Anda di halaman 1dari 14

budidaya ketimun

April 22, 2009

TIMUN
Family CUCURBITACEAE

Deskripsi

Timun (Cucumber) merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar atau


memanjat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin atau spiral.

Manfaat

Bagian yang dimakan dari sayuran ini adalah buahnya. Biasanya buah timun
dimakan mentah sebagai lalap. Atau, buah itu dapat pula diasinkan sebagai teman
nasi. Buah timun banyak mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C.

Syarat Tumbuh

Timun jepang seperti jenis lainnya dapat hidup pada lahan berketinggian sekitar
200 800 m dpl. Pertumbuhan optimalnya dapat dicapai jika di tanam pada lahan
yang berada pada ketinggian 400 m dpl. Sedangkan tekstur tanah yang dikehendaki
adalah tanah berkadar liat rendah dengan pH tanah sekitar 6 7.

Pedoman Budidaya

Tanah yang telah diolah dicampur dengan pupuk kandang atau kompos sebanyak
10-20 kg/ha. Setelah itu, dibuatkan bedengan dengan lebar 100 cm dan saluran air

selebar 20-30 cm. Panjang bedengan tergantung keadaan musim. Jika musim hujan,
bedengan dibuat lebih tinggi agar drainase dan aerasi baik, yaitu 30-40 cm.
Sedangkan jika musim kemarau, bedengan hanya berukuran 20-25 cm. Syarat
tumbuh dan budidaya timun gherkin sama seperti budidaya timun jepang. Yang
berbeda hanya jarak tanam optimal, panen, dan ukuran buah yang dipanen.
Penanaman timun gherkin berjarak tanam optimal 60 x 50 cm. Timun ini dapat
dipanen sekitar 42 hari dengan ukuran buah sekitar 6-9 cm atau tergantung
permintaan pembeli. PEMILIHAN BENIH DAN PERSEMAIAN Benih timun jepang dan
timun gherkin masih diimpor dari negeri asalnya. Sebelum benih ditanam,
sebaiknya media persemaian dipersiapkan terlebih dahulu. Media persemaian itu
berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 7:3. Sebagai
tempat media persemaian dapat digunakan polybag atau kantung plastik
transparan. Sebelum digunakan, media semai disterilkan dulu dengan
Dithane/Cobox 0,2 % clan Furadan/Curater sebanyak 15 g/100 kg media. Meskipun
benih dapat langsung ditanam, namun untuk mengurangi kegagalan, sebaiknya
benih mendapat perlakuan sebagai berikut. 1. Benih direndam selama 15 menit.
Benih yang mengapung sebaiknya dibuang. 2. Benih yang tetap tenggelam
direndam kembali selama 24 jam. 3. Selanjutnya benih dipindahkan ke lipatan
handuk basah selama 12 jam hingga bakal akarnya keluar. 4. Setelah bakal akarnya
keluar, benih dapat langsung ditanam di tempat yang telah disiapkan. Pada musim
hujan, persemaian harus diberi atap plastik transparan. Jika timun disemaikan saat
musim kemarau, bedengan bisa dibuat di tempat terbuka. Namun, pada beberapa
hari pertama, bedengan harus ditutup dengan daun-daun kering. Usahakan sinar
matahari bisa masuk lebih kurang 35 %. Tanah persemaian disiram setiap 1-2 hari
sekali. Apabila daun keping terbuka, bibit disemprot dengan Antracol dan Cobox
(fungisida), Karphos atau Hostathion (insektisida), dan Agrept (bakterisida) setiap 2
hari sekali. Dosis yang digunakan setengah dari dosis yang dianjurkan. PENANAMAN
Penanaman bibit dapat dilakukan jika bibit telah berumur 10-14 hari atau setelah
memiliki dua daun. Penanaman ini tergantung pada ketinggian tempat. Penanaman
dilakukan lebih cepat 2-4 hari dari setiap penurunan 200 m dpl. Bibit yang akan
ditanam direndam dahulu dalam larutan Dithane 0,1 % dan diberi pupuk NPK
butiran sebanyak 3-6 butir/bumbung. Pada lahan yang telah dibuat bedengan
ditebarkan pupuk dasar Urea (ZA) 10 g/m2, TSP 55 g/m dan KCl 10 g/m secara
merata. Selanjutnya tanah diberi Furadan atau Curater B 5 g/m ditambah Cobox
atau Dithane 0,2 %. Setelah itu, penanaman dapat dimulai. Jarak tanam optimal
adalah 120 x 40 cm.

Pemeliharaan

Penyiraman hanya dilakukan apabila air tanah clan air hujan kurang. Pada minggu
pertama, tanaman disiram setiap 1-2 hari sekali. Dan, pada minggu berikutnya,

disiram setiap 4-6 hari sekali. Pemupukan susulan berupa Urea dan KCl diberikan
selang antara 10-14 hari sekali. Pemberiannya dilakukan dengan cara ditugal sejauh
kurang lebih 7 cm dari tanaman. Banyaknya pupuk susulan seperti terlihat pada
Tabel 7. Untuk mengatur kelembapan dan menekan pertumbuhan gulma, tanaman
diberi mulsa berupa potongan rumput atau jerami kering. Selanjutnya setiap
tanaman diberi sebuah lanjaran dan setiap lanjaran dihubungkan dengan belahan
bambu yang lebih kecil. Lanjaran dapat pula diganti dengan jaring yang
pemasangannya lebih mudah. Tanaman yang telah bercabang, berbunga, dan
berbuah perlu dipangkas. Cabang pada daun pertama sampai kelima atau ketujuh
dibuang. Cabang-cabang yang tumbuh kemudian dibuang setelah 2-3 cabangnya
keluar, demikian pula dengan ranting. Setelah ketinggiannya mencapai 150 cm,
pucuk batang utama dipotong sehingga diharapkan pada ketinggian 180 cm
pertumbuhan meninggi sudah terhenti. Tanaman yang pertumbuhan daunnya
terlalu lebat dapat dijarangkan. Seminggu setelah penanaman, dilakukan
penyemprotan pestisida untuk mencegah serangan hama clan penyakit. Pada awal
penyemprotan, dosisnya setengah dari yang dianjurkan. Penyemprotan dilakukan
seminggu sekali. Jika turun hujan, penyemprotan diulang kembali.

Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit pada timun sebenarnya tidak terlalu banyak. Pemberantasan
hama dan penyakit segera dilakukan setelah terlihat tanda-tanda serangan. Cara
pemberantasannya antara lain dengan cara mekanis (eradiksi/pemotongan daun)
maupun dengan cara kimia (penyemprotan pestisida). Perlakuan terbaik adalah
dengan jalan pencegahan (preventif). HAMA THRIPS Nimfa dan imago thrips dari
ordo Thysamoptera sama-sama merusak tanaman, yaitu meraut dan mengisap
cairan sel. Tanda kerusakan awal adalah apabila daun dihadapkan pada sinar
matahari akan terlihat bintik berwarna putih sebesar tubuh hama itu sendiri.
Selanjutnya bintik ini meluas dan akhirnya daun menguning dan mengering.
Pengendalian serangan hama ini dilakukan dengan cara mekanis, yaitu membunuh
binatangnya bila terlihat pada batang tanaman. Cara lainnya adalah dengan jalan
memasukkan larutan insektisida ke sarangnya atau dilakukan penyemprotan
insektisida pada tanaman. JANGKRIK Jangkrik dari ordo Ortoptera menyerang
tanaman timun gherkin muda di lapang. Jangkrik ini memotong batang tanaman
kemudian potongannya ditinggalkan di tempat atau dibawa ke sarangnya.
Pengendaliannya sama dengan pengendalian pada thrips. PENYAKIT DOWNY
MILDEW Serangan penyakit Downy mildew (Pseudomonas cubensis Berk dan Curt)
diawali dengan adanya bintik hitam pada permukaan daun yang kemudian berubah
menjadi kuning. Selanjutnya bintik ini meluas menjadi bercak kotak-kotak berwarna
kuning atau cokelat mengikuti besarnya jala (tulang daun) yang menghubungkan
cabang-cabang pada tulan daun. Tanda yang lain adalah terdapatnya jamur

berwarna hitam pada bagian bawah daun. Pengendalian dan pemberantasan


penyakit ini dilakukan dengan penyemprotan fungisida seperti Benlate atau
Dithane-45. POWDERY MILDEW Awal serangan penyakit ini ditandai dengan
terdapatnya serbuk halus berwarna putih pada permukaan atas dan bawah daun.
Selanjutnya spora jamur ini akan meluas merata pada helaian daun sehingga
menyebabkan daun menguning, menebal, kaku, dan melipat ke atas. Pengendalian
dan pemberantasannya sama seperti pada penyakit Downy mildew.

Panen dan Pasca Panen

Timun gherkin dapat dipanen setelah tanaman berumur 38 40 hari sejak tanam.
Buah yang dipanen berukuran panjang sekitar 18 20 cm dengan berat antara 80120 g. Buah yang berbentuk lurus berdiameter 1,5 2,5 cm dengan berat 20 g
adalah buah kualitas super. Saat panen yang baik adalah pagi hari antara pukul
06.00-10.00 dan sore hari antara pukul 15.00-17.00.

BUDIDAYA MENTIMUN

I. PENDAHULUAN
Produksi mentimun di Indonesia masih sangat rendah padahal potensinya masih
bisa ditingkatkan. Untuk itu PT. Natural Nusantara berupaya turut membantu
meningkatkan produksi secara Kualitas, Kuantitas dan Kelestarian (K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN


2.1. Iklim
Adaptasi mentimun pada berbagai iklim cukup tinggi, namun pertumbuhan
optimum pada iklim kering. Cukup mendapat sinar matahari, temperatur (21,1 26,7)C dan tidak banyak hujan. Ketinggian optimum 1.000 - 1.200 mdpl.

2.2. Media Tanam

Tanah gembur, banyak mengandung humus, tata air baik, tanah mudah
meresapkan air, pH tanah 6-7.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


3.1. Pembibitan
a. Siapkan Natural GLIO dan campurkan dengan pupuk kandang matang, diamkan 1
minggu.
b. Siapkan tanah halus dan pukan dapat diganti SUPERNASA / POC NASA yang telah
dicampur Natural GLIO (tanah : pukan = 7:3) dan masukkan polybag.
c. Rendam benih dalam larutan POC NASA dan air hangat (2cc/l) selama 30 menit.
d. Peram selama 12 jam. Setiap benih yang berkecambah dipindahkan ke polibag
sedalam 0,5-1 cm.
e. Polybag dinaungi plastik bening dan bibit disiram dua kali sehari.
f. Semprotkan POC NASA (2cc/l air) pada 7 hss.
g. Setelah berumur 12 hari atau berdaun 3-4 helai, bibit dipindahkan ke kebun.
3.2. Pengolahan Media Tanam
a. Bersihkan lahan dari gulma, rumput, pohon yang tidak diperlukan.
b. Berikan kalsit/dolomit (pH tanah <6>3.3. Penanaman
- Siram bibit dalam polibag dengan air
- Keluarkan bibit bersama medianya dari polibag.
- Tanamkan bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar batang.

3.4. Pemeliharaan Tanaman


- Tanaman yang rusak atau mati dicabut dan segera disulam dengan tanaman yang
baik.
- Bersihkan gulma (bisa bersama waktu pemupukan).
- Pasang ajir pada 5 hst ( hari setelah tanam ) untuk merambatkan tanaman.

- Daun yang terlalu lebat dipangkas, dilakukan 3 minggu setelah tanam pada pagi
atau sore hari.
- Pengairan dan Penyiraman rutin dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan cara di
siram atau menggenangi lahan selama 15-30 menit. -Selanjutnya pengairan hanya
dilakukan jika diperlukan dan diintensifkan kembali pada masa pembungaan dan
pembuahan.

3.5. Pemupukan:

Waktu
Pupuk (kg)

TSP
Urea
KCL

Pukan

Pupuk Dasar
150
150
150
20.000

3-5 hst
100

150
100

10 hst
250
300
100

Setelah berbunga

250

250

Setelah Panen I

100
100

POC NASA +
Hormonik

(Mulai umur
210 minggu)
Disemprotkan ke daun :
Alternatif 1: 8 kali ( interval 1 minggu sekali) dgn dosis 3 4 tutup POC NASA + 1
tutup Hormonik per tangki
Alternatif 2: 4 kali (interval 2 minggu sekali ) dgn dosis 6 - 8 tutup POC NASA + 1
tutup Hormonik per tangki

3.6. Hama dan Penyakit


3.6.1. Hama
a. Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver).
Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Gejala : merusak dan
memakan daging daun sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal
tulangnya. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA.

b. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)


Ulat ini berwarna hitam dan menyerang tanaman terutama yang masih muda.
Gejala: Batang tanaman dipotong disekitar leher akar.

c. Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)


Lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat menyerang mentimun muda untuk bertelur,
Gejala: memakan daging buah sehingga buah abnormal dan membusuk.
Pengendalian : Natural METILAT.

d. Kutu daun (Aphis gossypii Clover)


Kutu berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap
sampai hitam. Gejala: menyerang pucuk tanaman sehingga daun keriput, kerititing
dan menggulung. Kutu ini juga penyebar virus. Pengendalian : Natural BVR atau
PESTONA

3.6.2. Penyakit
a. Busuk daun (Downy mildew)
Penyebab : Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi kulit daun pada
kelembaban udara tinggi, temperatur 16 - 22C dan berembun atau berkabut.
Gejala : daun berbercak kuning dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat dan
busuk. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

b. Penyakit tepung (Powdery mildew )


Penyebab : Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah kering di musim
kemarau dengan kelemaban tinggi. Gejala : permukaan daun dan batang muda
ditutupi tepung putih, kemudian berubah menjadi kuning dan mengering.
Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

c. Antraknose
Penyebab : cendawan Colletotrichum lagenarium Pass. Gejala: bercak-bercak coklat
pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan menyebabkan daun
mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab,
di tengah bercak terbentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian :
Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

d. Bercak daun bersudut


Penyebab : cendawan Pseudomonas lachrymans. Menyebar pada saat musim hujan.
Gejala : daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan berat seluruh
daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan
berlubang. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

e. Virus
Penyebab : Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato virus mosaic, PVM; Tobacco Etch
Virus, TEV; otato Bushy Stunt Virus (TBSV); Serangga vektor adalah kutu daun
Myzus persicae Sulz dan Aphis gossypii Glov. Gejala : daun menjadi belang hijau tua
dan hijau muda, daun berkerut, tepi daun menggulung, tanaman kerdil.
Pengendalian: dengan mengendalikan serangga vektor dengan Natural BVR atau
PESTONA, mengurangi kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit dan rotasi
dengan famili bukan Cucurbitaceae.

f. Kudis (Scab)
Penyebab : cendawan Cladosporium cucumerinum Ell.et Arth. Terjadi pada buah
mentimun muda. Gejala : ada bercak basah yang mengeluarkan cairam yang jika
mengering akan seperti karet; bila menyerang buah tua, terbentuk kudis yang
bergabus. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

g. Busuk buah
Penyebab : cendawan (1) Phytium aphinadermatum (Edson) Fizt.; (2) Phytopthora
sp., Fusarium sp.; (3) Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. Carotovora. Infeksi
terjadi di kebun atau di tempat penyimpanan. Gejala : (1) Phytium
aphinadermatum: buah busuk basah dan jika ditekan, buah pecah; (2) Phytopthora:
bercak agak basah yang akan menjadi lunak dan berwarna coklat dan berkerut; (3)
Rhizophus: bercak agak besah, kulit buah lunak ditumbuhi jamur, buah mudah
pecah; (4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk.
Pengendalian: dengan menghindari luka mekanis, penanganan pasca panen yang
hati-hati, penyimpanan dalam wadah bersih dengan suhu antara 5 - 7 derajat C.
Dan pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

3.7. Panen

3.7.1. Ciri dan Umur Panen


Buah mentimun muda lokal untuk sayuran, asinan atau acar umumnya dipetik 2-3
bulan setelah tanam, mentimun hibrida dipanen 42 hari setelah tanam Mentimun
Suri dipanen setelah matang.

3.7.2. Cara Panen


Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai buah
dengan pisau tajam.

3.7.3.Periode Panen
Mentimun sayur dipanen 5 - 10 hari sekali tergantung dari varitas dan ukuran/umur
buah yang dikehendaki.

BUDIDAYA TERONG
Terong, Sayuran Prospektif yang Belum Digarap Intensif Dengan kandungan gizi
yang tinggi, beragam serta didukung dengan rasanya yang enak membuat sayuran
ini sangat disukai tua muda, yang di desa maupun kota sehingga dikenal luas.
Sayangnya, budidaya sayuran terong ini belum dilakukan secara intensif padahal
permintaan masyarakat akan komoditas ini semakin meningkat bahkan peluang
ekspor pun masih terbuka Terong merupakan sayuran yang sudah dikenal luas
masyarakat Indonesia. Ini tidak terlepas dari kebiasaan kita yang mengkonsumsinya
baik dalam bentuk sayuran olahan maupun secara mentah. Dengan semakin
beragamnya selera masyarakat terhadap terong, bentuknya pun mengalami
perkembangan. Namun demikian, secara umum ciri fisik terong tidak jauh berbeda
dari karakter seperti : bentuk bulat/lonjong, panjang, berkulit mulus, dengan kaliks
(tangkai buah) yang besar sesuai ukuran buahnya. Buah terong merupakan sumber
kalori yang cukup besar yaitu sekitar 24 kal. Selain sebagai sumber kalori, buah
terong juga mempunyai komposisi gizi antara lain mengandung 1.5 % Protein, 0.2
gr lemak, 5.5 gr hidrat arang, 15 gram kalsium, 37 mg Fosfor, Besi 0.4 mg, Vit A 30
SI , Vit B1 0.04 mg, dan Vit C 5 mg. Dengan komposisi gizi seperti itu maka buah
terong cocok dikonsumsi untuk perbaikan gizi. Meskipun terong termasuk sayuran
yang digemari masyarakat, nampaknya budidaya tanaman terong ini tidak seintensif budidaya tanaman sayuran favourit lain seperti cabai, tomat, bawang, dan
lainnya. Kenyataannya tidak sedikit petani kita yang menanamnya sebagai
pelengkap dan kadang ditumpangsarikan dengan tanaman lain. Tentu saja hal ini

tidak terlepas dari masih kurang pentingnya peran komoditas terong di masyarakat.
Padahal bila kita mengkaji potensi pasar dalam negeri saja pengusahaan terong
secara intensif memberikan peluang yang cerah. Saat ini hanya ada beberapa pihak
saja yang mengelola terong ini secara intensif, bermitra dengan petani kemudian
melakukan pengolahan sehingga memiliki nilai tambah untuk diekspor ke luar
negeri. Meskipun data sensus pertanian 1998 mengungkapkan adanya
kecendrungan peningkatan baik dari produksi maupun luas areal sayuran terong di
Indonesia yaitu sekitar 14.31 persen, namun dibandingkan luas areal sayuran
potensial yang ada konstribusinya sangat kecil. Bahkan ada kecendrungan areal
penanamannya semakin lama semakin berkurang. Padahal dengan adanya
peningkatan permintaan tersebut menunjukkan peluang pasar terong masih
terbuka. Kondisi ini semakin diperparah dengan masih rendahnya tingkat
produktifitas terong yang dihasilkan petani yaitu berkisar 60 80 kuintal per hektar.
Hal itu menunjukkan bahwa pengusahaan terong di Indonesia belum digarap secara
optimal. Persoalan rendahnya produktifitas ini tentu saja erat kaitannya dengan
penggunaan benih terong yang selama ini dipakai petani disamping teknik budidaya
yang harus dioptimalkan. Penggunaan benih lokal maupun hibrida yang sudah
diturunkan akan mempengaruhi hasil panen karena sifat-sifat unggul yang
diturunkan tersebut sudah tenggelam karena telah ditutupi gen resesif atau gen
pembawa sifat yang tidak baik. Padahal seperti kita ketahui bahwa varietas hibrida
selalu memiliki kelebihan sifat unggul. Kecenderungan petani menggunakan
varietas lokal maupun benih turunan ini tentu saja sangat disayangkan apalagi bila
tujuan kita ingin mengoptimalkan hasil panen. Hal ini disebabkan pada benih lokal
bukanlah hasil persilangan atau hasil kombinasi sehingga tidak ada penggabungan
sifat unggul. Sedangkan apabila petani menggunakan benih hibrida turunan tentu
saja sangat tidak dianjurkan karena sifat-sifat jelek yang dibawa oleh induknya akan
bermunculan sehingga tanaman beserta hasil panennya tidak seragan. Melihat dari
kecendrungan permintaan buah terong yang meningkat, maka usaha peningkatan
produktifitas tanaman terong dapat dilakukan dengan penanaman secara intensif
dan penggunaan benih unggul. Persemaian Budidaya terong secara intensif dimulai
dari persiapan media semai. Benih terong yang akan ditanam harus berasal dari
benih hibrida sehingga hasil yang dicapai nanti lebih optimal. Disaat kita melakukan
pemeraman benih terong dengan kertas basah maupun handuk lembab selama 24
jam, kita mempersiapkan media semai yang terdiri dari campuran tanah dan pukan
(pupuk kandang) dengan perban-dingan 2 : 1. Penggunaan pestisida bahan aktif
metalaksil (Saromyl 35 SD) sebagai pencegah jamur dapat menghindarkan bibit dari
penyakit dumping off . Hasil campuran media tersebut dimasukkan ke dalam
polybag dengan tinggi 8 cm dan diameter 5 cm. Persiapan Lahan Setelah 24 jam
benih tersebut melalui proses pemeraman yang dicirikan dengan munculnya
radikula (calon akar), maka benih tadi siap dipindahkan ke media semai
menggunakan pinset dengan posisi radikula dibawah. Selama benih di persemaian ,
kita dapat melakukan persiapan tanam dengan mengolah tanah. Persiapan lahan
diawali dengan pembajakan sekali agar lapisan tanah yang ada di atas berada di
bawah dan sebaliknya. Selanjutnya lahan diairi dengan cara di-leb/digenangi secara

merata. Penggenangan sebaiknya dilakukan 3-5 jam dan selanjutnya dilakukan


pembajakan kedua kalinya agar pembuatan bedengan lebih mudah. Untuk
mencapai hasil maksimal, maka untuk pupuk dasar sebaiknya diberikan pupuk
kandang sebanyak 15 kg/ 10 m2, dolomit 10-15 kg/ 10 m2, (khusus untuk tanah
basah/tergenang/bersifat asam). Setelah pupuk kandang ditaburkan merata, maka
ditambahkan pupuk urea dengan dosis 2,5 kg/10 tanaman, SP-36 3 kg/10 tanaman
dan KCl 1,5 kg/10 tanaman. Jika kita menggunakan NPK maka pemberian dapat
dilakukan dengan dosis 3 kg/10 tanaman. Setelah tanah dicampur dengan pupuk
maka barulah dibentuk bedengan bedengan membentuk single row (satu baris
satu tanaman) dengan jarak antar tanaman 75 cm untuk selanjutnya dipasang
mulsa hitam perak. Penanaman Benih yang telah disemai selama 25 hari setelah
semai (HSS) dapat ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan. Ciri dari bibit
tanaman terong yang siap tanam adalah munculnya atau keluar 3 lembar helai
daun sempurna atau mencapai tinggi 7,5 cm. Sebaiknya penanaman dilakukan
pada sore hari setelah dilakukan penggenangan untuk mempermudah pemindahan
dan masa adaptasi pertumbuhan awal. Sistem tanam yang digunakan untuk terong
adalah sistem single row, dengan jarak antara tanaman 75 cm. Bibit yang siap
tanam dimasukkan kedalam lubang tanam yang ditugal sedalam 10-15 cm
kemudian ditekan ke bawah sambil ditimbun dengan tanah yang berada di sekitar
lubang mulsa sebatas leher akar (pangkal batang). Untuk menjaga dari serangan
hama dapat diberikan insektisida bahan aktif carbofuran. KOMPOSISI GIZI
KANDUNGAN JUMLAH Kalori Protein Lemak Hidrat Arang Kalsium Fosfor Besi Vit A Vit
B1 Vit C Air Bagian yang dapat dimakan 24 kal 1,5 gram 0.2 gram 5,5 gram 15
gram 37 (mg)/gram 0,4 mg 30 S.I 0,04 mg 5 mg 52,7 gram 87 % Sumber : Buku
Pintar 2000 Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman terong tidak berbeda dari
tanaman lainnya, yaitu membutuhkan suplai air dan unsur hara yang cukup
sehingga penyiraman yang teratur, maupun pemupukan susulan sangat perlu
dilakukan. Penyiraman dapat dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari
selama seminggu pertama setelah tanam. Sedangkan pupuk susulan diberikan
pada tanaman umur 21 hst antara lain ZA dosis 2.5 3 gram/tanaman, SP-36 2.5
3 gram/tanaman, KCl sebanyak 1-1.5 gram/tanaman. Pupuk diberikan dipinggir
tanaman dengan jarak 10 cm dari pangkal batang. Pupuk susulan kedua dilakukan
pada umur 50 HST dengan pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 8-10 gram per
tanaman. Pemupukan ke IV yang terakhir yaitu NPK Grand-S 15 pada saat panen
yang kedua dilakukan dengan dosis sebanyak 10 gram. Disamping penyiraman dan
pemupukan, pencegahan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan
menyemprotkan pestisida sesuai dengan ham atau penyakit yang menyerang .
Sedangkan konsentrasinya disesuaikan dengan anjuran dan interval penyemprotan
sisesuaikan dengan intensitas serangan dan kondisi lingkungan. Panen Panen
pertama terong dapat dilakukan saat tanaman berumur 30 hst atau sekitar 15 18
hst setelah munculnya bunga. Kriteria panen buah terong layak panen adalah
daging belum keras, warna buah mengkilat, ukuran tidak terlalu besar ataupun
terlalu kecil. Sedangkan untuk terong jenis bulat kecil panen buah dapat dilakukan
pada umur 10-15 hari setelah muncul bunga dengan ciri : buah kelihatan segar,

warnanya cerah bagi terong tipe hijau dan belum berwarna kecoklatan bagi terong
berwarna ungu, bila dipotong belum tampak biji yang berwarna kuning keemasan
dan warna daging masih putih bersih. Pemanenan dapat dilakukan seminggu dua
kali sehingga total dalam satu musim dapat dilakukan 8 kali panen dengan potensi
jumlah buah per tanaman bisa mencapai 21 buah. Setelah pemanenan yang ke
delapan biasanya produksi mulai menurun baik kwalitas maupun kwantitasnya.
Keragaman bentuk dan Jenisnya Terong tergolong ke dalam keluarga terungterungan atau Solanaceae. Saat ini jenis terong dibedakan dari bentuk dan warna
kulit buahnya yaitu ada yang berwarna ungu dan ada yang berwarna hijau.
Sedangkan dari bentuknya ada yang panjang , ada pula yang bulat dan lonjong.
Dari beberapa jenis terong yang ada, saat ini masyarakat umumnya lebih
cenderung memilih terong yang berwarna ungu atau bernuansa ungu dibandingkan
yang berwarna hijau. Bila ditinjau dari segi rasanya tentu saja tidak jauh berbeda,
hanya saja ada beberapa diantaranya yang memiliki rasa manis, kesat dan tawar.
Kecendrungan dalam memilih jenis terong ini juga dipengaruhi oleh selera
masyarakat. Bisa saja daerah yang satu dengan daerah yang lain berbeda
seleranya. Seperti di Jawa Barat, masyarakatnya yang lebih menyukai terong
bentuk bulat hijau lorek dimana mereka mengkonsumsinya secara mentah untuk
lalap,sedangkan di daerah lain buah terong yang panjang lebih disukai. Buah terong
yang panjang maupun lonjong ini banyak diusahakan secara komersial untuk
konsumsi sayuran. (Ir. Agung Setya Wibowo,MS., MD Department-TSP-Surabaya)
Diposkan oleh RADOX di Senin, Oktober 26, 2009
Label: BUDIDAYA, TERONG
0

Anda mungkin juga menyukai