STUDI PUSTAKA
2.1
2.2
f ' ci
f ' ci
Bila tegangan tarik terhitung melampaui nilai tersebut diatas, maka harus
dipasang tulangan tambahan (non-prategang atau prategang) dalam daerah tarik
untuk memikul gaya tarik total dalam beton, yang dihitung berdasarkan asumsi
suatu penampang utuh yang belum retak.
f 'c
f 'c .
= 4,00 untuk semen tipe I yang dirawat basah dan 2,30 untuk
semen tipe III yang dirawat basah
= 1,00 untuk semen tipe I yang dirawat uap dan 2,30 untuk
semen tipe III yang dirawat uap
= faktor yang bergantung pada parameter-parameter yang
sama dengan , dengan nilai masing-masing 0,85; 0,92;
0,95 dan 0,98
Dengan demikian, untuk semen tipe I yang dirawat basah,
(2.2)
Regangan,
ct (rangkak)
Ee
E (regangan ekastis)
Waktu, t
Pada dasarnya, ada dua jenis susut: susut plastis dan susut pengeringan.
Susut plastis terjadi selama beberapa jam pertama sesudah pengecoran beton segar
di cetakan. Susut pengeringan terjadi sesudah beton mongering dan sebagian
besar proses hidrasi kimiawi di pasta semen telah terjadi. Gambar 2.3
menunjukkan peningkatan regangan susut sh terhadap waktu. Kelajuannya
berkurang terhadap waktu karena beton yang lebih tua lebih tahan terhadap
tengangan dan ini berarti beton tersebut mengalami lebih sedikit susut,
Regangan, SH
Waktu, t
(2.3)
Di mana sh,u = 800 x 10-6 in./in. jika tidak ada data setempat
(b) Untuk beton yang diolah uap sesudah berumur 1 sampai 3 hari,
(2.4)
(2.5)
(2.6)
Diameter
Nominal (in.)
Tegangan minimum
(psi)
Tipe BA
Tipe WA
Tipe BA
Tipe WA
250.000
0,192
212.500
0,196
240.000
250.000
204.000
212.500
0,250
240.000
240.000
204.000
204.000
0,276
235.000
235.000
199.750
199.750
Kuat patah
Berat nominal
Beban minimum
Nominal
Strand
Strand
Strand
Pada ekstensi 1%
Strand (in.)
(min. lb)
(in.2)
(lb/1000 ft)*
(lb)
MUTU 250
1/4(0,250)
9.000
0,036
122
7.650
5/16(0,313)
14.500
0,058
197
12.300
3/8(0,375)
20.000
0,080
272
17.000
7/16(0,438)
27.000
0,108
367
23.000
(0,500)
36.000
0,144
490
30.600
3/5(0,600)
54.000
0,216
737
45.900
MUTU 270
3/8(0,375)
23.000
0,085
290
19.550
7/16(0,438)
31.000
0,115
390
26.350
(0,500)
41.000
0,153
520
35.100
3/5(0,600)
58.600
0,217
740
49.800
terlihat dalam Gambar 2.4(b); ini berbeda dengan strand 7 kawat standar yang
terlihat dalam Gambar 2.4(a).
(a)
(b)
Gambar 2.4 Strands prategang 7 kawat standard dan dipadatkan. (a) Penampang
strand standar. (b) Penampang strand yang dipadatkan.
Gambar 2.7 (a) Angker strand, (b) Angker strand tunggal, (c) Chuck angker dari
Supreme Products.
2.3.4 Saluran
1. Cetakan
(a) Formed Ducts. Saluran yang dibuat dengan menggunakan lapisan tipis
yang tetap di tempat. Harus berupa bahan yang tidak memungkinkan
tembusnya pasta semen. Saluran tersebut harus mentransfer tegangan
lekatan yang dibutuhkan dan harus dapat mempertahankan bentuknya pada
saat memikul berat beton. Saluran logam harus berupa logam besi, yang
dapat saja digalvanisasi.
(b) Cored Ducts. Saluran seperti ini harus dibentuk tanpa adanya tekanan yang
dapat mencegah aliran suntikan. Semua material pembentuk saluran jenis
ini harus disingkirkan.
2. Celah atau Bukaan Suntikan. Semua saluran harus mempunyai bukaan
untuk suntikan di kedua ujung. Untuk kabel draped, semua titik yang tinggi
harus mempunyai celah suntikan kecuali di lokasi dengan kelengkungan kecil,
seperti pada slab menerus. Celah suntikan atau lubang buangan harus
digunakan di titik-titik rendah jika tendon akan diletakkan, diberi tegangan
dan disuntikan pada cuaca beku. Semua celah atau bukaan suntikan harus
dapat mencegah bocornya suntikan.
3. Ukuran Saluran. Untuk tendon yang terdiri dari kawat, batang atau strands,
luas saluran harus sedikitnya dua kali luas neto baja prategang. Untuk tendon
yang terdiri atas satu kawat, batang, atau strand, diameter saluran harus
sedikitnya in. lebih besar dari pada diameter normal kawat, batang, atau
strand.
4. Peletakan Saluran. Sesudah saluran diletakkan, dan pencetakan selesai, harus
dilakukan pemeriksaan untuk menyelidiki kerusakan saluran yang mungkin
ada. Saluran harus dikencangkan dengan baik pada jarak-jarak yang cukup
dekat untuk mencegah peralihan selama pengecoran beton. Semua lubang atau
bukaan di saluran harus diperbaiki sebelum pengecoran beton. Celah atau
bukaan untuk penyuntikan harus diangkerk dengan baik pada selubung dan
pada baja tulangan atau cetakan, untuk mencegah peralihan selama operasi
pengecoran beton.
5. Pada temperature di bawah 32oF, saluran harus dijaga bebas air untuk
menghindari kerusakan akibat pembekuan.
6. Temperatur beton tidak boleh 35oF atau lebih tinggi dari temperatur pada saat
penyuntikan sampai kubus suntikan yang berukuran 2 in. mencapai kuat tekan
sebesar 800 psi.
7. Bahan suntikan tidak boleh melebihi 90oF selama pencampuran atau
pemompaan jika perlu, pencampuran air harus didinginkan.
memperkiraan
kehilangan
berbeda-beda
menurut
peraturan
atau
lainnya. Kehilangan lump-sum seperti dirangkum di dalam Tabel 2.3 yang dikutip
dari AASHTO dan Tabel 2.4 yang dikutip dari PTI. Kehilangan yang
dicantumkan meliputi perpendekan elastis, relaksasi baja pratengan, rangkak dan
susut, dan tabel tersebut berlaku hanya untuk kondisi pembebanan standar,
kondisi lingkungan, prosedur, konstruksi, kontrol kualitas dan beton normal, dan
pentingnya serta besarnya system. Analisis lebih rinci harus dilakukan jika
kondisi-kondisi standar tidak terpenuhi.
pratengang
(27,6 N/mm2)
(34,5 N/mm2)
45.000 psi (310 N/mm2)
Strand pratarik
Kawat atau strand pascatarik*
Batang
Kehilangan karena gesekan tidak termasuk. Kehilangan seperti ini harus dihitung
dengan mengikuti Subbab 6.5 spesifikasi AASHTO
Slab
Batang
Catatan: Tabel perkiraan kehilangan prategang dimaksudkan untuk memberikan basis industri
pascatarik yang umum untuk menentukan persyaratan tendon di proyek-proyek di mana besar
kehilangan prategang tidak ditetapkan oleh perencana. Nilai-nilai kehilangan ini didasarkan atas
penggunaan beton berbobot normal dan atas nilai rata-rata dari kuat beton, level prategang dan
kondisi pengeksposan. Nilai aktual kehilangan dapat sangat bervariasi di atats atau di bawah nilai
di tabel ini, jika beton mengalami tegangan pada kekuatan rendah, jika beton mengalami
prategang tinggi, atau jika kondisi ekposnya sangat kering atau sangat basah. Nilai di tabel ini
tidak mencakup kehilangan akibat friksi.
Sumber: Post-Tensioning Institute.
Rangkuman
sumber-sumber
untuk
mendapatkan
nilai
kehilangan
prategang dan tahapan terjadinya dicantumkan dalam Tabel 2.5, di mana subskrip
i menunjukkan awal dan subskrip j menunjukkan taraf pembebanan sesudah
pendongkrakan. Dari tabel ini, kehilangan total pratengang dapat dihitung untuk
komponen struktur pascatarik sebagai berikut:
fpT = fpA + fpF + fpES + fpR + fpCR + fpSH
(2.8)
Di mana fpES hanya berlaku apabila tendon didongkrak secara sekuensial, dan
bukan secara simultan.
Dalam hal pascatarik, perhitungan kehilangan akibat relaksasi dimulai
antara waktu transfer t1 = ttr dan akhir selang waktu t2 yang sedang ditinjau, jadi
fpi = fpJ - fpA - fpF
(2.9)
Komponen struktur
pratarik
Komponen struktur
pascatarik
Saat transfer
Saat pendongkrakan
fpES
Sesudah transfer
fpR
Sesudah transfer
Sesudah transfer
fpCR
Sesudah transfer
Sesudah transfer
fpSH
Friksi (F)
Saat pendongkrakan
fpF
Kehilangan karena
pengangkeran (A)
Saat transfer
fpA
Total
Hidup
Hidup
fpT
(a) Untuk tegangan akibat gaya pendongkrakan tendon, fpJ = 0,94 fpy,
tetapi tidak lebih besar dari pada yang terkecil di antara 0,80 fpu dan
nilai maksimum yang disarankan oleh pembuat tendon dan angker.
(b) Segera setelah transfer prategang, fpi = 0,82 fpy, tetapi tidak lebih besar
dari pada 0,74 fpu.
(c) Pada tendon pascatarik, di pengakeran dan perangkai segera setelah
transfer gaya = 0,70 fpu.
Nilai fpy dapat dihitung dari
Batang prategang: fpy = 0,80 fpu
Tendon stress-relieved, fpy = 0,85 fpu
Tendon relaksasi rendah, fpy = 0,90 fpu
Jika fpR adalah tegangan prategang yang tersisa pada baja sesudah relaksasi, maka
rumus berikut dapat digunakan untuk mendapatkan fpR untuk baja stress-relieved:
(2.11)
Di dalam rumus tersebut, t dinyatakan dalam jam dan log t mempunyai basis 10,
fpi/fpy melebihi 0,55, dan t = t2 t1. Juga, untuk baja relaksasi rendah, penyebut di
dalam suku log dalam persamaan tersebut dibagi dengan 45, bukan 10. Plot
persamaan 2.11 ditunjukkan dalam Gambar 2.6.
Pendekatan untuk suku (log t2 log t1) dalam Persamaan 2.11 dapat
dilakukan sedemikian hingga log t = log (t2 t1) tanpa kehilangan ketelitian yang
berari. Dalam hal ini, kehilangan karena relaksasi tegangan menjadi:
(2.12)
Di mana fpi adalah tegangan awal di baja yang dialami elemen beton.
Jika analisis kehilangan dengan cara langkah demi langkah dibutuhkan,
maka inkremen kehilangan pada suatu tahap dapat didefinisikan sebagai:
(2.13)
Di mana t1 adalah waktu pada awal suatu interval dan t2 adalah waktu di akhir
interval, yang keduanya dihitung dari saat pendongkrakan.
(2.14)
Dengan demikian, koefisien rangkak pada waktu sembarang t dalam hari dapat
didefinisikan sebagai:
(2.15)
Nilai Cu bervariasi di antara 2 dan 4 dengan rata-rata 2,35 untuk rangkak
ultimit. Kehilangan prategang di komponen struktur prategang akibat rangkak
dapat didefinisikan untuk komponen struktur bonded.
(2.16)
Di mana fcs adalah tegangan di beton pada level pusat berat tendon prategang.
Pada umumnya, kehilangan ini merupakan fungsi dari tegangan di tendon pada
penampang yang sedang ditinjau. Pada komponen struktur pascatarik nonbonded,
pada dasarnya kehilangan dapat dipandang seragam di sepanjang bentangnya.
Dengan demikian, nilai rata-rata untuk tegangan beton
di antara titik-titik
(2.19)
(2.20)
10
20
30
60
0,92
0,85
0,80
0,77
0,73
0,64
0,58
0,45
(2.22)
(2.23)
Efek Kelengkungan
Pada saat tendon ditarik dengan gaya F1 di ujung pendongkrakan, tendon tersebut
mengalami gesekan dengan saluran di sekitarnya sedemikian hingga tegangan di
tendon akan bervariasi dari bidang pendongkrakan ke jarak L di sepanjang
bentang seperti terlihat dalam Gambar 2.9. jika panjang tendon yang sangat kecil
dibuta sebagai diagram benda bebas seperti terlihat dalam Gambar 2.10, maka
dengan mengasumsikan bahwa adalah koefisien gesekan antara tendon dan
salurannya akibat efek kelengkungan, maka
dF1 = -F1d
atau
(2.24)
Dengan mengintergrasikan kedua sisi persamaan di atas
LogeF1 = -
(2.25a)
(2.25b)
Gambar 2.10 Kehilangan akibat friksi kelengkungan. (a) Alinyemen tendon. (b)
Gaya-gaya di segmen yang amat kecil di mana F1 ada di ujung pendongkrakan.
(c) Poligon gaya dengan mengasumsikan bahwa F1 = F2 di segmen kecil dalam
(b).
Efek Wobble
Misalkan bahwa K adalah koefisien gesek antar tendon dan beton di sekitarnya
akibat efek wobble atau efek panjang. Kehilangan gesekan yang diakibatkan oleh
ketidaksempurnaan dalam alinyemen di seluruh panjang tendon, tak perduli
apakah alinyemennya lurus atau draped. Kemudian, dengan menggunakan
(2.26)
F2 = F1e-KL
(2.27)
atau
(2.28)
(2.29)
Dengan mengasumsikan bahwa gaya prategang antara bagian awal dari porsi yang
melengkung dan ujungnya kecil (kira-kira 15 persen), maka adalah cukup akurat
untuk menggunkan tarik awal untuk seluruh kelengkungan dalam Persamaan 2.29.
Jadi, Persamaan 2.29 dapat disederhanakan menjadi
fpF = -f1( + KL)
(2.30)
Jika
y m dan /2 = 4y/x
maka
= 8y/x radian
(2.31)
Koefisien
K per foot
kelengkungan,
Tendon kawat
0,0010-0,0015
0,15-0,25
Strand 7 kawat
0,0005-0,0020
0,15-0,25
0,0001-0,0006
0,08-0,30
0,0002
0,15-0,25
0,0010-0,0020
0,05-0,15
0,0003-0,0020
0,05-0,15
Jenis Tendon
Tendon di selubung metal fleksibel
system
mempunyai
kebutuhan
penyesuaian
sendiri-sendiri,
dan
Gambar 2.12 Perubahan pada bentuk longitudinal balok. (a) Akibat pemberian
prategang. (b) Akibat beban eksternal.
Tabel 2.8 Persentase Kehilangan Tegangan yang dianjurkan oleh T.Y. Lin
Tipe kehilangan
Pascatarik
Rangkak beton
Susut beton
Jumlah
18
15
Perpendekan elastis
lenturan beton
dan
Nilai-nilai pada umumnya diambil sama dengan 0,85 untuk batang pratarik dan
0,80 untuk pascatarik.
Gambar 2.13 Sistem-sistem lantai aksi dua-arah. (a) Lantai pelat datar dua-arah.
(b) Lantai slab dua-arah di atas balok-lantai. (c) Lantai slab waffle.
Analisis perilaku slab yang mengalami lentur hingga tahun 1940-an dan
awal tahun 1950-an mengikuti teori klasik elastisitas, khususnya di Amerika
berdefleksi seperti bentuk piring akibat beban eksternal tersbut, dan pojokpojoknya akan terangkat apabila panel tersebut tidak dicor secara monolitik
dengan tumpuannya. Kontur yang ditunjukkan pada Gambar 2.14(a) menunjukkan
bahwa kelengkungan dan, oleh karena itu, momen di daerah tengah C lebih besar
di dalam arah pendek y di mana konturnya lebih curam dibandingkan dengan yang
ada pada arah panjang x.
Evaluasi uraian momen dalam arah x dan y sangat rumit karena perilaku
plat tersebut yang sangat statis tak tentu. Kasus sederhana yaitu panel (a) pada
Gambar 2.14 dijelaskan dengan mengambil jalur AB dan DE di tengah-bentang,
seperti pada bagian (b), sedemikian hingga defleksi di kedua jalur di titik pusat C
sama.
Gambar 2.14 Defleksi dari panel dan jalur. (a) Kontur kelengkungan dan defleksi
pada panel lantai. (b) Central slips dalam panel slab dua-arah.
Defleksi dari suatu balok yang ditumpu sederhana dan dibebani secara
seragam adalah 5wl4/384EI, dengan kata lain = kwl4, di mana k adalah suatu
konstanta. Apabila tebal kedua jalur sama, maka defleksi jalur AB adalah kwABL4
dan defleksi jalur DE adalah kwDES4, dengan wAB dan wDE adalah bagian dari
intensitas beban total w yang ditransfer masing-masing ke jalur AB dan DE, jadi w
= wAB + wDE. Dengan menyamakan defleksi dari kedua jalur di titik tengah C, kita
dapatkan
dan
Terlihat dari kedua persamaan di atas bahwa bentang S, yang merupakan bagian
dari jalur DE, yang lebih pendek memikul porsi beban yang lebih besar. Jadi,
bentang yang lebih pendek pada panel slab yang terletak di atas tumpuan kaku
mengalami momen yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan pembahasan mengenai
kecuraman kontur-kelengkungan pada Gambar 2.14(a).
ideal tersebut dengan cara sama seperti memandang portal aktual, yang berarti
bahwa metode ini lebih eksak dan mempunyai batasan yang lebih sedikit
dibandingkan dengan metode desain langsung. Pada dasarnya, metode ini meliputi
distribusi momen penuh dengan lebih banyak siklus apabila dibandingkan dengan
metode desain langsung, yang meliputi hanya pendekatan distribusi momen satusiklus.
Gambar 2.15 Denah lantai dengan portal ekivalen (daerah yang diarsir dalam arah
x).
5. Beban yang ada hanyalah beban gravitasi dari terbagi rata di atas seluruh
panel. Beban hidup tidak boleh melebihi tiga kali beban mati.
6. Apabila panel ditumpu oleh balok di semua sisi, maka kekakukan relatif
balok pada dua-arah yang saling tegak lurus tidak boleh lebih kecil dari
0,2 atau lebih besar dari 5,0.
Karena adanya batasan-batasan tersebut, untuk slab-slab lantai beton prategang,
kita harus menggunakan metode portal ekivalen.
Pada dasarnya ada empat langkah utama dalam desain panel lantai:
1. Tentukan momen static total di masing-masing arah yang saling tegak
lurus.
2. Distribusikan momen total untuk desain penampang terhadap momen
negatif dan positif.
3. Distribusikan momen negatif dan positif ke jalur kolom dan jalur tengah
dan ke balok panel, apabila ada. Jalur kolom mempunyai lebar 25 persen
dari lebar portal ekivalen di masing-masing sisi as kolom, dan
keseimbangan di dalam lebar portal ekivalen adalah jalur tengah.
4. Selaraskan ukuran dan distribusi dari penulangan ini pada kedua-arah yang
saling tegak lurus tersebut.
Dengan demikian, penentuan nilai dari momen yang didistribusikan menjadi
tujuan utama. Tinjaulah panel interior tipikal yang mempunyai dimensi as l1
dalam arah dari momen yang sedang ditinjau dan dimensi l2 dalam arah yang
tegak lurus l1, seperti terlihat dalam Gambar 2.16. bentang bersih ln diukur dari
muka ke muka kolom, kepala kolom, atau dinding. Nilainya tidak boleh lebih
kecil dari 0,65l1, dan tumpuan-tumpuan berbentuk lingkaran dipandang sebagai
tumpuan bujur sangkar yang luas penampang sama. Momen statik totalnya adalah
M0 = wl2/8. Di dalam panel slab dua-arah sebagai komponen dua dimensi,
idealisasi struktur dengan arah x dan sekali lagi dalam arah orthogonal y. apabila
suatu diagram benda-bebas dari panel interior tipikal seperti terlihat dalam
Gambar 2.17(a) ditinjau, kondisi simetri mereduksi geser dan momen puntir
menjadi sama dengan nol di sepanjang tepi segmen potongan. Apabila tidak ada
kekangan di kedua ujung A dan B, maka panel tersebut dapat dipandang sebagai
hanya ditumpu dalam arah bentang ln. apabila kita melakukan pemotongan di
tengah-bentang, seperti terlihat dalam Gambar 2.17(b), dan meninjau setegah
panelnya sebagai diagram benda-bebas, maka momen M0 di tengah-bentang
adalah
Gambar 2.16 Jalur kolom dan jalur tengah dari portal ekivalen (arah y).
(2.33)
Gambar 2.17 Momen sederhana M0 bereaksi pada panel slab dua-arah interior
arah x. (a) Momen pada panel. (b) Diagram benda-bebas.
(2.34)
Distribusi tersebut akan bergantung pada derajat kekakuan tumpuan. Dengan cara
yang sama, M0 pada arah y tentunya adalah jumlah dari momen-momen di tengahbentang dan rata-rata dari momen-momen di kedua tumpuan dalam arah tersebut.
Dalam arah orthogonal, Persamaan 2.34 menjadi
M0 = MC + (MA + MB)
Di mana M0, MA, MB, dan MC masing-masing tegak lurus M0, MA, MB, dan MC.
Juga, dengan cara seperti Persamaan 2.33,
(2.35)
Intensitas beban W pada kondisi beban-kerja di dalam slab beton prategang
tersebut adalah Ww per luas satuan.
Gambar 2.18 Beban penyeimbang dalam panel prategang dua-arah. (a) Tampak
tiga dimensi. (b) Penampang L-L dalam arah panjang. (c) Penampang S-S dalam
arah pendek.
Apabila suatu slab dua-arah yang terletak di atas tumpuan kaku seperti
dinding diberi pratengang pada kedua-arah orthogonal yang memiliki bentang
arah-pendek LS dan bentang arah-panjang LL, seperti terlihat dalam Gambar 2.18,
maka intensitas dari beban penyeimbang ke atas yang dibutuhkan untuk
menghasilkan beban-beban desain seimbang dapat dihitung dengan rumus,
dan
dan PL yang dapat memenuhi persamaan statika 2.36. seandainya panel slab
tersebut ditumpu di atas balok, atau seandainya panel-panel sederhana tersebut
ditumpu oleh dinding, maka desain yang paling ekonomis tentunya adalah
memberikan beban W hanya di arah pendek saja, atau beban W di masingmasing arah untuk kasus panel slab berbentuk bujur sangkar. Panel slab yang
dibebani oleh Wseimbang dan mengalami tegangan akibat gaya prategang PS dan PL
akan mengalami distribusi tegangan seragam PS/h dan PL/h di masing-masing
arah, dengan h adalah tebal slab. Panel slab akan betul-betul datar, tanpa adanya
defleksi atau lawan-lendut. Setiap deviasi pada beban yang bekerja dari Wseimbang
akan membutuhkan penggunaan teori elastis biasa untuk melakukan analisis plat
dua-arah.
Karena slab dua-arah pascatarik prategang biasanya berupa plat datar yang
ditumpu langsung di atas kolom, maka semua bebannya harus dipikul dalam
kedua-arah dengan menggunakan salah satu dari antara tendon terlekat atau
tendon yang terdistribusi seragam, dengan pemusatan tendon di jalur kolom dari
panel plat dua-arah.
Distribusi tegangan yang seragam dan defleksi/lawan-lawan lendut nol
bukan merupakan keharusan di dalam mendesain sistem lantai. Seandainya
merupakan keharusan, maka penyeimbang beban tentunya bukan selalu
merupakan cara yang paling ekonomis untuk menentukan gaya-gaya prategang.
Sebagai gantinya, perencana sering menggunakan beban seimbang parsial
Wseimbang < WD + WL untuk sistem lantai banyak-panel. Apabila intensitas beban
Ww < WD + WL lebih besar daripada beban seimbang Wseimbang dari Persamaan
2.36, maka akan mendapatkan momen satuan MS dan ML masing-masing untuk S
dan L.
Arah panjang
dan
Gambar 2.19 Koefisien beban-kerja dalam slab dan pelat aksi dua-arah.
Gambar 2.20 Koefisien momen beban-ultimit dalam slab dan pelat aksi dua-arah.
Koefisien momen lentur di sana adalah untuk momen lentur positif dan negative
maksimum, dengan x2 dan x2 yang berlaku masing-masing untuk +M dan M,
di bentang pendek Lx. dengan cara sama, y2 dan y2 berlaku untuk masingmasing momen lentur positif dan negative maksimum di bentang panjang Ly.
dengan cara yang hampir sama, bagan di dalam Gambar 2.20 memberikan metode
cepat untuk mengevaluasi koefisien momen lentur ultimit pada plat beton aksidua-arah menerus.
terdistribusi - MS
Redistribusi inelastic dari momen akibat kontinuitas akan diberikan pada kuat
momen yang tersedia Mn di tumpuan ke arah momen perlu Mn di tengah-bentang.
atau
daripada 0,241.
2.5.7 Penulangan
Luas minimum dari penulangan terlekat, kecuali jika disyaratkan oleh
Persamaan 2.38 di bawah ini, adalah
As = 0,004 A
(2.37a)
Dengan A adalah luas dalam in.2 dari bagian penampang di antara muka tarik
lentur dan pusat berat dari penampang bruto. Pada daerah momen-positif di mana
tegangan tarik hitung di beton pada kondisi beban-kerja melebihi 2
, luas
(2.38)
Di mana L = panjang bentang di arah yang sejajar dengan penulangan yang sedang
ditinjau dan
h = tebal slab.
Penulangan yang diperoleh dari Persamaan 2.38 harus didistribusikan di dalam
lebar jalur slab di antara garis-garis yang terletak 1,5h di luar kedua muka kolom.
Sedikitnya emapt tulangan atau kawat harus digunakan di kedua-arah.
Panjang minimum penulangan terlekat di daerah positif harus sepertiga
bentang bersih, yang terpusat di daerah momen-positif. Panjang minimum
penulangan terlekat di daerah negative adalah seperenam dari bentang bersih di
di dalam
Persamaan 2.39 harus diambil tidak boleh lebih kecil dari sekitar 0,17, dan d
tidak dapat melebihi 0,15dp.
Tendon Tak Terlekat. Untuk tendon tak terlekat dengan rasio bentangtinggi 35,
2.5.8 Geser
Penulangan Tumpuan Kolom di Plat Datar. Kekakuan geser nominal
yang diberikan oleh beton di pertemuan kolom pada slab pretegang dua-arah
dinyatakan dengan
(2.40a)
di masing-
masing arah tidak dapat kurang dari 125 psi dan tidak dapat lebih dari 500 psi.
Apabila persyaratan di atas tidak terpengaruhi, maka Vc harus dihitung dari
yang terkecil di antara nilai-nilai yang diperoleh dari rumus-rumus berikut
(i)
(2.41a)
(ii)
(2.41b)
(iii)
(2.41c)
Di mana c = rasio antara sisi panjang dan pendek dari kolom atau daerah beban
terpusat.
Persamaan 2.41(a) dan (b) adalah hasil dari pengujian yang menunjukkan
bahwa apabila rasio b0/d meningkat, maka kuat geser nominal yang tersedia Vc
berkurang sehingga dalam hal ini Persamaan 2.41(c) tidak menentukan karena
tidak aman.
Tumpuan Tepi Menerus. Untuk beban yang terdistribusi dan tumpuan
tepi yang menerus seperti balok atau dinding, apabila prategang efektif tidak lebih
kecil dari 40 persen dari kuat tarik penulangan, tegangan geser izin maksimum
adalah
Dengan bw diambil sebagai lebar jalur dan Vud/Mu terletak pada jarak dp/2 dari
muka tumpuan, dp 0,80h.
Nilai
1,0 untuk beton berbobot normal, = 0,85 untuk beton ringan-pasir, dan = 0,75
untuk seluruh beton ringan.
Koefisien Gaya Geser. Gaya geser maksimum di tepi suatu panel slab duaarah yang memikul beban terdistribusi terbagi rata dan ditumpu di sepanjang
kelilingnya dapat didekati sebagai berikut
V = 1/3wLs (tepi pendek)
V = kwLs/(2k + 1) (tepi panjang)
Di mana k adalah rasio antara bentang panjang LL dan bentang pendek LS. Nilai
yang sama dapat digunakan untuk panel yang dijepit atau menerus di keempat
tepinya. Untuk kondisi lain, distribusi gaya-gaya geser, di mana tegangan yang
Momen rencana
negatif interior
0,75
0,70
0,70
0,70
0,65
Momen positif
rencana
0,65
0,57
0,52
0,50
0,35
Momen rencana
negatif eksterior
0,16
0,26
0,30
0,65
Gambar 2.21 Distribusi momen statis rencana M0 ke momen negatif dan positif.
(a) koefisien momen untuk bentang banyak. (b) luas slab yang dipakai
menghitung M0.
Panel Interior
Jalur kolom harus direncanakan untuk dapat memikul momen negatif interior
akibat sebagian (dalam persen) dari momen negatif rencana interior sebagai
berikut:
l2/l1
0,5
1,0
2,0
1 (l2/l1) = 0
75
75
75
1 (l2/l1) 1
90
75
45
l2/l1)
1 (l2/l1) = 0
1 (l2/l1) 1
0,5
1,0
2,0
t = 0
100
100
100
t 2,5
75
75
75
t = 0
100
100
100
t 2,5
90
75
45
0,5
1,0
2,0
1 (l2/l1) = 0
60
60
60
1 (l2/l1) 1
90
75
45
Apabila c lebih kecil daripada min, maka momen positif rencana pada
bentang-bentang panel yang dipikul kolom tersebut harus dikalikan dengan faktor
s yang lebih besar daripada 1,0, yaitu:
a
2,0
1,0
0,5
0,33
Perbandingan
l2/l1
0,5
1,0
2,0
4,0
0,5-2,0
0,5
0,6
0,8
0,7
1,0
0,7
0,1
1,25
0,8
0,4
2,0
1,2
0,5
0,2
0,5
1,3
0,3
0,8
1,5
0,5
0,2
1,0
1,6
0,6
0,2
1,25
1,9
1,0
0,5
2,0
4,9
1,6
0,8
0,3
0,5
1,8
0,5
0,1
0,8
2,0
0,9
0,3
1,0
2,3
0,9
0,4
1,25
2,8
1,5
0,8
0,2
2,0
13,0
2,6
1,2
1,5
0,3
Dimana,