Anda di halaman 1dari 15

Teori dan sistem pengukuran dalam akuntansi

Memahami pentingnya pengukuran dalam akuntansi..


Pengukuran merupakan bagian penting dari pengamatan ilmiah. Pengukuran dilakukan
sebagaimana yang ditunjukkan dalam akuntansi, karena data kuantitatif dari pengukuran
dapat memberikan informasi yang lebih besar untuk berbagai hal daripada data kualitatif.
Karena pengukuran merupakan atribut yang dilaporkan dalam laporan keuangan, (misalnya
aset, pendapatan dan kewajiban) yang merupakan fungsi penting dalam akuntansi,
pengukuran akan lebih bermanfaat digunakan untuk menguji teori pengukuran. Tujuan
pengukuran tersebut adalah untuk menjadikan data yang dihasilkan lebih informative dan menjadi
lebih bermanfaat.

Menurut Suwardjono (2008;475) biaya historis merupakan rupiah kesepakatan atau


harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan. Prinsip historical
cost menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva, utang,
modal dan biaya. Yang dimaksud dengan harga perolehan adalah harga
pertukaran yang disetujui oleh kedua belah pihak yang tersangkut dalam
tranksaksi. Harga perolehan ini harus terjadi pada seluruh traksaksi diantara
kedua belah pihak yang bebas. Harga pertukaran ini dapat terjadi pada seluruh
tranksaksi dengan pihak ekstern, baik yang menyangkut aktiva, utang, modal
dan transaksi lainnya.
urrent Cost Accounting (konsep akuntansi nilai sekarang )
Konsep dimana menyatakan nilai pos-pos laporan keuangan dengan harga perolehan sekarang yaitu
dengan harga perolehan dari pos yang mempunyai umur dan kapsitas yang sama.
Kelebihan :
Current cost menunjukan jumlah yang seharusnya dibayar oleh perusahaan dalam periode
berjalan untuk memperoleh aktiva atau jasa.
Current cost memungkinkan identifikasi dari penyimpangan laba atau rugi,sehingga
mencerminkan hasil-hasil keputusan manajmen asset dan dampak dari lingkungan atas
perusahaan yang tidak tercermin dalam transaksi rutin.
Current cost menggambarkan nilai aktiva pada perusahaan jika perusahaan melanjutkan
untuk memperoleh aktiva tersebut dan jika nilainya belum ditambah aktiva tersebut.
Penjumlahan aktiva yang dinyatakan dalam nilai sekarang lebih bearti dari pada
penambahan biaya historis yang terjadi pada periode yang berbeda.
Current cost memungkinkan pelaporan current operating profit,yang dapat digunakan
untuk meramalkan arus kas masa depan.
Kelemahan :

Pengguna current cost adalah subyektif karena sangat sulit menentukan harga perolehan
sekarang yang pasti setiap saat.

Masalah utama yang dihadapi dalam pelaksanaan AkuntansiNilai Sekarang adalah


pengukuran dari nilai sekarang (current value) itu sendiri. Menurut Martin A. Miller ada dua
metode yang paling sering digunakan dalam perhitungan yaitu : Sistem Nilai Masukan (Entry
Value System) dari Sistem Nilai Keluaran (Exit Value System).
Entry Value System didasarkan atas dasar harga pokok penggantian (Replacement Cost) atau
harga pokok, untuk memproduksi (Reproduksi Cost). Yang dimaksud dengan Replacement
Cost adalah estimasi biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh aktiva baru atau
ekuivalennya pada harga sekarang (current prices) setelah disesuaikan dengan depresiasi.
Sedangkan Reproduction Cost dimaksud sebagai estimasi biaya yang harus dikeluarkan untuk
memproduksi aktiva baru atau ekuivalennya pada harga sekarang setelah diasumsikan dengan
depresiasinya.
Exit Value Sistem biasanya didasarkan atas nilai bersih yang dapat direalisasi (Net Realizable
Value) dalam keadaan usaha yang biasa atau kadang-kadang berdasarkan atas Discounted
Cash Flow. Yang dimaksudkan dengan Net Realizable Value adalah estimasi harga penjualan
atas aktiva setelah didukungi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual aktiva tersebut.
Sedangkan Discounted Future Cash Flow dimaksudkan sebagai nilai sekarang (present value)
dari estimasi pemasukan kas (Cash Inflow) atau cast saving yang dijual pada tingkat bunga
yang sesuai. Exit price accounting merupakan sistem akuntansi yang
menggunakan harga jual pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan
dan kinerja keuangan.Menurut Edwards and Bell (1961) exit value adalah harga
maksimum dari aset yang saat ini ditahan apabila dijual dan dikurangi dengan
biaya transaksi. Dengan sebutan lain exit value disebut juga dengan nilai
realisasi bersih (net relizable value) dari aset).
Financial capital vs physical capital berdasarkan nilai pasar perhitungan laba
bergantng pada ukuran modal . artinya laba lebih tepat didefinisikan sebagai
perubahan modal selama periode pelaporan dan bukan sebagai alokasi biaya
perolehan yang ditentukan oleh banyak konvensi akuntansi.

Aset atau aktiva dalam akuntansi memiliki pengertian sebagai sumber daya atau kekayaan
yang dimiliki oleh suatu entitas. Aset tersebut diperoleh dari peristiwa di masa lalu dan
diharapkan akan memberikan manfaat dimasa yang akan datang. Aset dalam laporan
keuangan disusun berdasarkan konsep likuidtas, yaitu sistem pengurutannya berdasar pada
seberapa cepat perubahannya dikonversi menjadi satuan uang kas. Ada beberapa cara untuk
memperoleh Aset, yaitu bisa diperolah dengan cara diproduksi atau dibangun sendiri, bisa
didapat dengan dibeli, juga dengan pertukaran aset maupun sumbangan dari pihak lain. Aset
ada yang sifatnya berwujud dan tidak berwujud.
Aset Tetap (Fixed Asset)

Dalam akuntansi ada yang disebut dengan fixed asset atau aset tetap, yaitu aset yang
memiliki umur yang panjang atau permanen karena memiliki bentuk fisik serta dimiliki dan
digunakan oleh perusahaan dan tidak untuk dijual sebagai bagian dari operasional. Contoh
dari aset tetap yaitu, bangunan atau gedung, mesin, tanah, dan kenderaan.
Aset Tak Berwujud (Intangible Asset)
Aset Tak Berwujud ini bisa merupakan hak hak perusahaan yang kepemilikannya diatur dan
dilindungi oleh peraturan perundang undangan. misalnya hak paten, hak guna bangunan, hak
sewa atau hak kontrak, franchise, trademark dan goodwill.
Pengakuan dan pengukuran fixed aset
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva
tetap bila :
(a) besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa yang akan datang
yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan; dan
(b) biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal.
Pengukuran fixed asset menurus sak Aktiva tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui

sebagai aktiva pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan adalah
jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan
untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat
diterapkan, jumlah yang diatribusikan pada asset ketika pertama kali diakui. Biaya perolehan
suatu aktiva yang dibangun sendiri ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama
sebagaimana perolehan aktiva dengan pembelian. Jika entitas membuat aktiva serupa untuk
dijual dalam usaha normal, biaya perolehan aktiva biasanya sama dengan biaya pembangunan
aktiva untuk dijual.

Pengukuran fixed asset menurut IFRS Suatu properti, pabrik dan peralatan yang memenuhi
kriteria pengakuan harus diukur pada harga perolehannya. Secara umum, biaya itu termasuk
biaya pembelian aktiva dan biaya lainnya yang timbul untuk menggunakan aktiva tersebut
sesuai kondisi dan keperluan yang dimaksud oleh manajemen. Biaya tersebut seperti harga
pembelian suatu barang dan pajak terkait, biaya konstruksi dari aktiva tersebut, bea impor,
pengangkutan dan penanganannya, persiapan lapangan, instalasi dan perakitan, dan biayabiaya professional

Perolehan, penggunaan dan pelepasan fixed asset

Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh jumlah yang dikeluarkan untuk mendapatkan
aktiva tersebut. Aktiva tetap akan dilaporkan dalam neraca tidak hanya sebesar harga belinya
saja, tetapi seluruh biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan.
Biaya-biaya yang terjadi setelah aktiva digunakan biasanya akan langsung dibebankan, bukan
ditambahkan ke harga perolehan. Pengecualian terjadi untuk pengeluaran-pengeluaran yang
akan menambah kegunaan aktiva, baik melalui penambahan umur ekonomis maupun
peningkatan arus kas dimasa yang akan datang (Hery, 2011:149). Aktiva tetap dapat diperoleh
melalui beberapa cara, yaitu: 1. Secara tunai 2. Pembelian Gabungan 3. Pembelian Kredit 4.
Sewa Guna Usaha Modal 5. Ditukar dengan Aktiva Tetap yang Lain 6. Ditukar dengan Suratsurat Berharga 7. Aktiva yang Dibuat Sendiri 8. Diperoleh dari Hadiah/Donasi
aset tetap digunakan dalam menjalankan aktivitas operasional usaha perusagaan untuk
menghasilkan barang atau jasa.
Aktiva tetap yang tidak lagi digunakan oleh sebab kejadian yang luar biasa seperti
kebakaran dan bencana alam lainnya dapat di lepaskan dengan cara dibuang, dijual,
atau ditukar tambah dengan aktiva tetap lainnya.

Pengakuan dan pengukuran intangible asset

Aset tak berwujud harus diakui jika, dan hanya jika:


1) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset
tersebut; dan
2) biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal [par.21].
Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomis masa depan, entitas harus
menggunakan asumsi masuk akal dan dapat dipertanggungjawabkan yang merupakan
estimasi terbaik manajemen atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang masa manfaat aset
tersebut [par.22]
Aset tak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk pengukuran intangible asset. yaitu:
1. Cost Model
Intangible asset dinilai berdasarkan cost; dikurangi akumulasi amortisasi; danimpairment losses.
2. Revaluation Model
Intangible asset dinilai berdasarkan nilai yang telah direvaluasi pada fair value; dikurangi jumlah
akumulasi amortisasi dana akumulasi impairment setelah revaluasi.
Revaluation model tidak dapat digunakan jika:
1. Intangible asset sebelumnya tidak diakui sebagai aset; atau
2. Pengakuan intangible asset pada nilai yang lebih besar dari cost.

Dihentikan pengakuannya ketika: dalam


proses pelepasan , atau ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang
diharapkan. Keuntungan / kerugian diakui di Laporan Laba Rugi
TEORI PENDAPATAN

Pengertian Pendapatan
Pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
badan usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam akuntansi pendapatan dan beban dijelaskan
bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yg timbul dari aktivitas
normal perusahaan selama suatu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan
ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Pendapatan merupakan pernyataan moneter mengenai barang dan jasa yang ditransfer
perusahaan kepada langganan-langganannya dalam jangka waktu tertentu. Pendapatan dapat
disebut sebagai inflow of asset ke dalam perusahaan sebagai akibat penjualan barang dan jasa.
Konsep Pendapatan Ditinjau Dari 2 Segi

Menurut ilmu Ekonomi


Pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi olehseseorang dalam
suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan
semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap
konsumsi selama satu periode.

Menurut ilmu Akuntansi


Konsep pendapatan dapat ditelusuri dari 2 sudut pandang, yaitu:
1. Pandangan yang menekankan pada pertumbuhan atau peningkatan jumlah aktiva yang timbul
sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Pendekatan yang memusatkan perhatian
kepada arus masuk atau inflow.
2. Pandangan yang menekankan kepada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta
penyerahan barang dan jasa atau outflow.
Sumber Pendapatan
Jumlah rupiah perusahaan bertambah melalui berbagai cara tetapi tidak semua cara
tersebut mencerminkan pendapatan. Hanya transaksi atas penjualan produk saja yang dapat

dianggap sebagai sumber utama pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin timbul dalam
hubungannya dengan penjualan aktiva selain produk utama perusahaan.
Pendapatan (revenue) suatu perusahaan selain memperoleh pendapatan yang berasal
dari kegiatan utama juga memperoleh pendapatan yang berasal dari kegiatan transaksi
lainnya. Maka pendapatan dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu:
1.
Operating Revenue
2.
Non Operating Revenue
Adalah pendapatan yang diterima perusahaan yang tidak mempunyai hubungan secara
langsung dengan usaha (operasi) pokok perusahaan tersebut. Pendapatan yang
dikelompokkan dalam Non Operating Revenue ini merupakan pendapatan yang jumlahnya
relatif kecil dari pada pendapatan yang berasal dari aktivitas utama perusahaan.

Karakteristik Pendapatan
Pendapatan diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan dalammemanfaatkan
faktor-faktor
produksi untuk mempertahankan
diri dan
pertumbuhan.
Ada
beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yangmenentukan atau membatasi bahwa
sejumlah rupiah yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal
dari operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan:
Sumber pendapatan
Produk dan kegiatan utama perusahaan
Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan
Pengukuran Pendapatan
Cara terbaik untuk mengukur pendapatan adalah dengan menggunakan nilai tukar
(exchange value) dari barang atau jasa. Nilai tukar barang atau jasa diukur dengan cash
equivalent atau present value dari tagihan-tagihan yang diharapkan dapat diterima. Dengan
kata lain, pendapatan diukur dalam nilai uang atau sejumlah uang yang akhirnya akan
diterima sebagai hasil dari suatu proses transaksi pendapatan (ukuran bersih).
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat
diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh
persetujuan antara perusahaan dengan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut
diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan
dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan,
umumnya berbentuk kas atau setara kas.
Bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan nilai wajar dari imbalan
tersebut. Mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat
diterima.
Bila barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat nilai yang
sama maka pertukaran tidak dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan.

Dan bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang
tidak serupa pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan.
Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan,
disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.

1.
2.

Realisasi Pendapatan
Realisasi merupakan tehnik akuntansi yang dijadikan dasar untuk menandai
pengakuan pendapatan. Pendapatan baru terbentuk setelah produk selesai dikerjakan dan
terealisasi melaui penjualan baik secara langsung maupun melalui kontrak penjualan. Proses
realisasi ditandai dengan dua kejadian berikut:
Adanya kepastian perubahan produk menjadi bentuk aset lain melalui kegiatan penjualan
yang sah.
Diperolehnya aset lain sebagai pengesahan terhadap transaksi penjualan tersebut.
Pembentukan pendapatan (Earning Process)
Earning process adalah proses terjadinya pendapatan. Pendapatan terbentuk bersamaan dengan seluruh proses
berlangsungnya kegiatan perusahaan. Jadi proses pembentukan pendapatan dinilai dari kegiatan produksi,
penjualan, dan pengumpulan piutang.
b. Realisasi pendapatan
Realisasi merupakan tehnik akuntansi yang dijadikan dasar untuk menandai pengakuan pendapatan.
Pendapatan baru terbentuk setelah produk selesai dikerjakan dan terealisasi melaui penjualan baik secara
langsung maupun melalui kontrak penjualan. Proses realisasi ditandai dengan dua kejadian berikut:
Adanya kepastian perubahan produk menjadi bentuk aset lain melalui kegiatan penjualan yang sah
Diperolehnya aset lain sebagai pengesahan terhadap transaksi penjualan tersebut

Kriteria Pengakuan Pendapatan


Pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi pada umumnya didasarkan pada
konsep objektivitas yaitu bahwa jumlah rupiah tersebut dapat diukur secara cukup pasti dan
ada keterlibatan pihak independen dalam pengukurannya.
Empat kriteria mendasar yang harus dipenuhi sebelum suatu itemdapat diakui adalah:
1.
Definisi item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi salah satudari tujuh unsur
laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan
dan kerugian.
2.
Item tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal.
3.
Relevansi informasi mengenai item tersebut mampu membuat
suatuperbedaan
dalam pengambilan keputusan.
4.
Reliabilitas informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar, dapat
diuji, dan netral.
Sebagai tambahan pada empat kriteria pengakuan secara umum, pendapatan dan
keuntungan umumnya diakui apabila:
Pendapatan dan keuntungan tersebut telah direalisasikan
Pendapatan direalisasikan ketika kas diterima untuk barang dan jasa yang dijual.
Pendapatan itu dapat direalisasikan ketiga klaim atas kas (misalnya, aktiva non kas seperti

piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke
dalam kas tertentu.
Pendapatan dan keuntungan tersebut telah dihasilkan karena sebagian besar dari proses untuk
menghasilkan laba telah selesai.
Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang
harus dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait.
Kedua kriteria diatas harus dipenuhi untuk mengakui pendapatan walaupun bobot
pentingnya untuk suatu keadaan tertentu dapat berbeda. Kriteria pengakuan pendapatan yang
lebih teknis dapat diakui kalau memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.
Keterukuran nilai aktiva
2. Terjadinya transaksi
3. Proses penghimpunan secara substansial telah selesai.

TEORI LIABILITAS DAN EKUITAS


DEFINISI DAN KARAKTERISTIK
Kewajiban merupakan hutang masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan megankibatkan arus keluar dari
sumber
daya
perusahaan
yang
mengandung
manfaat
ekonomi. (paragraph 62), IAI (1994)
Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomi di masa depan yang
mungkin timbul karena kewajiban suatuan usaha pada saat ini untuk
menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada satuan-satuan usaha
lain di masa depan sebagai hasil dari peristiwa masa lalu. (FASB, SFAC
NO. 6)

Dari definisi yang dikemukakan FASB di atas, pengertian hutang


memiliki dua komponen utama yaitu :
Adanya kewajiban sekarang dalam bentuk pengorbanan manfaat ekonomi
di masa mendatang dari penyerahan barang atau jasa.
Berasal dari transaksi/peristiwa masa lalu (telah terjadi).

Karakteristik-karakteristik spesifik dari kewajiban adalah sebagai berikut:


1. Kewajiban itu harus ada pada saat ini. Saat ini, yaitu yang dilihat muncul
dari beberapa transaksi atau kejadian masa lalu.
2. Kewajiban atau tugas yang setara atau konstruktif harus dimasukkan jika
hal itu didasarkan pada keperluan untuk membuat pembayaran masa
depan guna mempertahankan hubungan bisnis yang baik atau jika hal itu
sesuai dengan praktik bisnis yang normal.
3. Harus tidak ada atau sedikit kebebasan untuk menghindari pengorbanan
masa depan. Tidak perlu bahwa jumlah kewajiban itu diketahui secara
pasti selama kewajiban masa depan itu mungkin sekali.

Lazimnya, harus ada nilai jatuh tempo yang dapat ditentukan atau
perkiraan untuk pembayaran suatu jumlah yang ditentukan oleh estimasi
layak akan diwajibkan pada suatu waktu tertentu di masa depan,
sekalipun ketentuan waktu yang tepat belum diketahui saat ini. Waktu
pembayaran dapat diperpanjang dengan menggantikannya dengan
kewajiban
baru,
atau
kewajiban
itu
dapat
diakhiri
dengan
mengkonversinya menjadi ekuitas pemegang saham. Perpanjangan yang
berulang atau konversi dari utang tidak mengubah klasifikasi awalnya
sebagai suatu kewajiban.
5. Biasanya, pihak yang dibayar harus diketahui atau diidentifikasikan baik
secara spesifik atau sebagai suatu kelompok. Akan tetapi, selama yang
dibayar akan menjadi dapat diidentifikasikan pada tanggal penyelesaian,
tidak perlu si pembayar mengetahui identitas dari yang dibayar atau
bahwa kreeditor meneguhkan klaim itu atau mempunyai pengetahuan
tentang itu pada saat ini.

4.

Ada beberapa akuntansi keuangan atau laporan keuangan, salah satu contoh akuntansi
keuangan adalah laporan keuangan kelompok Liabilitas. Dimana laporan keuangan ini dulunya
disebut dengan kewajiban. Di dalam laporan ini terdapat dua buah sub kelompok yang harus
diketahui, kedua sub kelompok tersebut dapat Anda temui pada uraian di bawah ini.
Liabilitas Jangka Pendek
Contoh akuntansi keuangan Liabilitas jangka pendek terjadi apabila diperkirakan akan diluasi
dalam jangka waktu satu tahun atau 12 bulan dari tanggal penetapan laporan posisi keuangan.
Ada beberapa akun yang masuk dalam sub kelompok Liabilitas Jangka Pendek ini, yaitu:
1.

Pinjaman Jangka Pendek


Pinjaman jangka pendek merupakan akun liabilitas suatu perusahaan kepada bank atau
lembaga keuangan lainnya yang meminjamkan dana kepada perusahaan. Bunga pinjaman yang
sudah waktunya dibayar disajikan sebagai Hutang Bunga.
2. Wesel Bayar
Wesel Bayar merupakan akun liabilitas yang berupa hutang usaha kepada pihak ketiga yang
diperkuat dengan janji tertulis berisi perjanjian pembayaran kurang dari 12 bulan dari laporan
posisi keuangan.
3. Hutang Usaha
Hutang usaha yaitu akun liabilitas yang muncul untuk digunakan dalam kegiatan operasi
perusahaan yang normal.
4. Hutang Pajak
Hutang Pajak yaitu akun liabilitas yang berupa hutang perusahaan dan pajak perusahaan lainya
yang belum dilunasi.

5. Beban Harus Dibayar


Yaitu akun liabilitas atau hutang yang menjadi kewajiban suatu perusahaan namun belum jatuh
tempo pembayaran.
6. Pendapatan Diterima Di muka
Merupakan akun pembayaran yang belum dapat diakui sebagai pendapatan karena pengerjaan
jasa belum selesai.
7. Bagian Liabilits Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Waktu Satu Tahun yaitu
sebuah akun liabilitas yang sebenarnya adalah liabilitas jangka panjang namun waktu
pembayarannya terjadi dalam waktu 12 bulan dari tanggal Laporan Posisi Keuangan.

7. Liabilitas Jangka Pendek Lain-Lain


Akun ini merupakan liabititas jangka pendek selain kelompok-kelompok di atas.
Liabilitas Jangka Panjang
Contoh akuntansi keuangan sub kelompok Liabilitas yang kedua adalah liabilitas jangka
panjang. Dimana kelompok ini menampung semua jenis liabilitas yang tidak bisa diklasifikasikan
ke dalam sub kelompok liabilitas jangka pendek. Ada beberapa akun yang masuk ke dalam sub
kelompok liabilitas jangka panjang ini, yaitu:
1.

Hutang Hubungan Istimewa


Selain akun hutang usaha yang sudah ditetapkan penyajiannya, akun yang satu ini merupakan
hutang yang muncul dari transaksi yang melibatkan hubungan khusus atau istimewa.
2. Liabilitas Pajak Tangguhan
Akun ini wajib dikompensasikan dengan aset pajak tangguhan karena berwujud jumlah PPh
terutang untuk periode yang akan datang akibat ketidaksamaan temporer kena pajak.
3. Pinjaman Jangka Panjang
Yaitu akun liabilitas sebuah perusahaan terhadap bank atau lembaga keuangan lain yang mana
tanggal pembayaranya lebih dari 12 bulan.
4. Hutang Sewa Guna Usaha
Akun yang berupa liabilitas perusahaan terhadap perusahaan sewa guna usaha yang
berhubungan dengan pendapatan aset perusahaan.
5. Keuntungan Tangguhan Aset Dijual dan Disewa Guna Usaha Kembali
Akun ini terjadi jika suatu perusahaan melakukan penjualan dan penyewa usahawan kembali. Di
dalamnya wajib memiliki dua buah transaksi, yaitu penjualan dan sewa guna usaha.
6. Hutang Obligasi
Akun yang berlaku untuk pemegang obligasi yang memiliki hubungan dengan penerbitan sebuah
obligasi suatu perusahaan.
7. Hutang Subordinasi
Akun yang berasal dari pinjaman yang berdasarkan perjanjian subordinasi. Dimana akun ini
memiliki perjanjian bahwa pinjaman akan dibayarkan jika perusahaan sudah melunasi semua
liabilitasnya atau liabilitas yang sudah disepakati.
8. Liabilitas Jangka Panjang Lainya
Akun ini mencakup semua liabilitas jangka panjang yang tidak masuk dalam kelompok di atas

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN


1.
Pengakuan
Pengakuan mengikuti aturan standar dari SFAC 5 yang menyatakan
bahwa suatu kewajiban harus diakui sebagai kewajiban apabila memenuhi
empat kriteria umum, yaitu:
1. Memenuhi definisi suatu kewajiban
2. Dapat diukur
3. Relevan
4. Dapat diandalkan
Tujuan dari penilaian kewajiban adalah bahwa pengukuran kewajiban
harus memungkinkan penyajian informasi kepada investor dan kreditor
sebagai sarana untuk meramalkan arus kas. Tujuan lain mencakup
penilaian sebagai dasar untuk perbandingan laba antar periode dan antar

perusahaan, dan sebagai perbandingan dari klaim beberapa pemegang


ekuitas.
Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat
akibat transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu
keharusan harus di evaluasi atas dasar kaidah pengakuan. Empat kaidah
pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban, yaitu:
a. Ketersediaan dasar hukum
Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan
informasi. Ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya paksa
hanya merupakan karakteristik pendukung definisi kewajiban tadi. Jadi,
kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat
bukti substantif hanya keharusan konstruktif atau demi kedilan.
b. Keterterapan konsep dasar konservatisma
Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan.
Implikasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui
tetapi tidak demikian dengan untung. Ini berarti kewajiban dapat diakui
segera sedangkan aset tidak.
c. Ketertentuan substansi ekonomik transaksi
Substansi suatu transaksi dapat memicu pencatatan seluruh kewajiban
yang timbul ketika transaksi terjadi meskipun secara yuridis/kontraktual
kewajiban baru akan mengikat secara berkala pada saat keharusan
sekarang timbul. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau bahkan harus diakui
jika secara substantif sewaguna tersebut sebenarnya adalah pembelian
angsuran.
d. Keterukuran nilai kewajiban
Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas
keterandalan informasi. Oleh karena itu, adanya kepastian mengenai
jumlah rupiah dapat memicu diakuinya suatu kewajiban. Jika pengukuran
suatu pos kewajiban bersifat sangat subjektif dan arbitrer, pada umumnya
pos tersebut tidak diakui.
Yang menjadi masalah teknis adalah kapan keempat kaidah di atas
dipenuhi. Hal ini berkaitan dengan penentuan saat pengakuan
kewajiban. Hendriksen danVan Breda menunjukkan saatsaat untuk
mengakui kewajiban yaitu:
a. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban
telah mengikat. Dalam hak kontrak eksekutori, pengakuan menunggu
sampai salah satu pihak memanfaatkan/menguasai manfaat yang
diperjanjikan atau memenuhi kewajibannya.
b. Bersamaan dengan pengakuan biaya jika barang dan jasa yang menjadi
biaya belum dicatat sebagai aset sebelumnya.
c. Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk
menggunakan barang dan jasa diperoleh.
d. Pada akhir perioda karena penggunaan asas akrual melalui proses
penyesuaian. Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban
akruan.

Keempat kaidah tersebut di atas sebagai bukti teknis dan ketentuan


saat pencatatan pada umumnya mudah diidentifikasi dan diterapkan
untuk keharusan kontraktual, konstruktif, dan demi keadilan.
PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN PENILAIAN
Pengertian kewajiban merupakan cerminan dari aset. Transaksi suatu kejadian masa lalu
menimbulkan penguasaan sekarang pemerolehan manfaat ekonomik masa datang untuk aset
sedangkan untuk kewajiban hal tersebut menimbulkan keharusan sekarang pengorbanan manfaat
ekonomik masa datang. Memiliki kesamaan dengan aset yang direpresentasi oleh tiga tahapan
(pemerolehan, pengolahan, dan penyerahan), kewajiban juga direpresentasi tiga tahapan, yaitu
pengakuan, penelusuran, dan pelunasan.
Pengakuan
Kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang sebelumnya terjadi.
Kewajiban dapat diakui atas dasar kriteria pengakuan yaitu definisi, keterukuran, keterandalan,
dan keberpautan. Kam (hlm 119-120) mengajukan empat kaidah pengakuan untuk menandai
pengakuan kewajiban yaitu ketersediaan dasar hukum, keterterapan konsep dasar konservatisme,
ketertentuan substansi ekonomik transaksi, dan keterukuran nilai kewajiban. Keempat kaidah
tersebut dapat memberikan petunjuk tentang adanya bukti teknis untuk mengakui kewajiban.
Pengukuran
Penentuan kos kewajiban pada saat terjadinya paralel dengan pengukuran aset, dan pengukur
yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat terjadinya adalah dengan
penghargaan sepakatan dalam transaksi-transaksi dan bukan jumlah rupiah pengorbanan
ekonomik masa datang. Penghargaan suau kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai
sekarang kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik seandainya kewajiban
dilunasi pada saat terjadinya.
Dasar pengukuran kewajiban yang paling objektif adalah kos tunai atau kos tunai implisit. Karena
kewajiban merupakan cerminan dari aset, maka pengukurannya juga mengikuti pengukuran aset.
Nilai nominal atau jatuh tempo obligasi sering dianggap sebagai jumlah rupiah kesepakatan pada
saat penerbitan obligasi baik bagi penerbit maupun bagi kreditor. Dasar pengukuran demikian
tidak tepat. Utang obligasi diukur dan diakui atas dasar jumlah rupiah yang diterima dalam
penerbitan obligasi, sedangkan diskun dan premium obligasi merupakan jumlah rupiah
penyesuaian bunga nominal untuk mendapatkan bunga efektif.
Kewajiban dapat bersifat moneter dan nonmeneter. Kewajiban moneter adalah kewajiban yang
pengorbanan sumber ekonomik masa datangnya berupa kas dengan jumlah rupiah dan saat saat
yang pasti. Kewajiban moneter ini dikukur atas dasar nilai diskunan pembayaran kas masa datang
(jangka panjang) dan atas dasar nilai nominal (jangka pendek). Kewajiban nonmeneter adalah
keharusan untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah dan saat yang cukup pasti yang
biasanya timbul karena penerimaan pembayaran dimuka untuk barang dan jasa tersebut.
kewajiban nonmeneter diukur atas dasar pembayaran tersebut yang menunjukkan harga yang
disepakati untuk barang dan jasa.
Penilaian
Penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dikorbankan
seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi, dengan kata lain penilaian adalah
penentuan nilai sekarang kewajiban. Atribut pengukuran menurut FASB adalah nilai pasar
sekarang, nilai pelunasan neto, dan Nilai diskunan aliran kas masa datang. Penilaian dalam tahap
penelusuran adalah Penilaian kewajiban setiap saat dalam perioda dari saat pengakuan sampai
pelunasan.
Pelunasan
Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan oleh kesatuan usaha untuk
memenuhi kewajiban pada saatnya dan dalam kondisi normal usaha sehingga tia bebas dari
kewajiban tersebut. pelunasan biasanya merupakan pemenuhan secara langsung kepada pihak
yang berpiutang.
Pelunasan secara langsung juga disebut dengan pelunasan secara yuridis karena kewajiban kepada
pihak yang berpiutang secara yuridis hapus melalui transaksi langsung yang benar-benar terjadi.

Pelunasan secara tidak langsung terjadi apabila kesatuan usaha melakukan tindakan yang
mengarah ke pelunasan misanya dengan pembentukan dana khusus. Masalah akuntansi yang
berkaitan dengan pelunasan langsung atau tidak langsung adalah penentuan kapan kewajiban
telah dapat dikatakan hapus atau lenyap sehingga jumlah rupiahnya dapat diakui dari sistem
pembukuan.
Kewajiban dapat dinyatakan lenyap dan diawaakui dari catatan bila debitor telah (a) membayar
kreditor dan terbebaskan dari semua keharusan yang melekat pada kewajiban, dan (b) dibebaskan
secara hukum sebagai penanggung utang uama oleh keputusan pengadilan atau kreditor. Keadaan
pembebasan substantif tidak memenuhi kriteria kritis untuk mengawaakui kewajiban. Kewajiban
tidak lenyap dengan sendirinya meskipun perusahaan telah menyediakan dana yang cukup untuk
melunasinya.
MASALAH TEORITIS
Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo
Bila kewajiban dilunasi sebelum jatuh tempo, nilai jatuh tempo (nominal) dengan sendirinya
merefleksi nilai sekarang (saat pelunasan) kewajiban sehingga tidak ada selisih antara jumlah
rupiah yang dibayar dan nilai nominal. Namun pada umumnya selisih yang terjadi adalah selisih
antara nilai bawaan dan nilai penebusan atau penarikan. Bila penarikan dilakukan dengan
pendanaan kembali, terdapat tiga perlakuan terhadap selisih tersebut yaitu diamortisasi selama
sisa umur semua piutang yang dilunasi, diamortisasi selama umur utang baru, dan diakui sebagai
laba atau rugi pada saat penarikan.

Konsep ekuitas
ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban. Berbagai sumber yang lain mendefinisi ekuitas yang tidak berbeda
denagn definisi menurut IAI. Ekuitas didefinisikan sebagai hak residual untuk
menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan
pengorbanan sumber ekonomik masa datang. Karena didefinisi atas dasar asset
dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana asset dan
kewajiban diukur.
2.

Komponen Ekuitas

Komponen ekuitas terdiri dari :


a. Modal setoran (contributed capital),
terdiri dari modal yuridiksi (legal capital) yang dihitung berdasar nilai pari (par
value) menunjukkan aktiva netto yang tidak dapat distribusikan. Kelebihan nilai
diatas nilai nominal diakui sebagai agio saham (additional paid in capital)
b. Laba Ditahan (retained earnings)
terdiri dari laporan laba rugi, penyesuaian periode sebelumnya, dan deviden
c. Penyesuaian modal belum terealisasi (unrealized capital adjustment).

3. Tujuan Penyajian Ekuitas

Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh


tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada
umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah
menyelidiki akan informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan
kepengurusan (stewardship) manajemen serta menyediakan informasi tentang
riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya. Informasi
tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap para pemegang saham dan pihak
lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang saham ini.
4. Teori Ekuitas
Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan
dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Teori ini membahas pihak yang dianggap paling dominan dan menjadi sudut
pandang dalam pelaporan keuangan. Pemakaian sudut pandang yang berbeda
dapat menghasilkan format pelaporan yang berbeda pula.

Anda mungkin juga menyukai