Anda di halaman 1dari 141

1

PENULIS
Drs. Nugroho Muhammad Sofwan Hadi, M.Pd

KATA PENGANTAR
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Di dalamnya
dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan
yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan proses pembelajaran dan
penilaian yang diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi yang
diinginkan.
Faktor pendukung terhadap keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 adalah
ketersediaan Buku Siswa dan Buku Guru, sebagai bahan ajar dan sumber belajar
yang ditulis dengan mengacu pada Kurikulum 2013. Buku Siswa ini dirancang
dengan menggunakan proses pembelajaran yang sesuai untuk mencapai
kompetensi yang telah dirumuskan dan diukur dengan proses penilaian yang
sesuai.
Sejalan dengan itu, kompetensi keterampilan yang diharapkan dari seorang
lulusan SMK adalah kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret. Kompetensi itu dirancang untuk dicapai melalui
proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui kegiatankegiatan berbentuk tugas (project based learning), dan penyelesaian masalah
(problem solving based learning) yang mencakup proses mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Khusus untuk
SMK ditambah dengan kemampuan mencipta .
Sebagaimana lazimnya buku teks pembelajaran yang mengacu pada kurikulum
berbasis kompetensi, buku ini memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas.
Buku ini memuat urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan peserta didik. Buku ini mengarahkan hal-hal yang harus
dilakukan peserta didik bersama guru dan teman sekelasnya untuk mencapai
kompetensi tertentu; bukan buku yang materinya hanya dibaca, diisi, atau
dihafal.
Buku ini merupakan penjabaran hal-hal yang harus dilakukan peserta didik
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan
kurikulum 2013, peserta didik diajak berani untuk mencari sumber belajar lain
yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Buku ini merupakan edisi ke-1.
Oleh sebab itu buku ini perlu terus menerus dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan.
Kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi
berikutnya sangat kami harapkan; sekaligus, akan terus memperkaya kualitas
penyajian buku ajar ini. Atas kontribusi itu, kami ucapkan terima kasih. Tak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada kontributor naskah, editor isi, dan editor
bahasa atas kerjasamanya. Mudah-mudahan, kita dapat memberikan yang
terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan menengah kejuruan dalam rangka
mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).
Jakarta, Januari 2014
Direktur Pembinaan SMK
Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA

ii

DAFTAR ISI
PENULIS ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
GLOSARIUM ...................................................................................................... iv
I. Pendahuluan .................................................................................................. 1
A.
Deskripsi................................................................................................. 1
B.
Prasyarat ................................................................................................. 1
C.
Petunjuk Penggunaan ............................................................................. 1
D.
Tujuan Akhir .......................................................................................... 2
E.
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar................................................. 2
F. Cek Kemampuan Awal. ............................................................................. 4
II. Pembelajaran ................................................................................................. 6
A.
Deskripsi................................................................................................. 6
B.
Kegiatan Belajar ..................................................................................... 6
C.
Ruang Lingkup Survei dan Pemetaan .................................................... 8
Luas gambar dapat dihitung dengan sistem koordinat ................................ 72
Garis ............................................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 136

iii

GLOSARIUM
Nivo adalah bejana gelas tertutup yang pada satu sisinya cenbung, berisi
cairan (biasanya ether) hampir penuh,sehingga ada bagian sisa berupa
gelembung udaranya (uap ether)
Nivo kotak adalah nivo dimana bejananya berbentuk kotak atau lingkaran
dan sisi cembungnya berasa di bagian atas, sehingga dalam keadaan
mendatar gelembungnya akan berada di tengah kotak atau lingkaran bejana
tersebut.
Nivo tabung adalah nivo dimana bejananya berbentuk tabung lengkung,dan
bagian lengkungnya berasa di bagian atas, sehingga dalam keadaan
mendatar gelembungnya akan berada di tengah tabung tersebut.
Nivo U adalah nivo tabung yang diatur dengan cermin sedemikian rupa,
sehingga bila berada dalam keadaan mendatar akan memperlihatkan
gelembung berbeentuk U
Garis nivo adalah garis khayal yang menyinggung gelembung udara yang
ada di dalam nivo. Garis nivo ini mendatar seandainya gelembung nivo
berada di bagian atas sisi kaca baian cembungnya dan pada posisi mendatar
inilah menjadi pengertian umum garis nivo.
Garis bidik adalah garis pandangan mata kita melalui lubang teropong terus
ke perpotongan benang diafragma
Benang diafragma adalah dua buah benang atau goresan silang pada
diafragma membentuk salib sumbu yang berada di dalam sebuah teleskop ,
yang satu tegak disebut benang diafragma tegak dan yang satu lagi
mendatar disebut benang diafragma mendatar.
Diafragma adalah bidang berupa lempeng kaca, dimana bayangan dari
benda yang berada di depan lensa objektif akan tampak.
Benang stadia adalah dua buah benang atau goresan pada diafragma yang
jaraknya sama dan sejajar dengan benang diafragma mendatar
Teleskop adalah teropong yang di dalamnya terdapat lensa objektif dan
lensa okuler, sehingga dapat melihat benda jauh serta seringkali dilengkapi
dengan benang diafragma sebagai pengarah bidikan

iv

I. Pendahuluan
A. Deskripsi
Buku ini membahas mengenai cara mengoperasikan beberapa alat ukur tanah
utama yang banyak digunakan dalam pengukuran, antara lain pita ukur/meteran,
kompas, penta prisma, cermin sudut, klinometer, odometer, alat ukur sipat
datar/waterpass dan alat sipat ruang/theodolite berserta kelengkapannya, seperti
kaki tiga atau statif, unting-unting dan rambu ukur.
Buku ini merupakan buku dasar karena berisi dasar pengetahuan bagi mereka
yang akan mempelajari atau bekerja di bidang pengukuran tanah.
Setelah menguasai modul ini perseta didik bukan saja hanya sekedar mengenal
beberapa alat ukur utama yang banyak digunakan dalam pengukuran, tetapi juga
mengetahui bagian-bagian alat dan fungsinya serta mampu mengoperasikan
sesuai dengan persyaratan yang harus dipenuhi pada penggunaan alat-alat
tersebut, dan mampu merawatnya dengan baik.

B. Prasyarat
Sebelum mempelajari Buku ini, siswa diharapkan telah memahami Ilmu yang
berkaitan erat dengan Survei dan Pemetaan, yaitu Matematika Terapan.
C. Petunjuk Penggunaan
Untuk mempermudah peserta mempelajari modul ini, diharapkan peserta
mengikuti semua petunjuk-petunjuk berikut :
1.

Peserta harus memiliki kemauan yang keras/ aktif dalam

mengikuti

pelajaran
2.

Bacalah Tujuan Umum Pembelajaran (TUP) sebagai acuan siswa dalam


mempelajari modul ini

3.

Modul ini terdiri dari 3 kegiatan belajar, oleh sebab itu siswa diharuskan
menguasai terlebih dahulu kegiatan belajar yang satu, baru dapat
meneruskan ke kegiatan belajar berikutnya.

D. Tujuan Akhir
Tujuan Akhir setelah mempelajari Buku ini, diharapkan siswa dapat:
1.

Memahami ruang lingkup survei dan pemetaan

2.

Menerapkan jenis-jenis peralatan survei dan pemetaan

3.

Menerapkan jenis-jenis pekerjaan survei dan pemetaan

4.

Menerapkan proses pelaksanaan pekerjaan dasar-dasar survei dan pemetaan.

5.

Mengelola pengukuran dasar-dasar survei dan pemetaan.

6.

Menerapkan fungsi masing masingbegian dari peralatan jenis optis

7.

Menerapkan teknik pengoperasian alat sipat datar (leveling) dan alat sipat
rruang (Theodilite)

8.

Menerapkan teknik perawatan alat jenis optic

9.

Menerapkan teknik pengecekan alat jenis optik

10. Menerapkan proses pengecekan kebenaran data pengukuran


E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti dan kompetensi Dasar yang akan siswa pelajari :
KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya

KOMPETENSI DASAR
1.1

1.2

2. Menghayati dan Mengamalkan


2.1
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan
pro-aktifdan menunjukan sikap
sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
2.2

Menambah keimanan dengan


menyadari hubungan
keteraturan dan kompleksitas
alam terhadap kebesaran
Tuhan yang menciptakannya
Menyadari kebesaran Tuhan
yang menciptakan dan
mengatur karakteristik ilmu
ukur sudut, aljabar, ilmu ukur
bidang datar.
Menunjukkan perilaku ilmiah
(memiliki rasa ingin tahu;
objektif; jujur; teliti; cermat;
tekun; hati-hati; bertanggung
jawab; terbuka; kritis; kreatif;
inovatif dan peduli lingkungan)
dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi
sikap dalam melakukan
penggolongan jenis peralatan
survey pemetaan, jenisjenis
pekerjaan survei pemetaan,
pengoperasian alat sipat datar,
alat sipat ruang, penjelasan
metode pengambilan data dan
diskusi.
Menghargai kerja individu dan

kelompok dalam aktivitas


sehari-hari sebagai wujud
implementasi dasar-dasar
penyetelan alat sipat datar
dan alat sipat ruang, pengisian
daftar ukur, melaksanakan
pengukuran pekerjaan dasardasar survey pemetaan di
lapangan.
3. Memahami, menerapkan dan
menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, dan
prosedural berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dalam
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian dalam
bidang kerja yang spesifik untuk
memecahkan masalah.

3.1

4. Mengolah, menalar, dan menyaji


dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu
melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.

4.1

Memahami ruang lingkup


survei dan pemetaan.
3.2 Menerapkan jenis-jenis
peralatan survei dan pemetaan
3.3 Menerapkan jenis-jenis
pekerjaan survei dan pemetaan
3.4 Menerapkan proses
pelaksanaan pekerjaan dasardasar survei dan pemetaan.
3.5 Menerapkan peralatan ukur
jenis optik.
3.6 Menerapkan fungsi masingmasing bagian dari peralatan
jenis optik.
3.7 Menerapkan teknik
pengoperasian alat sipat datar
(leveling) dan alat sipat ruang
(theodolit).
3.8 Menerapkan teknik perawatan
jenis optik.
3.9 Menerapkan teknik
pengecekan alat jenis optik.
3.10 Menerapkan proses
pengecekan kebenaran data
pengukuran.

4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7

4.8

Menelaah prinsip-prinsip
survey pemetaan.
Mengelola jenis-jenis peralatan
survey pemetaan.
Mengelola jenis-jenis pekerjaan
survei dan pemetaan.
Mengelola pekerjaan dasardasar survei pemetaan.
Mengelola peralatan ukur jenis
optik.
Menalar fungsi-fungsi bagian
dari peralatan optik.
Menelaah pengoperasian
peralatan sipat datar (leveling)
dan alat sipat ruang (theodolit).
Mengelola hasil perawatan alat
jenis optik

4.9

Mengelola hasil pengecekan


alat jenis optik
4.10 Mengelola hasil proses
pengecekan kebenaran data
pengukuran.

F. Cek Kemampuan Awal.


Sebagai Cek Kemampuan awal siswa, sebelum mempelajari buku ini
hendaknya siswa mengerjakan pertanyaan pertanaan berikut, dan bila telah
dapat menjawab sesuai dengan kunci jawaban, maka siswa baru
diperkenankan mempelajari buku ini sesuai urutan materi yang ada.

Pertanyaan :
1. Sebutkan macam macam peralatan tukang batu disekitar/ dilingkungan
tempat tinggal Anda (sebanyak banyaknya)
2. Sebutkan macam macam peralatan yang ada disekitar kelas Anda
3. Sebutkan rumus rumus dasar matematika yang sering Anda gunakan
sehari hari
Kunci Jawaban :
1. Macam macam peralatan tukang batu disekitar Kita antara lain :
a. Sendok semen
b. Singkup
c. Cangkul
d. Mistar siku siku (dari besi)
e. Slang plastic
f. Unting unting
g. Ember
h. Waterpass
i. Perancah/ tangga
j. Sendok perata
k. Pita Ukur (5m 15 m)
l. Pensil
m. Penggaris
n. Dan lain - lain
4

2. Rumus rumus dasar matematika yang biasa dipergunakan sehari


hari antara lain :
a. A + B = C maka B = C - A dan A = C = B
b. A/B = C maka A = B x C dan B =A/C
c. A/B = C/D > A x D = C x B
d. Luas Persegi Empat = Panjang X Lebar
e. Luas Segitiga = Alas X Tinggi : 2
f. Luas Trapesium = (sisi sejajar atas + sisi sejaja bawah ) tinngi :2
g. Luas lingkaaran = x r2
h. Keliling Lingkaran = 2 x x r
i. Pytagoras: sisi miring = akar dari Jumlah Kuadrat sisi siku kunya
j. Sin < = sisi tegak : sisi miring (segitiga)
k. Cos < = sisi datar : sisi sisi miring (suatu segita)
l. Tangent < = sisi tegak : sisi datar

II. Pembelajaran
A. Deskripsi
Ilmu Ukur Tanah/ Survei dan Pemetaan adalah sebagian kecil dari ilmu
yang lebih luas, dinamakan Ilmu Geodesi.
Ilmu Geodesi mempunyai 2 maksud/tujuan yaitu :
1. Maksud ilmiah, yaitu menentukan bentuk permukaan bumi.
2. Maksud praktis, yaitu yang mempelajari penggambaran sebagian besar
atau sebagian kecil dari permukaan bumi, yang dinamakan peta.
Untuk mencapai maksud di atas, maka perlu dipelajari bagaimana
melakukan pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk
tidak beraturan karena adanya gunung-gunung yang tinggi dan lembahlembah yang curam.
Pengukuran yang akan dipelajari dibagi-bagi dalam pengukuran
mendatar dari titik-titik yang terletak di atas permukaan bumi dan
pengukuran tegak guna mendapatkan tegak antara titik-titik yang diukur
di atas permukaan bumi yang tidak beraturan, ke dalam bidang gambar
datar (peta) maka diperlukan bidang perantara sehingga keadaan dapat
dilakukan dengan mudah.
Sebagai bidang perantaranya adalah bidang datar. Karena permukaan
bumi yang akan kita ukur hanya mempunyai ukuran tidak lebih dari
radius 55 km, meskipun permukaan bumi itu lengkung (tidak datar) maka
kita anggap datar.
B. Kegiatan Belajar
Kegiatan Belajar 1.
a.

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 ini, siswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan Ruang Lingkup Survei dan Pemetaan.
2. Menjelaskan Tentang Besaran/ Satuan pada survey dan pemetaan
3. Menjelaskan Tentang Peta

b.

Uraian Materi
1. Ruang Lingkup Survei dan Pemetaan.
6

A. Pengamatan 1
1. Lakukan

pengamatan

tentang

benda-benda

disekitar

Anda,

bagaimanakah kedudukannya terhadap benda lain antara lain


jaraknya, besarnya (panjangnya, lebarnya, tingginya),

berapakah

perbedaan ketinggiannya antara benda yang satu dengan benda yang


lain, misalnya perbedaan tinggi antara muka kursi dan muka meja,
dsb
2. Amatilah benda-benda tersebut sebanyak-banyaknya, dan tulislah
sebagai hasil pengamatan Anda, yang mana hasil tersebut akan
didiskusikan dengan hasil pengamatan dari teman teman Anda.
B. Bandingkan Dan Simpulkan
Dalam hal tersebut di atas, masing masing siswa pasti ada
kekurangan dan ada kelebihannya, untuk itu bandingkan hasil
pengamatamu dengan teman teman lainnya, kemudian saling
melengkapi hasil pengamatannya masing masing.
C. Tujuan Survei dan Pemetaan
Secara umum, tujuan Survei dan Pemetaan adalah menerapkan
bagaimana cara :
1. Menentukan posisi sembarang bentuk yang berbeda di atas
permukaan bumi.
2. Menentukan letak ketinggian (elevasi) segala sesuatu yang
berbeda di atas atau di bawah suatu bidang yang berpedoman
pada permukaan air laut rata rata/ Mean Sea Level (MSL).
3. Menentukan bentuk atau relief permukaan tanah beserta benda
benda yang ada dipermukaan tanah tersebut.
4. Menentukan panjang, arah/ sudut, dan koordinat suatu titik (posisi)
dari titik lain yang terdapat pada permukaan bumi, dan
menghitung luas daerah yang telah dibatasi suatu areal tertentu.

.A
C
.
B

Titik A terletak

Titik B terletak

di atas permukaan

dibawah permukaan

tanah tanah

tanah

Titik C terletak
pada permukaan

Gambar 1

C. Ruang Lingkup Survei dan Pemetaan


1. Ruang Lingkup Survei dan Pemetaan antara lain :
a. Badan Pertanahan Nasional (BPN), untuk menentukan batas-batas
tanah milik pemerintah, milik perorangan dan milik swasta sehingga
dapat untuk membuat Sertifikat Hak Milik (SHM), menentukan
besarnya pajak kepada pemerintah/ Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
b. Kementrian pekerjaan umum dalam rencana pembuatan jalan, saluransaluran/parit-parit dan irigasi besar kecil sebagaimana disebut dalam
ruang lingkup diatas.
c. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) yang
menentukan batas-batas sebuah negara dengan negara tetangganya
(menentukan batas negara harus diukur oleh kedua belah pihak
dengan perjanjian-perjanjian bersama dan dilindungi oleh undangundang).
d. Kementrian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) tentang batas
batas tambang minyak, tambang batu bara, tambang emas dsbnya.
e. Jawatan

Topografi Angkatan Darat, dibidang kemiliteran, dalam

penentuan situasi Medan Pertempuran.


f. Maritim, parawisata, transmigrasi dan pembuatan proyek - proyek
kecil maupun proyek besar dan pemeliharaannya.
g. Perancanaan Tata Kota dll.

h. Mengadakan pengukuran tanah untuk pemetaan dengan skala-skala


tertentu dari data data lapangan dipindahkan di atas kertas yang
disebut PETA.
i. Fotogrametri yaitu pengukuran yang salah satu unsurnya menggunakan
foto udara.
j. Pengukuran hidografi yaitu pengukuran untuk mendapatkan gambar
permukaan dasar laut dan lain-lain.
k. Selain hal tersebut, luas tanah juga diperlukan untuk perencanaan
kotamadya, perluasan suatu daerah, rsncana jalan, rencana pengairan,
dan rencana transmigrasi.

2. Besaran/Satuan Pada Pekerjaan Survai dan Pemetaan


Zaman dahulu orang untuk membuat peta mempergunakan satuan ukuran
satu hari perjalanan yaitu mulai tertib matahari sampai tenggelamnya
matahari. Untuk daerah kecil mereka mempergunakan langkah kaki.
Tentunya ukuran tersebut kurang teliti mengingat medan yang dilaluinya
tidaklah sama. Demikian pula untuk langkah kaki, tiap-tiap orang
panjang langkahnya berbeda. Pada akhir abad kedelapan belas, oleh
Akademi Kerajaan untuk Kesenian, Kebudayaan dan Pengetahuan di
Paris,

telah

diketemukan

satuan

panjang

yaitu

meter

sebagai

sepersepuluh juta panjang meridian bumi. Seabad kemudian dibuatlah


meter standard dari bahan platina yang disimpan di Bureau Internationale
des Poides et Measures Bretuil di kota Paris.
Karena meter standar ini dibuat dari logam, maka tentu saja akan
dipengaruhi oleh perubahan suhu udara. Sehingga pada tahun 1927 pada
konferensi ukuran dan berat internasional, ditentukan satu meter
menggunakan panjang gelombang garis merah pada spektrum kadmium
dalam udara yang kering, dalam suhu 15 o c dan tekanan udara sebenar
760 mm tinggi air raksa.
Panjang tahun 1957, oleh comite consoltatif pour la Definition du metre
diusulkan panjang meter ditentukan dengan gelombang garis merah
muda pada spektrum dari krypton isotop 86. Pada bulan Oktober 1960 di

Paris, usul tersebut telah diterima oleh La Xie Conference Generale des
Poid et Measures.
Dengan demikian sekarang satuan panjang telah ditentukan sangat teliti.
yaitu :
Satuan Jarak :
1 km (kilometer)

= 1000 m

1 hm (hektometer)

= 100 m

1 dam (dekameter)

= 10 m

1 dm (desimeter)

= 0,1 m

1 cm (centimeter)

= 0,01 m

1 mm (milimeter)

= 0,001 m

1 (mu)

= 0,0001 mm = 0,000001 m

1 Yard (Inggris)

= 3 feet = 0,914 m

Satuan Luas :
Ukuran luas yang digunakan untuk Survei dan Pemetaanadalah :
1 ha (hectare)

= 10.000

m2

= 1 hm2 (kwadrat)

1 a (are)

= 100

m2

= 1 dam2

1 ca (centiare)

= 1

m2

1 km2 (kwadrat)

= 1.000.000

m2

1 hm2

= 10.000

m2

1 dam2

= 100

m2

1 dm2

= 0,001

m2

1 cm2

= 0,00001

m2

1 bau

= 500 tumbak

1 tumbak/ubin/bata

= 14 m2

7096 m2

Untuk menghindarkan pangkat dua sebagai kuadrat dan memudahkan


menulis, maka tanda kuadrat dapat menggunakan q sehingga untuk :
1 km2 dapat ditulis q km
1 hm2 dapat ditulis q hm, dan seterusnya

10

Satuan Sudut
Besaran sudut, dasarnya adalah lingkaran yang dibagi menjadi empat
bagian, yang disebut kuadran.
Selanjutnya kita mengenal 3 cara menentukan besaran sudut yaitu :

a. Cara seksagesimal, yaitu dengan membagi lingkaran dalam 360 bagian


yang dinamakan derajat, menulisnya 3600. Dengan demikian satu
kuadran = 360o : 4 = 90o. Satu derajat dibagi lagi menjadi 60 bagian,
yang disebut menit, menulisnya 60. Satu menit dibagi lagi menjadi 60
bagian yang disebut detik/sekon, menulisnya 60.
Jadi 10 = 60
1 = 60
b. Cara sentisimal
Yaitu dengan membagi lingkaran dalam 400 bagian yang dinamakan
grade, menulisnya 400g.
Satu grade dibagi menjadi 100 bagian, yang dinamakan centrigrade,
menulisnya 100c. Satu centrigrade dibagi lagi menjadi 100 bagian yang
disebut centi-centrigrade, menulisnya 100cc.
Jadi 1g = 100c
1c = 100cc

c. Cara Radian (Radial)


Sudut pusat didalam lingkaran yang mempunyai busur yang sama dengan
jari-jari lingkaran sebesar satu radian.

Kita tahu bahwa keliling lingkaran 2 r


Satu lingkaran mempunyai sudut sebesar

2r
= 2 radian
r

Hubungan dari ketiga cara tersebut di atas adalah :


3600 = 400g = 2 radian

Satu radian disingkat dengan 1 (rad) = 57o17 44,81


Hubungan antara radian dengan seksagesimal

11

Tabel 1. Seksagesimal dijadikan Radial

3600 360 x60 360 x60 x60


1Rad

2
2
2
3600
3600

57 0 ,295780 = 57o17 44,81


1Rad
2
6,283185308

1Rad
1Rad

360 x60
21600

343774677
2
6,283185308

360 x60 x60


1296000

206264,8062
2
6,283185308

Keterangan : 2 = 6,283185307 dihitung dengan mesin hitung


(kalkulator).
Hubungan antara radian dengan sentisimal

1Rad

400 g
400 g

63 g ,66197723
2
6,283185308

1Rad

400 x100c
40000c

6366c ,197724
2
6,283185308

1Rad

400 x100 x100cc


4000000cc

636619 cc ,7723
2
6,283185308

12

Tabel 2. Radial dijadikan Sentisimal

Hubungan antara seksagesimal dengan sentisimal

10

400
1g ,11111111
360

1o

400 x100c
111c ,11111111
360

13

10

400 x100 x100cc


11111cc ,11111111
360

400 x100c 40000c

1c ,85185119
360 x60
21600

400 x100 x100cc 4000000c

3cc ,086419753
360 x60 x60
12960000

1g

360 0
0,9 0
400

1g
1g
1c

1cc

360 x60
54
400

36 x60 x60
3240
400

360 x60
0,54
400 x100

360 x60 x60


0,324
400 x100 x100

14

Tabel 3. Sentisimal jadi Seksagesimal

Setelah anda mempelajari ketiga cara untuk menyatakan besaran sudut dan
hubungan ketiga cara tersebut, marilah kita coba merubah besaran sudut yang
telah diketahui pada cara seksagesimal ke cara sentisimal atau radian dan
sebaliknya.

15

Perhatikan contoh di bawah ini :


Contoh I :

Diketahui sudut = 1270 28 12

Besaran sudut akan dirubah secara sentisimal.


Penyelesaian : 1270

= 127 x 1g,11111111 = 141g,1111109

28

= 28 x 1c,8518511851 = 0,518518519

12

= 12 x 3cc,0841975

Jadi

12702812 = 141g,63333

= 0,003703704

Dapat pula dihitung secara langsung sebagai berikut :


1270 28 12 =

1270 2812
x 400g = 141g,63333333
3600

Tabel 4. dari Seksagesimal dijadikan Sentisimal

16

17

Sehingga bila satuan sudut seksagesimal dirubah menjadi radian sbb :


1270

28

12

2
x 127
360

2
x 28
360 x60
2
360 x60 x60

= 2,216 586 15 rad


= 0,008 144 869 rad
= 0,000 058 177 rad
2,224 771 198 rad

Dapat pula dihitung secara langsung sebagai berikut :


1270 28 12 =

1270 2812
x 2 rad = 2,224 771 198 rad
3600

Contoh II

Diketahui = 3,779 350 506 rad


Besaran sudut itu akan rubah ke cara seksagesimal

Penyelesaian :
3,779350506 rad =

3,779350506
x 3600 = 2160 32 27
2

Sekarang kita ubah besaran sudut tersebut ke cara sentisimal


3,779350506 rad =

3,779350506
x 400g = 240g 60c 09cc 258
2

Contoh III

Diketahui = 316g 13c 24cc


Besaran tersebut akan kita ubah ke cara seksagesimal
316g 13c 24cc =

316 g13c 24cc


x 3600 = 2840 31 8,98
g
400

Sekarang kita ubah besaran sudut tersebut ke cara radian

316 g13c 24cc


x 2 rad = 4,965796127 rad
316 13 24 =
400 g
g

cc

18

3. Peta
Salah satu kegunaan pengukuran tanah adalah untuk membuat peta. Peta
adalah gambar dari permukaan bumi, yang dilihat secara vertikal dari atas
pada suatu bidang datar. Gambar dalam peta mencakup atau memuat segala
sesuatu yang terlihat pada permukaan bumi dan memuat segala sesuatu yang
diperlukan untuk pembuatan peta.
Dalam menggambar permukaan bumi yang disebut peta, harus digunakan
skala proyeksi tertentu.
Dengan adanya benda-benda alam dan benda-benda buatan manusia di atas
permukaan bumi yang harus digambar, maka perlu dibuat tanda-tanda gambar
agar dapat membedakan antara benda satu dengan benda lainnya. Tandatanda gambar itu disebut legenda.
Pembuatan peta harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.

Mempunyai skala.

2.

Memakai sistem proyeksi.

3.

Mempunyai legenda.

4.

Mempunyai tulisan untuk keterangan yang lengkap.

3.1 Macam-Macam Peta


1. Peta Agraria
Peta agraria dibuat dan diukur oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN)
atau kotamadya dengan ukuran yang besar skala biasanya 1:1.000 atau
1:500.
Di atas peta ini dapat dilihat keadaan tiap-tiap persil dengan
bangunannya; digunakan untuk pajak tanah dan pekerjaan teknis.

2. Peta Teknik
Peta teknik dibuat secara khusus dalam perencanaan untuk pekerjaan
teknik, untuk perencanaan dan pembuatan gedung, jalan raya, jalan
kereta api, irigasi, jembatan, dan keperluan lain untuk pembangunan.
Skalanya disesuaikan dengan besar kecilnya pekerjaan yang akan
dilaksanakan

19

3. Peta Topografi
Arti dari topografi ialah penjelasan lapangan secara tertulis.
Jadi, peta topografi adalah peta yang lengkap menggambarkan daerah
dengan detail-detail yang lengkap, mefnpunyai ketentuan-ketentuan
internasional; umpamanya proyeksi yang dipakai ialah proyeksi
Polyder berdasarkan garis-garis lintang dan meridian.
Skala peta yang dipakai 1:50.000 dan 1:35.000 besamya tiap-tiap peta
yaitu 20 x 20. Artinya 20 menit lintang dan .20 menit bujur. Dengan
luas antara 18 x 13 cm.
Peta ini dibuat oleh Dinas Topograpi Angkatan Darat.
4. Peta Hidrografi
Peta hidrografi adalah peta yang menggambarkan keadaan pantai,
dalamnya laut, dan menggambarkan keterangan-keterangan yang
diperlukan untuk pelayaran.

5. Peta Khusus
Peta ini dibuat untuk suatu keperluan, sehingga tidak dapat
dipergunakan untuk keperluan lainnya.
Misalnya:
a.

Peta statistik untuk keperluan Kantor Kepegawaian dan


Kependudukan.

b.

Peta jalan untuk keperluan turisme.

c.

Peta sungai untuk-keperluan pelayaran sungai.

d.

Peta pengairan yang menyatakan daerah pengairan dan saluran


air, baik untuk aliran sungai ke daerah pengairan maupun untuk
mengalirkan air yang tetah digunakan.

e.

Peta geologi (macam lapisan tanah, gunung-gunung berapi,


sungai di bawah tanah, dan lain-lain).

f.

Peta hutan yang menyatakan keadaan hutan dan keadaan


tumbuhannya.

20

g.

Peta triangutasi yaitu peta yang.menggambarkan khusus titik


(tempat-tempat dengan koordinatnya). Sebagai titik-titik ikat
kerangka peta yang diukur dengan teliti.

6.

Peta Dunia
Dengan persetujuan internasional, tiap negara dapat membuat peta
dengan skala lebih kecil dari 1:1.000.000, bahkan dapat membuat
peta dunia secara lengkap. Jadi, peta dunia ialah peta yang
menggambarkan benua serta pulau-pulau beserta batas-batas tiap
negara di selurun dunia dengan isinya. Artinya, keadaan tempattempat tiap negara, jalan, dan sungai sampai kepada flora dan
faunanya.

3.2 Skala Peta


Skala peta adalah suatu perbandingan linier dari keadaan di atas peta
(kertas gambar) dengan keadaan di atas bumi. Misalnya, peta skala
1:100.000 berarti 1 cm di atas peta sama dengan 100.000 cm (1000
meter) di atas permukaan bumi.
Untuk

menentukan

pemakaian

skala

peta,

didasarkan

atas

perbandinganyaitu :
1. Dapat mengukur jarak-jarak denah secara teliti.
2. Dapat menggambarkan suatu daerah yang luas dengan tidak banyak
kesalahan-kesalahan yang besar.

a. Jenis Peta Berdasar Skalanya


Ditinjau dari skalanya, peta terdiri dari:
1. Peta teknik atau peta rencana.
Skala 1:5000 dan lebih besar 1 : 1000; 1 : 500 dan seterusnya.
2. Peta topografi.
Skala 1 : 10.000 sampai 1 : 200.000.
3. Peta geografi.

21

Skala 1 : 200.000 dan lebih kecil 1 : 50.000 ;1 : 200.000 dan


seterusnya.

b. Cara Menggambar dengan Skala


Contoh:
1. Jarak pengukuran lurus/jarak sebenarnya = 36,4 km
Skala gambar

= 1 : 50.000

Jarak dalam kertas/peta JP

= Js x Skala

Jarak dalam kertas/peta JP


2. Jarak di lapangan

= 3.640.000/5000=72.8 cm
= 1 km

Skala gambar

= 1 : 50.000

Jarak dalam kertas/peta

= JP = 100.000/50.000 = 2 cm

3. Jarak di peta = 2 cm
skala gambar = 1 : 50.000

jarak sebenarnya JS =2x50.000=100.000 cm 1000 m 1 km


c. Rangkuman
1. Ruang Lingkup Survei dan Pemetaan :
1. Badan Pertanahan Nasional (BPN),
2. Kementrian pekerjaan umum
3. Kementrian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral)
4. Jawatan Topografi Angkatan Darat, Mengadakan pengukuran tanah
untuk pemetaan dengan skala-skala
5. Fotogrametri

yaitu

pengukuran

yang

salah

satu

unsurnya

menggunakan foto udara


6. Pengukuran hidografi
7. Untuk perencanaan kotamadya, perluasan suatu daerah, rencana jalan,
rencana pengairan, dan rencana transmigrasi.

2. Satuan
1. Satuan ukuran panjang yang dipergunakan orang dari zaman dulu
hingga perkembangan zaman sekarang dengan meter standard.

22

2. Satuan ukuran luas yang biasa dipergunakan untuk pengukuran tanah


adalah meter persegi, hectare dsb
3. Besaran/ satuan sudut ada 3 macam yaitu :
A. Seksagesimal
B. Sentisimal
C. Radian / Radial

3. Peta
Peta adalah gambar dari permukaan bumi, yang dilihat secara vertikal
dari atas pada suatu bidang datar. Gambar dalam peta mencakup atau
memuat segala sesuatu yang terlihat pada permukaan bumi dan memuat
segala sesuatu yang diperlukan untuk pembuatan peta.

3.1 Macam-macam Peta


a. Peta Agraria
Peta agraria dibuat dan diukur oleh Badan Pertanahan Nasional
(BPN) atau kotamadya dengan ukuran yang besar skala biasanya
1:1.000 atau 1:500.
b. Peta Teknik
Peta teknik dibuat secara khusus dalam perencanaan untuk
pekerjaan teknik, untuk perencanaan dan pembuatan gedung,
jalan raya, jalan kereta api, irigasi, jembatan, dan keperluan lain
untuk pembangunan.
c. Peta Topografi
Arti dari topografi ialah penjelasan lapangan secara tertulis.
Jadi, peta topografi adalah peta yang lengkap menggambarkan
daerah dengan detail-detail yang lengkap, mefnpunyai ketentuanketentuan internasional; umpamanya proyeksi yang dipakai ialah
proyeksi Polyder berdasarkan garis-garis lintang dan meridian.
d. Peta Hidrografi

23

Peta hidrografi adalah peta yang menggambarkan keadaan pantai,


dalamnya laut, dan menggambarkan keterangan-keterangan yang
diperlukan untuk pelayaran.
e. Peta Khusus
Peta ini dibuat untuk suatu keperluan, sehingga tidak dapat
dipergunakan untuk keperluan lainnya.
Misalnya:
Peta statistik untuk keperluan Kantor Kepegawaian dan
Kependudukan.
Peta triangutasi yaitu peta yang.menggambarkan khusus titik
(tempat-tempat dengan koordinatnya). Sebagai titik-titik ikat
kerangka peta yang diukur dengan teliti.d.l.l.
f. Peta Dunia
Dengan persetujuan internasional, tiap negara dapat membuat
peta dengan skala lebih kecil dari 1:1.000.000, bahkan dapat
membuat peta dunia secara lengkap. Jadi, peta dunia ialah peta
yang menggambarkan benua serta pulau-pulau beserta batas-batas
tiap negara di selurun dunia dengan isinya.

3.2 Skala Peta


Skala peta adalah suatu perbandingan linier dari keadaan di atas peta
(kertas gambar) dengan keadaan di atas bumi. Misalnya, peta skala
1:100.000 berarti 1 cm di atas peta sama dengan 100.000 cm (1000
meter) di atas permukaan bumi.

3.3 Jenis Peta Berdasar Skalanya


Ditinjau dari skalanya, peta terdiri dari:
1. Peta teknik atau peta rencana.
2. Peta topografi.
3. Peta geografi.

24

3.4 Cara Menggambar dengan Skala


Contoh:
Jarak pengukuran lurus/jarak sebenarnya = 36,4 km
Skala gambar = 1 : 50.000
Jarak dalam kertas/peta JP=Js x Skala
Jarak dalam kertas/peta JP=3.640.000/5000=72.8 cm

d. Tugas
Gambarkan denah sekolah Anda dirumah (sket tanpa skala) selengkap
dan sebagus mungkin.

e. Tes Formatif
Kerjakan soal soal di bawah ini :
1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat, jelas dan benar !
a. Jelaskan tujuan survey dan pemetaan!
b. Jelaskan ruang lingkup survey dan pemetaan!
c. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan peta!
d. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan skala peta!
e. Ada berapa macam peta! Sebutkan!
f. Apa gunanya peta teknik!
g. Jika jarak lapangan 25 km, skala gambar 1 : 100.000, berapakah
jarak dalam kertas gambar!
2. Ubahlah besaran sudut seksagesimal di bawah ini menjadi
sentesimal
1. 1240 27 21 =
2. 160 24 42 =
3. 1720 24 42 =
4. 760 34 28 =
5. 2420 14 13 =
Ubahlah besaran sudut di bawah ini menjadi seksagesimal
6. 144g 26c 16cc =
7. 67g 12c 48cc =
8. 174g 51c 95cc =
25

9. 225g 63c 38cc =


Ubahlah besaran sudut seksagesimal di bawah ini menjadi radian
10. 3250 25 18
11. 1050 12 23
12. 970 14 45
13. 2040 32 23
14. 1070 46 13
f. Kunci Jawaban :
Soal no 1.
a. Secara umum, tujuan Survei dan Pemetaan adalah menerapkan
bagaimana cara :
1. Menentukan posisi sembarang bentuk yang berbeda di atas
permukaan bumi.
2. Menentukan letak ketinggian (elevasi) segala sesuatu yang
berbeda di atas atau di bawah suatu bidang yang
berpedoman pada permukaan air laut rata rata/ Mean Sea
Level (MSL). Lihat Gambar 1 berikut.
3. Menentukan bentuk atau relief permukaan tanah beserta
luasnya.
4. Menentukan panjang, arah/ sudut, dan koordinat suatu titik
(posisi) dari titik lain yang terdapat pada permukaan bumi,
dan menghitung luas daerah yang telah dibatasi suatu areal
tertentu.

b. Ruang Lingkup Survei dan Pemetaan


a. Badan Pertanahan Nasional (BPN), untuk menentukan
batas-batas tanah milik pemerintah, milik perorangan dan
milik swasta sehingga dapat untuk membuat Sertifikat Hak
Milik

(SHM),

menentukan

besarnya

pajak

kepada

pemerintah/ Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

26

b. Kementrian pekerjaan umum dalam rencana pembuatan


jalan, saluran-saluran/parit-parit dan irigasi besar kecil
sebagaimana disebut dalam ruang lingkup diatas.
c. Badan

Koordinasi

Survei

dan

Pemetaan

Nasional

(Bakosurtanal) yang menentukan batas-batas sebuah negara


dengan negara tetangganya (menentukan batas negara harus
diukur oleh kedua belah pihak dengan perjanjian-perjanjian
bersama dan dilindungi oleh undang-undang).
d. Kementrian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral)
tentang batas batas tambang minyak, tambang batu bara,
tambang emas dsbnya.
e. Jawatan Topografi Angkatan Darat, dibidang kemiliteran,
dalam penentuan situasi Medan Pertempuran.
f.

Maritim, parawisata, transmigrasi dan pembuatan proyek proyek kecil maupun proyek besar dan pemeliharaannya.

g. Perancanaan Tata Kota dll.


h. Mengadakan pengukuran tanah untuk pemetaan dengan
skala-skala tertentu dari data data lapangan dipindahkan di
atas kertas yang disebut PETA.
i. Fotogrametri yaitu pengukuran yang salah satu unsurnya
menggunakan foto udara.
j. Pengukuran hidografi yaitu pengukuran untuk mendapatkan
gambar permukaan dasar laut dan lain-lain.
k. Selain hal tersebut, luas tanah juga diperlukan untuk
perencanaan kotamadya, perluasan suatu daerah, rsncana
jalan, rencana pengairan, dan rencana transmigrasi.

c. Peta adalah gambar dari permukaan bumi, yang dilihat secara


vertikal dari atas pada suatu bidang datar.
d. Skala peta adalah suatu perbandingan linier dari keadaan di atas
peta (kertas gambar) dengan keadaan di atas bumi.
e. Macam-macam Peta

27

1. Peta Agraria
2. Peta Teknik
3. Peta Topografi
4. Peta Hidrografi
5. Peta Khusus
6. Peta Dunia
f. Peta teknik dibuat secara khusus dalam perencanaan untuk
pekerjaan teknik, untuk perencanaan dan pembuatan gedung,
jalan raya, jalan kereta api, irigasi, jembatan, dan keperluan lain
untuk pembangunan.

Jawaban Soal no 2.
1. 138g 28c 42cc,592
2. 18g 23c 51cc,852
3. 191g 56c 85cc,185
4. 85g 08c 27cc,1604
5. 269g 15c 21cc,604
6. 1290 50 7,584
7. 600 24 44,35
8. 1570 4 3,18
9. 2030 4 13,51
10. 5,679.679.541 rad
11. 1,836.197.879 rad
12. 1,697.259.976 rad
13. 3,569.891.604 rad
14. 1,880.946.183 rad

Kegiatan Belajar 2
a. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari setiap unit kegiatan belajar 2 ini, siswa diharapkan
dapat :
A. Menjelaskan Jenis - Jenis Peralatan Survei Dan Pemetaan.

28

B. Menerapkan Jenis - Jenis Peralatan Survei Dan Pemetaan


C. Mengelola Jenis - Jenis Pekerjaan Survei Dan Pemetaan
D. Menelaah Pengoperasian Peralatan Sipat Datar (Leveling) Dan Alat Sipat
Ruang.

b. Uraian Materi
A. Menjelaskan jenis-jenis Peralatan Survei dan Pemetaan
1. Perlengkapan/ Peralatan Survei dan Pemetaan Sederhana (bukan optic)
1.1. Tanda Titik Titik di Lapangan dan Kegunaannya.
Pada pekerjaan Ukur Tanah, baik pengukuran jarak maupun
pengukuran sudut, diperlukan perlengkapan maupun peralatannya.
Menurut sifat dan kegunaannya, titik-titik Survei dan Pemetaandapat
dibedakan menjadi 2 (dua) buah, yaitu titik bersifat tetap (Bench
Mark) dan titik bersifat sementara.

1.2. Titik Tetap (Bench Mark)


Titik tetap terdiri dari titik triangulasi dan titik polygon. Titik
triangulasi terbuat dari tugu beton dan dipasang di daerah-daerah
luas/pegunungan atau di setiap pulau. Titik polygon terbuat dari tugu
beton dan dipasang di daerah-daerah kecil, seperti dalam kota atau
kawasan industri dan perumahan.
Dari titik tetap ini selain diketahui koordinat-koordinatnya (X,Y),
dan diketahui pula ketinggiannya yang diambil dari permukaan air
laut rata rata. Koordinat titik tetap ini diukur dan dihitung secara
Teliti karena titik ini akan menjadi dasar pengukuran selanjutnya.

29

Gambar 2

Gambar 3
Macam macam patok tetap
1.3.Titik Sementara
Titik sementara adalah tanda/titik yang
pembuatan

bersifat sementara, baik

dan penggunaannya dalam pengukuran. Tanda titik

sementara terdiri atas:

1.3.1 Patok

30

Alat ini terbuat dari kayu atau bambu, yang digunakan untuk
memberi tanda batas yang bersifat sementara pada saat pengukuran.
Titik ini ditanam ke dalam tanah dengan kedalaman 0,25 s.d. 0,50
meter. Patok dimasukkan ke dalam tanah dengan cara dipukul dan
sisa yang menonjol dari permukaan tanah 5 sampai 10 cm.
Sebaiknya alat ini diberi tanda dengan cat merah agar mudah
terlihat. Ukurannya 5 x 5 cm atau 10 x 10 cm.

Gambar 5
Gambar 4

Patok semestara
1.3.2 Yalon
Yalon terbuat dari pipa besi dengan ukuran diameter inci yang
digunakan untuk memberi tanda titik/batas pengukuran dan bersifat
sementara. Agar mudah terlihat, alat ini setiap jarak 20cm diberi
warna merah dan putih berselang-seling. Agar tidak cepat rusak,
akibat ditancapkan ke dalam tanah, maka bagian bawah dilengkapi
dengan sapatu besi.

31

Gambar 6
Yalon besi

Gambar 7
Yalon kayu dan Statif Yalon

1.3.3 Rambu Ukur (Bak Ukur)

32

Alat ini terbuat dari kayu atau bahan aluminium, pada sisi
depannya terdapat skala pembacaan, digunakan untuk memberi
tanda titik sementara dilapangan pada saat pengukuran. Rambu
ukur berpenampang segi empat berukuran 2 cm x 4 cm dan
panjang 3 sampai 5 meter. Bagian depannya dilengkapi dengan
ukuran skala sentimeter. Pada setiap 1 meternya diberi cat yang
berbeda dan mencolok.
Rambu ukur yang penjangnya 5 meter dapat distel dalam
pemakaian di lapangan (Gambar 7). Kedudukan alat ini harus
benar benar tegak/vertikal. Kegunaan pokok alat ini adalah
untuk pembacaan data pada pengukuran sipat datar maupun
sipat ruang (untuk bantuan mengukur jarak optis, sudut miring
dan beda tinggi).

Gambar 8
Rambu Ukur

1.2. Alat Ukur Jarak Langsung Dilapangan

33

Alat-alat ukur jarak yang digunakan pada pengukuran dilapangan


antara lain sebagai berikut:
1.2.1

Pita Ukur Kain Linen


Pita ukur ini terbuat dari kain linen, lebar 2 cm dan
panjang 10 m, 15 m, 30 m, 50m.. Kelemahan pita ukur ini
adalah mudah basah bila terkena air, sehingga mudah
merenggang/ memanjang dan mudah rusak/putus. Dan
pemakaiannya tidak menggunakan pocket balance. Hal
ini akan mengakibatkan kurang teliti dalam pengukuran
jarak langsung.

Gambar 9
Pita Ukur Kain Linen

1.2.2 Pita Ukur Fiberglass


Pita ukur ini terbuat dari bahan fiberglass, lebar 2 cm
panjang 15m, 30 m dan 50 m. Pita ukur ini sangat kuat,
ringan dan tahan terhadap air, sehingga banyak dipakai
pada pengukuran, baik didaerah basah maupun daerah
kering. Saat pemakaiannya tidak menggunakan pocket
balance. Perlu diperhatikan pula bahwa

pada saat

menggulung jangan sampai terlipat..

34

Gambar 10
Pita Ukur Fibre Glass

1.2.3. Pita Ukur Baja


Pita ukur ini terbuat dari pita baja lebar 2 cm, tebal 0,4 mm,
serta panjang 20 m, 30 m, 50 m dan 100 m. Alat ini
menggunakan pocket balance yang dipasang pada ujung
pita ukur yang ditarik 5 sampai 8 koligram. Yang perlu
diperhatikan, penggunaan alat ini harus menghindari lalu
lintas kendaraan, karena bila pita ukur baja ini terlindas
roda kendaraan akibatnya bisa putus.

Gambar 11
Pita Ukur Baja

1.2.4. Mata yang dihubungkan satu sama lain dan dipasang cincin
kuningan untuk tiap panjang 1 m, 10 m, 20 m, 25 m dan 30
meter. Namun sat ini sudah jarang rantai ukur ini

35

digunakan, dan pemakaian alat ini harus menggunkan


pocket balance dengan gaya tarik maksimum 10 kg.
Dalam penarikan rantai ukur ini, harus diperhatikan yaitu
mata rantai tidak boleh kusut dan terlipat. Sebagai
pelengkap,dalam pemakaian dilapangan, harus disediakan
pen baja untuk menghindari kesalahan pengukuran.

Gambar 12
Rantai Ukur

1.2.5 Roda ukur (Odometer)


Alat ini berupa roda yang berukuran 30 cm s/d 40 cm dan
dilengkapi dengan tongkat pendorong. Diantara roda
terdapat skala pencatat jarak mulai dari sentimeter,
meter,dan kilometer. Roda ini dilengkapi dengan jraum
penunjuk batas ukuran. Alat ini banyak dipakai pada
pengukuran jarak jalan raya dalam rangka perhitungan
volume pekerjaan. Yang perlu diperhatikan, alat ini
digunakan dengan cara harus didorong lurus.

36

Gambar 13
.3. Alat Ukur Sudut Sederhana

Gambar 14

37

Gambar 15
Kompas

38

Gambar 15

Gambar 16
2. Menerapkan Peralatan Survei dan Pemetaan
2.1 Menerapkan Peralatan Survei dan Pemetaan Sederhana Untuk :
a. Membuat garis lurus antara dua titik di lapangan

39

1. Petunjuk
a. Perhatikan dengan baik lokasi di mana kita akan melakukan praktek.
b. Perhatikan dengan saksama lembaran pekerjaan dan langkah-langkah
kerjanya.
c. Mengincar yalon harus pada dua posisi/sisi (kanan dan kin).
d. Menancapkan yalon harus tegak (bukan selalu tegak lurus permukaan
tanah).
e. Pemasangan yalon-yalon harus tepat sesuai titik-titik yang telah
ditentukan.
f. Membuat laporan kerja

2. Peralatan dan Perlengkapan


Peralatan dan perlengkapan yang dapat digunakan untuk membuat garis
lurus antara dua buh titik di lapangan yaitu :
1. Yalon (minimal 4 buah)
2. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m)
3. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan.

3. Keselamatan Kerja
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja agar
keselamatan terjamin antara lain :
a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang tumpul, dan
yalon tidak boleh diseret
b. Saat praktek dilarang bercanda.
c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah.
d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali.

4. Langkah Kerja
a.

Tancapkan yalon di titik P dan Q

b.

Minimum dilaksanakan oleh 2 orang.

40

c.

Orang pertama berdiri di belakang yalon titik P sejauh X cm ( 30


cm) menghadap ke arah titik Q dan memberi perintah pada orang ke
dua.

d.

Orang ke dua diantara titik P dan Q memegang yalon dengan ibu jari
dan jari telunjuk, mengikuti petunjuk orang pertama sehingga yalon
A segaris lurus dengan P dan Q.

e.

Orang kedua menancapkan yalon A setegak-mungkin pada

titik

yang sudah didapat.


f.

Orang pertama mengincar kembali posisi yalon, sehingga benarbenar tampak yalon PAQ berimpit (hanya terlihat satu yalon).

g.

Demikian lakukan seperti di atas pada yalon B, C, dan seterusnya.

h.

Bila pekerjaan selesai maka titik-titik P, A, B, C, .... Q tampak


seperti satu yalon, karena lurus sekali.

Kegunaan membuat garis lurus di lapangan :


Diantaranya untuk membantu pada saat pengukuran jarak langsung
dengan pita ukur, yang mana bila panjang jarak yang akan diukur
melebihi dari panjangnya pita ukur .
Sehinga supaya jaraknya benar-benar lurus (tidak membelok kekanan
dan kekiri), maka dibuatlah garis lurus tersebut dengan bantuan Yalon.

5. Pertanyaan Awal
a. Sebutkan kegunaan dari titik-titik pembagi (A,B,C) tersebut!
b. Dalam mengincar yalon, kita harus berdiri minimum 130 cm.
(benar/salah)
c. Cara memegang yalon pada waktu menerima aba- aba boleh
digenggam. (benar/salah)
d. Untuk memberi perintah pada teman yang jauh kita menggunakan
bahasa isyarat. (benar/salah)
e. Bolehkah membawa yalon dengan cara diseret?

6. Pertanyaan Akhir

41

a. Pada pekerjaan-pekerjaan apakah, membuat garis lurus ini


dilaksanakan?
b. Bila pada pekerjaan ini tidak ada yalon, apakah yang akan dipakai
sebagai pengganti yalon?

Gambar 17

b. Memperpanjang garis lurus dilapangan

1. Petunjuk
a.

Perhatikan dengan baik lokasi di mana kita akan melakukan praktek.

b.

Perhatikan dengan saksama lembaran pekerjaan dan langkah-langkah


kerjanya.

c.

Mengincar yalon harus pada dua posisi/sisi (kanan dan kin).

d.

Menancapkan yalon harus tegak (bukan selalu tegak lurus permukaan


tanah).

e.

Pemasangan yalon-yalon harus tepat sesuai titik-titik yang telah


ditentukan.

f.

Membuat laporan kerja

2. Peralatan dan Perlengkapan


1. Yalon (minimal 4 buah)
2. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m)
3. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan.
42

3. Keselamatan Kerja
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja agar
keselamatan terjamin antara lain :
a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang tumpul, dan
yalon tidak boleh diseret
b. Saat praktek dilarang bercanda.
c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah.
d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali.

4. Langkah Kerja
b. Minimum pekerjaan dilakukan oleh satu orang (boleh lebih)
c. Membuat garis lurus PQ (tancapkan yalon P dan Q (yang akan
diperpanjang)
d. Orang yang berdiri di titik A (perpanjangan P-Q) membidik kea rah
Q - P dan berusaha agar yalon A Q P terlihan satu buah saja.
e. Setelah tepat satu buah saja, kemudian yalon A ditancapkan, lakukan
hal tersebut pada titik B
f. Bila pekerjaan dilakukan oleh dua orang:
f. Membuat garis lurus PQ (dengan menancapkan yalon dititik P dan Q)
g. Orang pertama berdiri di titik P, orang kedua di titik A menuruti aba
aba dari orang pertama sambai yalon P Q A terlihat satu buah
saja.
h. Lakukan hal tersebut sampai pada titik titik yang diperlukan

5. Pertanyaan Awal
a. Jelaskan dengan singkat cara memperpanjang garis lurus di lapangan!
b. Apa kegunaan dan alat yang digunakan untuk pengukuran ini?
c. Perlukah adanya pemeriksaan terakhir kala pengukuran ini telah selesai?
d. Sesudah selesai, perlukah alat-alat yang digunakan untuk praktek di
bersihkan/dicuci?

43

6. Pertanyaan Akhir
a. Pada akhir pekerjaan-pekerjaan apakah, memperpanjang garis lurus
dilakukan?
b. Sesudah pekerjaan/pengukuran selesai, apa yang anda lakukan?

Gambar 18
c. Membuat Garis Lurus Antara Dua Titik Melalui Rintangan
1. Petunjuk
a. Perhatikan dengan baik lokasi di mana kita akan melakukan praktek.
b. Perhatikan dengan saksama lembaran pekerjaan dan langkah-langkah
kerjanya.
c. Mengincar yalon harus pada dua posisi/sisi (kanan dan kin).
d. Menancapkan yalon harus tegak (bukan selalu tegak lurus permukaan
tanah).
e. Pemasangan yalon-yalon harus tepat sesuai titik-titik yang telah
ditentukan.
f. Membuat laporan kerja
2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan
1. Yalon (minimal 8 buah)
2. Patok-patok kayu/bambu sementara(minimal 4 buah)
3. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m)
4. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan.
3. Keselamatan Kerja

44

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja agar


keselamatan terjamin antara lain :
a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang tumpul, dan
yalon tidak boleh diseret
b. Saat praktek dilarang bercanda.
c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah.
d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali.

4.Langkah Kerja
Cara I
a. Tancapkan yalon di titik P dan titik Q (P dan Q titik utama).
b. Tancap yalon R sehingga dapat melihat ke P dan Q.
c. Ukur PR dan QR.
d. Bagi PR menjadi bagian-bagian yang sama misalnya (4 bagian),
sehingga RS = 1/4 RP.
e. Bagi RQ menjadi bagian-bagian yang sama misalnya (4 bagian),
sehingga RT = 1/4 RQ.
g. Hubungkan dan perpanjang ST, sekarang ST//PQ.
h. Proyeksikan titik P ke perpanjangan TS di A, sehingga PA tegak
lurus ST (dengan menggunakan cermin sudut/penta prisma atau
dengan cara garis tinggi, setinggi segi tiga sama kaki, (alasnya dibagi
2 sebagai titik A)
h. Proyeksikan pula Q ke perpanjangan ST di D, Sehingga DQ=AP, dan
DQ tegak lurus DT
i. Tentukan titik-titik pembagi B,C secukupnya buat BB// DD dengan
perbandingan segitiga = 3:4:5 dan tentukan titik B dengan ukur BB
= AP.
j. Dengan jalan sama buat CC//DQ, CC= DQ
k. Jadi titik B, S, T, C segaris dengan garis PQ.
l. Lakukan untuk titik titik S T kemudian hubungkan titik titik P B
S dan Q T dan C, itulah garis PQ yang terhalang bangunan
5. Pertanyaan

45

a. Dapat dilakukan oleh berapa orangkah pekerjaan ini?


b. Alat-alat apakah yang digunakan untuk pekerjaan ini?
c. Bolehkah ketika bekerja sambil bergurau?
d. Apa yang dimaksud 3:4:5, buat contoh dan buktikan?
e. Di manakah titik R ditempatkan pada pekerjaan ini?
f. Coba terangkan cara memproyeksikan suatu ttik pada suatu garis!
g. Bagaimanakah cara mengontrol bahwa pengukur yang kamu lakukan
sudah betul-betul lurus?
h. Adakah cara lain untuk mengerjakan pekerjaan ini? Kalau ada
terangkan?

Gambar 19
Cara II :

Gambar 20

46

Pada cara II, dibuat suatu gris lurus lainnya sejajar dengan PQ.pilihlah
titik A dan titik B sedemikian rupa hingga jarak dari P Q dan AB sama
panjangnya = p. Dengan demikian, haruslah dibuat < PAB = < QBA
kedua-duanya 90o. Bagaimana sudut siku-siku ini dibuatnya?
Tentukan titik-titik a, b, c, d, dan selanjutnya pada garis lurus AB dan
buatlah pada titik-titik ini garis tinggi, garis yang dibuat sama dengan
jarak P. Maka didapatkan titik a1, b1, c1, d1, dan seterusnya yang
merupakan titik-titik pada garis lurus PQ.

Cara III :
Pada cara ketiga, dicarilah titik A dilapangan yang letaknya sedemikian
rupa hingga titik P dan titik Q dapat terlihat dari titik A. Buatlah di
lapangan garis lurus PA (lihat gambar di bawah ini) dan buatlah titiktitiknya a, b, c, dan d.
Hitunglah berturut-turut:

P1

Pa
p;
Pq

P2
P4

Pb
p;
Pq

P3

Pc
p;
Pq

Pd
p;
Pq

Gambar 21
Buatlah jarak P1, P2, P3, dan P4 sebagai garis tinggi-garis tinggi
berturut-turut dari titik a, b, c dan d, sehingga didapatlah titik-titik a1, b1,
c1 dan d1 yang akan terletak digaris lurus PQ.
Perlulah disini dibuat sudut-sudut dititik a, b, c, dan d yang besarnya
sama dengan 90o.

47

Cara ketiga ini memerlukan hitungan jarak-jarak P1 dan seterusnya. Bila


garis PQ panjang, maka banyaklah pula hitungan yang harus dilakukan.
Pada cara sebelumnya, tidak ada hitungan yang harus dikerjakan karena
jarak-jarak yang harus dibuat di lapangan sama panjangnya dengan jarak
p yang ditentukan.

d. Menentukan Titik Potong Antara Dua Garis Yang Bersilangan di


Lapangan.
1. Petunjuk
a. Pelajarilah lembaran pekerjaan ini dengan langkah-langkah yang baik dan
benar!
b. Pekerjaan ini dapat dilakukan 3 orang.
c. Jawablah pertanyaan-pertanyaan awal!
d. Jawablah pertanyaan-pertanyaan akhir!
e. Gambarlah hasil praktek untuk dijadikan laporan hasil pengukuran!

2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan


a. Yalon (minimal 8 buah)
b. Patok-patok bambu/kayu sementara (minimal 8 buah)
c. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m)
d. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan.

3. Keselamatan Kerja
Sama seperti pada praktek praktek sebelumnya
4. Langkah Kerja
a. Pasanglah yalon di titik A, B, P, dan Q (pada titik-titik yang telah
ditentukan)
b. Orang pertama (I) membidikan yalon A ke B.
c. Orang kedua (II) membidikan yalon P ke Q.

48

d. Orang ketiga (III) menancapkan yalon S, kira-kira diperkirakan tepat pada


gars lurus AB dan PQ, dengan memperhatikan aba aba dari orang ke
satu (I) dan orang ke dua (II)
e. Periksa kembali pekerjaannya apakah sudah memenuhi syarat atau belum!

5. Pertanyaan Awal
a. Alat apa saja yang kita gunakan untuk pekerjaan ini dan berapa
banyaknya?
b. Minimal dilakukan oleh berapa orangkah pengukuran ini?
c. Bagaimanakah cara menancapkan yalon yang aman?
d. Apakah tugas orang ketiga di dalam pengukuran ini?
e. Perlukah membuat garis silang ini dibedakan kembali dari titik yang
lain?
6. Pertanyaan Akhir
e. Terangkan dengan singkat bagaimana langkah kerja di dalam pengukuran
ini?
f. Pada pekerjaan-pekerjaan apakah, menentukan titik potong ini biasanya
dilaksanakan?
Gambar kerja

Gambar 22
e. Membuat Garis Lurus Antara Dua Buah Titik Yang Terletak Pada Sudut
Bangunan.
49

1. Petunjuk
(sama dengan praktek praktek sebelumna)
2. Keselamatn Keja
(sama dengan praktek praktek sebelumnya)
3.Peralatan dan perlengkapan
(sama dengan pada saat praktek sebelumnya)

4. Langkah Kerja
Misalnya, titik P dan Q adalah titik-titik suatu gedung besar, maka diperlukan
dua orang untuk menempatkan titik-titik yang terletak di satu garis dengan P
dan Q (terletak antara titik P dan titik Q).
Orang pertama memegang yalon a dan orang kedua memegang yalon b.
Orang kedua berusaha menempatkan yalonnya di titik b1 dan orang pertama
menempatkan yalonhya di titik a 1, dengan jalan kedua orang tersebut saling
membidik/melihat agar titik b1, a1, dan P dan a 1 dan b 1 Q terlihat satu garis
lurus.
.

Gambar 23
f. Mengukur Jarak antara 2 buah titik di lapangan.

Petunjuk, keselamatam kerja dan peralatannya sama dengan praktek


sebelumnya (peralatannya ditambah pen baja atau patok bambu/kayu)
Bila menggunakan pita ukur, baik dari bahan kain linen,fibre glass maupun
baja, maka harus berhati-hati karena angka-angkanya mudah terhapus dan

50

apabila terlilit lama kelamaan dapat patah. Pita ukur ujungnya mempunyai
kaitan (pegangan) dan bertitik 0 pada jarak 10 cm dari pegangan.

Langkah kerja:
Dikerjakan minimal oleh 2 orang.
a. Tentukan titik-titik yang akan diukur (misalnya titik A dan titik B).
b. Apabila jaraknya melebihi panjang pita ukur, maka jarak A B dibagi
menjadi beberapa kali panjang pita ukur tersebut, dengan bantuan yalon,
lakukan seperti pada langkah membuat garis lurus di lapangan, agar jarak
AB atau garis AB benar-benar lurus, sehingga jaraknya sangat teliti.
c. Agar jaraknya benar-benar datar, maka gunakanlah waterpas tukang
kayu/tukang batu (agar pita ukurnya selalu mendatar kedudukannya)
d. Untuk membantu penghitungan jaraknya, biasanya menggunanakan pen
baja atau patok bambu
e. Pen baja/patok bambu gunanya untuk menghitung langkah pengukuran.
Misalnya, orang pertama pada akhir pengukuran mengumpulkan 11 buah
pen berarti jumlah langkah 11-1 = 10. Jadi, jarak yang diukur 10 x panjang
pita ukur, bila panjang pita ukur 20 m, maka jaraknya = 10 x 20 m = 200
m, ditambah sisanya yang mungkin kurang dai 20 meter ( 8 meter) jadi
pangjang totalnya 208 meter.

g. Membaca Rambu Ukur


Seperti dijelaskan sebelumnya, rambu ukur berfungsi sebagai alat bantu
dalam menentukan beda tinggi dengan menggunakan pesawat sipat datar ,
rambu ukur biasanya terdiri dari beberapa jenis, antara lain seperti gambar 24
di bawah ini.
Rambu Interval 5 mm

Rambu Interval 10 mm

51

2m

1
2
m

Gambar 24
Untuk mendapatkan ketinggian suatu titik, diperlukan data dari suatu
rambu bacaan ukur tersebut, lihat contoh hasil bacaan rambu ukurr di
bawah ini:

Gambar 25
Ditanya:

a. Berapa t (beda tinggi)


b. Berapa d (jarak optik)
Untuk menyelesaikan hal di atas, juru ukur/surveyor harus dapat
melaksanakan pembacaan rambu dengan pesawat. Cara mendapatkan BA
(benang atas), BT (benang tengah), BB (benang bawah) adalah sebagai
berikut :

52

2
2

2m

BA = 2,160m

BT = 1,990m
BB = 1,820m

Gambar 26

53

4
2

3
2

2
BA = 2,355m
2

BT = 2,201m
BB = 2,047

2
m

Gambar 27

Dari contoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan

= 2355
angka didepan koma, (0,000) harus berpatokan pada keberadaan benang

atas (ba), benang tengah (bt), benang bawah (bb), pada tiap-tiap kolom
10 cm.
Melihat contoh diatas, bila ba = 0,875, berarti nilai yang menjadi patokan
adalah satu angka didepan koma dan belakang koma, 0,8.
Pembacaan rambu kebenarannya sangat diperlukan dalam menghasikan
hasil yang tepat supaya beda tinggi dan jaraknya mendekati kebenaran
sesuai data di lapangan.

Pengukuran beda tinggi ada tiga cara.


1. Pengkuran beda tinggi bila pesawat di atas titik
2. Pengkuran beda tinggi bila pesawat di antara 2 titik
3. Pengkuran beda tinggi bila pesawat di luar 2 titik

54

Untuk itu, pembacaan mempunyai ketentuan untuk koreksi apakah


bacaan ketiga benangnya benar atau salah, sebagai berikut:

bt

ba bb
atau 2 bt ba bb
2

Sedangkan untuk mendapatkan jarak (d) mempunyai ketentuan sebagai


berikut:
D/ jarak optik =
t

(ba bb) x 100


bacaan bt belakang bacaan bt muka.

h. Mengukur jarak datar tidak langsung (mengukur jarak miring dan


sudut lereng dulu antara dua buah titik) dengan klinometer di lapangan.
1. Petunjuk
a. Perhatikan lokasi pengukuran, barang kali ada benda benda atau
binatang yang berbahaya.
b. Hati hati dalam membaca sudut miring, agar hasilnya teliti
c. Hati hati dalam membaca jarak miring, biasanya titik nol tidak dimulai
dari awal pita ukur

2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan


a. Yalon (minimal 2 buah)
b. Klinometer
c. Patok-patok bambu/ kayu sementara (minimal 2 buah)
d. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m)
e. Rol meter yang 3m atau 5 meter
f. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan.

3. Keselamatan Kerja
a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang tumpul, dan
yalon tidak boleh diseret
b. Saat praktek dilarang bercanda.

55

c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah.


d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali.

Klinometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut lereng pada
lapangan yang miring. Sudut miring yang didapat dari hasil pengukuran ini,
untuk keperluan/ mendapatkan jarak datar dan beda tinggi, namun hasilnya
kurang teliti.
Untuk mendapatkan jarak datar dapat dihitung dengan rumus:
Jarak datar = jarak miring x cos sudut miring.
Untuk menghitung beda tinggi adalah:
Beda tinggi = jarak miring x sin sudut miring.
Catatan : ketinggian yang dibidik pada yalon harus setinggi mata pembidik.
Contoh:
Misalkan hasil pengukuran sudut miring = 30 o, dan hasil pengukuran jarak
miring = 20,00m, maka jarak datar = 20,00 x Cos 30o = 20,00 x 0,866025 =
17,321 m
Sedangkan beda tinggi = 20,00 x Sin 30o = 20,00 x 0,0,500 = 10,00 m

i. Mengukur sudut Azimuth/ Sudut jurusan dengan Kompas


Kompas adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut jurusan/ sudut
azimut.
Yang kemudian data tersebut dapat untuk menghitung koordinat suatu titik
bila koordinat titik sebelumnya telah diketahui, jarak datar dan sudut
jurusannya juga diketahui. Adapun sudut juusan adalah sudut yang diukur
dari arah utara sebenarnya (astronomis) searah dengan arah putaran jarum
jam, pada jurusan yang dimaksud. Sedangkan sudut azimut adalah sudut yang
diukur dari arah utara magnetis, searah dengan arah putaran jarum jam.
Perbedaaan antara utara astronomis dan utara magnetis disebut deklinasi.

Langkah Kerja

56

a.

Tempatkan tripod (statif) kompas (ada yang asli) atau membuat sendiri,
di titik A dan pasanglah kompas pada statif.

b.

Pasanglah yalon pada tiitik B yang diukur Azimuthnya

c.

Setel kompas dan aturlah visir segaris dengan jarum magnet.

d.

Bila jarum magnet dan visir sudah terletak pada satu garis, artinya
kompas sudah mengaah ke Utara, aturlah skala sudut pembacaan 0 0'
arah Utara.

e.

Arahkan kompas ke titik B, bidiklah melalui visir ke arah yalon B,


bacalah sudut kompas

f.

Ukuran jarak A -B, dengan pita ukur (d1).

g.

Contoh menghitung koordinat titik B bila koordinat titik A diketahui :


Misal diketahui hasil pengukuran Azimut antara titik A dan titik B (
o

= 60 ), jarak antara titik A dan B (d

A-B

A-B

= 20,000m), koordinat titik A

(XA, YA), = A ( 10m,10m), hitunglah koordinat titik B.


Penyelesaian :
X A-B = jarak datar x Sin A-B = 20 x 0,86603 x 1m = 17,321 m
Y A-B = jarak datar x Cos A-B= 20 x 0,50000 x 1m = 10,000 m
Maka X B = X A + X A-B = 10,000m + 17,320m= 27,321m
Dan

Y B = Y A + Y A-B = 10,000m + 10,000m= 20,000m

j. Memproyeksikan suatu titik pada suatu garis di lapangan


1. Petunjuk
a. Perhatikan lokasi pengukuran, barang kali ada benda benda atau
binatang yang berbahaya.
b. Hati hati dalam mengunakan yalon, agar benar benar tegak
c. Hati hati dalam menggunakan penta prisma, usahakan bayangan yalon
dari sebelah kiri dan sebelah kanan benar benar tegak
2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan
a. Yalon (minimal 3 buah)
b. Penta Prisma, cermin sudut
c. Patok-patok bambu/ kayu sementara (minimal 2 buah)

57

d. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m)


e. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan.

3. Keselamatan Kerja
a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang tumpul, dan
yalon tidak boleh diseret
b. Saat praktek dilarang bercanda.
c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah.
d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali.

Cara I :
Membuat sudut siku-siku di lapangan, dengan alat penta prisma. Susunannya
terdiri dari prisma bagian atas dan bawah, bagian atas untuk bayangan yalon
kanan, bagian bawah untuk bayangan yalon kiri, dan bagian tengah yang
merupakan kaca tembus pandang sebagai jendela pembidik.
Bayangan yang terlihat pada prisma ini harus menyatu/ tegak, dari bagian
bawah, tengah dan bagian atas.
Langkah keja :
1. Orang ke I menancapkan yalon di titik A dan B yang benar-benar tegak
2. Orang ke II menancapkan yalon C yang akan diproyeksikan ke garis A B
3. Orang ke I membawa penta prisma yang dilengkapi unting unting
bergerak kearah kiri atau kanan pada garis ukur A B yang akan
ditancapkan dititik C (proyeksi dari titik C)
4 Apa bila bayangan yalon yang dititik A dan yang di titik B pada penta prisma
yang di pegang oleh orang I tadi sudah tegak, maka proyeksi unting unting
pada prisma yang dibawa oleh orang I tadi adalah meupakan tempat
kedudukan titik C yang dicari.(poyeksi titik C terhadap garis A B).

58

Gambar 28
Cara II :
Menggunakan cermin sudut, yang pada prinsipnya seperti pada cara pertama,
Dasar pemikiran yang dipakai pada alat ini adalah teori pemantulan sinar yang
jatuh pada cermin yang berada di dalam kotak. Sinar yang datang dari yalon
menuju bidang cermin, dipantulkan sedemikian rupa sehingga sudut yang
dibentuk oleh sinar datang dan garis normal adalah sama besar dengan sudut
pantul sinar tersebut terhadap garis normal. Sudut yang terjadi dari pemantulan
sinar-sinar tersebut adalah 90 (siku-siku).

Langkah Kerja Menggunakan Cermin Sudut


a.

Siapkan cermin sudut dan pasanglah unting-unting.

b.

Tempatkan yalon di titik A, B, dan C dengan posisi tegak vertikal.

c.

Berjalanlah searah garis AB dengan membawa cermin sudut.

d.

Masukkan bayangan yalon A dan B ke dalam cermin sudut.

e.

Bila bayangan yalon A dan B sudah masuk ke dalam cermin sudut,


kemudian bidikan ke arah yalon C.

f.

Bila bayangan yalon AB dan bidikan yalon C di dalam cermin sudah


menyambung tegak, maka titik di mana unting-unting berada (C1)
merupakan titik proyeksi yalon, sehingga yalon CC1 tegak lurus yalon AB.

59

Gambar 29
k. Mengukur Peta Situasi Dengan Kompas Cara Polar
1.

Petunjuk

a.

Laksanakan pekerjaan sesuai dengan langkah kerja.

b.

Putarlah kompas| searah dengan jarum jam.

c.

Buatlah laporan hasil pengukuran.

2.

Peralatan dan Perlengkapan

a.

Kompas.

b.

Statief (tripod).

c.

Pita ukur.

d.

Yalon-dan patok.

e.

Buku catatan.

3.

Keselamatan Kerja
a. Pada saat pengukuran, jauhkan/hindarkan benda logam di sekitar
kompas.
b. Pakailah pakaian kerja, topi, dan sepatu lapangan.
c. Jangan bercanda pada saat bekerja.
d. Kembalikan semua alat dalam keadaan lengkap dan bersih.

4.

Langkah Kerja

60

a. Tentukan titik batas daerah yang akan djukur dan sketlah pada buku
catatan.
b. Tempatkan yalon di titik batas daerah yang akan diukur (P1- P2, P3,
P4, P5, P6).
c. Pasanglah kompas statief di titik Po sehingga dapat melihat ke
semua batas pengukuran,
d. Pasanglah kompas statief P0 dan aturlah posisi jarum magnet dan
visir serta skala sudut ke arah utara (0 0')
e. Bidiklah visir pada kompas ke titik P1f baca sudut pada kompas,
ukurkan jarak P0 - P1 dengan pita ukur dan catatlah pada buku
catatan.
f. Putar dan arahkan visir kompas ke titik P2, bacalah sudut, ukuran
jarak P0 - P2 dan catatlah pada buku catatan, demikian seterusnya
sampai titik terakhir dengan cara yang sama, sehingga didapat sudut
dan jarak.
g. Hitunglah sudut datar B, yang merupakan sudut yang dicari untuk
perhitungan luas daerah.
h. Gambarkan hasil pengukuran.

Gambar 30
Contoh Soal :

61

Dietahui :
Jarak AB (Po P1) = 20m
Jarak AC (Po P2) = 10 3 = 17,321m
Sudut yang diapit sisi AB dan AC = 30 o
Penyelesaian :
Rumus Luas Segitiga = x AB x AC x Sin (sudut yang diapitnya)
Jadi Luas Segitiga ABC = x 20 x 17,321x Sin 30o = 86,605 m2
Bila segitiganya lebih dari satu, sebaiknya rumusnya diprogram dengan
Kalkulator program misalnya CASIO fx 3650 P,fx 3950 P atau kalkulator
program lainnya

l. Mengukur Peta Situasi Dengan Koordinat Siku-Siku


1. Petunjuk
a. Peganglah prisma yang sudah dilengkapi unting - unting dengan tangan
kanan dengan posisi vertikal.
b. Bayangan yalon sebelah kiri pada prisma bagian bawah prisma, dan
bayangan yalon yang sebelah kanan ada dibagian atas prisma harus
menyambung lurus dan tegak.
c. Buatlah sket pengukuran secara detail sebelum diukur.
d. Buatlah laporan pekerjaan.

2. Peralatan dan Perlengkapan


a. Yalon dan Patok
b. Prisma
c. Pita Ukur
d. Buku Catatan

3. Keselamatan Kerja
a. Prisma harus tetap dipegang, tidak boleh diletakkan sembarangan.
b. Pada pengukuran jarak, pita ukur ditarik sedatar mungkin.
c. Pakailah pakaian kerja, sepatu, dan topi lapangan.

62

d. Kembalikan semua peralatan dengan baik, bersih, dan lengkap.

4. Langkah Kerja
a. Tentukan titik batas daerah yang akan diukur, dan sket daerah tersebut
pada buku catatan.
b. Tempatkan yalon di titik batas P1, P2, P3, P4, P5, P6.
c. Tentukan titik pembagi PQ dengan yalon sebagai pedoman penentuan
lurus garis kerja.
d. Pegang prisma dan proyeksikan semua titik mulai dari titik P 1, P2, P3 dan
seterusnya terhadap garis ukur PQ.
e. Demikian seterusnya pekerjaan dilaksanakan dengan cara yang sama,
sehingga titik batas daerah diproyeksikan ke arah garis ukur PQ.
f. Ukurlah semua jarak P1,P2, P3, dan seterusnya terhadap garis ukur yang
merupakan jarak absis (X), ukurkan jarak titik proyeksi yang satu
terhadap yang lain pada garis ukur yang merupakan jarak ordinat (Y) dan
semua data harus dicatat pada buku catatan.
g. Untuk perhitungan luas daerah yang telah diukur adalah dengan
menjumlahkan luas dari bangun-bangun trapesium dan segi tiga.
h. Pengukuran selesai dan gambarkan hasil pengukuran dengan skala
tertentu.

63

Gambar 31

m. Membuat Peta Situasi Dengan Cara Rangkaian Segitiga


1. Petunjuk
a. Laksanakan pekerjaan sesuai dengan langkah kerja.
b. Menarik pita ukur harus dalam keadaan tegang/kencang, lurus dan
mendatar.
c. Buatlah laporan hasil pengukuran.

2. Peralatan dan Perlengkapan


a. Yalon dan Patok
b. Pita Ukur minimal 30 m
c. Alas tulis dan Catatan

3. Keselamatam Kerja
a. Pakailah selalu pakaian kerja, topi, dan sepatu lapangan.
b. Dalam bekerja tidak bolah bersenda guarau/bercanda.
c. Dalam menarik pita ukur harus diperhatikan tidak bolah terlipat/kusut.
64

d. Jagalah alat jangan sampai hilang/rusak.


e. Kembalikan semua alat dalam keadaan lengkap dan bersih.

4. Langkah Kerja
a. Tentukan batas daerah yang akan diukur dan sket daerah tersebut
dengan lengkap pada buku catatan.
b. Tempat yalon di titik P1, P2, P3, P4, P5, dan P6.
c. Ukurkan jarak dengan pita ukur yalon P1 P2 (S1), yalon P2, - P6 (S2),
dan Yalon P1 P6 (S3), Yalon P2 P5 (S4), Yalon P5 P6 (S5), dan
seterusnya, sehingga membentuk rangkaian segitiga.
d. Semua sisi jarak segitiga pada daerah tersebut (S 1, S2, S3, S4, S5, S6)
harus diukur dan dicatat pada buku catatan.
e. Menghitung luas daerah yang diukur adalah dengan menjumlahkan
masing-masing luas segitiga dengan menggunakan rumus.
f. Misalnya L segi tiga I (P1 P2 P6) =
g. Catatan :

S (S S1 ) (S S2 ) (S S3 )

S 1 S1 S2 S3
2

h. Demikian sterusnya sampai segitiga terakhir, sehingga daerah tersebut


dapat dihitung luasnya dan dapat digambar.

65

Gambar 32
Contoh Soal :
Diketahui Jarak P2 -P1 (S1) = 30,000m
Jarak P2 P6 (S2) = 40,000m
Jarak P1 P6 (S2) = 50,000m
Ditanyakan : Hitung Luas Segitiga P2 P1 P6 =
S = (30m+40m+50m):2 = 60m

Luas Segitiga P2 P1 P6 = (60 x (60 30) x (60 40) x (60 50))


Luas Segitiga P2 P1 P6 = 600m2

66

n. Menghitung Hasil Pengukuran Luas Dengan Cara Rangkaian Segitiga

Gambar 33
Untuk meyelesaikan luas bidang tanah seperti gambar di atas, kita harus
membagi segi diatas menjadi beberapa rangkaian segitiga.
Kemudian cara menyelesaikannya sebagai berikut:
Luas segi tiga I + Luas segi tiga II + Luas segi tiga III + Luas segi tiga IV
+ Luas segi tiga V + Luas segi tiga VI.

L SS aS bS h

Untuk luas segitiga I :

abh
S 1 keliling
2
2

L 1

Gambar 34

L S S - bS - c S - h L 2

Untuk segi tiga II:

S 1 keliling
2

c bh
2

67

Gambar 35

L S S - c S - dS - h L 3

Untuk segi tiga III:

S 1 keliling
2

c bh
2

Gambar
Gambar3636

L S S - dS - eS - h L 4

Untuk segi tiga IV:

S 1 keliling
2

deh
2

Gambar 37

68

L S S - eS - f S - h L 5

Untuk segi tiga V:

e f h
2

Gambar 38

L S S - f S - gS - h L 6

Untuk segi tiga VI:

f gh
2

Gambar 39
Luas bidang yang beraturan diatas :
L = L1 + L2 + L3 + L4 + L5 + L6
Bila melihat gambar di atas, kita akan mendapatkan titik-titik ABCDEFG
yang membentuk sudut. Untuk mengetahui besarnya sudut, dalam
pengukuran itu kita menggunakan alat yang didebut Kompas/Theodolite.

69

Gambar 40
Latihan I
Diketahui : hasil pengukuran seperti gambar diatas panjang sisi-sisinya:

AF = 30 m

AB =

55 m

AE = 25 m

BD =

33 m

FE = 10 m

DC =

11 m

AD = 32 m

BC =

32,50 m

AF =

8m

Hitunglah luas bidang di atas

Latihan II
Diketahui : hasil pengukuran seperti gambar di bawah ini.
Ditanya

: tentukan luas bidang tersebut!

Gambar 41

70

Panjang sisi-sisinya:

AB =

17,50 m

AF

10 m

AC =

19,80 m

BC

9m

AD =

22,50 m

CD =

9,50 m

AB =

18 m

DE =

8m

EF

10 m

Ditanya : Luas bidang di atas

m. Menghitung hasil pengukuran Luas Dengan Cara Koordinat


Contoh Soal:
1) Dengan rumus silang :
Koordinat
Station

A
B
C
A

+3
+6
+8
+3

2 x Luas
+4
+7
+2
+4

2 x luas = (3 x 3) - (4 x 6) = 21 - 24 = -3
= (6 x 2) - (7 x 8) = 12 - 56 = -44
= (8 x 4) - (2 x 3) = 32 - 6 = 21
Jumlah harga mutlak
= -21
jadi luas tersebut
= x 21 =
10.50 m2

2). Jika Peta terletak di kwadran I, II, III dan IV


Lihat Gambar.
D(-1,+ 5)

C(+ 4,+ 3)
kw. I (+x,+y)

kw IV (-x,+y)

X
B(+ 6,-1)
E(-3,-2)
kw. III (-x,-y)

A(+ 2,-3)

kw. II (+x,-y)

Gambar 42

71

Luas gambar dapat dihitung dengan sistem koordinat


Station

Koordinat
X

A
B
C
D
E
A

2X

Garis (double X)

+2
+6
+4
-1
-3
+2

-3
-1
+3
+5
-2
-3

AB
BC
CD
DE
EA

+8
+10
+3
-4
-1

Beda
Y

Cara
2 x luas

+2
+4
+2
-7
-1

Cara
Silang

+16
+40
+ 6
+28
+ 1

(2x-1)-(3x6) =16
(6x3) -(-1x4)=22
(4x 5)-(3x-1)=23
(-1x-1)-(5x-3)=17
(-3x-3)-(-2x2)=13

jml = 91
Luas=1/2
x91=45.50
m2

jumlah
=91
luas=1/2x91=45.50
m2

Soal Latihan :
1.

Hitunglah luas sebuah bidang tanah yang dibatasi titik ABCDEF


yang masing-masing titik mempunyai koordinat sbb :

2.

= (1, 3)

(8, 7)

= (7, 2)

(10, 8)

E = (7, 11)
F =

(1, 8)

Sebuah bidang tanah yang dibatasi titik ABCDEFG, masing-masing


titik-titik mempunyai koordinat :
A

= (2, 2)

(10, 4)

= (5, 7)

= (8, 1)

(8, 8)

= (3, 8)

= (6, 10)

(0, 8)

Ditanya

G = (1, 5)

:Luas bidang tanah yang dibatasi oleh titik- titik tersebut

di atas

3. Perlengkapan/ Peralatan Survei dan Pemetaan jenis Optik.


3.1. Sipat Datar (Level)
Sipat Datar adalah salah satu alat pada lingkup survei dan pemetaan
yang biasa digunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik yang
satu dengan titik-titik lainnya, serta dapat pula mengukur jarak
(disebut jarak optik = jarak tidak langsung)

72

3.1.1 Bagian-bagian Alat Sipat Datar :


Kiap Bawah (Trivet Stage) : adalah landasan pesawat yang
menumpu pada kepala statip yang mana mempunyai
lubang sekrup untuk mengunci agar pesawat menyatu
secara kuat dengan statip
Sekrup-sekrup Penyetel Kedataran : adalah tiga buah sekrup untuk
menyetel gelembung nivo tabung agar kedudukan nya
ditengah-tengah, sehingga garis acuan sejajar dengan
bidang horizontal
Kiap Atas (Tribrach) adalah landasan utama tempat berdirinya
puncak tiga sekrup penyetel. Disamping itu juga sebagai
pemikul bagian atas badan pesawat.
Teropong, didalamnya terdapat lensa objektif (di muka) dan lensa
okuler (di belakang). Juga terdapat garis bidik, yakni garis
khayal yang menghubungkan antara titik potong benang
silang diafragma dengan titik tengah lensa objektif,
diteruskan ke target/sasaran. Teropong ini hanya dapat
diputar pada sumbu kesatu.
Nivo Tabung/Kotak adalah nivo yang digunakan sebagai pedoman
penyetelan pesawat agar garis bidiknya sejajar dengan
garis arah nivo. Nivo ini diletakkan menjadi satu dengan
teropong.
Lensa Objektif, adalah salah suatu lensa pada teropong yang
letaknya dibagian depan, dan paling besar
Lensa Okuler, adalah salah suatu lensa pada teropong yang letaknya
dibagian belakang yang lebih kecil dari lensa objektif.
Cincin/Lingkaran Pengatur Diafragma, adalah alat yang digunakan
untuk mengatur agar gambar/bayangan target kelihatan
jelas didalam teropong.

Pada dasarnya alat Sipat Datar dapat dibedakan atas tiga tipe/jenis,
diantaranya :

73

a.

Alat Sipat Datar Tipe Kekar (Dumpy Level)


Alat Sipat Datar tipe Kekar adalah jenis alat Sipat Datar yang konstruksinya
solid dan sangat sederhana.

Gambar 43
Alat Sipat Datar Tipe Kekar (Dumpy Level)

Ciri-ciri alat Sipat Datar Tipe Kekar adalah : Garis bidik telah dibuat
tegak lurus terhadap sumbu kesatu oleh pabriknya, sehingga jika
gelembung nivo telah berada ditengah-tengah, ini berarti :
-

garis arah nivo mendatar

karena garis arah nivo sejajar dengan garis bidik dan garis bidik
tegak lurus dengan sumbu kesatu, maka garis arah nivo tegak lurus
dengan sumbu kesatu (sb. I).

b. Alat Sipat Datar tipe Ungkit (Tilting Level)


Adalah jenis alat Sipat Datar, yang bagian atas dan bawahnya dipisahkan
oleh sebuah engsel atau sendi, sehingga teropongnya dapat diungkit naik
maupun turun (ke atas / ke bawah) sedikit demi sedikit, agar kedudukan
garis bidik tegak lurus dengan sumbu kesatu, seperti diperlihatkan pada
gambar 2.

74

Bagian-bagian dari Alat Sipat Datar Tipe Ungkit :


Kiap Bawah (Trivet Stage) : adalah landasan pesawat yang menumpu pada
kepala statip seperti pada tipe kekar
Sekrup-sekrup Penyetel Kedataran : adalah tiga buah sekrup untuk menyetel
gelembung nivo tabung/kotak, sehingga sumbu kesatu tegak lurus dengan
bidang acuan nivo dan benang silang mendatar.

Gambar 44
Alat Sipat Datar Tipe Ungkit
Kiap Atas (Tribrach) adalah tempat kedudukan nivo kotak serta engsel.
Teropong, agak berbeda dengan tipe kekar, karena didalam/diluar
teropongnya terdapat nivo tabung (nivo koinsidensi)
Nivo Tabung/nivo koinsidensi adalah satu nivo yang digunakan untuk
pedoman sejajar tidaknya garis bidik dengan garis acuan nivo.
Nivo Kotak, adalah nivo untuk pedoman bahwa sumbu kesatu telah tegak
lurus dengan bidang acuan nivo
Sendi (Engsel), untuk penghubung bagian bawah dan atas pesawat, dimana
melalui engsel inilah teropong dapat diungkit keatas/kebawah,
agar garis bidiknya sejajar dengan garis acuan nivo dengan
pedoman nivo tabung atau nivo koinsidensi.

75

Sekrup Pengungkit, digunakan untuk mengungkit teropong ke atas / ke


bawah, sehingga gelembung nivo tabung/koinsidensi seimbang,
yang berarti garis bidik tegak lurus sumbu kesatu.

c. Alat Sipat Datar Tipe Otomatis (Automatic Level)


Konstruksinya telah dilengkapi dengan bandul (kompensator) otomatis,
sehingga meskipun garis bidik belum dibuat tegak lurus dengan sumbu kesatu
oleh pabriknya, tetapi bila gelembung nivo kotak telah ditengah, secara
otomatis semua syarat-syarat telah terpenuhi. Selain itu, konstruksinya
biasanya kedap air.

Gambar 45
Alat Sipat Datar Tipe Otomatis

Bagian-bagian Alat Sipat Datar tipe Otomatis


Kiap bagian Bawah adalah landasan pesawat yang menumpu pada kepala
statip, yang mana mempunyai lubang sekrup pengunci seperti pada
alat Sipat Datar lainnya.
Sekrup-sekrup Penyetel Kedataran, terdiri dari tiga buah sekrup yang
gunanya untuk menyetel nivo kotak, sehingga arah sumbu kesatu
tegak lurus garis acuan nivo.
Teropong, yang terdiri dari tiga bagian lensa obyektif, prisma penegak (prism
a) atau disebut bandul/kompensator, prisma penegak (prism b),

76

dua lensa focus, dua bagian kaca tempat goresan benang silang
diafragma dan tiga bagian lensa penyetel bayangan benang silang

Gambar 46 : Susunan Lensa


Pada Teropong Sipat Datar Otomatis
Nivo Kotak, adalah nivo yang digunakan sebagai pedoman penyetelan sumbu
kesatu tegak lurus bidang acuan nivo, yaitu bila gelembung nivo
kotak telah ditengah.
Lingkaran Mendatar, adalah suatu lingkaran pada mana tercantum skala
sudut datar dari 0o sampai 360o
Tombol Pengatur Fokus, adalah suatu tombol yang digunakan untuk
menyetel ketajaman objek gambar (target), yang mana ada yang
diberi tanda/petunjuk arah (tidak terhingga), sehingga dapat memutar
kearah yang benar.

Sebelum membahas tentang penggunaan pesawat Sipat Datar, yang harus


diketahui terlebih dahulu yaitu persyaratan yang harus dipenuhi setiap alat
ukur Sipat Datar, yaitu :

Syarat Utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis acuan
nivo
Syarat Kedua : garis acuan nivo harus tegak lurus dengan sumbu kesatu
Syarat Ketiga: garis mendatar benang silang harus tegak lurus dengan
sumbu kesatu

77

Cara Menyetel Alat Sipat Datar


1. Mendirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan
2. Memasang pesawat di atas kepala statif dengan mengikatkan pesawat ke
landasan kepala statif,
3. Menyetel nivo kotak, dengan cara:
a. Memutar skrup A,B secara bersamaan (kearah masuk semua atau keluar
semua, bila tampak atas gerakannya gelembung nivo kekiri atau kekanan),
b. Sedangkan untuk menepatkan agar gelembung nivo di tengah tengah
lingkaran, ganti dengan memutar skrup yang satunya yaitu skrup C dengan
gerakan masuk atau keluar.(kalau tampak dari atas, gerakannya ke bawah
atau ke atas.
c. Bila ternyata belum tepat di tengah tengah, maka lakukan langkah a dan b
berulang ulang hingga gelembung nivo tepat di tengah tengah lingkaran.

Gambar 47

Gambar 48

4. Memeriksa kembali kedudukan gelembung nivo kotak dengan cara


memutar teropong kesegala arah. Jika posisi gelembung nivo bergeser,
maka setel nivo beberapa kali lagi, hingga pada saat pesawat diputar
kesegala arah gelembung nivo tidak bergeser.

2.2. Sipat Ruang/Theodolite


Alat Sipat Ruang/Theodolite adalah salah satu alat pada lingkup survai
pemetaan, dimana digunakan untuk mengukur besarnya sudut datar, sudut
miring/zenit, dan bisa juga mengukur jarak optik dengan cara pengukuran
Tacheometry/ Takimetri.
Sipat Ruang/Theodolite pada umumnya dikenal ada dua macam, yaitu Sipat
Ruang/Theodolite Reiterasi dan Sipat Ruang/Theodolite Repetisi

78

2.2.1 Sipat Ruang Reiterasi/Theodolie Reiterasi


Sipat Ruang/Theodolite Reiterasi adalah alat pengukur sudut datar, lereng,
jarak optic dan beda tinggi.

Dimana lingkaran skala mendatar

menjadi satu dengan kiap, sehingga lingkaran skala mendatar tidak


dapat diputar-putar (gambar 5)
Karena konstruksinya demikian, maka bacaan lingkaran mendatar untuk suatu
target tertentu adalah sembarang (tidak bisa di nolkan). Sehingga
besar sudut
yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan kedua target adalah
bacaan muka dikurang bacaan belakang (untuk sudut yang atas),
sedangkan bacaan belakang dikurangi bacaan muka adalah untuk
sudut yang bawah.

Gambar 49
Bagian-bagian dari Sipat Ruang/Theodolite Reiterasi
Lingkaran Skala Tegak, adalah suatu lingkaran dimana terdapat skala sudut
vertikal

untuk mengetahui besarnya

sudut

lereng/zenith (untuk

perhitungan Tacheometry/Takimetri).
Nivo Indeks Lingkaran Tegak, adalah nivo yang dipakai sebagai pedoman
penyetelan garis bidik supaya tegak lurus terhadap sumbu kedua, bila
79

gelembung nivonya telah ditengah-tengah. Bila kedudukan nivo belum


seimbang, maka sudut lereng/ zenith belum boleh dibaca. (ada alat yang
otomatis).
Teropong, terdapat lensa obyektif (di depan) dan lensa okuler (di belakang).,
ada juga yang sudah diberi lensa pembalik dan ada yang belum
Penyangga Sumbu Mendatar, adalah termasuk pesawat bagian tengah, yang
terdapat nivo kotak, sekrup pengunci gerakan vertical, lubang
penerangan, sekrup penggerak halus vertical, pengunci dan penggerak
halus gerakan horizontal serta knop micrometer sudut.
Lingkaran Mendatar, suatu lingkaran dimana terdapat skala sudut mendatar,
dan ada juga yang diberi kompas.
Kiap, adalah landasan yang berkaki tiga, dan terdaat tiga buah sekrup (disebut
sekrup kaki kiap), yang berguna untuk menyetel agar sumbu kesatu tegak
lurus dengan sumbu kedua dan juga pada bidang acuan nivo.

2.1.2 Sipat Ruang Repetisi/Theodolite

Repetisi ini pada prinsipnya adalah

sama dengan alat Sipat Ruang/Theodolit reiterasi, bedanya adalah dalam


hal konstruksinya.
Dimana lingkaran skala mendatar dapat diatur (pada sudut nol derajat)
dan juga mengelilingi sumbu tegak. Bila sekrup pengunci skala mendatar
dibuka, tidak dapat diperoleh bacaan ukuran sudut datar.
Theodolite Repetisi konstruksinya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
Bagian atas, yang terdiri dari :

Teorpong dengan konstruksinya yang tidak jauh berbeda dengan

alat Sipat Datar, lengkap dengan garis bidik

Sumbu Mendatar, dimana teropong dan lingkaran tegak berputar

Lingkaran Skala Tegak

Indeks pembacaan lingkaran tegak

Bagian tengah, terdiri dari :

Kaki penyangga, untuk mengangga sumbu mendatar

80

Indeks pembacaan lingkaran mendatar, atau lingkaran skala

mendatar yang konsentris dengan lingkaran mendatar pertama

berputar mengelilinginya.

Sumbu tegak, dimana seluruh bagian tengah dan atas dapat

Nivo tabung, untuk mengatur agar sumbu tegak benar-benar tegak


lurus dengan bidang acuan nivo.

Bagian bawah terdiri dari :

Lingkaran skala mendatar yang berputar mengelilingi sumbu tegak


Landasan berkaki tiga (kiap)
Sekrup kaki kiap, terdiri dari tiga buah

Gambar 50
Alat Sipat Ruang/Teodolite Repetisi

Bagian-bagian Alat Sipat Ruang Repetisi/Theodolite Repetisi

81

Lingkaran Skala Tegak, sama dengan Sipat Ruang/Theodolite Reiterasi.


Nivo Indeks Lingkaran Tegak, sama dengan Sipat Ruang/Teodolit reiterasi
(tetapi ada juga yang otomatis)
Teoropong, sama dengan Sipat Ruang/Theodolite reiterasi, tetapi ada juga yang
diberi nivo tabung
Penyangga Sumbu Mendatar, sama seperti alat Sipat Ruang/Theodolite
reiterasi
Lingakaran Mendatar, tidak sama dengan Sipat Ruang/Teodolit reiterasi. Sebab
lingkaran mendatarnya dapat diputar mengelilingi sumbu tegak.
Sehingga bila sekrup penguncinya dibuka (sekrup repetisi), maka
bacaan besar sudut tidak dapat diperoleh.
Kiap, sama seperti Sipat Ruang/Theodolite reiterasi
Sebelum menggunakan pesawat Sipat Ruang/Theodolite, harus diketahui
terlebih

dahulu

persyaratan

yang

harus

dipenuhi

setiap

Sipat

Ruang/Theodolite, yaitu :
Syarat Utama

: sumbu tegak (sumbu kesatu) harus tegak lurus dengan


garis acuan nivo

Syarat Kedua

: sumbu mendatar harus benar-benar mendatar atau tegak


lurus dengan sumbu kesatu

Syarat Ketiga

:garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua (sumbu


mendatar)

Syarat Keempat

:tidak adanya salah indeks pada skala lingkaran tegak,

yang disebabkan tidak tepatnya indeks bacaan 0 o lingkaran tegak jika


kedudukan garis bidik mendatar atau garis bidik tegak ke atas, tergantung dari
sudut miring/zenit yang dibaca.
c. Rangkuman.
Yang termasuk alat alat survei dan pemetaan sederhana (bukan optik)
antara lain :
1. Pita Ukur, rol meter
2. Rambu Ukurr
3. Penta Prisma
4. Cermin Sudut
82

5. Kompas
6. Yalon
7. Klinometer
Yang termasuk alat alat survei dan pemetaan jenis optik antara lain :
1. Sipat Datar (Leveling) ada 3 jenis yaitu :
1.1 Dumpy Level (sipat datar tipe kekar)
1.2 Tilting Level (sipat datar tipe jungkit)
1.3 Otuomatic Level (sipat datar tipe otomatis)

2. Sipat Ruang (Theodolite) ada 2 jenis yaitu :


2.1 Theodlite Reiterasi
2.2 Theodolite Repetisi
d. Tugas : Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas
1. Apa yang membedakan sipat datar dumpy level dengan sipat datar
tilting level ?
2. Sebutkan fungsi nivo tabung pada pesawat Sipat Datar tipe kekar ?
3. Berapa jumlah nivo yang terdapat pada pesawat Sipat Datar tipe
jungkit/tilting ?. Dan Sebutkan kegunaan nivo tersebut !
4. Mengapa pesawat Sipat Datar disebut pesawat otomatis ?
5. Jelaskan perbedaan antara Sipat Ruang/Teodolite Reiterasi dengan
Sipat Ruang/Teodolite Repetisi dilihat dari konstruksinya.
Pengukuran untuk Perencanakan Bangunan
Sebelum

suatu

bangunan

didirikan,

maka

terlebih

dahulu

harus

dilaksanakan pengukuran tanah dengan tujuan untuk mengetahui beda tinggi


permukaan tanah. Beda tinggi tanah tersebut sangat diperlukan dalam
pemerataan tanah. Dengan mendapatkan beda tingginya, maka dengan
mudah dapat diketahui permukaan tanah yang akan digali dan tanah yang
akan diurug.
Bila akan mendirikan rumah, maka kita harus ada ijin bangunan dari dinas
agraria atau dinas pekerjaan umum. Pada setiap rencana pembangunan
83

daerah, pembuatan jalan, dan rencana irigasi, terlebih dahulu tanah yang
akan dibangun harus diukur dan disahkan oleh pemerintah daerah.
Disamping itu, pekerjaan Survei dan Pemetaanmerupakan hal yang sangat
penting dalam merencanakan bangunan karena dapat memudahkan rencana
biaya.

Pengukuran untuk Membuat Peta


Untuk memberi petunjuk berapa jauh jarak dari tempat A ke tempat B,
maka kita harus membuat sket jalan dari tempat A ke tempat B.
Gambar sket tersebut walaupun tidak sempurna dinamakan peta. Untuk
praktisnya, pemerintah mulai dari tingkat desa, kabupaten, propinsi, bahkan
setiap negara mempunyai gambar daerahnya yang dinamakan peta. Peta
tersebut harus digambarkan berdasarkan hasil pengukuran tanah, baik
pengukuran secara teristis maupun secara fotogrametris.

Kegiatan Belajar 3
a. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini, siswa diharapkan dapat
menjelaskan tentang:
a. Menerapkan fungsi masing masing baian dari peralatan jenis optis
b. Menerapkan teknik pengoperasian alat sipat datar (leveling) dan alat sipat
rruang (Theodilite)

PENGAMATAN 2
1.

Lakukan pengamatan tentang benda-benda disekitar siswa, bagaimanakah


kedudukannya terhadap benda lain antara lain jaraknya, besarnya
(panjangnya, lebarnya, tingginya), perbedaan ketinggiannya terhadap benda
lain, misalnya perbedaan tinggi antara muka kursi dan muka meja, dsb

2.

Amatilah benda-benda tersebut sebanyak-banyaknya, dan tulislah sebagai


hasil pengamatan siswa, yang mana hasil tersebut akan didiskusikan dengan
hasil pengamatan dari siswa yang lainnya.

84

b. Uraian Materi
Menerapkan pelaksanaan pekerjaan dasar-dasar survei dan pemetaan
dengan alat sipat datar

Prinsip dan Fungsi Pengukuran Beda Tinggi


Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan alat sipat datar
(waterpass). Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah
rambu yang berdiri vertical. Maka beda tinggi dapat dicari dengan
menggunakan pengurangan antara bacaan muka dan bacaan belakang.
Rumus beda tinggi antara dua titik :
T = BTB BTM

Keterangan : T = beda tinggi


BT A = bacaan benang tengah A
BT B = bacaan benang tengah B
Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu
pembacaan benang tengah titik tersebut, dengan menggunakan rumus :
BT = (BA + BB) / 2
Keterangan : BT = bacaan benang tengah
BA = bacaan banang atas
BB = bacaan benang bawah
Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai
berikut :
J = (BA BB) x 100

Keterangan : J = jarak datar optis


BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
100 = konstanta pesawat
Dalam setiap pengukuran tidaklah lepas dari adanya kesalahan pembacaan
angka, sehingga diperlukan adanya koreksi antara hasil yang didapat di
lapangan dengan hasil dari perhitungan.

85

Kegunaan Pengukuran Tinggi (Pengukuran sipat datar) antara lain :


1. Perencanaan proyek pengairan
2. Perencanaan pembuatan jalan dan jembatan
3. Pemerataan tanah dan timbunan tanah buat bangunan besar
4. Perencanaan pembuatan jalan kerata api
5. Perencanaan terowongan melalui pengunungan (saluran dalam tanah)
6. Perencanaan Pengendalian bahaya banjir (pembuatan tanggul-tanggul)
sungai dan saluran-saluran pembuangan (untuk menghitung rancana
anggaran biaya)
7. Perencanaan pembuatan pelabuhan.
8. Perencanaan landasan kapal terbang
9. Perencanaan pengeboran tanah dan lain-lain.

A. Pengukuran beda tinggi antara 2 buah titik di lapangan dengan 3 cara:


a. Pengukuran beda tinggi dan jarak optis bila pesawat di antara 2 titik
Ada dua buah titik P1 dan P2 tentukan beda tinggi titik P1 P2 dan jarak
P1 P2 (lihat gambar)

Gambar 51
Diantara titik P1 dan titik P 2 :
Data hasil bacaan gambar di atas sbb:
Bacaan belakang

Bacaan muka

ba = 1,475

ba

1,950

bt = 1,375

bt

1,750

bb = 1,275

bb

1,550

86

Penyelesaian:
Kontrol bacaan belakang:

ba bb
2
1,475 1,275
1,375
2
2,750

2
,1,375 (bacaan benar)
bt

= (1,475 1,275) x 100

d1

= 0,20 x 100
= 20 m (pesawat ke P1)
= 1,950 1,550 . 100

d2

= 0,40 x 100
= 40 m (pesawat ke P2)
D

= d1 + d2
= 20 m + 40 m
= 60 m (jarak P1 P2)

Beda Tinggi ( H) = Bacaan bt belakang bacaan bt muka


H P1 P2

=1,375 1,750

= - 0,375 m
= - 37,5 cm (beda tinggi P1 P2 adalah - 37,5 cm)
Latihan 1:
Diketahui hasil bacaan seebagai berikut:
Bacaan Belakang (P1)

Bacaan Muka (P2)

ba = 1,375

ba = 1,475

bt = 0,875

bt = 1,075

bb = 0,375

bb = 0,675

Ditanya :

87

a. jarak (D)
b. Beda tinggi ( H)

Latihan 2:
Diketahui hasil bacaan sebagai berikut:
Bac. Belakang (P2)

Bac. Muka (P3)

ba

= 1,755

ba

= 1,875

bt

= 1,555

bt

=?

bb

=?

bb

= 1,555

Ditanya:
a. Jarak
b. Tinggi

b. Pengkuran jarak optis dan beda tinggi bila pesawat di atas titik P 1

Gambar 52
Jarak P1 P2
P1 P2

= (ba P1 bb P2) x 100


= ta bt P2

Contoh:
Bila hasil pengukuran dilapangan, cara diatas titik P 1 = ta = 1,475
Bacaan pesawat di titik P2
ba =

1,950

bt =

1,750

bb =

1,550
88

jawab:
Beda tinggi ( Y) P1 P2 =
= ta bt di P2

= 1,475 1,750
= - 0,275 m (27,5 cm)

D P1 P2 = (ba bb) x 100


= (1,950 1,550) x 100
= (0,4) x 100
= 40 m

c. Pengukuran beda tinggi bila Pesawat di luar garis ukur ke dua titik
(Polar)

Gambar 53

Contohnya seperti pada gambar di atas.


H = bt P1 bt P2

Untuk jarak (D) cara Polar diukur jarak langsung dengan meteran.

Contoh:
Bila hasil pengukuran dilapangann, cara Polar di luar titik.

89

Bacaan P1

Bacaan P2

ba

= 1,375

ba

= 1,475

bt

= 0,875

bt

= 1,075

bb

= 0,375

bb

= 0,675

Ditanya:

t (beda tinggi) P1 P2
Jawab :

t P1 P2

bt P1 bt P2

0,875 1,075

- 0,2 m

- 20 cm

B. Mengelola Pengukuran Sipat Datar Memanjang Bebas


Jika jarak antara dua titik P1 - Px yang harus ditentukan selisih
ketinggiannya menjadi demikian besar, sehingga tidak mungkin diukur dengan
satu kali pesawat berdiri di antara titik atau kondisi medan yang tidak mungkin
diukur satu kali maka pengukuran beda tinggi harus dilakukan waterpas
memanjang dengan beberapa kali berdiri pesawat di antara titik.
Jarak bidik untuk menghasilkan nilai beda tinggi dan jarak agar lebih
teliti, jarak antara titik ke pesawat 30-40 m. Untuk menanggulangi apabila
kondisi medan seperti di atas maka pengukurannya harus dilakukan sebagai
berikut.
1. Jumlah slag harus genap
2. Mengggunakan 1 bh rambu ukur
3. Jumlah jarak belakang harus sama dengan jumlah jarak muka

90

Gambar 54
Keterangan :
Slag/ Seksi adalah tiap/satu langkah pengukuran (satu kali stel pesawat, untuk
satu kali bacaan belakang satu kali bacaan muka)
Contoh bila jumlah slag genap, dan jumlah jarak belakang ( JBelakang) harus
sama ( JMuka) sebagai berikut (lihat gambar di atas)
Misal : d1 = 15m; d3 = 25m; d5 = 30m;
d2 = 15m; d4 = 25m; d6 = 20m;
Jarak P 4 - P X = 60 m
d7 = ? m dan d8 = ? m
Penyelesaian :
d1 + d3 + d5 + d7 = 15m + 25m + 30m + d7 = 70m + d7
d2 + d4 + d6 + (60 - d7) = 15m + 25m + 20m + 60m - d7 = 120m - d7
70m + d7 =120m - d7
2 d7 = 50m
d7 = 25m
Maka d8 = 60m - d7

91

d8 = 60m 25m
d8 = 35m.
Kesempulannya, pada slag terakhir Pesawat diletakkan pada jarak 25m dari titik
P4 atau pada jarak 35m dari titik P5.
Contoh Lembaran Laboratorium
Judul Praktek : MENYIPAT DATAR MEMANJANG
Nama Pengukur

:.

Hari/tanggal:.

Nama + No. Alat

:....Waktu :..

Lokasi Pengukuran :....... Regu : ...


tasiun

Alat

__

Stand I

No.
TTK

P1

A
__

P2

B
__

P3

C
__

P4

D
__

Px

BTB

2.140
2.045
1.950
1.340
1.240
1.140
1.660
1.560
1.460
1.970
1.870
1.770

Stand II

BTM

Jarak
(d)
M

Beda Tinggi
Rata-rata

BTB BTM t 1

t
2

t1 t 2
2

k
o
r
e
k
s
i

Tinggi
TTK

Ket

2041
+10.000
1.950
1.835
1.735
1.750
1.550
1.350
1.420
1.320
1.220
1.650
1.450
1.250

1243 1832

1562 1552

1864 1321

1445

Untuk hasil pengkuran dilapangan seperti diatas maka langkah kita untuk
menyelesaikan tabel diatas adalah;
Yang harus diselesaikan pengisiannya setelah pengambilan data.
1.

d (jarak)

2.

t1 (beda tinggi)

3.

Tinggi titik

Cara penyelesaian untuk mendapatkan jarak P1 P2 sbb:

92

1.

Cara mencari jarak P , -A(Pesawat)


d P1-A

= (2.140-1.950). 100
= 0,190 x 100
= 19 m.

2.

Cara mencari jarak P2 - A (Pesawat)


J P2-A

(1.935-1735). 100

0,200 x 100

20 m

Jadi jarak P1 - P2 = (J P1 - A) + (J P2 - A)
=

19 m + 20 m

39 m.

Cara penyelesaian untuk mendapatkan beda tinggi P1 - P2.


t =

bt belakang - bt muka .

t =

2,045 -1,835

0,210 m = 21 cm

Pekerjaan mencari jarak


P2 P3 ; P3 P4 ; P4 PX dan beda tinggi P2 P3 ; P3 P4 ; P4 PX,
kita harus melakukan seperti contoh jarak dan beda tinggi P 1 P2 di
atas.

3.

Cara mencari tinggi titik (Tx) sbb:


P2 =
P3 =

P1 + t P1-P2

P2 + t P2-P3

Melihat ketentuan mencari tinggi P2 mempunyai perbedaan minus (-)


dan positif (+), tanda ini menunjukkan untuk mengurangi atau
menambah tinggi dari awal.
Contoh :
Bila pada lokasi pengukuran seperti di atas tinggi titik awal (P1) = +
10,000m maka tinggi titik P2 = P1 t P1 P2

93

t P1 - P2 = + 0,210 m
P2

= 10,000m + 0,210m

Tinggi titik P2

= 10,210m

Untuk menyelesaikan tinggi titik P3 - P4 - Px, kerjakan seperti di atas.


Contoh Hasil Pengukuan Sipat Datar memanjang sbb (lihat halaman
berikut)

4. Cara mencari jarak P , -A(Pesawat)


DP1-A

= (2.140-1.950). 100
= 0,190 x 100
= 19 m.

5. Cara mencari jarak P2 - A (Pesawat)


DP2-A

= (1.935-1735). 100
= 0,200 x 100
= 20 m

Jadi jarak P1 - P2

= (DP1 - A) + (DP2 - A)
= 19 m + 20 m
= 39 m.

Cara penyelesaian untuk mendapatkan beda tinggi P1 - P2.


t

= Bt belakang - Bt muka .

= 2,045 -1,835
= 0,210 m = 21 cm

Pekerjaan mencari jarak


P2 P3 ; P3 P4 ; P4 PX dan beda tinggi P2 P3 ; P3 P4 ; P4 PX,
kita harus melakukan seperti contoh jarak dan beda tinggi P 1 P2
diatas.

6. Cara mencari tinggi titik (Tx) sbb:

P2 = P1 t P1 P2 atau P2 = P1+ t P1-P2


P2 = P1 t P1 P2 atau P2 = P1+ t P1-P2

94

Melihat ketentuan mencari tinggi P2 mempunyai perbedaan minus (-)


dan positif (+), tanda ini menunjukkan untuk mengurangi atau
menambah tinggi dari awal.
Contoh:
Bila pada lokasi pengukuran seperti di atas tinggi titik awal (P 1) = +
10,00 maka tinggi titik P2 = P1, t P1 - P
t P1 - P2 = + 0,210 m
P2

= 10,00 + 0,210
= 10,210 (tinggi titik P2)

Untuk menyelesaikan tinggi titik P3 - P4 - Px, kerjakan seperti di atas.

C. Pengukuran Sipat Datar Memanjang Double Stand


Pengukuran sipat datar memanjang double stand digunakan untuk
mengelimine kesalahan masuknya statif kedalam tanah (Tanahnya labil)
Pada dasarnya langkah kerjanya seperti mengukur beda tinggi, namun pada
stand ke dua rambu yang dibidik yang muna terlebih dulu, setelah itu baru
pesawat dibidikkan kearah belakang.
Hasil perhitungan beda tinggi pada stand pertama (I), ditambah hasil
perhitungan beda tinggi stand kedua (II) , kemudian dibagi dua = beda tinggi
rata rata.

95

Tabel 5
Contoh Data Hasil Pengukuran Beda Tinggi Cara Double Stand
MENYIPAT DATAR MEMANJANG DOUBLE STAND
TERBUKA BEBAS

Stasiun
a
l No.
a TTK
t
_
_

P1

A
_
_

P2

B
_
_

P3

C
_
_

P4

D
_
_

Px

Nama Pengukur

..

Nama + No. Alat

..

Lokasi Pengukuran

..

Stand I

BTB

Beda Tinggi
Rata-rata

Stand II

BTM

Jarak
(d)
M

BTB

2.140
2.045

BTM

t 1

t 2

t1 t 2
2

0,210

0.209

0.210

0,310

0.309

0.310

0.240

0.241

0.341

0.420

0.419

0.420

k
o
r
e
k
s
i

Tinggi
TTK

Ket

2041

1.950
1.340
1.240

1.950
1.835

+10.000

1.140
1.660
1.560

1.735
1.750
1.550

20 + 40
60

1.460
1.970
1.870

1.350
1.420
1.320

20 + 20
40

1.770

1.220
1.650
1.450

20 + 40
60

19 + 20
39

1243

1832

+10.210
1562

1552

+9.900
1864

1321

+10.141
1445

1.250

+10.561

b. Dari hasil perhitungan tabel diatas:


d P1 P2

= 39 m

d P2 P3

= 60 m

d P3 P4

= 39 m

d P4 Px = 39 m
c.

Beda tinggi (t) P1 - Px


96

t P1 Px = 10,00 10,560 = -0,560


Beda tinggi t P1 - Px dari hasil pengkuran waterpas memanjang diatas
dari hasil perhitungan dengan tabel mendapatkan nilai:
d.

0,560 m = -56 cm, artinya t P1 lebih rendah 56 vcm terhadap Px

D. Fungsi Gambar hasil sipat datar/Waterpass Memanjang


Penggambaran sipat datar/waterpass memanjang adalah suatu gambar dari
pengukuran sipat datar/waterpass yang dilakukan di lapangan.
Penggambaran dapat dilakukan apabila tinggi titik t P1 - Px sudah dicari tinggi
titiknya dengan menggunakan tabel ukur atau dengan uraian.
Penggambaran waterpas memanjang berfungsi untuk melihat permukaan tanah
yang sebenarnya dan untuk perencanaan selanjutnya apakah lebar tersebut
sudah baik, tidakterkena bagian atau untuk perencanaan galian dan timbunan.
Adapun penggambaran waterpas memanjang ini data yang harus ada adalah
jarak antara P1 - P2 ; P2 - P3 ; P4 - Px dan hasil perhitungan ketinggian titik-titik
yang ada p1 - P2 - P3 - P4 - Px.
Dalam penggambaran waterpas memanjang menggunakan dua skala:
1. Skala jarak ( panjang ) antara titik.
2. Skala tinggi masing-masing titik.
Skala jarak digunakan 1 : ......... sesuai panjang antara titik, misal DP1 - P2 = 40 m
maka skala jarak 1 : 1000, jarak di atas lantai 4000 : 1000 = 4 cm dan
seterusnya.
Skala tinggi digunakan 1 : 200 ; 1 : 100 ; 1 : 50 Sesuai tinggi titik yang didapat
di lapangan.

97

Cara Pengambaran Waterpass Memanjang

Gambar 55

E. Mengelola Pengukuran Beda Tinggi Double Stand Keliling (Tertutup)


1. Menghitung beda tinggi antara titik (H)
H

= BTBelakang BTMuka

HStand.I P0_P1

= BTBelakang BTMuka

= (0702 3921)/1000
= 3,219

HStand.II P0_P1 = BTBelakang BTMuka

= (0705 3922)/1000

HStand.I P1_P2

HStand.II P1_P2

= 3,217

= BTBelakang BTMuka

= (0647 1941)/1000
= 1,294

= BTBelakang BTMuka

98

H P2_P3

= BTBelakang BTMuka ... dst.

H P6_P0

= BTBelakang BTMuka

2. Menghitung H rata-rata atau


H rata-rata P0_P1 =

H Sta nd.1 H Sta nd..2


2

- 3,219 - 3,217

= 3,218
H rata-rata P1_P2 =

H Sta nd.1 H Sta nd..2


2

- 1,297 - 1,299

= 1,298

H rata-rata P2_P3 =

H Sta nd.1 H Sta nd..2


... dst.
2

H rata-rata P6_P0 =

H Sta nd.1 H Sta nd..2


2

3. Menghitung koreksi H

Dengan menjumlahkan H, karena keliling/tertutup, maka H = 0


atau Tinggi awal

= Tinggi akhir

= Tx awal + H) Tx akhir

= (20,000 + 0,004) 20,000


= 20,004 20,00
= +0,004

dibagi pada jarak terpanjang dengan tiap titik 0,001 atau 1mm,
karena slagnya 6, maka dibagi 4 slag saja, sedangkan 2 slag lagi tidak
ada koreksi.

99

H dan (+) berarti jumlah beda tingginya berlebih, maka harus


dikurangi atau tanda (), begitu juga sebaliknya.
4. Menghitung tinggi titik elevasi (Tx)
Txberikut

= Txawal + H +

Tx P1

= TxP0 + HP0_P1
= 20 + (3,219) + 0,000
= 16,782
= TxP1 + HP1_P2

Tx P2

= 16,782 + (3,219) + (0,001)


= 15,485
Tx P3

= TxP2 + HP2_P3 ... dst.

Tx P6

= TxP6 + HP5_P6

5. Menghitung Toleransi
Untuk pengukuran jalur utama (kerangka luar)
= 10

d =

10

= 10

d =

10

d d dalam Km.

0,298 = 5,5 mm

Hasil pengukuran 5 mm 5,5 mm, hasil pengukuran oke


Gambar kerja :

100

PENAMPANG MEMANJANG KELILING (Tertutup)


20

18

16

14

12

Jarak

(m)

100.00

125.10

45.96

51.09

102.05

125.27

19.700

18.079

15.355

15.996

15.718

15.135

19.700

Elevasi (m)

16.432

+10.00m

150.00

Skala H 1:100
Skala V 1:100
Gambar 56

101

F. Mengelola Pengukuran Beda tinggi/ Sipat Datar Double Stand


Tebuka Terikat Sempurna
Pengukuran beda tinggi terikat sempurna adalah ketinggiaan awal dan akhir sudah
diketahui.
1. Menghitung beda tinggi antara titik (H)
H = BTBelakang BTMuka

HStand.I P0_BP

HStand.II P0_BP

HStand.I PB_R1

= BTBelakang BTMuka

= (0822 3950)/1000

= 3,128

= BTBelakang BTMuka

= (0704 3831)/1000

= 3,127

= BTBelakang BTMuka

= (0869 1025)/1000

= 0,156

HStand.II PB_R1 = BTBelakang BTMuka

H R1_R2
H R4_P0

= BTBelakang BTMuka ... dst.


= BTBelakang BTMuka

2. Menghitung H rata-rata atau


H rata-rata P0_PB

=
=
=

H rata-rata PB_R1

=
=
=

H rata-rata P2_P3

H Sta nd.1 H Sta nd..2


2

- 3,128 - 3,127

3,128

H Sta nd.1 H Sta nd..2


2

- 2,131 - 2,132

2,132

H Sta nd.1 H Sta nd..2


dst.
2

102

H rata-rata P6_P0

H Sta nd.1 H Sta nd..2


2

3. Menghitung koreksi H

Dengan menjumlahkan H dari table perhitungan, diperoleh H = 4,351

dan tinggi titik awal (Tx

awal

= 20,000 m) dan tinggi titik akhir (Tx

15,655 m, maka koreksi (H) dengan menjumlahkan H


H

= Tx awal + H) Tx akhir

= (20,000 + (4,351) 15,655)

akhir

= (20,000 4,351) 15,655


= 15,650 15,655

= 0,005

Dibagikan pada jarak terpanjang dengan tiap titik 0,001 atau 1mm, karena
slagnya 6, maka dibagi 5 slag saja, sedangkan 1 slag lagi tidak ada koreksi.

H dan (+) berarti jumlah beda tingginya berlebih, maka harus dikurangi atau
tanda (), begitu juga sebaliknya.

SKET KERJA

Tgb

P0
Tgb

PB

Tgb
Tgb

R1

Gambar 57

R3
R2

Pengukuran Beda Tinggi Terikat Sempurna (Kerangka dalam)

103

Tabel 6
PENYIPAT DATAR PROFIL MEMANJANG TERIKAT SEMPURNA
LOKASI
DARI
KE
TEMPAT
BERDIRI
ALAT

:
:
:

PENAMPANG
NAMA ALAT
NAMA PENGUKUR

TARGET

0.30

P0

BENANG
TENGAH

HALAMAN :
NO. ALAT :
TANGGAL :

:
:
:

STAND I

STAND II

B. ATAS

B. ATAS

B.
BAWAH

BENANG
TENGAH

822

B.
BAWAH

PB

3950

PB

748
2879

R1

869

R2

1025

R2

919

R3

930

R3

787

R4

568

R4

2081

JUMLAH

P5

-0.158

16.873

16.673

14.586

827
-0.011

0.001

837

14.576

785

14.346

14.576
0.222

0.221

0.001

563

14.798

2041

14.578

14.798
0.855

0.857

1186

0.001
15.655

BACAAN
BELAKAN
BACAAN
MUKA

-4.349

-4.351

-4.350
NO. TITIK :

P.0
B.T

P.1
R.1
R.2

P.6

14.336

14.586
-0.010

SKETCH

14.472

0.001

929

BACAAN
BELAKAN
BACAAN
MUKA

19.700

14.742
-0.159

1223

20.000

0.001

770

0.858
0.30

MUKA
TANAH

14.742

0.219
0.22

-2.132

2782

-0.011
0.23

DI ATAS
PATOK

16.873
-2.132

-0.156
0.25

-3.128

650
-2.131

R1

-3.127

KOREKSI

3831

.
0.27

704
-3.128

0.20

ELEVASI
RATARATA

R.3

R.4

P.2
P.3

P.5
P.4

104

15.355

PENAMPANG MEMANJANG (Kerangka dalam)


20

20

18

16

Jarak

(m)

82.62

62.92

39.15

53.84

15.355

15.996

15.718

15.133

16.432

Elevasi (m)

19.700

+12.00m

53.84

18.079

14

59.59

Skala H 1:100
Skala V 1:100
Gambar 58

105

G. Contoh Laporan Praktek Profil Memanjang

Jenis Tugas

: Pengukuran Profil Memanjang.

Alat Pengukuran

: 1. Pesawat PPD WILD NK 05


2. Statif + Payung
3. Rambu ukur + nivo kotak
4. Rol meter
5. Data board

Diukur oleh

: .. Grup :

Hari / Tanggal

: ..

Langkah Kerja

1.

Buat sket daerah pengukuran

2.

Tentukan titik-titi pengukuran P1 , P2 dan titik detail

3.

Tempatkan pesawat diantara slag pertama atau antara titik P1 dan P2.

4.

Setel pesawat hingga siap pakai dan sekaligus mengukur tinggi alat
(pesawat)

5.

Arahkan teropong ke titik P1 untuk melakukan bacaan belakang titik P1


yang telah ditentukan ketinggian titiknya

6.

Putar skrup lensa okuler untuk mendapatkan benas silang tampak jelas

7.

Putar skrup lensa diaframa agar mendapat bayangan rambu tampak jelas

8.

Putar skrup pengarah sehingga benang tegak silang berimpit dengan rambu
ukur

Lakukan membacaan BA, BT, BB untuk rambu di titik P1, dan kontrol
BA BB
BT
bacaan dengan menggunakan rumus
2
10. Untuk menentukan jarak dapat dilakukan dengan jarak optis dengan rumus
9.

(BABB)x100/1000

11. Catat hasil bacaan rambu pada table


12. Pindahkan rambu ukur ke titik rincikan memanjang antara P 1 dan P2 yaitu
titik rincikan a, kemudian lakukan pembacaan rambu BA, BT dan BB catat
pada table

Pindahkan rambu ukur ke depan titik a untuk pengukuran titik b, c dst


yang caranya sama dengan pengukuran pada titik a tadi.

Putar teropong kira-kira 1800 ke titik P2 untuk melakukan pembacaan


BA, BT dan BB sebagai bacaan muka, catat pada table setelah itu
pindahkan rambu ke belakang titik P2 untuk pembacaan titik rincikan,

106

carannya sama dengan pengukuran pada titik rincikan di titik a dan b


tadi.
13. Pindahkan pesawat ke titik berikutnya yaitu titik P2 dan P3 untuk
melakukan pengukuran profil memanjang dan pengukuran sampai titik
terakhir yang telah ditentukan, perinsip kerjanya sama seperti pada titiktitik P1 dan P2 tadi, yang tersebut di atas.
14. Bila pada satu rincikan tidak dapat dibaca atau rambu ukur tidak nampak
karena terlampau dalam, maka pesawat dipindahkan dan ditempatkan
diatas titik rincikan sebagai titik bantu, kemudian melakukan pengukuran
terhadap titik tersebut diperoleh dengan menjumlahkan tinggi/kedalaman
dengan bacaan rambu pada titik bantu.
15. Hitunglah tinggi garis bidik dengan menjumlahkan tinggi titik P 1 + bacaan
benang tengah rambu di atas titik P1 atau TGB = TX P1+ Bt P1
Tinggi titik rincikan = tinggi garis bidik dikurangi dengan bacaan rambu
benang tengah pada titik rincikan a atau TX a= Tgb Bta
Gambar Kerja

Tgb

P1

P2

Gambar 59

107

H. Contoh Laporan Praktek Profil Melintang

Jenis Tugas

: Pengukuran Profil Melintang Pada Titik Profil Memanjang.

Alat Pengukuran

: 1. Pesawat Penyipat Datar Topcon AT-D2 No. A113 +


statif + unting-unting
2. Rambu ukur dan yalon
3. Pita ukur
4. Patok kayu + palu
5. Alat tulis + table pengukuran

Diukur oleh

: .. Grup :

Hari / Tanggal

: ..

Langkah Kerja

1. Jelajahi lokasi pengukuran yang akan diukur dan membuat sket situasi lokasi
tersebut.
2. Lakukan pengukuran profil memanjang untuk menghitung ketinggian titik-titik
untuk profil melintang, dengan cara pesawat ditempatkan diantara dua titik.
3. Jika pengukuran profil memanjang selesai, maka dilanjutkan pengukuran profil
melintang dengan 3 cara, yaitu :
a. Pengukuran dilakukan, pesawat diatas titik
1). Menempatkan statif + pesawat di atas titik P1 (titik ikat profil memanjang
yang telah ditentukan ketinggiannya, Stel pesawat dan mengatur untingunting sehingga tepat berada di atas titik P1, kemudian kenyetel nivo kotak
agar gelembung berada di tengah-tengah dengan mempergunakan skrup A,
B dan C.
2). Bidik teropong pesawat ke titik P0(arah belakang), sehingga garis bidik
teropong sejajar dengan sumbu profil memanjang kemudian stel sudut
mendatar 0000.
3). Setelah selesai bacaan kebelakang,kemudian putar lagi teropong pesawat
900 searah jarum jam, untuk menentukan garis profil melintang.
4). Tempatkan rambu ukur pada garis ukur profil melintang untuk pembacaan
rincikan sepanjang garis ukur tersebut.
5). Untuk pembacaan rincian titik a, rambu ukur digeser-geser sesuai dengan
perintah orang yang membidik hingga benang tegak diaframa berimpit
dengan sumbu rambu ukur.

108

6). Membaca benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah (BB),
kemudian dikoreksi dengan BA + BB = 2 BT, dan setelah dioreksi catat
pada daftar pengukuran.
7). Ukur jarak dari titik P1 ke titik a, bias dengan jarak optis (BA-BB)x100
atau dengan mengukur langsung dengan pita ukur.
8). Pindah rambu ukur ke depan titik a, untuk mengukur titik b, c, dst, yang
caranya sama dengan pengukuran pada titik a.
9). Putar teropong 1800 untuk melakukan pengukuran titik rincikan sebelah
kiri titik P1. Cara pengukuran sama dengan pengukuran pada rincian
sebelah kanan atau titik a.
10). Bila pada satu rincikan tidak dapat dibaca atau rambu ukur tidak nampak
karena terlampau dalam, maka pesawat dipindahkan dan ditempatkan di
atas titik rincikan sebagai titik bantu atau bias juga di luar titik rincikan,
dengan syarat rambu ukur yang ditempatkan di atas titik rincikan dan
sebagai bacaan belakang, kemudian melakukan pengukuran terhadap titik
tersebut.
Tinggi garis bidik pada titik tersebut diperoleh dengan menjumlahkan
tinggi/kedalaman dengan bacaan rambu pada titik bantu.
11). Pindahkan pesawat ke titik P2, untuk melakukan pengukuran profil
melintang pada titik tersebut dengan cara yang sama.
12). Tinggi garis bidik (TGB) = tinggi titik + tinggi pesawat = TGB = T X + Ta.
Tinggi titik rincikan

= Tinggi garis bidik bacaan rambu (btx)


= Tx = Tgb Btx

109

Gambar Kerja

Tgb
Tgb

Tgb

o
n

P1

h
m

i
j
Tgb

Tx

Keterangan

TP1 + ta

Tgb =

Tgb tx

Txj

Txi + btx

l
Gambar 60

Tgb btx

Tgb

Tinggi garis bidik

Tx

Tinggi titik x (rincikan)

TP1

Tinggi titik P1

btx

Bacaan benang tengah rambu

Ta

Tinggi pesawat

110

b. Pengukuran dengan pesawat di luar titik


1). Tempatkan statif + pesawat di atas titik P4.
2). Stel pesawat/nivo kotak dengan mempergunakan skrup A, B dan C.
3). Bidik pesawat ke titik P3, kemudian menyetel sudut mendatar pada 0000.
4). Memutar teropong sesuai dengan arah jarum jam dan bidikan ke titik P5, dan
baca besar sudut.
5). Putar teropong setengah sudut terbaca dari langkah kerja no. 4 untuk
mendapatkan garis ukur profil melintang.
6). Dengan menggunakan yalon digeser-geser hingga berimpit dengan benang tegak
pada yalon tersebut.
7). Pindah pesawat di atas patok, kemudian di stel nivo kotak dengan skrup A, B
dan C.
8). Letakkan rambu di atas titik P4 kemudian baca BA, BT dan BB dan mengoreksi
dengan BA + BB = 2 BT. Setelah dikoreksi kemudian dicatat pada table
pengukuran.
9). Lakukan pengukuran atau baca rambu pada titik rincikan sepanjang garis ukur
profil melintang, kemudian ukur jarak titik-titik rincikan terhadap titik P4.
10). Putarkan teropong 1800 untuk melakukan bacaan rambu pada titik rincikan di
belakang titik P4.
11). Pindah pesawat ke titik P5 untuk pengukuran profil melintang dengan cara yang
sama
12). Gambar kerja :

Tgb

P4

Tgb

h
i

Gambar 61
Tgb

Tx

TP4 + btP4

Tgb btx

c. Pengukuran dengan cara polar


1). Buatlah garis ukur profil melintang pada titik P 6, dengan langkah kerja sebagai
berikut :
111

Tempatkan pesawat di atas titk P6 dan stel hingga siap pakai.

Arahkan teropong ke titik P5 dan stel sudut mendatar 0000, kemudian putar
teropong dan arahkan ke titik P1, lalu baca sudut yang terjadi.

Putar teropong kembali setengah sudut yang terbaca tadi, kemudian


menamcapkan yalon yang posisinya harus berimpit dengan benang tegak
benang silang dan beri patok.

Tentukan titik-titik rincikan sepanjang garis ukur profil melintang dan


memberi tanda dengan patok.
2). Pindahkan pesawat di luar garis ukur profil melintang, dan tempatkan pesawat
hingga dapat membidik semua titik rincikan.
3). Stel pesawat hingga siap pakai.
4). Letakkan rambu ukur di atas titik P6, kemudian baca BA, BT dan BB kemudian
mengecek bacaan tadi dan catat lagi pada tabel.
5). Dengan cara yang sama, lakukan pembacaan rambu ukur di atas titik rincikan a,
b, c, d, e dan seterusnya.
6). Ukur jarak dari titik-titik rincikan ke titik P6, dan catat pada tabel.
7). Dengan cara yang sama, lakukan pengukuran cara polar pada profil melintang
titik selanjutnya.
8). Tinggi garis bidik dapat dihitung dengan menjumlahkan tinggi titik P6 + bacaan
rambu di atas titik P6 atau Tgb = TX + btX
Tinggi titik rincikan = tinggi garis bidi di kurang dengan rambu benang tengah

pada titik rincikan tersebut atau TX = Tgb btX.


Gambar kerja
Tgb

e d

b a

P6

h
m

i
j

Gambar 62
tgb

Tx

TP6 + bt P6
Tgb btX

Keterangan :
Tgb

= Tinggi garis bidik Tx = Tinggi titik x (titik rincikan)


112

TP6

= Tinggi titik P6

Bt P6 = Bacaan benang tengah pada titik P6


btx

= Bacaan benang tengah pada titik X (rincikan)

113

Tabel 7
DAFTAR PENGUKUR SUDUT DENGAN PPD
NAMA PENGUKUR
NAMA & NO. ALAT
LOKASI

NO. TITIK

P1
P2
P3
P4
P5

PEMBACAAN RAMBU
B
1492
1435
1377
1534
1486
1438
1535
1496
1437
1791
1680
1569
2763
2684
2605

P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14

P15

P16

P17

1821
1757
1693
1881
1780
1670
1444
1396
1348
2010
1925
1840
1570
1518
1464
1802
1776
1752
1830
1791
1752
1577
1523
1464
1326
1291
1255
1320
1257
1194

HARI / TANGGAL
WAKTU
REGU

: AHMAD ZARKASYI
: PPD TOPCON NO. 2/AII3
:

BESAR
SUDUT

0
0947
0875
0803
0788
0744
0700
1853
1762
1672
1288
1218
1148
2387
2366
2355
1318
1274
1231
1027
0973
0920
0663
0628
0693
1366
1306
1246
0997
0937
0877
0705
0651
0596
0683
0662
0641
1202
1160
1118
1405
1345
1285

BEDA TINGGI
+

TINGGI TITIK

KETERANGAN

750.000
25.700

163 30

0.560

750.560

0.742

751.302

17.900
198

45
28.900

178

30

-0.266

751.036

34.800
180

00

0.462

751.498

0.318

751.816

1.410

753.226

0.784

754.010

1.152

755.162

0.090

755.252

0.988

756.240

0.867

757.107

1.114

758.221

0.631

758.852

0.178

759.030

0.242

759.272

0.005

759.277

10.800
173

00
12.000

188

00

149

30

23.600

23.900
228

00
21.000

190

00
20.400

153

30
17.000

192

00
9.000

170

00
10.500

166

30
22.000

183

00
13.5

183
1312
1252
1192

JARAK

:
:
:

00
24.2
315.2

114

PENYIPAT DATAR PROFIL MELINTANG

(CONTROL)

BA + BB

JARAK
SUDUT

25.70

KOREKSI MM

BT

BA+BB
2

B ATAS
B BAWAH

/ D RANTAI

BENANG TENGAH (BT)

TINGGI TERHADAP TITIK


NOL
TGB =
TINGGI
TX + BTX
TITIK (TX)
TX + TA

750.000
1.00
751.000

1.00
1.322
1.244
1.166
1.254
1.098
0.942
1.102
0.923
0.744
1.000
0.800
0.600
0.264
0.055
3.318
3.306
3.294
3.858
3.833
3.807

2.177
2.150
2.123
2.937
2.919
2.901
3.273
3.259
3.244
3.336
3.324
3.311
1.270
1.260
1.250

2.888
2.872
2.853
1.558
1.547
1.536
0.352
0.332
0.312

15.60

90

:
:
:

TGBBTX

750.000

749.756

15.65

749.902

4.60

750.077

4.20

750.200

1.80

750.945

2.40

270

NO TITIK
KETERANGAN
BAGAN

HARI/TGL
WAKTU
REGU

Tabel 8

0.547
0.420
0.293

:
:
:

(BABB).100

TINGGI ALAT (TA)

NO. TITIK

STASIUN ALAT

NAMA PENGUKUR
NAMA / NO. ALAT
LOKASI

747.694

2.70

747.167

747.167
2.150
749.317

747.167

1.70

746.398

0.64

746.058

1.65

745.993

748.057

1.38

6.33

270

748.057
2.872
750.929

748.057

749.382

750.597

115

PENYIPAT DATAR PROFIL MELINTANG

HARI/TGL
WAKTU
REGU

BT

BA+BB
2
(CONTROL)

B ATAS
B BAWAH
BA + BB
3.034
3.014
2.994
2.427
2.407
2.387
0.436
0.414
0.392

JARAK
/ D RANTAI

BENANG TENGAH (BT)

1.62

SUDUT

270

KOREKSI MM

Lanjutan Tabel 8

:
:
:

TINGGI TERHADAP TITIK


NOL
TGB =
TINGGI
TX + BTX
TITIK (TX)
TX + TA
750.597
3.01
753.611

TGBBTX

NO TITIK
KETERANGAN
BAGAN

:
:
:

(BABB).100

TINGGI ALAT (TA)

NO. TITIK

STASIUN ALAT

NAMA PENGUKUR
NAMA / NO. ALAT
LOKASI

750.597

751.204

1.58

753.197

116

MENYIPAT DATAR MEMANJANG DOUBLE STAND


Nama Pengukur

: ..

Nama + No. Alat

: ..

Lokasi Pengukuran

: ..

Stasiun

No

TT

Stand I

Stand II

Tabel 9
Beda Tinggi

Rata-rata

Jarak
(d)
BTB

BTM

BT
B

BTM

t 1

t 2

t1 t 2
2

r
e
k

Tinggi
TTK

et

s
i

2.140
__

P1

2.045

2.04
1

1.950
A
__

P2

B
__

P3

C
__

P4
D

+10.000

1.340

1.950 19+ 21.5=

1.240

1.835 40.5

124

1.832

3
1.140

1.735

1.660

1.750 20 + 40=

1.560

1.550 60

1.350

1.970

1.420 20 + 20=

1.870

1.320 40

156

1552

186

1321

Px

0,210

0.209

0.210

0,310

0.309

0.310

0.240

0.241

0.341

1.220

+10.241

1.650 20 + 40=
__

+9.900

4
1.770

+10.210

2
1.460

1.450 60
1.250

1445

0.420

0.419

0.420

+10.661

117

3. Dari hasil perhitungan tabel diatas:

4.

d P1 P2

39 m

d P2 P3

60 m

d P3 P4

39 m

d P4 Px

39 m

Beda tinggi (t) P1 - Px

t P1 Px = 10,00 10,560 = -0,560


Beda tinggi t P1 - Px dari hasil pengkuran waterpas memanjang diatas dari hasil perhitungan
dengan tabel mendapatkan nilai:

5. 0,560 m = -56 cm, artinya t P1 lebih rendah 56 cm terhadap Px


I. Mengelola Alat Sipat Ruang/ Theodolite Topcon Tl 6 DE
1.

Pasang statif sesuai dengan tinggi si pengukur dan mengusahakan kepala statif sedatar
mungkin.

2.

Pasang pesawat diatas statif serta menguncinya dengan skrup di bawah kepala statif.

3.

Sambil melihat - melihat melalui lup centre point dua kaki statif diangkat dan sambil
menggerakkan hingga titik mendekati berada didalam lingkaran centre point,
kemudian kedua statif ditancapkan ketanah.

4.

Setel nivo kotak dengan menggunakan skrup penyetel datar atau skrup A, B, dan C
sehingga gelembung nivo berada di tengah-tengah lingkaran.

5.

Melihat kembali melalui centre point apakah titik keluar dari lingkaran centre point,
jika bergeser maka membuka kunci bagian pesawat atau skrup bawah kepala statif,
lalu menggeser pesawat hingga titik berada kembali dalam lingkaran centre point,
kemudian dengan menggunakan skrup A, B, C mengetengahkan nivo tabung.

6.

Sambil melihat kedalam teropong, memutar skrup okuler sehingga benang silang
tampak jelas.

7.

Membaca sudut mendatar.

a.

Arahkan teropong kesuatu titik P, kemudian memutar skrup diafragma hingga target
tampak jelas.

b.

Dengan menggunakan penggerak halus horizontal dan penggerak halus vertikal


tepatkan benang silang vertical dengan target titik P.

c.

Buka jendela cermin cahaya sambil melihat ke lup bacaan sudut dan kemudian
memutar mikrometer atau tromol sehingga garis strip pada skala harus benar-benar
118

ditengah dua strip dibawah angka menit, angka ini menunjukkan menit dalam
puluhan, sedangkan angka satuan menit dan detik dapat dibaca pada kotak kecil di
bawah skala derajat dan menit (puluhan). Untuk jelasnya, dapat di lihat pada gambar
pembacaan sudut dalam lup bacaan sudut pada halaman berikut. Hasil bacaan diatas
adalah bacaan biasa (posisi lop bacaan sudut disebelah kanan teropong).
d.

Untuk bacaan luar biasa, teropong dibalik dan diputar searah jarum jam dan arahkan
kembali ketitik P.

e.

Dengan menggunakan skrup penggerak halus horizontal dan penggerak halus vertikal
impitkan benang silang vertikal dengan target pada titik P.

f.

Dengan cara yang sama dengan pembacaan sudut biasa akan menghasilkan bacaan
luar biasa, dimana kedua bacaan berselisih 180 0 .

g.

Hasil bacaan rata-rata adalah : bacaan biasa di tambah dengan luar biasa, dikurangi

180 0 kemudian dibagi dua.


Misal (1)

Bacaan biasa 20 0 23' 25"

Bacaan luar biasa 200 0 23' 40"


Bacaan rata-rata

20 0 23'25"(200 0 23'40"180 0 )
2

= 20 0 23' 32,5"

Misal (2)

Bacaan biasa

Bacaan luar biasa


Maka bacaan rata-rata

2250 50' 20"

750 50' 22"


225050'20" 75050'22"1800

225050'21"

8. Membaca sudut vertikal


a. Ukurlah tinggi pesawat untuk bacaan benang tengah rambu ukur.
b. Arahkan teropong pada rambu ukur pada angka setinggi pesawat
c. Membaca bacaan sama caranya dengan membaca bacaan sudut datar sedang untuk
derajat lihat pada bagian atas atau huruf V, dan satuan menit dan detik pada kotak
bagian bawah.
d. Untuk bacaan luar biasa teropong dibalik dan diputar dan arahkan pada rambu
semula, dan darri bacaan biasa akan menghasil bacaan luar biasa.
e. Bacaan biasa dan luar biasa jika dijumlahkan hasilnya 360 0 (untuk TL 6DE)
f. Misal bacaan biasa dan luar biasa sbb :
Biasa

810 06' 37"


119

Luar biasa

2780 53' 30"

Bacaan rata-rata

81006'37"(3600 278053'30" )
2

810 06' 33,5"


Sudut zenith

90000'81006'33"

1) Bacaan biasa

1050 47' 22"

80 53' 26" naik

Bacaan luar biasa

2540 12' 33"

Bacaan rata-rata

105047'22"(3600 254012'33" )
2

1050 47' 24,5"


Sudut zenith

= < 90 - 105 47 24,5


= -15 47 24,5 (Permukaan tanah turun)

Demikianlah seterusnya untuk pembacaan titik-titik yang dengan cara yang


sama seperti di atas.

120

Pembacaan sudut vertikal/lereng theodelite topcon TL-6 DE


00

00

1.
810 06'37"
90 0

270 0

278053'30"

90 0

270 0

180 0

1800

Gambar 63A

Bacaan luar biasa : 2780 53' 30"

Bacaan biasa : 810 06' 37"

Bacaan rata-rata

81006'37'(3600 278053'30" )
2

= 81 06 33,5
= < 90o 81o 06 33,5

Sudut lereng

= +8o 53 26,5 (naik)


Permukaan tanah naik.
00

00

2.

180

90

270 0

90 0

1050 47'22"

2700

Gambar 63B

Bacaan biasa : 1050 47' 22"


Bacaan rata-rata

254012'33"

180 0

Bacaan luar biasa : 2540 12' 33"

105047'22" 3600 254012'33"


2

1050 47' 24,5"


Sudut lereng

= < 90 - 105 47 24,5


= -15 47 24,5 (Permukaan tanah turun).
121

J. Contoh Laporan Pengukuran Situasi Cara Polar Koordinat

Jenis tugas

: Pengukuran Situasi Cara Polar Koordinat Metode Tacheometry


Tanpa Magnit.

Alat pengukuran

: Pesawat Theodolit TL 6 DE
Statif
Rol meter
Palu
Rambu ukur
Daftar pengukuran
Data board
Patok/paku

Keselamatan kerja :
1. Periksa alat-alat pengukuran sebelum dibawa ketempat pengukuran.
2. Periksa lokasi pengukuran dari keadaan/lalu lintas kendaraan agar tidak mengganggu
pengukuran.
3. Melakukan kerja sama yang baik dengan teman agar pengukurannya ketelitian.
4. Menyeberang jalan menunggu kendaraan/lalu lintas aman.
5. Lindungi pesawat theodelite dari sinar matahari.
6. Bersihkan alat-alat sebelum dikembalikan.

Langkah kerja

1. Perhatikan lokasi pengukuran serta membuat sket situasi pengukuran.


2. Tentukan tempat berdiri pesawat agar semua titik-titik yang diukur dapat terbidik
semua (tidak terhalang).
3. Tentukan titik-titik pengukuran sebanyak 25 titik dengan diberi tanda dengan paku di
pinggir jalan atau batas-batas pengukuran.
4. Setel pesawat di atas titik yang telah ditentukan.
5. Bidiklah teropong ketitik P, dengan menyetel derajat mendatar pada 0 0 0' 0" .
6. Bacalah sudut vertikal pada bacaan biasa dan mencatat pada daftar ( sewaktu membaca
sudut vertikal terlebih dahulu benang silang tengah dihimpitkan pada bacaan rambu di
atas titik P1 setinggi pesawat).
7. Baca bacaan pada rambu benang atas dan benang bawah, lalu catat pada daftar.
122

8. Balikkan teropong dan membidikan kembali ketitik P1 kemudian membaca sudut datar
bacaan luar biasa dan sudut vertikal luar biasa.
9. Setelah mengembalikan posisi teropong dengan mengimpitkan benang silang tengah
pada rambu yang sama dengan tinggi pesawat, (Ta=BT) atau boleh tidak sama tinggi
pesawat dengan benang tengah(TaBT) lalu membaca sudut vertikal (bacaan biasa),
dan kemudian membaca benang atas dan benang bawah (BA dan BB).
10. Gerakkan teropong dengan mengimpitkan benang silang tengah pada angka rambu
yang sama dengan tinggi pesawat, lalu membaca sudut vertikal (bacaan biasa), dan
kemudian membaca benang atas dan benang bawah.
11. Balikan teropong dan diputar searah jarum jam lalu membidikan kembali ketitik P 1
untuk membaca sudut datar dan vertikal luar biasa.
12. Dengan cara yang sama lakukan langkah kerja seperti di atas untuk titik-titik berikut,
hingga pengukuran berakhir.
Perhitungan dengan cara tachymetri :

BT
Inklinasi

B
BT
Inklinasi

dBA

dAB

Gambar 64
a.

Jarak miring :

b.

Sudut Zenith

c.

Jarak datar

d.

Beda tinggi

dm

= (BA BB) x 100

: < 90 - < Vertikal

Bila z0 5 0 dm

dAB

= dm cos z0 z0 sudut zenith


= dm sin z0 +Ta-Bt

= dm cos 2 sin z0

H = dm cos m0 sin z0 sin z0


= dm

1
sin 2 z0 +Ta - Bt atau
2

H = < V x 2 = sin x 0.5 x dm = + Ta - Bt

Tinggi Titik : Tx detail =Tx awal + H

123

a. Jarak miring /jarak optis

dm B-a

dm B-b

(BABB) x 100/1000

(30100190) x 100/1000

282,000

(BABB) x 100/1000
(18450755) x 100/1000

109 m

< Z = < 90 - 910 35 27 = 10 35 27

b.

Sudut Zenith

c.

Jarak datar : dh

= dm . cos z 0 z0 sudut zenith


= 282. cos 10 35 27
= 281,783 m

Jarak datar:dh = dm .cos z 0 z0 sudut zenith


= 109. cos 00 58 28

d. Beda tinggi

= H

= 108,968 m ...... dan seterusnya


= dm sin z0 +Ta-Bt

Kalau z0 > 5 0 dm

= dm cos 2 sin z0

H = dm cos m0 sin z0 sin z0


= dm

1
sin 2 z0 +Ta-Bt
2

H = z x 2 = sin x 0,5 x dm = + Ta Bt
= 910 35 27x2=sin 0,5x282=+1,4-1,6

= - 8,026 m (tanah turun) dst......

e.

Tinggi Titik : Tx a detail =Tx A + H A-a

= 60,000+(- 8,026)
= 51,974 m

Tx b detail =Tx A + H A-a


= 60,000+(- 1,753)
= 58,247 m ...... dan seterusnya
Menghitung absis (X ) dan kordinat (Y)
Bila diketahui Koordinat titik B (246293 ; 430526)
Koordinat

: Menghitung X dan Y

pada titik a

X = dh Ba . sin B-a = 281,783. sin 930 38 06


= 281,216 m
124

Y = dh Ba . cos B-a = 281,783. cos 930 38 06


= -17,865 m

pada titik b

XB-a = dh Bb . sin B-b = 108,968 sin 1150 26 45


= 98,398 m

Y B-b = dh Bb . cos B-b = 108,968 cos 1150 26 45


= -46,819 m ........dstrnya
pada titik a

Koord. Xa = XB + X = 246293,000 + 281,216

Koord. Ya = Y + Y
pada titik b

= 246574,216 m
= 430526,000 + (-17,865)
= 430508,135 m

Koord. Xb = X + X = 246293,000 + 98,398


= 246391,398 m

Koord. Yb = Y + Y = 430526,000 + (- 46,819)


=430479,181 m ........dstrnya
Untuk menghitung besar sudut antara titik-titik, jika diperlukan untuk menghitung luas.
Titik a

Sudut H blk =120 49 36

Titik a

Sudut H mk =340 38 15

Maka < = Bacaan < H muka Bacaan < H belakang


= 340 38 15- 120 49 36
= 210 48 39
Untuk menghitung luas hasil pengukuran ada 3 cara yaitu :
1. Dengan rumus segitiga L=

1
ab sin
2

2. Dengan rumus

L s(s a )(s b)(s c)

dimana
2. Cara koordinat

a bc
2
1
: L yi xi 1 xi yi 1
2

125

Contoh cara 1.
Contoh : a = 281,783 m ,b=108,968 m dan
= 210 48 39

Maka luas nya adalah:

1
L . a.b sin
2

1
.281,783.108,968. sin 21048'39"
L 2 5704,181 m2 ..dst
Kegiatan Belajar 4
a. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari setiap unit kegiatan belajar 3 ini, siswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan Cara Merawat Jenis - Jenis Peralatan Survei Dan Pemetaan.
2. Menjelaskan Cara Memeriksa Jenis - Jenis Peralatan Survei Dan Pemetaan
3. Mengelola hasil proses pengecekan kebenaran data pengukuran

b. Uraian Materi
1. Merawat jenis-jenis Peralatan Survei dan Pemetaan

Merawat dan memeriksa alat merupakan dua kegiatan yang tidak kalah pentingnya dari
membuat, memperbaiki dan menggunakannya.
Merawat alat dimaksudkan sebagai memelihara alat dengan tujuan :
a. Agar alat dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama
b. Agar alat dapat digunakan dengan lancar tidak terjadi hambatan, seperti
macet atau bagian tertentu lepas
c. Untuk mencegah terjadinya kerusakan, agar alat selalu dapat digunakan.

Dalam melakukan perawatan alat alangkah baiknya bila sekaligus dilakuka pemeriksaan
terhadap alat tersebut apakah masih laik atau tidak untuk digunakan. Dari hasil pemeriksaan
akan diketahui selain laik atau tidaknya untuk digunakan atau dioperasikan juga diketahui
perlunya melakukan perbaikan, agar kerusakan yang terjadi tidak lebih parah.

Beberapa kerusakan yang mengakibatkan tidak atau kurang laiknya dari beberapa alat, antara
126

lain seperti tersaji pada Tabel berikut

Tabel. 5 Di bawah ini menjelaskan beberapa kerusakan dan atau kurang laiknya beberapa alat.
Dari hasil pemeriksaan akan diketahui selain layak atau tidaknya alat untuk digunakan
atau dioperasikan, juga diketahui perlunya dilakukan perbaikan agar kerusakan yang terjadi
tidak menjadi lebih parah.
Beberapa kerusakan yang mengakibatkan tidak atau kurang layaknya dari beberapa alat,
antara lain sebagai berikut :
Jenis Alat
Pita Ukur

Jenis Kerusakan
- Seluruh atau sebagian skala angkanya
sudah tidak terlihat jelas atau terhapus
- Ujungnya awal pita ukur/ meteran sudah
terputus, hingga awalnya tidak nol lagi

Kompas

- Jarum magnit sudah tiddak dapat bergerak


secara bebas lagi diporosnya. Hal ini
dapat terjadi karena porosnya rusak atau
cairan yang tadinya ada di dalam kompas
sebagian atau seluruhnya sudah habis
keluar/ menguap
- Skala angkanya sebagian atau seluruhnya
sudah tidak terlihat jelas lagi.

Odometer

- Rodanya sudah tidak bulat lagi


- Rodanya sering macet/ tidak berputar
- Bunyi atau alat penghitungnya sudah
rusak.

Klinometer

- Nivonya rusak, atau sebagian airnya


keluar,

sehingga

bentuk

gelembung

nivonya tidak ada


- Kaca yang ada benang silang untuk
melakukan

pembidikan

rusak

atau

goresan benang silangnya sudah tidak


jelas/ tidak ada.
- Setengah

lingkaran

berskala/klinometernya rusak
127

Sipat Datar

- Garis bidik tidak sejajar dengan garis arah


nivo
- Sumbu kesatu tidak tegak
- Diafragma horizontal tidak mendatar, atau
diafragma vertical tidak tegak
- Lensa teropong rusak atau kotor/ berjamur
- Teropong tidak bias diputar
- Nivo kotak rusak
- Bacaan sudut tidak terlihat
- Sekrup

sekrup

penyetel

focus

dan

penggerak halus horizontal tidak berfungsi


Sipat Ruang/ Theodolite

- Sumbu kesatu tidak tegak


- Sumbu kedua tidak mendatar
- Diafragma horizontal tidak mendatar atau
diafragma vertical tidak tegak
- Lensa teropong rusak atau kotor/ berjamur
- Teropong tidak bisa diputar
- Nivo kotak dan atau nivo tabung rusak
- Bacaan sudut horizontal dan atau vertical
tidak telihat
- Sekrup sekrup penyetel focus dan gerakan
halus horizontal dan atau vertical tidak
berfungsi

Adapun pemeliharaan atau perawatan yang dilakukan terhadap alat alat di atas antara lain
seperti tersaji pada Tabel berikut.
Jenis Alat
Meteran Kain Linen

Jenis Perawatan
- Gulungan pada rolnya diatur serapih
mungkin
- Meminyaki alat pemutar rolnya

Meteran Baja

- Gulungan meteran pada rolnya perlu


diminyaki agar tidak berkarat dan mudah
digulung kedalam atau ditarik keluar
- Meminyaki alat pemutar rolnya
128

- Selalu dalam keadaan bersih


Kompas

- Dibersihkan

Odometer

- Menjaga selalu dalam keadaan bersih


- Meminyaki poros rodanya

Klinometer

- Menjaga selalu dalam keadaan bersih


- Selalu tersimpan pada kotak tempatnya
- Meminyaki poros setengah lingkarannya

Sipat Datar

- Menjaga selalu dalam kedaan bersih


- Bila terkena hujan segera dikeingkan
- Tersimpan

di

(dilemari

yang

tempat
diberi

yang

kering

lampu

agar

temperaturnya konstan)
- Meminyaki bagian gerakan horizontal,
sekrup

pemfokus dan gerakan halus

horizontal
Sipat Ruang/Theodolite

- Menjaga selalu dalam keadaan bersih


- Bila terkena hujan segera dikeringkan
- Tersimpan

di

(dilemari

yang

tempat
diberi

yang

kering

lampu

agar

temperaturnya konstan)
- Meminyaki bagian gerakan horizontal dan
vetikal, sekrup-sekrup pemfokus dan
gerakan halus horizontal dan vertikal

2. Mengelola Hasil Perawatan Beberapa Alat Survei dan Pemetaan


Lembar Kerja
1. Merawat Beberapa Alat Survei dan Pemetaan
1.1. Alat :
1) Meteran Kain Linen
2) Meteran Baja
3) Kompas
4) Odometer
5) Klinometer
6) Sipat Datar
129

7) Sipat Ruang

1.2. Bahan
1) Kain Lap
2) Air dan Ember
3) Minyak Kelapa/ Sawit

1.3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Bekerjalah dengan hati-hati
1.4. Langkah Kerja
Persiapan alat dan bahan yang diperlukan
Perhatikan dan catat yang perlu dari penjelasan instruktur
Lakukan perawatan alat-alat dengan cara sebagai berikut :
a. Pita Ukur Kain Linen
- Gulungan pada rolnya diatur serapih mungkin
- Meminyaki alat pemutar rolnya
b. Pita Ukur Baja
- Gulungan pada rolnya diminyaki agar tidak berkarat dan mudah
digulung kedalam atau keluar
c. Kompas
- Dibersihkan
d. Odometer
- Menjaga selalu dalam keadaan bersih
- Meminyaki poros rodanya
f. Klinometer
- Usahakan selalu dalam keadaan bersih
- Selalu tersimpan pada kotak tempatnya
- Meminyaki poros setengah lingkarannya
g. Sipat Datar/Waterpass
- Usahakan selalu dalam keadaan bersih
- Bila terkena hujan segera dikeringkan
- Simpan di tempat yang kering (di lemari yang diberi lampu minimal 10
watt)
- Minyaki bagian gerakan horizontal , skrup-skrup penyetel fokus dan
gerakan halus horizontal
130

i. Sipat Ruang/Theodolite
- Usahakan selalu dalam keadaan bersih
- Bila terkena hujan segera dikeringkan
- Simpan di tempat yang kering (di lemari yang diberi lampu minimal 10
watt)
- Minyaki bagian gerakan horizontal dan vertikal, skrup-skrup
Penyetel fokus dan gerakan horizontal seta vertikal

3. Memeriksa Beberapa Alat Survei dan Pemetaan :


3.1. Alat
a)

Pita Ukur/ Meteran Kain Linen

b)

Pita Ukur/ Meteran baja

c)

Kompas

d)

Odometer

e)

Klinometer

f)

Penta Prisma

g)

Sipat Datar/ Waterpass

h)

Sipat Ruang/ Theodolite

3.2 Bahan
a. Kain lap
b. Air dalam ember
c. Minyak kepala/sawit
3.3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Bekerjalah dengan hati-hati
3.4. Langkah kerja :
1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Perhatikan dan catat yang perlu dari penjelasan Instruktur
3. Lakukan pemeriksaan dari alat berikut :
a. Pita Ukur/ Meteran kain
1. Kerapihan gulungannya
2. Pemutar rolnya
3. Angka awal nolnya dan angka-angka lainnya

131

b. Pita Ukur/ Meteran baja


1. Kerapihan gulungannya
2. Pemutar rolnya
3. Angka awal nolnya dan angka-angka lainnya
c. Kompas
- Gerakan jarumnya
d. Odometer
1. Lingkaran rodanya
2. Keadaan poros rodanya
e. Klinometer
1. Keadaan nivonya
2. Kaca yang ada benang silangnya
3. Keadaan Klinometernya
f. Sipat Datar/ Waterpass, yang diperiksa adalah :
1. Putaran sumbu kesatu
2. Putaran skrup pengatur dan penyetel fokusnya
3. Posisi benang diafragmanya
4. Garis bidik sejajar garis nivo atau tidak, dengan cara :
a. Dirikan alat di tengah tengah 2 buah titik misalnya titik A dan B
b. Tempatkan rambu ukur pada titik A dan titik B
c. Arahkan pesawat ke titik A, baca dan catatlah hasilnya benang atas,
benang tengah dan benang bawahnya
d. Arahkan pesawat ke titik B, baca dan catatlah hasilnya benang atas,
benang tengah dan benang bawahnya
e. Pindahkan pesawat sipat datar diantara titik A dan titik B tetapi
letaknya sembarang
f. Lakukan seperti langkah c dan d
g. Pindahkan pesawat sipat datar diluar garis ukur titik A titik B tetapi
letaknya sembarang
h. Lakukan seperti langkah c dan d
i. Hitung beda tinggi antara titik A dan titik B dari beberpa letak pesawat
di atas
j. Bila ternyata beda tingginya sama semua, ini berarti syarat ke I sudah
terpenuhi (Garis bidik sejajar dengan garis arah nivo), tetapi bila
ternyata ada yang tidak sama beda tingginya, berarti syarat ke I tidak
132

terpenuhi, maka harus dikalibrasi terlebih dahulu


k. Namun bila terpaksa alat tersebut akan dipakai, maka kedudukan
pesawat harus selalu di tengah- tengah slag
5. Apakah sumbu kesatu dalam keadaan tegak (tegak lurus bidang nivo)
dengan cara :
a. Setel kedudukan nivo kotak sampai benar benar di tengah tengah
lingkaran
b. Setelah nivonya ditengeh tengah, kemudian teropong diputar
kesegala arah, bila ternyata gelembung nivonya berubah ubah /tidak
ditengah tengah lagi, berarti sumbu kesatu (sumbu tegak) tidak tegak
lurus dengan bidang nivo, berarti syarat ke dua belum terpanuhi, dan
harus dikalibrasi dulu baru alat sipat datar bias dipakai.
6. Apakah benang silang tengah mendatar tegak lurus dengan sumbu ke
satu? Dengan cara :
a. Dirikan alat, setel hingga gelembung nivo di tengah - tengah
b. Bidikkan ke suatu kertas yang ditempelkan pada suatu tembok,dan
tadailah kedudukan perpotongan benang silang tengah, dengan pensil
c. Gerakan teropong kearah kiri atau kanan, sambil membidik titik yang
ada pada kertas tadi, bila ternyata titik tersebut selalu tertutup oleh
benang silang horizontal, ini berarti benang silang mendatar tegak lurus
dengan garis arah nivo
d. Namun bila titik pada kertas tadi tidak tertutup oleh benang silang
mendatar, ini berarti benang silang mendatar tidak tegak lurus dengan
bidang nivo (syarat ke tiga belum terpenuhi), maka pesawat harus
dikalibrasi terlebih dulu sebelum dipakai
g. Sipat Ruang/ Theodolite yang diperiksa adalah :
a. Putaran sumbu kesatu
b. Putaran skrup pengatur dan pemokusnya
c. Posisi benang diafragmanya
d. Putaran sumbu kedua
e. Apakah sumbu kesatu dalam keadaan tegak, dengan cara :
a. Setel kedudukan nivo kotak sampai benar benar di tengah
tengah lingkaran
b. Setelah nivonya ditengeh tengah, kemudian teropong diputar
kesegala arah, bila ternyata gelembung nivonya berubah ubah
133

/tidak ditengah tengah lagi, berarti sumbu kesatu (sumbu tegak)


tidak tegak lurus dengan bidang nivo, berarti syarat ke dua belum
terpanuhi, dan harus dikalibrasi dulu baru alat sipat datar bias
dipakai.
f. Apakah garis bidik tegak lurus sumbu kesatu, dengan cara sebagai berikut
a. Setel kedudukan nivo kotak sampai benar benar di tengah
tengah lingkaran
b. Setelah nivonya ditengeh tengah, kemudian teropong diarahkan
ke suatu tembok yang sudah tergantung suatu unting unting,
c. kemudian bidiklah benang unting unting tersebut, putarlah ke atas
dan kebawah, bila ternyata benang unting unting tersebut
tertutup/ berimpit dengan benang silang tegak, ini berarti garis
bidik tegak lurus dengan sumbu kesatu,
d. bila benang unting unting ternyata tidak tertutup dengan benang
silang tegak, berarti garis bidik tidak tegak lurus dengan sumbu
kesatu, sehingga pesawat haus dikalibasi terlebih dulu bila akan
dipakai
g. Apakah sumbu kesatu tegak lurus sumbu kedua, dengan cara :
a. Dirikan alat pada statif, dan setel nivonya hingga siap dipakai
b. Lakukan seperti langkah kerja pada point f, yaitu bila teropong
diarahkan naik dan turun benang unting unting selalu berimpit
dengan benang silang vertical, ini berarti sumbu ke satu tegak lurus
sumbu kedua (syarat ke tiga terpenuhi)
h. Apakah kesalahan skala index pada skala lingkaran tegak sama
dengan nol, dengan cara :
a. Bila pada waktu garis bidik mendatar pembacaan tidak sama dengan
nol atau 90o , karena garis skala nol atau 90o tidak berimpit dengan
garis index nonius , maka dikatakan : ada kesalahan index, berarti
pesawat harus diperbaiki/dikalibrasi bila akan digunakan
b. Bila hasil pembacaan sudut lereng pada posisi teropong Biasa
ditambah hasil bacaan sudut lereng Luar Biasa sama dengan 360o
maka syarat ke empat terpenuhi.
c. Rangkuman
Merawat dan memeriksa alat merupakan dua kegiatan yang tidak kalah pentingnya dari
membuat, memperbaiki dan menggunakannya
134

Dalam melakukan perawatan

alat

alangkah baiknya bila sekaligus dilakukan

pemeriksaan terhadap alat tersebut apakah masih laik atau tidak untuk digunakan. Dari
hasil pemeriksaan akan diketahui selain laik atau tidaknya untuk digunakan atau
dioperasikan juga diketahui perlunya melakukan perbaikan, agar kerusakan yang terjadi
tidak lebih parah.
Pesawat sipat datar dikatakan sempurna bila memenuhi 3 syarat, kalau pesawat sipat
ruang harus memenuhi 4 syarat,
d. Tugas
Lakukan pemeriksaan terhadap pesawat sipat datar yang ada di sekolah Anda, kemudin
simpulkan hasilnya apakah pesawat sipat datarnya memenuhi 3 syarat yang telah
ditentukan?
e. Tes Formatif
1. Tuliskan masing-masing 2 alasan perlunya melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan
Alat !
2. Tuliskan 2 komponen meteran yang paling perlu diperiksa !
3. Tuliskan masing-masing 3 komponen utama yang perlu diperiksa dari alat ukur sipat
datar dan theodolite !
4. Tuliskan 2 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeliharaan alat !

f. Kunci Jawaban :
1. Pemeriksaan dan perawatan alat diperlukan dengan tujuan :
a. alat dapat berfungsi atau dipakai dalam jangka waktu yang lama
b. terhindar dari gangguan pada saat melakukan akibat alat macet
c. menghindari kerusakan yang berkelanjutan/lebih parah
2. (1) Pita ukurnya
(2) Penggulung meterannya
3. 3 Komponen sipat datar yang perlu dipelihara :
- Sumbu kesatu agar gerakannya tetap lancar
- Lensanya tidak jamuran
- Sekrup sekrup gerakan halus dan sekrup penyetel focus
4. 3 Komponen sipat ruang yang perlu dipelihara :
- Sumbu kesatu agar gerakannya tetap lancer
- Sumbu kedua agar gerakannya tetap lancar
- Lensanya tidak jamuran
- Sekrup sekrup gerakan halus dan sekrup penyetel focus
135

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan Nawawi, Ir.,MS TIM Program Keahlian Mekanisme Pertanian 2001, Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta

Iskandar Muda. 2008 TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN Jakarta : Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Soekandar 2003 Gaalian dan Timbunan, TEDC Bandung

Soetomo Wongsotjitro.1992 ILMU UKUR TANAH. Kanisius , Yogyakarta

Zarkasyi. 2010 Modul Survei dan Pemetaan, SMK N 1 Meulaboh

136

Anda mungkin juga menyukai