PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
Diah Nurlaili
7101412175
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disetujui pada
Hari
Tanggal
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi
Pembimbing
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
ii
iii
DAFTAR TABEL............................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
vii
1. JUDUL .....................................................................................................
2. PENDAHULUAN ...................................................................................
13
14
14
15
15
17
Profitabilitas .............................................................................
21
22
24
30
30
30
32
Pengertian Koperasi....................................................
32
Tujuan Koperasi..........................................................
33
Akuntabilitas Koperasi................................................
33
Ukuran koperasi..................................................................................
35
Umur koperasi....................................................................................
37
Leverage.............................................................................................
37
Penelitian Terdahulu...........................................................................
39
41
4. METODE PENELITIAN........................................................................
55
55
55
Populasi ....................................................................................
55
56
56
56
56
Variabel Intervening..................................................................
58
59
59
60
60
60
60
61
61
62
Uji Hipotesis..............................................................................
66
66
66
67
69
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu......................................................................... 39
Tabel 4.1 Ringkasan Definisi Operasional Variabel......................................... 58
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .......................................................
54
64
PROPOSAL SKRIPSI
Nama : Diah Nurlaili
NIM
: 7101412175
MEDIASI
PENGARUH
AKUNTABILITAS
KARAKTERISTIK
KOPERASI
KOPERASI
PADA
TERHADAP
disusun
sebagai
usaha
bersama
berdasarkan
atas
asas
Salah
satu
analisis
rasio
yang
digunakan
oleh
memberikan balikan kepada penyedia capital (Bintara, 2009). Keputusankeputusan dalam koperasi menjadi pokok permasalahan yang kritis dalam
pembelanjaan koperasi. Selain itu perkembangan sebuah koperasi dapat diketahui
melalui perkembangan keuangannya. Apabila perkembanganya semakin membaik
berarti usaha yang dijalankan selama satu periode baik. Namun, apabila
perkembangannya memburuk, berarti ada kesalahan yang perlu diperbaiki agar
koperasi dapat terus berlangsung kehidupannya.
Data Kementerian Koperasi dan UKM, Koperasi yang ada per 31
Desember 2014 bahwa jumlah Koperasi di Indonesia sebanyak 209.488 unit
terdiri dari Koperasi aktif 147.249 unit (70,28%) dan Koperasi tidak aktif atau
koperasi yang benar-benar tidak aktif dari segi usaha maupun organisasi sebanyak
62.239 unit (29,72%). Dari jumlah koperasi yang 147.249 unit yang
melaksanakan Rapat Anggota Tahunan dan atau melapor sebanyak 80.008
(54,33%) atau 38,19% dari jumlah koperasi keseluruhan. Deputi Bidang
Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM Setyo Heriyanto mengatakan
dengan adanya sejumlah koperasi yang tidak aktif sebanyak 62.239 unit tersebut
akan dapat menggangu kinerja koperasi secara keseluruhan, yakni: mengurangi
kepercayaan terhadap koperasi baik dari anggota itu sendiri maupun pihak lain,
merusak citra koperasi, sulit menegakkan regulasi dalam rangka kepatuhan,
mereduksi
kinerja
koperasi
secara
umum
(inspeksianews.com:
2015).
Berdasarkan data di atas, banyaknya koperasi yang tidak aktif atau bangkrut
membuktikan buruknya kinerja keuangan koperasi. Koperasi pada umumnya di
Kota Semarang tidak lepas seperti kondisi yang dipaparkan di atas khususnya
KPRI, untuk itu kinerja keuangan koperasi perlu ditingkatkan.
tersebut
antara
lain
independensi,
akuntabilitas,
transparasi,
ketentuan yang berlaku, dan pelaporan keuangan harus mencerminkan fakta yang
sesungguhnya. Pertanggung jawaban pengurus untuk mempertanggung jawabkan
hasil kerja yang dicapai harus dilakukan secara berkala kepada para pihak yang
memiliki kepentingan, antara lain para anggota, kreditur, dan pemerintah yang
akan menanamkan modal dan/atau memberikan peluang dan fasilitas kepada
koperasi. Sehingga dengan demikian, laporan keuangan yang disajikan harus
akuntabel.
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Nomor 20 Tahun 2015 pasal 1 ayat (4), yang dimaksud dengan akuntabilitas
adalah suatu perwujudan kewajiban entitas untuk mempertanggung jawabkan
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuantujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui suatu media pertanggung
jawaban yang dilaksanakan secara periodik. Dengan penerapan sistem pelaporan
yang akuntabel atau akuntabilitas koperasi, diharapkan mampu meningkatkan
kinerja keuangan atau kelembagaan dari koperasi dalam rangka mendukung
peningkatan usaha dan pelayanan kepada anggota dan masyarakat.
Penelitian Bulandari dan Damayanthi (2014) menjelaskan bahwa prinsipprinsip good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten Badung. Penelitian yang
dilakukan oleh Setyani (2012) mendapatkan hasil variabel ukuran perusahaan dan
kesempatan investasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas good corporate
governance, sedangkan variabel konsentrasi kepemilikan, leverage, auditor
eksternal, dan komposisi aktiva tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas good corporate governance.
penelitian
di
atas
menunjukkan
bahwa
karakteristik
Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi praktis bagi Dinas
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kota Semarang sebagai bahan
pertimbangan dalam penyususnan kebijakan dan kegiatan terkait dengan
pemberlakuan peraturan menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
mengenai penerapan akuntabilitas koperasi untuk lebih meningkatkan kinerja
keuangan koperasi. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai
bahan masukan dan pertimbangan bagi KPRI (Koperasi Pegawai Republik
akuntabilitas
koperasi
dalam
rangka
meningkatkan
kinerja
sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan (Febryani dan
Zulfadin, 2003).
Wijayanti dan Mutmainah (2012) mengatakan bahwa kinerja perusahaan
merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu
dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan merupakan
hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empiric suatu perusahaan
dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk menilai kinerja perusahaan, maka
dilakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan
merupakan suatu proses atau sistem penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan
kerja suatu perusahaan berdasarkan standar tertentu. Penilaian kinerja perusahaan
bertujuan untuk mengetahui efektivitas operasional perusahaan. Tidak jauh beda
dengan koperasi yang merupakan sebuah organisasi. Pengukuran kinerja
keuangan koperasi menajdi sangat penting mengingat perlunya informasi
mengenai kemampuan kerja yang dicapai dalam satu periode tertentu.
Fahmi (2012) menyebutkan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis
yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
tugasnya dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik
dan benar (Izati dan Margaretha, 2014). Kinerja perusahaan merupakan suatu
gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alatalat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan
keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode
tertentu.
Helfert (1996: 67) menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil dari banyaknya
keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. oleh karena itu,
perlu dilakukan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan
dengan short term liquidity. Aset yang paling likuid adalah aset yang dapat dijual
dengan cepat tanpa harus kehingan nilai dalam jumlah yang signifikan (Izati dan
Margaretha, 2014).
Likuiditas menurut Riyanto (1995) adalah berhubungan dengan masalah
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang
segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki
oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari
perusahaan yang bersangkutan (Nugroho, 2011).
Djarwanto (2004: 162) mengemukakan bahwa rasio solvabilitas adalah
rasio yang menunjukkan kapasitas dan kemampaun perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Besarnya ukuran umum yang dipakai
adalah 200% atau 2:1 yang artinya dua kali dari total hutang perusahaan dikatakan
solvabel apabila rasionya kurang dari 200% (Natalia dkk., 2012). Sedangkan
Sutrisno (2009: 15) mengatakan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio-rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya apabila
perusahaan dilikuidasi (Natalia dkk., 2012).
Rasio profitabilitas merupakan aspek fundamental perusahaan, karena
selain memberikan daya tarik yang besar bagi investor yang akan menanamkan
modalnya pada perusahaan, profitabilitas juga digunakan sebagai tolak ukur
terhadap efektivitas dan efisiensi penggunaan semua sumber daya yang ada di
dalam proses operasional perusahaan (Fauzan dalam Fatimah, 2010).
Berdasarkan penjelasan rasio di atas, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan rasio profitabilitas dalam mengukur kinerja keuangan koperasi. Hal
tersebut dikarenakan rasio profitabilitas merupakan rasio yang sangat penting
dibandingkan dengan rasio-rasio yang lain, karena dengan mengunakan rasio ini
akan mencakup semua komponen ada di dalam laporan keuangan. Bidang usaha
koperasi profitabilitas merupakan salah satu faktor untuk dapat mengukur kinerja
finansial yang dapat menggambarkan tingkat klasifikasi bisnis koperasi. Semakin
tinggi tingkat profitabilitas maka akan semakin sehat klasifikasi bisnis koperasi.
Dengan kondisi tersebut maka akan mudah untuk dapat menarik anggota ataupun
investor yang baru.
3.2.1
Profitabilitas
Bagi perusahaan umumnya mempunyai tujuan paling utama adalah
mendapatkan
keuntungan
yang
optimal.
Meskipun
demikian
masalah
profitabilitas adalah lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar
saja belumlah menjadi tolak ukur bagi perusahaan bahwa perusahaan tersebut
telah bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan
laba
usaha
perusahaan
tersebut
dengan
kata
lain
adalah
menghitung
laba/SHU, namun bagi pihak yang berkepetingan pengukuran terhdap rasio ini
sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan baik untuk menanamkan
modalnya atau untuk menyimpan uangnya di koperasi tersebut atau tidak.
3.2.1.2 Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak
dengan total ekuitas. Menurut Riyanto dalam Nugroho (2011), Return on Equity
(ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal
sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut
di pihak lain atau dengan kata lain rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan
suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk
menghasilkan keuntungan laba yang diperlukan untuk menghitung Return on
Equity (ROE) adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan
pajak perseroan.
Return on Equity (ROE) adalah rasio yang memperlihatkan sejauh
manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat
keuntungan dari investasi yang telah dilakukan oleh pemilik modal sendiri.
Formula yang digunakan untuk mneghitung ROE adalah sebagai berikut:
Laba Bersih setelah pajak
Return on Equity=
Total Ekuitas
Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi yang
telah disetorkan, dan seringkali digunakan untuk membandingkan dua atau lebih
perusahaan dalam sebuah industri yang sama. ROE yang tinggi sering kali
mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan
manajemen biaya yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan tersebut telah
memilih untuk meningkatkan tingkat utang yang tinggi berdasarkan standar
industri, ROE yang tinggi hanyalah hasil dari asumsi risiko keuangan yang
mengkorvesi aset menjadi uang tunai yang juga dapat berdampak pada kinerja
sebagai sumber daya yang cepat dapat digunakan untuk merespon peluang
keuntungan. Semakin tinggi current ratio suatu perusahaan berarti semakin kecil
risiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Akibatnya risiko yang akan ditanggung pemilik juga semakin kecil, nilai current
ratio yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi
investor. Semakin tinggi current ratio maka semakin baik posisi para kreditur,
karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan akan
dapat dibayar pada waktunya. Sehingga dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat
likuiditas semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan.
Non debt tax shields yang tinggi akan menurunkan tingkat utang
perusahaan jika keuntungan perusahaan meningkat. Hal ini karena sebagian
keuntungan merupakan sumber dana internal. Non debt tax shields berfungsi
sebagai pengganti beban bunga yang merupakan pengurangan dalam perhitungan
pajak penghasilan dari perusahaan, melainkan dari depresiasi. Perhitungan
depresiasi sangat penting bagi perusahaan karena pengakuan depresiasi setiap
tahun dapat digunakan sebagai alokasi perusahaan untuk membeli aktiva baru jika
masa manfaat aktiva lama telah habis.
Bulandari dan Damayanthi (2014) dalam penelitiannya terkait pengaruh
prinsip-prinsip GCG terhadap kinerja keuangan LPD memperoleh hasil bahwa
prinsip GCG yang terdiri dari keterbukaan, akuntabilitas, pertanggung jawaban,
independensi, dan kewajaran berpengaruh terhadap kinerja keuangan Lembaga
Perkreditan Desa Kabupaten Badung. Hal tersebut terjadi karena GCG membantu
pengelola LPD untuk mengatur agar organisasi dijalankan dan dioperasikan
dengan baik sehingga GCG sebagai sebuah sarana interaksi yang mengatur antar
mekanisme dan struktur yang menjamin adanya kontrol, namun tetap memajukan
kinerja serta efisiensi LPD.
Berdasarkan hasil
mempengaruhi
kinerja
penelitian
keuangan,
terkait
dalam
dengan
penelitian
faktor-faktor
ini
peneliti
yang
hanya
yang
merupakan
kepentingan
perusahaan
dan pemegang
saham harus
4. Responsibility (Responsibilitas)
Prinsip responbilitas merupakan perwujudan dari tanggung jawab
suatu perusahaan untuk mematuhi dan menjalankan setiap aturan yang telah
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku secara
konsekuen. Termasuk peraturan di bidang lingkungan hidup, persaingan
usaha, ketenagakerjaan, perpajakan, perlindungan konsumen.
3.4.3 Penerapan Akuntabilitas Koperasi
3.4.3.1 Pengertian Koperasi
Ditinjau dari pengertian bahasa, Koperasi berasal dari perkataan Cooperation (co = bersama, operation = usaha) artinya usaha bersamaatau bekerja
sama. Dalam hal ini, kerja sama tersebut dilakukan oleh orang-orang yang
mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama (Soedjono, 1981: 13). Berdasarkan
UU No. 25 Tahun 1992 (Perkoperasian Indonesia) koperasi adalah badan usaha
yang beranggotakan orang-seorang atau badan usaha yang melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
The International Labour Organization (ILO) mendefinisikan koperasi
sebagai suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi
terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara
demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal
yang diperlukan dan bersedia menanggung risiko serta menerima imbalan yang
sesuai dengan usaha yang mereka lakukan. Menurut Moh. Hatta koperasi adalah
usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan
tolong menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan
memberi jasa kepada kawan berdasarkan seorang buat semua dan semua buat
seorang (Sitio dan Tamba, 2001: 16-17).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Koperasi
Pegawai Republik Indonesi (KPRI) merupakan salah satu badan koperasi yang
beranggotakan
pegawai
negeri
dimana
dalam menjalankan
kegiatannya
didasarkan pada asas gotong royong dan sukarela dari para anggotanya guna
mencapai tujuan bersama yaitu mensejahterakan ekonomi para anggota.
3.4.3.2 Tujuan Koperasi
Tujuan koperasi sebagaimana tertuang dalam pasal 3 UU No. 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian Indonesia, yaitu memajukan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa koperasi tidak terfokus pada
pencarian laba/SHU semata karena yang menjadi tolak ukur utama adalah
kesejahteraan para anggotanya.
3.4.3.3 Akuntabilitas Koperasi
Akuntabilitas adalah suatu
mempertanggung jawabkan
perwujudan
kewajiban
entitas
untuk
untuk menilai hasil kerja dan prestasi koperasi. Oleh karena itu, laporan keuangan
koperasi harus dapat mencerminkan tujuan koperasi (Sitio dan Tamba, 2001: 107).
Tidak hanya akuntabilitas dalam laporan keuangan atau mananjemen keuangan
saja namun juga pada aspek akuntabilitas organisasi dan manajemen dan
akuntabilitas usaha dan pelayanan kepada anggota.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kopersi dan Usaha Kecil Menengah
Nomor 20 Tahun 2015 Pasal 6, akuntabilitas koperasi dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip koperasi dan tata kelola manajemen yang baik. Pelaksanaan
penerapan akuntabilitas oleh koperasi dilakukan dengan cara:
a. Menyusun dan menerapkan visi, misi, tujuan, dan sasaran secara
tertulis.
b. Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi
(RAPBK) dengan melibatkan anggota.
c. Menyelenggarakan pencatatan dalam buku administrasi organisasi
anggota koperasi.
d. Menyelenggarakan sistem akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan dengan menerapkan standar akuntansi keuangan entitas
tanpa akuntabilitas public (SAK-ETAP).
e. Melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif sesuai dengan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi.
3.5 Ukuran Koperasi
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana diklasifikasikannya
perusahaan menurut besar kecilnya. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat dilihat
dari jumlah pendapatan, total aset, jumlah karyawan, dan total modal yang akan
mencerminkan keadaan perusahaan yang semakin kuat (Basyaib, 2007 dalam
Kasih, 2014). Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia, ukuran perusahaan terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar,
perusahaan menengah, dan perusahaan kecil. Suatu perusahaan yang sudah mapan
akan memiliki aktivitas yang lebih besar dan memiliki risiko atau tanggung jawab
yang besar pula sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Semakin besar suatu
perusahaan maka akan semakin dikenal masyarakat, yang berarti akan semakin
mudah untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan (Jogianto, 2003: 282
dalam Kasih, 2014).
Kusuma, menyatakan ada tiga teori yang secara implisit menjelaskan
hubungan antara ukuran perusahaan dengan tingkat keuntungan/profitabilitas
(Nugroho, 2011), antara lain:
a. Teori teknologi, yang menekankan pada modal fisik, economic of
scale, dan lingkup sebagai faktor-faktor yang menentukan besarnya
ukuran perusahaan yang optimal serta pengaruhnya terhadap
profitabilitas.
b. Teori organisasi, menjelaskan hubungan profitabilitas dengan ukuran
perusahaan yang dikaitkan dengan biaya transaksi organisasi, di
dalamnya terdapat teori critical resources.
c. Teori institusional, mengaitkan ukuran perusahaan dengan faktor-faktor
seperti sistem perundang-undangan, peraturan anti-trust, perlindungan
patent, ukuran pasar, dan perkembangan pasar keuangan.
Dalam penelitian ini ukuran koperasi diukur dengan menggunakan total
aset yang dimiliki. Semakin banyak total aset yang dimiliki koperasi, akan
mencerminkan bahwa koperasi tersebut adalah koperasi yang besar. Ukuran
koperasi yang besar, biasanya mereka mempunyai kekuatan tersendiri dalam
menghadapi masalah bisnis dan kemampuan koperasi dalam menghasilkan SHU
tinggi karena didukung oleh aset yang besar. Koperasi yang besar lebih
diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam
Total Utang
Total Aset
Peneliti &
Tahun
Chaerunisa Izati
dan
Farah
Margaretha.
(2014)
Judul
Hasil
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kinerja
keuangan pada perusahaan
Basic
Industri
and
Chemicals di Indonesia
Leverage,
pertumbuhan,
ukuran, likuiditas, dan non
debt tax shield berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
Variabel resiko, pajak, dan
aset
berwujud
tidak
No
.
Peneliti &
Tahun
Judul
2.
Claudio
Firm age and performance
Loderer
and
Urs Waelchli.
(2010)
3.
Diah
Ayu Pengaruh
karakteristik
Setyani (2012)
perusahaan terhadap kualitas
good corporate governance
perusahaan (studi empiris
pada perusahaan Go Publik
yang terdaftar di BEI).
4.
Diah
Sriwidanty
(2012)
5.
6.
Hasil
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Perusahaan akan menjadi
tidak efisien seiring dengan
berjalannya waktu. Sehingga
umur
perusahaan
tidak
mempengaruhi kinerja dari
perusahaan.
variabel ukuran perusahaan
dan kesempatan investasi
berpengaruh
signifikan
terhadap
kualitas
good
corporate
governance.
variabel
konsentrasi
kepemilikan,
leverage,
auditor
eksternal,
dan
komposisi
aktiva
tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap
kualitas
good
corporate governance.
Ukuran
perusahaan,
kesempatan tumbuh, dan
komposisi
aktiva
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
Secara positif keterbukaan,
akuntabilitas,
pertanggung
jawaban, independensi, dan
kewajaran
berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
Lembaga Perkreditan Desa di
Kabupaten Badung.
Corporate governance yang
baik
berpengaruh
meningkatkan
kinerja
keuangan perusahaan.
No
.
7.
Peneliti &
Tahun
Judul
Hasil
yang
menguntungkan.
Dengan
demikian,
kesempatan
untuk
hingga saat penelitian dilakukan. Koperasi yang lebih lama berdiri akan lebih
berpengalaman dan biasanya memiliki kinerja yang sangat baik, memiliki reputasi
yang bagus, sehingga memungkinkan untuk memiliki tingkat SHU yang tinggi
ketika melakukan kegiatan operasionalnya. Umur koperasi menunjukkan
kemampuan dalam kualitas eksistensinya dan kemampuan koperasi untuk
bersaing dan mampu untuk bertahan dalam persaingan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hazrita (2009) menyatakan secara teoritis
perusahaan yang ukurannya lebih besar dan telah lama berdiri akan dipercaya oleh
penanam modal daripada perusahaan kecil. Disimpulkan bahwa koperasi yang
telah lama berdiri profitabilitasnya akan lebih stabil karena adanya pengalaman
dari manajemen sebelumnya dalam mengelola koperasi sehingga mereka lebih
siap menghadapi berbagai risiko di masa yang akan datang.
3.9.4
Pengaruh
ukuran
koperasi
pada
kinerja
keuangan
melalui
akuntabilitas koperasi
Penelitian yang dilakukan oleh Setyani (2012) menemukan hasil bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas good corporate
governance perusahaan go public di BEI. Semakin besar ukuran perusahaan akan
semakin bagus kualitas good corporate governance. Semakin besar perusahaan
akan semakin dipercaya oleh investor jika perusahaan menerapkan good
corporate governance. Selain itu perusahaan yang besar akan semakin rumit
sistem dan permasalahan yang dihadapi, sehingga salah satu cara yang efektif
untuk mengatasi permasalahan dengan jalan menerapkan good corporate
governance.
Sejalan dengan penelitian di atas, hasil penelitian Darmawati (2006)
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap
kualitas corporate governance. Perusahaan besar cenderung akan menarik
perhatian dan sorotan dari pihak luar, sehingga akan mendorong perusahaan
tersebut untuk menerapkan struktur corporate governance yang lebih baik. Meitha
dan Tuzahro (2009) menemukan hasil yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Darmawati (2006) bahwa ada pengaruh yang signifikan ukuran
perusahaan
terhadap
kualitas
corporate
governance.
Hal
tersebut
3.9.5
Pengaruh
umur
koperasi
pada
kinerja
keuangan
melalui
akuntabilitas koperasi
Umur koperasi merupakan salah satu karakteristik koperasi yang
menunjukkan waktu lama berdirinya sebuah koperasi. Koperasi yang berdiri sejak
lama dianggap mampu mengelola perusahaan secara baik karena sistem
manajemen yang telah tercipta baik sebagai hasil dari pengalaman dan
pembelajaran yang cukup matang. Selain itu, umur koperasi yang lama/matang
akan menimbulkan kepercayaan bagi publik karena koperasi memiliki
kemampuan untuk bertahan di tengah perkembangan zaman sehingga para calon
anggota atau pemangku kepentingan tertarik untuk menanamkan modalnya,
menabungkan uangnya pada koperasi. Semakin tinggi tingkat kepercayaan dan
ketertarikan para calon anggota menuntut koperasi untuk selalu menerapkan
prinsip-prinsip GCG. Hal ini didukung oleh Pamungkas (2013) dalam
penelitiannya menemukan hasil bahwa umur perusahaan berpengaruh positif
signifikan terhadap good corporate governance rating. Dengan penerapan prinsip
tersebut maka akan berakibat pada peningkatan kinerja keuangan koperasi.
Nasieku et al. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Corporate
Governance and Firms Earnings Quality menemukan hasil bahwa praktik tata
kelola perusahaan membantu mengurangi konflik kepentingan antara pemilik
bisnis dan manajemen, yang mana hal tersebut merupakan fokus utama dari teori
tata kelola perusahaan. Praktik tata kelola perusahaan yang baik akan membuka
jalan bagi perusahaan untuk tumbuh dan menarik investor tambahan sebagai
alternatif untuk meningkatkan modal dari pada meminjam ke bank dengan biaya
yang tinggi. Lebih lanjut Nasieku et al. (2014) mengungkapkan praktik tata kelola
penerapan
prinsip-prinsip
GCG
yang
pada
akhirnya
akan
sehingga perlu adanya pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik (Pamungkas,
2013).
Pendapat tersebut dibuktikan oleh Taman dan Nugroho (2011) dalam
penelitiannya yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap
kualitas implementasi corporate governance. Penelitian yang dilakukan oleh
Meitha dan Tuzahro (2009) dalam menguji pengaruh leverage mendapatkan hasil
yang inkonsisten dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil
penelitiannya mendapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh yang dignifikan
leverage terhadap kualitas corporate governance. Hal ini mengindikasikan ada
tidaknya kemampuan perusahaan membayar hutangnya dengan kekayaan yang
dimilikinya tidak berpengaruh terhadap kualitas corporate governance. Leverage
keuangan perusahaan adalah penggunaan dana yang diperoleh pada biaya tetap
dengan harapan dapat meningkatkan bagian pemilik modal sendiri. Leverage
keuangan timbul karena adanya kewajiban-kewajiban finansial yang sifatnya tetap
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Leverage yang menguntungkan terjadi
apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang lebih besar dari dana yang
dibeli dari pada biaya tetap penggunaan dana tersebut.
Haryani dkk. (2011) mengemukakan adanya pengaruh variabel corporate
governance terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan lebih dipengaruhi
secara langsung oleh mekanisme corporate governance. Hal ini mungkin
menunjukkan bahwa ada sebuah kesenjangan ekspektasi antara isi laporan
tahunan perusahaan dan cara investor menggunakan informasi yang ada dalam
laporan tahunan untuk keputusan investasi mereka sehingga hai ini tidak
meningkatkan
nilai
perusahaan.
Menurut
Hastuti
(2005),
untuk
dapat
Ukuran Koperasi
(X1)
T. Agensi
Umur Koperasi
(X2)
H1
T. Agensi
T. Agensi
T. Agensi
H4
H2
H5
Goal
Akuntabilitas Koperasi
(Y1)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kinerja Keuangan
(Y2)
H6
4. METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Desain Penelitian
H3
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu suatu
T. Agensi
T. Agensi
penelitian yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran
terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi dengan angka
Leverage
(X3)
(Arikunto, 2010). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh pada PKPRI (Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia) Kota
Semarang.
kinerja keuangan koperasi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio
Return on Asset (ROA) dengan rumus sebagai berikut:
Laba Bersih
Return on Asset=
Total Aktiva
4.3.2 Variabel Independen
4.3.2.1 Ukuran Koperasi
Besar kecilnya suatu perusahaan dapat dilihat dari jumlah pendapatan, total
aset, jumlah karyawan, dan total modal yang akan mencerminkan keadaan
perusahaan yang semakin kuat (Basyaib, 2007 dalam Kasih, 2014). Dalam
penelitian ini, ukuran koperasi diproksikan dari total aset. Pertimbangan
pengukuran ini karena nilai aktiva lebih stabil dibandingkan dengan jumlah
pendapatan, jumlah karyawan, dan total modal.
4.3.2.2 Umur Koperasi
Umur koperasi menunjukkan kemampuan suatu koperasi dalam kualitas
eksistensinya dan kemampuan koperasi untuk bersaing dan mampu untuk
bertahan dalam persaingan. Pengukuran variabel umur koperasi yaitu dengan
melihat umur koperasi dari tanggal koperasi tersebut berdiri berdasarkan akta
pendirian sampai dengan saat penelitian dilakukan.
4.3.2.3 Leverage
Leverage merupakan sebuah ukuran mengenai risiko keuangan, mengenai
pembiayaan sebagian aktiva perusahaan, ditujukan pada pembiayaan bagian
aktiva tetap yang menanggung beban pembiayaan tetap dengan harapan akan
meningkatkan keuntungan. Leverage menjadi indikasi efisiensi kegiatan bisnis
koperasi, serta pembagian risiko usaha antara pemilik koperasi dan para pemberi
pinjaman atau kreditur. Sarbini (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur besar kecilnya penggunaan
jumlah hutang jangka panjang dibandingkan dengan modal sendiri atau total
aktiva. Untuk mengukur seberapa besar perbandingan total utang dengan total
asset, digunakan rumus :
Rasio Leverage=
4.3.3
Total Utang
Total Aset
Variabel Intervening
Variabel intervening dalam penenlitian ini adalah akuntabilitas koperasi.
X
x 100
A
Keterangan :
X
: Jumlah skor yang diperoleh setiap koperasi
A
: Jumlah skor total
Definisi Operasional
Perbandingan laba bersih
dengan total aktiva.
2.
Akuntabilitas
koperasi
adalah kewajiban pengurus
atau pengelola koperasi
untuk
mempertanggung
jawabkan hasil kerja yang
dicapainya.
Akuntabilitas
Koperasi
Pengukuran
Laba Bersih
ROA=
Total Aktiva
Akun . Kop=
X
x 100
A
No.
Nama Variabel
3.
Ukuran Koperasi
4.
5.
Definisi Operasional
Pengukuran
Besar kecilnya koperasi Ukuran=LnTotalAktiva
dilihat dari total aktivanya.
Umur Koperasi
Umur koperasi menunjukkan Tahun berdiri sampai
kemampuan suatu koperasi tahun penelitian
dalam kualitas eksistensinya
dan kemampuan koperasi
untuk bersaing dan mampu
untuk
bertahan
dalam
persaingan.
Utang
Leverage
Besar kecilnya penggunaan
Leverage=
Aset
jumlah hutang dibandingkan
dengan modal sendiri atau
total aktiva.
Sumber: Berbagai sumber diolah
4.5.2
dapat menentukan hubungan sebab-akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai
substitusi bagi peneliti untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel.
Hubungan langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel lain
tanpa ada variabel ke tiga yang memediasi hubungan kedua variabel tadi. Dalam
pengambilan
keputusan
hipotesis
pengaruh
langsung
yaitu
dengan
membandingkan nilai sig hitung dan nilai sig alfa atau dengan membandingkan t
hitung dan t tabel, apabila nilai sig hitung < sig alfa 0,05 atau nilai t hitung > t
tabel maka hipotesis pengaruh langsung diterima.
Hubungan tidak langsung adalah jika ada variabel ketiga yang memediasi
hubungan kedua variabel ini. Kemudian pada setiap variabel dependen aka nada
anak panah yang menuju ke variabel ini (mediasi) sehingga berfungsi untuk
menjelaskan jumlah variance yang tidak dapat dijelaskan (unexplained variance)
oleh variabel tersebut (Ghozali, 2013: 251).
Sedangkan untuk pengambilan keputusan pengujian hipotesis hubungan
tidak langsung antar variabel dilakukan dengan membandingkan antara koefisien
pengaruh langsung dengan koefisien pengaruh tidak langsung. Apabila besarnya
koefisien pengaruh tidak langsung (total) > dari pengaruh langsung maka
hipotesis diterima.
Penelitian ini menggunakan analisis jalur untuk menganalisis pengaruh
ukuran koperasi, umur koperasi, leverage, akuntabilitas koperasi terhadap kinerja
keuangan koperasi. Persamaan hubungan pengaruh tidak langsung variabel
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
1) Y1=1X1+ 2X2+ 3X3+e1
2) Y2=1X1+ 2X2+ 3X3+ 4Y1+e2
Keterangan
Y2
: Kinerja Keuangan
Y1
: Akuntabilitas koperasi
X1
: Ukuran Koperasi
X2
: Umur Koperasi
X3
: Leverage
1, 2, 3, 4
digunakan
Hubungan variabel ukuran koperasi, umur koperasi, leverage terhadap
kinerja keuangan melalui akuntabilitas koperasi dalam penelitian ini digambarkan
dalam path analysis sebagai berikut:
Ukuran Koperasi
(X1)
p1
Umur Koperasi
(X2)
p4xp7
p5
p5xp7
Akuntabilitas Koperasi
(Y1)
e1
p6xp7
p6
Leverage
(X3)
p3
p2
p4
e2
p7
Kinerja Keuangan
(Y2)
Jika total pengaruh tidak langsung lebih besar dari pengaruh langsung maka
hipotesis pengaruh tidak langsung atau melalui variabel intervening (mediasi)
diterima.
4.5.4 Uji Hipotesis
4.5.4.1 Koefisien Determinasi R2
Koefisien determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat
terbatas. Apabila R2 mendekati 1 (satu) maka semakin kuat model tersebut dalam
menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat. Namun apabila R 2
mendekati 0 (nol), hal ini berarti semakin lemah variasi variabel bebas dalam
menerangkan variabel terikat (Ghozali, 2013: 97).
4.5.4.2 Uji Parsial (Uji t)
Ghozali (2013: 98) menyatakan bahwa uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan significance level 0.05 (=5%). Penerimaan atau penolakan
hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi >0.05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi
tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen
tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Jika nilai signifikansi <0.05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Uji signifikansi ini digunakan untuk menguji:
H1
H2
koperasi
: Terdapat pengaruh antara umur koperasi terhadap kinerja keuangan
H3
koperasi
: Terdapat pengaruh antara leverage terhadap kinerja keuangan koperasi
Nilai t hitung ini dibandingkan dengan nilai t tabel, jika t hitung > nilai t
tabel maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh mediasi (Ghozali, 2013:249). Uji
Sobel (Sobel Test) ini digunakan untuk menjawab atau menguji:
H4 : Terdapat pengaruh ukuran kopersai pada kinerja keuangan melalui
akuntabilitas koperasi.
H5 : Terdapat pengaruh umur koperasi terhadap kinerja keuangan koperasi
melalui akuntabilitas koperasi.
H6 : Terdapat pengaruh leverage pada kinerja keuangan koperasi melalui
akuntabilitas koperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiana, Putu Agus dan Luh Kartini Eka Sari. Pengaruh Variabel Aset Lancar,
Debt to Total Assets, Umur, dan Jumlah Anggota Terhadap Rentabilitas
Ekonomi di Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Kredit di Kecamatan
Buleleng, Kabupaten Buleleng: Sebuah Pemodelan Ekonometrika. EJournal. Bali: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Arisadi, Yunita Castelia., Djumahir dan Atim Djazuli. 2013. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Umur Perusahaan, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan
Fixed Asset to Total Asset Ratio Terhadap Kinerja Keuangan pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Aplikasi
Manajemen, Vol. II, No. 4. Malang: Universitas Brawijaya.
Azhar, Al A., Kirmizi dan Eka Diajeng Putri. 2013. Analisis Karakteristik
Perusahaan yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan. Pekbis
Jurnal, Vol. 5, No. 3, Hal. 190-201.
Bintara, Ari. 2009. Analisis Kinerja Keuanganpada Koperasi Pegawai Republik
Indonesia (KPRI) KPP Karanganom Kabupaten Klaten. Skripsi.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Bulandari, I G.A. Wita dan I G.A. Eka Damayanthi. 2014. Pengaruh Prinsipprinsip Good Governance pada Kinerja Keuangan Lembaga Perkreditan
Junita, Silvi. dan Siti Khairani. (2009). Analisis Kinerja Perusahaan dengan
Menggunakan Analisa Rasio Keuangan pada Perusahaan Telekomunikasi
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Abadi Ilmu, Vol. 5,
No. 2.
Karina, Fani. Dan Muhammad Khafid. 2015. Determinan Profitabilitas pada
Perusahaan Properti dan Real Estate Go Public di Indonesia. jurnal
Dinamika Ekonomi, Vol. 7, No. 1. Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
Kasih, Ayu Permata. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran
Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan
yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011). Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Kurniawati, Erna. 2009. Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja
Perusahaan Daerah Air Minum (Studi kasus pada PDAM di Kota
Sorong). ISSN 0852-8144. Vol. 6, No. 2: 112-122.
Kusumawardani, Arum 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) dalam
Website Perusahaan. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Lee, Seok Weon. 2012. Profitability Determinants of Korean Banks.
Economics and Finance Review. Vol. 2, No. 9, pp. 06-18. Korea: Ewha
Womans University.
Lestari, Tiara Ayu. 2014. Pengaruh Efektivitas Pengendalian Intern terhadap
Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan Implikasinya
terhadap Kinerja Keuangan (Survei 5 pada BUMN Bandung. Bandung: