Bab2 3
Bab2 3
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh
infeksi atau oleh toksin termasuk alcohol. ( Elizabeth J. Corwin. 2000 : 573 )
Hepatitis virus merupakan infesi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang merupakan kumpulan peruahan klinis,
biokimia, serta seluler yang khas. ( Brunner & Suddarth. 2001 : 1169 )
Hepatitis adalah infeksi virus pada hati yang berhubungan dengan manifestasi
klinik berspektrum luas dari infeksi tanpa gejala, melalui hepatitis ikterik
sampai nekrosis hati. ( Sandra M. Nettina. 2001 : 248 )
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat ditimbulkan bahwa
penyakit Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati yang merupakan
infeksi sistemik oleh virus atau oleh toksin termasuk alcohol yang
berhubungan dengan manifestasi klinik berspektrum luas dari infeksi tanpa
gejala, melalui
B. Etiologi menurut
Penyebab hepatitis adalah virus hepatitis yang dibagi menjadi:
1. Hepatitis A, disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV) yang merupakan
virus RNA dari famili enterovirus yang berdiameter 27 nm.
2. Hepatitis B, disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang merupakan
virus DNA yang berkulit ganda yang berukuran 42 nm.
3. Hepatitis C, disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV) yang merupakan
virus RNA kecil terbungkus lemak yang berdiameter sekitar 30 sampai
60 nm.
4. Hepatitis D, disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV) yang merupakan
virus RNA detektif yang membutuhkan kehadiran hepatitis B yang
berdiameter 35 nm.
5. Hepatitis E, disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV) yang merupakan
virus RNA rantai tunggal yang tidak berselubung dan berdiameter
kurang lebih 32 sampai 34 nm.
6. Hepatitis F, Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para
pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang
terpisah.
7. Hepatitis g adalah Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi
bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan
hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui
transfusi darah jarum suntik.
C. Patofisiologi hepatitis B
1. Proses perjalanan penyakit
Virus hepatitis menganggu fungsi liver sambil terus beranak
pinak di sel sel liver. Akibat gangguan ini, sistem kekebalan tubuh
bekerja untuk memerangi virus tersebut. Dalam proses itu, bisa terjadi
kerusakan yang berujung pada pandangan liver.
Perubahan morfologik pada hati seringkali serupa untuk berbagai virus
yang berlainan. Pada kasus yang klasik, ukuran dan warna hati tampak
normal, tetapi kadang kadang sedikit edema, membesar dan
berwarna seperti empedu. Secara histologik, terjadi asuhan hepato
selular menjadi kacau, cidera dan nekrosis sel hati, serta peradangan
perifer. Perubahan ini reversibel sempurna bila fase akut penyakit
mereda pada beberapa kasus nekrosis submasif atau masif dapat
mengakibatkan gagal hati yang berat dan kematian.
2. Manifestasi klinik
Infeksi virus hepatitis dapat bervariasi mulai dari gagal hati berat
sampai hepatitis anikterik subklinis. Yang terakhir ini lebih sering
ditemukan pada infeksi HAV, dan seringkali mngira menderita flu.
Infeksi HBV biasanya lebih berat dibandingkan HAV, dan insiden
nekrosis masif dan payah hati berat lebih sering terjadi.
Gejala-gejala prodormal timbul pada semua penderita dan dapat
berlangsung selama satu minggu atau lebih sebelum timbul ikterus
(meskipun tidak semua pasien akan mengalami ikterus) yang dibagi
dalam tiga stadium:
10
3. Komplikasi
Tidak setiap pasien dengan hepatitis virus akan mengalami perjalanan
penyakit yang lengkap. Sejumlah kecil pasien memperlihatkan
kemunduran klinis yang cepat, adapun komplikasi yang dapat terjadi
pada klien hepatitis adalah ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan
hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik
toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan
jaringan paremkim hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
11
3. Obat-obatan
a. Obat modern
Terapi / obat-obatan dilanjutkan seminimal mungkin terutama
obat-obatan yang bersifat toksik hati, misalnya sedatif. Beri obatobatan
yang bersifat
b. Obat tradisional
Obat tradisional yang digunakan biasanya berupa tanaman/terapi
herbal. Adapun tanaman yang dinilai ada hubunganya dan
bermanfaat
terhadap
pengendalian
gejala
dan
bahkan
12
3) Tapak Liman
Khasiat: manfaat tapak liman untuk hepatitis terutama karena
kemampuanya untuk mencegah dan menghilangkan radang dan
pembangkalan, serta menetralkan racun. Asites juga bisa
dibantu dikurangi oleh tanaman ini.
4) Daun sendok
Khasiat: dalam kaitanya dengan hepatitis, tanaman ini mampu
mengurangi radang dan melancarkan kencing (berguna untuk
membuang asites)
5) Sambiloto
Khasiat: salah satu senyawa sambiloto berkhasiat melindungi
liver, selain itu tanaman ini juga membantu mencegah
perdangan dan melancarkan buang air kecil.
Di luar tanaman diatas, masih banyak tanaman lainya yang bisa
dimanfaatkan untuk mengobati hepatitis. Umumnya tanaman-tanaman
tersebut disajikan dengan cara direbus untuk diambil airnya. Banyak
juga yang ditumbuk dan dijadikan ramuan untuk kemudian dicampur
dengan air dan diminum. Intinya ekstrak setiap tanaman diambil
dengan cara dicampur dengan air dan diminum.
13
E. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien dengan
menggunakan metode ilmiah dengan pendekatan proses keperawatan tanpa
mengabaikan bio, psiko, dan kultur sebagai kesatuan yang utuh dan adapun
asuhan keperawatan yang digunakan yaitu melalui tahap pengkajian,
diagnose keperawata, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi. (Doengoes, E. Marlynn, et. al,2000)
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise umum.
2. Sirkulasi
Tanda: bradikardia (hiperbilirubinemia berat), ikterik pada sklera,
kulit, membran mukosa.
3. Eliminasi
Gejala: urin gelap, diare/konstipasi (feces warna tanah liat)
4. Makanan/cairan
Gejala: hilang nafsu makan, penurunan berat badan atau meningkat
(edema) dan mual muntah
5. Neurosensori
Tanda: peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis
6. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran atas, mialgia,
atralgia, sakit kepala dan gatal (pluritus)
7. Pernafasan
14
15
d. Leukopenia
:trombositopenia
mungkin
ada
(splenomgali)
e. Diferensial darah lengkap :
leukositosis,
monositosis,
limfosit
berat)
g. Feces
fungsi hati)
h. Albumin serum
: menurun
i. Gula darah
:hiperglikemia/hipoglikemia (gangguan
fungsi hati).
j. Anti HAV Igm
k. HbsAg
A)
l. Masa protrombin
m. Bilirubin serum
mg/ml,
prognosis
buruk
mungkin
berhubungan
dengan
o. Biopsi hati
nekrosis.
p. Skan hati
kerusakan parenkim.
16
q. Urinalisa
peninggian
kadar
bilirubin;
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa adalah langkah langkah untuk menganalisa data klien untuk
mendapatkan identifikasi masalah klien baik potensial maupun aktual;
informasi faktor yang berperan atau menjadi penyebab masalah klien; dan
informasi pola koping atau kekuatan klien dalam mempertahankan
keadaanya.
Diagnosa keperawatan merupakan tahap akhir dari pengkajian. Setelah
data terkumpul melalui pengkajian, data tersebut di analisa dan di
interpretasikan sehingga menjadi masalah keperawatan, berdasarkan
respon klien terhadap kebutuhan dasarnya yang terganggu baik yang
aktual maupun potensial yang memerlukan tindakan oleh perawat yang
berwenang dan kompeten.
Menurut Marilynn E Doengoes terdapat 7 diagnosa keperawatan pada
klien dengan hepatitis, anatara lain:
1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang tidak adekuat
3. Resiko terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan
output yang berlebihan.
4. Harga diri; rendah situasional berhubungan dengan perasaan negatif
terhadap tubuh.
17
pengetahuan
tentang
perawatan
penderita
hepatitis
G. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah tindakan untuk membangun/membuat
prioritas tindakan, mencatat tujuan dan hasil akhir yang diharapkan dan
membuat strategi untuk menilai atau mengevaluasi tujuan dan hasil yang
diharapkan, serta memilih intervensi yang akan dilakukan dan
mengkomunikasikan perencanaan keperawatan.
Untuk mencapai tujuan di atas maka rencana tindakan keperawatan yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan
18
Rencana Tindakan
meningkatkan
meminimalkan
tekanan
fungsi
pada
pernafasan
area
tertentu
dan
untuk
tanpa gangguan.
d. Tingkatkan
aktivitas
sesuai
toleransi;
bantu
klien
tirah
baring
lama
dapat
menurunkan
19
Rasional
energi,
kembali
perhatian
dan
dapat
meningkatkan koping.
f. Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran
hati.
Rasional
sesuai
indikasi
(contoh:
lavase,
katarsis,
nutrisi terpenuhi.
20
21
f. Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet
sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein
sesuai toleransi
Rasional : berguna untuk membuat program diet untuk
memenuhi kebutuhan individu. Metabolisme lemak bervariasi
tergantung pada produksi dan pengeluaran empedu dan perlunya
pembatasan masukan lemak bila terjadi diare. Pembatasan protein
di indikasikan pada penyakit berat (contoh hepatitis kronis) karena
akumulasi prosuk akhir metabolisme protein dapat mencetuskan
hepatik ensefalopati.
g. Awasi glukosa darah
Rasional : hiperglikemia/hipoglikemia dapat terjadi, memerlukan
perubahan diet/pmberian insulin.
h. Berikan obat sesuai indikasi, seperti:
1) Antiemetik, contoh metalopramide (reglan); trimetobenzomid
(tigan)
Rasional : diberikan setengah jam sebelum makan, dapat
menurunkan mual dan meningkatkan toleransi pada makanan.
2) Antasida, (contoh : mylanta, titralac)
Rasional :
kerja
pada
asam
gaster
dapat
menurunkan
iritasi/resiko perdarahan.
3) vitamin, contoh B Complek, C, tambahan diet lain sesuai
indikasi.
22
tambahan
makanan/nutrisi
dukungan
total
bila
dibutuhkan.
Rasional : mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila
tanda kekurangan terjadi/gejala memanjang.
3. Resiko terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan
output yang berlebihan.
Tujuan
23
Rasional :
memberikan
informasi
tentang
kebutuhan
penggantian/efek terapi.
b. Kaji tanda-tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit
dan membran mukosa.
Rasional : indikator volume sirkulasi/perfusi
c. Periksa asites atau pembentukan edema. Ukur lingkar abdomen
sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan kemungkinan perdarahan ke dalam
jaringan.
d. Biarkan pasien menggunakan lap katun/spon dan pembersih mulut
untuk sikat gigi.
Rasional : menghindari trauma dan perdarahan gusi.
e. Observasi tanda perdarahan, contoh hematuria/melena, ekimosis,
perdarahan terus menerus dari gusi/bekas injeksi.
Rasional : kadar protrombin menurun dan waktu koagulasi
memanjang bila absorbsi vitamin K terganggu pada traktus GI dan
sintesis protrombin menurun karena mempengaruhi hati.
f. Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, Nat, Albumin, dan waktu
pembekuan.
Rasional : menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi
natrium/kadar protein yang dapat menimbulkan pembentukan
edema. Defisit pada pembekuan potensial beresiko perdarahan.
g. Berikan cairan IV (biasanya glukosa) elektrolit.
Rasional : memberikan terapi cairan dan penggantian elektrolit.
24
25
26
27
7. Kurang
pengetahuan
tentang
perawatan
penderita
hepatitis
menyatakan pemahaman
proses
penyakit
dan
28
H. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah
disusun. Pinsip dalam memberikan tindakan keperawatan menggunakan
komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap tindakan pada pasien.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara independent,
dependent dan interdependent. Tindakan independent yaitu suatu kegiatan
yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainya. Tindakan dependent adalah tindakan yang
berhubungan
dengan
pelaksanaan
tindakan
medis.
Tindakan
perawat
melakukan
tindakan
keperawatan
maka
akan
29
I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalah penilaian terhadap tujuan dan hasil yang diharapkan
tercapai pada klien berdasarkan perencanaan yang telah dibuat. Hasil dari
evaluasi ini akan menentukan apakah perencanaan dilanjutkan, dilakukan
modifikasi, atau dihentikan. Pada tahap evaluasi ini perawat akan
mengikuti hal-hal sebagai berikut: menilai atau mengukur pencapaian
tujuan dan hasil yang diharapkan, mengidentifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pencpaian tujuan dan
memodifikasi perencanaan keperawatan bila memungkinkan.
30
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian
Pada laporan kasus ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan
pada klien dengan diagnose medis hepatitis, yang mulai dirawat sejak
tanggal 10 juni 2010 dengan nomer register 22 05 63 yang dirawat di ruang
Mawar Rumah Sakit Hospital Cinere Depok. Pengkajian dilakukan pada
tanggal 13 juni 2010.
1.
Identitas Klien
Klien berinisial Tn, H, berusia 30 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama
islam, pendidikan SMU, status perkawinan sudah menikah, pekerjaan
pegawai Swasta, bahasa yang digunakan klien sehari-hari adalah
bahasa Indonesia, alamat klien di Jln. Abus Meruyung Rt 03 Rw 03
No 18 Limo, Depok. Sumber biaya pribadi, sumber informasi dari
klien dan tenaga kesehatan yang bertugas pada saat pengkajian.
2.
Resume klien
Klien Tn. H, usia 30 tahun, datang Ke rumah sakit Hospital Cinere
melalui IGD tanggal 10 juni 2010 dengan keluhan demam sejak 7 hari
sebelum masuk rumah sakit, mual, muntah, nafsu makan berkurang,
nyeri pada ulu hati. Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital TD: 130/80 mmHg, Nadi: 80x/mnit, S: 36 c, pernafasan:
20x/mnit. Infus Asering dipasang 20 tetes/menit. Pemeriksaan darah
31
32
33
34
35
minum-minuman
keras
dan
obat-obatan
4. Pengkajian fisik
a.
36
b.
Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, konjungtiva normal / merah muda, kornea normal, sclera
ikterik, pupil isokor, otot-otot mata tidak ada kelainan, fungsi
penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang, tidak menggunakan
kacamata, lensa kontak, reaksi terhadap cahaya baik.
c.
Sistem pendengaran
Daun telinga normal, kondisi telinga normal, tidak ada cairan di
telinga, tidak ada rasa penuh di telinga, fungsi pendengaran baik, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
d. Sistem wicara
Klien tidak mengalami kesulitan dalam berbicara.
e. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih, klien tidak sesak, tidak menggunakan alat bantu
pernafasan, dengan frekuensi pernafasan 20x / mnit irama teratur, tidak
ada batuk, suara nafas normal.
f. Sistem kardiovaskuler
1.
Sirkulasi peripher
Nadi 80 x / mnit, irama teratur, tekanan darah 130/80 mmHg, tidak
ada distensi vena jugularis baik kanan maupun kiri, temperatur
hangat, tidak ada edema.
2.
Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical
37
g. Sistem hematologi
Tidak pucat dan tidak ada perdarahan.
h. Sistem syaraf pusat
Tingkat kesadaran compos mentis, tidak mengalami peningkatan
tekanan intracranial, tidak mengalami kejang, pelo dan lainya. GCS: 15
: E: 4 M: 6 V: 5
i.
Sistem pencernaan
Keadaan mulut, gigi tidak caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak
ada stomatitis, lidah bersih, saliva normal, klien mengatakan mual,
kurang nafsu makan, nyeri daerah ulu hati, kebiasaan bab 1x/ hari, tidak
ada diare, warna feces kuning kecoklatan, dengan konsistensi setengah
padat, tidak ada konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek.
j.
Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, napas tidak berbau keton, tidak
ada polidipsi, poliphagi, maupun poliuri dan klien tidak menderita luka
ganggren.
k.
Sistem urogenital
Bak: 4-5x / hari, terkontrol, jumlah 1500 ml / 24 jam, warna kuning
pekat, tidak ada ketegangan pada kandung kemih, tidak ada keluhan
sakit pinggang.
l.
Sistem integument
Turgor kulit baik, temperature kulit 36 c, warna kulit kemerahan,
kedaan kulit baik, tidak ada luka, tidak ada kelainan kulit, kondisi
daerah pemasangan infuse baik, keadaan rambut baik.
38
m. Sistem muskuloskeletal
Klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan, klien tidak
mengalami sakit pada tulang, sendi dan kulit, tidak ada fraktur, keadaan
tonus otot baik, kekuatan otot
n.
5 5 5 5
5 5 5 5
5 5 5 5
5 5 55
Data tambahan
Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya dan saat
perawat bertanya tentang pengertan hepatitis klien tidak dapat
menjawab.
5.
Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium
Tanggal 10 juni 2011
hemoglobin: 13,7 g/dl, (N : L = 13 16 g/dl) hematokrit: 39 % (N: L= 4048%), Leukosit: 6000 u/l (N: L = 5000 10000/ul), trombosit: 270.000 /ul
(N: 150.000-450.000 / ul), SGOT/AST: 71,6 (L: <48, P: <32), SGPT/ALT :
133,4 (L : <41, P : <31), protein total : 6,8 (6,0 8,7 mg/dl), hitung jenis
leukosit ; basofil : 1 (0,1%), Eosinofil : - (N : 1-3 %), Segmen : 77 (50 70
%), Limfosit : 15 (N : 20 40 %), Monosit : 8 (N: 2-3 %), laju endap darah :
47 (N : < 15 mm/jam), Albumin : 3,8 (N : 3,5 5,2 g/dl), Bilirubin total:
0,73 (<1,5 mg/dl). Bilirubin direk: 0,20 (N : < 0,5 mg/dl), Bilirubin indirek :
0,47 (N : <1,0 mg/dl), HbsAg : + (positif).
39
6.
Penatalaksanaan
Infuse asering 20 tetes / menit, lesichol 3x 300 mg (tab), enzyplex 3x 1 (tab),
hepa Q 3x1 (tab), sistenol 3x1 (tab), profilas 2x1 (tab), cendantron tiap kolf
4mg,
7. DATA FOKUS
Tanggal 13 juni 2011
Nama klien / umur
: Tn. H / 30 tahun
Ruang
: Mawar
Data Subyektif
Klien mengatakan nafsu makan berkurang, klien mengatakan mual, klien
mengatakan porsi makanan yang dihabiskan hanya setengah porsi, klien
mengatakan nyeri pada ulu hati, klien mengatakan tangan kanan terpasang
infuse asering 20 tetes per menit pada tanggal 10 juni 2011, klien mengatakan
tidak tahu tentang penyakitnya dan kurang mengerti mengenai penyebab
penyakitnya, klien mengatakan berat badan sebelum sakit 63 kg, berat badan
sesudah sakit 60 kg.
Data Obyektif:
Keadaan umum klien ringan, kesadaran compos mentis, klien terlihat
memegang perut sambil meringgis, klien terlihat menghabiskan makan
setengah porsi, klien terlihat terpasang IVFD asering 20 tetes per menit di
tangan kanan, tidak tampak tanda-tanda infeksi atau phlebitis pada daerah
pemasangan infus.
40
8. ANALISA DATA
No
1.
Data
Data Subyektif:
a. Klien mengatakan
mual
b. Klien mengatakan
nafsu makan
Masalah
Resiko
Etiologi
terjadinya
Anoreksia
gangguan
pemenuhan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh
berkurang
Data Obyektif:
a. Klien makan
tampak habis
porsi
b. BB sebelum sakit :
63 kg
BB setelah sakit : 60
kg
c. Hasil Lab : Hb :
14 gr/dL
Data subyektif:
a. Klien mengatakan
nyeri di bagian
ulu hati
Ganggguan
nyaman
(akut)
rasa
:
nyeri
Distensi
epigastrium
41
Data Obyektif:
a. Klien tampak
meringgis sambil
memegang perut
b. Skala nyeri : 5
c. Klien
meringis
tampak
kesakitan
dan
sambil
memegang perutnya
sebelah kiri bagian
bawah
Data Subyektif:
a. Klien mengatakan
Resiko
infeksi
terjadinya
Masuknya
mikro
tangan kiri
organisme
terpasang IVFD
melalui
sejak tanggal 10
insersi
pemasangan
jenis cairan
infus
asering tetesan 20
TPM
42
Data Obyektif:
a. Klien terlihat
terpasang IVFD
asering 20 TPM ,
tidak terdapat
tanda infeksi /
plebitis, pada
daerah
pemasangan infus
4
Data Subyektif:
a. Klien mengatakan
kurang mengerti
mengenai
penyakitnya
Data obyektif:
a. Klien terlihat
binggung saat
ditanya oleh
perawat tentang
penyakitnya.
Kurang pengetahuan
Kurangnya
tentang penyakitnya
informasi
43
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia.
Tanggal ditemukan
: 13 juni 2011
Tanggal teratasi
Nama perawat
: Pravita
: 13 juni 2011
Tanggal teratasi
Nama perawat
: Pravita
: 13 juni 2011
Tanggal teratasi
Nama perawat
: Pravita
: 13 juni 2011
Tanggal teratasi
: 14 juni 2011
Nama Perawat
: Pravita
44
45
Pelaksanaan :
Tanggal 13 Juni 2011
Pukul 08.00 mengkaji faktor penyebab klien tidak nafsu makan, hasil klien
mengatakan nafsu makan menurun karena adanya peningkatan asam lambung;
pukul 09.30 menanyakan makanan yang disukai dan tidak disukai oleh klien,
hasil klien mengatakan suka makanan apa saja; pukul 11.30 memberikan makan
siang (dilakukan oleh tim), hasil klien makan habis porsi; memberikan obat
klien, syrup impepsa 15 ml diberikan dan diminum. Pukul 18.00 memberikan
obat antasid (dilakukan oleh tim), hasil panso diberikan 40 gr; pukul 19.00
memberikan makan malam (dilakukan oleh tim), hasil klien makan habis
porsi; pukul 19.30 memberikan obat kien (dilakukan oleh tim), hasil syrup
impepsa 15 ml diberikan dan diminum; hasil klien puasa sejak pukul 22.00;
46
Evaluasi :
Tanggal 14 Juni 2011, pukul 08.00
S : Klien mengatakan nafsu makan menurun karena peningkatan asam lambung
O : Klien makan habis porsi
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
a. Kaji factor penyebab klien tidak nafsu makan,
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetik atau antasid, dan
c. Kolaborasi dengan dokter ahli gizi
47
48
d. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, RR : 16-20
x/mnt, S : 36-37 oC)
Rencana tindakan :
a. Catat lokasi, lama, intensitas nyeri
Rasional : identifikasi karakteristik nyeri dan factor yang berhubungan untuk
memilih intervensi.
b. Observasi TTV
Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi.
c. Berikan posisi yang nyaman
Rasional : menurunkan rasa nyeri.
d. Ajarkan teknik manajemen nyeri
Rasional : menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi
rasa nyeri
e. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional : menghilangkan nyeri sedang sampai berat.
Pelaksanaan :
Tanggal 13 Juni 2011
Pukul 08.00 mengobservasi TTV, hasil : TD 120/80 mmHg, Nadi 80 x/mnt, RR
20 x/mnt, Suhu 36 oC; pukul 11.00 mengkaji skala nyeri, hasil skala nyeri 5 dan
hilang timbul; pukul 13.00 memberikan posisi yang nyaman, hasil posisi kepala
klien 15o dengan posisi tubuh sim, mengajarkan teknik relaksasi dengan tarik
nafas dalam, hasil klien istirahat dengan tenang; pukul 13.30 memberikan obat
klien spasmium 1 tablet, hasil obat diminum oleh klien; pukul 15.00 mengkaji
49
skala nyeri (dilakukan oleh tim) dengan hasil klien mengatakan nyeri pada ulu
hati dan klien tampak sakit sedang; pukul 16.00 mengkaji TTV (dilakukan oleh
tim) dengan hasil TD : 120/80 mmHg, Nadi 84 x/mnt, Suhu 36 oC; pukul 18.00
memberikan obat klien (dilakukan oleh tim), hasil obat spasmium 1 tablet
diberikan dan diminum oleh klien; pukul 21.00 mengkaji skala nyeri (dilakukan
oleh tim) dengan hasil klien mengatakan nyeri pada perutnya, klien tampak
meringis dengan skala nyeri 6; pukul 22.00-05.00 klien istirahat, hasil klien
istirahat dengan tenang; pukul 05.30 mengkaji TTV (dilakukan oleh tim) klien
dengan hasil TD 120/80 mmHg, Nadi 80 x/mnt, suhu 36 oC; pukul 06.00-08.00
klien istirahat.
50
(dilakukan oleh tim), hasil spasmium 1 tablet diberikan; pukul 06.00-09.00 klien
istirahat.
Evaluasi :
Tanggal 14 Juni 2011, pukul 08.00
S : Klien mengatakan nyeri pada perutnya sebelah kiri dan Klien mengatakan
nyeri hilang timbul
O : Klien tampak meringis kesakitan dan skala nyeri : 6, hasil TTV : TD 110/70
mmHg, Nadi 80 x/mnt, suhu 36 oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
a. Catat lokasi, lama, intensitas nyeri
b. Observasi TTV, dan
c. kolaborasi dalam pemberian antacid
51
Data Obyektif
52
Tujuan
Kriteria Hasil
Rencana Keperawatan
a.
b.
c.
d.
Pelaskanaan :
Tanggal 13 Juni 2011
Pukul 10.30 WIB mengobservasi tanda-tanda infeksi, Hasil : tidak ada
phlebitis dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Melakukan perawatan infuse
1x24 jam dengan tehnik aspetik antiseptik.
Evaluasi
:-
: Masalah teratasi
: Intervensi dihentikan
53
54
d. Lakukan evaluasi
Rasional : melihat apakah penkes berhasil atau tidak.
Pelaksanaan :
Tanggal 13 Juni 2011
Pukul 10.30 mengkaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, hasil klien masih
terlihat bingung tentang penyakitnya; Pukul 11.00 memberikan penkes tentang
penyakitnya, hasil klien mengerti tentang penyakitnya; memberikan kesempatan
pada klien untuk bertanya, hasil klien menanyakan penyebab penyakitnya;
memberikan kesempatan pada klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang
telah diberikan, hasil klien mengatakan pengertian gastritis, penyebab gastritis,
dan pencegahan gastritis; Pukul 11.30 melakukan evaluasi, hasil klien tampak
tidak bingung lagi dan klien mampu menyebutkan kembali penjelasan yang telah
diberikan.
Evaluasi :
Tanggal 13 Juni 2011, pukul 12.00
S : Klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya
O : Klien mampu menyebutkan kembali penjelasan yang telah diberikan
A : Masalah teratasi
P : Intervesi dihentikan
55
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan tanggal 13 juni 2011 dengan cara wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Dari hasil
pengkajian yang didapatkan, penulis menemukan kesenjangan antara teori
dan kasusTn. H yaitu data yang ada pada teori tetapi tidak terdapat pada
Tn. H yaitu pada manifestasi klinik tidak ditemukan adanya nyeri pada
otot, dan sakit kepala. Hal ini disebabkan karena pada obat analgetik
(parasetamol) yang tujuanya untuk menghilangkan rasa nyeri klien.
Kemudian juga tidak ditemukan adanya ikterik, urin menjadi lebih coklat,
tinja berwarna kelabu atau kuning muda, atralgia, arthritis, urtikaria, ruam
kulit, hati membesar, dan nyeri tekan. Hal ini terjadi karena adanya
peningkatan kadar bilirubin, namun kadar bilirubin pada Tn. H tidak
mengalami peningkatan (bilirubin: 0,73 ; N: < 1,5 mg/dl)sedangkan data
yang ditemukan pada Tn. H tetapi tidak terdapat pada teori yaitu adanya
56
57
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut teori Marylin E Doengoes, ada tujuh diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada hepatitis, namun penulis hanya menemukan 4 diagnosa
yang terdapat pada klien. Adapun diagnosa keperawatan yang ada pada
teori tetapi tidak terdapat pada Tn H yaitu resiko tinggi terhadap
kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
dikarenakan pada klien tidak terdapat output yang berlebih (klien tidak
mengalami diare, perdarahan dan tidak ditemukan adanya asites), harga
diri ; rendah situasional berhubungan dengan perasaan negatif terhadap
tubuh, dikarenakan klien cukup percaya diri dan klien mampu
mengidentifikasi perasaaan dan metode untuk koping terhadap persepsi
diri negatif. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat, diagnosa ini tidak ditemukan
dikarenakan pada klien tidak ditemukan data-data yang dapat menunjang
dan mengarah pada diagnosa tersebut, resiko tinggi terhadap integritas
kulit atau jaringan berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam
jaringan. Tidak ditemukan pada kasus disebabkan karena pada klien tidak
didapati adanya kadar bilirubin (kadar bilirubin pada klien : 0.73 N : <1.5
mg/dl ).
58
Faktor pendukung adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan
klien, perawat ruangan, serta tenaga kesehatan lainnya dalam membantu
mendapatkan yang mempermudah dalam membuat diagnosa keperawatan.
Disamping itu, banyaknya referensi yang berhubungan dengan hepatitis.
Factor penghambat yaitu kurang aktualnya data-data penunjang seperti
hasil labratorium yang tidak dilakukan pemeriksaan ulang dan kurang
efisiensinya penulis pada saat mengelompokkan data yang ada pada klien
dalam menegakkan diagnose keperawatan, hal ini disebabkan karena
adanya keterbatasan kemampuan dari penulis sendiri. Alternative dengan
mencari data-data
C. Perencanaan keperawatan
Dalam pembuatan rencana tindakan keperawatan penulis membuat
rencana asuhan keperawatan disesuaikan dengan yang ada pada teori
berdasarkan kondisi klien/kebutuhan utama klien. Adapun prioritas
masalah pada Tn. H dibuat menurut kebutuhan dasar Hirarki Maslow.
Setelah
prioritas
masalah
ditetapkan
maka
selanjutnya
adalah
59
60
D. Pelaksanaan keperawatan
Pada tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
keadaan klien dan rencana keperawatan yang telah disusun. Semua tindakan
di dokumentasikan
61
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dimana pada
evauasi ini penulis menilai sejauh mana tujuan perawatan dapat tercapai.
Bentuk evaluasi terbagi dua, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah yang dilakukan pada setiap akhir melakukan tindakan
keperawatan sedangkan evaluasi hasil akan memberikan arah apakah rencana
tindakan dihentikan, dimodifikasi atau dilanjutkan. Evaluasi hasil ini dicatat
dan dapat dilihat pada catatan perkembangan yang meliputi aspek subjektif,
objektif, analisa dan planning.
Asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn.H yaitu ada 4 diagnosa
keperawatan. Diantaranya ada 2 diagnosa yang tujuanya teratasi, 1 tujuannya
teratasi sebagian, 1 diagnosa yang tujuanya belum teratasi. Diagnosa yang
tujuanya teratasi yaitu Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan
Masuknya mikro organisme pathogen melalui insersi pemasangan infus,
Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi, ini teratasi karena klien yang kooperatif dalam bertanya mengenai
penyakitnya dan selama asuhan keperawatan dalam waktu 2
x24
jam
62
penyuluhan kepada klien yang hanya dalam waktu 20 menit sebelum klien
pulang ke rumah, klien langsung dapat mengerti penjelasan yang
disampaikan penulis dibuktikan dengan: klien mengatakan sudah mengerti
tentang penyakitnya. Dibuktikan dengan: klien menjelaskan pengertian
penyakit hepatitis (hepatitis itu peradangan yang terjadi pada hati yang
disebabkan oleh virus), klien dapat menjelaskan penyakit hepatitis (penyebab
hepatitis adalah virus).
Faktor pendukung dalam semua tindakan keperawatan sesuai rencana
keperawatan sehingga mempermudah dalam mengevaluasi eberhasilan tujuan
tersbut. Adapun faktor penghambat yang ditemukan adalah adanya
keterbatasan waktu dikarenakan adanya permintaan dari klien untuk pulang
secara paksa dan permintaan dari klien untuk pulang secara paksa dan
permintaan dari klien untuk pulang secara paksa dan permintaan tersebut
diizinkan oleh dokter yang bertugas pada hari itu. Sehingga solusi yang
penulis lakukan adalah dengan memberikan penyuluhan kepada klien yang
dimaksudkan untuk memberi tambahan pengetahuan mengenai perawatan
pada penderita hepatitis.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menguraikan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn. H
dengan hepatitis di ruang Mawar Rumah sakit Hospital Cinere sejak tanggal
13 juni 2011, penulis telah memberikan gambaran secara nyata dalam
merawat pasien dengan hepatitis, serta memecahkan masalah yang timbul
dengan menggunakan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi. Maka pada kesempatan ini penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
Pada saat pengkajian yaitu tahap pengumpulan data yang dilakukan melalui
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik data yang didapat serta tanda dan
gejala yang ditemukan yaitu mual, nafsu makan berkurang, nyeri pada ulu
hati, berat badan menurun, klien mengatakan kurang mengerti tentang
penyakitnya. Pemeriksaan darah dengan hasil : hemoglobin: 16,7 g/dl,
hematokrit: 51 %, Leukosit: 6000 u/l, trombosit: 270.000 /ul.
Dari hasil pengkajian didapat masalah keperawatan yang muncul pada klien
dengan hepatitis sebagian besar sesuai dengan teori. Yang merupakan
prioritas utama masalah keperawatan pada klien tersebut adalah nyeri akut
berhubungan dengan distensi abdomen. Dan diagnosa lainya yang ditemukan
adalah resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
resiko terjadinya infeksi, kurang pengetahuan tentang penyakitnya.
64
65
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Carpenito, Linda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.
Tucker, Susan Martin, dkk. (1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
66