Anda di halaman 1dari 76

PERAN MEDIASI AKUNTABILITAS KOPERASI

PADA PENGARUH KARAKTERISTIK KOPERASI


TERHADAP KINERJA KEUANGAN KPRI SE-KOTA SEMARANG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
Diah Nurlaili
7101412175

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
1

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal skripsi ini telah disetujui pembimbing untuk dilaksanakan.

Disetujui pada
Hari

Tanggal

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

Pembimbing

Dr. Ade Rustiana, M.Si.


NIP 19681021992031002

Dr. Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si.


NIP 197510101999031001

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................

ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

iii

DAFTAR TABEL............................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................

vii

1. JUDUL .....................................................................................................

2. PENDAHULUAN ...................................................................................

2.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................

2.2. Rumusan Masalah ..............................................................................

13

2.3. Tujuan Penelitian ...............................................................................

14

2.4. Kegunaan Penelitian ..........................................................................

14

3. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................

15

Teori Agensi .......................................................................................

15

Kinerja Keuangan Koperasi ...............................................................

17

Profitabilitas .............................................................................

21

Return on Assets (ROA)................................................

22

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Koperasi ......

24

Good Corporate Governance .............................................................

30

Konsep dan Pengertian Corporate Governance .......................

30

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ...........................

30

Penerapan Akuntabilitas Koperasi ...........................................

32

Pengertian Koperasi....................................................

32

Tujuan Koperasi..........................................................

33

Akuntabilitas Koperasi................................................

33

Ukuran koperasi..................................................................................

35

Umur koperasi....................................................................................

37

Leverage.............................................................................................

37

Penelitian Terdahulu...........................................................................

39

Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis..............

41

4. METODE PENELITIAN........................................................................

55

Jenis dan Desain Penelitian ...............................................................

55

Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Sampel ........................

55

Populasi ....................................................................................

55

Sampel dan Teknik Pengumpulan Sampel ...............................

56

Variabel Penelitian .............................................................................

56

Variabel Dependen ..................................................................

56

Variabel Independen .................................................................

56

Variabel Intervening..................................................................

58

Metode Pengumpulan Data ...............................................................

59

Metode Analisis Data .........................................................................

59

Analisis Deskriptif ...................................................................

60

Uji Asumsi Klasik ....................................................................

60

Uji Normalitas ............................................................


4

60

Uji Multikolinearitas ..................................................

60

Uji Heteroskedastis ....................................................

61

Uji Autokorelasi .........................................................

61

Analisis Jalur (Path Analysis)...................................................

62

Uji Hipotesis..............................................................................

66

Koefisien Determinan R2............................................

66

Uji Parsial (Uji t).........................................................

66

Uji Sobel (Sobel Test) ................................................

67

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

69

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu......................................................................... 39
Tabel 4.1 Ringkasan Definisi Operasional Variabel......................................... 58

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .......................................................

54

Gambar 4.1 Analisis Jalur (Path Analysis).......................................................

64

PROPOSAL SKRIPSI
Nama : Diah Nurlaili
NIM

: 7101412175

Prodi : Pendidikan Ekonomi Akuntansi S1


Jurusan: Pendidikan Ekonomi
1. JUDUL
PERAN

MEDIASI

PENGARUH

AKUNTABILITAS

KARAKTERISTIK

KOPERASI

KOPERASI

PADA

TERHADAP

KINERJA KEUANGAN KPRI SE-KOTA SEMARANG


2. PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan yang dilaksanakan bangsa Indonesia merupakan wujud dari
usaha untuk mencapai tujuan nasional. Tujuan tersebut tercermin dalam UndangUndang Dasar 1945 yang terdapat pada pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa
perekonomian

disusun

sebagai

usaha

bersama

berdasarkan

atas

asas

kekeluargaan. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa


usaha yang sesuai dengan pasal tersebut adalah koperasi. Koperasi sebagai suatu
sistem yang turut serta dalam mewarnai kehidupan perekonomian Indonesia telah
memiliki legalitas tersendiri yang tertuang dalam Undang-Undang No. 25 Tahun
1992 (Mulyani, 2013).
Pemerintah Indonesia sempat menerbitkan undang-undang baru yang
mengatur tentang perkoperasian yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012,
namun pada tanggal 28 Mei 2014 dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi karena
secara prinsip dasar, undang-undang tersebut bertentangan dengan UU RI Tahun
1945 dan bertentangan dengan prinsip dasar koperasi, sehingga untuk sementara

waktu segala pengaturan tentang perkoperasian kembali pada Undang-Undang


Nomor 25 Tahun 1992 sampai dengan terbentuknya undang-undang perkoperasian
terbaru.
Koperasi merupakan organisasi yang bersifat terbuka terutama bagi para
anggotanya, yang dibentuk dan dikelola secara demokratis untuk memenuhi
kebutuhan anggota tanpa menjadikan laba sebagai tujuan utamanya namun untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi para angotanya. Menurut Mulyani (2013),
pembangunan koperasi sebagai badan usaha ditujukan pada penguatan dan
perluasan baris usaha, peningkatan mutu sumber daya manusia terutama bagi
pengurus dan pengelola termasuk anggotanya, sehingga dengan kinerja yang
sehat, kompetitif dan mandiri, koperasi mampu menjadi bangun usaha utama
dalam perekonomian.
Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992 (Perkoperasian), koperasi adalah
badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum yang
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Sebagai organisasi yang
dikelola secara demokratis dan berdasar pada asas kekeluargaan, koperasi harus
taat pada prinsip pengelolaan yang sehat, transparan, terpertanggung jawab, dan
bersikap adil dalam mencapai tujuan bersama. Salah satu jenis koperasi adalah
koperasi yang dibentuk berdasar pada keanggotaannya yaitu Koperasi Pegawai
Republik Indoensia (KPRI). Anggota dari koperasi ini adalah para pegawai negeri
sipil, dimana pembentukan koperasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan para pegawai negeri (anggota). Sebagai badan usaha, KPRI harus
dikelola dengan baik layaknya badan usaha lain.

KPRI harus dikelola secara profesional dalam menjalankan kegiatan


usahanya. Pengelolaan yang profesional memerlukan adanya sistem pertanggung
jawaban dan informasi yang relevan serta dapat diandalkan. Agar setiap usaha dari
koperasi dapat menjamin tujuan berkoperasi yaitu dapat memberikan kepuasan
dalam pemenuhan kebutuhan para anggota dan dapat mengembangkan koperasi
yang dapat membiayai sendiri unit-unit usahanya serta dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat. KPRI diharapkan dapat meningkatkan usahanya
tanpa adanya kecurangan dari pihak manapun, terutama dari pihak pengelola
(manajemen). Dengan tidak adanya kecurangan dan pengelolaan yang sesuai
dengan prinsip koperasi yang berlaku, maka akan mendorong KPRI untuk
meningkatkan keberhasilan usaha-usahanya dalam hal ini adalah peningkatan
perolehan laba/SHU. Dengan perolehan SHU yang meningkat diharapkan akan
diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan para anggotanya bahkan dapat pula
melahirkan unit-unit usaha baru yang nantinya akan mampu mensejahterakan
masyarakat secara luas.
Perkembangan perusahaan/koperasi dapat ditinjau oleh manajemen melalui
penilaian atas kinerja keuangan dengan menggunakan analisis rasio. Analisis rasio
tersebut dapat digunakan oleh manajer keuangan maupun pihak yang memiliki
kepentingan untuk memberikan penilaian atas kondisi kesehatan suatu
perusahaan/koperasi.

Salah

satu

analisis

rasio

yang

digunakan

oleh

perusahaan/koperasi dalam melakukan penilaian atas kinerja keuangan adalah


return on Assets (Sari dan Budiasih, 2014: 262).
Kinerja keuangan menurut Ruky adalah kondisi atau posisi keuangan dari
hasil analisis, khususnya tentang stabilitas, pertumbuhan dan potensinya dalam

memberikan balikan kepada penyedia capital (Bintara, 2009). Keputusankeputusan dalam koperasi menjadi pokok permasalahan yang kritis dalam
pembelanjaan koperasi. Selain itu perkembangan sebuah koperasi dapat diketahui
melalui perkembangan keuangannya. Apabila perkembanganya semakin membaik
berarti usaha yang dijalankan selama satu periode baik. Namun, apabila
perkembangannya memburuk, berarti ada kesalahan yang perlu diperbaiki agar
koperasi dapat terus berlangsung kehidupannya.
Data Kementerian Koperasi dan UKM, Koperasi yang ada per 31
Desember 2014 bahwa jumlah Koperasi di Indonesia sebanyak 209.488 unit
terdiri dari Koperasi aktif 147.249 unit (70,28%) dan Koperasi tidak aktif atau
koperasi yang benar-benar tidak aktif dari segi usaha maupun organisasi sebanyak
62.239 unit (29,72%). Dari jumlah koperasi yang 147.249 unit yang
melaksanakan Rapat Anggota Tahunan dan atau melapor sebanyak 80.008
(54,33%) atau 38,19% dari jumlah koperasi keseluruhan. Deputi Bidang
Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM Setyo Heriyanto mengatakan
dengan adanya sejumlah koperasi yang tidak aktif sebanyak 62.239 unit tersebut
akan dapat menggangu kinerja koperasi secara keseluruhan, yakni: mengurangi
kepercayaan terhadap koperasi baik dari anggota itu sendiri maupun pihak lain,
merusak citra koperasi, sulit menegakkan regulasi dalam rangka kepatuhan,
mereduksi

kinerja

koperasi

secara

umum

(inspeksianews.com:

2015).

Berdasarkan data di atas, banyaknya koperasi yang tidak aktif atau bangkrut
membuktikan buruknya kinerja keuangan koperasi. Koperasi pada umumnya di
Kota Semarang tidak lepas seperti kondisi yang dipaparkan di atas khususnya
KPRI, untuk itu kinerja keuangan koperasi perlu ditingkatkan.

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan suatu


perusahaan/koperasi. Menurut Izati dan Margaretha (2014) faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja keuangan adalah leverage, pertumbuhan, ukuran
perusahaan, likuiditas, dan non-debt tax shield. Sedangkan menurut Arisadi dkk.
(2013) faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan, current ratio, debt to equity,
fixed asset to total asset ratio. Azhar dkk. (2013) menyebutkan jumlah dewan
komisaris dan umur perusahaan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja keuangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa variabel
yaitu ukuran, umur, dan leverage yang akan diterapkan pada badan usaha
koperasi. Ukuran perusahaan menunjukkan peningkatan aset pada masing-masing
koperasi. Menurut Parmono, ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset
akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROA.
Perusahaan besar akan mendapatkan keuntungan lebih dari kegiatan operasinya,
dengan kata lain adanya peningkatan ukuran perusahaan dapat menaikkan
profitabilitas perusahaan (Arisadi dkk., 2013). Hal tersebut dapat diterapkan pada
semua badan usaha termasuk koperasi, koperasi yang besar akan mendapatkan
kepercayaan yang lebih tinggi dari masyarakat, dengan tingginya kepercayaan
tersebut koperasi dituntut untuk meningkatkan kinerja keuangannya.
Sriwindanty (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ukuran
perusahaan, kesempatan tumbuh, dan komposisi aktiva tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Pada penelitian Sari dan
Budiasih (2014) menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh terhadap
profitabilitas, sedangkan variabel firm size, inventory turnover dan asset turnover
tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Solano dan Teruel (2007) dalam

penelitiannya yang berjudul Effects of Working Capital Management on SME


Profitability menyebutkan bahwa size berpengaruh signifikan positif terhadap
return on assets, sedangkan variabel inventory berpengaruh negatif terhadap
return on assets.
Lee (2012) dalam penelitiannya dengan judul Determinants of
Profitability Between Korean National and Regional Banks mendapatkan hasil
bahwa ukuran asset berhubungan signifikan positif dengan profitabilitas yang
diproksikan dengan ROA pada bank regional Korea namun tidak memiliki
hubungan yang signifikan untuk bank nasional Korea. Hasil ini menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan dari skala ekonomi dan pengurangan biaya
dengan ukuran asset untuk bank regional di Korea.
Koperasi yang lebih lama berdiri akan lebih berpengalaman dan biasanya
memiliki kinerja keuangan yang sangat baik, memiliki reputasi yang bagus,
sehingga memiliki margin keuntungan yang tinggi saat melakukan kegiatan
operasinya. Arisadi dkk. (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran
perusahaan, current ratio, debt to equity ratio, fixed asset to total asset
berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, sedangkan untuk variabel
umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Manik (2011) mendapatkan hasil yang
berbeda, yaitu variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
adalah kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite audit, dan umur
perusahaan, sedangkan untuk variabel kepemilikan instansi tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Loderer and Waelchli (2010) dalam jurnalnya yang berjudul
Firm Age and Performance menerangkan bahwa perusahaan akan menjadi

tidak efisien seiring dengan berjalannya waktu. Perusahaan yang mengalami


penuaan harus mengurangi biaya karena berbagai efek pembelajaran dalam
perusahaan dan belajar dari perusahaan lain dengan industri yang sama maupun
berbeda. Berarti bahwa perusahaan yang sudah beroperasi dalam jangka waktu
yang lama tidak menjadi tolak ukur dari baiknya kinerja keuangannya.
Leverage adalah penggunaan aktiva dan sumber dana oleh perusahaan
yang memiliki biaya tetap (beban tetap), yang berarti sumber dana yang berasal
dari pinjaman karena memiliki bunga sebagai beban tetap dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan yang potensial para principal (Sjahrial, 2007: 147).
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardani (2012) mengenai kinerja
keuangan dengan empat variabel yang terdiri dari size, kemakmuran, ukuran
legislatif, dan leverage menunjukkan hasil bahwa hanya size dan ukuran legislatif
yang memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Sedangkan untuk variabel
kemakmuran dan leverage tidak berpengaruh.
Penelitian mengenai leverage yang dilakukan oleh Wahyuningtyas (2014)
mendapatkan hasil bahwa leverage berpengaruh siginifikan terhadap kinerja
keuangan. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa semakin meningkatnya rasio
leverage suatu perusahaan mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja
keuangan pada perusahaan pertambangan yang ada di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian Purwanti (2010) mendapatkan hasil, bahwa rasio leverage tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan ROA. Hal tersebut
berarti bahwa jika koperasi menggunakan hutangnya terlalu tinggi, maka akan
mengurangi keuntungan atau dengan kata lain semakin tinggi hutang maka
semakin kecil keuntungan yang diperoleh koperasi. Apabila hutang yang
digunakan semakin tinggi maka koperasi akan membayar bunga yang tinggi

sehingga keuntungan menurun, kondisi ini juga dikarenakan koperasi dalam


menyalurkan kredit/pinjaman kurang agresif, menyebabkan pendapatan berkurang
sedangkan disisi hutang harus membayar beban bunga.
Izati dan Margaretha (2014) dalam penelitiannya didapat hasil bahwa
leverage, pertumbuhan, ukuran, likuiditas, dan non debt tax shield memiliki
pengaruh terhadap kinerja perusahaan, sedangkan variabel resiko, pajak, dan aset
berwujud tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil
tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Liargovas (2010) dalam
jurnalnya yang berjudul Faktors Affecting Firms Financial Performance: The
Case Greece menunjukan hasil bahwa leverage, aktivitas ekspor, lokasi, ukuran,
dan manajemen yang efektif secara signifikan mempengaruhi kinerja perusahaan
di Yunani.
Good corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang
menguraikan hubungan antara pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan
perusahaan dalam menentukan arah dan kinerja perusahaan. Salah satu penyebab
buruknya kinerja keuangan perusahaan/koperasi adalah adanya konflik keagenan.
Pandangan teori agensi dimana terdapat pemisahan antara pihak pengelola
perusahaan dan pemilik perusahaan yang mengakibatkan munculnya potensi
konflik dapat mempengaruhi kualitas laba/SHU yang dilaporkan. Pihak
manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun
laporan keuangan yang sesuai dengan tujuannya dan bukan untuk kepentingan
pemilik.
Corporate governance memiliki prisip-prinsip yang harus dijalankan,
prinsip

tersebut

antara

lain

independensi,

akuntabilitas,

transparasi,

responsibilitas, kesetaraan, dan kewajaran. Prinsip corporate governance sangat

diperlukan dan harus dilaksanakan guna mencapai kinerja yang berkelanjutan


dengan memperhatikan kepentingan pihak yang bersangkutan. Prinsip tersebut
harus dikelola secara independen agar masing-masing organ perusahaan dapat
berfungsi tanpa saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
Setyo Heryanto, Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM
mengatakan bahwa akuntabilitas merupakan salah satu prinsip dari good
governance yang memiliki poin kuat dalam penataan pengelolaan yang baik,
termasuk koperasi. Penataan akuntabilitas merupakan kebutuhan objektif bagi
koperasi untuk berkembang menjadi organisasi yang mampu bersaing dengan
pelaku usaha lain. Akuntabilitas menggambarkan profesionalisme pengelolaan,
menciptakan kredibilitas, dan kepercayaan koperasi di mata anggota, termasuk
mitra, pemerintah, dan stakeholders atau pemangku kepentingan (m.bisnis.com).
Upaya yang dilakukan oleh suatu organisasi dalam mensejahterakan
anggotanya tidak dapat lepas dari besarnya partisipasi yang diberikan anggota.
Keaktifan dapat diwujudkan antara lain dengan bersedianya secara pribadi
menjadi pengurus atau pengawas koperasi yang harus memiliki akuntabilitas yang
baik. Pengertian akuntabilitas adalah sebagai suatu kemampuan mempertanggung
jawabkan atas tugas-tugas yang telah dijalankan terhadap pihak-pihak yang
seharusnya atau patut menerima pertanggung jawaban.
Laporan pertanggung jawaban yang disajikan harus mencerminkan
bagaimana pengurus dalam menjalankan tugas pengelolaan terhadap usaha
koperasi agar semua kekayaan koperasi aman dari berbagai bentuk kecurangan
atau tindakan yang dapat merugikan. Penggunaan semua kekayaan harus
dilakukan secara efektif dan efisien, tidak bertentangan dengan peraturan dan

ketentuan yang berlaku, dan pelaporan keuangan harus mencerminkan fakta yang
sesungguhnya. Pertanggung jawaban pengurus untuk mempertanggung jawabkan
hasil kerja yang dicapai harus dilakukan secara berkala kepada para pihak yang
memiliki kepentingan, antara lain para anggota, kreditur, dan pemerintah yang
akan menanamkan modal dan/atau memberikan peluang dan fasilitas kepada
koperasi. Sehingga dengan demikian, laporan keuangan yang disajikan harus
akuntabel.
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Nomor 20 Tahun 2015 pasal 1 ayat (4), yang dimaksud dengan akuntabilitas
adalah suatu perwujudan kewajiban entitas untuk mempertanggung jawabkan
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuantujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui suatu media pertanggung
jawaban yang dilaksanakan secara periodik. Dengan penerapan sistem pelaporan
yang akuntabel atau akuntabilitas koperasi, diharapkan mampu meningkatkan
kinerja keuangan atau kelembagaan dari koperasi dalam rangka mendukung
peningkatan usaha dan pelayanan kepada anggota dan masyarakat.
Penelitian Bulandari dan Damayanthi (2014) menjelaskan bahwa prinsipprinsip good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten Badung. Penelitian yang
dilakukan oleh Setyani (2012) mendapatkan hasil variabel ukuran perusahaan dan
kesempatan investasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas good corporate
governance, sedangkan variabel konsentrasi kepemilikan, leverage, auditor
eksternal, dan komposisi aktiva tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas good corporate governance.

Ramadhan (2014) dalam penelitiannya,

menyimpulkan corporate governance yang baik berpengaruh meningkatkan


kinerja keuangan perusahaan, hal ini menjelaskan bahwa dengan penerapan
corporate governance yang baik pada perusahaan akan mengurangi agency
problem dan terbukti meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Nasieku et al. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Corporate
Governance and Firms Earnings Quality menemukan hasil bahwa praktik tata
kelola perusahaan membantu mengurangi konflik kepentingan antara pemilik
bisnis dan manajemen, yang mana hal tersebut merupakan fokus utama dari teori
tata kelola perusahaan. Praktik tata kelola perusahaan yang baik akan membuka
jalan bagi perusahaan untuk tumbuh dan menarik investor tambahan sebagai
alternatif untuk meningkatkan modal dari pada meminjam ke bank dengan biaya
yang tinggi. Lebih lanjut Nasieku et al. (2014) mengungkapkan praktik tata kelola
perusahaan mengarah pada peningkatan pengendalian internal, probabilitas yang
lebih kecil dari penipuan, akuntabilitas yang lebih baik, profitabilitas yang lebih
tinggi dan membantu dalam mengurangi konflik antara pemilik bisnis dan
manajemen.
Beberapa

penelitian

di

atas

menunjukkan

bahwa

karakteristik

perusahaan/koperasi dan kualitas penerapan good corporate governance berperan


penting dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan/koperasi. Penelitian ini
menjadi penting karena berbagai alasan sebagai berikut:
Pertama, penelitian mengenai karakteristik perusahaan dan penerapan
good corporate governance terhadap kinerja keuangan masih bersifat parsial yang
hanya menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan. Hasil
penelitian yang berbeda mendorong peneliti untuk mengembangkan model yaitu
pengujian terhadap ukuran koperasi, umur koperasi, dan leverage terhadap kinerja

keuangan Koperasi Pegawai Republik Indonesia dan menambahkan variabel


intervening yaitu akuntabilitas koperasi yang merupakan salah satu prinsip dari
good corporate governance karena sebagai perantara antara variabel independen
terhadap kinerja keuangan koperasi.
Kedua, dalam penelitian tentang pengaruh penerapan good corporate
governance terhadap kinerja keuangan perusahaan/koperasi, dalam mengukur
kinerja keuangan peneliti terdahulu menggunakan ukuran corporate governance
perception index (CGPI) yang dikembangkan oleh Indonesian Institute of
Corporate Governance (IICG). Sedangkan pengukuran good corporate
governance yang melihat dari segi akuntabilitas koperasi masih jarang ditemukan.
Sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin mengukur pengaruh good corporate
governance terhadap kinerja keuangan dari segi akuntabilitas koperasi yang
berdasarkan pada Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
No 20 Tahun 2015 sebagai dasar pengukurannya dengan indikator akuntabilitas
organisasi dan manajemen, akuntabilitas usaha dan pelayanan kepada anggota,
dan akuntabilitas keuangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tidak langsung antara
ukuran koperasi, umur koperasi, dan leverage melalui akuntabilitas koperasi serta
pengaruh langsung ukuran koperasi, umur koperasi, dan leverage terhadap kinerja
keuangan koperasi. Penelitian diharapkan dapat menguji apakah pemberlakuan
peraturan menteri terbaru tentang penerapan akuntabilitas koperasi dapat
meningkatkan kinerja keuangan koperasi. Selain itu, penelitian ini diharapkan
mempunyai konstribusi bagi pihak yang berkepentingan misalnya PKPRI ataupun
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sebagai bahan pertimbangan

dalam mengambil keputusan mengenai program atau kebijakan terbaru untuk


memaksimalkan kinerja keuangan koperasi dan kesejahteraan para anggota dan
masyarakat.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan peneliti tertarik untuk
meneliti lebih lanjut, maka penelitian ini dilakukan dengan mengangkat judul
Peran Mediasi Akuntabilitas Koperasi Pada Pengaruh Karakteristik
Koperasi Terhadap Kinerja Keuangan KPRI se-Kota Semarang.
2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Adakah pengaruh ukuran koperasi terhadap kinerja keuangan KPRI seKota Semarang?
2. Adakah pengaruh umur koperasi terhadap kinerja keuangan KPRI seKota Semarang?
3. Adakah pengaruh leverage terhadap kinerja keuangan KPRI se-Kota
Semarang?
4. Adakah pengaruh ukuran koperasi terhadap kinerja keuangan KPRI seKota Semarang melalui akuntabilitas koperasi?
5. Adakah pengaruh umur koperasi terhadap kinerja keuangan KPRI seKota Semarang melalui akuntabilitas koperasi?
6. Adakah pengaruh leverage terhadap kinerja keuangan KPRI se-Kota
Semarang melalui akuntabilitas koperasi?

2.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis adanya pengaruh ukuran koperasi terhadap kinerja


keuangan KPRI se-Kota Semarang.
2. Menganalisis adanya pengaruh umur koperasi terhadap kinerja
keuangan KPRI se-Kota Semarang.
3. Menganalisis Mengetahui adanya pengaruh leverage terhadap kinerja
keuangan KPRI se-Kota Semarang.
4. Menganalisis adanya pengaruh ukuran koperasi terhadap kinerja
keuangan KPRI se-Kota Semarang melalui akuntabilitas koperasi.
5. Menganalisis adanya pengaruh umur koperasi terhadap kinerja
keuangan KPRI se-Kota Semarang melalui akuntabilitas koperasi.
6. Menganalisis adanya pengaruh leverage terhadap kinerja keuangan
KPRI se-Kota Semarang melalui akuntabilitas koperasi.
2.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
2.4.1 Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi para
akademisi dalam mengembangkan penelitian dimasa yang akan datang, dan dapat
dijadikan sebagai bahan referensi khususnya dibidang akuntansi mengenai kinerja
keuangan yang dilihat dari akuntabilitas koperasi.
2.4.2

Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi praktis bagi Dinas

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kota Semarang sebagai bahan
pertimbangan dalam penyususnan kebijakan dan kegiatan terkait dengan
pemberlakuan peraturan menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
mengenai penerapan akuntabilitas koperasi untuk lebih meningkatkan kinerja
keuangan koperasi. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai
bahan masukan dan pertimbangan bagi KPRI (Koperasi Pegawai Republik

Indonesia) di Kota Semarang dalam mendesain dan mengimplementasikan


penerapan

akuntabilitas

koperasi

dalam

rangka

meningkatkan

kinerja

keuangannya dan perkembangan unit-unit usahanya.


3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Teori agensi
Teori agensi mendasarkan pemikirannya atas perbedaan informasi antara
atasan dan bawahan, antara kantor pusat dan kantor cabang, atau adanya asimetri
informasi yang mempengaruhi penggunaan sistem akuntansi. Dari sudut pandang
teori agensi, principal (pemilik atau manajemen puncak) membawahi agen
(karyawan atau manajer yang lebih rendah) untuk melaksanakan kinerja yang
efisien. Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan kinerja organisasi
ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkungan (Lubis, 2014: 91).
Menurut Jansen dan Meckaling dalam Surepno (2013) teori agensi adalah
hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu atau lebih (principal)
menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan
mereka dalam mendelegasikan beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada
agen. Adanya perbedaan kepentingan antara agen dan principal dapat
menimbulkan konflik antar kedua belah pihak. Konflik tersebut terjadi karena
manusia sebagai makhluk ekonomi yang memiliki sifat dasar mementingkan
kepentingan diri sendiri. Principal dan agen memiliki tujuan yang berbeda dan
masing-masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang akan terjadi
adalah munculnya konflik kepentingan. Principal menginginkan pengembalian
yang lebih besar dan secepatnya, sedangkan agen menginginkan kepentingannya
diakomodasi dengan pemberian kompensasi yang sebesar-besarnya atas
kinerjanya dalam mengelola koperasi.

Perusahaan yang memisahkan fungsi manajemen dan kepemilikan akan


rentan terhadap konflik keagenan. Model teori agensi merancang sebuah sistem
yang melibatkan kedua belah pihak, sehingga kontrak kerja yang diperlukan akan
terjadi antara pemilik dan manajemen. perbedaan kepentingan antara pemilik dan
manajemen terletak pada memaksimalkan manfaat (utility) pemilik dengan utility
constraint dan intensif yang akan diterima oleh manajemen. perbedaan
kepentingan akan menciptakan konflik kepentingan antara pemilik dan
manajemen. manajer perusahaan memiliki lebih banyak informasi internal dan
prospek perusahaan di masa depan dibandingkan dengan pemilik (Hartono dkk.,
2013).
Secara umum, teori ini mengasumsikan bahwa principal bersikap netral
terhadap resiko sementara agen bersikap menolak usaha dan resiko. Agen dan
principal diasumsikan termotivasi oleh kepentingannya sendiri, dan sering kali
kepentingan antara keduanya berbenturan. Menurut pandangan principal,
kompensasi yang diberikan kepada agen tersebut didasarkan pada hasil.
Sementara, menurut pandangan agen, dia lebih suka jika sistem kompensasi
tersebut tidak semata-mata melihat hasil tetapi juga tingkat usahanya (Lubis,
2014: 91).
3.2 Kinerja Keuangan Koperasi
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan
dimana pun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan
dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Salain itu tujuan pokok
penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan

sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan (Febryani dan
Zulfadin, 2003).
Wijayanti dan Mutmainah (2012) mengatakan bahwa kinerja perusahaan
merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu
dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan merupakan
hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empiric suatu perusahaan
dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk menilai kinerja perusahaan, maka
dilakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan
merupakan suatu proses atau sistem penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan
kerja suatu perusahaan berdasarkan standar tertentu. Penilaian kinerja perusahaan
bertujuan untuk mengetahui efektivitas operasional perusahaan. Tidak jauh beda
dengan koperasi yang merupakan sebuah organisasi. Pengukuran kinerja
keuangan koperasi menajdi sangat penting mengingat perlunya informasi
mengenai kemampuan kerja yang dicapai dalam satu periode tertentu.
Fahmi (2012) menyebutkan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis
yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
tugasnya dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik
dan benar (Izati dan Margaretha, 2014). Kinerja perusahaan merupakan suatu
gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alatalat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan
keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode
tertentu.
Helfert (1996: 67) menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil dari banyaknya
keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. oleh karena itu,
perlu dilakukan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan

tersebut. Analisis kinerja perusahaan didasarkan pada data keuangan yang


dipublikasikan pada laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan prinsip
akuntansi yang lazim (Kurniawati, 2009). Jadi, kinerja keuangan koperasi adalah
gambaran mengenai prestasi kerja koperasi atau kemampuan kerja koperasi atas
kegiatan operasional yang dilakukan. Oleh karena itu, untuk mengetahui prestasi
dalam hal kinerja keuangan yang dicapai koperasi perlu melakukan penilaian atau
analisis rasio dalam kurun waktu tertentu.
Analisis rasio merupakan salah satu alat ukur dalam menentukan dan
menemukan hubungan antara pos-pos yang satu dengan pos-pos yang lain yang
ada di dalam laporan keuangan sehingga dapat diketahui perubahan dari masingmasing pos tersebut. Analisis rasio keuangan digunakan untuk membandingkan
pos laporan keuangan dengan pos lainnya untuk menilai kinerja koperasi. Untuk
melihat kondisi kinerja perusahaan ada tiga rasio keuangan yang paling dominan
untuk dijadikan rujukan bagi investor atau pemangku kepentingan dalam
pengambilan keputusan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio
profitabilitas.
Menurut Munawir (2007: 31), likuiditas menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus dipenuhi,
atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat
ditagih. Perusahaan dikatakan likuid apabila memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan jika tidak mampu disebut inlikuid
(Natalia dkk., 2012). Fahmi (2012) menyatakan bahwa likuiditas merupakan
gambaran kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya secara lancar dan tepat waktu sehingga likuiditas sering disebut

dengan short term liquidity. Aset yang paling likuid adalah aset yang dapat dijual
dengan cepat tanpa harus kehingan nilai dalam jumlah yang signifikan (Izati dan
Margaretha, 2014).
Likuiditas menurut Riyanto (1995) adalah berhubungan dengan masalah
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang
segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki
oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari
perusahaan yang bersangkutan (Nugroho, 2011).
Djarwanto (2004: 162) mengemukakan bahwa rasio solvabilitas adalah
rasio yang menunjukkan kapasitas dan kemampaun perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Besarnya ukuran umum yang dipakai
adalah 200% atau 2:1 yang artinya dua kali dari total hutang perusahaan dikatakan
solvabel apabila rasionya kurang dari 200% (Natalia dkk., 2012). Sedangkan
Sutrisno (2009: 15) mengatakan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio-rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya apabila
perusahaan dilikuidasi (Natalia dkk., 2012).
Rasio profitabilitas merupakan aspek fundamental perusahaan, karena
selain memberikan daya tarik yang besar bagi investor yang akan menanamkan
modalnya pada perusahaan, profitabilitas juga digunakan sebagai tolak ukur
terhadap efektivitas dan efisiensi penggunaan semua sumber daya yang ada di
dalam proses operasional perusahaan (Fauzan dalam Fatimah, 2010).
Berdasarkan penjelasan rasio di atas, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan rasio profitabilitas dalam mengukur kinerja keuangan koperasi. Hal
tersebut dikarenakan rasio profitabilitas merupakan rasio yang sangat penting
dibandingkan dengan rasio-rasio yang lain, karena dengan mengunakan rasio ini

akan mencakup semua komponen ada di dalam laporan keuangan. Bidang usaha
koperasi profitabilitas merupakan salah satu faktor untuk dapat mengukur kinerja
finansial yang dapat menggambarkan tingkat klasifikasi bisnis koperasi. Semakin
tinggi tingkat profitabilitas maka akan semakin sehat klasifikasi bisnis koperasi.
Dengan kondisi tersebut maka akan mudah untuk dapat menarik anggota ataupun
investor yang baru.
3.2.1

Profitabilitas
Bagi perusahaan umumnya mempunyai tujuan paling utama adalah

mendapatkan

keuntungan

yang

optimal.

Meskipun

demikian

masalah

profitabilitas adalah lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar
saja belumlah menjadi tolak ukur bagi perusahaan bahwa perusahaan tersebut
telah bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan
laba

usaha

perusahaan

tersebut

dengan

kata

lain

adalah

menghitung

profitabilitasnya. Sama halnya dengan koperasi, meskipun SHU bukan tujuan


utama dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, namun SHU merupakan tolak
ukur bahwa koperasi tersebut telah baik dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
pada periode tertentu. Laba sering kali menjadi ukuran kinerja keuangan
perusahaan. Dimana ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti
kinerjanya baik dan sebaliknya. Yang dimaksud laba dalam koperasi adalah SHU
(sisa hasil usaha). SHU merupakan keuntungan yang didapatkan dari kegiatan
operasional koperasi. SHU koperasi selain sebagai indikator kinerja juga
merupakan indikator kemampuan koperasi memenuhi kewajiban bagi para

anggotanya dan merupakan elemen dalam penciptaan nilai koperasi yang


menunjukkan prospek koperasi di masa yang akan datang. Terdapat banyak rasio
yang termasuk dalam pengukuran dari rasio profitabilitas. Rasio-rasio tersebut
antara lain:
3.2.1.1 Return on Assets (ROA) atau Return on Investment (ROI)
Return on Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pada
portofolio asset perusahaan (Lee, 2012). Return on Asset (ROA) merupakan rasio
terpenting dalam rasio profitabilitas yang ada (Nugroho, 2011). Return on Asset
(ROA) merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang
akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan
untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak. Formula yang
digunakan untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
Return on Asset=
Total Aktiva
Analisa Return on Asset (ROA) dalam analisa keuangan mempunyai arti
yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat
menyeluruh (komprehensif). Analisa ROA ini merupakan teknik analisa yang
lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari
keseluruhan operasi perusahaan. Return on Asset (ROA) itu sendiri adalah salah
satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang digunakan untuk operasi
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Hal tersebut juga dapat diterapkan
dalam koperasi. Meskipun tujuan utama koperasi bukan untuk menghasilkan

laba/SHU, namun bagi pihak yang berkepetingan pengukuran terhdap rasio ini
sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan baik untuk menanamkan
modalnya atau untuk menyimpan uangnya di koperasi tersebut atau tidak.
3.2.1.2 Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak
dengan total ekuitas. Menurut Riyanto dalam Nugroho (2011), Return on Equity
(ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal
sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut
di pihak lain atau dengan kata lain rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan
suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk
menghasilkan keuntungan laba yang diperlukan untuk menghitung Return on
Equity (ROE) adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan
pajak perseroan.
Return on Equity (ROE) adalah rasio yang memperlihatkan sejauh
manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat
keuntungan dari investasi yang telah dilakukan oleh pemilik modal sendiri.
Formula yang digunakan untuk mneghitung ROE adalah sebagai berikut:
Laba Bersih setelah pajak
Return on Equity=
Total Ekuitas
Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi yang
telah disetorkan, dan seringkali digunakan untuk membandingkan dua atau lebih
perusahaan dalam sebuah industri yang sama. ROE yang tinggi sering kali
mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan
manajemen biaya yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan tersebut telah
memilih untuk meningkatkan tingkat utang yang tinggi berdasarkan standar
industri, ROE yang tinggi hanyalah hasil dari asumsi risiko keuangan yang

berlebihan (Nugroho, 2011). Penerapannya dalam koperasi bahwa pemilik modal


akan menggunakan rasio ini untuk mengetahui tingkat pengembalian atas uang
yang disetorkannya pada koperasi.
3.2.1.3 Net Profit Margin
Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
margin laba bersih setelah bunga dan pajak atas penjualan netto pada suatu
periode tertentu (Junita dan Khairani, 2009). Semakin tinggi net profit margin
maka semakin baik operasi perusahaan.
Laba Bersih setelah pajak
NPM=
Penjualan
Dalam penelitian ini peneliti mengukur tingkat profitabilitas koperasi yang
diproksikan dengan Return on Assets (ROA). Karena pengukuran kinerja
keuangan dengan menggunakan ROA akan menunjukkan kemampuan atas modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan
laba/SHU. Selain itu karena aktiva merupakan harta koperasi yang digunakan
dalam setiap kegiatan operasional sehari-hari.
3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Koperasi
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan koperasi.
Arisadi dkk. (2013) dalam penelitiannya pada 58 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI periode 2007-2011, dari lima variabel yang diteliti hanya terdapat
empat variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja
keuangan perusahaan manufaktur. Variabel tersebut antara lain ukuran
perusahaan, current ratio, debt to equity ratio (leverage), dan fixed asset to total
asset ratio. Ukuran perusahaan yang meningkat akan menaikan kinerja keuangan.
Artinya bahwa kenaikan ukuran perusahaan meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan. Peningkatan pada jumlah aset yang dimiliki perusahaan menunjukkan

semakin bertambah ukuran perusahaan tersebut, sehingga perusahaan dengan


ukuran yang besar dan go public mempunyai akses yang besar ke sumber-sumber
dana baik ke pasar modal maupun perbankan untuk membiayai investasinya
dalam rangka meningkatkan laba.
Current ratio perusahaan manufaktur menunjukkan hasil yang baik. Pada
perusahaan manufaktur perubahan nilai aktiva lancar terus meningkat dan juga
diiringi dengan kenaikan hutang lancar perusahaan sehingga current ratio
perusahaan semakin tinggi. Current ratio yang tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan semakin likuid, artinya perusahaan mampu menyelesaikan hutang
jangka pendek perusahaan sebelum jatuh tempo. Hal ini membuat kelangsungan
operasional perusahaan manufaktur tetap berjalan dengan baik bahkan perusahaan
dapat tetap mengembangkan jaringan dan kegiatan bisnis. Tingginya current ratio
perusahaan manufaktur pada penelitian Arisadi dkk. (2013) berpengaruh terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas.
DER berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI, hubungan yang terjadi adalah tidak searah/berkebalikan.
Hal ini berarti bahwa apabila DER mengalami kenaikan maka akan menurunkan
kinerja keuangan, sebaliknya apabila DER mengalami penurunan maka akan
meningkatkan kinerja keuangan. Pada saat DER rendah, hutang rendah maka
meningkatkan laba karena perusahaan tidak harus menanggung beban bunga dan
mengurangi risiko financial distress. Pada saat hutang tinggi maka akan
menurunkan laba, hal ini terjadi karena semakin tinggi hutang menunjukkan
semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar, dan sangat memungkinkan

menurunkan kinerja perusahaan, karena ketergantungan dengan pihak luar


semakin tinggi.
Fixed asset to total asset ratio yang meningkat akan menurunkan kinerja
keuangan. Hal ini terjadi karena aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai yang digunakan dalam operasi perusahaan
dengan maksud untuk tidak dijual sehingga dapat mengurangi laba perusahaan.
Dapat mengurangi laba karena adanya pembebanan biaya penyusutan ke dalam
perhitungan laba rugi. Selain itu aktiva tetap juga merupakan penunjang
kelangsungan operasional perusahaan. Aktiva tetap sangat mempengaruhi
profitabilitas perusahaan apabila tidak dapat bekerja dan dimanfaatkan secara
optimal. Tidak optimalnya penggunaan aktiva tetap akan berpengaruh besar pada
tingkat keuntungan yang dihasilkan. Aset yang menganggur juga akan
menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan karena akan menimbulkan beban
bagi perusahaan.
Azhar dkk. (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Analisis Karakteristik
Perusahaan yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan mendapatkan
hasil bahwa jumlah dewan komisaris dan umur perusahaan dapat mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang listing di BEI selama periode
2008-2010. Variabel jumlah dewan komisaris secara parsial berpengaruh
signifikan dan memiliki hubungan ke arah positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan yang diproksikan dengan ROA. Dewan komisaris bertanggung jawab
dan berwenang mengawasi tindakan manajemen dan memberikan nasihat kepada
manajemen jika dipandang perlu. Dewan komisaris bertindak sebagai pengawas
bagi dewan direksi pada suatu perusahaan.

Umur perusahaan memiliki pengaruh terhadap peningkatan profitabilitas


perusahaan. Dengan sumber permodalan yang lebih stabil, perusahaan yang telah
lama berdiri akan mudah menguasai pasar karena telah dikenal dan produknya
dipercayai oleh cutomer/pelanggan dan akhirnya akan memperoleh keuntungan
yang besar pula. Selain tu perusahaan yang telah lama berdiri profitabilitasnya
akan lebih stabil karena adanya pengalaman dari manajemen sebelumnya dalam
mengelola bisnis perusahaan sehingga mereka lebih siap menghadapi berbagai
risiko di masa yang akan datang.
Penelitian yang dilakukan oleh Izati dan Margaretha (2014) pada
perusahaan Basic Industry dan Chemicals di Indonesia menemukan hasil bahwa
terdapat lima faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Faktor
tersebut adalah leverage, pertumbuhan, ukuran perusahaan, likuiditas. Non-debt
tax shield.
Pengujian terhadap variabel pertumbuhan berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja keuangan. Tanda positif pada koefisien regresi pertumbuhan
terhadap kinerja keuangan menunjukkan bahwa setiap pertumbuhan dari total aset
yang dimiliki perusahaan cenderung akan meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan. Kuat lemahnya nilai pertumbuhan dapat mempengarui besarnya aset
perusahaan dan pada akhirnya perusahaan dapat mengalokasikannya pada aset
yang dimiliki akan semakin banyak. Jadi, bisa dilihat perusahaan yang memiliki
tingkat pertumbuhan yang tinggi setiap tahunnya akan mengindikasikan kinerja
keuangan perusahaan yang baik. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil
operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan.
Variabel likuiditas menunjukkan ada pengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan yang diukur dengan ROA. Kemampuan relatif perusahaan untuk

mengkorvesi aset menjadi uang tunai yang juga dapat berdampak pada kinerja
sebagai sumber daya yang cepat dapat digunakan untuk merespon peluang
keuntungan. Semakin tinggi current ratio suatu perusahaan berarti semakin kecil
risiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Akibatnya risiko yang akan ditanggung pemilik juga semakin kecil, nilai current
ratio yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi
investor. Semakin tinggi current ratio maka semakin baik posisi para kreditur,
karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan akan
dapat dibayar pada waktunya. Sehingga dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat
likuiditas semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan.
Non debt tax shields yang tinggi akan menurunkan tingkat utang
perusahaan jika keuntungan perusahaan meningkat. Hal ini karena sebagian
keuntungan merupakan sumber dana internal. Non debt tax shields berfungsi
sebagai pengganti beban bunga yang merupakan pengurangan dalam perhitungan
pajak penghasilan dari perusahaan, melainkan dari depresiasi. Perhitungan
depresiasi sangat penting bagi perusahaan karena pengakuan depresiasi setiap
tahun dapat digunakan sebagai alokasi perusahaan untuk membeli aktiva baru jika
masa manfaat aktiva lama telah habis.
Bulandari dan Damayanthi (2014) dalam penelitiannya terkait pengaruh
prinsip-prinsip GCG terhadap kinerja keuangan LPD memperoleh hasil bahwa
prinsip GCG yang terdiri dari keterbukaan, akuntabilitas, pertanggung jawaban,
independensi, dan kewajaran berpengaruh terhadap kinerja keuangan Lembaga
Perkreditan Desa Kabupaten Badung. Hal tersebut terjadi karena GCG membantu
pengelola LPD untuk mengatur agar organisasi dijalankan dan dioperasikan

dengan baik sehingga GCG sebagai sebuah sarana interaksi yang mengatur antar
mekanisme dan struktur yang menjamin adanya kontrol, namun tetap memajukan
kinerja serta efisiensi LPD.
Berdasarkan hasil
mempengaruhi

kinerja

penelitian

keuangan,

terkait

dalam

dengan

penelitian

faktor-faktor
ini

peneliti

yang
hanya

menggunakan beberapa variabel tersebut di atas. Variabel yang digunakan antara


lain ukuran perusahaan, umur perusahaan, leverage, dan akuntabilitas perusahaan.
Pemilihan variabel tersebut karena dapat diterapkan dalam koperasi, mengingat
koperasi merupakan salah satu badan usaha yang banyak dijumpai di kalangan
masyarakat dan penilaian terhadap kinerja keuangan koperasi tidak serumit dan
seluas seperti pada perusahaan-perusahaan besar yang terdaftar di BEI.
3.4 Good Corporate Governance
3.4.1 Konsep dan Pengertian Corporate Governance
Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. KEP-117/MMBU/2002, corporate governance adalah suatu proses dari struktur yang
digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan
peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.
Sedangkan OECD, mendefinisikan bahwa corporate governance sebagai
sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang
saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.
Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk
mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate governance yang baik
dapat memberikan rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan

yang

merupakan

kepentingan

perusahaan

dan pemegang

saham harus

memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan


menggunakan sumber daya dengan lebih efisien (Surya dan Yustiavandana, 2006:
25).
3.4.2

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance


Ada beberapa prinsip-prinsip utama dari GCG yang menjadi indikator,

sebagaimana yang ditawarkan oleh Organization for Economic Cooperation and


Development (OECD), antara lain:
1. Fairness (kewajaran)
Prinsip fairness menyatakan keharusan bagi sebuah perusahaan
untuk memberikan kedudukan yang sama terhadap para pemegang saham,
sehingga kerugian akibat perlakuan diskriminatif dapat dicegah sedini
mungkin.
2. Disclosure/Transparancy (Keterbukaan/Transparansi)
Penerapan prinsip transparansi bertujuan untuk memudahkan
pengawasan bagi tindakan-tindakan yang diambil oleh manajemen. dengan
demikian, koperasi terikat kewajiban untuk memberikan data dan informasi
yang berkaitan dengan kinerjanya selama periode berjalan. Transparansi ini
tidak hanya mengenai laporan keuangan, melainkan juga informasi
mengenai manajemen koperasi dan berbagai transaksi bisnis yang telah
dilakukan oleh koperasi.
3. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas dapat dicapai melalui pengawasan efektif yang
didasarkan pada keseimbangan kewenangan antara principal dan agen.
Praktik audit yang sehat dan independen akan sangat diperlukan untuk
menunjang akuntabilitas koperasi, karena prinsip akuntabilitas didasarkan
pada sistem internal checks and balances.

4. Responsibility (Responsibilitas)
Prinsip responbilitas merupakan perwujudan dari tanggung jawab
suatu perusahaan untuk mematuhi dan menjalankan setiap aturan yang telah
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku secara
konsekuen. Termasuk peraturan di bidang lingkungan hidup, persaingan
usaha, ketenagakerjaan, perpajakan, perlindungan konsumen.
3.4.3 Penerapan Akuntabilitas Koperasi
3.4.3.1 Pengertian Koperasi
Ditinjau dari pengertian bahasa, Koperasi berasal dari perkataan Cooperation (co = bersama, operation = usaha) artinya usaha bersamaatau bekerja
sama. Dalam hal ini, kerja sama tersebut dilakukan oleh orang-orang yang
mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama (Soedjono, 1981: 13). Berdasarkan
UU No. 25 Tahun 1992 (Perkoperasian Indonesia) koperasi adalah badan usaha
yang beranggotakan orang-seorang atau badan usaha yang melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
The International Labour Organization (ILO) mendefinisikan koperasi
sebagai suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi
terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara
demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal
yang diperlukan dan bersedia menanggung risiko serta menerima imbalan yang
sesuai dengan usaha yang mereka lakukan. Menurut Moh. Hatta koperasi adalah
usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan
tolong menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan

memberi jasa kepada kawan berdasarkan seorang buat semua dan semua buat
seorang (Sitio dan Tamba, 2001: 16-17).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Koperasi
Pegawai Republik Indonesi (KPRI) merupakan salah satu badan koperasi yang
beranggotakan

pegawai

negeri

dimana

dalam menjalankan

kegiatannya

didasarkan pada asas gotong royong dan sukarela dari para anggotanya guna
mencapai tujuan bersama yaitu mensejahterakan ekonomi para anggota.
3.4.3.2 Tujuan Koperasi
Tujuan koperasi sebagaimana tertuang dalam pasal 3 UU No. 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian Indonesia, yaitu memajukan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa koperasi tidak terfokus pada
pencarian laba/SHU semata karena yang menjadi tolak ukur utama adalah
kesejahteraan para anggotanya.
3.4.3.3 Akuntabilitas Koperasi
Akuntabilitas adalah suatu
mempertanggung jawabkan

perwujudan

kewajiban

entitas

untuk

keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi

organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah


ditetapkan melalui suatu media pertanggung jawaban yang dilaksanakan secara
periodik (Permen KUKM No. 20 Tahun 2015). Akuntabilitas koperasi adalah
kewajiban pengurus atau pengelola koperasi untuk mempertanggung jawabkan
hasil kerja yang dicapainya.
Laporan keuangan merupakan bagian laporan pertanggung jawaban
pengurus selama satu periode akuntansi, sehingga dapat dipakai sebagai bahan

untuk menilai hasil kerja dan prestasi koperasi. Oleh karena itu, laporan keuangan
koperasi harus dapat mencerminkan tujuan koperasi (Sitio dan Tamba, 2001: 107).
Tidak hanya akuntabilitas dalam laporan keuangan atau mananjemen keuangan
saja namun juga pada aspek akuntabilitas organisasi dan manajemen dan
akuntabilitas usaha dan pelayanan kepada anggota.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kopersi dan Usaha Kecil Menengah
Nomor 20 Tahun 2015 Pasal 6, akuntabilitas koperasi dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip koperasi dan tata kelola manajemen yang baik. Pelaksanaan
penerapan akuntabilitas oleh koperasi dilakukan dengan cara:
a. Menyusun dan menerapkan visi, misi, tujuan, dan sasaran secara
tertulis.
b. Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi
(RAPBK) dengan melibatkan anggota.
c. Menyelenggarakan pencatatan dalam buku administrasi organisasi
anggota koperasi.
d. Menyelenggarakan sistem akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan dengan menerapkan standar akuntansi keuangan entitas
tanpa akuntabilitas public (SAK-ETAP).
e. Melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif sesuai dengan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi.
3.5 Ukuran Koperasi
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana diklasifikasikannya
perusahaan menurut besar kecilnya. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat dilihat
dari jumlah pendapatan, total aset, jumlah karyawan, dan total modal yang akan
mencerminkan keadaan perusahaan yang semakin kuat (Basyaib, 2007 dalam
Kasih, 2014). Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia, ukuran perusahaan terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar,

perusahaan menengah, dan perusahaan kecil. Suatu perusahaan yang sudah mapan
akan memiliki aktivitas yang lebih besar dan memiliki risiko atau tanggung jawab
yang besar pula sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Semakin besar suatu
perusahaan maka akan semakin dikenal masyarakat, yang berarti akan semakin
mudah untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan (Jogianto, 2003: 282
dalam Kasih, 2014).
Kusuma, menyatakan ada tiga teori yang secara implisit menjelaskan
hubungan antara ukuran perusahaan dengan tingkat keuntungan/profitabilitas
(Nugroho, 2011), antara lain:
a. Teori teknologi, yang menekankan pada modal fisik, economic of
scale, dan lingkup sebagai faktor-faktor yang menentukan besarnya
ukuran perusahaan yang optimal serta pengaruhnya terhadap
profitabilitas.
b. Teori organisasi, menjelaskan hubungan profitabilitas dengan ukuran
perusahaan yang dikaitkan dengan biaya transaksi organisasi, di
dalamnya terdapat teori critical resources.
c. Teori institusional, mengaitkan ukuran perusahaan dengan faktor-faktor
seperti sistem perundang-undangan, peraturan anti-trust, perlindungan
patent, ukuran pasar, dan perkembangan pasar keuangan.
Dalam penelitian ini ukuran koperasi diukur dengan menggunakan total
aset yang dimiliki. Semakin banyak total aset yang dimiliki koperasi, akan
mencerminkan bahwa koperasi tersebut adalah koperasi yang besar. Ukuran
koperasi yang besar, biasanya mereka mempunyai kekuatan tersendiri dalam
menghadapi masalah bisnis dan kemampuan koperasi dalam menghasilkan SHU
tinggi karena didukung oleh aset yang besar. Koperasi yang besar lebih
diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam

melakukan pelaporan keuangannya, sehingga berdampak koperasi tersebut akan


melaporkan kondisinya lebih akurat.
Variabel ukuran koperasi diukur dengan logaritma natural (Ln) dari total
aset. Hal ini dikarenakan besarnya total aset masing-masing koperasi berbeda
bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga dapat menyebabkan nilai yang
ekstrim. Untuk menghindari adanya data yang tidak normal tersebut maka data
total aset perlu di Ln-kan.

3.6 Umur Koperasi


Umur koperasi adalah lamanya sebuah koperasi berdiri, berkembang, dan
bertahan. Umur koperasi dihitung sejak koperasi tersebut berdiri berdasarkan akta
pendirian sampai dengan penelitian dilakukan. Umur koperasi menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan dalam kualitas eksistensinya dan kemampuan
koperasi untuk bersaing dan mampu untuk bertahan dalam persaingan. Arisadi
dkk. (2013) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih lama berdiri akan lebih
berpengalaman dan biasanya memiliki kinerja yang sangat baik, memiliki reputasi
yang bagus, sehingga memungkinkan untuk memiliki margin keuntungan yang
tinggi saat menjual barangnya.
Menurut Hazrita (2009) menyatakan secara teoritis perusahaan yang
ukurannya lebih besar dan telah lama berdiri akan dipercaya oleh investor dari
pada perusahaan kecil. Dapat disimpulkan bahwa koperasi yang telah lama berdiri
profitabilitasnya akan lebih stabil karena adanya pengalaman dari manajemen
sebelumnya dalam mengelola bisnis koperasi sehingga mereka lebih siap dalam
menghadapi berbagai risiko di masa yang akan datang.
3.7 Leverage

Konsep operating dan financial leverage bermanfaat untuk analisis,


perencanaan, dan pengendalian keuangan. Dalam manajemen keuangan, leverage
adalah penggunaan aktiva dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya
tetap (beban tetap) berarti sumber dana yang berasal dari pinjaman karena
memiliki bunga sebagai beban tetap dengan maksud agar meningkatkan
keuntungan yang potensial para principal (Sjahrial, 2007: 147). Penelitian yang
dilakukan oleh Weill (2003) mengungkapkan bahwa leverage merupakan proporsi
yang menggambarkan besarnya utang pemerintah dari pihak eksternal
dibandingkan dengan modal sendiri. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sumber
utama pendanaan entitas berasal dari pihak eksternal.
Muslich (2003: 49) mengatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk
menjelaskan penggunaan utang untuk membiayai sebagian daripada aktiva
perusahaan. Pembiayaan dengan utang memiliki pengaruh bagi perusahaan karena
utang memiliki beban yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan dalam membayar
bunga atas utangnya, dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang berakhir
dengan kebangkrutan perusahaan. Tetapi penggunaan utang juga memberikan
subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan principal. Karenanya
penggunaan utang harus diseimbangkan antara keuntungan dan kerugian.
Sarbini (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa leverage adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur besar kecilnya penggunaan jumlah hutang
jangka panjang dibandingkan dengan modal sendiri atau total aktiva. Dengan
tingginya jumlah hutang akan mengakibatkan tinggi pula risiko keuangan
perusahaan, dan hal ini akan menurunkan prosentasi profitabilitas (ROA).
Sebaliknya jika jumlah hutang rendah maka, risiko keuangan perusahaan juga

rendah, sehingga prosentasi profitabilitas (ROA) akan mengalami peningkatan.


Untuk mengukur seberapa besar perbandingan total utang dengan total aset
digunakan rumus:
Rasio Leverage=

Total Utang
Total Aset

Rasio leverage menunjukan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan


dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage artinya
perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa
menggunakan hutang. Semakin rendah leverage factor, maka semakin mempunyai
risiko yang kecil. Sebaliknya, semakin besar tingkat leverage, maka akan semakin
besar jumlah hutang yang digunakan, semakin besar risiko yang dihadapi.
3.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah kumpulan hasil penelitian-penelitian yang
dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu yang mana memiliki kaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Penelitian terdahulu merupakan dasar dalam
penyusunan penelitian ini, yang berguna sebagai pembanding dan penguat yang
dapat mendukung penelitian berikutnya.
Berikut ini disajikan tabel yang memperlihatkan beberapa penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh ukuran koperasi, umur koperasi,
akuntabilitas koperasi terhadap kinerja keuangan.
Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu
No
.
1.

Peneliti &
Tahun
Chaerunisa Izati
dan
Farah
Margaretha.
(2014)

Judul

Hasil

Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kinerja
keuangan pada perusahaan
Basic
Industri
and
Chemicals di Indonesia

Leverage,
pertumbuhan,
ukuran, likuiditas, dan non
debt tax shield berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
Variabel resiko, pajak, dan
aset
berwujud
tidak

No
.

Peneliti &
Tahun

Judul

2.

Claudio
Firm age and performance
Loderer
and
Urs Waelchli.
(2010)

3.

Diah
Ayu Pengaruh
karakteristik
Setyani (2012)
perusahaan terhadap kualitas
good corporate governance
perusahaan (studi empiris
pada perusahaan Go Publik
yang terdaftar di BEI).

4.

Diah
Sriwidanty
(2012)

5.

6.

Pengaruh good corporate


governance,
ukuran
perusahaan,
kesempatan
tumbuh, dan komposisi
aktiva terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
I G.A. Wita Pengaruh
prinsip-prinsip
Bulandari dan I Good
Corporate
G.A.
Eka Governance pada kinerja
Damayanthi
keuangan
Lembaga
(2014)
Perkreditan
Desa
di
Kabupaten Badung.
Megagita Leyla Pengaruh
implementasi
Ramadhan.
corporate governance dan
(2014)
struktur modal terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan (studi pada
perusahaan yang terdaftar di

Hasil
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Perusahaan akan menjadi
tidak efisien seiring dengan
berjalannya waktu. Sehingga
umur
perusahaan
tidak
mempengaruhi kinerja dari
perusahaan.
variabel ukuran perusahaan
dan kesempatan investasi
berpengaruh
signifikan
terhadap
kualitas
good
corporate
governance.
variabel
konsentrasi
kepemilikan,
leverage,
auditor
eksternal,
dan
komposisi
aktiva
tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap
kualitas
good
corporate governance.
Ukuran
perusahaan,
kesempatan tumbuh, dan
komposisi
aktiva
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
Secara positif keterbukaan,
akuntabilitas,
pertanggung
jawaban, independensi, dan
kewajaran
berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
Lembaga Perkreditan Desa di
Kabupaten Badung.
Corporate governance yang
baik
berpengaruh
meningkatkan
kinerja
keuangan perusahaan.

No
.

7.

Peneliti &
Tahun

Judul

BEI dan termasuk dalam


riset dan pemeringkatan
CGPI tahun 2009-2011)
Ni
Made Pengaruh debt to equity
Veronika Sari ratio, firm size, inventory
dan I G.A.N. turnover
dan
assets
Budiasih.
turnover pada profitabilitas
(2014)

Hasil

Debt equity ratio berpengaruh


terhadap profitabilitas. Firm
size, inventory turnover, dan
asset
turnover
tidak
berpengaruh
terhadap
profitabilitas.
8.
Panagiotis
Faktors Affecting Firms Leverage, aktivitas ekspor,
Liargovas.
Financial Performance: The lokasi,
ukuran,
dan
(2010)
Case Greece
manajemen yang efektif
secara
signifikan
mempengaruhi
kinerja
perusahaan di Yunani.
9.
Pedro Martinez Effects of working capital Size berpengaruh signifikan
Solano
and management
on
SME positif
terhadap
ROA.
Pedro
Juan profitability
Inventory
berpengaruh
Garcia Teruel.
negative terhadap ROA.
(2007)
10. Tumpal Manik Analisis
pengaruh Kepemilikan
manajemen,
(2011)
kepemilikan
manajemen, komisaris independen, komite
komisaris
independen, audit, dan umur perusahaan
komite
audit,
umur berpengaruh
signifikan
perusahaan terhadap kinerja terhadap kinerja keuangan
keuangan (studi empiris perusahaan.
Variabel
perusahaan Property & Real kepemilikan instansi tidak
Estate di BEI)
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
11. Yunita Castelia Pengaruh
ukuran Umur
perusahaan
tidak
Arisadi,
perusahaan,
umur berpengaruh terhadap kinerja
Djumahir dan perusahaan, current ratio, keuangan perusahaan. Ukuran
Atim
Djazuli debt t equity ratio, dan fixed perusahaan, current ratio,
(2013)
asset ratio terhadap kinerja debt to equity ratio, fixed to
keuangan pada perusahaan total
asset
berpengaruh
manufaktur di Bursa Efek terhadap kinerja keuangan
Indonesia.
perusahaan.
Sumber : Penelitian-penelitian terdahulu

3.9 Kerangka PemikiranTeoritis dan Pengembangan Hipotesis


3.9.1 Pengaruh ukuran koperasi terhadap kinerja keuangan
Ukuran koperasi diukur dengan total aset yang dimiliki oleh suatu
koperasi. Koperasi yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga
mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya.
Menurut Astuti dan Zuhrotun dalam Hesti (2013), perusahaan dengan total aset
yang besar mencerminkan kemapanan perusahaan. Perusahaan yang sudah mapan
biasanya kondisi keuangannya juga sudah stabil. Hal tersebut dapat diterapkan
pada semua badan usaha termasuk koperasi, koperasi yang besar akan
mendapatkan kepercayaan yang lebih tinggi dari masyarakat, dengan tingginya
kepercayaan tersebut koperasi dituntut untuk meningkatkan kinerja keuangannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Izati dan Margaretha (2014) memperoleh
hasil bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja keuangan. Tanda koefisien regresi ukuran perusahaan terhadap kinerja
keuangan menunjukkan bahwa setiap ukuran dari total penjualan perusahaan
cenderung meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Kemampuan perusahaan
besar dapat memiliki efek positif pada kinerja perusahaan, karena perusahaanperusahaan besar dapat memanfaatkan ukuran perusahaan tersebut untuk
mendapatkan kesepakatan yang lebih baik di bidang keuangan.
Organisasi besar sering mendapatkan akses ke sumber daya keuangan yang
lebih murah. Perusahaan besar memiliki fleksibilitas lebih besar untuk
memperoleh dana yang sangat diperlukan untuk melaksanakan kesempatan
investasi

yang

menguntungkan.

Dengan

demikian,

kesempatan

untuk

meningkatkan profitabilitas pada perusahaan besar lebih tinggi dibandingkan


dengan perusahaan kecil.

Hesti (2013) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa ukuran


perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Perusahaan besar
dengan akses pasar yang lebih baik mempunyai aktivitas operasional yang lebih
luas sehingga mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan lebih
besar yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga antara ukuran
perusahaan dengan kinerja keuangan memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil
penelitian tersebut dapat diterapkan juga dalam unit usaha koperasi. Bahwa
ukuran koperasi yang besar akan mempunyai aktivitas operasional yang lebih luas
sehingga mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan SHU lebih besar.
Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, pada penelitian yang
dilakukan oleh Azhar dkk. (2013) mendapatkan hasil bahwa variabel ukuran
perusahaan yang diukur dengan total aset tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA).
Dalam mengelola suatu perusahaan agar berhasil tidak hanya mengandalkan total
aset yang dimiliki untuk mengelola kegiatan operasionalnya, tetapi harus juga
memiliki sumber daya manusia yang memiliki skill atau kemampuan yang
memadai dan kompeten dalam pengelolaan perusahaan tersebut.
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Azhar dkk. (2013), Karina
dan Khafid (2015) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa ukuran
perusahaan yang diproksikan dengan total asset terbukti memiliki pengaruh positif
tidak signifikan terhadap profitabilitas. Total asset yang besar bukan merupakan
jaminan perusahaan memiliki kinerja yang baik. Jika total asset yang besar
tersebut tidak dimanfaatkan dengan maksimal oleh perusahaan, sehingga tidak
dapat menghasilkan laba yang optimal.

Pengelolaan koperasi sama dengan bisnis/perusahaan pada umumnya tidak


lepas dari pemikiran di atas. Koperasi dengan ukuran perusahaan yang besar atau
dengan total aset yang tinggi mempunyai alternatif untuk mengembangkan usaha
lebih luas, menciptakan diversifikasi usaha, menangkap peluang lebih cepat
dibanding dengan koperasi yang memiliki total aset yang lebih rendah. Dari
beberapa penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini ingin
menguji kembali pengaruh antara ukuran koperasi dengan kinerja keuangan
koperasi dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:
H1
: Terdapat pengaruh antara ukuran koperasi terhadap kinerja
keuangan koperasi
3.9.2

Pengaruh umur koperasi terhadap kinerja keuangan


Umur koperasi merupakan jumlah tahun berdirinya sebuah koperasi

hingga saat penelitian dilakukan. Koperasi yang lebih lama berdiri akan lebih
berpengalaman dan biasanya memiliki kinerja yang sangat baik, memiliki reputasi
yang bagus, sehingga memungkinkan untuk memiliki tingkat SHU yang tinggi
ketika melakukan kegiatan operasionalnya. Umur koperasi menunjukkan
kemampuan dalam kualitas eksistensinya dan kemampuan koperasi untuk
bersaing dan mampu untuk bertahan dalam persaingan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hazrita (2009) menyatakan secara teoritis
perusahaan yang ukurannya lebih besar dan telah lama berdiri akan dipercaya oleh
penanam modal daripada perusahaan kecil. Disimpulkan bahwa koperasi yang
telah lama berdiri profitabilitasnya akan lebih stabil karena adanya pengalaman
dari manajemen sebelumnya dalam mengelola koperasi sehingga mereka lebih
siap menghadapi berbagai risiko di masa yang akan datang.

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan umur perusahaan antara lain


dilakukan oleh Azhar dkk. (2013) dan Manik (2011) yang menyatakan umur
perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan sumber
pemodalan yang lebih stabil, perusahaan yang telah lama berdiri akan mudah
menguasai pasar karena telah dikenal dan produknya dipercayai oleh pelanggan
dan akhirnya akan memperoleh keuntungan yang besar pula.
Terdapat hasil yang tidak konsisten dari penelitian di atas yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Arisadi dkk. (2013). Hasil penelitianya menunjukan hasil
bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
yang diproksikan dengan Return on Asset ROA). Hasil tersebut membuktikan
bahwa umur perusahaan manufaktur tidak mempengaruhi laba yang dihasilkan
oleh perusahaan. Walaupun umur perusahaan menunjukkan pengalaman yang
dimiliki perusahaan, semakin lama perusahaan berdiri, perusahaan manufaktur
tidak lagi condong pada investasi yang penuh risiko, tetapi cenderung
mempertahankan apa yang sudah ada.
Sejalan dengan penelitian Arisadi dkk. (2013), penelitian yang dilakukan
oleh Ardiana dan Sari (2011) menemukan hasil bahwa variabel bebas umur
koperasi berpengaruh negatif terhadap rentabilitas ekonomi di Koperasi Simpan
Pinjam dan Koperasi Kredit di Kecamatan Buleleng. Hal ini berarti semakin lama
koperasi beroperasi maka rentabilitas ekonomi tersebut semakin kecil atau
menurun. Pengaruh tersebut bertentangan dengan teori, dalam teori menyatakan
bahwa semakin lama koperasi beroperasi maka kemampuannya untuk
menghasilkan laba/SHU semakin besar karena koperasi telah memiliki lebih
banyak pengalaman.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali


pengaruh antara umur koperasi dengan kinerja keuangan koperasi dengan
hipotesis sebagai berikut:
H2
: Terdapat pengaruh antara umur koperasi terhadap kinerja
keuangan koperasi
3.9.3

Pengaruh leverage terhadap kinerja keuangan


Leverage adalah perbandingan antara hutang dengan modal. Sarbini

(2015) dalam penelitiannya menunjukan bahwa leverage tidak berpengaruh


signifikan terhadap profitabilitas perusahaan yang diproksikan dengan ROA.
Dengan demikian leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur besar
kecilnya penggunaan jumlah hutang jangka panjang dibandingkan dengan modal
sendiri atau total aktiva. Dengan tingginya jumlah hutang akan mengakibatkan
tinggi pula risiko keuangan perusahaan, dan hal ini akan menurunkan prosentasi
profitabilitas (ROA). Sebaliknya jika jumlah hutang rendah maka, risiko
keuangan perusahaan juga rendah, sehingga prosentasi profitabilitas (ROA) akan
mengalami peningkatan.
Beberapa penelitian tentang leverage telah dilakukan oleh Izati dan
Margaretha (2014) dan Liargovas (2010). Penelitian yang dilakukan oleh Weill
(2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara leverage dan pengukuran
kinerja suatu entitas. Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2010) mengenai
leverage juga menunjukkan hal yang serupa dengan penelitian Weill (2003), yaitu
leverage berpengaruh terhadap kinerja keuangan daerah.
Penelitian mengenai leverage yang dilakukan oleh Wahyuningtyas (2014)
mendapatkan hasil bahwa leverage berpengaruh siginifikan terhadap kinerja
keuangan. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa semakin meningkatnya rasio

leverage suatu perusahaan mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja


keuangan pada perusahaan pertambangan yang ada di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian Purwanti (2010) mendapatkan hasil, bahwa rasio leverage tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan ROA. Hal tersebut
berarti bahwa jika koperasi menggunakan hutangnya terlalu tinggi, maka akan
mengurangi keuntungan atau dengan kata lain semakin tinggi hutang maka
semakin kecil keuntungan yang diperoleh koperasi. Apabila hutang yang
digunakan semakin tinggi maka koperasi akan membayar bunga yang tinggi
sehingga keuntungan menurun, kondisi ini juga dikarenakan koperasi dalam
menyalurkan kredit/pinjaman kurang agresif, menyebabkan pendapatan berkurang
sedangkan disisi hutang harus membayar beban bunga.
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2010), penelitian
terkait leverage yang dilakukan oleh Ardiana dan Sari (2011). Dalam
penelitiannya mendapatkan hasil bahwa variabel bebas debt to total assets
berpengaruh negatif terhadap rentabilitas ekonomi di Koperasi Simpan Pinjam
dan Koperasi Kredit di Kecamatan Buleleng. Dari tujuh koperasi yang menjadi
sampel dalam penelitian tersebut selama periode 2005 sampai dengan 2009,
terlihat bahwa peningkatan tabungan sukarela lebih besar daripada peningkatan
pinjaman yang dilakukan oleh koperasi sehingga debt to total assets-nya
meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali
besarnya pengaruh leverage terhadap kinerja keuangan yang dilihat dari
profitabilitas dengan hipotesa sebagai berikut:
H3
: Terdapat pengaruh antara leverage terhadap kinerja
keuangan koperasi

3.9.4

Pengaruh

ukuran

koperasi

pada

kinerja

keuangan

melalui

akuntabilitas koperasi
Penelitian yang dilakukan oleh Setyani (2012) menemukan hasil bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas good corporate
governance perusahaan go public di BEI. Semakin besar ukuran perusahaan akan
semakin bagus kualitas good corporate governance. Semakin besar perusahaan
akan semakin dipercaya oleh investor jika perusahaan menerapkan good
corporate governance. Selain itu perusahaan yang besar akan semakin rumit
sistem dan permasalahan yang dihadapi, sehingga salah satu cara yang efektif
untuk mengatasi permasalahan dengan jalan menerapkan good corporate
governance.
Sejalan dengan penelitian di atas, hasil penelitian Darmawati (2006)
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap
kualitas corporate governance. Perusahaan besar cenderung akan menarik
perhatian dan sorotan dari pihak luar, sehingga akan mendorong perusahaan
tersebut untuk menerapkan struktur corporate governance yang lebih baik. Meitha
dan Tuzahro (2009) menemukan hasil yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Darmawati (2006) bahwa ada pengaruh yang signifikan ukuran
perusahaan

terhadap

kualitas

corporate

governance.

Hal

tersebut

mengindikasikan bahwa perusahaan berukuran besar lebih memungkinkan


memiliki masalah keagenan yang lebih banyak, sehingga membutuhkan
mekanisme pengelolaan yang lebih ketat. Sedangkan untuk perusahaan kecil,
mungkin lebih memiliki kesempatan tumbuh yang lebih baik, sehingga akan
membutuhkan dana eksternal yang lebih besar. Besarnya kebutuhan akan dana

eksternal akan meningkatkan kebutuhan akan mekanisme corporate governance


yang baik.
Beberapa penelitian telah menemukan adanya hubungan antara penerapan
prinsip-prinsip good corporate governance dan kinerja keuangan perusahaan.
Bulandari dan Damayanthi (2014) menemukan hasil bahwa prinsip-prinsip good
corporate governance yang terdiri dari keterbukaan, akuntabilitas, pertanggung
jawaban, independensi, dan kewajaran berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Lembaga Perkreditan Desa.
Senada dengan penelitian di atas, penelitian Lestari (2014) pada BUMN di
Bandung mendapatkan hasil bahwa penerapan prinsip-prinsip good corporate
governance berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dapat lebih optimal
apabila didukung oleh adanya pemahaman prinsip-prinsip good corporate
governance.
Koperasi yang besar, tuntutan informasi yang dibutuhkan oleh
stakeholders akan semakin tinggi maka akuntabilitasnya juga harus lebih tinggi.
Koperasi dengan akuntabilitas yang bagus, informasi semua disajikan dengan
lengkap menyebabkan para pengambil keputusan, para pemangku kepentingan
memperoleh informasi yang cukup dan kepercayaan menjadi meningkat sehingga
penyetor dana mantap, anggota koperasi mantap, kreditur mantap kopersai kokoh
dan bisa meningkatkan kinerja keuangan koperasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, rumusan hipotesanya adalah sebagai
berikut:
H4

: Terdapat pengaruh ukuran kopersai pada kinerja keuangan

melalui akuntabilitas koperasi.

3.9.5

Pengaruh

umur

koperasi

pada

kinerja

keuangan

melalui

akuntabilitas koperasi
Umur koperasi merupakan salah satu karakteristik koperasi yang
menunjukkan waktu lama berdirinya sebuah koperasi. Koperasi yang berdiri sejak
lama dianggap mampu mengelola perusahaan secara baik karena sistem
manajemen yang telah tercipta baik sebagai hasil dari pengalaman dan
pembelajaran yang cukup matang. Selain itu, umur koperasi yang lama/matang
akan menimbulkan kepercayaan bagi publik karena koperasi memiliki
kemampuan untuk bertahan di tengah perkembangan zaman sehingga para calon
anggota atau pemangku kepentingan tertarik untuk menanamkan modalnya,
menabungkan uangnya pada koperasi. Semakin tinggi tingkat kepercayaan dan
ketertarikan para calon anggota menuntut koperasi untuk selalu menerapkan
prinsip-prinsip GCG. Hal ini didukung oleh Pamungkas (2013) dalam
penelitiannya menemukan hasil bahwa umur perusahaan berpengaruh positif
signifikan terhadap good corporate governance rating. Dengan penerapan prinsip
tersebut maka akan berakibat pada peningkatan kinerja keuangan koperasi.
Nasieku et al. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Corporate
Governance and Firms Earnings Quality menemukan hasil bahwa praktik tata
kelola perusahaan membantu mengurangi konflik kepentingan antara pemilik
bisnis dan manajemen, yang mana hal tersebut merupakan fokus utama dari teori
tata kelola perusahaan. Praktik tata kelola perusahaan yang baik akan membuka
jalan bagi perusahaan untuk tumbuh dan menarik investor tambahan sebagai
alternatif untuk meningkatkan modal dari pada meminjam ke bank dengan biaya
yang tinggi. Lebih lanjut Nasieku et al. (2014) mengungkapkan praktik tata kelola

perusahaan mengarah pada peningkatan pengendalian internal, probabilitas yang


lebih kecil dari penipuan, akuntabilitas yang lebih baik, profitabilitas yang lebih
tinggi dan membantu dalam mengurangi konflik antara pemilik bisnis dan
manajemen.
Bertambahnya pihak kreditor dan debitor menyebabkan risiko dan
tanggung jawab manajemen kepada pihak eksternal semakin besar. Penerapan
GCG diharapkan mampu mengurangi adanya risiko dari teori agensi dalam
perusahaan (Pamungkas 2013). Sama halnya dengan koperasi, bertambahnya
anggota dan pihak lain yang berkepentingan akan mengakibatkan risiko dan
tanggung jawab pihak manajemen terhadap pihak eksternal menjadi semakin
besar. Oleh karena itu untuk menghindari risiko dalam teori agensi maka
diperlukan

penerapan

prinsip-prinsip

GCG

yang

pada

akhirnya

akan

meningkatkan kinerja keuangan koperasi.


Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dapat dibentuk dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H5
: Terdapat pengaruh umur koperasi terhadap kinerja
keuangan koperasi melalui akuntabilitas koperasi.
3.9.6

Pengaruh leverage pada kinerja keuangan melalui akuntabilitas


koperasi
Ada dua pendapat yang dapat dijadikan sebagai pendukung asumsi bahwa

terhadap hubungan positif antara leverage dengan tingkat CG. Pertama,


perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan menerapkan
prinsip GCG dengan benar untuk memperoleh reputasi yang lebih baik. Kedua,
Cho dan Kim (2003) berpendapat bahwa tingkat rasio leverage yang tinggi
manajemen cenderung mendapat tekanan dari pihak yang memberikan pinjaman

sehingga perlu adanya pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik (Pamungkas,
2013).
Pendapat tersebut dibuktikan oleh Taman dan Nugroho (2011) dalam
penelitiannya yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap
kualitas implementasi corporate governance. Penelitian yang dilakukan oleh
Meitha dan Tuzahro (2009) dalam menguji pengaruh leverage mendapatkan hasil
yang inkonsisten dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil
penelitiannya mendapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh yang dignifikan
leverage terhadap kualitas corporate governance. Hal ini mengindikasikan ada
tidaknya kemampuan perusahaan membayar hutangnya dengan kekayaan yang
dimilikinya tidak berpengaruh terhadap kualitas corporate governance. Leverage
keuangan perusahaan adalah penggunaan dana yang diperoleh pada biaya tetap
dengan harapan dapat meningkatkan bagian pemilik modal sendiri. Leverage
keuangan timbul karena adanya kewajiban-kewajiban finansial yang sifatnya tetap
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Leverage yang menguntungkan terjadi
apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang lebih besar dari dana yang
dibeli dari pada biaya tetap penggunaan dana tersebut.
Haryani dkk. (2011) mengemukakan adanya pengaruh variabel corporate
governance terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan lebih dipengaruhi
secara langsung oleh mekanisme corporate governance. Hal ini mungkin
menunjukkan bahwa ada sebuah kesenjangan ekspektasi antara isi laporan
tahunan perusahaan dan cara investor menggunakan informasi yang ada dalam
laporan tahunan untuk keputusan investasi mereka sehingga hai ini tidak
meningkatkan

nilai

perusahaan.

Menurut

Hastuti

(2005),

untuk

dapat

menghasilkan kinerja perusahaan yang baik dalam pengelolaan perusahaan harus


menerapkan pilar good corporate governance perusahaan akan menimbulkan
kepercayaan yang lebih dari investor atau pemangku kepentingan sehingga
tercipta kinerja perusahaan yang lebih baik (Haryani dkk., 2011).
Ramadhan (2014) menunjukkan bahwa variabel corporate governance
yang baik akan berpengaruh meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Penelitian ini telah membuktikan bahwa corporate governance yang baik mampu
menjalankan perannya sebagaimana seperangkat peraturan (sistem) tata kelola
perusahaan baik yang mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Lima
asas good corporate governance yakni transparasi, akuntabilitas, responsibilitas,
kemandirian, dan kewajaran serta kesetaraan terbukti mampu membuat para
manajer beserta seluruh karyawan perusahaan untuk lebih bekerja keras
meningkatkan kinerja masing-masing individu demi kesejahteraan bersama karena
telah mendapatkan kepercayaan dari pihak yang berkepentingan.
Merujuk pada teori agensi, prinsipal tentu mengharapkan pengembalian
atas uang yang disimpan dalam koperasi sebagai bentuk investasi agar
mendapatkan pengembalian dalam bentuk SHU. Tekanan dari pihak principal
akan memaksa manajemen untuk menerapkan prinsip GCG khususnya
akuntabilitas secara lebih baik. Selain itu tingginya rasio utang koperasi akan
mengakibatkan pemilik dana melakukan tekanan kepada pihak agen/manajemen
untuk meningkatkan kinerja keuangan agar rasio utang semakin berkurang.
Dengan adanya kesadaran dari manajemen sebagai agen untuk mengurangi rasio
utang, maka mekanisme GCG akan menghasilkan akuntabilitas tinggi dan juga
peningkatan terhadap kinerja keuangan koperasi.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, maka rumusan hipotesisnya


adalah sebagai berikut:
H6
: Terdapat pengaruh leverage pada kinerja keuangan koperasi
melalui akuntabilitas koperasi.
Berdasarkan uraian tersebut, diduga bahwa ukuran koperasi, umur
koperasi, dan leverage melalui akuntabilitas koperasi mempengaruhi kinerja
keuangan koperasi, sehingga akar pemikiran dalam penelitian ini dapat
diiliustrasikan seperti gambar berikut:

Ukuran Koperasi
(X1)

T. Agensi

Umur Koperasi
(X2)
H1

T. Agensi

T. Agensi
T. Agensi
H4

H2
H5

Goal
Akuntabilitas Koperasi
(Y1)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kinerja Keuangan
(Y2)

H6
4. METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Desain Penelitian
H3
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu suatu
T. Agensi
T. Agensi
penelitian yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran
terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi dengan angka
Leverage
(X3)
(Arikunto, 2010). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh pada PKPRI (Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia) Kota
Semarang.

4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel


4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah KPRI yang terdaftar di Pusat Koperasi
Pegawai Republik Indoensia (PKPRI) Kota Semarang atau pada Dinas Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah yang berjumlah 52. Adapun nama-nama KPRI
yang terdaftar di Pusat Koperasi Pegawai Republik Indoensia (PKPRI) Kota
Semarang dapat dilihat pada lampiran 1.
4.2.2

Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


Sampel dalam penelitian ini adalah KPRI yang berada di Kota Semarang

yang berjumlah 52 koperasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini


menggunakan purposive sampling. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan
beberapa kriteria dalam menentukan sampel KPRI, antara lain:
1. Aktif selama tiga tahun terakhir
2. Melakukan RAT sampai dengan bulan April
3. Mengumpulkan RAT pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
dan/atau PKPRI.
4.3 Variabel Penelitian
Varibael dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen, variabel
independen, dan variabel intervening. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah variabel kinerja keuangan. Variabel independen terdiri dari variabel ukuran
koperasi, umur koperasi, dan leverage. Varibel intervening dalam penelitian ini
adalah variabel akuntabilitas koperasi. Sesuai dengan variabel yang telah
dirumuskan, variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan. Kinerja
keuangan koperasi adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur
keberhasilan suatu koperasi dalam menghasilkan SHU. Pengukuran variabel

kinerja keuangan koperasi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio
Return on Asset (ROA) dengan rumus sebagai berikut:
Laba Bersih
Return on Asset=
Total Aktiva
4.3.2 Variabel Independen
4.3.2.1 Ukuran Koperasi
Besar kecilnya suatu perusahaan dapat dilihat dari jumlah pendapatan, total
aset, jumlah karyawan, dan total modal yang akan mencerminkan keadaan
perusahaan yang semakin kuat (Basyaib, 2007 dalam Kasih, 2014). Dalam
penelitian ini, ukuran koperasi diproksikan dari total aset. Pertimbangan
pengukuran ini karena nilai aktiva lebih stabil dibandingkan dengan jumlah
pendapatan, jumlah karyawan, dan total modal.
4.3.2.2 Umur Koperasi
Umur koperasi menunjukkan kemampuan suatu koperasi dalam kualitas
eksistensinya dan kemampuan koperasi untuk bersaing dan mampu untuk
bertahan dalam persaingan. Pengukuran variabel umur koperasi yaitu dengan
melihat umur koperasi dari tanggal koperasi tersebut berdiri berdasarkan akta
pendirian sampai dengan saat penelitian dilakukan.
4.3.2.3 Leverage
Leverage merupakan sebuah ukuran mengenai risiko keuangan, mengenai
pembiayaan sebagian aktiva perusahaan, ditujukan pada pembiayaan bagian
aktiva tetap yang menanggung beban pembiayaan tetap dengan harapan akan
meningkatkan keuntungan. Leverage menjadi indikasi efisiensi kegiatan bisnis
koperasi, serta pembagian risiko usaha antara pemilik koperasi dan para pemberi
pinjaman atau kreditur. Sarbini (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur besar kecilnya penggunaan

jumlah hutang jangka panjang dibandingkan dengan modal sendiri atau total
aktiva. Untuk mengukur seberapa besar perbandingan total utang dengan total
asset, digunakan rumus :
Rasio Leverage=
4.3.3

Total Utang
Total Aset

Variabel Intervening
Variabel intervening dalam penenlitian ini adalah akuntabilitas koperasi.

Akuntabilitas koperasi adalah kewajiban pengurus atau pengelola koperasi untuk


mempertanggung jawabkan hasil kerja yang dicapainya. Dalam mengukur
seberapa jauh tingkat penerapan akuntabilitas koperasi digunakan indikator yang
tercantum dalam Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Nomor 25 Tahun 2015. Untuk mengetahui tingkat akuntabilitas koperasi dapat
dilakukan dengan rumus:
Akuntabilitas Koperasi=

X
x 100
A

Keterangan :
X
: Jumlah skor yang diperoleh setiap koperasi
A
: Jumlah skor total

Berikut ini dijabarkan ringkasan definisi operasional variabel penelitian


yang disajikan dalam tabel 4.1:
Tabel 4.1
Ringaksan Definisi Operasional Variabel
No.
Nama Variabel
1.
Kinerja Keuangan

Definisi Operasional
Perbandingan laba bersih
dengan total aktiva.

2.

Akuntabilitas
koperasi
adalah kewajiban pengurus
atau pengelola koperasi
untuk
mempertanggung
jawabkan hasil kerja yang
dicapainya.

Akuntabilitas
Koperasi

Pengukuran
Laba Bersih
ROA=
Total Aktiva
Akun . Kop=

X
x 100
A

No.
Nama Variabel
3.
Ukuran Koperasi
4.

5.

Definisi Operasional
Pengukuran
Besar kecilnya koperasi Ukuran=LnTotalAktiva
dilihat dari total aktivanya.
Umur Koperasi
Umur koperasi menunjukkan Tahun berdiri sampai
kemampuan suatu koperasi tahun penelitian
dalam kualitas eksistensinya
dan kemampuan koperasi
untuk bersaing dan mampu
untuk
bertahan
dalam
persaingan.
Utang
Leverage
Besar kecilnya penggunaan
Leverage=
Aset
jumlah hutang dibandingkan
dengan modal sendiri atau
total aktiva.
Sumber: Berbagai sumber diolah

4.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh
keterangan atau kenyataan yang benar mengenai obyek yang diteliti sehingga
dapat dipertanggung jawabkan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
bersumber dari data sekunder. Data sekunder diperoleh dari dari Dinas Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah dan/atau Pusat Koperasi Pegawai Republik
Indonesia (PKPRI) yang berupa dokumen RAT KPRI di kota Semarang.
4.5 Metode Analisis Data
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka peneliti dapat mengolah data
menggunakan pengolahan data secara statistik. Adapun metode analisis data yang
digunakan adalah sebagai berikut:
4.5.1 Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dikumpulkan dalam penelitian (Sugiyono, 2013: 207). Statistik deskriptif dalam
penelitian ini digunakan untuk memberikan deskripsi empiris mengenai pengaruh
karakteristik koperasi terhadap kinerja keuangan koperasi di kota Semarang.

4.5.2

Uji asumsi Klasik

4.5.2.1 Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013:
160) Untuk menguji suatu data berdistribusi normal atau tidak, dapat diketahui
dengan menggunakan uji statistik. Uji statistik yang dilakukan yaitu non
parametric Kolmogrov-Smirnov (K-S). Jika hasil Asymp.sig. lebih besar dari nilai
probabilitas 5% maka data berdistribusi normal (Ghozali, 2013: 164).
4.5.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Asumsi
multikolinearitas menyatakan bahwa variabel independen harus terbebas dari
gejala multikolinearitas. Gejala multikolinearitas adalah gejala korelasi antar
variabel independen. Apabila terjadi gejala multikolinearitas, salah satu langkah
untuk memperbaiki model adalah dengan menghilangkan variabel dari model
regresi, sehingga bisa dipilih model yang paling baik. Untuk melihat gejala
multikolinearitas, maka dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance
inflation faktor (VIF), jika nilai Tolerance 0.01 atau sama dengan nilai VIF 10
maka terjadi gejala multikolinearitas (Ghozali, 2013: 106).
4.5.2.3 Uji Heteroskedastis

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi


terjadi ketidaksamaan varians dari residual atau pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdatisitas. Model
regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:
139). Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
menggunakan uji glejser. Uji glejser ini mengusulkan untuk meregres nilai
absolute residual terhadap variabel independen, jika nilai signifikansi > 0,05,
kesimpulannya adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013: 142).
4.5.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini
menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Suatu data dikatakan tidak terjadi
autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson berada antara -2 sampai 2. Jika nilai
Durbin-Watson lebih dari 2 (DW > 2), amka terjadi autokorelasi negative.
Sedangkan jika nilai Durbin-Watson kurang dari -2 (DW < -2), maka terjadi
autokorelasi positif (Santoso, 2010: 219).
4.5.3

Analisis Jalur (Path Analysis)


Analisis jalur (path analysis) merupakan perluasan dari analisis regresi

linear bergandaatau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk


menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model casual) yang telah ditetapkan
sebelumnya berdasarkan teori (Ghozali, 2013: 249). Analisis jalur sendiri tidak

dapat menentukan hubungan sebab-akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai
substitusi bagi peneliti untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel.
Hubungan langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel lain
tanpa ada variabel ke tiga yang memediasi hubungan kedua variabel tadi. Dalam
pengambilan

keputusan

hipotesis

pengaruh

langsung

yaitu

dengan

membandingkan nilai sig hitung dan nilai sig alfa atau dengan membandingkan t
hitung dan t tabel, apabila nilai sig hitung < sig alfa 0,05 atau nilai t hitung > t
tabel maka hipotesis pengaruh langsung diterima.
Hubungan tidak langsung adalah jika ada variabel ketiga yang memediasi
hubungan kedua variabel ini. Kemudian pada setiap variabel dependen aka nada
anak panah yang menuju ke variabel ini (mediasi) sehingga berfungsi untuk
menjelaskan jumlah variance yang tidak dapat dijelaskan (unexplained variance)
oleh variabel tersebut (Ghozali, 2013: 251).
Sedangkan untuk pengambilan keputusan pengujian hipotesis hubungan
tidak langsung antar variabel dilakukan dengan membandingkan antara koefisien
pengaruh langsung dengan koefisien pengaruh tidak langsung. Apabila besarnya
koefisien pengaruh tidak langsung (total) > dari pengaruh langsung maka
hipotesis diterima.
Penelitian ini menggunakan analisis jalur untuk menganalisis pengaruh
ukuran koperasi, umur koperasi, leverage, akuntabilitas koperasi terhadap kinerja
keuangan koperasi. Persamaan hubungan pengaruh tidak langsung variabel
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
1) Y1=1X1+ 2X2+ 3X3+e1
2) Y2=1X1+ 2X2+ 3X3+ 4Y1+e2
Keterangan

Y2

: Kinerja Keuangan

Y1

: Akuntabilitas koperasi

X1

: Ukuran Koperasi

X2

: Umur Koperasi

X3

: Leverage

1, 2, 3, 4

: Koefisien variabel X1, X2, X3,Y1,Y2

: residual (error) / faktor lain di luar variabel independen yang

digunakan
Hubungan variabel ukuran koperasi, umur koperasi, leverage terhadap
kinerja keuangan melalui akuntabilitas koperasi dalam penelitian ini digambarkan
dalam path analysis sebagai berikut:

Ukuran Koperasi
(X1)

p1

Umur Koperasi
(X2)

p4xp7

p5
p5xp7

Akuntabilitas Koperasi
(Y1)

e1

p6xp7
p6
Leverage
(X3)

p3

p2

p4

e2

p7

Kinerja Keuangan
(Y2)

Gambar 4.2 Analisis Jalur (Path Analysis)


Keterangan:
p1
: pengaruh langsung ukuran koperasi terhadap kinerja keuangan
p2
: pengaruh langsung umur koperasi terhadap kinerja keuangan
p3
: pengaruh langsung leverage terhadap kinerja keuangan
p4
: pengaruh ukuran koperasi terhadap akuntabilitas koperasi
p5
: pengaruh langsung umur koperasi terhadap akuntabilitas koperasi
p6
: pengaruh langsung leverage terhadap akuntabilitas koperasi
p4xp7 : pengaruh tidak langsung ukuran koperasi terhadap kinerja keuangan
p5xp7 : pengaruh tidak langsung umur koperasi terhadap kinerja keuangan
p6xp7 : pengaruh tidak langsung leverage terhadap kinerja keuangan
Total pengaruh tidak langsung ukuran koperasi
Pengaruh langsung ukuran koperasi terhadap kinerja keuangan
: p1
Pengaruh tidak langsung ukuran koperasi terhadap kinerja keuangan : p4xp7
Total pengaruh tidak langsung ukuran koperasi terhadap kinerja : p1+(p4xp7)
keuangan melalui akuntabilitas koperasi
Total pengaruh tidak langsung umur koperasi
Pengaruh langsung umur koperasi terhadap kinerja keuangan
: p2
Pengaruh tidak langsung umur koperasi terhadap kinerja keuangan
: p5xp7
Total pengaruh tidak langsung umur koperasi terhadap kinerja : p2+(p5xp7)
keuangan melalui akuntabilitas koperasi
Total pengaruh tidak langsung leverage
Pengaruh langsung leverage koperasi terhadap kinerja keuangan
: p3
Pengaruh tidak langsung leverage koperasi terhadap kinerja
: p6xp7
keuangan
Total pengaruh tidak langsung leverage koperasi terhadap kinerja : p3+(p6xp7)
keuangan melalui akuntabilitas koperasi

Jika total pengaruh tidak langsung lebih besar dari pengaruh langsung maka
hipotesis pengaruh tidak langsung atau melalui variabel intervening (mediasi)
diterima.
4.5.4 Uji Hipotesis
4.5.4.1 Koefisien Determinasi R2
Koefisien determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat
terbatas. Apabila R2 mendekati 1 (satu) maka semakin kuat model tersebut dalam
menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat. Namun apabila R 2
mendekati 0 (nol), hal ini berarti semakin lemah variasi variabel bebas dalam
menerangkan variabel terikat (Ghozali, 2013: 97).
4.5.4.2 Uji Parsial (Uji t)
Ghozali (2013: 98) menyatakan bahwa uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan significance level 0.05 (=5%). Penerimaan atau penolakan
hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi >0.05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi
tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen
tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Jika nilai signifikansi <0.05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Uji signifikansi ini digunakan untuk menguji:

H1

: Terdapat pengaruh antara ukuran koperasi terhadap kinerja keuangan

H2

koperasi
: Terdapat pengaruh antara umur koperasi terhadap kinerja keuangan

H3

koperasi
: Terdapat pengaruh antara leverage terhadap kinerja keuangan koperasi

4.5.4.3 Uji Sobel (Sobel Test)


Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang
dikembangkan oleh Sobel (1982) dalam Ghozali (2013: 248) dan dikenal dengan
Uji Sobel (Sobel Test). Uji Sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan
pengaruh tidak langsung variabel independen kepada variabel dependen melalui
variabel intervening. Pengaruh tidak langsung X ke Y2 melalui Y1 dihitung
dengan mengalikan jalur X Y1 (a) dengan jalur Y1Y2 (b) atau ab. Jadi
keofisien ab = (c c), dimana c adalah pengaruh X terhadap Y2 tanpa
mengontrol Y1, sedangkan c adalah koefisien pengaruh X terhadap Y2 setelah
mengontrol Y1. Standar error koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan Sb dan
besarnya standar error pengaruh tidak langsung (indirect effect) adalah Sab yang
dihitung dengan rumus berikut ini:
2
2
2
2
2
2
Sab= b Sa +a Sb +Sa Sb
Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka kita perlu
menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus sebagai berikut:
ab
t=
Sab
Keterangan:
a
= koefisien variabel independen (tanpa variabel intervening)
b
= koefisien variabel independen (dengan variabel intervening)
Sa
= standar error variabel independen (tanpa variabel intervening)
Sb
= standar error variabel independen (dengan variabel intervening)

Nilai t hitung ini dibandingkan dengan nilai t tabel, jika t hitung > nilai t
tabel maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh mediasi (Ghozali, 2013:249). Uji
Sobel (Sobel Test) ini digunakan untuk menjawab atau menguji:
H4 : Terdapat pengaruh ukuran kopersai pada kinerja keuangan melalui
akuntabilitas koperasi.
H5 : Terdapat pengaruh umur koperasi terhadap kinerja keuangan koperasi
melalui akuntabilitas koperasi.
H6 : Terdapat pengaruh leverage pada kinerja keuangan koperasi melalui
akuntabilitas koperasi.

DAFTAR PUSTAKA
Ardiana, Putu Agus dan Luh Kartini Eka Sari. Pengaruh Variabel Aset Lancar,
Debt to Total Assets, Umur, dan Jumlah Anggota Terhadap Rentabilitas
Ekonomi di Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Kredit di Kecamatan
Buleleng, Kabupaten Buleleng: Sebuah Pemodelan Ekonometrika. EJournal. Bali: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Arisadi, Yunita Castelia., Djumahir dan Atim Djazuli. 2013. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Umur Perusahaan, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan
Fixed Asset to Total Asset Ratio Terhadap Kinerja Keuangan pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Aplikasi
Manajemen, Vol. II, No. 4. Malang: Universitas Brawijaya.
Azhar, Al A., Kirmizi dan Eka Diajeng Putri. 2013. Analisis Karakteristik
Perusahaan yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan. Pekbis
Jurnal, Vol. 5, No. 3, Hal. 190-201.
Bintara, Ari. 2009. Analisis Kinerja Keuanganpada Koperasi Pegawai Republik
Indonesia (KPRI) KPP Karanganom Kabupaten Klaten. Skripsi.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Bulandari, I G.A. Wita dan I G.A. Eka Damayanthi. 2014. Pengaruh Prinsipprinsip Good Governance pada Kinerja Keuangan Lembaga Perkreditan

Desa di Kabupaten Badung. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana


Vol.8, No.3, Hal. 641-659 Bali: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Darmawati, Deni. 2006. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Faktor Regulasi
terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance. Dipresentasikan
dalam Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Fatimah, Citra. 2010. Analisis Pengaruh Efektifitas Komponen Modal Kerja,
Leverage, Umur Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Manufaktur yang Go Public di Indonesia (Studi Kasus pada Perusahaan
Manufaktur yang Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2006-2009. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Febryani, Anita dan Rahadian Zulfadin. 2003. Analisis Kinerja Keuangan Bank
Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi dan
Keuangan Vol. 7, No. 4, Hal. 38-54 Jakarta: Universitas Trisakti.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM. SPSS
21 Edisi Ketujuh. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hartono, Ulil., dkk. 2013. Firm Characteristics, Corporate Governance and Firm
Value. International Journal of Bisiness and Behavioral Sciences.
Volume 3, Nomor 8.
Haryani, Linggar Pratiwi dan Muchamad Syafruddin. 2011. Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance terhadap Kinerja: Transparansi sebagai
Variabel Intervening. Dipresentasikan pada Simposium Nasional
Akuntansi XIV Aceh.
Hastuti, Theresia Dwi. 2005. Hubungan antara Good Corporate Governance dan
Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada
Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta). Dipresentasikan pada
Simposium Nasional Akuntansi VIII Purwokerto.
Hazrita, Fadilah. 2009. Pengaruh Rasio Aktivitas, Umur Perusahaan, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur di BEI.
Skripsi. Pekanbaru: Universitas Riau.

Hesti, Diah Aristya. 2010. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan


Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP), dan Likuiditas tergadap Kinerja
Keuangan (Studi pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 20052009). Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Izati,

Chaerunisa dan Farah Margaretha. 2014. Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Perusahaan Basic Industry and
Chemicals di Indonesia. E-Journal Manajemen Vol. 1, No. 2, Hal. 21-43
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.

Junita, Silvi. dan Siti Khairani. (2009). Analisis Kinerja Perusahaan dengan
Menggunakan Analisa Rasio Keuangan pada Perusahaan Telekomunikasi
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Abadi Ilmu, Vol. 5,
No. 2.
Karina, Fani. Dan Muhammad Khafid. 2015. Determinan Profitabilitas pada
Perusahaan Properti dan Real Estate Go Public di Indonesia. jurnal
Dinamika Ekonomi, Vol. 7, No. 1. Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
Kasih, Ayu Permata. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran
Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan
yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011). Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Kurniawati, Erna. 2009. Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja
Perusahaan Daerah Air Minum (Studi kasus pada PDAM di Kota
Sorong). ISSN 0852-8144. Vol. 6, No. 2: 112-122.
Kusumawardani, Arum 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) dalam
Website Perusahaan. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Lee, Seok Weon. 2012. Profitability Determinants of Korean Banks.
Economics and Finance Review. Vol. 2, No. 9, pp. 06-18. Korea: Ewha
Womans University.
Lestari, Tiara Ayu. 2014. Pengaruh Efektivitas Pengendalian Intern terhadap
Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan Implikasinya
terhadap Kinerja Keuangan (Survei 5 pada BUMN Bandung. Bandung:

Universitas Komputer Indonesia. (elib.unikom.ac.id) diakses tanggal 17


Januari Pukul 13.00 WIB.
Liargovas, Panagiotis. 2010. Factors Affecting Firms Financial Performance:
The Case of Greece. Global Business and Management Research: An
International Journal, Vol. 2, No.2&3.
Loderer, Claudio and Urs Waelchli. 2010. Firm Age and Performance. Munich
Personal RePEc Archive, Paper No. 26450. University of Bern, ECGI
European Corporate Governance Institute
Lubis, Arfan Ikhsan. 2014. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat.
Manik, Tumpal. 2011. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Komisaris
Independen, Komite Audit, Umur Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan
(Studi Empiris Perusahaan Property & Real Estate di BEI). JEMI, Vol.2,
No. 2. Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Meitha, Rachmawati dan Ulfa Tuzahro. 2009. Determinan Corporate
Governance. JAI Vol. 5, No. 2:273-285. Semarang: Universitas
STIKUBANK Semarang.
Mulyani. 2013. Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada Koperasi Mandiri Jaya
Tanjungpinang dan Koperasi Karyawan Plaza Hotel Tanjungpinang.
Jurnal Ekonomi. Tanjungpinang: Fakultas Ekonomi Universitas Maritim
Raja Ali Haji.
Muslich, Mohamad. 2003. Manajemen Keuangan Modern. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasieku, Tabitha, Eunice Mojirike Olubunmu and Olaroyeke Ranti Tigun. 2014.
Corporate Governance and Firms Earnings Quality. Economics and
Finanacial Review. Vol. 3, No. 12, pp. 01-10. Kenya: Jomo Kenyatta
University of Agriculture and Technology (JKUAT).
Natalia, Desy, Rande Samben dan Musviyanti. 2012. Analisis Rasio Likuiditas,
Rasio Solvabilitas, dan Rasio Profitabilitas untuk Mengukur Kinerja
Keuangan pada PT KUD Unit Tambang di Samarinda. Skripsi.
Samarinda: Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman.

Nugroho, Elfianto. 2011. Analisis Pengaruh Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan,


Perputaran Modal Kerja, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap
Profitabilitas Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar pada BEI Tahun 2005-2009. Skripsi. Semarang: Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro.
Pamungkas, Ichsan. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gooc
Corporate Governance rating (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar
Dalam Laporan Indeks CGPI Tahun 2009-2011). Skripsi. Semarang:
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Nomor 20 Tahun 2015
tentang penerapan Akuntabilitas Koperasi.
Purwanti, Endang. 2010. Pengaruh Pangsa Pasar, Rasio Leverage, Intensitas
Modal Terhadap Profitabilitas Koperasi Simpan Pinjam di Salatiga.
Among Makarti Vol. 3, No.5. Salatiga: STIE AMA Salatiga.
Ramadhan, Megagita Leyla. 2014. Pengaruh Implementasi Corporate
Governance dan Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
(Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI dan Termasuk dalam Riset
dan Pemeringkatan CGPI Tahun 2009-2011. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Rizal. 2015. April 2015. Seluruh Koperasi di Indonesia Diharapkan Aktif.
http://www.inspeksianews.com/ (Diakses pada Tanggal 27 Januari 2016
Pukul 16.30 WIB).
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivariate. Jakarta: PT Gramedia.
Sarbini. 2015. Analisis Pengaruh Leverage (DER), Total Assets Turnover
(TATO), dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan
Real Estate dan Property yang terdaftar di BEI Tahun 2010-2012. Ejournal
Ekonomi.
Surakarta:
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sari, N. M. Vironika dan I G.A.N. Budiasih. 2014. Pengaruh debt to equity ratio,
firm zise, inventory turnover dan assets turnover pada profitabilitas. EJurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol. 6. No. 2 :261-273. Bali:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Sarwani, Muhammad. 2012. Penataan Akuntabilitas Jadi Kebutuhan Objektif.


m.Bisnis.com (Diakses tanggal 27 Januari 2016 Pukul 16.01 WIB).
Setyani, Diah Ayu. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kualitas
Good Corporate Governance Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan
Go Publik yang Terdaftar di BEI). Skripsi. Surakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba. 2001. Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta:
Erlangga.
Sjahrial, Dermawan. 2007. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Soedjono, Ibnoe. 1981. Pengetahuan Perkoperasian. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Solano, Pedro Martinez and Pedro Juan Garcia Teruel. 2007. Effects of Working
Capital Management on SME Profitability. International Journal
Economia: Unversidad de Murcia.
Sriwidanty, Diah. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran
Perusahaan, Kesempatan Tumbuh, dan Komposisi Aktiva Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Peringkat 10
Besar CGPI Periode 2005-2008. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Surepno. 2013. Pengaruh Return on Equity (ROE), Ukuran (Size), dan
Kemakmuran (Wealth) Pemerintah Daerah terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah di Indonesia. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana. 2006. Penerapan Good Corporate
Governance: Mengesampingkan Hak Istimewa Demi Kelangsungan
Usaha. Jakarta: Kencana.

Taman. Abdullah dan Bily Agung Nugroho. 2011. Determinan Kualitas


Implementasi Corporate Governance pada Perusahaan yang Terdaftar di
BEI Periode 2004-2008. Jurnal Pendidikan Ekonomi Indonesia Vol. 9,
No. 1. Hal. 1-13. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Wahyuningtyas, Endah Tri. 2014. Pengaruh Rasio Leverage, Rasio Intensitas
Modal, dan Pangsa Pasar terhadap Kinerja Keuangan (Studi Kasus
Perusahaan Tambang di BEI). E-Jurnal Kewirausahaan Vol. 2, No. 1.
Surabaya: LP2M Universitas Widya Kartika Surabaya.
Weill, Laurent. 2003. Leverage and Corporate Performance: A Frontier
Efficiency Analysis on European Countries. SSRN Electronic Journal.
Universite Robert Schuman.
Wijayanti, Sri dan Siti Mutmainah. 2012. Pengaruh Penerapan Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2011. Diponegoro
Journal of Accounting Vol. 1, No. 1:135-149. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai