Anda di halaman 1dari 17

CASE REPORT MATA

Uveitis Anterior

Disusun oleh :
Reza Rahmana
1102010239

Pembimbing :
dr. Diantinia, SpM.

KEPANITERAAN KLINIK MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD SOREANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Agama
Alamat

: Tn. Akus kusnadi


: 48 tahun
: Islam
: Gandasoli Kab. Bandung

Tanggal pemeriksaan
II.

: 18 juli 2016

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis
Keluhan utama
Mata merah
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata kiri merah sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai rasa perih dan nyeri.
Pasien juga mengaku pengelihatan menjadi buram setelah timbul mata
merah. Pasien tidak merasakan adanya gatal dan sekret berwarna putih
yang keluar dari matanya hanya saja matanya terus menerus berair.
Pasien juga mengaku merasa silau bila melihat cahaya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat mata merah sebelumnya disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat alergi dan keluhan yang sama pada keluarga disangkal oleh
pasien.

III.

PEMERIKSAAN FISIK

STATUS OPHTALMOLOGIS
KETERANGAN
1. VISUS

OD

OS

- Visus

6/30

6/20

- Koreksi pin hole

6/15

6/12

2. KEDUDUKAN BOLA MATA


- Eksoftalmus
- Enoftalmus
- Deviasi

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

- Gerakan Bola mata

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Hitam, distribusi normal,


Simetris

Hitam, distribusi normal,


Simetris

3. SUPERSILIA
- Warna
- Simetris
4. PALPEBRA
- Edema
- Nyeri tekan
- Ekteropion
- Entropion
- Blefarospasme
- Trikiasis
- Punktum Lakrimal
- Fissura Palpebra
- Milia Palpebra

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal, tidak
membengkak,hiperemis
(-)
Normal
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal, tidak
membengkak,hiperemis
(-)
Normal
Tidak ada

5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR


- Hiperemis
- Folikel
- Papil
- Sikatrik
- Hordeolum
- Kalazion

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

- Sekret
- Injeksi konjungtiva

Tidak ada
Tidak ada

Lakrimasi
Ada

- Injeksi Siliar
- Perdarahan
Subkonjungtiva
- Pterigium
- Pinguekula
- Kista Dermoid
- Lithiasis

Tidak ada
Tidak ada

Ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI

7. SKLERA

- Warna
- Ikterik
- Injeksi episklera
- Nyeri tekan
2. KORNEA
- Kejernihan
- Permukaan
- Sensibilitas
- Infiltrat
- Keratik presipitat
- Sikatrik
- Ulkus
- Perforasi
- Edema

Putih
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Merah
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Jernih
Jernih
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Jernih
Jernih
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Sedang
Jernih
Tidak ada
Tidak ada

Sedang
Jernih
Tidak ada
Tidak ada

8. COA
-

Kedalaman
Kejernihan
Hyfema
Hipopion

9. IRIS
-

Warna
Sinekia

Hitam kecoklatan
Tidak ada

Hitam kecoklatan
Ada

Sentral
Bulat
3mm
+

Sentral
Irreguler
3mm
+

Jernih
Sentral
Negatif

Jernih
Sentral
Negatif

10. PUPIL
-

Letak
Bentuk
Ukuran
Refleks cahaya
langsung
Refleks cahaya
tidak langsung

11. LENSA
-

Kejernihan
Letak
Tes shadow

IV.

DIAGNOSIS BANDING
Konjungtivitis Viral OS
Keratitis OS

V.

DIAGNOSIS KERJA
Uveitis Anterior OS

VI.

PENATALAKSAAN

Medikamentosa:
-

Steroid topikal

Midriatikum (Sulfas atropin 1% 3x1 gtt opth)

VII.

PROGNOSIS

Ad Vitam
Ad Fungsionam

:
:

OD
bonam
bonam

Ad Sanationam

bonam

OS
bonam
bonam
Dubia bonam

TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada
lapisan traktus uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus
siliaris dan koroid yang disebabkan oleh infeksi, trauma, neoplasia,
atau proses autoimun. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea
yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi.
Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan jaringan
uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut
siklitis. Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga
dengan uveitis anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering. Dan
bila mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau koroiditis.
Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan
usia pertengahan. Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan

penglihatan yang kabur, mata merah tanpa sekret mata purulen dan
pupil kecil atau ireguler. Insiden uveitis di Amerika Serikat dan di
seluruh dunia diperkirakan sebesar 15 kasus/100.000 penduduk
dengan perbandingan yang sama antara laki-laki dan perempuan.
Uveitis merupakan salah satu penyebab kebutaan. Morbiditas akibat
uveitis terjadi karena terbentuknya sinekia posterior sehingga
menimbulkan peningkatan tekanan intraokuler dan gangguan pada
nervus optikus. Selain itu, dapat timbul katarak akibat penggunaan
steroid. Oleh karena itu, diperlukan penanganan uveitis yang meliputi
anamnesis yang komprehensif, pemeriksaan fisik dan oftalmologis
yang menyeluruh, pemeriksaan penunjang dan penanganan yang
tepat.

I.

ANATOMI UVEA
Uvea atau traktus uvealis merupakan lapisan vaskular di dalam

bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid.

Iris merupakan suatu membran datar sebagai lanjutan dari


badan siliar ke depan (anterior). Di bagian tengah iris terdapat lubang
yang disebut pupil yang berfungsi untuk mengatur besarnya sinar yang
masuk mata. Pada iris terdapat 2 macam otot yang mengatur besarnya
pupil, yaitu :

1. Musculus dilatator yang melebarkan pupil


2. Musculus sfingter yang mengecilkan pupil
Kedua otot tersebut memelihara ketegangan iris sehingga tetap
tergelar datar. Dalam keadaan normal, pupil kanan dan kiri kira-kira
sama besarnya, keadaan ini disebut isokoria. Apabila ukuran pupil
kanan dan kiri tidak sama besar, keadaan ini disebut anisokoria.
Badan siliar berbentuk cincin yang terdapat di sebelah dalam
dari tempat tepi kornea melekat di sklera. Badan siliar merupakan
bagian uvea yang terletak antara iris dan koroid. Badan siliar
menghasilkan humor akuos. Humor akuos ini sangat menentukan
tekanan bola mata (tekanan intraokular = TIO). Humor akuos mengalir
melalui kamera okuli posterior ke kamera okuli anterior, kemudian
lewat trabekulum meshwork menuju canalis Schlemm, selanjutnya
menuju kanalis kolektor masuk ke dalam vena episklera untuk kembali
ke jantung.
Koroid merupakan bagian uvea yang paling luar, terletak antara
retina (di sebelah dalam) dan sklera (di sebelah luar). Koroid berbentuk
mangkuk yang tepi depannya berada di cincin badan siliar. Koroid
adalah jaringan vascular yang terdiri atas anyaman pembuluh darah.

Retina tidak menimpali (overlapping) seluruh koroid, tetapi berhenti


beberapa millimeter sebelum badan siliar. Bagian koroid yang tidak
terselubungi retina disebut pars plana.

II.

KLASIFIKASI UVEITIS

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada


lapisan traktus uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus
siliaris dan koroid. Klasifikasi uveitis dibedakan menjadi empat
kelompok utama, yaitu klasifikasi secara anatomis, klinis, etiologis, dan
patologis. Penyakit peradangan traktus uvealis umumnya unilateral,
biasanya terjadi pada oreng dewasa dan usia pertengahan. Pada
kebanyakan kasus penyebabnya tidak diketahui.

1. Klasifikasi Anatomis
a) Uveitis anterior
Merupakan inflamasi yang terjadi terutama pada iris dan korpus siliaris
atau disebut juga dengan iridosiklitis.
b) Uveitis intermediet
Merupakan inflamasi dominan pada pars plana dan retina perifer yang
disertai dengan peradangan vitreous.
c) Uveitis posterior
Merupakan inflamasi yang mengenai retina atau koroid.
d) Panuveitis
Merupakan inflamasi yang mengenai seluruh lapisan uvea.
2. Klasifikasi Klinis
a) Uveitis akut
Uveitis yang berlangsung selama < 6 minggu, onsetnya cepat dan
bersifat simptomatik.
b) Uveitis kronik

Uveitis yang berlangsung selama > 6 minggu bahkan sampai berbulanbulan atau bertahun-tahun, seringkali onset tidak jelas dan bersifat
asimtomatik.
3. Klasifikasi Etiologis
a) Uveitis infeksius
Uveitis yang disebabkan oleh infeksi virus, parasit, dan bakteri
b) Uveitis non-infeksius
Uveitis yang disebabkan oleh kelainan imunologi atau autoimun.
4. Klasifikasi patologis
a) Uveitis non-granulomatosa
Infiltrat dominan limfosit pada koroid
b) Uveitis granulomatosa
Infiltrat dominan sel epiteloid dan sel-sel raksasa multinukleus
III.

UVEITIS ANTERIOR

DEFINISI
Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan bagian depan
badan siliar (pars plicata), kadang-kadang menyertai peradangan
bagian belakang bola mata, kornea dan sklera. Peradangan pada uvea
dapat mengenai hanya pada iris yang di sebut iritis atau mengenai
badan siliar yang di sebut siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan
siklitis yang disebut iridosiklitis atau uveitis anterior.

KLASIFIKASI
Menurut klinisnya uveitis anterior dibedakan dalam uveitis
anterior akut yaitu uveitis yang berlangsung selama < 6 minggu,
onsetnya cepat dan bersifat simptomatik dan uveitis anterior kronik
uveitis yang berlangsung selama > 6 minggu bahkan sampai berbulanbulan atau bertahun-tahun, seringkali onset tidak jelas dan bersifat
asimtomatik. Pada kebanyakan kasus penyebabnya tidak diketahui.
Berdasarkan patologi dapat dibedakan dua jenis besar uveitis:
yang non-granulomatosa (lebih umum) dan granulomatosa. Penyakit
peradangan traktus uvealis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada
oreng dewasa dan usia pertengahan. Uveitis non-granulomatosa
terutama timbul di bagian anterior traktus uvealis ini, yaitu iris dan

10

korpus siliaris. Terdapat reaksi radang, dengan terlihatnya infiltrat selsel limfosit dan sel plasma dengan jumlah cukup banyak dan sedikit
mononuklear. Uveitis granulomatosa yaitu adanya invasi mikroba aktif
ke jaringan oleh bakteri. Dapat mengenai uvea bagian anterior maupun
posterior. Infiltrat dominan sel limfosit, adanya aggregasi makrofag dan
sel-sel raksasa multinukleus. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan
fibrin besar atau hipopion di kamera okuli anterior.

Perbedaan Uveitis granulomatosa dan non-granulomatosa


Onset

Non- Granulomatosa
Akut

Granulomatosa
Tersembunyi

Nyeri

Nyata

Tidak ada atau ringan

Fotofobia

Nyata

Ringan

Penglihatan Kabur

Sedang

Nyata

Merah Sirkumneal

Nyata

Ringan

Keratic precipitates

Putih halus

Kelabu besar (mutton

Pupil

Kecil dan tak teratur

fat)

Sinekia posterior

Kadang-kadang

Kecil dan tak teratur

Noduli iris

Tidak ada

Kadang-kadang

Lokasi

Uvea anterior

Kadang-kadang

Perjalanan penyakit

Akut

Uvea anterior,

Kekambuhan

Sering

posterior,difus
Kronik
Kadang-kadang

PATOFISIOLOGI
Badan siliar berfungsi sebagai pembentuk cairan bilik mata
(humor aqueus) yang memberi makanan kepada lensa dan kornea.
Dengan adanya peradangan di iris dan badan siliar, maka timbullah
hiperemi yang aktif, pembuluh darah melebar, pembentukan cairan
bertambah, sehingga dapat menyebabkan glaukoma sekunder. Selain
oleh cairan bilik mata, dinding pembuluh darah dapat juga dilalui oleh
sel darah putih, sel darah merah, dan eksudat yang akan

11

mengakibatkan tekanan osmose cairan bilik mata bertambah dan


dapat mengakibatkan glaukoma.
Cairan dengan lain-lainya ini, dari bilik mata belakang melalui
celah antar lensa iris, dan pupil ke kamera okuli anterior. Di kamera
okuli anterior, oleh karena iris banyak mengandung pembuluh darah,
maka suhunya meningkat dan berat jenis cairan berkurang, sehingga
cairan akan bergerak ke atas.
Di daerah kornea karena tidak mengandung pembuluh darah,
suhu menurun dan berat jenis cairan bertambah, sehingga di sini
cairan akan bergerak ke bawah. Sambil turun sel-sel radang dan fibrin
dapat melekat pada endotel kornea, membentuk keratik presipitat
yang dari depan tampak sebagai segitiga dengan endapan yang makin
ke bawah semakin besar. Di sudut kamera okuli anterior cairan melalui
trabekula masuk ke dalam kanalis Schlemn untuk menuju ke pembuluh
darah episklera. Bila keluar masuknya cairan ini masih seimbang maka
tekanan mata akan berada pada batas normal 15-20 mmHg. Sel
radang dan fibrin dapat pula menyumbat sudut kamera okuli anterior,
sehingga alirannya terhambat dan terjadilah glaukoma sekunder.
Galukoma juga bisa terjadi akibat trabekula yang meradang atau sakit
(Wijana,1993)
Elemen darah dapat berkumpuk di kamera okuli anterior dan
timbullah hifema (bila banyak mengandung sel darah merah) dan
hipopion (yang terkumpul banyak mengandung sel darah putihnya).
Elemen-elemen radang yang mengandung fibrin yang menempel pada
pupil dapat juga mengalami organisasi, sehingga melekatkan ujung iris
pada lensa. Perlekatan ini disebut sinekia posterior. Bila seluruh iris
menempel pada lensa, disebut seklusio pupil sehingga cairan yang dari
kamera okuli posterior tidak dapat melalui pupil untuk masuk ke
kamera okuli anterior, iris terdorong ke depan, disebut iris bombe dan
menyebabkan sudut kamera okuli anterior menyempit, dan timbullah
glaukoma sekunder.
Perlekatan-perlekatan iris pada lens menyebabkan bentuk pupil
tidak teratur. Pupil dapat pula diisi oleh sel-sel radang yang
menyebabkan organisasi jaringan dan terjadi oklusi pupil. Peradangan
badan siliar dapat pula menyebabkan kekeruhan pada badan kaca,

12

yang tampak seperti kekeruhan karena debu. Dengan adanya


peradangan ini maka metabolisme pada lensa terganggu dan dapat
mengakibatkan katarak. Pada kasus yang sudah lanjut, kekeruhan
badan kaca pun dapat mengakibatkan organisasi jaringan yang tampak
sebagai membrana yang terdiri dari jaringan ikat dengan
neurovaskularisasi dari retina yang disebut retinitis proloferans. Pada
kasus yang lebih lanjut lagi dapat mengakibatkan ablasi retina.

GEJALA KLINIS dan PEMERIKSAAN FISIK


Keluhan pasien dengan uveitis anterior adalah mata sakit, mata
merah, fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair.
Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis dapat terjadi akibat
ikut meradangnya otot-otot akomodasi. Pupil kecil akibat peradangan
otot sfingter pupil dan terdapatnya edema iris. Pada proses akut dapat
terjadi miopisi akibat rangsangan badan siliar dan edema lensa. Pada
pemeriksaan slit lamp dapat terlihat flare di bilik mata depan dan bila
terjadi inflamasi berat dapat terlihat hifema atau hipopion. Pada uveitis
non-granulomatosa dapat terlihat presipitat halus pada dataran
belakang kornea. Pada uveitis granulomatosa dapat terlihat presipitat
besar atau mutton fat noduli Koeppe (penimbunan sel pada tepi pupil)
atau noduli Busacca (penimbunan sel pada permukaan iris).

IV.

UVEITIS INTERMEDIATE
Uveitis intermediate disebut juga siklitis, uveitis perifer atau pars

planitis adalah peradangan intraokular terbanyak kedua. Tanda uveitis


intermediet yang terpenting yaitu adanya peradangan vitreus. Uveitis
intermediet biasanya bilateral dan cenderung mengenai pasien remaja
akhir atau dewasa muda. Pria lebih banyak yang terkena dibandingkan
wanita. Gejala- gejala yang khas meliputi floaters dan penglihatan
kabur. Nyeri, fotofobia dan mata merah biasanya tidak ada atau hanya
sedikit. Temuan pemeriksaan yang menyolok adalah vitritis seringkali

13

disertai dengan kondensat vitreus yang melayang bebas seperti bola


salju (snowballs) atau menyelimuti pars plana dan corpus ciliare seperti
gundukan salju (snow-banking). Peradangan bilik mata depan minimal
tetapi jika sangat jelas peradangan ini lebih tepat disebut panuveitis.
Penyebab uveitis intermediate tidak diketahui pada sebagian besar
pasien, tetapi sarkoidosis dan multipel sklerosis berperan pada 10-20%
kasus. Komplikasi uveitis intermediate yang tersering adalah edema
makula kistoid, vaskulitis retina dan neovaskularisasi pada diskus
optikus.

V.

UVEITIS POSTERIOR
Uveitis posterior adalah peradangan yang mengenai uvea

bagian posterior yang meliputi retinitis, koroiditis, vaskulitis retina dan


papilitis yang bisa terjadi sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Gejala
yang timbul adalah floaters, kehilangan lapang pandang atau scotoma,
penurunan tajam penglihatan. Sedangkan pada koroiditis aktif pada
makula atau papillomacular bundle menyebabkan kehilangan
penglihatan sentral dan dapat terjadi ablasio retina.

VI.

PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi uveitis adalah mencegah komplikasi yang

mengancam penglihatan, menghilangkan keluhan pasien, dan jika


mungkin mengobati penyebabnya. Ada empat kelompok obat yang
digunakan dalam terapi uveitis, yaitu midriatikum, steroid, sitotoksik,
dan siklosporin. Sedangkan uveitis akibat infeksi harus diterapi dengan
antibakteri atau antivirus yang sesuai.

a. Kortikosteroid

topikal,

periokuler,

sistemik

(oral,

subtenon,

intravitreal) dan sikloplegia


b. Pemberian antiinflamasi non steroid

14

c. Pemberian

obat

jenis

sitotoksik

seperti

ankylating

agent

(siklofosfamid, klorambusil), antimetabolit (azatrioprin, metotrexat)


dan sel T supresor (siklosporin)
d. Terapi operatif untuk evaluasi diagnostik (parasentesis, vitreus tap dan
biopsi korioretinal untuk menyingkirkan neoplasma atau proses
infeksi) bila diperlukan.
e. Terapi untuk memperbaiki dan mengatasi komplikasi seperti katarak,
mengontrol glaukoma dan vitrektomi.
f. Midriatikum berfungsi untuk memberikan kenyamanan pada pasien,
mencegah pembentukan sinekia posterior, dan menghancurkan sinekia.
Memberikan kenyamanan dengan mengurangi spasme muskulus
siliaris dan sfingter pupil dengan menggunakan atropin. Atropin tidak
diberikan lebih dari 1-2 minggu.
g. Steroid topikal hanya digunakan pada uveitis anterior dengan
pemberian steroid kuat, seperti dexametason, betametason, dan
prednisolon. Komplikasi pemakaian steroid

adalah glaukoma,

posterior subcapsular cataract, komplikasi kornea, dan efek samping


sistemik
VII.

DIAGNOSIS BANDING
Penting untuk menentukan apakah lesi yang terjadi akibat

inflamasi, tumor, proses vaskuler, atau proses degenerasi. Meksipun


flare dan sel di COA merupakan tanda utama uveitis, tapi bukan
merupakan suatu tanda diagnostik pasti uveitis karena proses nekrotik
atau metastasis neoplasma juga dapat menyebabkan proses inflamasi.
Debris seluler vitreus juga dapat terjadi akibat proses degeneratif
seperti retinitis pigmentosa atau retinal detachment. Beberapa
kelainan yang sering di kelirukan dengan uveitis antara lain :

a. Konjungtivitis dibedakan dengan adanya sekret dan kemerahan pada


konjungtiva
b. Keratitis di bedakan dengan adanya pewarnaan atau defek pada epitel
atau adanya penebalan atau infiltrat pada stroma
c. Glaukoma akut sudut tertutup ditandai dengan peningkatan tekanan
intra okular, kekeruhan dan edema kornea dan sudut bilik mata depan
yang sempit.

15

VIII. KOMPLIKASI
Komplikasi terpeting yaitu terjadinya peningkatan tekanan
intraokuler (TIO) akut yang terjadi sekunder akibat blok pupil (sinekia
posterior), inflamasi, atau penggunaan kortikosteroid topikal. Katarak
juga dapat terjadi akibat pemakaian kortikosteroid. Penggunaan
siklopegik dapan mengganggu akomodasi pada pasien yang berusia
diatas 45 tahun. Peningkatan TIO dapat menyebabkan atrofi nervus
optikus dan kehilangan penglihatan permanen. Komplikasi lain meliputi
corneal band-shape keratopathy, katarak, pengerutan permukaan
makula, edema diskus optikus dan makula, edema kornea, dan retinal
detachment.

IX.

PROGNOSIS

Prognosis uveitis tergantung pada banyak hal diantaranya


derajat keparahan, lokasi, dan penyebab peradangan. Secara umum,
peradangan yang berat perlu waktu lebih lama untuk sembuh serta
lebih sering menyebabkan kerusakan intraokular dan kehilangan
penglihatan dibandingkan dengan peradangan ringan atau sedang.
Selain itu uveitis anterior cenderung lebih cepat merespon pengobatan
dibandingkan dengan uveitis intermediet, posterior atau difus.
Umumnya kasus uveitis anterior prognosisnya baik bila di diagnosis
lebih awal dan diberi pengobatan yang tepat. Prognosis visual pada
iritis kebanyakan pulih dengan baik tanpa adanya katarak, glaukoma
dan uveitis posterior. Keterlibatan retina, koroid atau nervus optikus
cenderung memberi prognosis yang lebih buruk.

16

DAFTAR PUSTAKA

Vaughan & Asbury. 2007. Oftalmologi Umum Edisi 17 (hl 150-153). Jakarta

: EGC.
Ilyas, H. Sidarta, prof, dr. 2005. Ilmu Penyakit Mata Edisi 3 (hl 6-10, 172-

174, 199). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Diagnosis etiologik uveitis anterior (diakses tanggal 16 Februari 2012)
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14DiagnosisEtiologik087.pdf/14Diagnos

isEtiologik087.pdf
Uveitis
Anterior

anterior/ (di akses tanggal 18 Februari 2012)


Uveitis
anterior

http://yumizone.wordpress.com/2009/02/24/uveitisgranulomatosa

http://www.scribd.com/doc/79552912/13/Uveitis-anterior-granulomatosa

(di

akses tanggal 19 Februari 2012)


Iritis dan Uveitis http://emedicine.medscape.com/article/798323-overview
(di akses tanggal

17

Anda mungkin juga menyukai