Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah


Millenium Development Goals (MDGs) mengagendakan delapan
bidang permasalahan yang harus dicapai pada tahun 2015, lima dari delapan
agenda tersebut berkaitan dengan masalah kesehatan. Lima agenda tersebut
adalah Agenda ke-1 (Memberantas kemiskinan dan kelaparan), Agenda ke-4
(Menurunkan angka kematian anak), Agendake-5 (Meningkatkan kesehatan
ibu), Agenda ke-6 (Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit lainnya),
serta Agenda ke-7(Melestarikan lingkungan hidup). Untuk mendukung upaya
pencapaian MDGs, pada tahun 2011.
Menurut World Health Organization (WHO), sejak dari awal epidemi
hampir 75 juta orang telah terinfeksi virus HIV dan sekitar 36 juta orang telah
meninggal karena HIV. Secara global, 35.3 juta orang yang hidup dengan HIV
dan 1.6 juta orang meninggal dunia akibat AIDS sampai akhir tahun 2012.
Diperkirakan 0,8% orang dewasa usia antara 15-49 tahun di seluruh dunia
hidup dengan HIV, meskipun beban epidemik bervariasi antara negara dan
wilayah. Sub-Sahara Afrika masih dampak pada tahap yang parah, dengan
hampir 1 dari 20 orang dewasa (4.7%) yang hidup dengan HIV dan terhitung
71% dari orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia. Secara urutan,
setelah kawasan Sub-Sahara Afrika, prevalensi orang yang hidup dengan HIV
di Selatan dan Asia Tenggara adalah 3.9 juta orang, di Latin Amerika 1.5 juta
orang, di Amerika Utara, Eropa Timur dan Asia Tengah 1.3 juta orang, di Asia

Timur 880.000 orang, di Eropa Barat dan Tengah 860.000 orang, di Timur
Tengah dan Afrika Utara 260.000 orang, di Carribean 250.000 orang dan di
kawasan Oceania 51.000 orang (UNAIDS, 2013).
Menurut the Joint United Nations Programme on HIV/AIDS
(UNAIDS,2012), diperkirakan 12 negara mencapai lebih dari 90% dari orang
yang hidup dengan HIV dan lebih dari 90% infeksi HIV baru di Asia dan
Pasifik yaitu di negara Kamboja, Cina, Indonesia, Malaysia, Myanmar,
Nepal, Pakistan, Papua Nagini, Filipina, Thailand dan Vietnam. Di bawah
WHO guidelines tahun 2010, cakupan pengobatan secara keseluruhan adalah
51% di Asia dan Pasifik dengan peningkatan 46% sejak tahun 2009.
Kematian karena AIDS di seluruh wilayah telah menurun 18% sejak tahun
2005 menjadi sekitar 270.000 di tahun 2012. Hasilnya, kebanyakan dari 4,9
juta orang yang hidup dengan HIV, jumlah kematiannya menurun tetapi
1
dengan kondisi kronis dikelola. Dalam lima tahun terakhir, bagaimanapun
jumlah keseluruhan infeksi baru sebagian besarnya tetap tidak berubah.
Muncul epidemi jelas dalam beberapa negara. Sebagai contoh, antara tahun
2001 dan 2012, infeksi HIV baru meningkat 2,6 kali di Indonesia dengan
jumlah penderita HIV di tahun 2001 adalah 29,000 dan di 2012 adalah 76
000, manakala di Pakistan telah terjadi peningkatan drastik delapan kali lipat
dengan jumlah 2,300 orang pada tahun 2001 ke 19,000 orang di tahun 2012
dan di Filipina lebih dari 2 kali lipat dengan jumlah orang <1000 di tahun
2001 ke 1,800 orang di tahun 2012. Jumlah orang yang hidup dengan HIV di
Asia dan Pasifik pada tahun 2012 adalah 4,734.000 dan Indonesia menempati
tempat ketiga dengan jumlah orang sebanyak 610.000.

Menurut data Kemenkes, sejak tahun 2005 sampai September 2015,


terdapat kasus HIV sebanyak 184.929 yang didapat dari laporan layanan
konseling dan tes HIV. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta
(38.464 kasus), diikuti Jawa Timur (24.104kasus), Papua (20.147 kasus),
Jawa Barat (17.075 kasus) dan Jawa Tengah (12.267 kasus). Kasus HIV JuliSeptember 2015 sejumlah 6.779 kasus. Faktor resiko penularan HIV tertinggi
adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (46,2 persen)
penggunaan jarum suntik tidak steril pada Penasun (3,4 persen), dan LSL
(Lelaki sesama Lelaki) (24,4 persen).
Berdasasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten, pengidap
HIV/AIDS di Provinsi Banten sampai dengan Desember 2015 sebanyak
3.237 orang dengan rincian, pengidap HIV sebanyak 2.079 orang dan
pengidap AIDS sebanyak 1.158 orang dan jumlah yang meninggal dunia
sebanyak 182 orang.
Selama tahun 2015 hingga bulan November, dari data yang dimiliki
Dinkes ada 24 penderita HIV/AIDS, dari jumlah tersebut yang meninggal ada
6 orang, ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kota Serang
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang memperlemah
kekebalan tubuh manusia. HIV menyerang tubuh manusia dengan cara
membunuh atau merusak sel-sel yang berperan dalam kekebalan tubuh
sehingga kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan kanker menurun
drastis (Sunaryati, 2011).

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan


gejala dan infeksi sindrom yang timbul karena rusaknya system kekebalan
tubuh. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan komplikasi penyakit lainnya,
seperti penyakit paru-paru, saluran pencernaan, saraf dan kejiwaan, tumor
ganas (malignan) dan infeksi oportunistik lainnya (Sunaryati, 2011).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun yang
merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan
sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah masa periode peralihan
dari asa anak ke massa dewasa (Widyastuti dkk, 2009).
Karakteristik remaja yang rasa ingin tahunya sangat tinggi
menyebabkan mereka mencoba segala sesuatu yang menurut mereka menarik.
Jika tidak tersedia informasi yang benar mengenai masa remaja dapat
mengakibatkan prilaku yang merugikan bagi remaja termasuk terinfeksi HIVAIDS (Depkes RI,2008).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mangindaan (1996), dimana
sebagian besar partisipan cukup berpendidikan, mempunyai pengetahuan
yang salah tentang penyebab AIDS, banyak warga Negara Indonesia pernah
mendengar tentang HIV-AIDS, tetapi pengetahuan tentang cara penularan dan
pencegahannya belum dikenal luas. Mereka menganggap AIDS adalah
penyakit kutukan Tuhan. Akibat pengetahuan yang salah, penderita AIDS
menghadapi masalah dan berbagai penderitaan sehubungan dengan penyakit
mereka disamping penderitaan secara fisik juga penderitaan sosial akibat

kesan buruk masyarakat. Banyak penderita HIV-AIDS yang mengalami


diskriminasi dan prasangka buruk masyarakat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eni Wiyanti (2001)
memperlihatkan 45,6% bersikap positif terhadap HIV/AIDS pada remaja
sementara 54,4% bersikap negatif. Hal ini diperkuat oleh Haeriyanto.S (1997)
yang menyatakan bahwa remaja dengan sikap yang baik ataupun rendah
dapat saja memiliki perilaku seksual yang beresiko. Sikap bukan merupakan
suatu tindakan aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Remaja Tentang HIV/AIDS di Kelas XII SMA 4 Kota Serang Tahun 2016
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diperoleh pengetahuan
yang masih minim tentang HIV/AIDS, sikap yang masih salah tentang
pencegahan HIV/AIDS dan data yang diperoleh pun tidak sesuai dengan
harapan, bahkan menurut data Dinas Kesehatan Kota Berdasasarkan data dari
Dinas Kesehatan Provinsi Banten, pengidap HIV/AIDS di Provinsi Banten
sampai dengan Desember 2015 sebanyak 3.237 orang dengan rincian,
pengidap HIV sebanyak 2.079 orang dan pengidap AIDS sebanyak 1.158
orang dan jumlah yang meninggal dunia sebanyak 182 orang. Oleh karena itu
maka rumusan masalah yang diangkat penulis adalah adakah hubungan
pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA 4 Kota Serang.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang
HIV/AIDS di Kelas XII SMA 4 Kota Serang Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di
kelas XII SMA 4 Kota Serang Tahun 2016.
b. Mengetahui gambaran sikap remaja tentang HIV/AIDS di kelas XII
SMA 4 Kota Serang Tahun 2016.
c. Mengetahui hubungan usia dengan sikap remaja tentang HIV/AIDS di
kelas XII SMA 4 Kota Serang Tahun 2016.
d. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan sikap remaja tentang
HIV/AIDS di kelas XII SMA 4 Kota Serang Tahun 2016.
e. Mengetahui hubungan agama dengan sikap remaja tentang
HIV/AIDS di kelas XII SMA 4 Kota Serang Tahun 2016.
f. Mengetahui hubungan penghasilan orang tua dengan sikap remaja
tentang HIV/AIDS di kelas XII SMA 4 Kota Serang Tahun 2016.
g. Mengetahui hubungan perolehan info pendidikan seksual dengan
sikap remaja tentang HIV/AIDS di kelas XII SMA 4 Kota Serang
Tahun 2016.
h. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap remaja tentang
HIV/AIDS di kelas XII SMA 4 Kota Serang Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah SMA 4 Kota Serang Tahun 2016 Kota Serang


Hasil penelitian ini di harapkan dapat member masukan bagi institusi
sekolah, terutama pengurus bagian kesiswaan mengenai pengetahuan dan
sikap siswa-siswinya tentang pencegahan HIV/AIDS. Sehingga pihak
institusi sekolah dapat melakukan langkah-langkah yang lebih lanjut
untuk dapat mengarahkan pengetahuan dan sikap siswa-siswinya tentang
pencegahan HIV/AIDS ke arah yang lebih baik.
2. Bagi Institusi Pendidikan Universitas Nasional
Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu kesehatan
terutama tentang pencegahan HIV/AIDS untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan HIV/AIDS.
3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang pencegahan
penyakit HIV/AIDS.

Anda mungkin juga menyukai