Anda di halaman 1dari 15

TUGAS METODE PENELITIAN SOSIAL

ANALISA PENERIMAAN PAJAK HOTEL TERHADAP


KEPATUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DI UNIT
PELAYANAN PAJAK DAERAH (UPPD) KELAPA
GADING

Nama

: Muhammad Nurhidayat

NPM

: F201310133

Tugas

: Metode Penelitian Sosial

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MANDALA


INDONESIA
Jl. Pangkalan Asem Raya No. 55 Cempaka Putih Jakarta Pusat
10530 Telp. 021-4213380

Tahun 2015 - 2016

BAB I
A. LATAR BELAKANG
Pemerintah
menjalankan

membutuhkan

pemerintahan

dan

dana

yang

mengadakan

tidak

sedikit

untuk

pembangunan.

Dana

tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang dimiliki


suatu negara, baik berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari
masyarakat. Salah satu bentuk iuran dari masyarakat adalah pajak, yang
dapat diartikan sebagai iuran partisipasi seluruh anggota masyarakat
berdasarkan kemampuan (daya pikulnya) masingmasing yang dapat
dipaksakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan
dan pembayar tidak menerima imbalan atau kontribusi yang dapat secara
langsung dihubungkan dengan pajak yang dibayarkan (Soemitro dalam
Mardiasmo, 1999: 1)
Pembangunan

meliputi

pembangunan

nasional

dan

daerah.

Pembangunan Nasional adalah pembangunan yang dilaksanakan pada


seluruh wilayah negara secara merata. Sedangkan Pembangunan Daerah
adalah Pembangunan yang dilaksanakan pada masing-masing daerah.
Setelah

ada

kebijaksanaan

untuk

melaksanakan

otonomi

daerah,

Pemerintah Daerah harus mampu menyelenggarakan pemerintahan dan


pembangunan disegala bidang. Dengan pelaksanaan otonomi daerah
Pemerintah Daerah pada khususnya dan seluruh masyarakat daerah pada

umumnya diharapkan agar bisa mandiri. Kemandirian yang dimaksud


adalah kemandirian dalam hal pembiayaan, peralatan atau perlengkapan
dan sumber daya manusia. Kemandirian yang paling penting untuk
menyelenggarakan

pembangunan

di

daerah

adalah

dalam

hal

pembiayaan. Dalam otonomi daerah ini pemerintah daerah harus mencari


dan menggali sumber-sumber penerimaan daerah untuk meningkatkan
pendapatannya. Sumber-sumber penerimaan daerah tersebut terdiri dari:
1. Pendapatan asli daerah, terdiri dari:
a. Pajak daerah;
b. Retribusi daerah;
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan.
2. Dana perimbangan, terdiri dari:
a. Bagian daerah dari PBB, BPHTB, dan SDA;
b. Dana alokasi umum;
c. Dana alokasi khusus.
3. Pinjaman daerah
Otonomi nyata yang terdapat dalam Undang-undang No. 22
tahun

1999

yang

berarti

sebagai

keleluasaan

daerah

untuk

menyelenggarakan wewenang pemerintah di bidang tertentu secara


nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup dan berkembang di
daerah. Sedangkan dalam Undang-undang No. 25 tahun 1999 tentang
perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah memberikan nuansa baru
bagi daerah untuk mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggung jawab. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-undang No.
22 tahun 1999 dan PERDA PROV. DKI JAKARTA NO. 11 TAHUN 2010
tersebut, maka Unit Pelayanan Pajak Daerah (UPPD) DKI Jakarta
memegang peranan penting dalam usaha penggalian dana untuk
membiayai

pembangunan

dan

menyelenggarakan

pemerintahan

menuju pelaksanaan otonomi daerah. Dalam rangka pelaksanaan


otonomi

daerah

tersebut

tersebut,

Dinas

Pendapatan

Daerah

mempunyai visi dan misi. Visi Dinas Pelayanan Pajak Pelayanan


Provinsi DKI Jakarta Yang Profesional Dalam Optimalisasi Penerimaan
Pajak Daerah, sedangkan misi Dinas Pelayanan Pajak Pelayanan
Provinsi DKI Jakarta adalah:
1. Mewujudkan perencanaan pelayanan pajak daerah yang inovatif.
2. Menjamin ketersediaan peraturan pelaksanaan pajak daerah dan
melaksanakan

penyuluhan

peraturan

pajak

daerah

menyelesaikan permasalahan hukum pajak daerah.


3. Mengembangkan sistem teknologi informasi dalam

serta

kegiatan

pelayanan pajak daerah.


4. Mengembangkan kualitas dan kuantitas sdm, sarana prasarana
perpajakan daerah, pengelolaan keuangan serta
anggaran dan program dinas.
5. Mengoptimalkan
pengendalian,

monitoring

perencanaan

dan

evaluasi

pelaksanaan pelayanan pajak daerah.


6. Meningkatkan kualitas pelayanan pajak daerah.
Untuk

mewujudkan

pelaksanaan

misi

pembangunan

daerah

ditempuh dengan rencana tindakan. Salah satu contohnya adalah


meningkatkan pendapatan dari pajak daerah.
Salah satu penyumbang pendapatan asli daerah dari sektor pajak
adalah hotel dan restoran yang menurut Peraturan Daerah Kota Jakarta
No. 9 tahun 2002 tentang Pajak Hotel di sebutkan Pajak Hotel dan
restoran pemungutannya menjadi peraturan daerah sendiri-sendiri. Dan
yang akan dibahas di sini adalah Pajak Hotel. Hotel yang ada di Jakarta ini
menurut data yang ada di UPPD Kelapa Gading selama tahun 2002

sebanyak 126 hotel yang terbagi dalam hotel berbintang, kelas melati dan
home stay. Sehingga Pajak Hotel ini mempunyai andil yang cukup besar
terhadap pendapatan asli daerah. Pajak Hotel ini tarifnya adalah 10% dari
total pembayaran.
Sistem yang digunakan dalam pemungutan adalah self assesment
system, yang berarti bahwa dalam pemungutan pajak wajib pajak diberi
kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotongroyongan nasional
melalui

sistim

menghitung,

memperhitungkan,

membayar

dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang yang bertujuan agar pelaksanaan


administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi,
terkendali,

sederhana,

dan

mudah

untuk

dipahami

oleh

anggota

masyarakat wajib pajak (Mardiasmo, 1999:14). Dengan sistim ini wajib


pajak diberi kebebasan atau kepercayaan untuk menyelenggarakan
pembukuan,

pelaporan

dan

penyetoran

pajaknya.

Tetapi

dalam

pelaksanaannya belum semua wajib pajaknya memenuhi peraturan yang


telah ditetapkan pemerintah daerah. Sehingga dalam pelaksanaan
penarikan pajaknya pihak UPPD masih mengalami hambatanhambatan,
salah

satunya

adalah

menyelenggarakan
menyembunyikan

ketidakterbukaannya

pembukuannya,
potensi

yang

dan

wajib

banyak

dimilikinya.

Hal

wajib
ini

pajak
pajak

dalam
yang

menyebabkan

penyetoran pajaknya tidak optimal, karena yang dilaporkan tidak sesuai


dengan

kenyatannya,

sehingga

menyebabkan

target

yang

telah

ditetapkan tidak tercapai. Pihak UPPD tidak tinggal diam dengan masalah
itu, mereka telah melakukan terobosan-terobosan untuk mengatasi hal
tersebut, salah satunya adalah dengan audit. Audit bertujuan untuk

mencari kewajaran atau kebenaran pajak yang harus disetor dan untuk
mengevaluasi

kepatuhan

wajib

pajaknya

dalam

menyelenggarakan

kewajiban perpajakannya. Tidak semua Wajib Pajak diaudit, yang diaudit


adalah Wajib Pajak yang pembukuan atau penyetoran pajaknya ditemukan
kejanggalan-kejanggalan. Contohnya adalah apabila penyetoran pajaknya
selalu tetap atau mengalami perubahan tapi relatif tetap. Dengan
diadakannya audit diharapkan supaya pajak yang disetor sesuai dengan
yang seharusnya sehingga target yang telah ditetapkan bisa tercapai. Dan
ini juga berguna untuk mendorong wajib pajak untuk tidak melakukan
kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan perpajakannya. Demikian
juga dengan pelaksanaan audit sendiri, tim audit harus mampu bekerja
secara efektif dan efisien, hal ini bisa dilihat dari segi pembiayaan
pelaksanaan audit bila dibandingkan dengan hasil yang dicapai dalam
pengauditan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin menganalisis penerimaan
Pajak Hotel ini melalui proses audit dan untuk menilai atau mengevaluasi
kepatuhan

wajib

pajaknya

dalam

menyelenggarakan

kewajiban

perpajakannya pada tahun 2016 ke dalam Proposal Skripsi yang berjudul


Analisa

Penerimaan

Pajak

Hotel

Terhadap

Kepatuhan

Kewajiban

Perpajakan Di Unit Pelayanan Pajak Daerah (UPPD) Kelapa Gading".

B.

IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan hasil penelitian terdahulu yang membahas


mengenai kepatuhan Wajib Pajak.
2. Masih dibutuhkannya petugas-petugas pajak yang mempunyai
integritas dan profesionalisme yang tinggi.
3. Rendahnya kepatuhan wajib pajak disebabkan oleh pengetahuan
sebagian besar wajib pajak tentang pajak masih rendah
4. Masih rendahnya kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam
membayar kewajibannya.

C.

PEMBATASAN MASALAH
Mengingat luasnya masalah dan terbatasnya waktu, maka penulis
membatasi masalah pada point sebagai berikut:
3. Rendahnya kepatuhan wajib pajak disebabkan oleh pengetahuan
sebagian besar wajib pajak tentang pajak masih rendah
4. Masih rendahnya kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam
membayar kewajibannya.

D. PERUMUSAN MASALAH
Dari

uraian

latar

belakang

masalah

di

atas,

maka

untuk

memudahkan penyusunan proposal skripsi ini penulis mencoba untuk


merumuskan masalah, yaitu :
1. Bagaimana pengaruh pengetahuan pajak terhadap kesadaran
wajib pajak membayar pajak hotel di UPPD Kelapa Gading?
2. Bagaimana pengaruh pengetahuan pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak membayar pajak hotel di UPPD Kelapa Gading?

3.

Bagaimanakah

tingkat

kepatuhan

wajib

pajak

dalam

menyelenggarakan kewajiban perpajakannya?


4. Bagaimana pengaruh kepatuhan wajib pajak membayar pajak
hotel, pajak restoran dan pajak hiburan terhadap penerimaan di
UPPD Kelapa Gading?

E. TUJUAN PENELITIAN
Agar hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi para pihak
yang berkepentingan maka penulisan Tugas Akhir ini mempunyai tujuan:
1. Untuk

mengetahui

seberapa

besar

perubahan

penerimaan

kesadaran wajib pajak membayar pajak hotel di UPPD Kelapa


Gading
2. Untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara
tidak langsung pengetahuan pajak melalui kesadaran wajib pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak membayar pajak hoteldi UPPD
Kelapa Gading.
3. Untuk menganalisis pengaruh kepatuhan wajib pajak membayar
pajak hotel terhadap penerimaan di UPPD Kelapa Gading.
4. Untuk mengetahui dan menilai kepatuhan wajib pajak dalam
melakukan kewajiban perpajakannya.

F. KERANGKA BERPIKIR
Pembangunan

daerah

merupakan

bagian

dari

pembangunan

nasional yang perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan


masyarakat. Sejak diundangkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU
Nomor 25 Tahun 1999 yang telah dirubah menjadi UU Nomor 32 Tahun
2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004, pembangunan daerah dilaksanakan
berdasarkan prinsip otonomi daerah. Ciri utama yang menunjukkan suatu
daerah

mampu

berotonomi

terletak

pada

kemampuan

keuangan

daerahnya. Artinya daerah otonomi harus memiliki kewenangan dan


kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan secara mandiri,
mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai
untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah. Daerah yang
mempunyai

pendapatan

yang

cukup

besar

dan

independen

akan

mempunyai posisi yang lebih baik dari pada yang tergantung dari dana
Pemerintah Pusat, sebab dengan pembiayaan yang lebih banyak diperoleh
dari usaha sendiri, maka pemerintah daerah akan lebih fleksibel dalam
mengelola keuangannya.
Sejak diberlakukannya UU No 28 Tahun 2009 tentang pajak dan
retribusi daerah dan dituangkan dalam Perda Kota Jakarta Nomor 5 Tahun
2011 tentang Pajak Hotel, Perda Kota Jakarta nomor 3 Tahun 2011 tentang
Pajak Restoran dan Perda Nomor 4 tentang Pajak Hiburan di Kota Jakarta,
maka sistem pemungutan pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan
dilakukan dengan self assessment system. Peningkatan penerimaan pajak
daerah yang dapat meningkatkan PAD Kota Jakarta. Wajib pajak hotel

adalah wajib pungut atas pajak hotel yang dibayarkan oleh obyek pajak
selaku pengguna jasa hotel.
Setiap

kali

pemungutan

atas

terjadi
pajak

transaksi
tersebut

wajib
dan

pajak

berhak

melakukan

berkewajiban

melakukan

pencatatan, pelaporan dan penyetoran atas pajak tersebut kepada


pemerintah daerah, oleh karena itu masalah kepatuhan wajib pajak untuk
menghitung, melaporkan dan menyetorkan pajak hotel, pajak resoran dan
pajak hiburan dalam rangka meningkatkan pendapatan yang berguna
bagi pembangunan sangatlah diperlukan. Peningkatan penerimaan pajak
hotel , pajak restoran dan pajak hiburan di Kota Jakarta dari tahun 2009
sampai 2014 menunjukkan persentase yang semakin menurun. Salah satu
penyebabnya adalah karena masih terdapatnya tunggakan dari pajakpajak tersebut.
Peningkatan tunggakan pajak tersebut merupakan salah satu faktor
kurangnya kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Faktor yang
diperkirakan menjadi penyebab belum maksimalnya penerimaan pajak
(Lintje, 2012) adalah masih rendahnya kepatuhan pajak (tax compliance).
Beberapa hal yang memicu rendahnya kepatuhan pajak (Rahma, 2013)
antara lain pertama, wajib pajak umumnya cendrung menghindari
pembayaran pajak. Kedua, tingkat kepatuhan wajib pajak masih terbatas
pada yang bersifat administratif. Selain itu rendahnya kepatuhan wajib
pajak disebabkan oleh pengetahuan sebagian besar wajib pajak tentang
pajak serta persepsi wajib pajak tentang pajak dan petugas pajak yang
masih rendah, disamping itu pemeriksaan pajak juga merupakan kunci

dari kepatuhan pajak karena pemeriksaan pajak mempunyai efek jera


yang signifikan terhadap wajib pajak.
Sebagai konsekuensi dari penerapan Self Assessment System fiskus
mempunyai tanggung jawab dalam meningkatkan kesadaran wajib pajak
Ditjen pajak meningkatkan kompetensei para penyuluh pajak, karena
tenaga

penyuluh

mengedukasi

memiliki

dan

peranan

meningkatkan

yang

sangat

kepatuhan

strategis

Wajib

Pajak

untuk
(WP).

(www.pajak.go.id)
Menurut Safri Nurmantu (2005:148) Kepatuhan Wajib Pajak adalah
suatu

keadaan

dimana

Wajib

Pajak

memenuhi

semua

kewajiban

perpajakan dan melaksanakan kewajiban perpajakan dan melaksanakan


hak perpajakannya.

G.

METODOLOGI PENELITIAN
1. Objek Penelitian
Yaitu Pajak Hotel. Yang dimaksud Pajak Hotel adalah pungutan
pajak atas pelayanan
pembayaran.

2. Lokasi Penelitian

yang

disediakan

hotel

dengan

Yaitu Dinas pendapatan Daerah di Jakarta. Jakarta merupakan


kota budaya dan periwisata, sehingga diperlukan fasilitas-fasilitas
yang

memadai

untuk

mendukungnya.

Salah

satu

sarana

pendukung untuk terciptanya kota budaya dan pariwisata adalah


hotel.
3. Jenis dan Sumber Data
a.

Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara


dengan pihak-pihak terkait.

b.

Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh untuk mendukung


data primer yang diperoleh melalui literatur dan sumbersumber lain. Dalam penelitian ini penulis memperoleh data
dan bahan melalui metode:

1. Studi Kepustakaan Yaitu metode pengumpulan data dan bahan


dengan cara membaca literatur seperti UU, Perda, KMK, dan lainlain.
2. Wawancara Yaitu metode pengumpulan data dan bahan dengan
cara melakukan tanya jawab kepada petugas UPPD
3. Analisis Data Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap,
tahap selanjutnya adalah analisis data. Pada tahap ini data yang
dikumpulkan akan diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa
sehingga

dapat

dipergunakan

untuk

menjawab

persoalan

penelitian. Dalam hal ini data penerimaan Pajak Hotel setelah dan
sebelum diaudit akan dibandingkan sehingga dapat diketahui

perbedaan penerimaan pajaknya. Data yang digunakan diambil


dari data audit selama tahun 2002. Dari hasil tersebut diharapkan
dapat menjawab permasalahan yang ada.

H. Signifikansi Penelitian
Signifikansi dibidang akademik, praktisi, dan pemerintah adalah sebagai
berikut :
1. Akademis, Menambah bahan kajian dan menambah literatur bagi
para pihak yang ingin menambah pengetahuan dalam perpajakan
2. Praktisi, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi Pemerintah Kota DKI Jakarta dalam mengambil
kebijakan

peningkatan

penerimaan

pajak

hotel

dalam

pembangunan daerah.
3. Pemerintah, Memberikan masukan kepada Direktorat Jendral Pajak
terhadap pamahaman dan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Sehingga temuan ini nantinya diharapkan
dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengetahui tingkat
kepatuhan sebelum dilakukan pemeriksaan pajak lebih lanjut.

I. Jadual Penelitian
Dalam pemaparan jadwal penelitian, proses pelaksanaan penelitian dibagi
menurut tahapan-tahapan berjadwal sebagaimana tampak dalam pada tabel di
bawah

J. Daftar Pustaka
Nurmantu,

Safri.

2005.

Pengantar

Perpajakan

Edisi

Ketiga.Jakarta.Granit
M. Nazir, 2003, Metode penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia
Supriyatin dan Hidayati,Nur. 2008. Pengaruh Pengetahuan Pajak dan
Persepsi Wajib

Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Teknologi

Informasi.Vol 7,No.1,41-50.
Soemitro, Rochmat. 2004. Asas Dan Dasar Perpajakan 1 edisi revisi.
ISBN
Munawir. 1997. Perpajakan. Edisi Kelima.Yogjakarta:Liberty

Ghoni. 2011. Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan Pajak Terhadap


Kepatuhan Wajib Pajak Daerah. Universitas Negeri Surabaya.
Burton, Richard. 2008. Kajian Aktual Perpajakan. Jakarta : Salemba
Empat
Devas, Nick. 1999. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia.
Jakarta: UIPress

C.

Anda mungkin juga menyukai