Anda di halaman 1dari 3

Europe PMC Funders Group

Author Manuscript
Osteoporos Int. Author manuscript; available in PMC 2015 June 01.
Published in final edited form as:
Osteoporos Int. 2014 December ; 25(12): 26732684. doi:10.1007/s00198-014-2783-5.

Vitamin D dan Kesehatan Tulang Pada Bayi dan


Anak-Anak
Dr Rebecca J Moon, BM BSc MRCPCH1,2 [Clinical Research Fellow], Dr Nicholas
C Harvey, MA MB BChir MRCP PhD1,3 [Senior Lecturer and Honorary Consultant
Rheumatologist], Dr Justin H Davies, MBBCh MD MRCP FRCPCH2 [Consultant
Paediatric Endocrinologist], and Professor Cyrus Cooper, MA DM FRCP FFPH
FMedSci 1,3,4 [Professor of Rheumatology and Director]
1

MRC Lifecourse Epidemiology Unit, University of Southampton, Southampton, UK SO16 6YD


Paediatric Endocrinology, Southampton University Hospitals NHS Foundation Trust, Southampton,
UK SO16 6YD
3
NIHR Southampton Biomedical Research Centre, University of Southampton and University
Hospital Southampton NHS Foundation Trust, Tremona Road, Southampton, SO16 6YD UK
4
NIHR Musculoskeletal Biomedical Research Unit, University of Oxford, Nuffield
Orthopedic Centre, Headington, Oxford, OX3 7HE
2

Abstrak
Selama pertumbuhan, kekurangan vitamin D berat pada anak-anak dapat mengakibatkan
hipokalsemia simptomatik dan rakhitis. Meskipun beberapa studi menyebutkan adanya
peningkatan sekuler dalam kejadian rakhitis, pengamatan ini lebih dipengaruhi oleh perubahan
demografi penduduk daripada perubahan usia, jenis kelamin dan tingkat insiden etnis tertentu;
memang secara keseluruhan kejadian rakhitis masih jarang dan jarang ditemukan pada anakanak ras kulit putih. Selain itu, dampak dari defisiensi dan insufisiensi vitamin D berat telah
mendapat banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Dalam ulasan ini kita
mempertimbangkan bukti hubungan status vitamin D untuk risiko fraktur dan kepadatan mineral
tulang (bone mineral density - BMD) pada anak-anak dan remaja. Kami menyimpulkan bahwa
ada bukti yang cukup untuk mendukung bahwa 25-hydroxyvitamin D [25 (OH) D] yang rendah
dalam darah meningkatkan risiko patah tulang pada anak. Secara keseluruhan, hubungan antara
25 (OH) D dan BMD tidak konsisten di seluruh studi dan lokasi tulang dalam studi yang sama;
namun ada bukti yang menunjukkan bahwa pemberian suplemen vitamin pada anak-anak
dengan tingkat 25 (OH) D yang rendah dapat meningkatkan BMD. Penelitian acak berkualitas
tinggi sekarang diperlukan untuk mengkonfirmasi manfaat ini.

Kata Kunci

vitamin D; rakhitis; kepadatan mineral tulang; patah; masa kecil

Pendahuluan
Kekurangan vitamin D berat (vitamin D deficiency - VDD) dapat mengakibatkan rakhitis,
penyakit tulang metabolik dan hipokalsemia selama pertumbuhan bayi dan anak-anak. Selain
itu, dalam beberapa tahun terakhir mulai dipertimbangkan adanya kontribusi vitamin D untuk
aspek-aspek lain dari kesehatan tulang, termasuk risiko patah tulang dan kepadatan mineral
tulang (BMD). Bersamaan juga adanya peningkatan dalam screening untuk VDD [1,2], dan
kembali munculnya VDD dan rakhitis pada banyak negara maju [3-7]. Pada orang yang lebih
tua, VDD dikaitkan dengan peningkatan risiko patah tulang dan ada beberapa bukti bahwa
suplemen vitamin D (dengan kombinasi kalsium) dapat mengurangi hal ini [8]. Meskipun
obesitas memiliki efek yang berlawanan terhadap kejadian patah tulang antara anak dan
dewasa [9], kesimpulan ini masih perlu pendekatan hati-hati. Dalam ulasan ini, kita lebih
berfokus pada bukti bahwa insufisiensi vitamin D dapat berdampak negatif pada kesehatan
dan pertumbuhan tulang.

Epidemiologi defisiensi vitamin D pada anak


Fisiologi vitamin D, termasuk sintesis endogen secara fotokonversi dari 7-dehydrocholesterol
menjadi pra-vitamin D, dan peran vitamin D dalam homeostasis kalsium dan fosfat sudah
dipahami dengan baik. Oleh karena itu kami merujuk pembaca ke sejumlah artikel review
terbaru di mana penjelasan rinci tentang hal ini dapat diperoleh [10-12].
Serum 25-hydroxyvitamin D [25 (OH) D] saat ini dianggap sebagai penanda terbaik status
vitamin D, dan ada peningkatan bukti bahwa tingkat 25(OH)D yang rendah sering ditemukan
pada anak-anak. Dua studi UK besar terbaru menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari anakanak memiliki serum 25(OH)D <50nmol/l [13,14]. Faktor risiko terjadinya tingkat 25(OH)D
rendah adalah pigmentasi kulit dan faktor gaya hidup yang berhubungan dengan kurangnya
paparan sinar matahari ke kulit (termasuk penutup kulit yang luas, kurang bermain di luar
ruangan, tingginya penggunaan tabir surya), musim dingin, dan obesitas [15]. Di Inggris ,
anak-anak yang berada di Inggris Utara dan Skotlandia memiliki tingkat 25(OH)D lebih
rendah dibanding anak-anak di Inggris Selatan [13,16]. Oleh karena itu, prevalensi VDD yang
dilaporkan tergantung pada populasi yang diteliti; misalnya 73% dari remaja perempuan di
sebuah sekolah multi-etnis di Inggris memiliki 25 (OH) D < 30nmol [17].
Meskipun prevalensi serum rendah 25(OH)D cukup tinggi, bisa tidaknya hal ini dikaitkan
dengan klinis masih belum jelas. Tidak ada keraguan bahwa VDD berat dapat menyebabkan
hipokalsemia simptomatik dan rakhitis (untuk ulasan rinci patofisiologi, gambaran klinis dan
radiologi rakhitis, lihat artikel [10-12,18,19]). Namun, walaupun sudah ada pendapat bahwa
kasus rakhitis meningkat di banyak negara maju, termasuk Inggris [3], Australia [4], Amerika
Serikat [6,5] dan Denmark [7], rakhitis tetap jarang terjadi. Survei di Inggris, Kanada dan
Australia melaporkan kejadian VDD (rakitis radiografi atau kejang hypocalcaemic karena

VDD) antara 2,9 - 7,5 per 100.000 anak [20-22], tetapi VDD rakhitis jarang terjadi pada anakanak ras Kaukasia kulit putih dan sebagian besar kasus yang dilaporkan pada anak-anak dari
Afrika dan etnis Asia [3,4,20,21]. Pada tahun 2001, survei atas rakhitis akibat VDD pada anakanak berusia kurang dari 5 tahun di West Midlands, UK, diperkirakan kejadian pada anakanak Kaukasia sebesar 0,4 per 100.000 dibandingkan dengan 38 per 100.000 pada anak-anak
Asia dan 95 per 100.000 pada anak-anak dari etnis Black-Afrika atau Afro-Karibia [20].

Anda mungkin juga menyukai