Tugas Rekayasa Lingkungan
Tugas Rekayasa Lingkungan
REKAYASA LINGKUNGAN
ekosistem yang terpisah. Sungai bukan lagi sebagai ekosistem terbuka tapi suatu
ekosistem yang semi terbuka atau tertutup.
Penanggulangan dampak negatif dari ketidakseimbangan angkutan
sedimen ini adalah dengan cara membangun bendung semi permanen atau
bendung karet. Untuk konstruksi bendungan sampai saat ini belum ada teknologi
yang efektif untuk dapat menjamin keseimbangan sedimen hulu - hilir. Teknologi
pipa pengurasan (culvert) juga belum bisa menanggulangi masalah ini.
2. Merubah Elevasi Muka Air Tanah
Dengan pembendungan maka akan terjadi perubahan muka air tanah.
Peningkatan muka air tanah ini tidak mesti berdampak positif bag vegetasi di
tempat yang bersangkutan. Karena banyak vegetasi yang tidak sesuai hidup pada
kondisi muka air tanah tinggi. Dengan demikian perlu diupayakan konservasi dan
kompresinya.
3. Pengurangan Debit Air Pada Sungai Utama
Pada pembangunan bendung, sering sungai utama akan menderita defisit
sungai. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar di bawah yang merupakan suatu
contoh pembangunan bendung untuk pembangit tenaga air dengan menggunakan
konstruksi kering. Dengan konstruksi tersebut, satu sisi mudah mengerjakannya
karena semua konstruksi di kerjakan ditempat yang kering. Setelah konstruksi
selesai, bagian akhir pembatas sungai dengan saluran dibuka. Namun jika jumlah
air yang dipakai untuk memutar turbin melebihi batas maksimal , sehingga jumlah
air yang masih mengalir ke sungai utama di bawah debit air minimum yang harus
ada untuk ekologi, maka ekosistem sungai utama akan rusak.
Pada hakekatnya ekosistem sungai memerlukan debit minimal atau tinggi
muka air minimal untuk menjamin kelangsungan hidup ekosistem tersebut. Oleh
karena itu perlu ditetapkan dulu debit minimal yang harus disediakan di sungai
utama tersebut. Demikian juga bendung-bendung irigasi yang mengambil
sebagian besar air sungai untuk pertanian, perlu dikaji terlebih dahulu tentang
kebutuhan air untuk ekologi bagian hilir sungai.
REKAYASA LINGKUNGAN
REKAYASA LINGKUNGAN
REKAYASA LINGKUNGAN
batuan
dengan
blasting
(peledakan)biasanya
sulit
untuk
membentuk dasar galian yang rapi sesuai rock line excavation yang ada
dalam shop drawing
REKAYASA LINGKUNGAN
REKAYASA LINGKUNGAN
REKAYASA LINGKUNGAN
Gambar pemasangan pilar movable weir dan masangan king shore hoist
deck
18. Pelaksanaan bendung gerak dan bendung tetap merupakan lintasan kritis .
Sedangkan pekerjaan apron, stilling basin dan fishway merupakan
pekerjaan tidak kritis tetapi dapat dilaksanakan paralel dengan pekerjaan
bendung sesuai kapasitas penyediaan beton per hari
19. Untuk pembuatan pier dan kolom beton digunakan climbing formwork
dengan dua tipe, yaitu untuk lengkung dipakai bekisting baja dan untuk
yang lurus digunakan bekisting kayu dan plywood
REKAYASA LINGKUNGAN
20. Pada tahap pelaksanaan pengecoranbeton untuk pier terdapat dua jenis
beton yang harus dilaksanaan bersama untuk menghindari sambungan
dingin (cold joint) yaitu antara beton biasa dan beton campuran berton
campuran steel fibre
21. Agar kedua jenis beton tidak tercampur, digunakan kawat ayam yang
ditahan dengan besi beton atau wire mesh
22. Pengecorannya dilakukan secara bergantian dalam waktu yang relatif
bersamaan antara steel fibre concrete dan beton biasa
23. Dilanjutkan dengan pengecoran bagian-bagian pada dan elevasi di atasnya
sesuai dengan ketinggian climbing formwork
REKAYASA LINGKUNGAN
lama
kelamaan
akan
semakin
banyak
sehingga
berpotensi
menimbulkan ledakan. Hal seperti ini telah terjadi di sebuah TPA di Bandung,
sehingga menimbulkan korban kematian.
b. Pencemaran air
Proses pencucian sampah padat oleh air terutama oleh air hujan
merupakan sumber timbulnya pencemaran air, baik air permukaan maupun air
REKAYASA LINGKUNGAN
tanah. Akibatnya, berbagai sumber air yang digunakan untuk kebutuhan seharihari (sumur) di daerah pemukiman telah terkontaminasi yang mengakibatkan
terjadinya penurunan tingkat kesehatan manusia / penduduk. Pencemaran air tidak
hanya akibat proses pencucian sampah padat, tetapi pencemar terbesar justru
berasal dari limbah cair yang masih mengandung zat-zat kimia dari berbagai jenis
pabrik dan jenis industri lainnya. Air yang tercemar tidak hanya air permukaan
saja, tetapi juga air tanah; sehingga sangat mengganggu dan berbahaya bagi
manusia.
c. Penyebab banjir
Fisik sampah (sampah padat), baik yang masih segar maupun yang sudah
membusuk; yang terbawa masuk ke got / selokan dan sungai akan menghambat
aliran air dan memperdangkal sungai. Pendangkalan mengakibatkan kapasitas
sungai akan berkurang, sehingga air menjadi tergenang dan meluap menyebabkan
banjir. Banjir tentunya akan mengakibatkan kerugian secara fisik dan mengancam
kehidupan manusia (hanyut / tergenang air). Tetapi yang paling meresahkan
adalah akibat lanjutan dari banjir yang selalu membawa penyakit ( Tobing, 2005).
2. Sampah sebagai sumber penyakit
Sampah merupakan sumber penyakit, baik secara langsung maupun tak
langsung. Secara langsung sampah merupakan tempat berkembangnya berbagai
parasit, bakteri dan patogen; sedangkan secara tak langsung sampah merupakan
sarang berbagai vektor (pembawa penyakit) seperti tikus, kecoa, lalat dan
nyamuk. Sampah yang membusuk; maupun kaleng, botol, plastik; merupakan
sarang patogen dan vektor penyakit. Berbagai penyakit yang dapat muncul karena
sampah yang tidak dikelola antara lain adalah, diare, disentri, cacingan, malaria,
kaki gajah (elephantiasis) dan demam berdarah. Penyakit penyakit ini merupakan
ancaman bagi manusia, yang dapat menimbulkan kematian. Warga Air Sebakul
lokasi TPA menyatakan resah dengan makin banyaknya lalat didekat pemukiman
warga akibat dekatnya lokasi dengan pemukiman warga.
REKAYASA LINGKUNGAN
secara lebih memadai terutama ketersediaan SDM yang handal serta ketersediaan
biaya operasi dan pemeliharaan TPA. Menurut Tobing (2005) Pengelolaan
sampah, tidak harus dilakukan dengan memperbanyak tempat pembuangan
sampah, tetapi akan lebih efektif dengan memanfaatkannya kembali. Sampah anorganik telah banyak dimanfaatkan dengan mendaur ulang dan memanfaatkannya
kembali, dan sampah organik juga sangat potensial untuk diolah dan dimanfaatkan
kembali.
KESIMPULAN
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau
dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam
yang tidak mempunyai nilai ekonomi bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi
yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau
membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.
Tempat pembuangan akhir (TPA) Sampah Air Sebakul yang merupakan
satu-satunya TPA di kota Bengkulu, pada kenyataannya sudah menerapkan system
REKAYASA LINGKUNGAN