Optimisasi MIMO Kelompok : Ryan Rizki Adhisa (115060901111017) Nugraha Pangestu
(115060900111005)
Vynzka Amalia P (115060901111007)
Januar R. Pratama
(115060900111027)
Bagus Priyo Pangestu
(115060900111011)
Dunia digital semakin cepat berkembang. Konten-konten pada web
sekarang sudah banyak yang berukuran GB. Oleh karena hal ini, transmisi data wireless yang cepat sangat diperlukan untuk mengejar perkembangan konten web yang ada sekarang. LTE (Long Term Evolution) adalah standar jaringan seluler masa depan yang sedang dikembangkan oleh para ilmuwan saat ini untuk menjawab perkembangan teknologi jaringan, dimana harapannya tercipta sebuah standar baru yang menjamin kecepatan transmisi data yang tinggi. Masalah yang timbul adalah keterbatasan dari spektrum gelombang radio yang ada, dimana di negara-negara maju spektrum-spektrum ini telah habis, bahkan sudah diambang crash antara sebuah vendor dengan yang lain. MIMO (Multiple Input Multiple Output) adalah metode mengirimkan dan menerima beberapa data sekaligus dalam bandwidth yang sama. MIMO sudah lama digunakan untuk aplikasi Wi-Fi, namun dalam teknologi RF (Radio Frequency) hal ini masih dibilang baru. Dengan optimisasi MIMO pada transmisi RF yang terbatas spektrumnya, maka throughput dari jaringan LTE dapat ditingkatkan.
Teknik penggunaan antena MIMO untuk LTE adalah sebagai berikut:
Terdapat lebih dari satu BTS / node dengan antena LTE (Tx) yang terhubung sekaligus pada sebuah perangkat mobile LTE dengan lebih dari satu antenna receiver (Rx), yang mengirimkan data secara bersamaan pada frekuensi yang sama. Hal ini dapat melipat gandakan throughput LTE, yang akhirnya mewujudkan kecepatan tinggi yang diharapkan. Dalam teknik MIMO, untuk meningkatkan throughput dimana SNR (Signal-to-Noise) sudah tinggi (karena instalasi jaringan wireless yang sudah baik), caranya adalah dengan metode Spatial Multiplexing, dimana sebuah Tx (pengirim) mengirimkan beberapa data stream yang berbeda ke seluruh Rx (penerima), lalu semua data stream yang diterima akan disatukan secara terpisah oleh user equipment. Pengiriman ini terjadi dalam sebuah frekuensi yang sama, yang nyatanya saat beberapa data berbeda jika dikirimkan pada frekuensi yang sama malah dapat meningkatkan throughput, bukannya mengakibatkan interferensi.
Spatial Multiplexing bekerja dengan menciptakan data stream yang
berbeda pada setiap antena. Sebuah node jaringan membagi data-data yang akan dikirim ke user equipment menjadi sub-channel, yang disebut layer. Setiap layer dikirimkan dari lebih dari satu Tx menuju lebih dari satu Rx pada user equipment melalui jalur berbeda, kemudian user equipment menggabungkan semua layer dengan informasi dari semua antenna Rx pada device.
Peningkatan throughput LTE berbanding lurus dengan jumlah data
stream / jumlah koneksi MIMO:
Dari data tabel penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
jumlah data stream semakin banyak, dalam frekuensi yang sama, maka throughput akan berlipat ganda lebih tinggi. Secara teori, Spatial Multiplexing dapat meningkatkan throughput berlipat ganda, dimana hal inilah yang menunjang performa maksimal jaringan LTE. MIMO dengan Spatial Multiplexing adalah teknologi penyokong terwujudnya throughput yang tinggi dalam LTE, namun komponen-komponen utama jaringan seperti BTS (node), algoritma pengiriman, dan perkembangan user equipment yang semakin canggih juga menentukan nasib jaringan LTE kedepannya. Sumber: FINAL.pdf