Laporan Kasus Ruang Nifas
Laporan Kasus Ruang Nifas
Oleh :
KHAIRAN NISA
BP. 1420332007
Dosen Pembimbing :
Dr. dr. Hj. YUSRAWATI, Sp.OG (K)
LEMBARAN PERSETUJUAN
Judul Laporan
Nama Mahasiswa
Nim
: 1420332007
: S2 Kebidanan
Juli 2016
Menyetujui,
Pembimbing Residensi
Dosen Pendamping
Mengetahui,
Ketua Program Sudi S2 Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
Kajian Asuhan Kebidanan Ny.M Post SC Masalah Menyusui dengan Ca
Mamae di RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tanggal 19 Juli 2016. Laporan kasus
ini merupakan salah satu persyaratan menyelesaikan mata kuliah Praktik Klinik
Kebidanan pada Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang Tahun 2016.
Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Laporan kasus ini dibuat berdasarkan buku sumber dan arahan dari
pembimbing. Namun mungkin masih terdapat beberapa kesalahan pada penulisan
laporan kasus ini. Untuk itu, penulis mengharapkan arahan dan bimbingan
perbaikan dari pembaca. Mudah-mudahan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan
menjadi acuan untuk pengembangan inovasi dalam bidang pendidikan kebidanan.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
iii
iv
1
3
3
3
A. Definisi.................................................................................
F. Penilaian klinik....................................................................
14
16
H. Perawatan dirumah...............................................................
22
25
26
33
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................
40
BAB V PENUTUP......................................................................................
44
3.1 Kesimpulan.....................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................
44
44
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemberian ASI kepada bayi merupakan suatu interaksi kompleks antara
kebutuhan gizi bayi dan fisiologi ibu. Walaupun kini semakin disadari pentingnya
ASI bagi kesehatan bayi, banyak wanita yang tidak bisa memberikan ASI kepada
bayi karena ada beberapa masalah dalam menyusui. Seorang ibu, tentu ingin dapat
melaksanakan aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun, terkadang
ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui (Bahiyatun, 2009).
Masalah menyusui juga ditemukan pada ibu nifas, dengan diagnosa kanker
payudara dalam kehamilan. Telah diperkirakan bahwa sampai 3,8% kanker
payudara dapat didiagnosis pada wanita yang sedang hamil, dengan perkiraan 1 di
3000-3500 persalinan terjadi pada wanita dengan kanker payudara (McGrath,
2011).
Pengelolaan wanita hamil dengan kanker payudara mempunyai tantangan
yang cukup besar. Pengobatan optimal yang dibutuhkan oleh ibu, dalam waktu
yang sama bisa meminimalkan resiko bagi janin. Proses pengobatan menjadi lebih
sulit karena mengingat efek dari terapi terhadap payudara ibu, selain itu juga efek
anastesi yang ditakutkan akan mempengaruhi janin (McGrath, 2011).
Beberapa sumber menunjukkan bahwa kanker yang didiagnosis muncul saat
menyusui mungkin sudah ada sejak kehamilan, begitu juga kanker yang muncul
saat kehamilan diduga sudah ada semenjak sebelum hamil. Ini merupakan
keterlambatan dalam mendiagnosa (yang et.al, 2006).
kemoterapi
dikhawatirkan
tidak
dapat
menyusui
bayinya
dikarenakan efek obat kemoterapi yang dapat mempengaruhi kadar nutrisi dari
ASI. Oleh karena itu, ibu dapat menunggu dalam jangka waktu tertentu setelah
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetaui tentang Kajian Asuhan Kebidanan Ny.M Masalah
Menyusui dengan Ca Mamae di RSUP. Dr. M. Djamil Padang Tanggal 19 Juli
2016.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengumpulkan data pada Ny.M
dengan Ca Mamae.
b. Mampu memberikan Asuhan yang tepat pada Ny.M Post SC Masalah
Menyusui dengan Ca Mamae.
c. Mampu melakukan Kajian/Analisa Kasus pada Ny.M Post SC Masalah
Menyusui dengan Ca Mamae.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. MASA NIFAS
1. Definisi
Masa nifas didefenisikan sebagai periode 6 minggu segera setelah bayi
lahir dan mencerminkan kondisi ibu yang fisiologis, terutama sistem reproduksi
yang sudah kembali mendekati keadaan sebelum hamil. Bidan bertanggung jawab
mempertahankan pengawasan yang cermat terhadap perubahan fisiologis pada
masa nifas dan mengenali tanda-tanda keadaan patologis. Wanita dalam masa
nifas sangat rentan terhadap stress fisiologis, yang dapat menjadi patologis. Peran
bidan adalah mengamati dan memantau perubahan diniserta mampu membedakan
antara perubahan normal dan abnormal (Jane Coad, 2007).
nifas adalah periode pertama setelah kelahiran dengan durasi 4-6 minggu.
Nifas ditandai dengan banyaknya perubahan fisiolologis. Beberapa perubahan ini
bisa menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu yang baru pertama melahirkan.
meskipun komplikasi serius juga dapat timbul, Beberapa ibu merasa ditinggal
karena adanya kehadiran bayi. Dengan demikian dalam masa nifas tidak menutup
kemungkinan untuk sering terjadi kecemasan terhadap ibu (Williams, 2006).
Selama masa nifas terjadi penurunan kadar estrogen dan progesteron
dalam sistem ibu. Penurunan konsentrasi hormon steroid mempermudah inisiasi
laktasi dan memungkinkan sistim fisiologis kembali ke keadaan prahamil. Pada
kenyataannya, masa nifas seyogyanya digambarkan sebagai fase transisi. Masa ini
dimulai saat lahirnya bayi dan berakhir saat kembalinya fertilitas. Masa nifas juga
mencerminkan konteks sosial, mencerminkan banyak transisi bagi orang tua, anak
4
dan anggota keluarga lain. Banyak perubahan fisiologis dalam masa nifas,
misalnya pembentukan keterampilan menjadi orang tua, laktasi dan pemberian
makan, dimodifikasi oleh interaksi sosial dahulu dan sekarang individu dalam
situasi keluarga yang baru (Jane Coad, 2007).
Nifas dibagi dalam 2 periode, yaitu :
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu sudah boleh berdiri dan
berjalan
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin
beberapa minggu, bulan atau tahun (Bahiyatun, 2009).
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Ssemua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun bidang
lainnya selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan
evaluasi penilaian. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah :
1. Memulihkan keadaan umum penderita
a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b. Mengatasi anemia
c. Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi
d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk
2.
3.
4.
5.
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah memberi perawatan dan
dukungan sesuai kebutuhan ibu, yaitu melalui kemitraan dengan ibu. Selain itu,
dengan cara :
1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas
2) Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan berdasarkan
3)
4)
5)
6)
prioritas masalah
Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah
Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana
Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan
Membuat rencana tindakan lanjut asuhan kebidanan bersama klien
(Bahiyatun, 2009).
4. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi.
Tabel 2-1 Tahapan masa nifas
Kunjunga
Waktu
Tujuan
n
I
6-8
jam
setelah
persalinan
merawat
satu
mengenai
anggota
cara
keluarga
mencegah
hari
setelah
persalinan
fundus
dibawah
ibu
cukup
makan,
asuhan
pada
bayi,
Minggu
bayi sehari-hari
Setelah Sama seperti diatas (6 hari setelah
IV
Persalinan
6 Minggu
persalinan)
Setelah
1. Mengkaji tentang kemungkinan
Persalinan
keluarga
(Bahiyatun, 2009).
(penyayatan
mulut
serambi
kemaluan
untuk
tertentu).
Kemudian
demikian
juga
adanya
sebagian
besar
dari
uterus,
membentuk
10
11
12
tekan,
abses,
13
14
15
16
pembengkakan
payudara,
dan
terkadang,
nyeri
kepala
17
b.
c.
d.
e.
dari sekadar antisipasi, pemahaman, dan rasa aman. Gangguan ringan ini
akan hilang dengan sendirinya dan biasanya membaik setelah 2 atau 3
hari, meskipun kadangkala menetap sampai 10 hari. Begitu depresi
postpartum menetap, atau bertambah buruk, perlu diberi perhatian khusus
untuk mencari gejala-gejala depresi, yang mungkin membutuhkan
konsultasi yang tepat.
6. Relaksasi dinding abdomen
Bebat abdomen tidak diperlukan karena tidak mampu membantu
mengembalikan postur tubuh ibu. Bila abdomen luar biasa kendur dan
menggantung, penggunaan korset biasa seringkali sudah cukup membantu.
Olahraga untuk membantu mengembalikan tonus dinding abdomen boleh
18
dimulai kapan saja setelah persalinan pervaginam dan segera setelah nyeri
pada perut berkurang pada seksio sesarea.
7. Diet
Tidak ada pantangan makan bagi wanita yang melahirkan per
vaginam. Dua jam setelah partus per vaginam normal, jika tidak ada
komplikasi yang memerlukan pemberian anestetika, pasien hendaknya
diberikan minum kalau ia haus dan makanan kalau ia lapar. Diet wanita
menyusui, dibandingkan dengan apa yang dikonsumsinya selama hamil,
hendaknya ditingkatkan kandungan kalori dan proteinnya, seperti yang
dianjurkan oleh Food and Nutrition Board of the National Research. Bila
si ibu tidak ingin menyusui bayinya, kebutuhan dietnya sama seperti
wanita tidak hamil normal.Praktik standar di Parkland Hospital adalah melanjutkan suplementasi besi selama sekurang-kurangnya 3 bulan setelah
melahirkan dan memeriksa kadarnya pada kunjungan postpartum pertama.
8. Waktu pemulangan
Setelah persalinan per vaginam, bila tidak ada komplikasi, jarang
diperlukan lebih dari 48 jam rawat inap. Sebelum pulang, seorang wanita
bersalin harus menerima instruksi seputar perubahan-perubahan fisiologis
normal pada masa nifas, termasuk pola lokhia, penurunan berat badan
akibat diuresis, dan waktu pengeluaran ASI. Wanita tersebut juga harus
mendapat pengarahan mengenai apa yang harus dilakukan bila ia
mengalami demam, perdarahan per vaginam dalam jumlah banyak, atau
mengalami nyeri, pembengkakan atau nyeri tekan pada tungkai. Sesak
19
8. Perawatan di rumah
1. Koitus
Setelah melahirkan, tidak ada kejelasan mengenai waktu yang
diperbolehkan untuk kembali melakukan koitus. Kembali melakukan
aktivitas seksual terlalu dini mungkin akan terasa tidak nyaman, bila tidak
terasa sangat nyeri, yang diakibatkan oleh belum sempurnanya involusi
uterus dan penyembuhan luka episiotomi atau laserasi.
Aturan yang paling baik untuk diikuti adalah menuruti akal sehat.
Setelah 2 minggu postpartum, koitus dapat dilakukan kembali berdasarkan
keinginan dan kenyamanan pasien. Ibu harus diberi tahu bahwa menyusui
akan menyebabkan periode supresi produksi estrogen yang memanjang
sehingga mengakibatkan atrofi dan kekeringan vagina. Keadaan fisiologis
ini akan menyebabkan penurunan lubrikasi vagina selama perangsangan
seksual.
2. Perawatan lanjutan untuk bayi
Harus dilakukan pengaturan untuk memastikan bayi baru lahir
mendapatkan perawatan tindak lanjut yang sesuai. Bayi yang dipulangkan
20
lebih awal haruslah bayi aterm, normal dan tanda-tanda vitalnya stabil.
Semua nilai pemeriksaan laboratorium harus dalam batas normal,
termasuk uji Coombs direk, bilirubin, hemoglobin, hematokrit dan gula
darah. Uji serologis ibu terhadap sifilis dan antigen permukaan hepatitis B
harus nonreaktif.
Vaksin hepatitis B awal harus diberikan, dan semua uji penapis yang
diwajibkan oleh hukum harus dikerjakan. Biasanya, yang termasuk di
antaranya
adalah
pengujian
untuk
fenilketonuria
(PKU)
dan
pertama
setelah
melahirkan.
Sebagian
kecil
wanita
21
atau
kuantitas
ASI.
Kontrasepsi
estrogen-progesteron
22
23
Selain itu,
proses
akan mendapatkan
24
25
ukuran payudara yang luar biasa, kerutan atau lekuk yang luar
biasa pada payudara, puting payudara tertarik ke dalam.,
perdarahan atau keluar cairan abnormal dari puting payudara.
Patofisiologi
26
Stadium I
Terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe,
dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
b.
Stadium II
Terdiri atas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm,
dengan nodus limfe tidak terfiksasi negatif atau positif, dan tidak terdeteksi
adanya metastasis.
c.
Stadium III
Terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm, atau tumor dengan segala
ukuran yang menginvasi kulit atau dinding, dengan nodus limfe terfiksasi
positif dalam area klavikular, dan tanpa bukti adanya metastasis.
d.
Stadium IV
Terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran, dengan nodus limfe normal
atau kankerosa, dan adanya metastasis jauh.
5. Pengobatan
Menurut Sjamsuhidajat (2005), pengobatan kanker payudara dapat
dilakukan dengan tiga cara yakni kemoterapi, radiasi, dan operasi.
Keberhasilan pengobatan ini sangat tergantung dari ketentuan pasien
dalam berobat dan tergantung pada stadiumnya.
a. Operasi
27
28
dalam
memenuhi
dorongan
biologis
karena
ketidakmampuan yang diakibatkan penyakit kanker, atau efekefek samping dari pengobatan kanker.
Respon pasien terhadap tiga hal tersebut meliputi depresi,
menurunnya harga diri, permusuhan, dan mudah marah. Termasuk
dalam efek sosiologis, yaitu berkurangnya interaksi dengan keluarga
dan teman-teman, serta dapat mengurangi partisipasi dalam kegiatan
sehari-hari ( Baradero dkk, 2008 :26).
7. Studi klinis kanker payudara selama kehamilan
29
30
BAB III
TINJAUAN KASUS
: 13 tahun
Siklus Haid
: 28 hari
Jumlah
Lamanya
: 5-7 hari
Keluhan
: Tidak ada
31
: Pertama
: 29 Tahun
Lamanya
: 15 Tahun
f. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Lalu
32
Selama nifas
5) Eliminasi
a. Selama hamil
:
Awal kehamilan ibu mengatakan BAK lebih dari 7 kali dalam
sehari dan BAB minimal sekali sehari, hal yang sama dirasakan
saat kehamilan memasuki Trimester III bahkan kali ini frekuensi
BAK lebih sering dari sebelumnya.
b. Selama nifas
:
33
8) Riwayat Ketergantungan
Selama hamil
Ibu dan suami tidak mempunyai ketergantungan merokok, minumminuman keras, minum obat bebas, dan minum jamu-jamuan.
Selama nifas
34
Ibu dan keluarga sangatsenang atas kelahiran bayi, tetapi ibu sedikit
merasa sedih karena tidak mampu memberikan ASI secara lansung
kepada bayi. Keadaan ibu sangat baik, ibutampak bersemangat untuk
sembuh dan ingin merawat bayi secara penuh. Keluarga memberikan
dukungan kepada ibu.
11) Kehidupan Seksual
Selama 40 hari setelah persalinan ibu tidak akan melakuan hubungan
seksual.
3.1.2
Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Kesadaran
: Komposmentis
N : 80 x/menit
S : 36,8 C
R : 20 x/menit
c. Pemeriksaan antropometri
TB : 155 cm
BB : 60 kg
d. Pemeriksaan fisik
Kulit
Mata
Telinga
35
Hidung
Tenggorokan
Gigi
: 18/7/2016
Pukul
: 15.00 Wib
S:
- Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayi
- Ibu mengatakan sedikit nyeri pada luka bekas operasi
- Ibu mengatakan Tidak memberikan bayi ASI Eksklusif melainkan susu
formula
O:
- TD : 110/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, RR : 20x/menit, S : 37C
- lochea Rubra
- Kateter terpasang
3.2 PERENCANAAN
1. Beri tahu hasil pemeriksaan pada ibu
2. Observasi TTV (Tensi, Nadi, Suhu, Pernapasan), eliminasi
3. Edukasi kepada ibu mengenai mobilisasi dini
4. Fasilitasi ibu untuk mendapatkan dukungan sosial
5. Fasilitasi ibu untuk mendapatkan dukungan emosional
6. Edukasi perawatan luka operasi
7. Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian ASI
3.3 PELAKSANAAN
36
37
dapat mengurangi tekanan psikologis yang dialami ibu. Dalam hal ini
bidan bisa memberikan nasehat, saran, pengetahuan, informasi serta
petunjuk untuk tahap kesembuhan ibu.
5. Memberikan edukasi tentang perawatan luka operasi.
Perawatan luka operasi bisa dilakukanibu dengan berbagai cara :
a. Memelihara asupan nutrisi , ibu dianjurkan mengkonsumsi
makanan yang tinggi protein, karena kandungan protein sangat
bermanfaat untuk kesembuhna luka. Makanan yang kaya protein
seperti ikan laut, telur, dan sayur-sayuran.
b. Jika luka terasa nyeri : bisa ibu lakukan dengan menarik nafas
panjang dan menghembuskan secara perlahan saat nyeri muncl. Ibu
juga bisa melakukan gerakan relaksasi seperti gerakan memutar
pada leher, bahu lengan dan kaki.
c. Menjaga kebersihan tubuh termasuk menjaga area bekas jahitan
dengan membersihkan menggunakan waslap.
6. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang masa laktasinya .
Ibu dengan riwayat kanker payudara yang terdiagnosa sejak usia
kehamilan 6 bulan dan sudah menjalankan kemoterapi 2 kali selama
kehamilan. Kemoterapi dihentikan 2 bulan sebelum kelahiran bayi.
Untuk itu ibu tidak dianjurkan menyusui bayi menggunakan ASI,
alasan yang mendasar adalah efek dari obat kemoterapi yang masuk ke
dalam darah dan sudah menyatu dengan darah ibu ditakutkan
mempengaruhi kandungan ASI yang akan diberikan kepada bayi. Jadi
sebaiknya ibu tidak dianjurkan untuk menyusui, melainkan cukup
38
4.
39
BAB IV
PEMBAHASAN
Telah diperkirakan bahwa sampai 3,8% kanker payudara dapat didiagnosis
pada wanita yang sedang hamil, dengan perkiraan 1 di 3000-3500 persalinan
terjadi pada wanita dengan kanker payudara (McGrath, 2011).
Kanker payudara dapat kita cegah semenjak dini. Salah satu yang
memegang peranan penting adalah bidan yang berfungsi sebagai Pendidik dan
Pengelola. Dalam setiap asuhan yang diberikan bidan, kita bisa mengupayakan
untuk tindak pencegahan dini kanker payudara. Pencegahan bisa dimulai dari
masa remaja, pra kehamilan, masa kehamilan termasuk hingga masa laktasi.
Tindak pencegahan dan deteksi dini terhadap resiko kanker payudara dapat
kita lakukan dengan beberapa hal seperti melakukan pemeriksaan SADARI,
melakukan pola hidup sehat, termasuk memberikan Bayi ASI Ekskulif dan
meneruskan pemberian ASI sampai bayi berusia 2 tahun.
Begitu banyak upaya yang bisa dilakukan untuk pencegahan kanker
payudara, namun tetap tidak menutup kemungkinan seseorang untuk menderita
kanker payudara karena ada faktor penyebab lain yang tidak bisa dirubah hanya
dengan pola hidup sehat. Jika hal ini terjadi, fokus asuhan kita beralih menjadi
bagaimana caranya supaya seseorang yang terdiagnosa kanker payudara
menjalankan pengobatan hingga sembuh dan penyakitnya tidak berlanjut ke
stadium yang lebih parah. Hal ini jugalah yang penulis temui dilapangan.
Pasien Ny. M 41 tahun datang ke ruangan KB IGD RSIP M.Djamil padang
pada tanggal 17 juli 2016 pukul 13.00 Wib yang merupakan rujukan dari dokter
Rumah sakit swasta. Pasien dirujuk atas indikasi Ca.Mammae. Pasien mengatakan
40
hamil yang ke 4 dan keguguran 1 kali. Dokter rumah sakit merencanakan SC atas
indikasi bekas SC 2x dan Ca. Mamae dalam kemoterapi.
Pada kasus Ny. M, penulis merujuk kepada masalah dalam masa menyusui
yaitu ibu tidak memberikan ASI kepada bayi dengan indikasi Ca.Mamae dalam
kemoterapi. Selain itu ibu tampak sedikit sedih dengan apa yang sedang
dialaminya sekarang. Peran bidan dalam hal ini adalah memberikan Komunikasi
kesehatan Peran psikologis dalam setting medis Sebagai konselor, Memberikan
dan pendampingan Konseling kepada pasien maupun keluarga pasien, serta
Memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan kepada pasien.
Seorang ibu post partum sangat perlu mendapat dukungan psikologis dari
bidan atau tenaga kesehatan, mengingat masa-masa ini sangat rentan terjadinya
depresi post partum. Pembahasan kali ini juga mengacu pada teori yang sesuai,
dimana asuhan dan pendekatan bidan disesuaikan dengan kemungkinan dampak
kanker payudara yang dialami ibu terhadap berbagai aspek seperti aspek biologis
dan psikolohis kanker payudara.
Menurut (Baradero dkk, 2008), Aspek biologis kanker payudara Adanya
nyeri kanker menimbulkan efek samping yang multipel, seperti anoreksia,
insomnia, kelelahan, dan menurunnya mobilitas pasien. Aspek biologis pada ibu
termasuk tidak mampu menyusui bayi secara eksklusif, ibu mengatakan jumlah
ASI yang keluar sangat sedikit. Berdasarkan teori, penulis mencoba
menghubungkan adanya proses kemoterapi dan radiasi bisa mempengaruhi jumlah
dari ASI ibu.
Hasil kolaborasi dengan dokter, ibu dianjurkan terlebih dahulu
memberikan Donor ASI karena ditakutkan obat dari kemoterapi akan
41
menyusui ketika ibu berada dalam masa pengobatan, misalnya, seringkali lebih
dipengaruhi oleh kekhawatiran akan masuknya zat kimia obat di dalam ASI.
Bedanya dalam halini, ASI yang dipakai bukanlah dari ibu melainkan Donor.
Kesimpulan akhir ibu tetap tidak dianjurkan untuk menyusui bayi,
kandungan obat selama kemoterapi telah masuk ke pembuluh darah ibu dan
ditakutkan akan memberikan efek yang negatif pada kandungan ASI Ibu, sehingga
tidak baik di konsumsi oleh bayi.
Sedangkan Aspek psikologis penyakit kanker payudara dikaitkan dengan
persepsi pasien tentang ancaman dan stres yang disebabkan oleh kanker itu
sendiri. Persepsi itu berbeda pada setiap individu. Ancaman dari penyakit kanker
itu sendiri, Hilangnya bagian tubuh atau ancaman akan hilangnya bagian tubuh,
Frustasi dalam memenuhi dorongan biologis karena ketidakmampuan yang
diakibatkan penyakit kanker, atau efek-efek samping dari pengobatan kanker.
Dalam memberikan dukungan aspek psikologis, sebagai bidan sangat
perlu melakukan komunikasi yang efektif. Hal yang pokok seperti Mengurangi
keraguan dan membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif Teknik,
Mendengarkan Menunjukan penerimaaan Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Mengulangi
ucapan
klien
dng
kata2
sendiri
Menawarkan
informasi
42
43
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Telah ditegakkan diagnosis ibu P3A1H3 Post SC atas indikasi bekas SC 2x
dan Ca.Mamae, berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan vital sign, serta
pemeriksaan penunjang lainnya di ruangan rawatan kebidanan RSUP. Dr. M.
Djamil Padang.
Asuhan kebidanan yang diberikan sesuai permasalahan yang dihadapi oleh
ibu, adalah dengan memberikan perawatan postpartum pada ibu serta
memfasilitasi ibu untuk mendapatkan dukungan psikologis dari keluarga terdekat
terhadap apa yang dialami ibu. Memantau proses penyembuhan luka ibu setelah
operasi serta tindak lanjut penyembuhan Ca.Mammae sesuai dengan petunjuk
dokter dan memberikan dukungan psikologis kepada ibu. Selain itu, ibu tetap
dianjurkan untuk tidak menyusui bayi karena pernah menjalani kemoterapi, dan
obat yang digunakan untuk kemoterapi ditakutkan telah menatu dengan darah
sehingga mempengaruhi kandungan ASI.
5.2 Saran
Perlunya perawatan dan melakukan pemeriksaan yang rutin selama masa
nifas untuk menghindari penyebab dan komplikasi lain selama masa nifas.
44
DAFTAR PUSTAKA
45