Pembimbing :
dr. Arief, Sp. OG
Penyaji :
Nikki Sanjaya
(2014-061-055)
ABSTRAK
TUJUAN : Antisipasi rasa nyeri pada saat pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) dapat menjadi penghalang untuk penggunaan secara luas. Tujuan peneliti adalah
untuk menilai pengaruh lidokain gel 2% dalam rahim untuk menghilangkan nyeri pada
saat pemasangan AKDR.
DESAIN PENELITIAN : Peneliti melakukan double blind, randomized controlled trial
pada wanita yang melakukan pemasangan AKDR. Peserta secara acak diberikan lidokain
gel 2% atau placebo gel. Gel yang diteliti (3ccs) diberikan 3 menit sebelum pemasangan
AKDR. Skala nyeri diukur pada beberapa waktu berbeda menggunakan 10- point visual
analog scale.
HASIL : Dari 200 peserta secara acak, 199 peserta menyelesaikan penelitian. Skala nyeri
diantara pengguna lidokain dan plasebo hampir sama baik di penempatan tenakulum
(lidokain dan plasebo; median 4, kisaran 0-10 p=0.15) maupun di lokasi AKDR
(lidokain: median 5 kisaran 1-10, plasebo: median 6 kisaran 0-10 p=0.16). Hasil ini tidak
dibedakan berdasarkan paritas.
KESIMPULAN : Pemasangan AKDR yang didahului lidokain gel 2% topikal atau
intraservikal tidak mengurangi skala nyeri.
Pendahuluan
Kehamilan yang tidak direncanakan terhitung kurang lebih 50% dari total
kehamilan di Amerika Serikat dengan 40% berakhir dengan aborsi yang diinduksi. Long
acting reversible contraception (LARC), termasuk alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
dan tanam (implan), memiliki efektivitas yang lebih tinggi dan angka penghentian
pemakaian yang lebih rendah bila dibandingkan dengan
OAINS terbukti bermanfaat untuk nyeri paska prosedur, tetapi tidak menunjukkan
perbaikan nyeri saat pemasangan. Misoprostol telah diteliti dengan menggunakan dosis
dan rute pemberian yang berbeda. Dilaporkan pemasangan menjadi lebih mudah, namun
belum menurunkan skala nyeri. Laporan terbaru Cochrane mengenai intervensi nyeri
pada pemasangan AKDR mengevaluasi randomized clinical trial dan menyimpulkan
bahwa baik penggunaan OAINS atau misoprostol pada nyeri saat pemasangan dilakukan
tidak bermanfaat. Laporan ini juga mengomentari sebuah penelitian yang dipublikasikan
pada tahun 1996 dalam Bristish Journal of Family Planning yang menilai intervensi
dengan lidokain topikal. Meskipun memberikan hasil yang menjanjikan, penelitian ini
memiliki kelemahan-kelemahan secara metodologis. Namun, adanya penelitian ini
menjadi penyebab penggunaan lidokain topikal secara luas di Inggris. Temuan dari uji
coba baru-baru ini dengan menggunakan lidokain gel, yang diberikan secara intraservikal
dengan menggunakan pada ujung kapas, tidak mengurangi skala nyeri.
Lidokain gel secara rutin digunakan pada uretra distal sebelum pemasangan Foley
catheter, serta di saluran hidung sebelum pemasangan nasogastric tube atau nasotracheal
tube. Dalam masing-masing kasus, lidokain gel terbukti menurunkan skala nyeri saat
pemasangan. Saluran endoservikal dilapisi dengan epitel torak seperti saluran hidung.
Ektoserviks dan uretra distal merupakan epitel berlapis gepeng, sehingga masuk akal
untuk dilakukan intervensi baik pada penempatan tenakulum ke ektoserviks serta
pemasangan AKDR. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi apakah lidokain gel
intraservikal memperbaiki skala nyeri dibandingkan dengan plasebo. Hipotesis peneliti
adalah lidokain gel 2% akan mengurangi nyeri pada pemasangan AKDR.
Bahan dan Metode Penelitian
Persetujuan penelitian didapatkan dari Human Research Protection Office and the
Institutional Review Board di Universitas Washington di St Louis. Peneliti melakukan
percobaan single-site, double blind, randomized controlled pada
melakukan pemasangan AKDR pada rentang waktu 1 Agustus hingga 1 Desember 2011
di Universitas Washington di St Louis. Pendekatan dilakukan pada wanita yang
berusia18-45 tahun yang hadir di Contraceptive CHOICE Project untuk turut
Data awal dari CHOICE, 250 wanita yang melakukan pemasangan AKDR
memiliki skala nyeri rata-rata 4 (SD = 2.5) dari total 10 poin. Peneliti mempertimbangkan
penurunan skala rata-rata 50% penting secara klinis. Diperlukan 43 wanita untuk
mencapai 90% power dengan alpha (type I) error 0.05. Untuk mengantisipasi
kemungkinan pengaruh paritas, peneliti berencana untuk menggolongkan berdasarkan
paritas dan menyertakan 100 wanita nulipara dan 100 wanita para, dengan lidokain gel
dan placebo masing-masing 50 orang. Dengan penggolongan ini, terdapat toleransi 15%
dimana jika peserta berubah pikiran sehingga tidak melakukan pemasangan
atau
Hasil
Peneliti menyertakan dan mengacak 200 wanita dari Agustus 2011 sampai Desember
2011. Dari 202 wanita diajak berpartisipasi, dua orang tidak memenuhi kriteria inklusi.
Tidak ada wanita yang diajak yang menolak berpartisipasi. Terdapat satu pemasangan
yang gagal pada kelompok wanita nulipara, sehingga tersisa 199 wanita untuk analisis
(Gambar 1). Tidak terdapat perbedaan karakteristik demografi antara dua kelompok
(Tabel 1). Sebanyak 76% peserta dari masing-masing kelompok memilih AKDR; tingkat
yang sama seperti yang ada pada Contraceptive CHOICE Project. Sebagian besar
pemasangan AKDR dilakukan oleh seorang dokter atau seorang perawat yang
berpengalaman. Sejumlah kecil (7.5%) dilakukan oleh residen. Proporsi pemasangan
tersebut adalah sama pada kedua kelompok intervensi.
Nilai skala nyeri saat pemasangan yang dilaporkan antara wanita nulipara dan
para berbeda secara signifikan terlepas dari intervensi yang dilakukan (Tabel 2). Median
skala nyeri pada wanita nulipara kelompok placebo adalah 7 (kisaran 2-10), dan pada
wanita para
kelompok lidokain adalah 6 (kisaran: 2-10) dan pada wanita para 4 (kisaran: 1-10)
(P=0.01).
Tabel 2. Skala nyeri wanita Nulipara dan Para di kelompok plasebo dan lidokain
Peneliti tidak menemukan perbedaan dalam hasil utama nyeri saat pemasangan
antara kelompok plasebo dan lidokain (Tabel 3). Median skala nyeri pada kelompok
plasebo adalah 6 (kisaran 0-10) dan pada kelompok lidokain adalah 5 (kisaran 0-10).
Demikian
pula dengan
terdapat perbedaan antara dua kelompok, dengan nilai median 4 (kisaran 0-10) pada
kedua kelompok. Meskipun terdapat perbedaan secara keseluruhan nilai nyeri antar
kelompok paritas, peneliti tidak menemukan perbedaan antara kelompok intervensi ketika
dikelompokkan berdasarkan paritas (Tabel 4). Skala nyeri saat pemasangan antar wanita
nulipara sama baik pada kelompok lidokain maupun plasebo (median = 6; kisaran 2-10).
Data peserta awal menilai riwayat obstetri peserta termasuk cara persalinan dan
jika dengan cesarean section (SC), perlu diketahui alasan dilakukan operasi tersebut.
Data ini digunakan untuk membuat kelompok ketiga untuk dianalisis, yaitu kelompok
perempuan yang nulipara secara fungsional. Kelompok ini berisi semua peserta nulipara
dengan beberapa di antaranya melahirkan secara SC (N = 4). Peneliti menemukan tidak
ada perbedaan skala nyeri pemasangan AKDR dengan nilai median 6 (kisaran 2-10) pada
kelompok plasebo dan 5 (kisaran 0-10) pada kelompok lidokain (p = 0.20)
Terakhir, peneliti mengevaluasi skala nyeri berdasarkan tipe AKDR yang
digunakan dan ditemukan tidak ada perbedaan. Nilai median skala nyeri pada kelompok
plasebo adalah 6 (kisaran 2-10) untuk tipe LNG-IUD dan 5 (kisaran 1-10) untuk tipe CuIUD (p = 0.31). Hampir sama dengan itu, skala nyeri kelompok lidokain pada kedua tipe
tersebut tidak berbeda dengan nilai median 6 (kisaran 0-10, p = 0.43).
Kasus-kasus ekspulsi, perforasi dan infeksi dipertimbangan sebagai komplikasi
dan dikumpulkan untuk
kelompok plasebo dan 1 dari kelompok lidokain. Dua dari 5 kasus ekspulsi adalah
wanita nulipara. Secara keseluruhan rata-rata kasus ekspulsi adalah 2.5%. Lalu ada 1
kasus perforasi, terjadi dari kelompok para, yang belum lama menjadi postpartum dan 1
kasus pelvic inflammatory disease (PID) dalam populasi penelitian ini dengan tingkat
kejadian rata-rata 0.5%.
Diskusi
Peneliti menemukan bahwa tidak ada perbedaan skala nyeri pada pemasangan
AKDR pada wanita yang diberikan plasebo intraservikal atau lidokain gel. Seperti yang
diduga,skala nyeri pada wanita nulipara dan para berbeda secara signifikan. Meskipun
ditemukan bahwa wanita nulipara memiliki skala nyeri yang lebih tinggi secara
signifikan, tidak ditemukan adanya perbedaan skala nyeri pada wanita nulipara yang
dirandomisasi untuk lidokain intraservikal. Juga ditemukan tidak ada perbedaan skala
nyeri pada pemasangan tenakulum diantara kedua kelompok percobaan.
Penelitian sebelumnya menggunakan lidokain gel bervariasi dalam waktu antara
aplikasi anestesi dengan inisiasi prosedur berkisar antara 1-15 menit. Pada penelitian ini
digunakan selang waktu 3 menit berdasarkan literatur sebelumnya, sifat farmakologis
dari gel, dan mempertimbangkan waktu yang mungkin untuk menempatkan spekulum.
Mungkin dengan waktu yang lebih akan didapatkan perbaikan pada derajat nyeri pada
wanita yang menerima lidokain. Bagaimanapun, perlu disesuaikan dengan berapa lama
pasien dapat mentoleransi adanya spekulum atau dilakukan beberapa kali pemeriksaan
inspekulum pada kasus dimana spekulum dilepaskan setelah diberikan anestetik dan baru
setelah itu dipasang AKDR.
Nilai median skala nyeri sedikit lebih tinggi dari dugaan peneliti berdasarkan data
sebelumnya dari
dikaitkan dengan beberapa faktor. Sebelum penelitian dimulai, para wanita diminta untuk
menilai skala nyerinya dari 0-10, tetapi tidak diberikan standar nilai sebagai referensi.
Oleh karena itu, setiap peserta memberikan derajat nyeri berdasarkan interpretasi
individual. Kedua, sebagai upaya untuk memastikan bahwa peserta telah menerima
informed consent yang adekuat mengenai penelitan, mereka menerima penjelasan yang
lebih lengkap mengenai nyeri karena pemasangan AKDR dibanding yang biasanya. Hal
ini mungkin memicu mereka untuk merasakan nyeri yang lebih tinggi pada saat
pemasangan. Perbandingan antara median derajat nyeri pada penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya sulit, karena tidak ada instrument yang konsisten untuk menilai
nyeri. Penelitian ini menggunakan 10-point visual analog scale, tetapi penelitian lainnya
menggunakan 100 mm atau skala 5 poin. Terakhir, peneliti tidak mengumpulkan
informasi mengenai durasi waktu sejak persalinan terakhir. Sebagai hasilnya, peneliti
mungkin mengabaikan jumlah wanita yang nulipara secara fungsional yakni wanita yang
persalinan terakhirnya sudah sangat lampau sehingga lebih menyerupai wanita nulipara.
Penelitian ini memiliki beberapa kelebihan. Sebagai tambahan dari studi yang
dilakukan oleh Maguire et al, penelitian ini merupakan satu dari beberapa percobaan
randomisasi pertama yang mengevaluasi lidokain gel sebagai intervensi potensial pada
waktu pemasangan AKDR sejak laporan Oloto pada tahun 1996 yang menemukan efikasi
lidokain. Peneliti juga menggunakan angiocatheter sebagai mekanisme inovatif yang
memungkinkan gel untuk ditempatkan sepanjang kanal endoservikal. Selain itu,
menunggu 3 menit sebelum pemasangan AKDR dilakukan sebagai intervensi yang
fisiologis. Penggunaan metode blinding memungkinkan untuk meminimalisir bias dari
penyelenggara penelitian dan peserta. Peneliti merancang penelitian dengan ukuran
sampel yang adekuat untuk mengevaluasi wanita nulipara dan multipara. Selain itu,
penelitian ini juga mampu merekrut ukuran sampel yang telah diperhitungkan pada
rentang waktu yang relatif sempit sehingga dapat mencapai kekuatan yang adekuat untuk
mendeteksi perbedaan yang signifikan secara klinis.
Meskipun
upaya
memberikan
pain
relief
dalam
pemasangan
AKDR
mengecewakan, keuntungan dari AKDR sangat banyak. Meskipun peneliti tidak mampu
mengurangi nyeri pada waktu pemasangan, AKDR populer di antara wanita dengan
tingkat kepuasan kontrasepsi yang tinggi dan berkelanjutan. Upaya untuk memperluas
penggunaan kontrasepsi reversibel jangka panjang, terutama AKDR, sangatlah penting
dan penyelenggara dapat menekankan hasil jangka panjang melebihi ketidaknyamanan
saat pemasangan AKDR. Meskipun peneliti berharap bahwa lidokain gel intraservikal
atau topikal akan mengurangi skala nyeri pada pemasangan AKDR, hasil negatif dari
penelitian ini mengindikasikan perlunya penelitian lebih lanjut untuk menemukan strategi
untuk mengurangi nyeri akibat pemasangan AKDR. Meminimalisir ketidaknyamanan
saat pemasangan akan mengurangi hambatan dan memperluas akses untuk kontrasepsi
yang sangat efektif ini.