini adalah :Kualitas Kerja Karyawan. Hasil penelitian ini adalah
menghasilkan urutan rangking dari calon guru yang memiliki kinerja yang baik yang telah
diseleksi, dan output dari aplikasi tersebut dapat membantu pengambil keputusan (decision
maker) dalam memilih alternatif pengangkatan Karyawan. Aplikasi pada penelitian ini
diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman VB.Net.2008 dan database
menggunakan Mysql.
Kata Kunci :Sistem Pendukung Keputusan, Metode AHP, Pengangkatan Karyawan.
harus diseleksi satu persatu berbagai
kriteria1. PENDAHULUAN
kriterianya untuk diangkat menjadi karyawan
1.1 Latar Belakang Masalah
tetap.
Keberhasilan suatu perusahaan baik besar
Hal ini menjadi kendala PT. Perkebunan
maupun kecil bukan sematamata ditentukan oleh
Lembah
sumber daya alam yang tersedia, akan tetapi banyak
Bakti untuk mengambil suatu keputusan.
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia.
Dengan
Sumber daya manusia merupakan sumbangan yang
terpenting bagi
pertumbuhan dan perkembangan
perusahaan. Untuk itu perusahaan perlu melakukan
penilaian atas kinerja para karyawannya.Kecepatan
dan validitas dalam mengolah informasi tersebut di
atas merupakan syarat utama untuk mendukung
keputusan pengangkatan karyawan tetap. sehingga
sistem pendukung keputusan yang digunakan juga
harus memiliki perencanaan secara komprehensif dan
terpadu untuk mengecilkan tingkat resiko kegagalan
pengembangan dan pemilihan keputusan, untuk itu
sebuah
perusahaan
harus
berhati-hati
untuk
menyeleksi dalam pengangkatan karyawan tetap.
Dalam meningkatkan kinerja karyawan PT.
Perkebunan Lembah Bakti melakukan Pemilihan
karyawan tetap dengan cara priode. Yang dimaksid
dengan cara priode adalah bertahap, tetapi belum
optimal dalam pelaksanaannya. Kenapa dibilang
belum
optimal
karena
cara
pengangkatan
karyawannya tidak propesional, dalam memgangbil
suatu keputusan layak atau tidaknya calon karyawan
diangkat sesbagai karyawan tetap diperusahaan
tersebut. karena banyaknya calon karyawan yang

cara pemilihan seperti ini yang bisa merugikan perusahaan,


karerna karyawan yang dipilih belum berpengalaman dan tidak
bertanggung jawab dalam mengerjakan pekerjaannya.
Dengan
demikian
Sistem
informasi
sangat
penting
untuk
mendukung
proses
pengambilan
keputusan.
Sistem
informasi
mempunyai
tujuan
untukmendukung sebuah aplikasi Decision Support
System ( DSS ) atau dikenal juga dengan Sistem
Pendukung Keputusan
(SPK)
yang
telah
dikembangkan pada tahun 1970 Ada berbagai macam
metode
untuk
pendukung
keputusanyang
dapat
digunakan untuk menyeleksi pengangkatan karyawan
tetap. Seperti metode SAW (Simple
Additive
Weighting), metode Fuzzy Mamdani, dan banyak lagi
metode lain. Dengan banyaknya metode ini penulis

memilih metode untuk menyelesaikan masalahnya


dengan metode AHP (Analytic Hierarchy process).
AHP dikembangkan di Wharton School of
Business oleh Thomas Saaty pada tahun 1970-an,
AHP kemudian menjadi alat yang sering digunakan
dalam pengambilan keputusan. AHP merupakan
proses dalam pengambilan keputusan dengan
menggunakan
perbandingan
berpasangan
(PairwiseComparisons) untuk menjelaskan faktor
evaluasi dan faktor bobot dalam kondisi multi faktor.
Dengan demikian AHP digunakan manakala
keputusan yang diambil melibatkan banyak faktor,
dimana pengambil keputusan mengalami kesulitan
dalam membuat bobot setiap faktor tersebut. AHP
memecahkan suatu situasi yang kompleks, tidak
terstruktur ke dalam beberapa komponen dalam
susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif

Sistem Pendukung Keputusan Pengangkatan Karyawan Tetap Dengan Metode Analytic Hierarchy
Process
96 (Ahp)
Pada Pt. Perkebunan Lembah Bhakti Propinsi Nad Kab. Aceh Singkil. Oleh : Edianto Berutu

Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 3, April 2015


ISSN :
2301-9425
pada PT. Perkebunan Lembah
Bakti dengan
metode Analytic Hierarchy
tentang pentingnya setiap variable secara relatife,
process (AHP)?
dan
3. Bagaimana merancang sistem
menetapkan variable mana yang memiliki
pendukung
prioritas
keputusan dengan menggunakan
paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada
metode Analytic Hierarchy
situasi
process
(AHP)
untuk
tersebut. Oleh karena itu, dalam skripsi ini
pengangkatan calon karyawan
tetap?
akan
dijelaskan
metode
Analytical
Hirarchy
Process
1.3 Batasan Masalah
(AHP)
dalam
menyelesaikan
masalah
Pada
penelitian
ini,
pengambilan
diperlukan
beberapa batasan
keputusan.
masalah agar sesuai dengan apa
Jurnal metode Analytical Hirarchy
yang
direncanakan
sebelumnya.
Process
Adapun batasan masalah dalam
(AHP) yang dikembangkan sebelom nya,
penelitian ini sebagai berikut:
1.
Kriteria calon Karyawan
Dengan
ditentukan
oleh
pihak
demikian AHP digunakan keputusan yang
berwenang di perusahaan yang
diambil
menghasilkan
melibatkan
banyak
faktor,
dimana
suatu keputusan.
pengambil
2.
Variable-variabel
penilaian
keputusan
mengalami
kesulitan
dalam
dibatasi
hanya
membuat
Karyawan Pemanen yang masi masa
bobot setiap faktor tersebut. AHP memecahkan
training pada
suatu
PT. Perkebunan Lembah Bakti.
situasi yang kompleks, tidak terstruktur ke
3. Output
yang
dihasilkan
dalam
yaitu
hasil
dari
beberapa komponen dalam susunan yang
pengangkatan
karyawan
hirarki,
dengan memberi nilai subjektif tentang
tetap
dengan
pentingnya
mengunakan metode Analytic
setiap
variable
secara
relatife,
dan
Hierarchy process (AHP).
menetapkan
4.
Pembuatan program sistem
variable mana yang memiliki prioritas paling
pendukung
keputusan
tinggi
pengangkatan karyawan tetap ini
guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
mengunakan
bahasa pemograman Microsoft
Oleh
Visual Basic 2008.
karena itu, dalam skripsi ini akan dijelaskan
metode
Analytical Hirarchy Process
(AHP)
1.4 Tujuan dan Manfaat
dalam
Penelitian
menyelesaikan
masalah
pengambilan
1.4.1 Tujuan Penelitian
keputusan
Pengangkatan Karyawan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdsarkan latar belakang di atas, maka
dapat di rumuskan beberapa masalah, antara lain:
1. Bagaiman penilaian kriteria-kriteria
pengangkatan
karyawan tetap pada PT. Perkebunan
Lembah
Bakti?
2. Bagaimana proses pengangkatan karyawan
tetap

Adapun
tujuan
dalam
penelitian
yang
dilakukan oleh penulis skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Menguraikan
proses
penilaian terhadap
pengankatan karyawan tetap pada PT. Perkebunan Lembah
Bakti.
2. Menerapkan metode Analytic Hierarchy process
(AHP) untuk pengangkatan karyawan tetap pada
PT. Perkebunan Lembah Bakti.
3. Merancang
sistem
pendukung
keputusan
pengangkatan karyawan tetap pada PT.
Perkebunan Lembah Bakti.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan dan tujuan masalah yang
sudah di uraikan diatas, maka penulis menguraikan
berapa hal yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1 Dapat memahami bagaiman penilaian kriteriakriteria pengangkatan karyawan tetap pada PT.
Perkebunan Lembah Bakti
2
Dapat memahami bagaimana proses bagaimana
proses pengangkatan karyawan tetap pada PT.
Perkebunan
Lembah
Bakti
dengan
metode
Analytic Hierarchy process (AHP)
3
Dapat memahami bagaimana merancang sistem
pendukung keputusan dengan menggunakan
metode Analytic Hierarchy process (AHP) untuk
pengangkatan calon karyawan tetap?
2. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan merupakan sistem
pendukung
informasi interaktif
yang menyediakan
informasi dan pemodelan. Sistem itu digunakan untuk
membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang
semiterstruktur
dan
situasi
yang
tidak terstruktur, dimana tidak seorangpun

mengetahui secara pasti


bagaimana
keputusan seharusnya dibuat.
Sistem
pendukung
keputusan
biasanya
dibangun untuk mendukung solusi atas suatu
masalah
atau untuk mengevakuasi suatu peluang.
Sistem
pendukung keputusan seperti ini disebut
aplikasi
sistem pedukung keputusan. Aplikasi sistem
pendukung
keputusan
digunakan
dalam
pengambilan
keputusan dalam suatu permasalahan.Aplikasi
sistem
pendukung
keputusan
menggunakan
CBIS(computer
based information system) yang fleksibel,
interaktif
dan dapat diadaptasi serta dikembangkan
dalam
mendukung solusi atas masalah manajemen
spesifikasi yang tidak terstruktur.
Pengambilan
keputusan
yang
melibatkan beberapa kriteria ini disebut dengan
multiple
criteria decision making.
Multiple criteria decision making
merupakan bagian dari
masalah
pengambilan
keputusan
yang
relatif
kompleks,
yang
mengikutsertakan satu
atau
beberapa
orang
pengambil keputusan, dengan sejumlah kriteria
yang
beragam yang harus dipertimbangkan, dan
masing-

Sistem Pendukung Keputusan Pengangkatan Karyawan Tetap Dengan Metode


Analytic
Hierarchy
Process

97 (Ahp) Pada Pt. Perkebunan Lembah Bhakti Propinsi Nad Kab. Aceh Singkil. Oleh
: Edianto Berutu

Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 3, April 2015


2301-9425

masing kriteria memiliki nilai bobot tertentu,


dengan tujuan untuk mendapatkan solusi
optimal atas suatu permasalahan sumber (Kusrini,
2007, 16).

ISSN :

2. Memperhitungkan validasi sampai


dengan
batas toleransi konsistensi berbagai kreteria
dan alternatife yang dipilih oleh para
pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau
ketahanan
output analisis
sensitivitas
pengambilan
keputusan.
Selain
itu,
AHP
mempunyai
kemampuan untuk memecahkan masalah yang
multiobjektif dan multikreteria yang berdasarkan
pada perbandingan preferensi dari setiap elemen
dalam hirarki. Jadi, model ini merupakan suatu
model pengambilan keputusan komprehensif.
Pada dasarnya langkah-langkah dalam
metode AHP sebagai berikut:
1. mengidentifikasi masalah dan
menentukan
solusi yang diinginkan. Masalah yang
dibahas
yaitu,
mutasi
pegawai
dengan
multikriteria.
Solusi
yang
diharapkan
yaitu
mendapatkan
alternatif-alternatif mahasiswa berprestasi
yang
diharapkan.
2. Membuat matriks perbandingan
berpasangan
yang menggambarkan kontribusi relatif
atau pengaruh setiap elemen terhadap
masingmasing
tujuan
dan
kriteria
yang
setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan
berdasarkan
judgementdari pengambilan
keputusan
dengan
menilai tingkat suatu kepentingan suatu
elemen dibanding elemen lainnya.

2.2. Metode Analitic Hierarchy


Proses(AHP)
AHP yang dikembangkan oleh
Thomas
L.Saaty, yang dapat memecahkan masalah
yang
kompleks dimana aspek atau kriteria yang
diambil
cukup banyak. Juga komleksitas ini disebabkan
oleh
struktur masalah yang belum jelas,
ketidakpastian
persepsi pengambilan keputusan serta
ketidakpastian
tersedianya data statistik akurat bahkan tidak
ada
sama sekali (Suryadi dan Ramdhani,2002).
Menurut Yahya dalam buku (Suryadi
dan
Ramdhani,2002)
adakalanya
timbul
masalah
keputusan yang dirasakan dan diamati perlu
diambil
secepatnya, tetapi variasinya rumit sehingga
datanya
tidak mungkin datanya dicatat secara numerik,
hanya
secara kualitatif saja yang diukur, yautu
berdasarkan
persepsi pengalaman dan intuisi. Namun,
tidak
menutup kemungkinan, bahwa model-model
lainnya
ikut dipertimbangan pada saat proses
pengambilan
keputusan
dengan
pendekatan
AHP,
khususnya
dalam
memahami
para
pengambilan
keputusan
individual pada saat proses penerapan pendekatan
ini.
Kelebihan AHP dibanding metode lain,
diantaranya
sebagai berikut. (Suryadi dan Ramdhani,2002)
1. Struktur yang berhirarki, sebagai
konsekkuensi
dari kreteria yang dipilih, sampai
pada subkreteria yang paling dalam.
Tabel 1 Matriks perbandingan berpasangan Kriteria 1

Kriteria 1

Kriteria 2

Kriteria 3

Kriteria 4

Kriteria 5

Kriteria 1
K11
K12
K13
K14
Kriteria 2
K21
K22
K23
K24
Kriteria 3
K31
K32
K33
K34
Kriteria 4
K41
K42
K43
K44
Kriteria 5
K51
K52
K53
K54
Sumber: http://www.scribd.com/doc91801203/4/Landasan-teori, tanggal 10 mai 2013
3. Melakukan perbandingan bepasangan
sehingga
diperoleh
judgement
seluruhnya
sebanyak n x [ (n-1) /2] buah, dengan n
adalah
banyaknya
elemen
yang
dibandingkan.
4. Bila terdapat 5 kriteria yang dibandingkan
maka
kita
harus
melakukan
judgementperbandingan
berpasangan
sebanyak 10 kali.
5. Menghitung nilai eigen dari
menguji
konsistensinya,
jika
tidak
konsisten
maka pengambilan data diulang.
6. Mengulang langkah 3, 4 dan 5 untuk
seluruh
tingkat hierarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap
matriks
perbandingan
berpasangan.
Nilai
vektor
eigenmerupakan bobot setiap elemen.
Langkah
ini untuk mengintensis judgement

8.
lebih

dalam
penentuan prioritas elemen-elemen pada
tingkat
hierarki terendah sampai pencapaian tujuan.
Memeriksa konsistensis hierarki. Jika nilai
dari 10 persen maka penilaian
judgement harus diperbaiki.

K15
K25
K35
K45
K55

Sumber:
http://www.scribd.com/doc91801203/4/Landa
san-teori, tanggal 10 mai 2013
2.3.1. Prinsip Dasar AHP
Dalam
menyelesaikan
permasalahan
dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus
dipahami, diantaranya adalah:
Buku Konsep dan Aplikasi SPK
(Kusrini, M.Kom 2007 Hal:132 )
1.
Membuat hierarki
Sistem yang komleks bisa dipahami dengan
memecahnya
menjadi
elemenelemen
pendukung, menyusun elemen secara
hierarki,
dan
menggabungkannya
atau
mensintesisnya.
2.
Penilaian Kriteria dan Alternatif
Kriteria
dan
Alternatif
dilakukan
dengan
perbandingan
berpasangan.
Menurut
Saaty
(1988), untuk berbagai persoalan, skala
1
sampai 9
adalah
skala
terbaik
untuk
mengekspresikan pendapat. Hilai dan
defenisi

data

Sistem Pendukung Keputusan Pengangkatan Karyawan Tetap Dengan Metode


Analytic Hierarchy Process

98

(Ahp) Pada Pt. Perkebunan Lembah Bhakti Propinsi Nad Kab. Aceh Singkil. Oleh :
Edianto Berutu

Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 3, April 2015


2301-9425

pendapat

kualitatif

dan

skala

ISSN :

perbandingan

berikut: saaty bisa diukur menggunakan sebagai


Intensitas kepentingan
1
3
5
7
9
2,4,6,8
Kebalikan
memiliki

Tabel 2 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan


Keterangan
Kedua elemen sama pentingnya
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnya
Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen yang lainnya
Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya
Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Jika aktifitas i mendapat suatu angka dibandingkan dengan aktifitas j, maka j

nilai kebalikannya dibandingkan dengan i


Sumber: Kusrini, Sistem Pendukung Keputusan, 2007, 134
3. Synthesis of priority (menentukan
prioritas)
Untuk setiap kriteria dan alternatitif,
perlu
dilakukan
perbandingan
berpasangan
(Pairwise
Comparisons). Nilai-nilai perbandingan
relatif
dari seluruh alternatif kriteria bisa
disesuaikan
dengan judgement yang telah ditentukan
untuk
menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot
dan
prioritas dihitung dengan memanipulasi
matriks
atau melalui penyelesaian
permasalahan
matematika.
4. Logical Consistency (Konsistensi Logis)
Konsistensi
memiliki
dua
makna.
Pertama, objek-objek yang serupa bisa
dikelompokan sesuai dengan keseragaman
dan relavansi. Kedua, menyangkut tingkat
hubungan antarobjek yang didasarkan pada
kriteria tertentu.
Sumber: Buku Konsep dan Aplikasi
SPK (Kusrini, M.Kom 2007 Hal:135)
2.3.2. Prosedur AHP
Pada dasarnya, prosedur atau langkahlangkah dalam metode AHP meliputi:
1. Mendefenikan masalah dan menentukan
solusi
yang diinginkan, lalu menyusun hierarki
adalah dengan menetapkan tujuan yang
merupakan sasaran
sistem
secara

keseluruhan
secara keseluruhan
pada level atas.
2. Menentukan prioritas elemen
a.
Membuat
perbandingan
pasangan,
yaitu
membandingkan elemen secara
berpasangan
sesuai kriteria yang diberikan.
b.
Matriks
perbandingan
berpasangan
diisi
menggunakan
bilangan
untuk
merepresentasikan kepentingan
relatif
dari
suatu elemen terhadap elemen yang
lainnya.
3. Sintesis
Pertimbangan-pertimbangan
terhadap
perbandingan
berpasangan
disintesis untuk
memprol ) pada setiap kriteria
(
)
yang
sudah ditentukan, dimana nilai
tersebut
diperoleh
berdasarkan nilai crisp; i = 1, 2, . .m
dan
j
=
1,
2,
. . n.
Menentukan nilai bobot (W)
yang juga didapatkan berdasarkan
nilai crisp.

Melakukan normalisasi matriks dengan cara


menghitung nilai rating kinerja ternormalisasi
( ) dan alternatif (
) pada atribut ( )
berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan
jenis atribut (atribut keuntungan / benefit =
MAKSIMUM atau atribut biaya / cost =
MINIMUM ). Apalagi berupa atribut keuntungan
maka nilai crisp (

) dari setiap kolom atribut

dibagi dengan nilai crisp MAX (MAX ) dari


setiap kolom atribut dibagi dengan nilai crisp
(
) setiap kolom.
Melakukan proses perengkingan dengan cara
mengalihkan matriks ternormalisasi (R) dengan nilai
bobot (W).
Melakukan niali prefensi untuk setiao alternatif
( ) dengan cara menjumlahkan hasil kali antara
matriks ternomalisasi (R) dengan nilai bobot
(W). Nilai
Yng lebih besar mengindikasikan bahwa
alternatif lebih terpilih. Sumber (Kusumadewi,
2006, 104)

pada matriks
b. Membagi setiap nilai dari
dengan
kolom yang bersangkutan
memproleh
normalisasi matriks.
c. Menjumlahkan nilai-nilai dari
baris
dan
membaginya
dengan
elemen
untuk mendapatkan nilai rata-

kolom
untuk
setiap
jumlah

rata.
4. Mengukur konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, penting
untuk
mengetahui seberapa baik konsistensi yang
ada
karena
tidak
menginginkan
keputusan
berdasarkan
pertimbangan
dengan
konsisten
yang rendah. Hal-hal yang dilakukan
dalam
langkah ini adalah:
a. Kalikan setiap nilai pada kolom
pertama
dengan prioritas relatif elemen pertama,
nilai

Pertimbangan-pertimbangan
terhadap
perbandingan
berpasangan
disintesis
untuk
memproleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang
dilakukan dalam langkah ini adalah:
a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom
Sistem Pendukung Keputusan Pengangkatan Karyawan Tetap Dengan Metode
Analytic Hierarchy Process

99

(Ahp) Pada Pt. Perkebunan Lembah Bhakti Propinsi Nad Kab. Aceh Singkil. Oleh :
Edianto Berutu

Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 3, April 2015


ISSN :
2301-9425
a. Decomposition
Decomposition
adalah
proses
menganalisa
pada kolom kedua dengan proritas
permasalahan riil dalam struktur
relatif elemen kedua, dan seterusnya.
hirarki
atas
b. Jumlahkan setiap baris.
unsur - unsur pendukungnya.
c. Hasil dari perjumlahan baris dibagi
Struktur
dengan
hirarki secara umum dalam
elemen prioritas relatif yang bersangkutan.
metode
AHP
d. Jumlahkan hasil bagi diata dengan
yaitu: Jenjang 1 : Goal atau
banyaknya
Tujuan,
Jenjang
2 :
Kriteria,
Jenjang 3 :
elemen yang ada, hasilnya disebut
Subkriteria
maks
(optional), Jenjang 4 : Alternatif.
5. Hitung Consistency Index (CI) dengan
b. Comperative judgment
rumus:
Comperative
judgment
CI = ( maks -n) / n
adalah
berarti
Dimana n banyaknya elemen
membuat
suatu
penilaian
6. Hitung Rasio Konsistensi /
tentang
Consistensy
kepentingan relatif antara dua
Ratio(CR)
dengan
elemen
pada
rumus: CR = CI / RC
suatu tingkat tertentu yang
Dimana
:
CR
=
disajikan
dalam
Consistensy Ratio CI =
bentuk
matriks
dengan
Consistens index
menggunakan
skala
IR = indeks Random Consistency
prioritas. Jika terdapat n
7. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika
elemen,
maka
akan
nilainya
diperoleh matriks pairwise
lebih dari 10%, maka penilaian judgement
comparison
harus diperbaiki. Namun jika rasio
(matriks
perbandingan)
konsistensi (CI/IR) kirang
atau
sama
berukuran n x n dan
dengan 0.1, maka hasil perhitungan bisa
dinyatakan benar.
Tabel 3. daftar indeks Random
Konsistensi
Ukuran matriks
Nilai IR
1,2
0,00
3
0.58
4
0.90
5
1.12
6
1.24
7
1.32
8
1.41
9
1.45
10
1.49
11
1.51
12
1.48
13
1.56
14
1.57
15
1.59
Sumber: Kusrini, Sistem Pendukung Keputusan,
2007,
136
8. Langkah yang harus dilakukan
dalam
menyelesaikan
persoalan
dengan
AHP (Mulyono, 1996:108)
yaitu:

banyaknya penilaian yang diperlukan adalah


n(n-1)/2.
Ciri utama
dari
matriks
perbandingan yang dipakai dalam metode
AHP adalah elemen diagonalnya dari kiri
atas ke kanan bawah adalah satu karena
elemen yang dibandingkan adalah dua
elemen yang sama. Selain itu, sesuai dengan
sistimatika berpikir otak manusia, matriks
perbandingan yang terbentuk akan bersifat
matriks resiprokal dimana apabila elemen A
lebih disukai dengan skala 3 dibandingkan
elemen B, maka dengan sendirinya elemen
B lebih disukai dengan skala 1/3 dibanding
elemen A. Dengan dasar kondisi-kondisi di
atas dan skala standar input AHP dari 1
sampai 9, maka dalam matriks perbandingan
tersebut angka terendah yang mungkin
terjadi adalah 1/9, sedangkan angka tertinggi
yang mungkin terjadi adalah 9/1. Angka 0
tidak dimungkinkan dalam matriks ini,
sedangkan pemakaian skala dalam bentuk
desimal dimungkinkan sejauh si expert
memang menginginkan bentuk tersebut
untuk persepsi yang lebih akurat.
c. Synthesis of priority
Setelah
matriks
perbandingan
untuk
sekelompok elemen selesai dibentuk maka
langkah berikutnya adalah mengukur bobot
prioritas setiap elemen tersebut. Hasil akhir
dari penghitungan bobot prioritas tersebut
adalah suatu bilangan desimal di bawah satu
(misalnya 0.01 sampai 0.99) dengan total
prioritas untuk elemen - elemen dalam satu
kelompok sama dengan satu. Bobot prioritas
dari
masing masing
matriks
dapat

menentukan
prioritas
lokal
dan
dengan
melakukan sintesa di antara prioritas
lokal,
maka akan didapat prioritas global.
Usaha untuk memasukkan kaitan antara
elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam
menghitung bobot prioritas secara sederhana
dapat dilakukan dengan cara berikut:
1. Jumlahkan elemen pada kolom yang sama
pada
matriks perbandingan yang terbentuk. Lakukan
hal
yang sama untuk setiap kolom.
2. Bagilah setiap elemen pada setiap kolom
dengan
jumlah elemen kolom tersebut (hasil dari
langkah
1). Lakukan hal yang sama untuk setiap kolom
sehingga akan terbentuk matrik yang baru
yang
elemen - elemennya berasal dari hasil
pembagian
tersebut.
3. Jumlahkan elemen matrik yang baru
tersebut
menurut barisnya.
4. Bagilah hasil penjumlahan baris (hasil
dari
langkah 3) dengan total alternatif agar
didapatkan
prioritas terakhir setiap elemen dengan total
bobot prioritas sama dengan satu.
Proses yang dilakukan untuk membuat
total bobot prioritas sama dengan satu biasa disebut
proses normalisasi.

Sistem Pendukung Keputusan Pengangkatan Karyawan Tetap Dengan Metode


Analytic
Hierarchy
Process

100 (Ahp) Pada Pt. Perkebunan Lembah Bhakti Propinsi Nad Kab. Aceh Singkil.
Oleh : Edianto Berutu

Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 3, April 2015


ISSN :
2301-9425
4.1.2
Calon
Nama Calon NIK
Alamat
1. Logical consistency
Salah satu asumsi utama metode AHP
yang
membedakannya dengan metode yang
lainnya
adalah tidak adanya syarat konsistensi
mutlak.
Dengan metode AHP yang memakai
persepsi
manusia
sebagai
inputannya
maka
ketidakkonsistenan itu mungkin terjadi
karena
manusia
mempunyai
keterbatasan
dalam
menyatakan persepsinya secara konsisten
terutama
kalau
membandingkan
banyak
elemen.
Berdasarkan konsisi ini maka manusia
dapat
menyatakan persepsinya dengan bebas tanpa
harus
berpikir
apakah
persepsinya
tersebut
akan
konsisten nantinya atau tidak. Persepsi yang
100
%
konsisten belum tentu memberikan hasil
yang
optimal atau benar dan sebaliknya persepsi
yang
tidak
konsisten
penuh
mungkin
memberikan
gambaran keadaan yang sebenarnya atau
yang
terbaik.
Penentuan nilai preferansi antar elemen
harus
secara konsisten logis, yang dapat diukur
dengan
menghitung Consistency Index (CI) dan
Consistency
Ratio (CR)

4. Pembahasan
Dalam
Penelitian
ini,
penulis
menganalisa
masalah
dalam
suatu
perusahaan
PT.
Perkebunan
Lembah Bhakti di Aceh Singkil, penulis
menganalisa

suatu penilaian pengangkatan Karyawan pada setiap


Karyawan perusahaan. Sistem pendukung keputusan
penentuan karyawan tetap merupakan suatu sistem
yang di bangun untuk membantu Manager untuk
menyelesaikan permasalahan penentuan pengangkatan
karyawan untuk setiap karyawan. Sistem dalam
mengambil keputusan menggunakan metode AHP
(Analitycal Hierarchy process) untuk menentukan

comparation.
Adapun
kriteria-kriteria
yang
di
gunakan untuk pengangkatan karyawan pada PT.
Perkebunan Lembah Bhakti adalah:
1. Pengetahuan
2. Disiplin
3. Kualitas Kerja
4. Jujur
5. Kerja Sama
6. Inisiatif
7. Kehadiran

rating dan penjumlahan bobot dalam penentuan


besaran bonus kerja dengan melihat kreiteria-kriteria
dan bobot yang telah ditetapkan. Khususnya untuk
menentukan pengangkatan karyawan tetap pada PT.
Perkebunan Lembah Bhakti Hal pertama yang
dilakukan untuk menentukan bobot kriteria adalah
dimana dalam terminologi AHP disebut pair-wire

ata
Tempat lahir Tanggal lahir

Syahputra

011352

Gunung Meriah

Riko

011243

Gosong Telaga

Sugianto

011365

Tanah Bara

Karyawan Tetap

04 Agustus 1983

Singkil

25 Juli 1980

Tanah Bara

19 Januari 1985

Tabel 4.: Data Karyawan

4.1.3 Kriteria Calon Karyawan Tetap


Kriteria yang dijadikan sebagai acuan
untuk
menentukan karyawan tetap dapat dilihat pada
tabel
4.2
Tabal 5 : Kriteria Penilaian Karyawan
Tetap
Kriteria
Pengetahuan
Disiplin

Rimo

Penilaian
0-3
0-3

Jujur
Kualitas Kerja
Kerja Sama
Inisiatif
Kehadiran

0-3
0-3
0-3
0-3
0-3

4.1.4 Dasar Bobot Kriteria


Tabel 6: Pembobotan Berdasarkan
Pengetahuan
Parameter
Nilai

Sistem Pendukung Keputusan Pengangkatan Karyawan Tetap Dengan Metode


Analytic
Hierarchy
Process

101 (Ahp) Pada Pt. Perkebunan Lembah Bhakti Propinsi Nad Kab. Aceh Singkil.
Oleh : Edianto Berutu

Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 3, April 2015


2301-9425

ISSN :

Kehadiran
Paramenter Ukuran

Ukuran
Sangat renah
Rendah
Tinggi
Sangat Tinggi

Nilai
Sangat males
Males
Rajin
Sangat rajin

0
1
2
3

Tabel 7: Pembobotan Berdasarkan


Disiplin
Paramenter Ukuran Nilai
Sangat males
Males
Rajin
Sangat rajin

0
1
2
3

Tabel 8: Pembobotan Berdasarkan


Kualitas
Kerja
Paramenter Ukuran Nilai
Sangat males
0
Males
1
Rajin
2
Sangat rajin
3
Tabel
9:
Pembobotan
Berdasarkan
Jujur
Paramenter Ukuran Nilai
Sangat rendah
Rendah
Tinggi
Sangat tinggi

0
1
2
3

Tabel 10: Pembobotan Berdasarkan


Kerja
Sama
Parameter Ukuran Nilai
Sangat renah
0
Rendah
Tinggi
Sangat Tinggi

1
2
3

Tabel
11
:
Pembobotan
Berdasarkan
Inisiatif
Parameter Ukuran Nilai
Sangat renah
0
Rendah
1
Tinggi
2
Sangat Tinggi
3
Tabel
12:
Berdasarkan

Pembobotan
Kerja

0
1
2
3

Langkah
selanjutnya
membuat
matrik
perbandingan berpasangan
yang
menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh
setiap
elemen
terhadap tujuan atau kriteria yang
setingkat di

atasnya. Jika RC
< 0.1 maka nilai perbandingan
berpasangan
pada
matriks
kriteria
diberikan
konsistensi. Jika CR > 0.1, maka nilai perbandingan
berpasangan pada matriks kriteria tidak konsisten. Jadi
apabila matriks kriteria tersebut tidak konsisten, maka
pengisian nilai-nilai matriks berpasangan pada unsur maupun
alternatif harus diulang.
Hal pertama yang dilakukan untuk menentukan bobot
kriteria adalah dimana dalam terminologi AHP disebut pairwire comparation.
Defenisinya adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan 4 kali didapat dari perhitungan
bobot Pengetahuan atau sistemastis kerja yang
diberi sebanyak 20. Kemudian nilai tersebut dibagi 2
sesuai dengan kriteria yang akan dibahas yaitu
pengetahuan atau sistemastis kerja Jumlah total nilai
keseluruhan bobot dibagi jumlah keseluruhan kriteria
penentuan.
100 x 20 = 2000
2000 : 2 = 1000
1000 : 250 = 4
2. Disipli 3 kali didapat dari perhitungan bobot
Perencanaan kerja dan hasil kerja yang diberi
sebanyak 20. Kemudian nilai tersebut dibagi 3 sesuai
dengan jenis kriteria yang akan dibahas yaitu
Perencanaan kerja, rajin dan hasil kerja Jumlah total
nilai keseluruhan bobot dibagi jumlah keseluruhan
kriteria penentuan.
100 x 20 = 2000
2000 : 3 = 666
666: 222 = 3
3. Jujur 2
kali didapat dari perhitungan
Perencanaan kerja dan hasil kerja yang diberi
nilai sebanyak 17,5. Kemudian nilai tersebut
dibagi 2 sesuai dengan jenis kriteria yang akan

dibahas. Jumlah total nilai keseluruhan


bobot
dibagi jumlah keseluruhan kriteria penentuan.
100 x 17,5 = 1750
1750: 2 =
875
875 : 437 =
2
4.
Kualitas kerja 1,5
kali didapat dari
perhitungan
Kerja sama dan Sikap yang diberi nilai
sebanyak
15. Kemudian nilai tersebut dibagi 2
sesuai dengan jenis kriteria yang akan
dibahas. Jumlah total
nilai
keseluruhan
bobot dibagi jumlah keseluruhan kriteria
penentuan.
100 x 15 =
1750
1750: 2 = 875
875 : 583 =
1.5
5. Kerja sama 1 kali didapat dari perhitungan
Kemampuan dan Pengendalian yang diberi
nilai
sebanyak 10. Kemudian nilai tersebut dibagi
2 sesuai dengan jenis kriteria yang akan
dibahas. Jumlah total nilai keseluruhan
bobot dibagi jumlah keseluruhan kriteria
penentuan.
100 x 10 = 1000
1000: 2 =
500
500 : 500 = 1
6. Inisiatif 2
kali didapat dari
perhitungan
Perencanaan kerja dan hasil kerja yang
diberi

Sistem Pendukung Keputusan Pengangkatan Karyawan Tetap Dengan Metode


Analytic
Hierarchy
Process

102 (Ahp) Pada Pt. Perkebunan Lembah Bhakti Propinsi Nad Kab. Aceh Singkil.
Oleh : Edianto Berutu

Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 3, April 2015


2301-9425

ISSN :

nilai sebanyak 17,5. Kemudian nilai


Jumlah total nilai keseluruhan bobot
tersebut
dibagi jumlah keseluruhan kriteria penentuan.
dibagi 2 sesuai dengan jenis kriteria yang
100 x 20 = 2000
akan
2000 : 3 =
dibahas. Jumlah total nilai keseluruhan
666
666: 222 =
bobot
3
dibagi jumlah keseluruhan kriteria penentuan.
Jika
RC
< 0.1 maka nilai
100 x 17,5 = 1750
perbandingan berpasangan
pada
matriks
1750: 2 =
kriteria diberikan konsistensi. Jika CR > 0.1,
875
maka nilai perbandingan berpasangan pada
875 : 437
matriks kriteria tidak konsisten. Jadi apabila
=2
matriks kriteria tersebut tidak konsisten, maka
7. Disipli 3 kali didapat dari perhitungan
pengisian nilai-nilai matriks berpasangan pada
bobot
Perencanaan kerja dan hasil kerja yang diberi unsur maupun alternatif harus diulang.
sebanyak 20. Kemudian nilai tersebut dibagi
3
sesuai dengan jenis kriteria yang akan
dibahas
yaitu Perencanaan kerja, rajin dan hasil
kerja
Tabel 13: Hasil Perhitungan Kriteria
menghitung Pricipal Eigen
Value (max) matrix.

Keterangan :
1. Jumlah merupakan penjumlahan dari
semua
angka yang ada pada baris diatasnya dalam
satu kolom.
2. Priority Vector menunjukan bobot dari
masingmasing kriteria, jadi dalam hal ini harga
merupakan bobot tertinggi/terpenting
dalam calon Karyawan Tetap.
3. Setelah mendapatkan bobot untuk setiap
kriteria
( yang ada pada kolom Priority Vector),
maka
selanjutnya
mengecek apakah bobot
yang
dibuat konsisten atau tidak. Untuk hal ini,
yang
pertama
yang
dilakukan
adalah

5.

4.

Principal Eigen Value (max) =


(1,950.5143)+(2,830,3620)+(80.1232)=

3,0
6. Menghitung Consistency Index (CI)
dengan
rumus
7. CI = (max-n)/(n-1), untuk n = 3
8. CI= (3,0-3) / (3-1) = 0, CI sama dengan nol
berarti pembobotan yang dilakukan
sangat konsisten
9. Menghitung Consistency Ratio (CR)
diperoleh
dengan rumus CR=CI/RI, nilai RI
bergantung
pada jumlah kriteria seperti pada tabel
berikut:

Principal Eigen Value (max) matrix


perhitungannya
dengan
cara
menjumlahkan
hasil perkalian antara jumlah dan priority
vector.
Tabel 14: Consistency Ratio
n
1
2
3
4
5
6
7
8
R1

0,58

0,9

10

1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,4

Jadi untuk n=3, RI=0.58.


masing-masing sel pada tabel 4.5 dibagi
CR=CI/RI = 0/5,8 =
dengan jumlah kolom masing-masing kriteria.
0,0
1. Jika hasil perhitungan CR lebih kecil atau
Tabel 15: Kriteria Pengetahuan
sama
Nama Calon Syahputra Riko
dengan 10% ketidak konsistenan masih
Sugianto
bisa diterima, sebaliknya jika lebih besar
Syahputra
1
2
2
dari 10%, tidak bisa diterima.
2. Yang kedua memberi penilaian terhadap
Riko
0.5
1
1,5
pengnangkatan karuawan tetap , disebut
Sugianto
0.5
0,6667
1
pairwire comparation.
Jumlah
2
3,6666
4,5
3. Kolom (Disiplin, Rajin, Kualitas kerja, Kerja
sama, Inisiatif, Kehadiran, Jujur dan
Arti dari tabel diatas dari ketiga
Tanggung jawab ) diambil dari kolom
calon
priority vector ketiga matrix calon
kariawan tetap untuk kriteria pengetahuan
Penerima.
yang
Setelah masukkan data tabel 4.4 dihasilkan
nilai
pembagian jumlah kolom yang rumusnya
adalah
Sistem Pendukung Keputusan Pengangkatan Karyawan Tetap Dengan Metode
Analytic
Hierarchy
Process

103 (Ahp) Pada Pt. Perkebunan Lembah Bhakti Propinsi Nad Kab. Aceh Singkil.
Oleh : Edianto Berutu

Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 3, April 2015


2301-9425

paling tinggi adalah Sigianto dengan skor 4,5


Nama Calon Syahputra
disusul
Sugianto
Riko dengan skor 3,6666 dan Syahputra dengan
Syahputra
1
skor
2 .Nilai CI adalah 0,1 yang berarti pembobotan
tidak
Riko
0.6667
terlalu konsisten ,tetapi karena nilai CR= 2,0% lebih
0,75
kecil dari 10%, maka ketidak konsistenan masih bisa
Sugianto
2
diterima.
3.667
Jumlah

ISSN :

Riko
1,5

0,5

1
1,333

3,833

2,25

Tabel 16 : Kriteria Disiplin


Nama Calon Syahputra Riko
Sugianto
Arti dari tabel diatas dari ketiga
calon
1
1,5
3
penerima untuk kriteria Kerjasama dan sikap
Syahputra
yang
Riko
0.5
1
3
paling tinggi adalah Riko dengan skor 3,833
disusul
Syahputra dengan skor 3.667 dan Sugianto
dengan
0,3333
0,333
1
Sugianto
skor 2,25. Nilai CI adalah 0,1 yang
berarti
memiliki skor yang sama yaitu 3,5 .
1,8333
3,3333
7
Jumlah
Nilai
CI
adalah
0,1 yang berarti pembobotan tidak
Arti dari tabel diatas dari ketiga
terlalu
konsisten
calon
,tetapi karena nilai CR=2,0% lebih
penerima untuk kriteria Jujur dan Tanggung
kecil
dari
10%,
Jawab
maka
ketidak
konsistenan
masih bisa
yang paling tinggi adalah Sugianto dengan
diterima.
skor
7
disusul
Riko dengan skor 3,3333 dan
Tabel 18: Kriteria Jujur
Syahputra
Nama
calon
Syahputra Riko
dengan skor 1,8333. Nilai CI adalah 0,1 yang
Sugianto
berarti
pembobotan tidak terlalu konsisten ,tetapi
1,5
Syahputra 1
karena
2
nilai CR=2,0% lebih kecil dari 10%, maka
Riko
0.6667
1
ketidak
1
konsistenan masih bisa diterima.
Tabel 17: Kriteria Kualitas Kerja
Sugianto
0,5
1
Nama Calon Syahputra Riko
1
Sugianto
Jumlah
2,1667
3,5
Syahputra
1
2
0,5
4
Riko
0.5
1
2
Arti dari tabel diatas dari
Sugianto
2
0,5
1
ketiga
calon
Jumlah
3,5
3,5
3,5
karyawan tetap untuk kriteria Kualitas
kerja
yang
paling tinggi adalah Sugianto dengan
Arti dari tabel diatas dari ketiga
skor
4
disusul
calon
Riko dengan skor 3,5 dan Syahputra
karyawan tetap untuk kriteria Jujur kesemua
dengan
skor
calon

2,1667. Nilai CI adalah 0,1 yang berarti


pembobotan
tidak terlalu konsisten ,tetapi karena nilai
CR=2,0%
lebih
kecil dari 10%,
maka
ketidak
konsistenan
masih bisa diterima.
Tabel 20: Kriteria Kerja Sama

pembobotan tidak terlalu konsisten ,tetapi


karena nilai CR=2,0% lebih kecil dari 10%,
maka ketidak konsistenan masih bisa diterima.
Tabel 21 : Kriteria Inisiatif
Nama Calon Syahputra Riko
Sugianto
Syahputra

1,5

Riko
Sugianto
Jumlah

0.6667
0,5
2.167

1
1,333
3,833

0,75
1
3,75

Arti dari tabel diatas dari ketiga


calon
karyawan tetap untuk kriteria Inisiatif yang
paling
tinggi adalah Riko dengan skor 3,833
disusul
Sugianto dengan skor 3.75 dan Syahputra
dengan
skor
2.167. Nilai CI adalah 0,1 yang
berarti pembobotan tidak terlalu konsisten
,tetapi karena nilai CR=2,0% lebih kecil dari
10%, maka ketidak konsistenan masih bisa
diterima.
Tabel 22: Kriteria Kehadiran
Nama Calon Syahputra Riko
Sugianto
Syahputra
1
0,5
1,5
Riko
Sugianto
Jumlah

2
0,667
3,667

1
1,333
2,833

0,75
1
3,25

Arti dari tabel diatas dari ketiga


calon
karyawan tetap untuk kriteria Kehadiran yang
paling
tinggi adalah Syahputra dengan skor 3,667
disusul
Sigianto dengan skor 3.25 dan Riko dengan
skor
2,833. Nilai CI adalah 0,1 yang berarti
pembobotan
tidak terlalu konsisten ,tetapi karena nilai
CR=2,0%
lebih
kecil
dari 10%,
maka
ketidak
konsistenan
masih bisa diterima.
Setelah itu menghitung nilai-nilai kriteria
tiap
calon dengan rumus matriks pada tabel
4.13
dikalikan dengan matriks pada tabel 4.12
dan
ditampilkan pada tabel 4.11, maka langkah
terakhir

adalah menghitung total skor untuk ketiga calon


weight.
karyawan tetap. Semua hasil penilaiannya tersebut
dalam bentuk tabel yang disebut Overall composite
Tabel 23: Nilai Masing-Masing Calon Karyawan Tetap.
Sistem Pendukung Keputusan Pengangkatan Karyawan Tetap Dengan Metode
Analytic
Hierarchy
Process

104 (Ahp) Pada Pt. Perkebunan Lembah Bhakti Propinsi Nad Kab. Aceh Singkil.
Oleh : Edianto Berutu

Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 3, April 2015


2301-9425

Syahputra
Riko
Sugianto

P
0,090998
0,06463
0,052286
0,039947
0,017436

ISSN :

D
0,052606

J
0,0708723

KK
0,039733

KS
0,08894

I
0,022863

0,052606
0,052606

0,043001
0,039078

0,034795
0,059969

0,049322
0,054229

2,258316
0,024103

0,041113

a. Weight diambil dari kolom Priority


Vector
dalam matrix kriteria.
b.
Kolom ( Disiplin, Rajin, Kualitas kerja,
Kerja
sama, Inisiatif, Kehadiran, jujur dan
Tanggung
jawab ) diambil dari kolom priority
vector ketiga matrix calon Penerima.
Composite weight diperoleh dari hasil
jumlah perkalian diatasnya dengan weight.
1. Syahputra = 0,090998 + 0,052606 +
0,0708723
+ 0,039733 + 0,08894 + 0,022863 +
0,06463 = 0,430644
2. Riko = 0,052286 + 0,052606 + 0,043001 +
0,034795 + 0,049322 + 2,258316 +
0,041113 = 2,531439
3. Sugianto = 0,039947 + 0,052606 + 0,039078
+
0,059969 + 0,054229 + 0,024103 +
0,017436 = 0,287368
Dari Prioritas global dapat diketahui bahwa
nilai
terbesar adalah Riko yaitu 2,531439, maka
Riko
merupakan karyawan yang
akan diangkat
diantara
karyawan-karyawan
lainnya
merupakan
pilihan
pertama jika dilakukan penentuan karyawan tetap.
4. IMPLEMENTASI
a. Hasil Tampilan
Tampilan menu dari sistem
pendukung pengambilan keputusan untuk
pengangkatan
Karyawan Menggunakan Metode Analisis
Hirarki Proses (AHP)adalah sebagai berikut :
1. Form Login

Gambar 1 Tampilan Login


2. Tampilan Menu Utama
Form Menu Utama adalah form
yang
peneliti rancang sebagai form induk
dari Perangkat Lunak Sistem
Karyawan. Adapun isi dari form ini
adalah menu-menu dengan sistem
drop down yang dapat dipilih
user dalam berinteraksi dengan
Perangkat Lunak Sistem seleksi
Karyawan. Adapun

bentuk Tampilan form Menu Utama dapat dilihat pada


Gambar

Gambar 3 Tampilan Form Data Karyawan

Gambar 2 Tampilan Form Menu Utama

4. Tampilan Form Jabatan


From Jabatan merupakan form
yang
digunakan sebagai form untuk penerima
inputan
data Penilaian jabatan. Adapun bentuk
Tampilan
form jabatan Penilaian dapat dilihat pada
Gambar

3. Tampilan Form Data Karyawan


From data DaeaKaryawan adalah form yang
peneliti rancang sebagai form penerima inputan data
Karyawan. Adapun bentuk Tampilan form Data Pegawai
dapat dilihat pada Gambar

Gambar.4 Tampilan Jabatan


Sistem Pendukung Keputusan Pengangkatan Karyawan Tetap Dengan Metode
Analytic
Hierarchy
Process

105 (Ahp) Pada Pt. Perkebunan Lembah Bhakti Propinsi Nad Kab. Aceh Singkil.
Oleh : Edianto Berutu

Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 3, April 2015


ISSN :
2301-9425
salah
satu
solusi untuk meningkatkan efesiensi
dan
efektifitas
5. Tampilan Form Penilaian Karyawan
proses
Penilaian
Karyawan.
From data menu Penilaian merupakan
Sistem
ini
dapat
form
memambantu
PT.
Perkebunan
yang digunakan sebagai form untuk penerima
Lembah
Bakti
Aceh
inputan data Penilaian. Adapun bentuk Tampilan
Singki dalam memberikan gambaran
form Kriteria Penilaian dapat dilihat pada
bagi
pendukung
Gambar 5.
keputusan
Perusahaan
dalam
menilai
Karyawan.
Penulis menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. lebih tepat untuk menyelesaikan
penilaian
kriteria-kriteria
pengangkatan
karyawan
tetap pada PT.
Perkebunan Lembah Bakti.
2. Implementasi metode Analytic
Hierarchy
process
(AHP)
dalam
Pengangkatan
karyawan tetap
memiliki
kelemahan
dalam
pengangkatan
karyawan
tetap
pada
PT.
Gambar 5 Tampilan Form Penilaian Karyawan
Perkebunan Lembah
6. Tampilan Form Proses Penilaian Bobot
Kriteria
From data menu Penilaian merupakan
form
yang digunakan sebagai form untuk proses
inputan data Penilaian bobot kriteria. Adapun
bentuk
Tampilan form Kriteria Penilaian dapat dilihat
pada Gambar 6

Gambar 6 Tampilan Form Poses Penilaian


Bobot
Kriteria
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sistem
Pendukung
Keputusan
Pengangkatan
Kaeryawan
Tetap
Dengan
Metode
Analytic
Hierarchy process (AHP) ini merupakan

Bakti tidak bisa digunakan untuk melakukan


penilaian jika yang dinilai hanya satu calon
Karyawan.
3. Faktor yang mempengaruhi hasil perhitungan
dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy
process
AHP
adalah
merancang
sistem
pendukung keputusan untuk pengangkatan calon
karyawan tetap.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas,maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. MetodeAnalytic
Hierarchy
process
(AHP)inidapatdikembangkanuntukaplikasipenent
uanbidang
yang
lain,
sistempenerimaansiswabaru,
penerimaankaryawandan lain-lain.
2.
Merancang aplikasi sistem pendukung keputusan
ini dapat dikembangkan dengan aplikasi
Microsoft V.B Net, dan Pemrograman Web/Html.
3. Dan jika ada kekurangan dalam penyusunan

penulisan skripsi ini agar diberikan saransaran


untuk perkembangan lebih lanjutnya lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dra. H. SadiliSamsudin, M.M, M.Pd,
Bandung,
2006
2. Sri Kusumadewi, Sri Hartati,
AgusHarjoko.
Fuzzy Multi-Attribute Decision Making
(Fuzzy
MADM).
PenerbitGrahaIlmu,YogyakartaEdisi
I
2006.
3. Kusrini.
KonsepDan
AplikasiSistemPendukungKeputusan.
PenerbitAndiOffest, Yogyakarta, Edisi I,
2007.
4. EdyWinarno ST, M.Eng, Ali Zaki.
Visual
Basic. NET. Penerbit PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2013

Sistem Pendukung Keputusan Pengangkatan Karyawan Tetap Dengan Metode Analytic


Hierarchy Process
106
(Ahp) Pada Pt. Perkebunan Lembah Bhakti Propinsi Nad Kab. Aceh Singkil. Oleh : Edianto
Berutu

Anda mungkin juga menyukai