Anda di halaman 1dari 445

TO Bersama Agustus

Paket A

1. A. BCG
Keyword :

Bayi usia 2 bulan hendak imunisasi


Sudah hep b dan polio

Menurut rekomendasi IDAI, yang diberikan pada usia 2


bulan itu :

BCG
DPT-1
PCV-1
HiB-1
Polio-1

Rekomendasi IDAI yang dipakai yang 2011


Pada saat lahir yang diberikan adalah Hep B-0 dan
Sumber : Jadwal imunisasi IDAI 2011
Polio-0.

2. C. 6
Keyword :

Anak demam sejak 3 minggu terakhir, batuk semenjak 1 bulan yang


lalu, tidak mau makan
BB 10kg
Kontak (+), BTA (+)

Skor TB

Demam > 2 minggu = 1


Batuk > 3 minggu = 1
BB 10 kg = 1 (BB normal anak 3 tahun 14 kg, maka BB/U <80%)
Kontak + dengan BTA + = 3
Total 6

*note : BB normal anak menurut usia bisa ditaksir dengan rumus 2n+8, n dalam tahun

Sumber : Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. WHO 2008

Sumber : Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. WHO 2008

3. A. Hiperinflasi paru
Keyword :
Anak, 1 tahun, sesak 1 hari, demam 2 hari
RR 40x/m, napas cuping hidung (+), retraksi otot bantu napas
intercostal dan suprasternal
Wheezing(+/+) rhonki basah (+/+), dan ekspirasi memanjang

Diagnosis pada pasien ini adalah bronkiolitis. Maka pada


chest x ray yang akan ditemukan adalah hiperinflasi paru.
Option lain :

Honey comb appearance : cystic fibrosis, interstitial lung disease


Pleural line : pneumothorax
Atelektasis lobar : aspirasi benda asing, karsinoma bronkogenik
Wine bottle sign : croup/laryngitis

Honeycomb appearance
Hiperinflasi paru

Atelektasis lobar

Wine bottle/steeple sign

DD Anak dengan Batuk/Sulit


bernapas
Pneumonia
Batuk, napas cepat, demam
Ronki, NCH, retraksi,
merintih, sianosis

Bronkiolitis
Episode pertama wheezing
pada anak < 2 tahun, tidak
respon dgn bronkodilator
Hiperinflasi dinding dada
Fine inspiratory crackles
Ekspirasi memanjang
Tanda/Gejala pada
pneumonia DAPAT dijumpai
Sumber : Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. WHO 2008
Pedoman pelayanan medis IDAI jilid I. 2010

PJB
Sulit makan/menyusu
Sianosis
Bising jantung

Benda asing
Riwayat tersedak
Stridor/distress pernapasan
Wheeze, atau suara napas
menurun fokal

Asma
Wheezing berulang, riwayat
atopi, respon dgn
bronkodilator

Pneumonia & Bronkiolitis


Yang membedakan
pneumonia dengan
bronkiolitis : hiperinflasi
paru pada bronkiolitis.
Diagnosis bronkiolitis
lebih ditekankan pada
adanya mengi.
Pada bronkiolitis juga
dapat ditemukan ronki
basah.
Ingat, bronkiolitis bisa
punya tanda dan gejala
pneumonia.

Sumber : Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia Jilid I, 2010

Tatalaksana bronkiolitis :
terapi suportif. Tidak
perlu steroid, chest
fisioterapi, inhalasi B2
agonis, maupun
antibiotic.
Tatalaksana pneumonia :

Antipiretik, nebulisasi
dengan NaCL
Amoksisilin bila intake oral
baik
Ampisilin+kloramfenikol iv
bila intake oral buruk

4. E. Prednison
Keyword :

anak 4 tahun bengkak seluruh tubuh, diawali dari area sekitar


mata
Urinalisis : proteinuria +++, ditemukan oval fat bodies

Diagnosis : sindrom nefrotik

Edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan peningkatan kadar


kolesterol plasma
Edema periorbita, anasarka, oligouria
Urin keruh, berbusa
Urinalisis : proteinuria massif (>+2), rasio albumin/kreatinin
urin >2.
Lab : hipoalbuminemia (<2.5g/dL), hiperkolesterolemia (>200
mg/dL), dan peningkatan LED
Sumber : Pedoman
Medisbiasanya
Ikatan Dokter Indonesia
Jilid I, 2010
Pelayanan
Ur/Cr
normal
kecuali ada penurunan fungsi ginjal

Tatalaksana
Medikamentosa

Prednison 2 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3 selama 4 minggu dilanjutkan 2/3


dosis awal dosis tunggal pagi selang sehari selama 4-8 minggu

Suportif

Bedrest
Diet protein normal (1.5-2g/kgbb/hari) Karena pada SN terjadi protein loss
dan anak butuh protein untuk tumbuh kembang. Diet rendah protein diberikan
pada sindrom nefritik.
Furosemide 1-2mg/kg/hari bila perlu dikombinasikan dengan spironolakton 2-3
mg/kg/hari (diberikan bila ada edema anasarka/mengganggu aktivitas)
ACE-I bila ada hipertensi
Rujuk bila ada penurunan fungsi ginjal, usia < 1tahun, SN relaps, atau resisten
steroid

Sumber : Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia Jilid I, 2010

5. E. Transfusi darah
Keyword :
Anak 9 bulan, pucat, lemas
Sklera ikterik, hepatosplenomegali (+)
Hb 5.1 g/dl, bilirubin indirek 7.5 mg/dL, MCV 60 fl MCH
20 pg

Anemia :
Gangguan pembentukan eritrosit : anemia aplastic,
penyakit ginjal kronik, inflamasi kronik, defisiensi besi,
anemia sideroblastik, defisiensi b12 dan folat
Proses hemolitik : thalassemia, reaksi antibody, kelainan
membran eritrosit
Sumber : pendekatan praktis pucat : masalah kesehatan yang terabaikan pada
bayi dan anak. PKB IKA LII, 2007
Perdarahan akut

Penyakit

Pucat/Anemia

Perdarahan

Organomegal
i

Anemia defisiensi Fe

Anemia hemolitik akut

Anemia hemolitik kronik/Thalasemia

-/+

Anemia aplastic

Leukemia akut

Infeksi kronik

-/+

Pada soal ditemukan anemia, organomegali, dan ikterik. Berdasarkan tabel di atas, anemia yang
punya organomegali adalah anemia hemolitik kronik dan leukemia akut.
Leukemia akut disingkirkan karena leukosit dan trombosit normal serta karena adanya ikterik
Ikterik disebabkan hemolysis eritrosit sehingga kadar bilirubin indirek dalam darah meningkat
Sumber : pendekatan praktis pucat : masalah kesehatan yang terabaikan pada
bayi dan anak. PKB IKA LII, 2007

Klasifikasi anemia berdasarkan


ukuran eritrosit
Mikrositik :

Note :
Defisiensi besi
Anemia sideroblas :
Thalasemia
sumsum tulang
Sideroblastik
memproduksi ring
Inflamasi kronik
sideroblas > eritrosit
normal
Makrositik :
Anemia megaloblastik
Bisa jadi
keganasan/leukemia
Anemia aplastic
(AML) di kemudian hari
Normositik
Pada anemia sideroblas
Penyakit ginjal kronik
kadar besi normal tapi
Kehilangan darah akut
tidak bisa membentuk
Sumber : pendekatan praktis pucat : masalah kesehatan yang terabaikan pada
hemoglobin
bayi dan anak. PKB IKA LII, 2007

Thalassemia
Kasus di soal kemungkinan anemia hemolitik kronik ec
thalassemia.
Harus dibuktikan dengan pemeriksaan morfologi darah
tepi dan elektroforesis Hb
Thalassemia : kelainan sintesis hemoglobin yang
diturunkan
Pikirkan thalassemia bila ada : pucat kronis,
organomegali, riwayat transfusi berulang, riwayat
keluarga, gangguan pertumbuhan, facies Cooley
Tatalaksana : mengobati anemia dengan transfusi darah
Bila Hb<8 transfusi

Bila Hb>8 tetapi ada gangguan pertumbuhan,


splenomegaly membesar cepat, KU kurang baik
transfusi
Transfusi diberikan sampai Hb 12g/dL
Cara transfusi
Hb>5 10-15cc/kg/kali dalam 2 jam
Hb<5 5cc/kg/kali dengan tetesan 2cc/kg/jam

Medikamentosa lain :

Asam folat
Vitamin E
Kelasi besi bila ferritin > 1000 mg/dL
Vitamin C

Option lain
Kemoterapi untuk leukemia akut
Kriopresipitat faktor VIII hemophilia A
Suplementasi B12 dan asam folat anemia defisiensi
besi dan folat
Suplementasi besi anemia defisiensi besi
Terapi : besi elemental 3-6 mg/kg dalam 2 dosis, 30 menit
sebelum makan pagi dan makan malam. (100 mg SF = 2 mg
besi elemental)
Empty stomach : full absorption, tp sering bikin mual muntah
Full stomach : absorpsi Cuma 50%, dosis diberikan 5-6 mg/kg

6. B. Kerusakan permanen sel


otak
Keyword :
Bayi usia 1 ,kuning sejak usia 6 jam
lemas, gerak kurang aktif, dan malas menyusu
Bilirubin total 18 mg/dL

Hiperbilirubinemia pada bayi ini merupakan icterus


patologis

Onset < 24 jam


Bayi menunjukkan tanda sakit
Peningkatan bil. Serum >5mg/dl/24 jam
Membutuhkan fototerapi
Ikterus > 2 minggu (pada bayi cukup bulan)

Sumber : Panduan terapi sinar pada neonates. American Academy of Pediatrics 2004.

Sumber : Panduan transfuse tukar untuk neonates. American Academy of Pediatrics,


2004.

Komplikasi hiperbilirubinemia
pada neonatus
Kernikterus : bilirubin melewati blood-brain barrier,
mewarnai dan membentuk jaringan parut di basal
ganglia, hippocampus, substantia nigra, dan
brainstem nuclei. Kerusakan ireversibel, anak dapat
mengalami palsi serebral di kemudian hari
Anemia : karena proses hemolitik, dapat diobati
dengan transfusi, sifatnya reversible
*Sirosis bilier : penyakit autoimun progresif yang
merusak saluran empedu, lama-lama dapat
menyebabkan sirosis hepatis karena empedu
tertumpuk di hepar (bukan komplikasi hiperbil ya ^^)

7.
D. Ketoasidosis
Keyword :

Anak 7 tahun
banyak makan dan minum serta sering buang air kecil
tampak lemas, sesak, nafas cepat dalam, bau nafas berbau
khas

KAD
DMT-1

Klasik : 3P, penurunan BB dalam waktu 2-6 minggu, mudah


lelah
KAD : sesak napas, letargi, dehidrasi, napas cepat dan dalam
disertai bau aseton, gangguan kesadaran

Harus dicurigai DMT-2 : obesitas, usia > 10 tahun,


keluarga,
Sumber :riwayat
Pedoman pelayanan
medis IDAI Jilid II.2010C-peptida normal/tinggi, autoantibodi
negatif

Tatalaksana KAD
Terapi cairan
Insulin
Koreksi elektrolit
(Natrium dan kalium,
asidosis tidak dikoreksi)
Pemantauan
Penanganan infeksi

Tatalaksana DMT-1

Insulin
Pengaturan makan
Olahraga
Edukasi
Home monitor

8. D. Ringer lactate
Keyword :
Anak, diare > 10 kali/hari
Anak tampak rewel, nadi 120 x/menit, kehausan, turgor kulit
< 2 detik, jumlah respirasi permenit 40 x/menit

Dehidrasi ringan-sedang, terdapat DUA ATAU LEBIH

Rewel, gelisah
Mata cekung
Minum dgn lahap, haus
Cubitan kulit kembali lambat, tp masih <2 detik.

Tatalaksana pada pasien ini : terapi kategori B


Oralit 75cc/kg dalam 3 jam
Sumber : Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines
Zink
selama
102ndhari
for the Management
of Common
Childhood Illnesses.
edition.

Bila dehidrasi memberat, pindah ke kategori C

Cairan intravena segera 100cc/kg dibagi sesuai usia


Yang dipilih adalah ringer laktat/ larutan Hartmann
Bila tidak tersedia, bisa dipakai NaCl 0.9%
D5% tidak efektif, jangan dipakai

Kalo pake cairan low sodium (C/:N5) resiko


hiponatremia
Resusitasi (dehidrasi berat / tanda syok) : NaCl 0.9%
atau RL
Maintenance : RL + D5%, N2 (D5+1/2NS), atau D5%
+ NaCl 0.9%

Sumber : Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines


for the Management of Common Childhood Illnesses. 2nd
edition.

Composition
Na+

K+

Cl

Ca++

Lactate

Glucose

Calories

mmol/l

mmol/l

mmol/l

mmol/l

mmol/l

g/l

cal/l

Ringer's
lactate
(Hartmann's)

130

5.4

112

1.8

27

Normal saline
(0.9% NaCl)

154

154

10% glucose

100

400

0.45 NaCl/5%
glucose

77

77

50

200

Darrow's
solution

121

35

103

53

Half-strength
Darrow with
5% glucosea

61

17

52

27

50

200

Half-strength
Ringer's
lactate with
5% glucose

65

2.7

56

14

50

200

0.18%
NaCl/4%
glucoseb

31

31

40

160

5% glucoseb

50

200

IV fluid

9. E. Hipertrofi tonsil dan adenoid


Keyword :
hidung tersumbat sejak 1 bulan, sering berhenti nafas waktu
tidur, mengorok.
pemeriksaan fisik lain dalam batas normal

OSA :
Mengorok, bernapas lewat mulut
Etiologi tersering : hipertrofi adenoid dan tonsil (ditandai
dengan hidung tersumbat)
Komplikasi : gagal tumbuh, enuresis, cor pulmonale

Gold standard pemeriksaan : polisomnografi


Sumber
Terapi
adenotonsilektomi,
CPAP, penurunan berat
: Obstructive:sleep
apnea in children. www.aafp.org
badan pada anak obese

10. C. Ibu karier hemophilia, ayah


normal
Keyword :
Anak laki laki, perdarahan yang tidak kunjung berhenti
setelah jatuh dari sepeda.
Sering mengalami perdarahan serupa ketika imunisasi.
Tidak terdapat keluhan yang sama pada sauara-saudara
pasien yang lain.

Hemofilia
X-linked resesif, perdarahan spontan maupun pasca trauma
Riwayat kelainan yang sama dalam keluarga (yaitu laki-laki)
Ibu diduga sebagai karier bila memiliki lebih dari 1 anak lakilaki yang menderita hemophilia
Tatalaksana : fresh frozen plasma, kriopresipitat, terapi
Sumber : Pedoman pelayanan medis IDAI Jilid I.2010
pengganti factor VIII atau IX

Sumber : www.hemophilia-information.org

11. A. Letakkan bayi di


penghangat dan keringkan
Keyword :
Persalinan 38 minggu, berat badan 2800 gram, tidak
menangis, tonus otot buruk.
Hal PERTAMA yang dikerjakan

Saat menolong persalinan, yang perlu diketahui :


Cukup bulan?
Tonus otot?
Menangis?

Bila ada salah satu yang jawabannya TIDAK,


lakukan langkah awal, yaitu : hangatkan, bersihkan
Sumber : Neonatal resuscitation. Circulation 2010.
lender bila perlu, keringkan, stimulasi

Sumber : Neonatal resuscitation. Circulation 2010.

Option lain
Rangsang sampai menangis : TIDAK BOLEH.
Rangsang/stimulasi bayi maksimal 30 detik. Bila
bayi tak kunjung menangis/merespon harus
langsung VTP.
Elevasi kepala : SALAH. Harusnya sedikit ekstensi
supaya airway terbuka
VTP : dilakukan bila bayi tetap tidak
menangis/merespon setelah dilakukan langkah
awal
Sumber
Beri
oksigen : oksigen diberikan saat memberikan
: Neonatal resuscitation. Circulation 2010.
VTP

12. D. Atasi hipoglikemia,


hipotermia, dehidrasi
Keyword :
Anak 3 tahun, BB 5 kg, tampak sangat kurus, kulit kering
bersisik, atrofi otot, asites, dan edema pretibial

Gizi buruk tipe kwashiorkor


BB/TB >-3SD(kwashiorkor) atau <-3SD (marasmikkwashiorkor)
Edema pada punggung kaki atau seluruh tubuh
Bila BB/TB tidak bisa diukur gunakan tanda klinis seperti
: anak tampak sangat kurus, hilangnya jaringan lemak
bawah kulit, tulang iga terlihat sangat jelas
Tatalaksana : rawat inap, letakkan di ruang yang hangat,
10 pilar tatalaksana gizi buruk menurut WHO

Sumber : Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines


for the Management of Common Childhood Illnesses. 2nd
edition.

Sumber : Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines


for the Management of Common Childhood Illnesses. 2nd
edition.

Option lain
Diet TKTP : pemberian makan dalam jumlah sedikit tapi
sering dan rendah osmolaritas dan laktosa. Untuk initial
refeeding digunakan F-75 (75kkal/1000 ml)
Suplementasi Vit A dan Fe : vitamin A pada hari
pertama, Fe mulai minggu kedua
IVFD RL 150cc/kg : jangan gunakan infus untuk rehidrasi
kecuali kasus dehidrasi berat dengan syok. Untuk
rehidrasi beri resomal per oral atau NGT
F-100 3x150 cc pada hari pertama : hari pertamaketujuh F-75, diberikan dengan frekuensi sesering
mungkin, tiap 2 jam atau 3 jam.

13. B. Eosinofilia
Keyword :
Sering pilek sejak 3 bulan yang lalu
sering bersin berulang kali sampai lebih dari 6 kali,
memberat terutama pada pagi hari dan semakin
membaik pada siang hari
Kakek pasien adalah penderita asma

Rinitis alergi :
bersin pagi hari, hidung meler, tersumbat, riwayat atopi
(+)
Pemeriksaan fisik : allergic shiner, salute, crease
Pemeriksaan penunjang : skin prick test, darah tepi :
eosinofilia

Eosinofilia
Acute hypereosinophilic syndrome (a rare but
sometimes fatal leukemia-like condition)
An allergic reaction (can also reveal how severe the
reaction is)
Early stages of Cushing's disease
Infection by a parasite
Normal result : Less than 350 cells per microliter
(cells/mcL).
Sumber : Eosinophil count.
www.nlm.nih.gov

14. B. SNAD
Keyword :

Bayi 2 hari, tidak mau minum


lahir spontan di bidan, kehamilan cukup bulan BB:2700gr.
APGAR score 8-9, riwayat ketuban pecah dini 2hari sebelum
lahir.
BB;2600 gr, letargik, RR;48 terkadang irreguler, T:36,2 , HR:
120 x/menit kuat. ikterik, abdomen sedikit distensi.

Kecurigaan besar sepsis :

Riwayat ibu dengan infeksi rahim, demam, atau ketuban


pecah dini
Riwayat persalinan dan penolong persalinan yang tidak bersih
Riwayat asfiksia berat, premature, BBLR
Air ketuban keruh, purulent, bercampur meconium
Bayi
malas
bayi lunglai, mengantuk atau irritable,
Sumber : Pedoman
pelayanan
medis IDAIminum,
Jilid I.2010
muntah, perut kmbung, tidak sadar, kejang

Sepsis neonatal
Early onset sepsis :
Timbul dalam 3 hari pertama
Gangguan multisystem + gejala pernapasan menonjol, onset
tiba2 dan cepat berkembang jadi syok septik
Ditularkan oleh ibu (korioamnionitis, ketuban pecah dini)

Late onset sepsis / SNAL


Timbul setelah 3 hari, lebih sering di atas 1 minggu
Ada focus infeksi (akibat perawatan di rumah sakit)

Pemeriksaan penunjang :
Leukositosis atau leukopenia, neutropenia, I/T ratio >0.2
Peningkatan CRP
Sumber : Pedoman pelayanan medis IDAI Jilid I.2010
Hipoglikemia, hiperbilirubinemia, asidosis metabolik

Tatalaksana
Antibiotik :
Ampisilin dan gentamisin
Bila organisme tidak ditemukan dan bayi tetap
menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam ganti dengan
sefotaksim

Preventif
Mengobati Ibu demam dengan kecurigaan infeksi
intrauterine
Mengobati ibu dengan KPD
Perawatan antenatal
Sumber : Pedoman pelayanan medis IDAI Jilid I.2010
Cuci tangan

Option lain
Enterokolitis : nekrosis intestinal akut, terjadi pada
BBLR setelah diberikan minum enteral, lebih sering
pada yang diberi sufor.

Distensi perut, toleransi minum buruk


Muntah hijau
Darah pada feses
Apnu, demam/hipotermia

Hipoglikemia : bila GDS < 45mg/dL


Pneumonia : disebabkan infeksi intrauterine atau
selama persalinan. Ada distress pernapasan,
takipnea, tanpa demam

15. B. Diazepam intravena 5 mg


Keyword :

anak usia 4 tahun, kejang pada tangan dan kaki, 10 menit.


pasien sadar didapatkan frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi nafas 24x/menit, suhu 39,5 dan telah
terpasang akses intravena

Tatalaksana kejang demam :

ABC
Diazepam supositoria di rumah atau bila belum terpasang akses iv
Diazepam iv 0.3-0.5mg/kg bb
Fenitoin iv 20 mg/kg dilarutkan dalam NaCl 0.9%
Fenobarbital iv 15-20 mg/kg

Pada pasien telah terpasang akses iv, maka pilihannya adalah Diazepam IV
Dosis : 0.3mgxBB (asumsikan 16 kg, usia 4 tahun)=4.8mg

0.5mgxBB = 8 mg

Jawaban yang masuk di antaranya adalah 5 mg iv


Sumber : Pedoman pelayanan medis IDAI Jilid I.2010

16. B. Motorik kasar


Keyword :
Anak 2 tahun belum bisa berjalan
Umur 1 tahun baru dapat merangkak,
sekarang pasien hanya bisa duduk
tanpa berpegangan, dapat menjawab
pertanyaan nama temannya dan
berbicara kalimat

Perkembangan anak terdiri dari


motorik kasar, motorik halus, social,
dan bicara
Pada kasus, perkembangan anak
dalam bidang social dan bicara sudah
memenuhi milestone sesuai
umurnya (lihat tabel di slide berikut)
Duduk tanpa berpegangan seharusnya
dicapai pada usia maksimal 8 bulan
Berjalan pada usia maksimal 14 bulan

17. Atresia esofagus


Keyword :

Bayi 4 hari muntah terus menerus sejak lahir


air liur keluar terus menerus, tersedak bila dipaksa menetek
radiologi : dilatasi kantung faring dan adanya gas di gaster

Atresia esophagus
Gangguan patensi esophagus, merupakan kelainan kongenital
Risiko aspirasi, hipersalivasi (excessive oral secretions)
Dapat disertai fistula trakeoesofagus
Riwayat hidramnion selama kehamilan
Associated anomalies : VACTERL (vertebral defects, anorectal
malformations, cardiovascular defects, trakeoesophageal defects, renal
anomalies, limb deformities
Sumber : Esophageal atresia. www.emedicine.Medscape.com

Tidak ada gas dibawah diafragma


tidak ada fistula trakeoesofagus

Adagas dibawah diafragma ada


fistula trakeoesofagus

Option lain
HPS : muntah non bilious pada usia 4-8 minggu, massa
seperti buah zaitun di epigastrium, USG : target sign
Hirschprung disease : riwayat meconium keluar > 24
jam, distensi perut, BAB menyemprot bila dilakukan
colok dubur
Atresia duodenum : muntah kurang lebih 30 menit
setelah asupan oral, perut distensi, pada foto polos
abdomen ada double bubble sign
Ileus obstruktif : distensi perut, bab tidak keluar, flatus
(-), muntah, bising usus metallic sound, foto polos
abdomen gambaran herring bone atau stack of coins

18. D. Alkalosis
Keyword :

Anak 7 tahun
Sesak sejak usia 3 tahun dan hilang timbul, muncul terutama pada
malam hari
Ayah pasien memiliki riwayat asma
Penggunaan otot bantu napas dan mengi di kedua lapang paru,
SpO2 92%.
Anak sudah diberikan salbutamol inhalasi 2 kali namun tak
membaik

Serangan asma sedang


Asma : episode mengi berulang, bisa disertai batuk pilek
hiperinflasi dada
retraksi intercostal, substernal
respon terhadap bronkodilator

Tatalaksana serangan asma sedang :


Nebulisasi 2-3 kali belum respon : kortikosteroid
sistemik (metilprednisolon) dengan dosis 0.51mg/kgbb/hari selama 3-5 hari
Option lain :
Budesonide : steroid inhalasi, untuk controller asma
episodic sering
Salmeterol : LABA, terapi asma persisten
Ipratropium bromide : antikolinergik
Aminofilin : diberikan pada tatalaksana serangan
asma berat dengan dosis awas 6-8mg/kg dalam D5%

Komplikasi asma akut berat


Pneumotoraks, pneumomediastinum, emfisema
subkutis
Asidosis laktat
Gangguan elektrolit
Mucus plug
Iskemia miokard pada pasien dengan CAD
Atelektasis
Sumber : Clinical review : severe asthma. Critical care 2002

19.A. Nistatin
Keyword :
Bayi, 8 hari, bercak bercak putih pada mukosa mulut dan
lidah yang sukar dibersihkan

Candidiasis oral
Sering terjadi pada bayi dan anak, pasien yang
mendapat terapi antibiotic dan steroid inhalasi
Terlihat sebagai bercak putih yang sulit dibersihkan,
kadang disertai dengan gangguan makan
Drug of choice : fluconazole atau suspense nistatin
oral

20. B. Intrakutan
Keyword :

Bayi 2 bulan, mau imunisasi BCG

Cara pemberian imunisasi BCG : intrakutan


Yang diberikan secara :
IM : Hep B, DPT, Campak
Oral : vaksin polio oral
SC : heparin, insulin

21. C. Bolus D10% 8 cc


Keyword :

bayi usia 6 jam, kejang tonik klonik disertai penurunan kesadaran


Berat lahir 4200 gram
Ibu bayi menderita DM tipe 2 dalam terapi insulin yang tidak
terkontrol
GDS 32 mg/dl

Bayi dari ibu DM :

Makrosomia, gangguan maturitas paru, trauma lahir


Hipoglikemia : letargi, malas minum, apnea, kejang dalam waktu 612 jam
Kadar glukosa serum harus diperiksa segera setelah lahir
Bila GDS < 45, berikan terapi D10% 2cc/kg iv dalam 5 menit, ulang
pemeriksaan GDS
Bila GDS >45, cek ulang per 6 jam, anjurkan ibu utk menyusui lebih
sering
Sumber : Pedoman
pelayanan medis IDAI Jilid I.2010

22. A. turner syndrom


Keyword :

anak usia 14 tahun belum mengalami menstruasi maupun


pertumbuhan payudara
berat badan 70 kg, tinggi badan 140 cm, dan ditemukan
webbed neck

Sindrom Turner
Kelainan kromosom, 45 XO
Pubertas terlambat, obesitas, perawakan pendek,
amenorrhea primer/steril
Gangguan kardiovaskular (stenosis aorta, CoA aorta),
ginjal (horseshoe kidney)
ADHD dan non verbal learning disability
Sumber : Pocket pediatrics.

Edwards, trisomy 18
Turner, 45 XO

Klinefelter, 45 XXY

Trisomi 21, Down syndrome

Trisomi 13, Patau syndrome

23. C. Kawasaki
Keyword :
anak usia 7 tahun demam sejak 4 hari yang lalu
keluhan mata merah serta berair dan juga kemerahan di
tangan dan kaki.
injeksi konjungtiva, bibir pecah-pecah, strawberry tounge,
dan eritema akut di area palmar dan plantar.
Hb 9.5 mg/dL, Leukosit 17.500/mm3, dan LED 50mm/jam

Kawasaki disease :
Penyakit vaskulitis akut dengan komplikasi fatal (aneurisme
arteri koroner)
Etiologi belum diketahui
Ditegakkan dengan adanya tanda/gejala + hasil ekokardiografi
Terapi : aspirin, IVIG

Manifestasi Klinis
Demam persisten lebih dari 5 hari
ditambah 4 dari 5 gejala di bawah ini :
-Angioedema
ekstremitas
dengan
indurasi atau deskuamasi
-Exanthema polimorfik
-Injeksi konjungtiva bilateral tanpa
eksudat
-Perubahan pada bibir dan kavitas oral,
seperti fisura bibir, injeksi faring, dan
strawberry tounge
-Limfadenopati servikal akut non-purulen
(>1.5cm)

Sumber : Kawasaki disease. Pediatrics 2004

Kriteria laboratorium
-Albumin >3g/dl
-CRP >3mg
-LED > 40 mm/jam
-Peningkatan alanin aminotransferase
(SGPT)
-Leukositosis >15.000/mm3
-Anemia normositik normokrom sesuai
usia
-Pyuria steril; leukosit > 10/mm3

Option lain :
Rubella : demam, rash, limfadenopati postaurikuler
Rubeola : conjunctivitis, coryza, cough, demam,
rash dari belakang kepala menyebar ke seluruh
tubuh
HFMD : menyerang anakk <5tahun, gejala berupa
demam, sariawan, dan rash di tangan dan kaki.
Disebabkan coxsackie virus atau enterovirus.
SSSS : eksfoliasi akut pada kulit didahului eritema,
ada gejala prodromal seperti demam, batuk, pilek,
diare

Staphylococcal scalded skin


syndrome

Rubella

24. B. 2,4,6 bulan


Keyword :

Anak usia 5 tahun, batuk terus menerus selama 2 minggu yang


didahului dengan demam
Batuk dialami sepanjang hari, tanpa dahak, dan berbunyi seperti
menggonggong
Riwayat imunisasi tidak jelas, ditemukan perdarahan konjungtiva

Pertussis

Disebabkan bakteri Bordetella pertussis


Inkubasi 7-10 hari, diikuti fase kataral (flu like syndrome)
Setelah 1-2 minggu menjadi fase paroksismal (whooping cough)
Pada fase ini bisa terjadi perdarahan subkonjungtiva, hernia,
inkontinensia urin, fraktur iga
Terapi : macrolide (eritromisin, azitromisin)

25. A. duktus urakus persisten


Keyword :
Anak laki-laki 3minggu, keluar cairan dari pusar
Tali pusat telah puput, keluar cairan bening warna kekuningan
dan tidak didapatkan tanda radang

Duktus urakus persisten


Buli terhubung dengan umbilicus pada masa fetus melalui
allantois.
Allantois kemudian berdegenerasi menjadi urakus
Seharusnya uraku regresi dan memutuskan hubungan antara
buli dan umbilicus
Bila tetap ada wetness di sekitar umbilicus tanpa tanda
radang
Terapi : bedah

Option lain
Omfalokel : protrusi organ intraabdomen ditutupi
membrane berupa amnion dan peritoneum
Hernia umbilikalis : protrusi organ intraabdomen ke
area sekitar umbilikus
Omfalitis : infeksi/inflamasi tali pusat
Ekstropia buli : ketiadaan kongenital sebagian
dinding abdomen dan dinding kandung-kemih.
Kandung-kemih tampak membalik dari dalam kelua

26. D Vaksin anti rabies dan serum


anti rabies
Keyword:
kejang disertai keluar air mata dan mulut berbusa
Riwayat digigit anjing sebelumnya
Terdapat vulnus ukuran 3x2x1 cm.

Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

RABIES: Diagnosis
Riwayat gigitan HPR dengan manifestasi neurologi
yang khas

Diagnosis Laboratorium
Manifestasi klinis tidak khas
Viral detection vs Serological diagnosis
Gold standard: Fluorescent Antibody Technique
Microscopis: ditemukan Negri Bodies
Spesimen
Penemuan virus vs serologi

Types of contact are:


category I touching or feeding animals, licks on the
skin
category II - nibbling of uncovered skin, minor
scratches or abrasions without bleeding, licks on
broken skin
category III single or multiple transdermal bites or
scratches, contamination of mucous membrane with
saliva from licks; exposure to bat bites or scratches

Sumber: http://www.who.int/rabies/human/postexp/en/

Treatment
Category I no treatment is required,
Category II immediate vaccination
Category III immediate vaccination and
administration of rabies immune globulin are
recommended in addition to immediate washing
and flushing of all bite wounds and scratches.

Pada rabies asimptomatik, SAR dan VAR


sebenarnya sudah tidak berguna
Terapi bersifat suportif (intensive cardiopulmonary
supportive care)
Case fatality rate tinggi

Pada soal ini, tidak ada option jawaban terapi


suportif sehingga jawaban yang paling
memungkinkan adalah pemberian SAR dan VAR

27. A. Hipoglikemia
Keyword:
penurunan kesadaran, penurunan nafsu makan, tidak
mau makan.
Mendapat obat: insulin, glibenklamid, dan metformin

Dari soal tidak ada data laboratorium.


Bila terdapat penurunan kesadaran pada
penyandang diabetes harus selalu dipikirkan
kemungkinan terjadinya hipoglikemia
Sumber: Konsensus DM tipe-2 Indonesia 2011

Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah <
60 mg/dL
Bila terdapat penurunan kesadaran pada penyandang diabetes
harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya hipoglikemia.
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan
sulfonilurea dan insulin.
Gejala hipoglikemia:
gejala adrenergik (berdebar-debar,banyak keringat, gemetar, dan
rasa lapar)
gejala neuro-glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun
sampai koma).

Penanganan Hipoglikemia
pasien dengan kesadaran yang masih baik
diberikan makanan yang mengandung karbohidrat
atau minuman yang mengandung gula berkalori
atau glukosa 15-20 gram melalui intra vena.
Untuk penyandang diabetes yang tidak sadar
sementara dapat diberikan glukosa 40% intravena
terlebih dahulu sebagai tindakan darurat, sebelum
dapat dipastikan penyebab menurunnya kesadaran.
Perlu dilakukan pemeriksaan ulang glukosa darah
15 menit setelah pemberian glukosa. Glukagon
diberikan pada pasien dengan hipoglikemia berat.

28. A. Ketoasidosis diabetik


Keyword: penurunan kesadaran, riwayat DM tidak
terkontrol, nafas berbau aseton.
Hasil pemeriksaan urine aseton (+), nitrat (+).

Ketoasidosis diabetik (KAD):


kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL),
tanda dan gejala asidosis dan plasma keton(+)
kuat
Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/ mL)
dan terjadi peningkatan anion gap
Sumber: Konsensus DM tipe-2 Indonesia 2011

Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH)


peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200
mg/dL),
tanda dan gejala asidosis (-)
osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380
mOs/mL)
plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit
meningkat.

Prinsip tatalaksana: cairan dulu selama 2-3 jam karena


kematian KAD disebabkan oleh dehidrasinya, bukan
karena keton atau GDS yang tinggi, tetapi karena
dehidrasi menyebabkan shock.
Setelah cairan, baru masukkan insulin dan Kalium
(harus diberikan kalium karena insulin menyebabkan
influx kalium ke dalam sel, sehingga menyebabkan
hipokalemia) berapa jumlah yang dimasukkin lihat
jumlah elektrolit awal K+ nya brapa.
Insulin yang dipakai yaitu kerja cepat half life pendek,
agar bila terjadi hipoglikemia dapat kita hentikan
insulinnya dengan segera.

Sumber: Harrison 17th

29. B. Edukasi, terapi gizi medis, olahraga,


metformin
Keyword:
laki-laki (45 tahun), penurunan berat badan, sering haus
dan sering kencing malam hari.
Pasien juga merasa penglihatannya semakin kabur sejak
2 bulan ini.
Laboratorium didapatkan gula darah puasa 129 dan
GD2PP 188.

Diagnosis: DM Tipe-2
Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dL
dengan adanya keluhan klasik

Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Retinopati diabetik: kendali glukosa dan tekanan darah yang


baik akan mengurangi risiko dan memberatnya retinopati
Sumber: Konsensus DM tipe-2 Indonesia 2011

Terapi DM tipe 2 selalu dimulai dari edukasi, terapi


gizi medis, olahraga
Pada kasus sudah didapatkan komplikasi (retinopati
DM)
Terapi ditambahkan OHO
OHO pilihan: metformin

30. D. Tes toleransi glukosa


Keyword:
Laki-laki (42 tahun), keluhan penurunan berat badan,
sering haus dan sering kencing malam hari.
Laboratorium didapatkan GDP 90 dan GDS 180.

Pemeriksaan yang perlu dilakukan selanjutnya


untuk menegakkan diagnosis...
Tes toleransi glukosa

Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

31. A. ACE inhibitor


Keyword:
Seorang laki-laki (78 tahun)
Pusing
Tekanan darah 180/70.

Diagnosis: HT Urgency
Terapi?
Captopril: awitan 15 menit
Labetolol, klonidin, furosemide: awitan -2 jam

KRISIS HIPERTENSI
BATASAN
Keadaan hipertensi yang memerlukan penurunan TD segera
karena akan mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya
Hipertensi Emergency
Situasi dimana diperlukan penurunan TD segera dengan
OAH parenteral karena adanya kerusakan organ target
akut/progresif
Hipertensi urgency
Situasi dimana adanya peningkatan TD yang bermakna
tanpa gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif
& TD perlu
diturunkan
jam. - PAPDI
Sumber:
Pedoman
Pelayanan
Medis dlm
Ilmubeberapa
Penyakit Dalam

TATA LAKSANA

Target tata laksana hipertensi emergency : sd TD diastolik 110 mmHg, atau berkurangnya MAP 25% (pada
strok penurunan hanya boleh 20% dan khusus strok iskemik, TD baru diturunkan secara bertahap bila sangat
tinggi > 220/130 mmHg) dlm waktu 2 jam. Setelah yakin tidak ada hipoperfusi organ, penurunan TD dapat
dilanjutkan pada 12-16 jam selanjutnya sd mendekati normal.

Penurunan TD pada hipertensi urgency dilakukan bertahap dalam waktu 24 jam

Obat Hipertensi urgency

Captopril, dosis : 6,25-50 mg oral/SL, awitan 15 mnt, lama kerja 4-6 jam
Klonidin, dosis awal 0,15 mg (oral), selanjutnya 0,15 mg/jam, dpt diberikan sd dosis total 0,9 mg, awitan : -2 jam, lama
kerja 6-8 jam
Labetolol 100-200 mg (oral), awitan sd 2 jam, lama kerja 8-12 jam
Furosemid 20-40 mg (oral), -1 jam, lama kerja 6-8 jam

Obat hipertensi emergency :

Diuretik

Furosemid 20-40 mg, dapat diulang, hanya bila ada retensi cairan, awitan 5-15 menit, lama kerja 2-3 jam

Vasodilator

Nitrogliserin infus 5-100 mcg/menit. Dosis awal 5 mcg/mnt, dapat ditingkatkan 5 mcg/mnt setiap 3-5 mnt, awitan 2-5 menit,
lama kerja 5-10 menit.
Diltiazem, bolus IV 10 mg,(0,25 mg/kgBB), dilanjutkan infus 5-10 mg/jam
Klonidin, 6 ampul dlm 250 ml cairan infus, dosis diberikan dgn titrasi
Nitroprosid, infus 0,25-10 mcg/kgBB/mnt (max 10 menit), awitan segera, lama kerja 1-2 menit

Krisis Hipertensi
Hipertensi Emergensi:
TD>180/120 mmHg dengan adanya target organ damaged
Tanda dari target organ damaged: hypertensive
encephalopathy, intracerebral hemorrhage, acute MI, acute
left ventricular failure with pulmonary edema, unstable
angina pectoris, dissecting aortic aneurysm, or eclampsia

Hipertensi urgensi
TD>180/120 mmHg tanpa adanya target organ damaged
Contoh: upper levels of stage II hypertension associated
with severe headache, shortness of breath, epistaxis, or
severe anxiety.

hypertensive urgencies treatment


Some patients with hypertensive urgencies may benefit
from treatment with an oral, short-acting agent such as
captopril, labetalol, or clonidine followed by several hours of
observation.
However, there is NO EVIDENCE to suggest that failure to
aggressively lower BP in the ER is associated with any
increased short-term risk to the patient who presents with
severe hypertension.
Such a patient may also benefit from adjustment in their
antihypertensive therapy, particularly the use of
combination drugs, or reinstitution of medications if
noncompliance is a problem.
Most importantly, patients SHOULD NOT leave the ER
without a confirmed followup visit within several days.

hypertensive emergencies
treatment
Patients with hypertensive emergencies should be admitted
to an intensive care unit for continuous monitoring of BP
and parenteral administration of an appropriate agent
The initial goal of therapy in hypertensive emergencies:
reduce mean arterial BP by no more than 25 percent (within
minutes to 1 hour),
THEN if stable, to 160/100110 mmHg within the next 26 hours.
Excessive falls in pressure that may precipitate renal, cerebral, or
coronary ischemia should be avoided.
EXCEPTIONS:

patients with an ischemic stroke in which there is no clear evidence from


clinical trials to support the use of immediate antihypertensive treatment,
patients with aortic dissection who should have their SBP lowered to <100
mmHg if tolerated,
patients in whom BP is lowered to enable the use of thrombolytic agents
(e.g. Stroke)

Sumber: JNC 7

Sumber: JNC 7

32. C. SLE
Keyword:
Wanita (27 tahun)
nyeri sendi pada jari-jari tangan, pergelangan tangan
dan kaki.
PF: konjungtiva pucat.
Lab: peningkatan kadar CRP dan ANA (+).

Diagnosis: SLE

DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis ACR 1982. diagnosis ditegakan bila
didapatkan 4 dari 11 kriteria di bawah ini :

Ruam malar
Ruam discoid
Fotosensitivitas
Ulserasi di mulut atau nasofaring
Arthritis
Serositis (pleuritis atau perikarditis)
Kelainan ginjal (proteinuri > 0.5 g/hari, atau silinder sel)
Kelainan neurology, kejang-kejang atau psikosis
Kelainan hematology, anemia hemolitik, atau lekopenia, atau
limfopenia, atau trombopenia.
Kelainan imunologik, sel LE positif atau anti DNA positif, atau anti
Sm positif, tes serologis untuk sifilis positif palsu.
Antibody antinuclear (ANA) positif

Sumber: Pedoman Pelayanan Medis Ilmu Penyakit Dalam - PAPDI

TATA LAKSANA
Penyuluhan
Proteksi terhadap sinar matahari, sinar ultraviolet, dan sinar fluoresein
Pada manifestasi non-organ vital (kulit, sendi, fatigue) dapat diberikan klorokuin
4 mg/kgBB/hari.
Bila mengenai organ vital, berikan prednison 1-1.5 mg/kgBB/hari selama 6
minggu, kemudian tapering off
Bila terdapat peradangan terbatas pada 1-2 sendi, dapat diberikan injeksi
steroid intravaskular
Pada kasus berat atau mengancam nyawa dapat diberikan metilprednisolon
1gr/hari IV selama 3 hari berturut-turut, lalu prednison 40-60 mg/hari per oral
Bila pemberian glukokortikoid selama 4 minggu tidak memuaskan. Maka dimulai
pemberian imunosupresif lain, missal siklofosfamid 500-1000 mg/m2 sebulan
sekali selama 6 bulan. Kemudian tiap 3 bulan sampai 2 tahun.
Imunosupresan lain yang dapat diberikan adalah azatioprin, siklosporin-A

33. D. Vitamin B12


Keyword:
Kebas yang dimulai dari kaki kanannya.
rutin minum omeprazol 1 kali tiap hari selama 1 tahun ini.

Obat tersebut dapat mengakibatkan defisiensi zat?


a. Vitamin B1
b. Asam folat
c. Vitamin B6
d. Vitamin B12
e. Asam pantotenat

Curr Gastroenterol Rep. 2010 December ; 12(6): 448457. doi:10.1007/s11894010-0141-0.

34. B. Morfin
Keyword:
Penurunan kesadaran, ditemukan suntik dan sebotol
obat.
PF: TD 90/60 mmHg, HR 60 kali/menit, RR 12 kali/menit,
S: 36,60C, pupil miosis.

Kemungkinan pasien tersebut mengalami


keracunan?
Morfin (ditemukan adanya jarum suntik)

Trias penurunan kesadaran + miosis pupil +


depresi napas adalah khas untuk intoksikasi opioid
Contoh opioid: heroin, kodein, morfin
Tatalaksana: nalokson 0,4-2 mg IV/IM/SC/ET, boleh
diulang tiap 3 menit, tidak boleh melebihi 10 mg

Tanda Intoksikasi
Tanda

Tekanan
darah

Frekuensi
nadi

Frekuensi
napas

Suhu

Ukuran
pupil

Bising usus

Keringat

Antikolinergik

Naik

Naik

Naik

Turun

Turn

Kolinergik

Turun

Turun

Naik

Halusinogenik

Naik

Naik

Naik

Naik

Naik

Opioid

Turun

Turun

Turun

Turn

Turun

Turun

Turun

Simpatomimetik Naik

Naik

Naik

Naik

Naik

Naik

Naik

Sedatif-hipnotik

Turun

Turun

Turun

Turun

Turun

Turun

35. C. Graves Disease


Keyword:
penurunan berat badan, makan banyak, selalu
berkeringat.
PF: TD 130/80 mmHg, HR 112 kali/menit, RR 22
kali/menit, S: 37,30C, terdapat benjolan difus di leher,
bruit (+).

Diagnosis pasien tersebut adalah...


Grave disease

Suspek Graves disease. Klinis : Berat badan ,


nafsu makan , berdebar-debar, tremor, cemas,
diare, berkeringat, iritabel. Pada graves terdapat
exophtalmus.
Lab : TSH , FT4 , FT3
Tatalaksana : PTU, Methimazole. Pada ibu hamil
trimester I harus dengan PTU. Selain itu juga
diberikan b-bloker (propranolol).

36. A. Underweight
Keyword:
Laki-laki datang dengan keluhan muntah darah.
PF: sklera ikterik,
TB 160 cm, BB 43 kg.

Indeks masa tubuh pasien menurut kriteria Asia


Pasifik termasuk dalam...
IMT = BB/(TB2)
IMT pasien ini 46/(1,62) = 16,8
16,8 Underweight

WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific


Perspective: Redefining Obesity and its Treatment.
Klasifikasi IMT

BB Kurang < 18,5


BB Normal 18,5-22,9
BB Lebih 23,0
Dengan risiko 23,0-24,9
Obes I 25,0-29,9
Obes II > 30

37. A. NS-1
Keyword:
demam 2 hari.
gusi berdarah dan bintik-bintik merah pada tangan dan
kaki.

Diagnosis: DBD
Pemeriksaan penunjang yang tepat dilakukan?
NS-1

Dengue: guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control - 2009

DERAJAT DEMAM DENGUE +


DEMAM BERDARAH DENGUE
Demam dengue (DD) demam akut 2-7 hari disertai
gejala 1/lebih: nyeri kepala, retroorbita, mialgia,
artralgia
DBD derajat 1 gejala DD + uji tourniquet (+)

DBD derajat 2 gejala DD + perdarahan spontan


DBD derajat 3 gejala DD + kegagalan sirkulasi (nadi
melemah)

DBD derajat 4 gejala DD + syok berat, nadi tidak


terukur

38. A. dispepsia
Keyword:
kembung dan mual. rutin minum obat anti nyeri.
PF: nyeri tekan di epigastrium (+).

Diagnosisnya adalah
Dispepsia

Dyspepsia is defined as chronic or recurrent pain or


discomfort centered in the upper abdomen.
Discomfort is defined as a subjective negative feeling
that is nonpainful, and can incorporate a variety of
symptoms including early satiety or upper abdominal
fullness.
Patients presenting with predominant or frequent
(more than once a week) heartburn or acid
regurgitation should be considered to have
gastroesophageal reflux disease (GERD) until proven
otherwise

Am J Gastroenterol 2005;100:23242337)

39. E. Mentega
Keyword
nyeri perut kanan atas
Murphy sign (+).

Diagnosis: Kolesistitis
Makanan yang sebaiknya dihindari oleh pasien
tersebut?
Mentega

http://www.webmd.com/digestive-disorders/features/gallbladder-diet-foods-for-gallbadder-problems

Gallbladder diet foods:


Fresh fruits and vegetables
Whole grains (whole-wheat bread, brown rice,
oats, bran cereal)
Lean meat, poultry, and fish
Low-fat dairy products

40. D. Simvastatin
Keyword:
hasil laboratorium kolesterol total 240, trigliserida 204,
lainnya dalam batas normal

Diagnosis: dislipidemia
Terapi yang tepat untuk pasien tersebut?
Simvastatin

Dislipidemia
Kelainan metabolisme lipid, ditandai oleh kelainan
(peningkatan atau penurunan) fraksi lipid dalam plasma.
Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar
kolesterol total, kenaikan kadar trigliserid serta penurunan
kadar kolesterol HDL.
Dalam proses terjadinya aterosklerosis ketiganya
mempunyai peran penting dan berkaitan, sehingga dikenal
sebagai triad lipid.
Klasifikasi :
Hiperkolesterolemia
Hipertrigliseridemia
Campuran
Sumber: Pedoman Pelayanan Medis Ilmu Penyakit Dalam - PAPDI

Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

In persons with high serum triglycerides, LDL


cholesterol remains the primary target of therapy. In
addition, non-HDL cholesterol becomes a secondary
target.
Changes in life habits, as outlined before, represent
first-line therapy, but it is also important to determine
whether a patient is taking drugs known to exacerbate
hypertriglyceridemia, and, if so, these should be
modified.
Among hypolipidemic agents, the statins are the most
effective for lowering non-HDL cholesterol. Not only do
statins reduce LDL cholesterol, but they also lower VLDL
triglycerides and VLDL cholesterol
National Cholesterol Education Program National Heart, Lung, and Blood Institute
National Institutes of Health
NIH Publication No. 02-5215 September 2002

41. C. Anemia defisiensi besi


Keyword:
wanita (45 tahun) dengan siklus haidnya memanjang
Lab: Hb = 8. Hasil pemeriksaan apusan darah tepi =
eritrosit mikrositik hipokromik.

Diagnosis yang tepat?


Anemia defisiensi besi

Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

42. C. Sindroma metabolic


Keyword:
pria (40 tahun), BB = 96 kg, TB = 172 cm, lingkar perut =
103 cm,
TD = 130/90 mmHg,
Lab: Trigliserida , HDL , LDL normal, kolesterol total
, GDS = 220, ureum = 6,2.

Diagnosis?
Sindroma metabolic harus memenuhi minimal 3
kondisi (lihat slide berikutnya)

National Cholesterol Education Program National Heart, Lung, and Blood Institute
National Institutes of Health
NIH Publication No. 02-5215 September 2002

43. B OAINS
Keyword:
Pria (55 tahun) kedua kakinya bengkak sehingga tidak
bisa berjalan. Keluhan seperti ini sebelumnya (+).
Tofus di telinga kanan dan siku kiri, MTP eritema dan
terasa nyeri, ROM terbatas.
Asam urat meningkat.

Analgesik yang dapat diberikan untuk meredakan


nyeri tersebut adalah
OAINS (first line)
Sumber: Pedoman Praktik Klinik Dokter Primer

44. D. GERD
Keyword:
nyeri di ulu hati yang menjalar sampai ke dada dan
punggung, dada terasa seperti terbakar.
Keluhan ini hilang timbul dalam 1 tahun terakhir.

Diagnosisnya: GERD

Pankreatitis: demam tinggi, NT(+) epigastrium,


amilase/lipase meningkat 3x

Am J Gastroenterol 2013; 108:308 328; doi: 10.1038/ajg.2012.444; published


online 19 February 2013

45. B. TBG , T4
Keyword:
Laki-laki dengan riwayat konsumsi kortikosteroid jangka
panjang.

Hasil pemeriksaan laboratorium?


TBG , T4

TBG: enzim yang mengikat hormon tiroid


Penyebab defisiensi TBG: salah satunya adalah
penggunaan glukokortikoid.
Penurunan TBG akan diikuti dengan penurunan T4

Sumber: emedicine/medscape

46. B. Sindrom Cushing


Keyword
wanita (27 tahun) wajah tampak bundar dan ditumbuhi
rambut, menstruasi tidak normal sejak 4 bulan yang lalu.
Terdapat gangguan modd dan gangguan tidur.
Hasil PF: TD 140/110, HR 90.
Lab: Tidak ada penekanan kadar kortisol.

Diagnosis yang tepat: Sindrom Cushing

Hipercortisol: keadaan dimana kortisol dalam darah


terlalu tinggi
Cushing syndrome: hypercortisolism oleh sebab
apapun.
Sentral
adenoma pituitari
Perifer:
adrenal hiperseksresi kortisol
ektopik ACTH
Konsumsi prednison/dexamethasone berlebihan

Cushing disease: hypercortisolism sentral (adenoma


pituitari)

Pemeriksaan
Pemeriksaan low-dose dexamethasone suppression
test:
Supresi (+): bukan cushing sindrom
Supresi (-): cushing sindrom (+)

High-dose dexamethasone suppression test (untuk


tahu di sentral/perifer):
Supresi (+): sentral (cushing disease)
Supresi (-): perifer (ektopik ACTH, primary adrenal
tumor)

Sumber: emedicine/medscape

47. D. Struma difusa toksik


Keyword:
Wanita (27 tahun), berdebar-debar, tangan gemetaran,
sering merasa panas.
Di leher ada benjolan berbatas tidak tegas, ikut bergerak
saat pasien menelan.
TD = 150/90, HR = 130. Eksoftalmos (+).

Diagnosisnya adalah
Struma difusa toksik (Graves Disease)

Struma: pembesaran kel. tiroid


Struma dapat berbentuk difus (struma difus) atau
berbentuk nodul (struma nodosa).
Berdasar gejala:
nontoksik (tidak ditemukan gejala hipertiroid)
Toksik (ditemukan gejala hipertiroid)

Gejala hipertiroidisme
Sistem

Gejala dan Tanda

Umum

Tak tahan hawa panas, hiperkinesis, mudah lelah, BB turun

Gastrointestinal

Hiperdefekasi, mudah lapar, makan banyak, haus muntah,


disfagia, splenomegali

Muskular

Rasa lemah

Genitourinaria

Oligomenore, amenore, libido , infertil, ginekomastia

Kulit

Rambut rontok, berkeringat, kulit basah

Psikis dan saraf

Labil, irritable, tremor, psikosis, nervositas, paralisis periodik

Jantung

dispnea, hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung

Darah dan limfatik

Limfositosis, anemia, splenomegali

Skelet

Osteoporosis, epifisis cepat menutup, nyeri tulang

Sumber: emedicine/Medscape

Struma dapat dibagi menjadi dua, yaitu struma


toksik dan non toksik
Struma toksik peningkatan hormon tiroid dengan
gejala-gejala hipertiroid
Struma non-toksik tidak didapatkan peningkatan
hormon tiroid (sehingga bisa didapatkan hormon tiroid
yang normal atau menurun) dengan atau tanpa gejalagejala hipotiroid (bisa normal atau dengan gejala
hipotiroid)

Secara morfologis, struma dibagi menjadi dua yaitu


difusa dan nodusa
Pada struma difusa didapatkan pembesaran
kelenjar tiroid secara difus, sementara pada struma
nodosa pembesaran akan berupa benjolan yang
secara klinis teraba satu atau lebih (struma
multinoduler toksik)

48. C. Insulin
Keyword:
Seorang wanita (18 tahun), penurunan kesadaran sering
BAK baik siang-malam.
Kesadaran: somnolen
GDS = 835 ; Ur = 52 ; Cr = 0,7 ; AGD = pH 7,16 ;
Urin = glukosa (-), reduksi (+++), keton (+++).

Diagnosis: KAD
Tatalaksana:
Insulin

Ketoasidosis diabetik (KAD):


kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL),
tanda dan gejala asidosis dan plasma keton(+) kuat
Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/ mL) dan
terjadi peningkatan anion gap
Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH)
peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL),
tanda dan gejala asidosis (-)
osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL)
plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit
meningkat.
Sumber: Konsensus DM tipe-2 Indonesia 2011

Sumber: Harrison 17th

49. C. Dextrose 40%


Keyword:
penurunan kesadaran, penderita DM, konsumsi obat
Metformin, Glibenklamid, Acarbose, Amlodipin, Vit B1
B6 B12.
Hasil lab GDS = 35 ; Ur = 89 ; Cr = 2,7 ; Na = 133 ; K = 3,7 ;
Hb = 9,6.

Diagnosis: Hipoglikemia
Penatalaksanaan yang paling dibutuhkan
Dextrose 40%

Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah <
60 mg/dL
Bila terdapat penurunan kesadaran pada penyandang diabetes
harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya hipoglikemia.
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan
sulfonilurea dan insulin.
Gejala hipoglikemia:
gejala adrenergik (berdebar-debar,banyak keringat, gemetar, dan
rasa lapar)
gejala neuro-glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun
sampai koma).

Penanganan Hipoglikemia
pasien dengan kesadaran yang masih baik
diberikan makanan yang mengandung karbohidrat
atau minuman yang mengandung gula berkalori
atau glukosa 15-20 gram melalui intra vena.
Untuk penyandang diabetes yang tidak sadar
sementara dapat diberikan glukosa 40% intravena
terlebih dahulu sebagai tindakan darurat, sebelum
dapat dipastikan penyebab menurunnya kesadaran.
Perlu dilakukan pemeriksaan ulang glukosa darah
15 menit setelah pemberian glukosa. Glukagon
diberikan pada pasien dengan hipoglikemia berat.

50. B. Nefropati DM
Keyword:
Laki-laki (61 tahun) menderita DM.
Kadar Ureum dan Creatinin meningkat.
bengkak pada kedua tungkai dan puffy face
hipoalbumin pada DM dipikirkan adanya
albuminuria

Diagnosis: Nefropati DM

Penyulit Menahun
1. Makroangiopati
a. Pembuluh darah jantung
b. Pembuluh darah tepi
c. Pembuluh darah otak

2. Mikroangiopati
a. Retinopati
b. nefropati

3. Neuropati

Nefropati DM
kadar albumin > 30 mg dalam urin 24 jam pada 2
dari 3 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3- 6
bulan, tanpa penyebab albuminuria lainnya

Sumber: Konsensus DM tipe-2 Indonesia 2011

51. C. Membuat VeR berdasarkan


pemeriksaan saat sekarang
Keywords:
Wanita datang mengaku diperkosa 3 hari sebelum
pemeriksaan.
Surat permintaan VeR dari kepolisian baru datang 2 hari
setelah pemeriksaan.

Berbeda dengan pemeriksaan korban mati yang


prosedurnya diatur terperinci dalam KUHAP,
pemeriksaan korban hidup tidak memiliki prosedur
yang diperinci dalam KUHAP

Pada praktik sehari-hari, dalam menangani korban


hidup seringkali korban datang ke dokter terlebih
dahulu sebelum ke kantor polisi sehingga
memungkinkan terjadi keterlambatan surat
permintaan VeR.
Sepanjang keterlambatan ini masih cukup beralasan
dan dapat diterima, maka keterlambatan ini tidak
boleh dianggap sebagai hambatan pembuatan VeR.
Contoh: keterlambatan pelaporan kepada penyidik,
kesulitan komunikasi dan sarana perhubungan,
overmacht (berat lawan) dan noodtoestand (keadaan
darurat)

Baik terhadap Surat Permintaan VER yang datang


bersamaan dengan korban, maupun yang datang
terlambat, harus dibuatkan VER. VER ini dibuat
setelah perawatan/pengobatan selesai, kecuali
pada VER sementara, dan PERLU PEMERIKSAAN
ULANG pada korban bila surat permintaan
pemeriksaan datang terlambat

(Buku Ilmu Kedokteran Forensik FKUI)

52. D. Bunuh diri


Keywords:

Laki-laki ditemukan tergantung


Alur jerat berbentuk V (meninggi ke arah simpul)
Kondisi kamar rapi
Jarak antara kaki ke lantai 10 cm (dekat)

Pembunuhan

Bunuh Diri

ALAT PENJERAT
Simpul
Jumlah lilitan
Arah
Jarat titik tumpu-simpul

Simpul mati
Satu
Datar
Dekat

Hidup
Satu/lebih
Serong ke atas
Jauh

KORBAN
Jejas jerat
Luka perlawanan
Luka-luka lain
Jarak dari lantai

Datar
+
Ada
Jauh

Meninggi ke arah simpul


Dekat

TKP
Lokasi
Kondisi
Pakaian

Variasi
Tidak teratur
Robek/tidak teratur

Sembunyi
Teratur
Rapi dan baik

Alat

Dari si pembunuh

Berasal dari TKP

Surat peninggalan

Ruangan

Tak teratur, terkunci dari


luar

Teratur, terkunci dari dalam

Autoerotic hanging
= mati saat masturbasi
Pada laki-laki postadolescence
Karakteristik: ditemukan telanjang/tidak memakai
celana, tangan sedang memegang genitalia, dapat
ditemukan materi porno/parafilia lain di TKP, ada bukti
terjadi orgasme sebelum kematian

53. A. Menunggu petugas


kepolisian datang
Keywords:
Laki-laki 50 tahun ditemukan gantung diri
Nadi tidak teraba, TD tidak terukur
Badan kaku & dingin (tanda pasti kematian)

KUHAP pasal 133 ayat (1) pihak yang berwenang


mengajukan permintaan keterangan ahli adalah
penyidik (petugas kepolisian dengan pangkat minimal
Pembantu Letnan Dua)
Pemeriksaan jenazah bisa dilakukan bila telah
didapatkan surat permintaan dari penyidik dengan
tercantum keterangan pemeriksaan yang diinginkan
dokter sebagai saksi ahli
Dalam kasus ini, dokter berperan sebagai pihak yang
menemukan jenazah dapat dijadikan saksi mata

54. A. Anoksia Anoksik


Keywords:

Korban gantung diri


TD tidak terukur, nadi tidak teraba, napas tidak ada
Luka babras pada pelipis kiri korban
Lebam pada ujung kaki korban (tanda pasti kematian)

Anoksia
Anoksia ketiadaan O2 pada sel atau jaringan
Jenis-jenis anoksia:
Anoksia anoksik tidak ada O2 di paru akibat:

Obstruksi mekanik pada proses respirasi asfiksia (mis: dijerat,


digantung, dicekik, dibekap)
Kekurangan O2 di lingkungan suffocation (mis: terkurung di
ruang tertutup, wajah tertutup kantung plastik)

Anoksia anemik terdapat O2 pada paru namun O2 tidak


bisa mencapai darah (mis: keracunan CO)
Anoksia stagnan terdapat O2 dalam darah namun O2 tidak
bisa mencapai jaringan karena kegagalan fungsi pompa
jantung
Anoksia histotoksik terdapat O2 dalam darah dan jaringan
namun O2 tidak dapat digunakan pada tingkat jaringan (mis:
keracunan sianida)

55. D. Terdapat tumpukan epitel


yang tergeser

Keywords:

Luka babras bahasa Jawa dari luka lecet

Luka akibat kekerasan benda tumpul:


1. Memar/kontusio/hematoma perdarahan bawah
kulit akibat pecahnya kapiler dan vena
2. Lecet/ekskoriasi/abrasi cedera pada epidermis
yang bersentuhan dengan benda
3. Luka terbuka /robek/vulnus laseratum kulit
teregang ke satu arah melampaui batas elastisitas
kulit sehingga terjadi robekan

Luka Lecet
1. Luka lecet gores (scratch)

Diakibatkan oleh benda runcing yang menggeser epidermis di


depannya
Terdapat lapisan epidermis yang terangkat sesuai dengan arah
goresan

2. Luka lecet serut (graze)

Variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhan benda dengan
kulit lebih lebar
Arah kekerasan dilihat dengan melihat arah tumpukan epitel

3. Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)

Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit


Pada mayat daerah kulit yang kaku dan lebih gelap dari sekitarnya
Bentuk benda penyebab luka masih mungkin diidentifikasi (mis: kisikisi radiator mobil)

4. Luka lecet geser (friction abrasion)

Disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser


(mis: kasus gantung atau jerat, kasus korban pecut)

56. E. Beneficence
Keywords:
Pasien miskin dengan keluhan mual muntah
Dokter memutuskan memberikan obat generik

Beneficence dokter memiliki tugas untuk


menghasilkan kebaikan bagi pasien & bertindak
sesuai dengan kepentingan terbaik pasien
Dalam kasus ini, dokter memutuskan suatu tindakan
dengan mempertimbangkan kepentingan terbaik
pasien

57. E. Menanyakan pada suami


bolehkah istri mendengar penjelasan
Keywords:
Laki-laki dengan tanda-tanda gumma diantar berobat
oleh istri
Istri bertanya mengenai penyakit dan cara penularan

Rahasia Kedokteran
PP no. 10 tahun 1966 kewajiban seorang dokter
untuk menyimpan rahasia kedokteran, meliputi
segala fakta yang didapatkan selama menangani
pasien (mulai dari pemeriksaan dan diagnosis
hingga penatalaksanaan)

Pengungkapan Rahasia
Kedokteran
Benhard-Knight (1972) pengungkapan rahasia
profesional dapat dilakukan bila:

Ada persetujuan pasien


Berdasarkan perintah hukum
Berdasarkan perintah pengadilan
Kepentingan umum menyangkut masalah kesehatan dan
keselamatan umum

58. A. Justice
Keywords:
Anak laki-laki 4 tahun datang dengan patah lengan kanan yang
diakui akibat jatuh dari sepeda
Dokter mencurigai adanya kekerasan

Kaidah justice berkaitan dengan:


Distribusi sumber daya kesehatan secara adil (distributive
justice)
Menghargai hak orang lain & masyarakat (rights-based justice)
Menghargai hukum yang dapat diterima secara moral (legal
justice)

Dalam kasus ini, bila dicurigai telah terjadi suatu tindakan


yang bersifat pidana maka aspek legal justice dapat
diutamakan

59. A. Depresi
Keywords:
Pasien sakit berat yang membutuhkan operasi
Dokter, saya tidak bersedia dioperasi. Kalau saya
dioperasi juga saya hanya akan menyusahkan keluarga
saya"

Kubler-Ross: 5 Fase Respon


Terhadap Penyakit
Denial. Bukan saya! Respon paling awal, dimana pasien menolak
kenyataan bahwa dia sakit.
Anger. Mengapa saya?! Pasien menjadi iritabel, egois, dan kritis.
Dia mulai menyalahkan orang-orang lain untuk kondisinya, bisa
termasuk Tuhan.
Bargaining. Ya, saya. Tapi... Pasien menerima bahwa dia sakit,
tapi berusaha berkompromi dengan hidup untuk mengurangi
penyakitnya. Contohnya: Kalau sembuh, saya janji akan...
Depression. Ya, saya... Pasien menerima sepenuhnya kalau dia
sakit dan menyadari apa yang akan terjadi. Pasien pasrah dan
hilang harapan hidup.
Acceptance. Ya, saya. Dan saya siap. Pasien menerima
penyakitnya dan bersedia untuk melewati segala proses yang
harus dilewati untuk sembuh. Bila penyakit terminal, pasien
menunjukkan kesiapan mental untuk menghadapi kematian.

60. E. Nonmaleficence
Keywords:
Pasien tidak sadar
Orang tua (dalam kasus ini sebagai proxy) panik & tidak
bisa mengambil keputusan
Dokter melakukan tindakan tanpa persetujuan keluarga

Beneficence & Nonmaleficence


Beneficence & Nonmaleficence adalah 2 kaidah
bioetik yang saling terkait dan harus dipertimbangkan
secara bersamaan agar tindakan yang dilakukan
memiliki benefit>harm bagi pasien
Namun, beneficence & nonmaleficence tetap perlu
dipisahkan untuk keadaan tidak adanya kewajiban
beneficence (sedangkan nonmaleficence berlaku
setiap saat & tidak terbatas)

Kapan mengutamakan salah satu


di antaranya?

Kepentingan moral nonmaleficence lebih rendah pada


kondisi dengan probabilitas harm (kematian,
disabilitas) yang rendah, dan sebaliknya lebih tinggi
pada kondisi dengan probabilitas harm yang tinggi
Kepentingan moral beneficence lebih tinggi pada
kondisi dengan probabilitas benefit yang tinggi, dan
sebaliknya lebih rendah pada kondisi dengan
probabilitas benefit yang rendah

Pada kasus ini


Pasien tidak sadar & tidak ada yang bisa mengambil
keputusan sudah jelas bahwa beneficence &
nonmaleficence menjadi kaidah utama
menyingkirkan autonomy
Pada kasus cedera kepala berat, probabilitas harm
lebih tinggi bila dokter tidak mengambil tindakan
nonmaleficence menjadi dasar dokter
mengambil tindakan

NO. 61: A
Keyword: 57 tahun, KU: penglihatan berkabut
Diagnosis kerja: katarak

KATARAK
Katarak (latin: cataracta = air terjun): setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat keduanya
Etiologi: usia lanjut, kelainan kongenital, karena penyakit
mata sebelumnya (glaukoma, ablasio retina, uveitis, dll),
bahan toksik kimia dan fisik, dan kelainan sistemik
Tanda dan gejala: penglihatan berasap, tajam penglihatan
menurun progresif, pupil berwarna putih/abu-abu
Pemeriksaan: shadow test, slitlamp, funduskopi (bila
mungkin), tonometer, tajam penglihatan
Tatalaksana: pembedahan

Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

Shadow test: pemeriksaan dengan menggunakan pen


light untuk melihat bayangan pada lensa, sekaligus
dapat menilai kekeruhan lensa
Funduskopi: pemeriksaan untuk melihat bagian dalam
mata/fundus okuli. Pada katarak dilakukan untuk
melihat keadaan komorbid.
Pemeriksaan visus: pemeriksaan tajam penglihatan.
Biasanya dilakukan untuk melihat apakah kekeruhan
lensa sebanding dengan turunnya tajam penglihatan.
Perimetri: pengukuran/pemetaan lapang pandang.
Biasa dilakukan pada pasien dengan kecurigaan
glaukoma
Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

NO. 62: A
Keywords: pandangan kabur sejak 2 hari, nyeri
kepala hebat. TIO OD 50
Diagnosis kerja: Glaukoma akut

ANAMNESIS
MATA MERAH
VISUS NORMAL
struktur yang
bervaskuler
sklera
konjungtiva
tidak
menghalangi
media refraksi

MATA MERAH
VISUS TURUN

Keratitis
Keratokonjungtivitis
Ulkus kornea
Uveitis anterior
Glaukoma akut
Endoftalmitis
Panoftalmitis

MATA TENANG
VISUS TURUN
MENDADAK

MATA TENANG
VISUS TURUN
PERLAHAN

Glaukoma Akut
Etiologi: iris bomb (oklusi COA oleh iris perifer). Iris bomb
biasanya terbentuk dari mata yang hiperopik dengan kelainan
anatomis COA yang sempit, biasanya dieksaserbasi oleh
pembesaran massa kristalin lensa, diasosiasikan dengan
penuaan.
Patofisiologi: iris bomb hambatan aliran keluar aqueous
humor peningkatan TIO nyeri akut, mata merah,
penglihatan kabur.
Serangan akut dieksaserbasi oleh dilatasi pupil (lingkungan
gelap, obat-obatan antikolinergik, atau simpatomimetik)
Tanda dan Gejala:
Penurunan visus mendadak, nyeri, halo, mual, muntah
Peningkatan TIO, COA dangkal, kornea keruh, pupil dilatasi
sedang, injeksi siliar
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology 17th ed. Philadephia:
McGraw-Hill, 2007.

Pemeriksaan:
Tonometri : mengukur tekanan Intraokuler (TIO)
Funduskopi: menilai pembesaran diskus optikus dan pemucatan
diskus
Pemeriksaan lapang pandang dengan kampimeter dan perimeter
Gonioskopi: menilai sudut COA

Tatalaksana:
Menurunkan TIO: Asetazolamid IV dan oral ditambah agen topikal
(beta bloker, apraclonidine, agen hiperosmotik)
Steroid topikal utk mengurangi inflamasi intraokular
Setelah TIO normal, Laser peripheral Iridotomy membuat
hubungan antara COA dan COP
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology 17th ed. Philadephia:
McGraw-Hill, 2007.

Retinoskopi: teknik untuk menentukan gangguan


refraksi dari mata secara objektif dan menentukan
kebutuhan kacamata.
Slitlamp: alat pemeriksaan mata untuk melihat
benda menjadi lebih besar dibanding ukuran
normalnya.
Tes flurosein: pemeriksaan untuk melihat defek
epitel kornea, fistel kornea
Tes anel: pemeriksaan fungsi ekskresi lakrimal
Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

NO. 63: D
Keywords: 23 tahun, pandangan kabur
menggunakan kacamata. Usia 17 tahun, memakai
kacamata S- 2,5 OD, S-2,75 OS. Sekarang pasien
dapat melihat normal dengan kacamata S-7,25 OD,
S-8,5 OS
Diagnosis kerja: miopia progresif

JENIS MIOPIA
Berdasarkan penyebab:

Miopia refraktif/bias/indeks, karena bertambah indeks bias media


penglihatan, contoh: katarak intumesen. Atau akibat pembiasan
media penglihatan lensa/kornea terlalu kuat
Miopia aksial, akibat panjangnya sumbu bola mata

Berdasarkan derajat:

Miopia ringan: < -3D


Miopia sedang: -3 Dsampai -6D
Miopia berat: >-6D

Berdasarkan perjalanan penyakit:

Miopia stasioner, miopia menetap setelah dewasa


Miopia progresif, miopia bertambah terus pada usia dewasa
Miopia maligna/pernisiosa/degeneratif, miopia berjalan progresif,
dapat mengakibatkan ablasio retina dan kebutaan

Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

NO. 64: C
Keywords:
Pandangan kabur sejak 1 hari setelah terkena lemparan
bola. PF: gumpalan darah pada sebagian bilik mata.

Diagnosis kerja: Hifema

TRAUMA MEKANIK BOLA MATA


Cedera langsung berupa ruda
paksa yang mengenai jaringan
mata.
Beratnya kerusakan jaringan
bergantung dari jenis trauma
serta jaringan yang terkena
Gejala : penurunan tajam
penglihatan; tanda-tanda
trauma pada bola mata
Komplikasi :
Endoftalmitis
Uveitis
Perdarahan vitreous
Hifema
Retinal detachment
Glaukoma
Oftalmia simpatetik

Panduan Tatalaksana Klinik RSCM Kirana, 2012

Pemeriksaan Rutin :

Visus : dgn kartu Snellen/chart


projector + pinhole
TIO : dgn tonometer
aplanasi/schiotz/palpasi
Slit lamp : utk melihat segmen
anterior
USG : utk melihat segmen
posterior (jika memungkinkan)
Ro orbita : jika curiga fraktur
dinding orbita/benda asing

Tatalaksana :

Bergantung pada berat trauma,


mulai dari hanya pemberian
antibiotik sistemik dan atau
topikal, perban tekan, hingga
operasi repair

HIFEMA
Darah dalam bilik mata depan, akibat trauma tumpul
yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
Tanda dan gejala: sakit, epifora, blefarospasme. Bila
duduk, hifema terkumpul di bawah BMD, dapat
memenuhi seluruh BMD
Tatalaksana:

Tidur ditinggikan 30 derajat pada kepala, obat koagulasi, mata


ditutup
Pada anak: pertimbangkan obat penenang
Asetazolamid: bila ada penyulit glaukoma
Biasanya hilang sempurna, bila tidak rujuk
Paresentesis, bila ada imbibisi kornea atau glaukoma
sekunder

Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

Glaukoma
penyakit saraf mata yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan bola mata (TIO Normal : 1024mmHg)

Konjungtivitis
Inflamasi atau infeksi konjungtiva

Blefaritis
Radang kelopak dan tepi kelopak mata

Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

NO. 65: D
Keywords:
Pandangan mata kabur.
Segmen anterior: injeksi konjungtiva +/-, selaput dari
nasal menutupi kornea dari 2/3 limbus

Diagnosis kerja: Pterigium grade 4

PTERIGIUM
Pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif.
Tanda dan gejala: segitiga dengan puncak di daerah
kornea, jika teriritasi, berwarna merah, astigmatisma
Secara Klinis Pterigium terbagi atas:

Grade I : Pterigium terbatas pada limbus kornea


Grade II : Pterigium sudah melewati tepi limbus kornea, tapi
tidak lebih dari 2 mm
Grade III : Pterigium sudah melewati tepi limbus lebih dari 2
mm, tapi tidak melewati pinggiran pupil dalam keadaan
cahaya normal ( pupil 3-4 mm)
Grade IV : Pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil
sehingga sudah ada gangguan penglihatan

Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

Pseudopterigium: Perlekatan konjungtiva pada


kornea yang cacat. Pada pseudopterigium dapat
diselipkan sonde di bawahnya.

Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

NO. 66: A
Keywords:
Benjolan pada pangkal bulu mata, tampak merah dan
nyeri pada penekanan

Diagnosis kerja: hordeolum eksterna

HORDEOLUM
Peradangan supuratif kelenjar kelopak mata
Infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea
Gejala: kelopak bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah,
nyeri bila ditekan, ada pseudoptosis/ptosis akibat bertambah berat
kelopak
2 bentuk :
Hordeolum internum: infeksi kelenjar Meibom di dalam tarsus. Penonjolan
dapat ke arah kulit dan ke daerah konjungtiva tarsal
Hordeolum eksternum: infeksi kelenjar Zeiss atau Moll. Penonjolan
terutama ke daerah kulit, dapat berupa infeksi dari folikel bulu mata

Tatalaksana :
Kompres hangat 3 kali sehari selama 10 menit hingga pus keluar
Antibiotik topikal
Antibiotik sistemik: eritromisin atau dikloksasilin
Insisi bila pus tidak dapat keluar
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas

Dakrioadenitis
Peradangan kelenjar lakrimal
Merah, nyeri, edema pada bagian temporal
kelopak mata, injeksi konjungtiva

Dakriosistitis
Peradangan sakus lakrimal
Eritema, nyeri, edema pada kantus medial,
menyebar ke kelopak mata
Sumber:
Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004
Kanski JJ. Jack J Kanski Sign in Ophtalmology: Causes and Differential Diagnosis. Windsor:
Elsevier Limited, 2010.

NO. 67: B
Keywords:
65 thn, keluhan pandangan berkabut
Pemeriksaan didapatkan shadow test (+) dan penebalan
nukleus

Diagnosis kerja: katarak imatur

Perbedaan Stadium Katarak Senil


Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

BMD

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sudut bilik
mata

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Shadow test

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopos

Penyulit

Glaukoma

Uveitis+Glauko
ma

Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

Perbedaan Stadium Katarak Senil

Imatur

Insipiens

Hipermatur

Matur

NO. 68: B
Keywords:

Pusing jika lama membaca. VODS 6/50.


Dikoreksi S+2.50 visus 6/6
Dikoreksi S+3.00 visus 6/6.
Dikoreksi dengan S+3.50 visus 6/7.5

Diagnosis kerja: Hipermetrofi


Kelainan yang dikoreksi dengan S+2.50 merupakan
hipermetrofi absolut

HIPERMETROPIA
= rabun dekat, gangguan kekuatan pembiasan mata
dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan
sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina
Dikenal dalam bentuk:
Hipermetropia manifes: hipermetrop yang dapat
dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang
memberikan tajam penglihatan normal, tidak ada
akomodasi sama sekali

Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

Hipermetropia absolut: hipermetrop yang dikoreksi dengan


kacamata positif minimal yang memberikan tajam
penglihatan normal, penderita memiliki kemampuan
akomodasi
Hipermetropia fakultatif: kelainan hipermetropia yang dapat
diimbangi dengan akomodasi atau dengan kacamata positif.
Penderita yang hanya memiliki hipermetropia fakultatif,
penglihatannya normal walau tidak memakai kacamata
positif, namun apabila diberi kacamata positif, otot
akomodasinya dapat beristirahat.
Hipermetropia laten: hipermetropia yang didapat tanpa
siklopegia yang dapat diimbangi dengan akomodasi
Hipermetropia total: hipermetropia yang ukurannya
didapatkan sesudah pemberian siklopegia

Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

CONTOH PASIEN HIPERMETROPIA


Pasien usia 25 tahun, tajam penglihatan 6/20
Dikoreksi dengan sferis +2.00 6/6
Dikoreksi dengan sferis +2.50 6/6
Diberikan siklopegia, dikoreksi +5.00 6/6

Maka pasien ini memiliki:

Hipermetropia absolut sferis +2.00


Hipermetropia manifes sferis +2.50
Hipermetropia laten sferis +2.50-(+2.00) = +0.50
Hipermetropia total sferis +5.00
Hipermetropia fakultatif +5.00-(+2.5) = +2.50

Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

NO. 69: A
Keywords:
Mata kiri tersemprot parfum. VODS 6/6

Diagnosis kerja: trauma kimia mata e.c parfum


Parfum: kebanyakan pH 7 (netral), namun ada
juga yang asam

TRAUMA KIMIA MATA


Merupakan trauma yang mengenai
bola mata akibat terpaparnya bahan
kimia baik yang bersifat asam atau basa
yang dapat merusak struktur bola mata
tersebut
Keadaan kedaruratan oftalmologi
karena dapat menyebabkan cedera
pada mata, baik ringan, berat bahkan
sampai kehilangan penglihatan

Etiologi : 2 macam bahan yaitu yang


bersifat asam (pH < 7) dan yang bersifat
basa (pH > 7,6)

Klasifikasi :
Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada
iskemik limbus (prognosis sangat baik)
Derajat 2: kornea berkabut dengan
gambaran iris yang masih terlihat dan
terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus
(prognosis baik)
Derajat 3: epitel kornea hilang total,
stroma berkabut dengan gambaran iris
tidak jelas dan sudah terdapat 1/2
iskemik limbus (prognosis kurang)
Derajat 4: kornea opak dan sudah
terdapat iskemik lebih dari 1/2 limbus
(prognosis sangat buruk)

Pemeriksaan Penunjang :
Kertas Lakmus : cek pH berkala
Slit lamp : cek bag. Anterior mata dan
lokasi luka
Tonometri
Funduskopi direk dan indirek

http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf

Trauma Kimia
Tatalaksana Emergensi :
Irigasi : utk meminimalkan
durasi kontak mata dengan
bahan kimia dan
menormalkan pH mata; dgn
larutan normal saline (atau
setara)
Double eversi kelopak mata :
utk memindahkan material
Debridemen : pada epitel
kornea yang nekrotik

Tatalaksana Medikamentosa :
Steroid : mengurangi
inflamasi dan infiltrasi
neutrofil
Siklopegik : mengistirahatkan
iris, mencegah iritis (atropine
atau scopolamin) dilatasi
pupil
Antibiotik : mencegah infeksi
oleh kuman oportunis

http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf; Ilmu Penyakit Mata, Sidarta Ilyas

NO. 70: D
Keywords:
Mata kiri tidak dapat melihat ke samping kiri
Gerakan bola mata kanan normal

Diagnosis kerja: paresis N. abdusen kiri

OTOT PENGGERAK BOLA MATA

PERSYARAFAN OTOT BOLA MATA


N. III (okulomotor): Rektus superior, rektus inferior,
rektus medial, obliqus inferior
N. IV (trokhlearis): Obliqus superior
N. VI (abdusen): Rektus lateral

NO. 71: A
Keywords:
Mata kiri merah, silau jika melihat cahaya dan
penglihatan terganggu.
Pemeriksaan oftalmologis: Aqueous humor sel (+)
keratik presipitat (+), Sinekia posterior (+).

Diagnosis kerja: uveitis anterior

ANAMNESIS
MATA MERAH
VISUS NORMAL
struktur yang
bervaskuler
sklera
konjungtiva
tidak
menghalangi
media refraksi

MATA MERAH
VISUS TURUN

Keratitis
Keratokonjungtivitis
Ulkus kornea
Uveitis anterior
Glaukoma akut
Endoftalmitis
Panoftalmitis

MATA TENANG
VISUS TURUN
MENDADAK

MATA TENANG
VISUS TURUN
PERLAHAN

UVEITIS ANTERIOR
=iridosiklitis, suatu manifestasi klinik reaksi imunologi
tipe lambat, tipe cepat, atau yang dimediasi sel
terhadap jaringan uvea anterior, terdapat 2 bentuk:
Granolomatosa akut-kronis (sarkoiditis, sifilis, tuberkulosis,
dll)
Non granulomatosa akut kronis (trauma, diare kronis,
penyakit Reiter, dll)

Tanda dan gejala:


Mata sakit, merah, fotofobia, penurunan visus, mata berair
Pupil kecil, edema iris, flare (+), hifema, hipopion, presipitat
dibelakang kornea, sinekia posterior

Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

Tatalaksana:
steroid topikal, steroid sistemik jika perlu
Siklopegik, untuk mengurangi rasa sakit, melepas
sinekia, mengistirahatkan iris yang meradang
Pengobatan spesifik jika penyebab diketahui
Asetazolamid bila terdapat glaukoma sekunder

Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

NO. 72: D
Keywords:
55 tahun, sulit membaca tulisan.
Saat ini memiliki kacamata dengan ukuran S -4.00 C-1.00
x 90 untuk penglihatan jauh.

Diagnosis kerja: presbiopia

PRESBIOPIA
Gangguan akomodasi pada usia lanjut yang terjadi
akibat:
Kelemahan otot akomodasi
Lensa mata tidak kenyal atau elastisitasnya berkurang
akibat sklerosis

Biasanya pada pasien > 40 tahun, keluhan berupa


mata lelah, berair, sering terasa pedas

Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

Pada pasien presbiopia kacamata atau adisi diperlukan


untuk membaca dekat, biasanya:

+1.00 D untuk usia 40 tahun


+1.50 D untuk usia 45 tahun
+2.00 D untuk usia 50 tahun
+2.50 D untuk usia 55 tahun
+3.00 D untuk usia 60 tahun

Pemeriksaan adisi untuk membaca perlu disesuaikan


dengan kebutuhan jarak kerja pasien pada waktu
membaca. Pemeriksaan sangat subjektif sehingga
angka-angka di atas bukan merupakan angka yang
tetap
Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

Pada soal, pasien usia 55 tahun membutuhkan


adisi +2.5 D
Jawaban paling tepat sebenarnya S-4.00 + S+2.5
Namun tidak ada dalam option jawaban, maka yang
paling mendekati adalah option D
kacamata pasien sekarang S-4.00 C-1x90 selisih
dari adisi +2.5D, maka kacamata yang dibutuhkan S-1.50
C-1x90

NO. 73: C
Keywords:
Mata kiri mendadak tidak bisa melihat tanpa disertai
nyeri.
Beberapa bulan terakhir kedua mata kabur namun
masih bisa melihat pada jarak beberapa meter
Penderita diabetes sejak 10 tahun, tidak rutin minum
obat anti diabet.
PF: VOD 5/40 dan VOS light perception (+)

Diagnosis kerja: Perdarahan vitreus pada retinopati


diabetik

ANAMNESIS
MATA MERAH
VISUS NORMAL
struktur yang
bervaskuler
sklera
konjungtiva
tidak
menghalangi
media refraksi

MATA MERAH
VISUS TURUN

MATA TENANG
VISUS TURUN
MENDADAK

Uveitis posterior
Perdarahan vitreous
Ablasio retina
Oklusi arteri atau vena retinal
Neuritis optik
Neuropati optik akut karena
obat (misalnya etambutol),
migrain, tumor otak

MATA TENANG
VISUS TURUN
PERLAHAN

Retinopati Diabetik
Komplikasi DM pada mata:

Abnormalitas kornea
Glaukoma
Neovaskularisasi iris
Katarak
Retinopati diabetik paling
sering dan paling potensial
menyebabkan kebutaan

Tanda dan gejala:


Melihat titik atau floaters
Penurunan tajam penglihatan
Terdapat titik hitam di tengah
lapang pandang
Sulit melihat dalam gelap
Pada pemeriksaan funduskopi:
cotton wool spot, flame
hemorrhages, dot-blot
hemorrhages, hard exudates

Pemeriksaan :
Tajam penglihatan
Funduskopi dalam keadaan
pupil dilatasi : direk/indirek
Foto Fundus
USG bila ada perdarahan
vitreus
Tatalaksana :
Fotokoagulasi laser

CLASSIFICATION
No DR

SYMPTOMS
None

FEATURE
Normal retina

Mild non-proliferative (mild None


pre-proliferative)

Microaneurysms only, reflects structural


changes in the retina

Moderate non-proliferative, None


moderate pre-proliferative

Extensive Microaneurysm, intraretinal


haemorrhage, and hard exudates.

Severe non-proliferative
severe pre-proliferative

None

Venous abnormalities, large blot


haemorrhages, cotton wool spots (small
infarcts), venous loop, venous
reduplication, >20 intraretinal
haemorrhages in each of 4 quadrants;
definite venous beading in 2 or more
quadrants; prominent intraretinal
microvascular abnormalities in 1 or
more quadrants

Proliferative retinopathy

Floaters,
sudden visual
loss

New vessel formation either at the disc


(NVD) or elsewhere (NVE), vitreous or
preretinal haemorrhage

http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/532/basics/classification.html

http://medweb.bham.ac.uk/easdec/gradingretinopathy.htm

Keratitis bakterial: radang pada lapisan kornea yang


disebabkan bakteri. Bakteri yang sering
menginfeksi: Staphylococcus, Pseudomonas,
Enterobacteriacea. Keratitis menyebabkan mata
merah dan penurunan penglihatan
Uveitis posterior/koroiditis: peradangan lapisan
koroid bola mata. Gejala berupa penglihatan kabur,
floaters, fotofobia, tanpa mata merah. Pada
pemeriksaan ditemukan kekeruhan dalam badan
kaca, infiltrat di dalam retina dan koroid.
Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

NO. 74: A
Keywords
Mata merah, berair dan terasa seperti ada benda asing
yang mengganjal sejak 1 hari
Injeksi konjungtiva (+/+), visus 5/5.

Diagnosis kerja: konjungtivitis

ANAMNESIS
MATA MERAH
VISUS NORMAL
struktur yang
bervaskuler
sklera
konjungtiva
tidak
menghalangi
media refraksi

MATA MERAH
VISUS TURUN

Konjungtivitis
Trakoma
mata kering, xeroftalmia
Pterigium
Pinguekula
Episkleritis
skleritis

MATA TENANG
VISUS TURUN
MENDADAK

MATA TENANG
VISUS TURUN
PERLAHAN

Konjungtivitis
Inflamasi atau infeksi konjungtiva
Patologi

Etiologi

Tanda dan gejala

Bakteri

staphylococci
streptococci,
gonocci
Corynebacter
ium strains

Mata merah, terasa berpasir,


Antibiotik topikal
sensasi terbakar, biasanya bilateral, Air mata buatan
kelopak mata susah membuka,
injeksi konjungtiva difus, discharge
mukopurulen, papil (+)

Virus

Adenovirus
herpes
simplex virus
or varicellazoster virus

Mata berair unilateral, merah, rasa


tidak nyaman, fotofobia, edema
kelopak mata, limfadenopati
preaurikular, konjungtivitis
folikular, pseudomembran (+/-)

http://www.cdc.gov/conjunctivitis/about/treatment.html

Tatalaksana

Memburuk pada hari 3-5,


sembuh sendiri dalam 7-14
hari
Air mata buatan: mencegah
kekeringan dan mengurangi
inflamasi
Antiviral herpes simplex
virus atau varicella-zoster
virus

Patologi

Etiologi

Tanda dan Gejala

Tatalaksana

Jamur

Candida spp. can


cause
conjunctivitis
Blastomyces
dermatitidis
Sporothrix
schenckii

Jarang, biasanya pd pasien


imunokompromais, pasien yg
memakai kortikosteroid, pasien
yang mendapat terapi antibiotik

Antijamur topikal

Vernal

Alergi

Peradangan konjungtiva kronis,


riwayat keluarga atopik, gatal,
fotofobia, sensasi benda asing,
blefarospasme, cobblestone
pappilae, Horner-trantas dots

Hindari alergen
Antihistamin topikal

Inklusi

Chlamydia
trachomatis

Mata merah dan nyeri selama


beberapa minggu/bulan, sekret
mukopurulen, lengket, sensasi
benda asing, mata berair, kelopak
mata bengkak,kemosis,Folikel

Doxycycline 100 mg bid


for 21 hari atau
Erythromycin 250 mg
PO qid 21 days
Antibiotik topikal

NO. 75: D
Keywords:
Mata kiri kabur, mata merah
Pemeriksaan oftalmologi: epifora, fotofobi, infiltrat (+),
mixed injection (+), visus OS 6/40

Diagnosis kerja: Keratokonjungtivitis

ANAMNESIS
MATA MERAH
VISUS NORMAL
struktur yang
bervaskuler
sklera
konjungtiva
tidak
menghalangi
media refraksi

MATA MERAH
VISUS TURUN

Keratitis
Keratokonjungtivitis
Ulkus Kornea
Uveitis
Glaukoma akut
Endoftalmitis
Panoftalmitis

MATA TENANG
VISUS TURUN
MENDADAK

MATA TENANG
VISUS TURUN
PERLAHAN

KERATOKONJUNGTIVITIS
Keratokonjungtivitis merupakan peradangan pada kornea dan
konjungtiva. Keratokonjungtivitis dapat ditemui dalam bentuk:

Keratokonjungtivitis limbus superior: peradangan konjungtiva bulbi,


konjungtiva tarsus superior, kelainan limbus bagian atas, dan kornea
yang tidak diketahui penyebabnya.
Keratokonjungtivitis epidemi: reaksi peradangan kornea dan
konjungtiva disebabkan oleh reaksi alergi terhadap adenovirus tipe 8.
Keratokonjungtivitis flikten: radang kornea dan konjungtiva,
diperkirakan merupakan reaksi imun yang dimediasi sel pada jaringan
yang sensitif pada antigen.
Keratokonjungtivitis vernal: peradangan tarsus, konjungtiva, dan
kornea. Penyebabnya tidak diketahui pasti, didapatkan terutama pada
musim panas pada anak < 14 tahun. Ciri khas berupa cobblestone
Keratokonjungtivitis sika: keadaan keringnya permukaan kornea dan
konjungtiva, dapat disebabkan oleh keringnya komponen lemak air
mata, defisiensi kelenjar air mata, defisiensi komponen musin, dll

Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

KERATOKONJUNGTIVITIS
Tanda dan gejala:
Merasa seperti ada benda asing, penglihatan menurun,
nyeri periorbita
Infiltrat kornea, terdapat injeksi konjungtiva dan
kornea

Tatalaksana: tergantung penyebab

Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004

76. C. Pitiriasis Versikolor


Keywords : Bercak di Bahu dan lengan atas , gatal
terutama sat berkeringat. Makula, hipopigmentasi
dengan skuama
Dx : Pitiriasis Versikolor
Pemeriksaan penunjang : Lampu wood : Kuning
keemasan, kerokan kulit KOH 20% : hifa pendek dan
spora bulat berkelompok.
Tatalaksana : Selenium Sulfide (Selsun) sbg sampo,
salisil spiritus 10%, derivat-derivat azol, sulfur
presipitatum dalam bedak kocok 4-20%.

77. B. Dermatitis Kontak Alergik


Keywords : Penjemur Vanila, gatal pada kedua
tangan. PF : Papula dengan dasar eritema pada
tangan.
Dx: DKA
Vanila bukan bahan iritan, dan kalau iritasi
efloresensinya biasanya berupa likenifikasi
Thx: hindari panjanan alergik, kortikosteroid topikal

78. B. Erisepelas
Keywords : bercak kemerahan di lengan bawah
kanan, berbatas tegas, riwayat jari tengah tangan
kanan terluka.
Diagnosis : Erisepelas : penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh streptokokus, gejala utamanya
yaitu eritema berwarna merah cerah dan berbatas
tegas. Biasanya disertai gejala konstitusi.
Pengobatan : sistemik dengan antibiotik, topikal
diberi kompres terbuka dengan larutan antiseptik.
Jika terdapat edema diberi diuretika.

Dermatitis Kontak : tidak ada riwayat kontak


Selulitis : Batas tidak tegas
Flegmon : selulitis yang mengalami supurasi.
Furunkel : radang folikel rambut dan sekitarnya

79. B. Dermatitis atopik dengan


infeksi sekunder
Keywords : laki-laki 18 tahun, gatal daerah lengan
dan tungkai sejak 1 bulan. Terdapat nanah pada
bekas luka dan bekas garukan. Riwayat atopi. Stat.
dermatologi : plak eritema difus likenifikasi dan
ekskoriasi dengan krusta kekuningan.
Dermatitis atopik pada remaja dan dewasa : lesi
kulit pada bentuk ini dapat berupa plak papular
eritematosa dan berskuama atau plak likenifikasi
yang gatal.

terapi
Atasi infeksi sekunder dg antibiotik topikal/oral
pilih gol antibiotik u/ gram positif (kulit)
Selanjutnya pengobatan sesuai Dermatitis atopi
pada umumnya
Topikal :
- hidrasi kulit :
- & kortikosteroid topikal

80. D. Morbus Hansen


Keywords : Bercak kemerahan sejak 4 bulan yang
lalu, telapak kaki hipestesi, sering kesemutan. Stat.
dermatologi : makula eritema merata seluruh
tubuh dan tungkai, numular, plakat, lesi batas
tegas, kulit kedua tungkai kasar dan bersisik.
Diagnosis : MH
Thx: tergantung jenis MH

Klasifikasi MH
Pada dasarnya MH dibagi tipe PB & MB.
PB (respon imun si penderita baik) lesi sedikit (<5),
gejala sensoris jelas
MB (respon imun si penderita buruk) lesi difus,
banyak (>5), gejala sensoris tidak jelas/tidak ada
Pengobatan PB: Rifampicin + Dapson
Pengobatan MB: Rifampicin + Dapson + klofazimin
Note: Rifampicin single dose di hari pertama tiap
bulan, jadi hari ke 2,3,28 tidak ada rifampicin

Psoriasis : koebner dan auschpitz sign


Tinea : Gatal jika berkeringat (jamur)
Kandidiasis : sel ragi, blastospora, hifa semu
Pitiriasis rosea : lesi seperti pohon cemara terbalik.

81. C. Tinea Kruris


Keywords : Gatal di bokong, berulang, biasanya
setelah menstruasi. PF : plakat dan makula
hiperpigmentasi pada tepi tampak papul eritem,
hiperpigmentasi dan tersebar erosi dan ekskoriasi.
Tinea kruris : dermatofitosis pada lipat paha,
daerah perineum, dan sekitar anus. Lesi kulit dapat
terbatas pada daerah genito krural saja, atau
meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan
perut bagian bawah.

Thx: Griseofulvin 0,5-1 g untuk orang dewasa


0,25-0,5 g/hari untuk anak-anak

82. E - SSSS
Keywords : kulit mengelupas dihampir seluruh tubuh
sejak 2 hari yang lalu, riwayat demam. PF : bula kendur,
skuama dan erosi, kulit mengelupas dihampir seluruh
tubuh
Nama lain: Pemphigus neonatorum or Ritter's disease
Epidemiologi : pada anak < 5 thn, laki2 > perempuan
Ciri khas : epidermolisis.
Gejala klinis : demam tinggi, ispa, kelainan kulit yg
pertama timbul eritema, yg timbul mendadak pada
muka, leher, ketiak dan lipat paha kemudian
menyeluruh dalam waktu 24 jam. Kemudian dalam
waktu 24-48 jam akan timbul bula2 besar berdinding
kendur.

Thx: Antibiotik derivat penisilin (perhatikan bakteri


penyebab yg dpt membentuk penisilinase) misal
kloksasilin 3x250 mg atau klindamisin dan
sefalosporin generasi I
Topikal sufratulle atau krim antibiotik
Perhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit

Klinis Ritters disease / SSSS

Sumber: http://web2.tmu.edu.tw/g158090009/jacklecs/pictest/ans014.html

83. A. Tinea Korporis


Keywords : perempuan gatal dilipatan payudara,
obese, PF : papul, eritema, skuama halus.
Diagnosis : tinea korporis

Thx: Griseofulvin

84. C. Gonnorhoe
Keywords : laki2 keluar sekret dari ostium
eksternum setelah berhubungan intim dgn PSK.
Sekret mukopurulen pada penis eritem, edem dan
mudah berdarah.
Diagnosis : Gonore
Pemeriksaan penunjang : Diplokokus gram negatif

terapi
Cefixime 400 mg single dose kontrol hari ke 3
(angka kesembuhan 95%)
Penisilin G prokain akua 4,8 juta unit + 1 gram
probenecid (angka kesembuhan 91%)
Kanamisin 2 gram IM (85%)
Ampisilin/amoksisilin 3,5 gram + 1 gram probenecid
(64%) terdapat kuman penghasil penisilinase shg
kurang efektif

85. D. Moluskum Kontagiosum


Adanya bintik-bintik di kedua tangan mula2 kecil
kemudian pecah dan semakin banyak. PF : dijumpai
delle
Moluskum kontagiosum : Penyakit disebabkan virus
poks, permukannya terdapat lekukan, berisi massa
yang mengandung badan moluskum.
Kelainan kulit berupa papul miliar, kadang lentikular
dan berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah
ditengahnya terdapat lekukan (delle).
Thx: pembedahan

86. A - Morbili
Keywords: anak, demam 3 hari, Koplik spot
Dx: Morbili/Campak
Conjungtivitis, Cough, Coriza, Rash
Terapi : suportif, bed rest, antipiretik, cairan, terapi
untuk mengatasi komplikasi
Komplikasi tersering yg dpt terjadi adl pneumonia

87. D - Herpes Zooster Oftalmika


Keywords: lenting pada wajah dan mata yg nyeri
Dx: Herpes Zooster Oftalmika
Thx: suportif + anti nyeri
Ramsay hunt syndrome : Herpes Zooster yg
melibatkan oftalmik + telinga

88. A - Skabies
Keywords: papul dan gatal dari vulva ke bokong,
suami mengalami hal yg sama. Tidak terdapat
sekret dr kemaluan

Dx: Skabies
Thx: Permetrin 5%
Gamexan (lebih dipilih untuk org dewasa) dpt
membunuh semua stadium

89. A. permetrin 5%
Keywords: papul dan gatal dari vulva ke bokong,
suami mengalami hal yg sama. Tidak terdapat
sekret dr kemaluan

Dx: Skabies
Thx: Permetrin 5%
Gamexan (lebih dipilih untuk org dewasa) dpt
membunuh semua stadium

90. A. mekanisme antigen


antibodi
Keywords: minum obat timbul merah pada kulit
dan sesak
Dx: anafilaktik shock
Thx: Adrenalin 1:1000 + kortikosteroid
Merupakan reaksi antigen/alergen dengan
antibodi/IgE pd sel mast atau basofil
menyebabkan pelepasan mediator aminvasoaktif +
histamin (hipersensitifitas tipe I)

Tipe II : sitotoksis (NK sel) memerlukan


penggabungan IgG atau IgM dengan antigen yg
melekat pada sel. Contoh : Pemfigoid
Tipe III : kompleks imun terbentuk oleh agregasi
antigen antibodi dan komplemen. Kompleks ini sulit
untuk dibersihkan oleh fagosit. Contoh : GNAPS
Tipe IV: diperantarai sel atau tipe lambat (delayedtype). Reaksi ini terjadi karena aktivitas perusakan
jaringan oleh sel T dan makrofag. Waktu cukup
lama dibutuhkan dalam reaksi ini untuk aktivasi dan
diferensiasi sel T

91. C. Telinga kanan lebih kuat dari


kiri
Keywords: gangguan telinga tengah, garputala
telinga kanan hanya bisa dengar bila digetarkan ke
tulang mastoid tuli konduktif kanan

Bila digetarkan di tengah kepala (tes Weber)


akan lateralisasi ke telinga yang tuli konduktif

Tes Penala
Rinne : tempelkan di mastoid, pindahkan ke
depan telinga
(+) normal/ tuli saraf
(-) tuli konduktif
Weber : di garis tengah kepala
Lateralisasi ke telinga yg sakit telinga tsb tuli
konduktif
Lateralisasi ke telinga sehat telinga yg
mengalami sakit tuli saraf

Swabach : membandingkan si pasien dg pemeriksa


Pasien dengar, pemeriksa tidak dengar pasien
memanjang/(-) pasien tuli konduktif
Pasien tidak dengar, pemeriksa masih dengar
pasien memendek (+) tuli saraf

Sumber: Buku THT FKUI ed 6

92. E. Pasang tampon Belloq 72 jam


Keywords: mimisan sejak 30 menit, riwayat HT
epistaksis posterior
Dx: Epistaksis posterior
Perdarahan yg hebat dan jarang dapat berhenti
sendiri. Sering ditemukan pd pasien HT,
arteriosklerosis krn pecahnya arteri sfenopalatina.

Thx/: Tampon Belloq dipasang 2-3 hari


Bila masih terjadi perdarahan dapat ditambah
tampon anterior ke dalam kavum nasi
metode kauterisasi atau ligasi a.sfenopalatina
dengan panduan endoskopi

Sumber: Buku THT FKUI ed 6

Sumber: TO1 no 184 bahasan Epistaksis

EPISTAKSIS

EPISTAKSIS ANTERIOR
UMUMNYA BERDARAH-BERHENTI
SPONTAN
UNILATERAL
PEMBULUH: PLEXUS KIESSELBACH
ATAU A.ETMOIDALIS ANTERIOR
PENCETUS: PANAS, UDARA DINGIN
DAN KERING, MENGOREK-NGOREK
HIDUNG
TATALAKSANA: TEKAN, BILA PERLU
TAMPON ANTERIOR

EPISTAKSIS POSTERIOR
PERDARAHAN SERING BILATERAL
SAMPAI TERLIHAT DI FARING
PREDISPOSISI PADA ORANG TUA
PENCETUS = EPISTAKSIS ANTERIOR +
ASPIRIN JANGKA LAMA, LEUKEMIA
PEMBULUH: A. ETMOIDALIS
POSTERIOR, A. SFENOPALATINA
TATALAKSANA: PASANG TAMPON
BELLOCQ 72 JAM. INDIKASI RAWAT !!

93. Arteri sfenopalatina dan


etmoidalis posterior
Keyword : Keywords: mimisan sejak 30 menit,
riwayat HT epistaksis posterior
Dx: Epistaksis posterior

Arteri yg terkena : a. Sphenopalatina & a.


Etmoidalis posterior
Thx/: Tampon Belloq 72 jam

Sumber: Buku THT FKUI ed 6

94. A. Polip Nasi


Keywords: Massa mengkilap di meatus nasi media
Dx: Polip Nasi
Keluhan: hidung tersumbat ringan s/d berat, rinore
jernih s/d purulen, hiposmia/anosmia. Bila disertai
post nasal drip + rinore purulen artinya infeksi
sekunder

Sumber: Buku THT FKUI ed 6

Tata Laksana
Steroid oral : prednison 30-60mg
Steroid topikal
Bila pasien anak dengan multiple benign nasal
polyposis atau terdapat rhinosinusitis
berulangPembedahan: simple polypectomy,
endoscopic sinus surgery

Sumber: TO3 no 63

95. OMA stadium supurasi


Keywords: nyeri pd telinga kanan, membran
timpani bulging
Dx: OMA stadium supurasi
Thx: Miringotomi/Timpanocentesis

Sumber: Buku THT FKUI ed 6

Stadium OMA
Stadium Oklusi tube Eustachius: rektraksi membran
timpani. Thx: Tetes hidung HCl efedrin 0,5% dlm
larutan fisiologik (anak < 12 thn); HCl efedrin 1%
(dewasa or anak >12 thn)
Stadium Hiperemis/pre-supurasi : pembuluhdarah
melebar di membran timpani atau seluruh membran
timpani tampak hiperemis & edem. Thx:
Ampisilin/amoksisilin/ eritromisin selama 7 hari
Stadium Rupurasi : edem hebat pd mukosa telinga
tengah & hancurnya sel epitel superfisial, terbentuk
eksudat purulen di kavum timpani menyebabkan
buldging.
Sumber: Buku THT FKUI ed 6

Stadium perforasi : terlambatnya pemberian


antibiotika atau virulensi kuman yg tinggi shg
membran timpani ruptur & nanah dapat keluar.
Thx: cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari +
antibiotik adekuat
Stadium resolusi : bila membran timpani tetap
utuh maka keadaan membran timpani perlahan
akan normal kembali.Thx: bila masih terdapat
sekret, antibiotik dilanjutkan sampai 3 mg, bila
masih ada sekret pikirkan mastoiditis
Sumber: Buku THT FKUI ed 6

96. E. Tonsilitis Kronis eksaserbasi


akut
Keywords: demam 4 hari, faring hiperemis, kripta
melebar, detritus
Dx: tonsilitis kronis eksaserbasi akut
Terdapat gambaran kronis (kripta melebar dengan
detritus +, namun saat ini terdapat demam dan
hiperemia faring dan tonsil yang merupakan tanda
akut)

Tonsilitis
Akut viral&bakteri. Kripta tidak melebar, detritus
(+/-). Thx: penisilin, eritromisin
Membranosa c/ difteri
Kronik permukaan tonsil tdk rata, kripta melebar.
Thx: terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dg
berkumur/obat hisap; tonsilektomi

Sumber: Buku THT FKUI ed 6

97. E. Timpanometri
Keyword: anak usia 4 tahun, keluar cairan jika
pilek
Dx: dipikirkan OMSK sudah terjadi perforasi
membran timpani
Untuk menunjang dx dilakukan timpanometri
Tes yg lain kurang menunjang, sebab ditujukan
untuk menentukan derajat tuli/menentukan tuli
sensoris atau konduktif

Tes BERA (Brainsteem Evoked Response


Audiometry)
Menilai fungsi pendengaran bayi atau anak yang tidak
kooperatif, yang tidak dapat diperiksa dengan cara
konvensional
Tes ini tidak dipilih untuk anak ini meskipun
usia 4 tahun karena tes BERA menentukan
fungsi sensoris dari telinga

Sumber: TO3(44) & THT FKUI ed 6

98. A. Faringitis akut


Keyword: batuk pilek 5 hari, demam (+), faring
& uvula hiperemis, tonsil T0-T0
Dx: Faringitis akut (viral)
Thx: istirahat & minum cukup, kumur air hangat,
analgetika jika perlu + tablet hisap.
Antivirus metisoprinol (isoprenosine) diberikan
bila suspek virusnya HSV-1. dari PF terdapat
eksudat, limfadenopati akut di leher, pasien
tampak lemat

Faringitis akut (bakterial)


PF: tonsil membesar, faring & tonsil hiperemis,
terdapat eksudat di permukaannya. Kelenjar limfa
leher anterior dpt membesar
Thx: antibiotik (Penicillin G Benzatin) 50.000
IU/kgBB IM dosis tunggal atau amoksisilin
50mg/kgBB dibagi 3 kali/hari selama 10 hari

99. Miringotomi
Keywords: nyeri telinga kanan 3 hari, membran
tipani menonjol ke lateral, kadang tampak pulsasi.
Dx: OMA stadium supurasi
Thx: keluarkan cairan untuk kurangi tekanan dg
tujuan mencegah rupturnya membran timpani
Miringotomi

Mengapa tidak dipilih tube?


berikut indikasi pemasangan tube
Indications: Tympanostomy Tube Refractory Otitis
Media
Recurrent Otitis Media
Three or more episodes in 6 months or
Four or more episodes in 1 year
Failed drug prophylaxis or drug allergy

Persistent serous otitis and Hearing Loss >25


decibels

Sumber: www.fpnotebook.com

100. C. IgE
Keywords: bersin saat menyapu lantai, hilang
timbul, riwayat asma pd ibu pasien.
Dx: Rhinitis Alergi
Pemeriksaan penunjang : hitung eosinofil atau
IgE
Thx: hindari faktor pencetus (dlm hal ini alergen
inhalan (debu))
Antihistamin H-1

IgE
IgE total: kurang spesifik, kadang nilainya normal
kecuali bila pasien memiliki lebih dr 1 macap alergi;
misal rhinitis alergi + asma bronkial
IgE spesifik dengan RAST (Radio Immuno Sorbent
Test) atau ELISA lebih bermakna

Sumber: Buku THT FKUI ed 6

101. A. Ascaris lumbricoides


Keywords: Anak 6 thn, makin kurus, berat badan tidak naik, sering main tidak menggunakan
sandal, mata cekung, batuk, pernah keluar cacing dari mulut sepanjang 10 cm
Ascaris lumbricoides dewasa betina berukuran 20 - 35 cm; jantan dewasa 10 - 30 cm.
1 2 minggu awal setelah terinfeksi, cacing akan bermigrasi ke paru yang memiliki manifestasi
klinis gejala batuk, sesak napas, atau nyeri dada jika berlanjut dapat menjadi Loeffler
Syndrome (transient eosinophilia, transient lung infiltrates).
Tatalaksana: Albendazole 400 mg single dose / Mebendazole 500 mg single dose

SUMBER: Emedicine

102. B. Trichuris trichiura


Keywords: Anak 5 tahun, sering lelah, kurus, berat badan tidak naik, telur cacing berbentuk
tong dengan ada dua kutub di ujungnya
Telur Trichuris berbentuk seperti tempayan dengan dua kutub di ujungnya
Tatalaksana: Albendazole
Telur Ancylostoma & Necator telur berdinding tipis Tatalaksana: Albendazole
Telur Ascaris telur berdinding 3 lapis (albuminoid, hyaline, viteline) Tatalaksana:
Albendazole
Telur Schistosoma telur memiliki terminal spine (berujung lancip) Tatalaksana:
Praziquantel
Telur Oxyuris telur asimetris berdinding pipih di satu sisi Tatalaksana: Albendazole,
Mebendazole

Ascaris
Lumbricoides

Trichuris
trichiura

Oxyuris
vermicularis

Schistosoma

Hookworms
(Ancylostoma &
Necator)

103. E. Oxyuris vermicularis


104. B. Albendazole

Keywords: Diare, gatal pada anus, mules, nafsu makan menurun, ditemukan telur berdinding
pipih.
Telur Oxyuris vermicularis telur asimetris berdinding pipih di satu sisi
Manifestasi klinis: Gatal di area anus (terutama pada malam hari atau pagi hari), sulit tidur,
abdominal discomfort, penurunan nafsu makan.
Tatalaksana:

Albendazole 400mg single dose, diulang dalam 2 minggu

Pyrantel pamoate 11mg/kg BB 2 x 2 minggu

Mebendazole 2 x 100mg, diberikan selama 3 hari

105. A. Wuchereria bancrofti


Keywords: laki-laki, konjungtiva anemis, tungkai
bawah edema, skrotum bengkak
Manifestasi klinis Lymphatic filariasis

Demam
Limfadenopati axilla atau inguinal
Nyeri testis atau inguinal
Skin exfoliation
Inflamasi dan limfedema berulang dapat menyebabkan
kerusakan limfatik, pembengkakan dan elephantiasis
lengan, tungkai, skrotum, vulva, dan payudara

106. B. Memberi sulfas ferrosus


dan vit C
Keywords: Wanita 26 thn, G2P1A0, hamil 8 bulan,
pusing & mual, Hb 10 g/dl
WHO menentukan derajat Hb untuk ibu hamil
sebagai berikut:
Trimester 1 : 11 g/dl 14 g/dl
Trimester 2 : 10,5 g/dl 14 g/dl
Trimester 3 : 11 g/dl 14 g/dl

107. B. Masase Uterus


Keywords: Bayi sudah keluar, sudah diinjeksi oksitosin,

plasenta sudah lahir, ada perdarahan banyak dari vagina


Manajemen aktif kala III terdiri dari :
Pemberian oksitosin
Penegangan tali pusat terkendali
Masase fundus uteri

Pada pasien, baru dilakukan pemberian oksitosin dan


penegangan tali pusat terkendali.

Perdarahan Postpartum
Perhatikan 4 T
Tonus Atonia Uteri
Tissue Retensio plasenta

Tear / Trauma Robekan jalan lahir


Trombin Gangguan pembekuan darah

Bila kontraksi uterus kurang baik atonia uteri


penyebab > 90% perdarahan dalam 24 jam pasca persalinan

108. B. Memimpin ibu meneran


Keywords: Hamil G3P2A0, hamil 40 minggu, mulas ingin
melahirkan, 5 jam kemudian ketuban pecah spontan,
pembukaan lengkap, kepala bayi dan rambut nampak
di vulva.
60 Langkah Asuhan Persalinan Normal
11.Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman
sesuai keinginannya.
12.Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13.Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran

109. A. Meflokuin
Keywords: Wanita, usia 28 tahun, hamil 4 bulan,
meminta profilaksis malaria, ke Lombok selama 3
minggu. Area tujuan terdapat Plasmodium
falciparum yg resisten klorokuin

http://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/2014/chapter-3infectious-diseases-related-to-travel/malaria#3938

110. C. Rubella
Keywords: Bayi kecil masa kehamilan, mikrosefal, kornea keruh, patent ductus arteriosus.

Pada bayi (usia 1 hari):


IgG CMV (+), IgM CMV (-)
IgG Toxoplasma (+), IgM Toxoplasma (-)
IgG Rubella (+), IgM Rubella (+)

Pada ibu :
IgG CMV (+), IgM CMV (-)
IgG Toxoplasma (+), IgM Toxoplasma (-)
IgG Rubella (+), IgM Rubella (-)
IgG HSV (+), IgM HSV (-)

Congenital Rubella Syndrome


3 gejala klasik
Sensorineural hearing loss (manifestasi tersering).
Ocular abnormalities : katarak kongenital, glaucoma
infantil, dan pigmentary retinopathy.
Penyakit jantung kongenital, umumnya patent ductus
arteriosus (PDA) dan stenosis arteri pulmonal

Selain 3 gejala klasik, dapat ditemukan pula


manifestasi berikut:

Congenital Rubella Syndrome


dapat juga ditemukan manifestasi klinis sebagai berikut:
Abnormalitas SSP, yang meliputi retardasi mental, gangguan perilaku, hipotonus,
meningoensefalitis, dan mikrosefal
Hepatosplenomegali
Jaundice

Hepatitis
Manifestasi kulit blueberry muffin spot
Lesi tulang
Gangguan endokrin (muncul di kemudian hari, dapat berupa gangguan tiroid, DM)
Gangguan hematologi, misalnya anemia, atau trombositopenik purpura

111. C. Kortikosteroid IM
Keywords: Wanita 28 tahun, G1P0A0 hamil 33
minggu, nyeri perut yang menjalar ke pinggang
belakang, dirasakan setiap 30 menit. VT
pembukaan 1 dan kepala di hodge 1

Preterm Labour & Tocolytic Drugs


Pemberian tokolisis dapat dipertimbangkan pada keadaan preterm
labour tanpa faktor penyulit
Wanita dengan keadaan preterm labour sangat dini, maupun wanita

preterm labour yang sedang dalam proses rujukan ke rumah sakit


sangat dipertimbangkan untuk mendapat obat tokolisis
Nifedipine menjadi drug of choice untuk tokolisis karena dapat menunda

kelahiran sampai dengan 7 hari disbanding obat-obatan lain

Di soal
Hamil masih 33 minggu, kontraksi hebat, nyeri
pinggang, pembukaan 1 terapi awal berikan obat
tokolitik calcium channel blockers, beta-agonists,
prostaglandin synthetase inhibitors, nitric oxide donors
and oxytocin receptor antagonists
Yang ditanya adalah terapi untuk mencegah komplikasi
pada janin pemberian kortikosteroid IM untuk
pemtangan paru (surfaktan, mencegah HMD)
Jadi, pertama memang diberikan nifedipin terlebih
dahulu sebagai agen tokolisis, kemudian diberikan
kortikosteroid IM untuk mencegah komplikasi pada
janin

112. E. Hipertensi Gestasional


Keywords: Wanita 30 tahun, G3P2A0 hamil 28 minggu, TD 150/90 mmHg, edema ekstermitas (-),
proteinuria (-)
Preeklamsia hipertensi gestasional dgn tekanan darah setidaknya 140/90 mmHg, diiringi
proteinuria (+), pada usia kehamilan mulai 20 minggu dan hilang 12 minggu postpartum
Eklamsia preeklamsia + gejala kejang / koma
Hipertensi kronis hipertensi yg dialami sebelum usia kehamilan 20 minggu atau belum
menghilang setelah 12 minggu postpartum
Hipertensi gestasional hipertensi dengan tekanan darah setidaknya 140/90 mmHg, proteinuria
(-)

113. C. Kista Gartner


Keywords: Wanita 60 tahun, benjolan di kemaluan sejak beberapa bulan terakhir, benjolan
keluar dari liang senggama. Awalnya benjolan dapat masuk sendiri.
Hemoroid di anus
Myoma geburt leiomyoma submucosal yang keluar ke kavum uteri, dan turun ke cervix,
seperti dilahirkan pada wanita usia produktif
Kista Bartholin pada wanita usia produktif
Kista Gartner berasal dari mesonephric duct, yg umumnya menghilang setelah melahirkan.
Jika menetap, bisa terisi cairan, membentuk kista

114. C. Abortus imminens


Keywords: Wanita 30 tahun G2P1A0, hamil 12 minggu, perdarahan melalui jalan lahir, OUE
tertutup, tidak teraba jaringan, Plano test (+)
Abortus imminens perdarahan minimal, nyeri minimal, cervix tertutup, jaringan (-)
Abortus insipiens perdarahan banyak, nyeri hebat, cervix terbuka, jaringan (-)
Abortus inkomplit perdarahan banyak, nyeri perut sedang sampai hebat, cervix terbuka,
jaringan (+)
Abortus komplit perdarahan berkurang, nyeri hilang, cervix tertutup, jaringan (+)

115. E. Endometritis
Keywords: Keluar cairan dari kemaluan yang berbau, delapan hari yang lalu baru melahirkan, anak
lahir normal, BBL 3000 gram, TD 110/70 mmHg, HR 110 kali/menit. TFU: pertengahan antara
simfisis dengan pusat, ditemukan lochia yang berbau
Lochia adalah cairan yg keluar dari vagina setelah melahirkan, yang terdiri atas darah, mucus, dan
jaringan uterus
Subinvolusi uterus merupakan sebuah keadaan uterus yg tidak kembali ke ukuran normal setelah
melahirkan, umumnya disebabkan oleh infeksi (endometritis) atau perdarahan post partum yg
terlambat karena sisa plasenta.

Weydert JA, Banda JA. Subinvolution of the placental site as an anatomic cause of postpartum uterine
bleeding: a review. Arch Pathol Lab Med. 2006 Oct;130(10):1538-42.

116. B. Menghindari makanan yg dimasak setengah matang

Cara penularan TORCH:


1.

Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung

oosista)
2.

Makan makanan yang tercemar oosista dari feses (kotoran) kucing yang menderita TORCH.

3.

Transfusi darah (trofozoid), transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid, sista),
kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh atau tanpa

sengaja masuk melalui luka (Remington dan McLeod 1981, dan Levine 1987).
4.

Hubungan seksual

Cara penularan TORCH (cont)


5.

Penularan secara vertikal dari ibu hamil ke janin melalui plasenta

6.

Air Susu Ibu (ASI) dari ibu yang menderita TORCH

7.

Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit

8.

Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia,


antara lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar
yang dicuci kurang bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu,
mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga
kemungkinan terkontaminasi oosista lebih besar.

117. D. Atonia Uteri


Keywords: Pasien baru melahirkan 4 jam yang lalu, namun
hingga kini mengalami perdarahan. Uterus tidak
berkontraksi dan lemah. Sisa plasenta dan kotiledon
lengkap.
Uterus tidak berkontraksi dan lemah tanda atonia uteri
Sisa plasenta dan kotiledon lengkap bukan retensio

plasenta

118. C. Pemberian Oksitosin


Setelah bayi lahir, maka dilakukan manajemen aktif
kala III
Manajemen aktif kala III terdiri dari :
Pemberian oksitosin
Penegangan tali pusat terkendali
Masase fundus uteri

119. E. Hipertensi Kronik


Keywords: Hamil 36 minggu, TD 150/90 mmHg.
Sebelum hamil, sudah mempunyai riwayat darah
tinggi.

Hipertensi kronik hipertensi yg terjadi pada usia


kehamilan di bawah 20 minggu atau menetap setelah
12 minggu, atau pada pasien yang memang telah
mengidap hipertensi sejak lama

120. B. Kala I Fase Aktif

Kala I : proses membukanya serviks

Fase laten : bukaan < 4 cm (selama 8 jam)

Fase aktif : bukaan 4-10 cm (lengkap) selama kira-kira 6 jam (1 cm/jam)

Kala II: proses melahirkan bayi

Dimulai sejak bukaan serviks lengkap hingga lahirnya bayi

Batas waktu 60 menit pada nullipara dan 30 menit pada multipara

Kala III: proses melahirkan plasenta

Dimulai sejak lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta

Batas waktu 30 menit

Kala IV: pemantauan keadaan ibu (tanda-tanda vital)

Dimulai sejak lahirnya plasenta sampai 2 jam setelahnya

121. C. Abortus Inkomplit


Keywords: Hamil 12 minggu, nyeri perut, perdarahan yang banyak, keluar
gumpalan jaringan. Ostium uteri terbuka, sebagian jaringan yang tertinggal

Abortus imminens perdarahan minimal, nyeri minimal, cervix tertutup,


jaringan (-)
Abortus insipiens perdarahan banyak, nyeri hebat, cervix terbuka, jaringan (-)

Abortus inkomplit perdarahan banyak, nyeri perut sedang sampai hebat,


cervix terbuka, jaringan (+)
Abortus komplit perdarahan berkurang, nyeri hilang, cervix tertutup, jaringan
(+)

122. C. Antibiotik
Keywords: G1P0 hamil 36 minggu, perut kenceng-kenceng dan air ketuban
pecah. VT belum ada pembukaan, serviks kaku, kepala S3
Pada pasien Ketuban Pecah Dini, perlu dilakukan observasi terhadap
kemungkinan infeksi intrauterine (ibu demam, janin takikardi, leukositosis).
Sebuah penelitian meta-analisis pada 6000 pasien KPD, menunjukkan bahwa
pemberian antibiotic mengurangi risiko terjadinya infeksi intrauterine
Selain itu, perlu dilakukan pematangan serviks dengan pemberian misoprostol
http://www.rcog.org.uk/womens-health/clinical-guidance/preterm-prelabour-rupture-membranes-green-top-44

123. A. Amniotomi
60 Langkah Asuhan Persalinan Normal
6. Membersihkan vulva dan perineum
7. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan
sudah lengkap, lakukan amniotomi.

8. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara


mencelupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).

124. C. Observasi 4 jam


Keywords: G3P2, hamil 39 minggu, perut kenceng-kenceng. His 2-3
kali/10 menit, tiap his 30-45 detik. Pembukaan 5 cm. Ketuban sudah
pecah. DJJ 144 kali/menit.
Fase kala 1 persalinan
fase laten

dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4 cm


kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik
tidak terlalu mulas

fase aktif

kontraksi di atas 3 kali dalam 10 menit


lama kontraksi 40 detik atau lebih dan mulas
pembukaan dari 4 cm sampai lengkap(10cm)
terdapat penurunan bagian terbawah janin

Pada pasien terlihat his masih adekuat, jadi yang harus dilakukan
selanjutnya adalah observasi

125. D. Preeklamsia Berat


Keywords: G1P0A0 hamil 36 minggu, kedua kaki
bengkak, tidak ada nyeri kepala, mual, muntah dan
pandangan kabur, TD 170/110 mmHg, proteinuria
+2
Preeklamsia hipertensi gestasional dgn tekanan
darah setidaknya 140/90 mmHg, diiringi proteinuria
(+), pada usia kehamilan mulai 20 minggu dan
hilang 12 minggu postpartum
Preeklamsia berat Jika pasien mengalami
preeklamsia dengan TD>160/110 mmHg, diiringi
proteinuria>+2

126 B
Keywords: kesadaran menurun, tekanan darah
60/palpasi, nadi 120x/menit, napas 32x/menit,
Akral teraba dingin, berkeringat, pucat

Tanda-tanda klinis tersebut menunjukkan


perdarahan kelas 3 (lihat halaman selanjutnya)

127. C
Keywords: jatuh, pasien
menahan tubuhnya
dengan sikunya dalam
posisi fleksi
Nervus ulnaris berjalan
medial arteri brakhialis di
bagian atas lengan atas
epicondylus medial

Lesi syaraf dan deformitasnya


DR CUMA:
Drop=Radial nerve
Claw=Ulnar nerve
Median nerve=Apostole hand

128. A
Keywords: laki-laki 6 tahun, benjolan pada ujung
penis, preputium penis melingkar dibawah glans
penis dan tidak dapat dikembalikan, glans penis
bengkak, dan edema. Komplikasi?
Kulit prepusium menjepit glans penis
Parafimosis
Tatalaksana sirkumsisi

Parafimosis

Kegawatan urologi lakukan tatalaksana segera


Glans penis terjepit iskemia nekrosis

129. B
Keywords: pergelangan tangan kanan bengkak dan
nyeri, nyeri bila pergelangan tangan dan jari-jari
digerakkan

Pemeriksaan radiologi foto polos wrist


AP, Lateral, Oblique
Bila ada kecurigaan fraktur atau cedera ligamen namun
tidak ditemukan kelainan pada foto polos lakukan
MRI

130. C
Keywords: bayi baru lahir, sesak napas dan tampak biru, air ketuban
ibu terlalu banyak ditemukan bising usus di area toraks, tampak
gambaran dekstrokardia, serta gambaran serupa organ abdomen
dirongga toraks
Hernia diafragma kongenital usus masuk ke rongga toraks
(biasanya lewat foramen Bochdalek) penekanan paru sesak

Bila neonatus tampak biru & sesak meskipun sudah diberikan terapi
oksigen, ada 3 kemungkinan yang harus dipertimbangkan:
Pneumothorax (karena tekanan O2 yang diberikan terlalu tinggi)
Penyakit Jantung Bawaan
Hernia diafragma kongenital

Hernia Diafragmatika
usus masuk ke rongga dada

Atresia
Duodenum
Double bubble
sign

Atresia esofagus NGT


mentok atau terlipat di esofagus

Atresia Ani Knee Chest position

Atresia ani letak tinggi? Letak rendah?


Lakukan foto knee chest position Lihat udara paling
distal

131. B
Keywords: wanita 60 th, susah BAB dan tidak bisa
kentut, muntah-muntah hijau kecoklatan, perut
kembung, susah BAB dan suka berdarah, abdomen
distended +, defense muscular +
Trias obstruksi tidak BAB, muntah, perut
kembung
Defans muskular abdomen akut?
Pemeriksaan radiologi yang harus disegerakan?

Pemeriksaan yang dianjurkan


Current Surgical Diagnosis and Treatment 12th ed
Type of Test

Immediate

Blood

Same Day
(on indication)
Hematocrit, white blood cell count, Clotting studies, amylase, liver
urea, creatinine, crossmatching,
function tests.
arterial gases.

Next Day
(on indication)
Specific tests.

Urine

Microscopy, dipstick testing, culture.

Specific tests.

Stool

Occult blood.

Radiography and ultrasound Chest, abdomen.

Endoscopy

Other

Warm smear, culture.


Ultrasonography or CT scan,
Repeat abdominal films;
angiography, water-soluble upper barium enema or small
gastrointestinal series, HIDA scan bowel follow-through,
intravenous urogram, and
PTC); liver-spleen, gallium,
and technetium scans.
Proctosigmoidoscopy, upper
ERCP, colonoscopy,
endoscopy.
laparoscopy.
Paracentesis, culdocentesis.

Foto polos abdomen 3 posisi


Terdiri dari:
AP supine
AP erect
Left Lateral Decubitus

Untuk evaluasi awal radiologis kasus abdomen akut

132. B
Keywords: Laki-laki, 36 tahun, kuning sejak 3 hari lalu,
lemah, demam (+), mual dan muntah (+), sklera dan
kulit tampak ikterik, nyeri pada perut sebelah kanan,
pasien diketahui mengonsumsi obat golongan fibrat
namun pasien tidak rutin
Right upper quadrant pain, jaundice, fever Charcot
triad, khas pada kolangitis

Kolangitis? Koledokolitiasis? Kolesistitis?


Kolelitiasis

Koledokolitiasis

Kolesistitis

Kolangitis

Nyeri kolik

+/-

+/-

Nyeri tekan/
Murphys sign

Demam

+ (low-grade)

+ (high-grade)

Ikterus

Kolangitis adalah komplikasi dari koledokolitiasis

Patofisiologi: sumbatan duktus empedu menyebabkan infeksi bakteri asenden


Gejala:
Charcots triad: demam, nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas, dan jaundice
Reynolds pentad: demam, jaundice, nyeri kuadran kanan atas, syok septik, dan perubahan
status mental

PF: temuan PF abdomen tidak bisa dibedakan dengan kolesistitis


Tatalaksana: dekompresi dan drainase sistem bilier via endoskopi, Percutaneus
transhepatic biliary drainage (PTBD), antibiotic, koreksi elektrolit

133. C
Keywords: laki-laki 25 tahun, BAB berdarah sejak 1
tahun yang lalu, darah menetes pada akhir BAB dan
tidak bercampur dengan feses, bibir dan lidah
pucat, sfingter ani terjepit, mukosa licin, ampula
kosong, teraba massa lunak, handscoen : darah +
Diagnosis: hemoroid interna

Pilihan lain
Fistula ani fistula (semacam terowongan) yang terbentuk
karena infeksi di anal canal yang menginvasi jaringan di bawahnya
dan menembus sampai ke kulit di kulit tampak ada lubang
Hemoroid eksterna masa berisi pelebaran pembuluh darah di
plexus hemoroidalis yang dibungkus oleh kulit benjolannya
kulit bukan mukosa
Polip ani bertangkai, lebih umum ditemukan pada anak
Karsinoma rekti lebih umum ditemukan pada orang tua,
biasanya disertai gejala seperti penurunan berat badan dan
perubahan pola defekasi

Algoritma tatalaksana hemoroid

Lowry SF, Eisenstat TE. Perianal complaints. In: Lowry SF, Ciocca RG, Rettie CS. Learning surgery: the clerkship manual. New York: Springer; 2005. p. 468-78.

134. B
Keywords: laki-laki 25 th, nyeri seluruh perut, riwayat
minum aspirin secara rutin, TD 80/50, nadi 120x/menit,
pernafasan 32x/menit, suhu 38.20C, pada foto polos
toraks tampak udara bebas di bawah diafragma

Takikardia, takipnea, hipotensi, febris sepsis


Peritonitis?

Riwayat minum aspirin + udara bebas di bawah


diafragma perforasi ulkus peptikum?

Peritonitis Primer vs Sekunder


Peritonitis primer
Diagnosis ditegakkan bila terdapat tanda dan gejala
peritonitis yang jelas tanpa sumber/penyebab inflamasi
peritoneum yang jelas
Jarang, < 1%

Peritonitis sekunder
Disebabkan oleh suatu proses yang mengiritasi dan
menyebabkan inflamasi peritoneum

Tatalaksana stabilisasi tanda vital, pembedahan

135. B
Keywords: luka terbuka terkena pecahan kaca,
sadar penuh namun perdarahan masih aktif, TD
130/70, nadi 108x/menit, pernafasan 24x/menit,
suhu 36,80C

Prinsip ATLS ABCDE


Langsung lakukan resusitasi bila ditemukan instabilitas
tanda vital

Tanda vital stabil kontrol perdarahan dengan


menekan luka

ATLS sequence
Airway & cervical spine control
Amankan & bersihkan jalan nafas
Imobilisasi vertebra servikal

Breathing
Look, listen & feel
Waspadai tanda tension pneumothorax

Circulation & hemorrhage control


Pasang large bore IV line
kontrol perdarahan eksternal dengan penekanan pada luka (ATLS = Aku Tekan Luka Selalu)

Disability
GCS
Mini neurologic examination

Exposure & environment control


Buka pakaian pasien untuk melihat perlukaan yang mungkin tertutup oleh pakaian
Lakukan log roll untuk mengekspos bagian posterior tubuh pasien

136. B
Keywords: Pasien jatuh dari gedung tinggi, tekanan
darah 80 per palpasi, nadi 132x/menit, diberikan
bolus normal saline 20cc/kgBB, tekanan darah
tetap 80 per palpasi, nadi 136x/menit
Shock hemoragik? neurologik?
Hemoragik perdarahan (kemungkinan perdarahan
organ dalam) intravascular volume loss hipotensi
Neurologik trauma vertebra loss of sympathetic
tone hipotensi

Fluid challenge

Menurut ATLS, bila


pasien tidak merespon
dengan fluid challenge,
lakukan pemberian
cairan tambahan karena
kemungkinan
perdarahan organ dalam
belum disingkirkan dan
volume yang diganti
mungkin belum cukup

137. B
Keywords: anak 10 tahun, benjolan di pangkal
paha, ketika dokter memasukkan jari dari skrotum
ke arah kanalis inguinalis, benjolan tersebut
menyentuh ujung jari
Benjolan turun lewat kanalis inguinalis
Pada anak disebabkan karena procesus vagnialis gagal
menutup secara sempurna
Hernia inguinalis indirek

Jalur turunnya beragam hernia


Hernia inguinalis direk
lewat Hesselbach triangle

Hernia inguinalis indirek


lewat kanalis inguinalis

Hernia femoralis
lewat kanalis femoralis

Pilihan Lain...
Hernia skrotalis usus yang turun sudah sampai di
skrotum
Hernia femoralis usus turun dari kanalis
femoralis
Hernia abdominalis disebut juga ventral hernia,
usus menonjol dari dinding perut karena
kelemahan dinding perut

Tatalaksana

Chandler JJ. Groin hernia and masses, and abdominal hernias. In: Lowry SF, Ciocca RG, Rettie CS. Learning surgery: the clerkship manual. New York: Springer; 2005. p. 479-98.

138. C
Keywords: Seorang pria berusia 18 tahun mengeluh
nyeri mendadak di daerah skrotum. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan testis kiri membesar,
tampak merah, terletak lebih tinggi dari kanan,
posisi mendatar. Dari USG didapatlan testis dengan
kaput epididimis serta korda spermatika membesar
dengan koleksi cairan sekitar testis

Torsio testis

Torsio Testis
Sebenarnya yang terpuntir bukan testisnya, tapi spermatic cord-nya

Nyeri bisa bersifat akut, bisa juga gradual


Tanda khas (Campbell-Walsh Urology 9th ed)

Refleks kremaster menghilang


Spermatic cord terpuntir spermatic cord memendek testis tertarik ke
atas High riding testis (testis yang terkena terletak lebih tinggi)
Testis yang sakit bisa tampak mendatar
Beberapa jam setelah awitan dapat muncul hidrokel akut atau edema skrotum

Bila ragu, segera kerjakan ultrasound skrotum

Algoritma Nyeri Testis Akut

139. B
Keywords: anak 7 tahun, korban kebakaran, kulit
pucat, tampak beberapa bula dan ada juga bula
yang sudah pecah, anak kesakitan
Derajat luka bakar?
Bula khas untuk luka bakar derajat II
Derajat IIA nyeri menonjol
Derajat IIB nyeri mulai menghilang
Derajat III nyeri (-)

Klasifikasi luka bakar


Klasifikasi
I
II
Dangkal

II
Dalam

III

Jaringan yang
rusak
Epidermis

Klinis

Respon Nyeri

Waktu Sembuh

Hasil

- Sakit
Hiperalgesi
- Merah
- Kering
Sakit merah/kuning, Hiperalgesi atau
basah, bula
normal

7 hari

Normal

7 14 hari

Normal, pucat,
berbintik

Hanya kelenjar
keringat yang
utuh

Sakit merah/kuning, Hipoalgesi


basah, bula

14 31 hari

Pucat, depigmentasi, rata,


mengkilat, rambut
(-), cicatrix,
hipertropi

Dermis
seluruhnya

Tidak sakit, putih,


Analgesi
coklat, hitam, kering

21 hari
persekundam

Cicatrix,
hipertropi

Sebagian
dermis, folikel,
rambut dan
kelenjar keringat
utuh

Moenadjat Y. Luka Bakar, Penatalaksanan Awal dan Penatalaksanaannya. Ramlim, Umbas R, Panigoro SS, Kedaruratan Non-Bedah dan Bedah.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2000 : 62-70.

140. A
Keywords: Bayi berusia 30 hari, muntah
menyemprot setiap kali disusui, dialami sejak lahir,
anak kuat menyusu, namun setiap disusui selalu
muntah dan diikuti dengan BAB sedikit, perut anak
nampak cekung, dari pemeriksaan radiologi
dijumpai gambaran string-umbrella-shoulder
String-umbrella-shoulder sign khas untuk
hypertrophic pyloric stenosis

Gambaran radiologi khas HPS

Umbrella
sign

Pilihan lain...
Obstruksi esophagus NGT mentok atau terlipat di
esofagus
Obstruksi duodenum double bubble sign
Intususepsi doughnut sign pada USG
Penyakit hirschprung pada pemeriksaan barium
enema tampak diameter rektum yang kecil, zona
transisi, dan kolon sigmoid yang membesar

141. A
Keywords: Wanita 43 tahun, tidak bisa
menggerakkan tangan kanan, pasien terjatuh
dengan menopang pada telapak tangan

Mekanisme khas colles fracture


Fraktur distal radius dengan angulasi dorsal
dinner fork deformity

Mechanism of Injury:
Smith vs Colles

142. A
Keywords: korban kecelakaan, kaki abduksi, rotasi
eksterna
Gambaran khas untuk dislokasi sendi panggul ke
anterior

Pola dan arah dislokasi sendi


panggul
Direction of the hip

Disorder

Flexion, adduction, internal


rotation
Partial flexion, less adduction,
internal rotation
Abduction + extension

Pure posterior dislocation


Posterior fracture dislocation
Anterior dislocation

Tornetta P. Hip dislocations and fractures of the femoral head. in: Bucholz RW,
Heckman JD, Court-Brown CM, editors. Rockwood & Green's Fractures in Adults. 6th
ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins. 2006. p. 1715-52.

Tatalaksana dislokasi hip anterior

Allis Maneuver

143. A
Keywords: perempuan berumur 25 tahun datang
dengan keluhan perut kanan bawah yang
bertambah berat bila pasien batuk. Tekanan darah
90/60, nadi 80x/menit, RR 20x/menit, 36oC. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri lepas di regio
abdomen kiri
Penekanan abdomen kiri usus di sisi kiri
terdorong ke kanan (ke arah apendiks) apendiks
yang meradang bergoyang nyeri (ROVSING SIGN)

Tanda apendisitis
pada pemeriksaan jasmani

A. Nyeri tekan titik McBurney; B. Rovsing sign; C. Psoas sign; D. Obturator sign

Pilihan lain...
Curvoiser sign kantong empedu teraba membesar
pada pasien dengan ikterus obstruktif yang disebabkan
oleh tumor traktus biliaris atau kaput pankreas
Turtle sign tanda distosia bahu pada saat persalinan
(kepala bayi keluar-masuk karena bahu nyangkut)
Puddle sign tanda asites, diperiksa dengan
mengetok dinding perut dan mendengarkan rambatan
suara lewat stetoskop yang ditempelkan di posisi
terbawah perut saat pasien dalam posisi menungging

144. A
Keywords: laki-laki datang ke IGD, dengan tandatanda fraktur tulang-tulang wajah
Apakah pemeriksaan yang pertama kali dilakukan?
Foto polos kepala

Permasalahan kepala-leher dan


pemeriksaan radiologis awal

Suspected Face and Neck Problem


Unilateral proptosis, periorbital swelling or mass
Facial fracture
Mandibular fracture
Carotid bruit
Epiglottitis
Foreign body
Retropharyngeal abscess
Lymphadenopathy fixed, nontender (or no
decrease in size over 4 wk)
Hyperthyroidism
Suspected goiter or ectopic thyroid
Thyroid nodule (palpable)
Known thyroid cancer (postoperative)
Exclude recurrent thyroid tumor
Suspected hyperparathyroidism

Initial Imaging Study

CT or MRI
Plain x-ray, CT for complicated cases
Panorex
Duplex ultrasound
Lateral soft tissue x-ray of neck
Plain x-ray if calcified or metallic (fish bones not
visible)
Lateral soft tissue x-ray film; if positive, CT to
determine extent
CT (preferred) or MRI
Serum TSH and free T4 (no imaging needed)
Nuclear medicine thyroid scan
Fine needle aspiration (no imaging needed)
Nuclear medicine whole body radioiodine scan
Serum thyroglobulin
CT or nuclear medicine scan

Mettler FA. Essentials of radiology. 2nd ed. Philadelphia: Saunders; 2005.

Modalitas radiologi
pada kasus kepala-leher
Schaedel foto tulang kepala (skull) dilakukan sebagai
pemeriksaan awal trauma kepala dan wajah
Waters untuk melihat sinus, kurang bisa menilai basis
cranii
CT scan dilakukan pada kasus yang kompleks karena
dapat memberikan gambaran yang lebih detail dari
radiografi konvensional
MRI bila ingin melihat jaringan lunak, misal pada kasus
massa/pembengkakan mata
Mettler FA. Essentials of radiology. 2nd ed. Philadelphia: Saunders; 2005.

145. B
Keywords:pria usia 58 tahun, nyeri pinggang yang
menjalar hingga ke skrotum, kadar asam urat 14 mg/dL,
pada pemeriksaan urin didapatkan kristal asam urat (++)
Gambaran batu asam urat di foto BNO?

Kalsium fosfat
kalsium oxalat
Magnesium amonium fostat
Batu sistin
Batu asam urat

radioopak

radiolusen

Batu kalsium opak (putih)


Batu asam urat lusen (hitam)

146. D
Keywords: Perempuan usia 44 tahun, dengan
keluhan batuk, pilek, dan nyeri sendi, pasien
minum obat pilek yang dibeli sendiri, tekanan darah
140/110, biasanya 110/70
Obat yang menyebabkan naiknya tekanan darah?

Pilihannya...
Parasetamol menghambat COX efek analgesik dan antipiretik; efek
samping liver injury
Dekstometorpan menekan pusat batuk di otak efek antitusif; efek
samping pada dosis tinggi bersifat halusinogen
Gliseril Guaikolat obat batuk ekspektoran; efek samping
nephrolithiasis
Fenilpropanolamin meningkatkan penglepasan epinephrine dan
norepinephrine vasokonstriksi & peningkatan tekanan darah

Ascorbid acid vitamin C, relatif aman

147. D
Keywords: Laki laki 45 tahun, nyeri kepala hebat, pandangan
kabur, mual muntah, pasien hipertensi, penggunaan kaptopril
dan HCT yang tidak teratur, TD 210/150 mmHg
Cara pemberian obat hipertensi yang tepat adalah....
Hipertensi emergensi turunkan tekanan darah secara cepat
butuh obat yang onset of action-nya cepat

Parenteral pemberian obat tanpa melewati saluran cerna,


biasanya dengan cara injeksi
Dalam kasus ini, obat obatan antihipertensi harus diberikan
secara intravena

cara pemberian obat


dan onset of action
Cara pemberian obat

Onset of action

Intravena

30 60 detik

Intraosseus

30 60 detik

Endotrakeal

2 3 menit

Inhalasi

2 3 menit

Sublingual

3 5 menit

Intramuskuler

10 20 menit

Subkutan

15 30 menit

Rektal

5 30 menit

Oral

30 90 menit

Routes for Drug Administration Emergency Treatment Guidelines Appendix. Manitoba Health.
2003. Retrieved April 22, 2014.

148. A
Keywords: anak 6 tahun, mengalami hambatan
pertumbuhan tulang dan gigi, akibat sering
mendapat antibiotika tetrasiklin

Keadaan tersebut terkait dengan farmakokinetik


obat tetrasiklin yaitu...
Distribusi dan penumpukan obat tetrasiklin di
tulang dan gigi

Distribusi tetrasiklin
Penetrasi ke likuorserebrospinal buruk (hanya 1020% kadar dalam serum)
Obat ditimbun di hati, limpa dan sumssum tulang
serta di sentin dan email gigi yang belum bererupsi
Terdapat dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi

149. B
Keywords: ACE-i, batuk kering
substansi yang terlibat dalam mekanisme terjadinya efek
samping ini ialah
Bradikinin

Dihambatnya konversi angiotensin I menjadi angiotensin II


menyebabkan penumpukan bradikinin, karena bradikinin
seharusnya dipecah oleh angiotensin II
bradikinin stimulasi serabut saraf vagal aferen
batuk
Trifilieff A, Da Silva A, Gies JP. Kinins and respiratory tract diseases. Eur Respir J 1993; 6:576-87.

150. D
Keywords: penyekat beta,
dihindari pada pasien asma
dan PPOK, reseptor yang
terlibat dalam terjadinya
serangan akut tersebut
ialah...

Take home message: untuk


pasien gagal jantung
dengan riwayat asma
dan/atau PPOK, pililhlah
beta blocker yang selektif
beta-1

Reseptor

Efek stimulasi reseptor

Alfa-1

vasokonstriksi,
peningkatan tonus
uretra

Alfa-2

Meningkatkan tonus
sphincter saluran cerna

Beta-1

Meningkatkan frekuensi
nadi dan cardiac output

Beta-2

Dilatasi bronkus

151. A. Cluster headache


Keywords:
Nyeri di sekitar mata, satu sisi saja nyeri periorbita
unilateral
Intensitas berat
Gejala lain: mata berair (lakrimasi), hidung tersumbat
(kongesti nasal), pilek (rinore)

PF: injeksi konjungtiva, edema palpebra, kening dan wajah


yang berkeringat (aktivasi simpatis)
Pernah terjadi, berlangsung selama 7 hari episodik

Diagnosis: Cluster Headache


Sumber: Konsensus nasional penanganan nyeri kepala di indonesia

Tatalaksana cluster headache


Tatalaksana :
abortif: oksigen, ergotamin, lidocain nasal,
sumatriptan, indometasin

Profilaksis (preventif)
Metisergid, kortikosteroid, ergotamin,
klorpromazin, verapamil
Sumber: Konsensus nasional penanganan nyeri kepala di indonesia

Cluster headache
= histamine headache nyeri kepala neurovaskular primer
Terjadi selama beberapa periode (beberapa minggu)
Kriteria diagnosis:
Nyeri unilateral, prbita/periorbita/temporal, intensitas berat-sangat berat, durasi
15-180 menit, frekuensi serangan bervariasi

Gejala tambahan (ipsilateral): injeksi konjungtiva, lakrimasi,


kongesti nasal, rinore, berkeringat pada dahi dan wajah, miosis,
ptosis, edema palpebra
Klasifikasi:
Episodik: ada interval cluster free diantara 2 episode (remisi)
Kronik: tidak ada interval cluster free diantara 2 episode (remisi)

Sumber: emedicine bagian cluster headache

Penting !!!
Membedakan tiga tipe nyeri kepala primer :
TTH terikat, tertekan, bilateral, berkaitan dengan stress, disertai
ketegangan otot leher, intensitas ringan-sedang
Migrain berdenyut, biasanya unilateral, disertai mual, muntah,
fotofobia, fonofobia, dapat disertai aura (classic migrain) ataupun
tidak (common migrain), intensitas sedang-berat

Cluster unilateral, periorbita, dapat menjalar ke


temporal/retroorbita, gejala tambahan: lakrimasi, diplopia, rinore,
kongesti nasal, edema palpebra, injeksi konjungtiva
Sumber: Konsensus nasional penanganan nyeri kepala di indonesia

Rangkuman

152. C. Piridostigmin
Keluhan: sulit membuka kelopak mata (ptosis) pada
siang hari setelah beraktivitas, berkurang setelah
beristirahat Diagnosis : Myastenia Gravis
Terapi:
Antikolinesterase (piridostigmine, neostigmine, and edrophonium)
Agen imunosupresan (kortikosteroid, azatioprin, siklosporin,
plasmaferesis, IVIg
Plasmaferesis, timektomi (terutama pada MG yang disertai timoma)

Sumber: emedicine myasthenia gravis

Myasthenia Gravis
1. proses autoimun
2. gangguan pada taut
neuromuskular (neuromuscular
junction)

Sumber: emedicine myasthenia gravis


Gambar: netter

153. A. E3V4M4
Kasus:
Membuka mata menuruti perintah E3
Menjawab pertanyaan dengan bingung, tidak tahu
saat ini berada dimana disorientasi V4
Menarik tangan saat dicubit withdrawal M4

154. C. Autoimun
Keywords:
kelemahan pada keempat ekstremitas, berawal dari kedua
ujung kaki kemudian kedua tangan simetris, dari
kelumpuhan dari ujung (Ascending Paralysis)

Riwayat batuk pilek satu minggu


sebelumnya Riwayat ISPA
Diagnosis: Guillain Barre Syndrome
Patogenesis
Demielinasi serabut saraf perifer akibat proses autoimun
Sumber: emedicine Guillain Barre Syndrome

155. B. Jantung
Keywords:
Pasien suspek stroke hemoragik
Dokter memberikan obat untuk menurunkan TIK
Manitol

Organ yang harus diperhatikan dalam pemberian


manitol adalah jantung, paru, dan ginjal
Prioritas utama pada jantung karena efek samping
gagal jantung akibat proses diuretik osmosis

Manitol secara cepat didistribusikan ke ruangan


ekstraseluler dan mengeluarkan air dari ruang
intraseluler
Efek ini dapat menimbulkan komplikasi gagal jantung
kongestif dan akan menimbulkan edema paru

Manitol meningkatkan tekanan osmotik pada


filtrasi glomerulus dan mencegah tubulus
mereabsorbsi air dan sodium
Efek ini dapat menyebabkan dehidrasi berat dan
hipernatremia

156. A. Polineuropati (DM)


Keywords:
Baal di telapak tangan dan kaki sejak 6 bulan yl
DM 10 tahun tidak terkontrol
Parestesi stock & gloves

polineuropati DM

157. B. Carbamazepin
Keywords:
nyeri pada pipi saat mengunyah maupun terkena
sentuhan
Sebelumnya ia sudah pernah ke dokter gigi, tetapi
dikatakan tidak ada masalah pada gigi maupun
rahangnya

Kasus: Trigeminal Neuralgia


Tatalaksana: Carbamazepin
Sumber: emedicine trigeminal neuralgia

Neuralgia trigeminal
Nama lainnya: tic douloureux
Sindrom nyeri pada wajah yang rekuren dan kronik
Gejala dan tanda: nyeri wajah unilateral, biasanya sisi wajah kanan,
seperti tertusuk,mengikuti distribusi nervus trigeminus (N.V)
biasanya menjalar ke area maksila atau mandibula
Frekuensi serangan bervariasi dari <1x/hari sampai
>10 kali/jam ratusan kali/hari
Pemicu:
Mengunyah, berbicara, tersenyum
Minum minuman dingin/panas
Sikat gigi, bercukur
Terpajan udara dingin

Sumber: emedicine trigeminal neuralgia

158. A. Afasia sensorik

Keywords:
tidak mengerti apa yang disampaikan orang
dapat berbicara lancar meskipun isi pembicaraan tidak memiliki arti
tidak mampu mengulang kata yang diucapkan orang lain

Diagnosis: Afasia Sensorik (wernicke)

Sumber: clinical neurology

Hal yang perlu diketahui untuk


mengklasifikasikan afasia
1. Bicara lancar atau tidak
2. Mengerti pembicaraan atau tidak
3. Bisa mengulang atau tidak

Klasifikasi Afasia

Pilihan lainnya
Bicara lancar tetapi tidak bisa mengerti pembicaraan, mampu
mengulang Afasia transkortikal sensorik
Bicara tidak lancar tetapi bisa mengerti pembicaraan, tidak mampu
mengulang isi pembicaraan Afasia motorik (Broca)
Bicara tidak lancar tetapi bisa mengerti pembicaraan, mampu
mengulang isi pembicaraan Afasia transkortikal motorik
Bicara lancar, bisa mengerti pembicaraan, tetapi mampu mengulang isi
pembicaraan Afasia konduktif
Bicara tidak lancar, tidak bisa mengerti pembicaraan,mampu mengulang
isi pembicaraan Afasia transkortikal campuran

Bicara tidak lancar, tidak bisa mengerti pembicaraan, tidak mampu


mengulang isi pembicaraan Afasia global
Note: warna orange sering keluar

159. B. Hiporefleks
Keywords:
Kelemahan pada keempat ekstremitas
(bilateral; stocking and gloves distribution)
Riwayat ISPA (+)
Mulai dari kedua ujung kaki, terus memberat kedua tangan
Diagnosis: Guillain Barre Syndrome
GBS termasuk lesi Lower Motor Neuron (LMN)

Ciri LMN
- Ada atrofi otot yang dipersarafi
- Refleks fisiologis menurun (hiporefleks)/hilang (arefleks)
- Kelemahan berat

- Fasilkulasi (+)
- Hipotonus
Sumber: emedicine Guillain Barre syndrome

Jaras motorik
Traktur kortikospinal
Lesi UMN (upper motor neuron)
dari korteks sampai medula spinalis

Trauma medula spinalis


stroke
Lesi LMN (serabut saraf motorik
yang keluar dari medula spinalis
sampai NMJ)

GBS
myasthenia gravis
Carpal tunnel syndrome

Sumber: clinical neurology

Perbedaan UMN dan LMN

160.

A. Carpal tunnel syndrome

Keywords:

nyeri pada tangan


harus dikibaskan baru berkurang
Terutama pada malam hari
menjalar ke lengan atasnya
bekerja sebagai juru ketik di kantornya.

Diagnosis : Carpal Tunnel Syndrome


Terapi:
Penggunaan splint pada malam hari (3 minggu)
Medikamentosa: NSAID, injeksi steroid
Terapi lainnya: Yoga
Sumber: emedicine carpal tunnel syndrome

Carpal tunnel syndrome


Kumpulan tanda dan gejala akibat penekanan nervus
medianus dalam terowongan karpal (carpal tunnel)
Gejala umum: kesemutan, kebas, nyeri pada lokasi yang
dipersarafi nervus medianus (terutama pada malam hari)
Gejala lain: kadang pasien
menjatuhkan barang yang
digenggam tanpa terasa, gejala
intermiten.
Gejala malam hari biasanya cukup
spesifik untuk CTS terutama bila
gejala berkurang jika menggerakgerakkan tangan.
Sumber: emedicine carpal tunnel syndrome

Pilihan lain
Polineuropati kerusakan fungsi progresif BEBERAPA
saraf perifer,sering digunakan pada kasus kerusakan
saraf sebagai komplikasi DM (Polineuropati Diabetik)
Rheumatoid artritis sendi yang terlibat >1, ada
gejala kaku sendi > 20 menit di pagi hari
Tarsal tunnel syndrome mirip CTS, hanya terjadi
di kaki (akibat penjepitan nervus tibialis posterior.
Poliradikulopati gangguan di
radiks spinalis, contonya Guillain
barre syndrome

161. D. Neuralgia postherpetik


Keywords:
dada sebelah kiri terasa nyeri, seperti kesetrum
Keluhan ini mulai dirasakan sejak 3 bulan yang lalu,
setelah sembuh dari penyakit kulit di daerah tersebut

Diagnosis: Neuralgia Postherpetik

Virus Varicella Zoster Virus


Kerusakan saraf
postherpetik neuralgia
Tatalaksana:
Anti depresan trisiklik
(amitriptilin)
Anti-konvulsan (gabapentin)
Analgesik (capsaicin topikal)
Kortikosteroid (prednison,
dexamethason)
Antiviral
Sumber: emedicine neuralgia postherpetic

162. A. Toksoplasma gondii


Keywords:

Penderita HIV mengalami kejang dan penurunan


kesadaran
CD 4 < Hasil pemeriksaan CD4 4, Pada CT Scan dijumpai
lesi kistik multipel, dengan tepi yang berbentuk cincin.
Diagnosis: toksoplasmosis HIV
Penyebab: Toksoplasma gondii
Terapi: antitoksoplasmosis (pirimetamin, sulfadiazin)
* Mencegah herniasi (decompresi, kortikosteroid (dapat
memperburuk pengobatan toksoplasma)
Sumber: emedicine cerebral toxoplasmosis HIV

Ring Enhancing lesion

Cryptococcus neoformans
Ada gejala infeksi paru (demam, batuk, nyeri dada)
Bila berlanjut dapat terjadi meningitis
Gambaran CT scan ada massa, non spesifik
Perlu dilakukan CT karena jika ada massa pungsi
lumbal tidak boleh dilakukan

163. E. Status Konvulsivus


Keywords:
Laki-laki, 40 tahun keadaan kejang berulang sejak 1 jam yang
lalu. Saat di UGD pasien masih dalam keadaan kejang, mata
melirik ke atas, kepala menoleh ke kanan, lidah tergigit, ada
busa di mulut, keempat anggota gerak menghentak-hentak.
Di antara kejang, pasien tidak pernah sadar
Diagnosis :Status konvulsivus
Tatalaksana: perhatikan jalan napas, berikan antikejang, atasi
penyebab, perawatan intensif

Sumber: clinical neurology

164. B tes Wartenberg


Keywords:
mata juling sejak 1 minggu terakhir
kesulitan menelan dan berulang setelah aktivitas
membaik setelah istirahat
Diagnosis: Myasthenia gravis
Uji spesifik:
tes wartenberg (pasien diminta menatap suatu benda tanpa
berkedip, pada penderita MG akan terjadi ptosis)

Uji Thompson
uji untuk melihat
apakah terdapat ruptur
tendon achilles

Uji Tinnel
Pengetukan pada lokasi nervus medianus
Dilakukan pada kasus CTS

Mc Murray Test
Gerakan sirkumduksi pasif ntuk melihat apakah terdapat cedera
meniskus pada patella

165. B. Manitol
Laki -laki berusia 65 tahun dibawa ke IGD dalam
keadaan tidak sadar
Sebelumnya pasien mengalami kelemahan pada
tubuh sebelah kiri. Pasien sempat mengeluh nyeri
kepala berat dan muntah menyemprot satu kali
sebelum tidak sadar. Pemeriksaan GCS E2V2M3.
Pada CT scan didapatkan adanya perdarahan
intraserebral luas yang mendesak midline
Diagnosis: Stroke Hemoragik
Sumber: pedoman penatalaksanaan stroke

Pada kasus tanda peningkatan TIK terlihat jelas:


Dari gejala: penurunan kesadaran, nyeri kepala
hebat, muntah memyemprot
Pada CT Scan ada perahanan luas yang mendesak
midline terdapat risiko herniasi
Dapat diberikan manitol untuk mengurangi TIK,
harus hati-hati karena dapat terjadi fenomena
rebound

166. C. Bipolar dengan episode kini manik


dengan gejala psikotik
Keywords:
tidak bisa tidur.
guru SD yang sedang menyusun acara melukis murid seminggu
terakhir namun belum selesai.(stress yang memicu)
Kepala sekolah menyuruh istirahat pasien mengomel, marah,
merasa hanya dia yang bisa menyelesaikan tugas
Psering membeli alat lukis dan memberikan pada murid yang
ditemuinya sambil mengatakan bahwa hasil karya pasienlah
yang terhebat
Riwayat sebelumnya:bersedih selama 2 minggu karena
ditinggalkan suami bertugas k Episode depresi
Diagnosis:Bipolar tipe I (manik +episode depresi)
Terapi: Mood Stabilizer (lithium)

Sumber: PPDGJ

167. A. Asosiasi Longgar


Keywords:
Perempuan 34 tahun mengamuk ingin membunuh
anaknya, anaknya yang berumur 3 tahun dilempar ke
jendela dan keluar rumah tidak memakai baju
Penampilan pasien sesuai umur. Saat pasien
dianamnesis mengapa berpakaian berantakan, pasien
menjawab, "Tidak tahu saya dok kenapa begitu. Dokter
bilang saya jelek? Harga mangga sedang naik - naiknya
dok!", kemudian pasien tertawa cekikian
Gejala: Asosiasi longgar

Ekolalia : pengulangan kata-kata atau frase-frase


seseorang oleh seseorang lain secara
psikopatologis.(latah)
Asosiasi longgar : penyimpangan yang mendadak
dalam urutan pikiran tanpa penghambatan.
Flight of ideas : verbalisasi atau permainan kata-kata
yang cepat yang menghasilkan pergeseran terus
menerus dari satu ide ke ide lain
Agolia: tidak ditemukan
0 Pada kasus pasien tidak memiliki banyak ide, ide

terbatas, tetapi ada Penyimpangan mendadak antara


kalimat-kalimat yang diucapkan
Sumber: naskah psikopatologi dept. psikologi FKUI

168. E. Episode depresi berat dengan


gejala psikotik
Keywords:
Perempuan 27 tahun mengeluh sering mendengar tangisan bayi
setiap waktu. Keluhan ini dialami sejak bayinya meninggal dalam
persalinan 1 bulan lalu.
Menurut suaminya, pasien saat ini menjadi sangat kurus karena
tidak mau makan, tidak mau merawat diri, selalu murung.
Pasien merasa bayinya meninggal karena kesalahannya dan ia
bertanggung jawab atas semua ini. Pasien pun memiliki
keinginan untuk bunuh diri.
Diagnosis: Episode depresi berat dengan gejala psikotik
Terapi : SSRI, antipsikotik
Sumber: Panduan pelayanan departemen psikiatri FKUI

Klasifikasi Depresi PPDGJ


GEJALA UTAMA
0 Mood depresif (selalu murung)
0 Lelah, kurang energy, aktivitas
menurun
0 Minat dan kegembiraan hilang

0 KASUS
0 Depresi berat pasien tidak

mungkin melakukan kegiatan


sosial/pekerjaan
0 engan gejala psikotik
0 +waham/halusinasi auditorik

GEJALA TAMBAHAN
0 Konsentrasi berkurang
0 Percaya diri berkurang
0 Rasa bersalah dan tidak
0
0
0
0

berguna
Pandangan masa depan suram
Ide bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan kurang

Sumber: Panduan pelayanan departemen psikiatri FKUI

169. D. Retardasi mental berat


Keywords:
Seorang ibu membawa anaknya dengan keluhan
lambat belajar
Anaknya sudah 2x tidak naik kelas dan susah
menerima pelajaran, di rumah anaknya malas belajar
IQ = 30

Diagnosis: Retardasi mental berat


Sumber: PPDGJ

Retardasi Mental
Suatu kondisi perkembangan jiwa yang terhenti,
ditandai dengan gangguan keterampilan pada masa
perkembangan hasil akhirnya tingkat kecerdasan
secara menyeluruh menurun
Dapat disertai gangguan jiwa
Klasifikasi berdasar IQ

Ringan : IQ 50-69
Sedang : IQ 35-49
Berat : IQ 20-34
Sangat berat : <20
Sumber: PPDGJ

170. D. Antidopaminergik
Keywords:
Laki-laki, 45 tahun, berusaha membunuh bosnya.
Pasien merasa angin membawakan berita bahwa istrinya
selingkuh. Pasien merasa sangat marah kemudian mengamuk.
Gejala ini sudah dirasakan selama 2 bulan. Sebelumnya pasien
sering murung dan berbicara sendiri.
Diagnosis: Skizofrenia Paranoid
Patofisiologi psikosis kelebihan dopamin

Obat: Antipsikotik (contoh: halloperidol) antidopaminergik

Sumber: Kaplan Psychiatric

171. C. Psikosis Postpartum


Keywords:
Seorang wanita dengan keluhan sedih sekali setelah
melahirkan
Kadang, ia mendengar suara yang menyuruhnya
membunuh anaknya dan kadang ingin bunuh diri
Diagnosis : Psikosis postpartum
Terapi: anti-psikotik, mood stabilizer
Sumber: PPDGJ

Gangguan jiwa pasca persalinan


1. Postpartum blues/baby blues/matrenity blues
gejala depresi paling ringan
Biasa dialami oleh perempuan setelah melahirkan
antara hari ke-7 hingga 14, yang terjadi untuk
sementara
hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan

Sumber: PPDGJ

2. Depresi postpartum
Gejala sama dengan gejala depresi (perasaan sedih,
hilangnya minat dan semangat beraktivitas, malas
mengurus anak, sulit tidur atau terlalu banyak tidur,
nafsu makan menurun, merasa tidak mampu
mnegurus anak ada keinginan bunuh diri)

3. Psikosis postpartum
Bentuk paling berat
Disertai halusinasi dan waham (anaknya jelmaan
setan, makhluk aneh)
Ada keinginan untuk membunuh anaknya

Sumber: PPDGJ

172. E. Idea of reference


Keywords:
laki-laki usia 42 tahun dengan keluhan merasa diikuti oleh
beberapa laki-laki
sering mendengar suara seseorang yang akan
melukainya. Selain itu, dia juga bicara pada dokter bahwa
setiap malam penyiar TV menyiarkan pesan khusus untuk
dirinya tentang keadaan dunia.
Gejala: Idea of reference
Sumber:Psikopatologi Dept. Psikiatri FKUI

Idea of Reference
Gangguan isi pikir
pasien selalu berprasangka bahwa orang lain sedang
membicarakan dirinya dan kejadian-kejadian yang
alamiah pun memberi arti khusus/berhubungan
dengan dirinya
Contoh: pasien merasa bahwa berita yang dibawakan
oleh pembawa berita di televisi berkaitan dengannya
dan terselip pesan untuknya.

Sumber:Psikopatologi Dept. Psikiatri FKUI

173. A. Gangguan Psikotik Akut


Keywords:
laki-laki, 25 tahun, dibawa ke RS karena mengamuk
Pasien merasa hendak dibunuh. Keluhan muncul sejak 1 minggu
lalu.
Pasien juga merasa diikuti oleh orang di sekelilingnya.

Diagnosis: Gangguan psikotik akut (F23.xo)


Kriteria diagnostik: adanya gejala psikotik yang lebih dari 1 hari,
kurang dari 1 bulan, terjadi tiba-tiba, terdpt labilitas emosi
Terapi: antipsikotik: Halloperidol (generasi I), psikoterapi
Sumber: panduan pelyanan medis dept.psikiatri

Gangguan Waham
Waham merupakan gejala utama, menetap setidaknya 3
bulan, bersifat personal
Dapat disertai gangguan mood (depresi)
TIDAK boleh ada gejala skizofrenia (penumpulan afek, waham
dikendalikan)
TIDAK boleh ada penyakit otak yang mendasari
TIDAK boleh ada halusinasi auditorik atau hanya terjadi
kadang-kadang

Sumber: PPDGJ

Skizofrenia
Skizofrenia Herbefrenik perilaku aneh, tertawa sendiri
Skizofrenia paranoid halusinasi mengancam, memberi perintah.
Waham kejar
Skizofrenia katatonik stupor fleksibilitas cerea, negativisme,
command automatism
Skizofrenia residual gejala negatif (afek tumpul, keterlambatan
psikomotor, miskin isi pembicaraan) setelah episode psikotik di
masa lampau (setidaknya 1 tahun)
Skizofrenia simpleks adanya gejala negatif (afek tumpul,
keterlambatan psikomotor, miskin isi pembicaraan) TANPA episode
psikotik di masa lampau
Sumber: PPDGJ

174. C. Triheksifenidil
Keywords:
Seorang anak dibawa ibunya karena spasme otot leher
dan ada otot yang bergerak-gerak
setelah konsumsi metoklopramid memiliki efek
samping ekstrapiramidal
Kasus: Distonia Akut subtipe cervical (torticollis)
Terapi: Anti kolinergik (Triheksifenidil)

Sumber: PPDGJ

Gejala ekstrapiramidal utama


Pseudoparkinsonisme: tremor, rigiditas,
bradikinesia, akinesia, hipersalivasi, muka topeng,
jalan diseret
Akathisia: perasaan gelisah yang menyebabkan
pasien tidak bisa diam
Distonia: kontraksi spastis otot (bisa terjadi di
mata, leher, punggung, dan lain-lain)
Diskinesia tardif: gangguan gerakan involunter
(mioklonus, tik, korea, dll.)

Obat-obatan yang memiliki Efek


Ekstrapiramidal tinggi
Biasanya antipsikotik generasi 1 seperti
Halloperidol, clozapin, olanzapin
Antipsikotik generasi II (meskipun menurun, ES
ekstrapiramidal tetap ada)
Metoklopramid

175. D Fluoxetine
Keywords:

Perempuan 32 tahun dengan keluhan nyeri dada


merasa yakin mengalami sakit jantung yang parah
Seluruh pemeriksaan tidak ditemukan kelainan.
Pergi ke dokter spesialis dikatakan tidak apa-apa
Pasien tetap yakin sebenarnya mengalami sakit jantung

Diagnosis: Hipokondriasis
Adanya keyakinan menetap terhadap kemungkinan menderita suatu
penyakit yang serius

Terapi: tergantung gejala, pilihan yang paling sering


digunakan SSRI (Fluoxetine, sertralin)
Pilihan lain : anti ansietas (clobazam, benzodiazepin)

Pilihan obat lainnya:


Risperidone: Anti psikotik Generasi II
Halloperidol: Anti osikotik generasi I, anti agitasi
Clozapine : Anti psikotik generasi I
Fluoxetine: SSRI (untuk depresi, hipokondriasis
dengan gejala depresi)
Lithium : Mood stabilizer (untuk bipolar)

NOMOR: 176
KEYWORD

LOADING RL 20 CC/KGBB

PERDARAHAN AKTIF SHOK HIPOVOLEMIK


KESADARAN TURUN, TD 60/PALPASI, NADI CEPAT, NAFAS CEPAT, AKRAL DINGIN
MINIMAL DERAJAT 3

Sudoyo, W Aru,dkk. Syok Hipovolemik .Dalam : Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid 1. Pusat Penerbitan FKUI. Jakarta. 2006.

TATALAKSANA SHOK HIPOVOLEMIK

KONTROL PERDARAHAN
MAKSIMALKAN HANTARAN OKSIGEN
RESUSITASI CAIRAN:

2 JALUR INTRAVENA (KRISTALOID) 1-2 LITER BOLUS AWAL ATAU 20 ML/KGBB (LOADING
DALAM 30-60 MENIT)
ANAK USIA < 6 TAHUN DAPAT INTRAOSEUS

KRISTALOID RINGER ASETAT PILIHAN PADA PASIEN GANGGUAN HATI


PERTIMBANGKAN TRANSFUSI PRC BILA HB < 7MG/DL ATAU PADA KEHILANGAN DARAH
> 25%

Sudoyo, W Aru,dkk. Syok Hipovolemik .Dalam : Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid 1. Pusat Penerbitan FKUI. Jakarta. 2006.

NOMOR: 177

KEYWORD
VENTRIKEL TAKIKARDIA

GAMBARAN EKG VENTRIKEL


TAKIKARDIA (VT) PERIKSA ADA
NADI/TIDAK
PADA KASUS INI VT + NADI
+ SESAK & NYERI DADA KONDISI
UNSTABLE !!

NOMOR: 178

TATALAKSANA VT

UNSTABEL VT CARDIOVERSI

LEBIH BAIK CARDIOVERSI BIFASIK 70 JOULE


DIBANDING MONOFASIK 100-200 JOULE

NOMOR: 179

KEYWORD
MEMINTA BANTUAN PADA
EMS

JATUH TIDAK SADAR


SAKSI MATA
IKUT GUIDELINE AHA 2010

ALGORITM PULSELESS
ARREST

NOMOR: 180
KEYWORD

BACK BLOW 5 KALI

ANAK USIA 9 TAHUN (DIATAS 1 TAHUN), CHOKING DAN SADAR !!!

CHOKING (LANJUTAN)

BILA PASIEN TIDAK SADAR LANGSUNG CPR

BACK BLOW TIDAK MEMBAIK

http://www.nhs.uk/Conditions/pregnancy-and-baby/pages/helping-choking-baby.aspx#close

NOMOR: 181

KEYWORD

PENERIMAAN (ACCEPTANCE)
PASRAH, BERSEDIA OPERASI TANPA EMBEL-EMBEL

JALAN TERBAIK DAN SAYA SIAP

PENYANGKALAN

I FEEL FINE

DENIAL

NOT TO ME

THIS CANT BE HAPPENING

MARAH

ANGER

KENAPA SAYA?!

TAWAR-MENAWAR

BARGAINING

JIKA SEMBUH,!

DEPRESI

Apapun diberikan jika sembuh

Pasien menyadari kondisinya sekarat


Cenderung menangis, tidak suka dijenguk

DEPRESSION

IM SO SAD!

ACCEPTANCE

IM GOING TO BE OK!

NOMOR: 182

KEYWORD

MENYANGKAL (DENIAL)
TIDAK MUNGKIN KENA KANKER!! SAYA TIDAK MEROKOK

PENYANGKALAN

I FEEL FINE

DENIAL

NOT TO ME

THIS CANT BE HAPPENING

MARAH

ANGER

KENAPA SAYA?!

TAWAR-MENAWAR

BARGAINING

JIKA SEMBUH,!

DEPRESI

Apapun diberikan jika sembuh

Pasien menyadari kondisinya sekarat


Cenderung menangis, tidak suka dijenguk

DEPRESSION

IM SO SAD!

ACCEPTANCE

IM GOING TO BE OK!

NOMOR: 183

KEYWORD

PENCEGAHAN SEKUNDER
Pasien sudah terkena penyakit (kecelakaan) pencegahan
SEKUNDER!!

PRIMARY
PREVENTION

SECONDARY
PREVENTION

PROMPT TREATMENT operasi

Pencegahan SEBELUM timbul penyakit


Mengurangi insiden dan prevalen

INTERVENSI: PROMOSI KESEHATAN & SPECIFIC PROTECTION

Penyakit SUDAH TERJADI


NAMUN pasien belum tahu adanya penyakit

INTERVENSI: EARLY DIAGNOSIS & PROMPT TREATMENT

Penyakit (+) dengan gejala


TUJUAN:
Menurunkan progresivitas penyakit
Mencegah komplikasi
Meningkatkan kualitas hidup

INTERVENSI: DISABILITY LIMITATION + REHABILITATION

TERTIARY
PREVENTION

NOMOR:184

KEYWORD
4-5 METER

IDEAL 10 METER NAMUN


SERINGKALI TIDAK MAMPU
LAKSANA KHUSUSNYA PADA
RUMAH SANGAT SEDERHANA

http://bennysyah.edublogs.org/2007/02/14/mitos-seputar-jarak-sumur-dengan-septik-tank/

NOMOR:185

KEYWORD

C
RUJUKAN VERTIKAL
DOKTER UMUM KE SPESIALIS
KARENA BUTUH PENANGANAN KHUSUS

http://informasikesehatanfkmunsri.blogspot.com/2013/05/sistem-rujukan.html

NOMOR:186
KEYWORD

C
EXTENDED FAMILY
ORANG TUA (PENDERITA TB) + ANAK + CUCU

BLENDED FAMILY/
STEPFAMILY

AYAH
ANAK KANDUNG AYAH
IBU TIRI ANAK

+/

IBU
ANAK KANDUNG IBU
AYAH TIRI ANAK

SAUDARA
(PAMAN/BIBI/SEPUPU)

EXTENDED FAMILY

ANAK
ISTRI/SUAMI ANAK

ATAU

ORANG TUA
ATAU

KAKEK/NENEK

GRANDPARENT FAMILY

KAKEK DAN/ NENEK


CUCU

NOMOR:187
KEYWORD

PROVIDER

PASIEN DBD DILAKUKAN CT DAN MRI TANPA INDIKASI


TANPA ADA INFORMASI ATAS PERMINTAAN PASIEN CENDERUNG PROVIDER
KESEHATAN YANG MEMPUNYAI INISIATIF

MORAL HAZARD:
KEADAAN YANG BERKAITAN DENGAN SIFAT, PEMBAWAAN DAN KARAKTER MANUSIA
YANG DAPAT MENAMBAH BESARNYA KERUGIAN DIBANDING DENGAN RISIKO RATARATA
CIRI-CIRI SULIT DIIDENTIFIKASIKAN, SULIT DIPERBAIKI PRILAKU TIDAK
BERMORAL
CONTOH MORAL HAZARD PROVIDER: MEMANFAATKAN KETIDAKTAHUAN PASIEN
MENJALANI PENGOBATAN BERLEBIHAN (INDUCE DEMAND)

http://s2informatics.files.wordpress.com/2007/11/introduction.pdf

NOMOR:188

MARAH (ANGER)

DENIAL

I FEEL FINE

ANGER

KENAPA SAYA?!

NOT TO ME

BARGAINING

JIKA SEMBUH,!

DEPRESSION

IM SO SAD!

ACCEPTANCE

IM GOING TO BE OK!

THIS CANT BE HAPPENING

Apapun diberikan jika sembuh

Pasien menyadari kondisinya sekarat


Cenderung menangis, tidak suka dijenguk

http://psychcentral.com/lib/the-5-stages-of-loss-and-grief/000617

NOMOR:189

EARLY DIAGNOSIS AND PROMPT TREATMENT


KEYWORD

PRIMARY
PREVENTION

SECONDARY
PREVENTION

ANAK 5 TAHUN CURIGA TB BATUK 1 BULAN + KONTAK DENGAN PASIEN


CURIGA TB (AYAHNYA)
DOKTER MENYARANKAN CHEK DARAH, BTA DAN MANTOUX EARLY
DIAGNOSIS + PROMPT TREATMENT

Pencegahan SEBELUM timbul penyakit


Mengurangi insiden dan prevalen

INTERVENSI: PROMOSI KESEHATAN & SPECIFIC PROTECTION

Penyakit SUDAH TERJADI


NAMUN pasien belum tahu adanya penyakit

INTERVENSI: EARLY DIAGNOSIS & PROMPT TREATMENT

Penyakit (+) dengan gejala


TUJUAN:
Menurunkan progresivitas penyakit
Mencegah komplikasi
Meningkatkan kualitas hidup

INTERVENSI: DISABILITY LIMITATION + REHABILITATION

TERTIARY
PREVENTION

NOMOR:190

OPEN DEFECATION (BAB SEMBARANGAN)


KEYWORD

PENYEBAB MASALAH LINGKUNGAN TIDAK SEHAT YANG MENYANGKUT PHBS


PALING MENDASAR KARENA BAB SEMBARANGAN (OPEN DEFECATION)

TARGET: OPEN DEFECATION FREE BARU JALANKAN KOMPONEN PHBS

10 KOMPONEN
PHBS

http://www.academia.edu/3098795/Stop_Buang_Air_Besar_Sembarangan._CommunityLed_Total_Sanitation_CLTS_._Pembelajaran_dari_Para_Penggiat_CLTS

NOMOR:191
KEYWORD

C
(160X120)/(80X40)

OR =

KATARAK
KONGENITAL
(+)

KATARAK
KONGENITAL
(-)

RUBELLA (+)

160 (A)

80 (B)

RUBELLA (-)

40 (C)

120 (D)

Total

200

200

KASUS DENGAN RISIKO : KASUS TANPA RISIKO

KONTROL DENGAN RISIKO : KONTROL TANPA RISIKO

A+C
B
B+D

C
A+C

B+D

NOMOR:192

KEYWORD

CROSS SECTIONAL
HUBUNGAN ANTARA DIARE DISENTRIFORM DENGAN
KETERSEDIAAN AIR BERSIH

WAKTU TIDAK BANYAK

PALING MUDAH DAN CEPAT UNTUK MENGETAHUI HUBUNGAN


CROSS SECTIONAL

Deskriptif, sewaktu
HUBUNGAN ASOSIASI TIDAK KAUSALITAS
CEPAT DAN MURAH
Menghitung RELATIF RISK (RR)

NOMOR:193

KEYWORD

C
(5/30):(10/30) = 5/10
OUTCOME TABEL DIATAS !! (LIAT TABEL BAWAH)

TROMBUS
(+)

TROMBUS
(-)

ASPIRIN
(DITANYAKAN)

5 (A)

25 (B)

PLASEBO

10 (C)

20 (D)

RR =
A+B

C
C+D

NOMOR:194

KEYWORD

KORELASI SPEARMAN
(KORELASI DENGAN VARIABEL TERGANTUNG ORDINAL)
PENELITI INGIN MENGETAHUI BESAR HUBUNGAN KORELASI
TENTUKAN VARIABEL BEBAS DAN TERGANTUNG
V. bebas = PENUMPUKAN LEMAK nominal
V. tergantung (HASIL) = KEBERADAAN TRIGLISERIDA ORDINAL
KORELASI SPEARMAN

ORDINAL
KORELASI

VARIABEL
BEBAS
NUMERIK/
KATEGORIK

Korelasi Spearman

NOMOR:195

UJI CHI KUADRAT


KEYWORD

V. BEBAS BERAT BADAN IBU (NORMAL & KURANG) KATEGORIK 2


KELOMPOK
V. TERGANTUNG (HASIL): BERAT BADAN ANAK (NORMAL DAN BBLR)
NOMINAL
NOMINAL

2 KELOMPOK

VARIABEL
BEBAS
KATEGORIK

X2

NOMOR:196

KEYWORD

D
POSITIVE PREDICTIVE VALUE (PPV) = P/(P+Q)
POSISI TABEL HARUS BENAR
HIPERTENSI
SAKIT

NORMOTENSI
TIDAK SAKIT
A

UJI (+)

UJI (-)

P (A)

R (C)

SENSITIVITY

Q (B)

S (D)

SPECIFICITY

A+C

B+D

PPV =

NPV =

A+B

D
C+D

NOMOR:197
8
KEYWORD

BAYI USIA 0-1 TAHUN = 100 ORANG


ANAK 1-5 TAHUN = 650 ORANG
JADI TOTAL BALITA 750 ORANG

NOMOR:198

KEYWORD

C
SELURUH PASIEN YANG DATANG BEROBAT

http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/24/populasi-dan-sampel-4/

NOMOR:199

UJI T
KEYWORD

V. BEBAS ASUPAN LEMAK (DIKOTOM) KATEGORIK 2 KELOMPOK


V. TERGANTUNG (HASIL): KADAR KOLESTEROL (MG/DL) NUMERIK

2 KELOMPOK
NUMERIK

VARIABEL
BEBAS
KATEGORIK

T UNPAIR

NOMOR:200

CHI SQUARE
KEYWORD

V. BEBAS DIABETES (YA/TIDAK) KATEGORIK 2 KELOMPOK


V. TERGANTUNG (HASIL): DEPRESI (YA/TIDAK) NOMINAL

NOMINAL
2 KELOMPOK

VARIABEL
BEBAS
KATEGORIK

X2

Anda mungkin juga menyukai