Umum:
Khusus:
c. Ruang Lingkup:
Rencana yang disusun tersebut seyogyanya meliputi seluruh kegiatan pokok
Puskesmas, akan tetapi dapat dibatasi sesuai dengan masalah yang dihadapi; dengan
memperhatikan prioritas, kebijaksanaan dan strategi yang telah ditetapkan oleh Pusat,
Dati I dan Dati ll-nya.
2. Langkah langkah penyusunan rencana
Dalam melaksanakan kegiatan penyusunan rencana tingkat Puskesmas, ada 4
(empat) langkah pokok yang perlu dilaksanakan yaitu:
Penyusunan rencana.
Pengumpulan data
Analisa data
perumusan masalah
Lingkungan
ekonomi
misalnya
mata
pencaharian,
pendapatan,
Permasalahan
tersebut
harus
dirumuskan
dengan
baik
secara
epidemiologis, sehingga
tergambarkan masalahnya, dimana, kapan dan seberapa besar. Dengan perkataan lain,
besarnya masalah diusahakan dapat tergambar secara kwantitatif.
5. Penentuan peringkat masalah
Dari beberapa masalah yang telah dirumuskan tersebut, lalu dilakukan
penentuan peringkat masalah yang perlu diutamakan penanggulangannya. Untuk
menentukan peringkat masalah, dapat dipergunakan cara Defoecq atau cara Hanlon
Dengan cara Delbecq masalah tersebut didiskusikan oleh anggota kelompok
dengan saran dari nara sumber. Cara Hanlon lebih sering digunakan, karena lebih
sederhana dan setiap anggota rapat Puskesmas dapat ikut berperan. Semua anggota
rapat diminta memberikan nilai terhadap masalah tersebut, melalui sistem scoring
untuk masing- masing kriterianya.
Kriteria yang dipakai untuk masing-masing masalah adalah
(a) Besarnya masalah
Penentuan score untuk besarnya masalah dilaksanakan dengan memberi nilai
(0 - 10) pada faktor-faktornya yaitu:
-
tingkat keganasannya
tingkat urgensinya
kecenderungannya
Perumusan kegiatan
jangka
pendek,
digambarkan
jadwal
waktu
pelaksanaannya.
Penggambarannya biasanya digunakan grafik balok tidur dalam suatu format tertentu
(Gantt Chartj. Pembagian waktu di dalam format, tergantung kebutuhan. Namun
demikian biasanya untuk jangka menengah, pembagian waktunya adalah per tahun,
sedangkan untuk jangka pendek biasanya per bulan.
(b) Penentuan lokasi dan sasarannya.
Penentuan lokasi dan sasarannya merupakan penjabaran lebih lanjut
dari kegiatan yang telah ditentukan di atas. Di sini lebih berorientasi pada keperluan
untuk operasional atau untuk kebutuhan jangka pendek.
(c) Pengorganisasian
Pengorganisasian
untuk
melaksanakan
kegiatan
yang
telah
bagaimana pemanfaatannya;
(b) Harus diperinci jenis dan jumlah sarana yang diperlukan;
(c) Harus diperinci jenis dan jumlah tenaga yang diperlukan.
POA
Puskesmas
termasuk
POA KB-Kes
Penggalangan
kerja sama
dalam tim
Rapat kerja
bulanan
puskesmas
Penggalangan
kerja sama lintas
sektoral
Rapat kerja
tribulanan lintas
sektoral
Stratifikasi
puskesmas
b. Tujuan
(1) Umum
Meningkatnya fungsi Puskesmas melalui peningkatan kemampuan
tenaga Puskesmas untuk bekerjasama dalam Tim dan membina kerjasama lintas
program dan lintas sektoral.
(2) Khusus
a. Terlaksananya penggalangan kerjasama Tim (teamwork) lintas
program dalam rangka pengembangan manajemen sederhana,
terutama dalam pembagian tugas dan pembuatan rencana kerja
harian.
b. Terlaksananya penggalangan kerjasama lintas sektoral dalam
rangka pembinaan peran serta masyarakat
c. Terlaksananya rapat kerja bulanan Puskesmas sebagai tindak lanjut
penggalangan kerjasama Tim Puskesmas.
d. Terlaksananya rapat kerja tribulanan lintas sektoral sebagai tindak
lanjut penggalangan kerjasama lintas sektoral.
c. Ruang lingkup
Untuk meningkatkan fungsi Puskesmas, maka petugas Puskesmas perlu
bekerja secara Tim dan masing-masing anggota Tim harus mempunyai rasa
kebanggaan, sehingga masing- masing anggota mempunyai semangat untuk membela
keberhasilan Tim-nya.
Dalam rangka membina petugas Puskesmas untuk bekerjasama dalam Tim
sehingga dapat melaksanakan fungsi Puskesmas dengan baik, telah dikembangkan
buku Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Apa yang tercantum dalam buku ini
hanya merupakan pokok- pokok buku tersebut.
2. Lokakarya Mini Puskesmas terdiri dari 4 komponen
a. Penggalangan kerjasama dalam Tim Puskesmas.
b. Penggalangan kerjasama lintas sektoral.
c. Rapat kerja bulanan Puskesmas.
d. Rapat kerja tribulanan lintas sektoral
(a) Penggalangan kerjasama dalam Tim Puskesmas
(1) Pengertian
Dalam
rangka
meningkatkan
fungsi
Puskesmas
yang
terdiri
dari
Umum
pengembangan
sistem
manajemen
sederhana
dengan
cara
Khusus
tujua
n
Dinamik
a
Kelompo
Masukan
Konsep KBKes
Prog. KIA
Prog. Gizi
Prog. KB
Prog.
Imunisasi
Prog. Diare
dll
Inventaris
kegiatan
PSM
Pembagi
an tugas
baru
Inventaris
kegiatan
bulan lalu
Analisis/pe
nghitunga
n beban
kerja
Rencan
a kerja
baru
Pembagi
an
tanggun
g jawab
Dinamika keiompok
Dilakukan dengan permainan huruf "T" berantakan dan Johary
Wmdow, nertujuan untuk menanamkan pentingnya kerjasama secara Tim dan
keterbukaan anggota Tim dalam memecahkan suatu masalah.
inventarisasi kegiatan petugas pada bulan lalu sebagai bahan untuk beban
kerja.
Penyusunan rencana kerja harian baru yang bertujuan agar semua petugas
Puskesmas agar membuat rencana kerja yang dibuat tiap-tiap bulan, baik
untuk tugas rutin maupun untuk pembinaan PSM.
(4) Pelaksanaan
Peserta:
Peserta Lokakarya Mini ialah semua petugas ini: dokter gigi/perawat gigi
dengan sektor lain, alih teknologi serta alih kelola kepada masyarakat, dengan
mengembangkan peran serta masyarakat dalam bentuk penyelenggaraan Posyandu.
Oleh karena itu, penggalangan kerjasama lintas sektoral pada saat ini diarahkan untuk
merumuskan kerjasama dalam membina upaya peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan.
(2) Tujuan
-
Umum
Khusus
tujua
n
Dinamik
a
Kelompo
Program lintas
sektoral
tingkat
kecamatan
Prog. KB-kes
Kebijaksanaan
pengembanga
n
Peran sektor
dalam KB_kes
Pembagian
peran masing
masing
sektoral
Analisis
masalah peran
sektoral
Inventarisasi
peran bantuan
lintas sektoral
Pertemuan dalam rangka penggalangan kerjasama lintas sektoral diselenggarakan oleh Camat bekerjasama dengan Tim Pembina PKK kecamatan dan dibantu
sepenuhnya oleh Puskesmas.
Secara garis besar, acara penggalangan kerjasama lintas sektoral adalah sebagai berikut:
a. Dinamika kelompok
Untuk menanamkan motivasi kerjasama dalam Tim dilakukan proses
dinamika kelompok dengan menggunakan permainan Broken T (huruf T
berantakan), yang dapat mengungkapkan pada perserta tentang pentingnya
kerjasama secara Tim dalam melaksanakan suatu program.
b. Penjelasan dari sektor-sektor
Masing-masing sektor menjelaskan kegiatannya dalam rangka
pembinaan peran serta masyarakat.
c. Penjelasan tentang Keterpaduan KB-Kesehatan dalam rangka meningkatkan
mutu hidup dan kesejahteraan keluarga dengan upaya penurunan angka
kematian bayi, anak balita dan angka kematian ibu bersalin serta angka
kelahiran dengan alih teknologi dan alih kelola melalui pengembangan dan
pembinaan Posyandu. (Topik pembahasan tidak selalu KB-Kes tapi disesuaikan dengan kebutuhan)
d. Penjelasan POA KB-Kesehatan, agar sektor yang bersangkutan mengetahui
rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dan cakupan lima program serta
pengembangan dan pembinaan Posyandu.
e. Penyajian hasil-hasil kesepakatan kerjasama lintas sektoral dalam membina
Keterpaduan KB-Kesehatan, baik di tingkat Pusat, Propinsi dan Kabupaten/
Kodya, agar peserta mengetahui peranan masing-masing sektor dalam rangka
kerjasama lintas sektoral.
f. Inventarisasi peranan saling mendukung dari masing-masing sektor dalam
membina Keterpaduan KB-Kesehatan. Tujuan dari acara ini adalah mengetahui seberapa jauh masing-masing sektor sudah berperan dalam kerjasama
dan hambatan-hambatan serta masalah yang dihadapi dalam kerjasama.
g. Analisa peranan masing-masing sektor, dilakukan dengan cara membandingkan antara peranan masing-masing sektor yang sudah dilaksanakan
dengan hasil kesepakatan (butir E) dan mengelompokkan masalah serta
hambatan yang dihadapi untuk dipecahkan bersama.
h. Merumuskan masing-masing sektor dalam pembinaan peran serta masyarakat
di bidang KB-kesehatan secara musyawarah untuk mufakat.
Puskesmas
selesai
melaksanakan
Lokakarya
Penggalangan
Puskesmas, maka segala keputusan yang telah diambil secara bersama harus
dilaksanakan sebaik-baiknya. Walaupun Lokakarya sudah diselenggarakan dan segala
hasilnya sudah dilaksanakan sebaik-baiknya, masih perlu adanya tindak lanjut yang
bertujuan untuk menilai pencapaian dan hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para
pelaksananya, sehingga dapat dibuat perencanaan ulang yang lebih baik. Salah satu
usaha untuk melaksanakan tindak lanjut dari Lokakarya penggalangan Tim adalah
mengadakan Rapat Kerja Rutin setiap bulan, yang penyelenggaraannya serta
materinya diuraikan berikut ini.
(2) Tujuan
(a) Timbulnya kebiasaan pada seluruh petugas Puskesmas untuk selalu mengadakan tindak lanjut dari setiap kegiatan dalam melaksanakan program
kesehatan.
(b) Adanya suatu sistem manajemen sederhana dan terselenggarakannya rapat
kerja rutin bulanan Puskesmas, untuk melakukan penilaian program yang
sedang berjalan secara teratur, dan hambatan-hambatan yang dijumpai selama
satu bulan yang lalu dapat dipecahkan bersama.
(3) Pentahapan Pelaksanaan
(a) Tahap pelaksanaan rapat kerja bulanan puskesmas
MASUKAN
tujuan
Laporan hasil
kegiatan bulan
lalu
Hasil rapat PKK
kecamatan
Tambahan
pengetahuan
Analisa
hambatan
kegiatan bulan
lalu
Rencana kerja
baru
Pemecahan
masalah
Materi yang akan dibahas dalam Rapat Kerja Butanan Puskesmas adalah
sebagai berikut:
o Laporan pelaksanaan Rencana Kerja Harian dari tiap petugas dan hasil cakupan
pelayanan Posyandu tiap desa pada bulan lalu dari Tim Pembina dari daerah
binaan Posyandu.
o Kebijaksanaan dari atasan langsung yang didapat dari hasil Rapat Dinas
Kesehatan dan kebijaksanaan Pemerintah Daerah yang didapat dari rapat
Kecamatan.
o Tambahan pengetahuan dan ketrampilan kepada petugas Puskesmas dalam
rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat atau dalam rangka mengatasi kejadian luar biasa.
o Analisa dari masalah/hambatan yang terjadi dan pemecahan masalah.
o Rapat Kerja ditutup dengan acara pembuatan rencana kerja harian, dari semua
petugas Puskesmas untuk bulan depan.
(d) Rapat kerja tribulanan lintas sektoral
(1) Pengertian
Semangat kerjasama dalam Tim yang telah ditimbulkan dalam lingkungan
sektor-sektor, perlu dipelihara dengan baik agar kerjasama lintas sektoral yang telah
dibina bisa berjalan mantap dan berkesinambungan. Salah satu cara untuk memelihara
kerjasama ialah dengan mengadakan pertemuan berkala dan membahas pelaksanaan
kerjasama maupun masalah yang dihadapi dan sekaligus mencari pemecahannya
bersama-sama.
(2) Tujuan
-
Umum
Khusus
tujuan
-
Laporan kegiatan
posyandu oleh
PKK
Masalah
hambatan dalam
pembinaan
posyandu
Analisa
masalah
masing
masing sektor
Pemecahan
masalah
Rencana
pembinaan
PSM/KB-Kes dai
masing
masing sektor
Materi yang akan dibahas dalam rapat kerja tribulanan lintas sektoral adalah
sebagai berikut:
Sambutan dari Tim Pembina Posyandu Dati II tentang usaha untuk mengatasi
hambatan/masalah dan menyampaikan kebijaksanaan Pemda maupun Tim
Pembina Posyandu Dati II.
Menyusun rencana pembinaan untuk tribuian yang akan datang, dan sebagai
penutup rencana kerja dari semua sektor diserahkan oleh Camat kepada Ketua
Tim Penggerak PKK Kecamatan.
1. Masukan (input)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari
untur tenaga (man), dana (money), sarana (material), dan metoda (method)
yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi program
pemberantasan Demam Berdarah Dengue.
2. Proses (process)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari
unsure perencanaan (planning), organisasi (organization),
pelaksanaan
Terdiri dari variable masukan, proses, keluaran, umpan balik, lingkungan dan
dampak. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam
program pemberantasan DBD.
1. MASUKAN
Tenaga
Dokter
Kooedinator P2M dan PKM
Petugas Laboratorium
Petugas Administrasi
Kader aktif
Jumantik
Dana
Dana untuk pelaksanaan program dapat diperoleh di:
1. APBD
: sebagai contoh, APBD menyediakan
anggaran untuk pengawasan dan monitoring, sarana diagnosis,
bahan cetakan, kegiatan pemecahan masalah di kotamadya.
2. Swadaya Masyarakat : contoh, menyediakan anggaran untuk
operasional, pemeliharaan, pelaksanaan, pencegahan dan
penanggulangan DBD
Sarana
Medis
Meliputi hal-hal dibawah ini :
a. Poliklinik set : stetoskop, timbangaan BB, thermometer,
tensimeter, senter
b. Alat pemeriksaan hematokrit
c. Alat penyuluhan kesehatan masyarakat
d. Formulir laporan Standart Operasional dan KDRS
(kasus DBD di Rumah Sakit)
e. Obat-obatan simptomatis untuk DBD (analgetik dan
antipiretik)
f. Buku petunjuk program DBD
g. Bagan penatalaksanaan kasuk DBD
h. Larvasida
Non-Medis
Meliputi hal-hal dibawah ini :
a. Gedung puskesmas
b. Ruang tunggu
c. Tuang administrasi
d. Ruang periksa
e. Ruang tindakan
f. Laboratorium
g. Apotik
h. Perlengkapan administrasi
i. Formulir laporan
Metode
Terdapat metode untuk:
1. Penemuan penderita tersangka DBD
Kasus dilihat dari jumlah suspe DBD yang dating ke
puskesmas
2. Rujukan penderita DBD
Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak
panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara
38OC sampai 40OC atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada
kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang,
kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah
darah atau BAB darah, tes Torniquet positif.
3. Penyuluhan Kesehatan pada Penyuluhan masyarakat meliputi :
a. Penyuluhan Perorangan : terhadap individu yang berobat
melalui konseling
b. Penyuluhan Kelompok
dilihat
dari
Tahunan
3. KELUARAN
Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien
suspect DBD yang datang ke puskesmas
Contoh : 128 orang/tahun
Rujukan penderita DBD : Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD,
seperti mendadak panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu
badan antara 38OC sampai 40OC atau lebih, tampak bintik-bintik merah
pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang,
kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah
atau BAB darah, tes Torniquet positif.
Contoh : dilakukan rujukan 100% kasus
Penyuluhan dan penggerakkan masyarakat
untuk
PSN
Dari
ukuran
di
atas
dapat
diketahui
gerakan
PSN-3M
menunjukan
tingkat
Angka
Bebas
Jentik
dan
House
Indeks
lebih
memberikan
anjuran
untuk
penyemprotan dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di tooktoko seperti baygon, dll.5-7
a. Menggunakan insektisida
Abatisasi : adalah menaburkan bubuk abate ke dalam
penampung air untuk membunuh larva dan nyamuk. Cara
melakukan abatisasi : untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram
bubuk abate. Bila tidak ada alat untuk menakar gunakan sendok
makan. Satu sendo makan peres ( diratakan atasnya) berisi 10
gram abate, selanjutnya tinggal membagi atau menambah
sesuai jumlah air.dalam takaran yang dianjurkan seperti di atas,
aman bagi manusia dan tidak akan menimbulkan keracunan.
Penaburan abate perlu di ulang selama 3 bulan.7
Fogging dengan malathion atau fonitrothion. Melakukan
pengasapan saja tidak cukup, karena penyemprotan hanya
mematikan nyamuk dewasa.
b. Tanpa insektisida
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melaksanakan
penyuluhan 3M:
o Menguras tempat-tempat penampungan air sekurangkurangnya seminggu sekali
o Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
o Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan atau
menyingkirkan barang-barang
yang
dapat
menampung
air
hujan
di
pekarangan,
kebun,
2. LINGKUNGAN
Lingkungan Fisik:
Jarak dengan pemukiman penduduk (dekat/jauh)
Transportasi (mudah/sukar)
Jarak dengan fasilitas umum
Lingkungan Non-Fisik
1. Mata Pencaharian penduduk (terbanyak)
2. Tingkat pendidikan
3. UMPAN BALIK
Adanya pencatatan dan Pelaporan
Sesuai dengan waktu yang ditetapkan
Masukan dalam program pemberantasan DBD selanjutnya
Rapat kerja (berapa kali / tahun)
Antara kepala puskesmas dengan Pelaksana Unit untuk
1. Membahas laporan kegiatan bulanan
2. Evaluasi program yang telah dilakukan
4. DAMPAK
LANGSUNG
apakah
terjadi
penurunan
angka
kesehatan masyarakat.
Daftar Pustaka
1. Standar Penanggulangan Penyakit Demam Berdara. Dinas kesehatan Propinsi
DKI Jakarta, 2002.
2. Widoyono.
Demam
berdarah
tropis,epidemiologi,penularan,pencegahan
dan
dengue.Penyakit
pemberantasan.
Jakarta.
Erlangga; 2008.h.59
3. Bustan M N. Ukuran Epidemiologi. Pengantar epidemiologi.Cetakan ke-2.
Jakarta. Rineka Cipta;2006.h 75
4. Depertemen Kesehatan RI. Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di
sarana pelayanan kesehatan. Jakarta. Depertemen Kesehatan; 2005.hal 1
5. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Tatalaksanan demam
berdarah dengue. Jakarta. Departemen Kesehatan;2001.hal.2
6. Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas Tim. Kesehatan Lingkungan
Pemukiman. Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid 3. Jakarta: Departeman
Kesehatan RI, 1991.h.G1-80
7. Departemen Kesehatan RI. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah
dengue oleh jumantik. Edisi ke-3 Jakarta. Departemen Kesehatan;2007.hal.7
8. Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas Tim. Puskesmas. Pedoman Kerja
Puskesmas. Jilid I. Jakarta: Departeman Kesehatan RI, 1991.h.G1-80
9. Azwar Azrul. Management Puskesmas. Keputusan Mentri Kesehatan Repuplik
Indonesia tantang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Departeman Kesehatan RI, 2004.h. 20-31
10. Richie. Evaluasi Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di
Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru Periode Agustus 2007 sampai dengan
Juli 2008. Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana. Jakatra 2008.
----
LINGKUNGAN2
A. Lingkungan Fisik
1. Terdapat bermacam macam tempat perindukan nyamuk sebagai wadah di
bedakan berdasarkan bahan , warna , volume , letak di dalam atau luar rumah
serta mempunyai bekas penutup atau tidak
2. Ketinggian tempat setiap ketinggian 100 meter selisih udara dengan tempat
asal adalah derajat celcius. Perbedaan suhu yang cukup banyak akan
mempengaruhi penyebaran serta siklus pertumbuhan nyamuk pertumbuhan
virus dalam tubuh nyamuk. Di tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter
di ats permukaan laut tidak di temukan nyamuk Aedes aegypti
3. Hujan , banyaknya hujan mempengaruhi kelembapan udara di daerah pantai
dan mempengaruhi suhu di daerah pergunungan . Hujan selain menyebabkan
naiknya kelelmbapan nisbi udara juga menambah jumlah tempat perkembang
biakan ( breeding places ). Curah hujan yang lebat menyebabkan bersinhya
tempat perindukan vector kerana larvanya hanyut dan mati. Kejadian penyakit
yang di tularkan nyamuk biasanya meningkat beberapa waktu sebelum atau
sesudah musim hujan lebat. Curah yang tidak terlalu lebat tetapi dalam jangka
yang panjang akan memperbesarkan
dengan subur.
4. Kecepatan angin , secara langsung pengaruh angin adalah paad penerbangan
nyamuk. Apabila kecepatan angin 11- 14 meter perdetik akan menghambat
penerbangan nyamuk, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi
evaporasi air dan suhu udara. Pengaruh angin dipelajari oleh Miura (1970)
sebuah perangkap nyamuk biasanya dapat mengumpulkan 2436 sampai 6832
nyamuk pada waktu malam tenang, dan hanya dapat menangkap 832 sehingga
956 pada malam berangin. Hampir smeua nyamuk yang masuk ke dalam
perangkap adalah pada kecepatan angin kurang 5,4 detik mempengaruhi juga
suhu udara dan pelaksanaan fogging
5. Suhu udara, nyamuk adalah binatang berdarah dingin karena proses
metabolismedan silus kehidupannya tergantung pada suhu lingkungan , ianya
Suhu
optimim
pertumbuhan
nyamuk
adalah
25-27
C.
Pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali pada suhu kurang dari 10 0C
atau lebih dari
yang tinggi
Kewaspadaan dini
Penanggulangan KLB
Peningkatan ketrampilan petugas
Penyuluhan
Kegiatan :
rumah indeks.
Penemuan dan pertolongan penderita, yaitu kegiatan mencari penderita lain.
Jika terdapat tersangka kasus DBD maka harus segera dilakukan penanganan
Aedes.
Fogging focus (FF), yaitu kegiatan menyempprot dengan insektisida
(malation, losban) untuk membunuh nyamuk dewasa dalam radius 1 RW per
PENCEGAHAN PRIMER8
Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu pencegahan primer,
pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan tingkat pertama ini
merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau
mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
Surveilans Vektor
Surveilans untuk nyamuk Aedes aegypti sangat penting untuk menentukan distribusi,
kepadatan populasi, habitat utama larva, faktor resiko berdasarkan waktu dan tempat
yang berkaitan dengan penyebaran dengue, dan tingkat kerentanan atau kekebalan
insektisida yang dipakai, untuk memprioritaskan wilayah dan musim untuk
pelaksanaan pengendalian vektor. Data tersebut akan memudahkan pemilihan dan
penggunaan sebagian besar peralatan pengendalian vektor, dan dapat dipakai untuk
memantau keefektifannya. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah survei jentik.
Survei jentik dilakukan dengan cara melihat atau memeriksa semua tempat atau
bejana yang dapat menjadi tempat berkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dengan
mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik,yaitu dengan cara visual. Cara
ini cukup dilakukan dengan melihat ada tidaknya jentik disetiap tempat genangan air
tanpa mengambil jentiknya. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengetahui
kepadatan jentik Aedes aegypti adalah :
a. House Indeks (HI), yaitu persentase rumah yang terjangkit larva dan atau
pupa.
b. Container Indeks (CI), yaitu persentase container yang terjangkit larva atau
pupa.
c. Breteau Indeks (BI), yaitu jumlah container yang positif per-100 rumah
yang diperiksa.
Dari ukuran di atas dapat diketahui persentase Angka Bebas Jentik (ABJ), yaitu
jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik per jumlah rumah yang diperiksa.
Pengendalian Vektor
Pengendalian vektor adalah upaya untuk menurunkan kepadatan populasi nyamuk
Aedes aegypti. Pengendalian Cara Kimiawi:
dewasa atau larva. Insektisida yang dapat digunakan adalah dari golongan
organoklorin, organofosfor, karbamat, dan pyrethoid. Bahan-bahan insektisida
dapat diaplikasikan dalam bentuk penyemprotan (spray) terhadap rumah-rumah
penduduk. Insektisida yang dapat digunakan terhadap larva Aedes aegypti yaitu
dari golongan organofosfor (Temephos) dalam bentuk sand granules yang larut
dalam air di tempat perindukan nyamuk atau sering disebut dengan abatisasi.
Pengendalian Lingkungan
Pengendalian lingkungan dapat digunakan beberapa cara antara lain dengan
mencegah nyamuk kontak dengan manusia yaitu memasang kawat kasa pada pintu,
lubang jendela, dan ventilasi di seluruh bagian rumah. Hindari menggantung pakaian
di kamar mandi, di kamar tidur, atau di tempat yang tidak terjangkau sinar matahari.
Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
Gerakan PSN adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan
pemerintah untuk mencegah penyakit DBD yang disertai pemantauan hasilhasilnya
secara terus menerus. Gerakan PSN DBD merupakan bagian terpenting dari
keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD, dan merupakan bagian dari upaya
mewujudkan kebersihan lingkungan serta prilaku sehat dalam rangka mencapai
masyarakat dan keluarga sejahtera. Dalam membasmi jentik nyamuk penularan DBD
dengan cara yang dikenal dengan istilah 3M, yaitu :
di
atas
mestinya
sudah
bisa
diambil
kesimpulan
bahwa
yang akan
dilakukan
fogging.
Persyaratan
tersebut antara
lain;
1. Bila dalam keluarga ada yang menunjukkan gejala penyakit DBD, berikan
pertolongan pertama dengan banyak minum, kompres dingin dan berikan obat
penurun panas yang tidak mengandung asam salisilat serta segera bawa ke dokter atau
unit pelayanan kesehatan.
2. Dokter atau unit kesehatan setelah melakukan pemeriksaan/diagnosa dan
pengobatan segaera melaporkan penemuan penderita atau tersangka DBD tersebut
kepada Puskesmas, kemudian pihak Puskesmas yang menerima laporan segera
melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit dilokasi penderita
dan rumah disekitarnya untuk mencegah kemungkinan adanya penularan lebih lanjut.
Kepala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan kejadian luar
biasa (KLB) kepada Camat, dan Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, disertai dengan
cara penanggulangan seperlunya.
Pengobatan Penderita DBD
Pengobatan penderita DBD pada dasarnya bersifat simptomatik dan suportif yaitu
pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
1. Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi :
a. Istirahat total di tempat tidur.
b. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air
ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena
tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebihan, maka cairan inravena
harus diberikan.
c. Berikan makanan lunak
d. Medikamentosa
yang
(RISKESDAS)
Nasional.
2007.
[Online]
Diunduh
dari