PUSKESMAS OESAPA
Oleh :
Maria Septianti Ningdiah Rasnan, S.Ked
1108011018
BAGIAN IKM-IKKOM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2016
1.
2.
Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi
bayinya (WHO, 2004). ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan
dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI, 2004) ASI eksklusif selama enam bulan pertama
hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif
itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi (WHO, 2001).
Keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusu eksklusif hingga enam bulan.
Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan, keuntungan
menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI sampai dua tahun. ASI
merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk
memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan
bayi, dapat juga melindungi infeksi gastrointestinal. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin
yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga mengandung zat pelindung (antibodi) yang
dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti Immunoglobulin Lysozyme,
Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
ASI dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bayi serta meningkatkan jalinan kasih
sayang ibu dan anak Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan kehidupan
kepada bayinya dan hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang
erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak. Dengan menyusui, rahim ibu
akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian rahim keukuran sebelum hamil serta
mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
Dengan menyusui kesuburan ibu akan menjadi berkurang untuk beberpa bulan dan dapat
menjarangkan kehamilan. ASI juga dapat mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa
yang akan datang .Keadaan yang menguntungkan dari ASI meliputi asam amino dan kandungan
protein yang optimal untuk bayi normal. Asam lemak esensial dalam jumlah yang berlimpah
tetapi tidak berlebihan, kandungan natrium yang relatif rendah tetapi adekuat, beban solut yang
rendah dibandingkan dengan susu sapi, dan absorbs yang sangat baik untuk zat besi, kalsium dan
seng, yang menyediakan jumlah yang adekuat dari zat-zat nutrisi ini untuk bayi yang disusui ASI
secara penuh selama 4-6 bulan (Merenstein, 2001).
ASI tidak saja mengandung makronutrien, vitamin,dan mineral tatapi juga faktor
pertumbuhan, hormon, dan faktor protektif. Paling sedikit terdapat 100 komponen pada ASI,
termasuk zat yang belum teridentifikasi dan belum jelas perannya. Agar pemberian ASI eksklusif
dapat berhasil, selain tidak memberikan makanan lain perlu pula diperhatikan cara menyusui
yang baik dan benar yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin termasuk menyusui
pada malam hari. Ibu menggunakan payudara kiri dan kanan secara bergantian tiap kali
menyusui. Disamping itu, posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan suasana tenang dan santai.
Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu harus baik yaitu
sebagian besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk kemulut bayi. Apabila payudara terasa
3
penuh dan bayi belum mengisap secara efektif, sebaiknya ASI dikeluarkan dengan menggunakan
tangan yang bersih
Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan psikologi selama
kehamilan akan menunjang keberhasilan menyusui. Seorang ibu yang menyusui harus menjaga
ketenangan pikiran, menghindari kelelahan, membuang rasa khawatir yang berlebihan dan
percaya diri bahwa ASI-nya mencukupi untuk kebutuhan bayinya. Apabila ibu yang sedang
menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam
pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu
tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan (Arifin,
2004). Makanan yang harus dihindari oleh ibu menyusui adalah alkohol, merokok, dan juga hindari
makanan pedas seperti sambal dan makanan beraroma keras karena dapat membuat bau tertentu pada
ASI dan akan mengganggu bayi. Ini juga bisa membuat bayi sakit perut.
3.
Tujuan
1) Menjelaskan pengertian dari ASI, ASI eksklusif
2) Menjelaskan keuntungan ASI eksklusif bagi IBU
3) Menjelaskan Kenuntungan ASI eksklusif bagi bayi
4) Menjelaskan kandungan yang ada dalam ASI
5) Menjelaskan factor yang mempengaruhi ASI
4.
Manfaat
1) Menjadi media informasi bagi masyarakat mengenai ASI Eksklusif
2) Menjadi sumber informasi agar masyarakat dapat melakukan memberikan ASI eksklusif
bagi bayinya.
5.
6.
7.
Pelaksanaan Kegiatan
-
Pembicara
Narasumber
Moderator
Waktu
Tempat
: Posyandu bougenvil 04
Peserta
: Ibu-ibu posyandu
Isi materi
: Terlampir
Jumlah Peserta
: 20 Orang
Media
Leaflet
: 25 eksemplar
Pertanyaan
1.
2.
Lampiran
1. Judul
2. Latar belakang :
Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui
bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan ibu yang buta huruf pun dapat
menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini
melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Utami Roeli, 2000).
Keberhasilan menyusui harus diawali dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat saat
pemberian ASI. Kalau diperhatikan sebelum sampai menangis bayi sudah bisa memberikan
tanda-tanda kebutuhan akan ASI berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau
tangan di mulut.
Kendala terhadap pemberian ASI telah teridentifikasi, hal ini mencakup faktor-faktor
seperti kurangnya informasi dari pihak perawat kesehatan bayi, praktik-praktik rumah sakit yang
merugikan seperti pemberian air dan suplemen bayi tanpa kebutuhan medis, kurangnya
perawatan tindak lanjut pada periode pasca kelahiran dini, kurangnya dukungan dari masyarakat
luas (Maribeth Hasselquist, 2006).
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya
karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti cara menaruh bayi
pada payudara ketika menyusui, isapan yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan masih
7
banyak lagi masalah lain. Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya
dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah
orang yang berpengaruh besar dalam hidupnya atau disegani seperti suami, keluarga atau kerabat
atau kelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter atau tenaga kesehatan. Untuk mencapai
keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai tehnik-tehnik menyusui yang benar
(Soetjingsih, 1997).
3.
Tujuan
Manfaat
Bagi Ibu Menyusui di harapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu tentang
cara menyusui.
5.
Pelaksanaan Kegiatan
-
Pembicara
Narasumber
Moderator
Waktu
Tempat
Peserta
: Ibu-ibu posyandu
Isi materi
: Terlampir
Jumlah Peserta
: 20 Orang
8
6.
Leaflet
: 25 eksemplar
Pertanyaan
1.
7.
Media
Lampiran
Dokumentasi penyuluhan II
10
Pendahuluan
Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin
kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap suatu penyakit tertentu.
Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan melalui
mulut seperti vaksin polio.(1)
Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk
kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori
akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali
oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang
pernah dihadapi sebelumnya.(1)
WHO (Global Immunization Data) tahun 2010 menyebutkan 1.5 juta anak meninggal
karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan hampir 17% kematian pada anak
<5
tahun dapat dicegah dengan imunisasi. Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2007, pneumoni
merupakan penyebab kematian no. 2 di Indonesia, 1/3 etiologi pneumoni disebabkan karena Hib.
Meningitis merupakan radang selaput otak dan Hib merupakan penyebab utama meningitis pada
bayi usia 1 tahun, jika penyakit ini tidak diobati 90% kasus akan mengalami kematian dan jika
disertai pengobatan adekuat 9-20 % kasus akan mengalami kematian. (2)
11
Imunisasi telah mencegah 2-3 juta kematian anak di dunia setiap tahunnya. Namun
demikian masih terdapat 22,6 juta anak di dunia tidak terjangkau imunisasi rutin. Lebih dari 13
persen anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi secara lengkap karena berbagai sebab,
padahal imunisasi lengkap dapat melindungi anak dari wabah, kecacatan dan kematian.
Imunisasi dianggap sebagai upaya kesehatan yang paling efektif. Orang tua diharapkan
melengkapi imunisasi anak mereka agar seluruh anak Indonesia terbebas dari penyakit yang
sebenarnya dapat dicegah lewat imunisasi. Imunisasi melindungi anak-anak dari beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan, bahkan kematian. Jadi, imunisasi adalah salah satu
langkah tepat bagi orang tua untuk menjamin kesehatan anaknya. Lebih lanjut, imunisasi tidak
membutuhkan biaya besar, bahkan di Posyandu anak-anak mendapatkan imunisasi secara
gratis.(2)
Ada lima (5) jenis imunisasi yang diberikan secara gratis di posyandu, yang terdiri dari
imunisasi Hepatitis B, BCG, Polio, Dpt-Hb, serta campak. semua jenis vaksin ini harus diberikan
secara lengkap sebelum anak berusia 1 tahun diikuti dengan imunisasi lanjutan pada batita. tahun
2013 pemerintah telah menambahkan vaksin Hib (haemophilus influenza tipe b), yang
digabungkan dengan vaksin DPT-HB menjadi DPT-HB-HIB. imunisasi DPT-HB-HIB dan
imunisasi lanjutan pada batita mulai dilaksanakan pada tahun 2013 di 4 provinsi yaitu: Jawa
Barat, Yogyakarta, Bali dan NTB. selanjutnya, akan dilaksanakan di semua provinsi mulai bulan
april tahun 2014.
12
LAPORAN KEGIATAN
a. Pendahuluan
1. Pengertian Imunisasi Polio
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomielitis
yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah empat kali. Waktu pemberian imunisasi
polio pada umur 0-11 bulan dengan interval pemberian empat minggu. Cara pemberian imunisasi
polio melalui oral.
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap
penyakit poliomielitis yaitu penyakit radang yang menyerang syaraf dan dapat mengakibatkan
lumpuh kaki.
2. Tujuan Imunisasi Polio
Imunisasi polio digunakan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit polimielitis
atau penyakit polio yang biasanya disebabkan oleh virus polio, yang terbagi menjadi tiga tipe
yaitu tipe P1, P2 dan P3.
3. Jadwal Pemberian Imunisasi Polio
a. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral
diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi
lain).
b. Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1, yaitu pada umur lebih dari 6 minggu.
c. Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2, yaitu pada umur 16 minggu
d. Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3, yaitu pada umur 6 bulan
e. Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4, yaitu pada umur 18 bulan
13
Cara Pemberian
Cara pemberian imunisasi polio bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV),
atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di Indonesia yang digunakan adalah OPV,
karena lebih aman. OPV diberikan dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung
kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis.
Imunisasi polio diberikan 4 x dengan jarak minimal 4 minggu.
5. Efek Samping
Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot.
6. Tingkat Kekebalan
Dapat mencapail hingga 90%. Pemberian imunisasi polio untuk memutus rantai penularan virus
polio.
7.
Kontra Indikasi
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (diatas 38 0C),
muntah atau diare, penyakit kanker atau keganasan, HIV/AIDS, sedang menjalani pengobatan
radiasi umum, serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu.
8. Jenis Vaksin Polio
a. Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV)
IPV dihasilkan dengan cara membiakkan virus dalam media pembiakkan, kemudian dibuat tidak
aktif (inactivated) dengan pemanasan atau bahan kimia. Karena IPV tidak hidup dan tidak dapat
replikasi maka vaksin ini tidak dapat menyebabkan penyakit polio walaupun diberikan pada anak
dengan daya tahan tubuh yang lemah.
14
BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulang diberikan bersamaan dengan
imunisasi ulang DPT, pmberian imunisasi polio dapat menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit poliomyelitis.
b. Pelaksanaan Kegiatan
- Waktu
- Tempat
- Pendamping
: Bidan Ayu
15
- Pasien
Nama
: 3 bulan
: Oesapa RT 10/RW 04
d. Dokumentasi Kegiatan
16
Pendahuluan
Sediaan/ kemasan
Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus, kombinasi DT (diphteri
tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri terbuat dari toksin kuman diphteri yang telah
dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus
dalam bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT.
Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin
kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan vaksin
tetanus yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri dan
pertusis. Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang telah dimatikan dengan
Kemasan : Vial 5 ml
4. Dosis
0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
5. Masa kadaluarsa
Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)
17
6. Reaksi imunisasi
Demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari
7.
Efek samping
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada tempat
suntikan.Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat, seperti demam tinggi atau
kejang, yangbiasanya disebabkan unsur pertusisnya.
8. Kontra Indikasi
Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks, anak yang
diduga menderita batuk rejan, anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan.Batuk, pilek,
demam atau diare yang ringan bukan merupakan kotraindikasi yang mutlak, disesuaikan dengan
pertimbangan dokter.
b. Pelaksanaan Kegiatan
- Waktu
- Tempat
- Pendamping
: Bidan Ayu
- Pasien
Nama
: Yustina Selan
: 5 bulan
Alamat
: Oesapa RT 10/RW 04
18
c. Dokumentasi Kegiatan
Gambar 2. Penyuntikan vaksin DPT yang
dilakukan oleh dokter muda
KESIMPULAN
Telah dilaporkan 2 kegiatan imunisasi yang dilakukan pada balita di Puskesmas Oesapa
yaitu imunisasi polio dan DPT . Ibu pasien telah diedukasi mengenai kejadian yang dapat terjadi
setelah imunisasi seperti demam, serta cara untuk menanggulanginya di rumah. Jika tidak
membaik pasien dapat dibawa ke Puskesmas ataupun fasilitas pelayanan kesehatan lain. Ibu
pasien juga telah diberikan anti piretik untuk mengantisipasi jika terjadi demam pada bayi.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Probandari AN, Handayani S, Laksono NJDN. Ketrampilan Imunisasi. Fakultas
Kedokteran Sebelas Maret Surakarta. Modul Field Lab Revisi II 2013. p.16-7.
2. Ramli MR. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Drop Out Hasil Cakupan Imunisasi DPT
Dari Kegiatan Pengembangan Program Imunisasi Dpt Dari Kegiatan Pengembangan
Program Imunisasi Di Desa Kesongo Kecamatan Tuntang Kabupaten Daerah Tingkat Ii
Semarang Propinsi Jawa Tengah. Fakultas Kedokteran Diponegoro.
20
LAPORAN KASUS
POLI UMUM
PUSKESMAS OESAPA
Oleh :
Maria Septianti Ningdiah Rasnan, S. Ked
1108011018
21
I.
PENDAHULUAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg ada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.1
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600
juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya.
Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat.2
Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan
meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. Kelompok Kerja Serebrokardiovaskuler FK
UNPAD/RSHS tahun 1999, menemukan prevalensi hipertensi sebesar 17,6%, dan MONICA
Jakarta tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban adalah 31,7%. Sementara
untuk daerah rural (Sukabumi) FKUI menemukan prevalensi sebesar 38,7%.10 Hasil SKRT
1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu
penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 2035% dari kematian tersebut disebabkan oleh
hipertensi.
Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit tidak menular (PTM) seperti
penyakit jantung, kanker dan depresi akan segera menggantikan penyakit menular dan malnutrisi
sebagai penyebab kematian dan disabilitas. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang
22
dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian tertinggi adalah PTM,
yaitu penyakit kardiovaskuler (31,9%) termasuk hipertensi (6,8%) dan stroke (15,4%).2
Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah
hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan
menyerang target organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta
kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena
congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung2
Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa hipertensi berhubungan secara linear
dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Oleh sebab itu, penyakit hipertensi
harus dicegah dan diobati. Hal tersebut merupakan tantangan kita di masa yang akan datang.
II.
Oesapa pada tanggal 13 April 2016 dengan keluhan keram-keram pada kaki kiri dan tangan kiri
sejak 2 hari yang lalu. Keram keram dirasakan mendadak dan hilang timbul, timbul keram bisa
kapan saja, dirasakan seperti kesemutan. Pusing-punsing (-), mata kabur(-), leher tegang (-), sakit
kepala (-), muntah (-), makan dan minum dirasakan baik. Pasien juga mengeluhkan baruk
berlendir yang memberat sejak 2 hari yang lalu. Namun lendirnya sukar untuk keluar. BAB dan
BAK dirasakan baik. Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus yang terkontrol. Pasien
mengatakan pasien telah lama didiagnosis hipertensi namun pasien taat minum obat.
Hasil Pemeriksaan fisik, kesadaran compos mentis dengan frekuensi nadi 80x/menit,
frekuensi napas 24x/menit , suhu tubuh 36.5C, Tekanan Darah 160/100 mmhg. Keadaan umum
pasien tampak sakit ringan pada pemeriksaan leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah
23
bening. Pemeriksaan kulit dalam keadaan normal. Thoraks didapatkan gerakan napas (simetris),
retraksi otot pernapasan (-) , Pulmo didapatkan vesikuler (+/+), Ronchi (-/-), Wheezing (-/-).
Pemeriksaan Jantung , Bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, gallop (-), murmur (-). Pada pemeriksaan
Abdomen didapatkan perut datar, nyeri tekan (-) dan timpani. Ekstremitas didapatkan Akral
hangat, CRT <2 detik sedangakan Genital
Neurologis yakni kekuatan otot, sensoris, pemeriksaan N cranialis dan pemeriksaan refleks
patologis semua hasil pemeriksaan dalam keadaan normal.
Pasien didiagnosis Hipertensi grade II. Pasien diberikan pengobatan hipertensi dan KIE,
obat hipertensi yang digunakan adalah amilodipin 1x10 mg tab, cetirizine 1x1 tab, dan CTM 1x1
tab dan di berikan KIE agar menjaga pola makan , olah raga dan minum obat teratur serta kontrol
tekanan darah.
III.
DISKUSI
Pasien dianamnesis dan dilakukan pemeriksaan fisik yang dibutuhkan untuk memastikan
penyakit dari keluhan yang dialami. Wajib ditanyakan keluhan utam, riwayat sakit dahulu,
riwayat minum Obat anti hipertensi yang digunakan, apakah pasien patuh atau tidak dan jenis
obat yang biasa digunakan.Ditanya mengenai gejala sistem syaraf (sakit kepala, hoyong,
perubahan mental, ansietas), gejala sistem ginjal (gross hematuri, jumlah urine berkurang) dan
gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif , oedem paru dan nyeri dada). 2
Diawali dengan anamnesis yang terperinci mengenai keluhan keram-keram pada tangan
dan kaki bagian kiri, anamnesis coba diarahkan untuk mengetahui apakah pasien mengalami
store atau tidak. Juga ditanyakan mengenai riwayat penyakit sistemik sebelumnya. Dari
anamnesis diketahui bahwa pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes melitus yang terkontrol.
24
( retinopati,
gangguan neurologi, payah jantung kongestif, ). Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi
dengan kegawatan neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru.
Terdapat dua cara pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yakni pemeriksaan
yang segera dan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan segera meliputi darah rutin, BUN, creatirine,
elektrolik, KGD, urine (Urinelisa dan kultur urine), EKG dan Foto dada. Pemeriksaan lanjutan
meliputi IVP, renald angiography
tab, CAT Scan.
( JNC VII) .
Berdasarkan JNC VIII (2014), pasien dengan umur < 60 tahun didiagnosis hipertensi apabila
tekanan darahnya > 140 untuk sistolnya dan > 90 untuk diastolnya. Umur pasien 65 tahun
sehingga dapat diadiagnosis
mengklasifikasikan hipertensi berdasarkan stage maka pasien ini masuk ke stage II karena TD
pasien > = 160 / 100.
4,7
25
Hipertensi dapat dibagi menjadi hipertensi urgensi dan emergi berdasarkan ada tidaknya
kelainan organ target. Organ target hipertensi adalah otak, ginjal, mata dan jantung. Pasien
memang mengeluh keram-keram pada tangan dan kaki sebelah kiri akan tetapi pada pemeriksaan
fungsi oragan target otak dengan melakukan pemeriksaan fungsi saraf yang diperlukan tidak
menunjukan kelainan apapun. Sehinga pasien tidak menunjukan adanya kelainan organ target.3
Hipertensi juga dibagi menjadi hipertensi essensial (primer) dan sekunder
berdasarkan bukti adanya penyebab yang diketahui atau tidak diketahui (diopatik). Dikatakan
sekunder apabila hipertensi muncul sebagai akibat suatu penyakit yang telah dialami
sebelumnya. Pada pasien ini dapat digolongkan hipertensi esensial dikarenakan pasien tidak
memiliki riwayat penyakit apapun yang menyebabkan hipertensi muncul sebagai akibat penyakit
dahulu.
Pasa pasien harus diberikan KIE mengenai bahaya hipertensi sehingga harus segera
kembali ke pusat pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas memadai ( UGD RS ) jika di
dapatkan keluhan seperti sakit kepala, keram-keram pada tangan, penglihatan kabur, dan nyeri
dada.
Pengobatan awal pasien sebelum menkonsumsi obat adalah KIE untuk memodifikasi life
style seperti
mengkonsumsi makanan yang mengandung kholestrol dan lemak yang tinggi seperti daging.
26
Berdasarkan JNC VIII, dikatakan pasien memiliki usia < 60 tahun dengan tekanan darah
tinggi (160/100) maka target TD yang harus dicapai oleh pasien < 140 untuk diastol dan < 90
untuk diastol.4,5
IV.
KESIMPULAN
Telah dilaporkan satu kasus Hipertensi Grade II yang terjadi pada wanita berusia 65 tahun.
Diagnosis ditegakkan melalui hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien diberi pengobatan
yaitu amilodipine 1x10mg . Pasien juga diedukasi untuk mulai memperhatikan dan menjaga
gaya hidup sehat untuk mengkontrol hipertensi yang dialami. Prognosis pasien dubia ad bonam.
27
DOKUMENTASI
28
TONSILITIS AKUT
I.
PENDAHULUAN
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga
mulut yaitu : tonsil faringeal ( adenoid ), tonsil palatina ( tosil faucial), tonsil lingual ( tosil
pangkal lidah ), tonsil tuba Eustachius ( lateral band dinding faring / Gerlachs tonsil ).1
Tonsila palatina adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris di kedua
sudut orofaring dan merupakan salah satu bagian dari cincin Waldeyer. Tonsila palatina lebih
padat dibandingkan jaringan limfoid lain. Permukaan lateralnya ditutupi oleh kapsul tipis dan di
permukaan medial terdapat kripta. Tonsila palatina merupakan jaringan limfoepitel yang
berperan penting sebagai sistem pertahanan tubuh terutama terhadap protein asing yang masuk
ke saluran makanan atau masuk ke saluran nafas (virus, bakteri, dan antigen makanan). 1
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta
hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes, dapat juga disebabkan oleh
virus.2 Tanda dan gejala Tonsilitis ialah sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan
menelan.
Tonsil
tengah.Standart
dapat
untuk
membesar
bervariasi.
pemeriksaan
tonsil
Kadang-kadang
berdasarkan
tonsil
dapat
pemeriksaan
fisik
bertemu
di
diagnostik
diklasifikasikan berdasarkan ratio tonsil terhadap orofaring (dari medial ke lateral) yang diukur
antara pilar anterior kanan dan kiri.
29
T0: Tonsil terletak pada fosa tonsil, T1: 25%50%75%. Sedangkan menurut Thane dan
Cody menbagi pembesaran tonsil atas T1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai
jarak pilar anterior uvula. T2: batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai
jarak pilar anterior-uvula. T3: batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai
jarak pilar anterior-uvula. T4: batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai
uvula atau lebih. 2
Pengobatan untuk Tonsilitis
penyebabnya, dokter akan melakukan Swap tonsil atau kultur.. Tes laboratorium dapat
mendeteksi infeksi bakteri. Jika penyebabnya virus makan tidak dapat dilakukan test ini. tetapi
dapat diasumsikan jika tes untuk bakteri negatif. Dalam beberapa kasus, temuan fisik cukup
meyakinkan untuk mendiagnosis infeksi bakteri kemungkinan. Dalam kasus ini, antibiotik dapat
diresepkan tanpa melakukan pemeriksaan laboratorium. 3
30
II.
Seorang anak perempuan datang ke poli umum mengeluh panas sejak 3 hari sebelum
datang ke Poli umum. Panas dirasakan terus menerus, panas tidak disertai mengigil ataupun
berkeringat. Pasien juga mengeluh nyeri jika menelan, batuk namun tidak berdahak , pilek (-).
Pasien mengakui pasien serin jajan di sekolah terutama makan es. Makan dan minum dirasakan
baik . BAB dan BAK baik.
Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran yang kompos
mentis, nadi = 78 x/m, RR= 22 x/ menit. Pada pemeriksaan mulut ditemukan tonsil T2/T2
hiperremis. Pada pemeriksaan pemeriksaan thoraks didapatkan Pulmo : vesikuler (+/+), Ronchi
(-/-), Wheezing (-/-) dan Cor : Bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, gallop (-), murmur (-). Pada
pemeriksaan Abdomen didapatkan Inspeksi : perut datar , Palpasi : nyeri tekan (-) dan Perkusi :
timpani. Pada Ekstremitas Akral hangat, CRT <2 detik sedangakan Genital : tidak dievaluasi.
Pasien didiagnosis menderita Tonsilitis. Pada pasien ini diberikan Selain pengobatan
medikamentosa Vitamin C 1x1 tablet, Parasetamol 3x1 tablet, dexa 3x1 tablet. Pasien juga
diedukasi untuk istirahat. Selaim itu juga dianjurkan mengkonsumsi makanan yang bergizi
untuk meningkatkan kekebalan tubuh karena penyebab penyakit ini adalah virus.
31
III.
DISKUSI
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta
hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes, dapat juga disebabkan oleh
virus
Epidemiologi menunjukan penyakit Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang sering
terjadi pada usia 5-10 tahun dan dewasa muda usia 15-25 tahun. Dalam suatu penelitian
prevalensi karier Group A Streptokokus yang asimptomatis yaitu: 10,9% pada usia kurang dari
14 tahun, 2,3% usia 15-44 tahun, dan 0,6 % usia 45 tahun keatas. Menurut penelitian yang
dilakukan di Skotlandia, usia tersering penderita Tonsilitis Kronis adalah kelompok umur 14-29
tahun, yakni sebesar 50 % .
Pasian pada kasus masih tergolong anak-anak sehingga
dikemukakan di mana anak-anak menderita tonsilitis lebih banyak dibandingkan orang dewasa.
Berdasarkan jenis kelamin, beberapa penelitian menyatakan bahwa anak perempuan lebih
banyak mengalami tonsilitis, seperti penerlitian yang dilakukan Rumah Sakit Serawak di
Malaysia diperoleh 657 data penderita Tonsilitis Kronis dan didapatkan pada pria 342 (52%) dan
wanita 315 (48%) Kronis, sebanyak 98 (48%) berjenis kelamin pria dan 105 (52%) berjenis
kelamin wanita. Pada kasus ini tonsilitis diderita oleh seorang anak peremupuan.
Gejala yang mungkin muncul adalah nyeri tenggorokan, lapisan putih atau kuning pada
amandel, lepuhan yang nyeri atau borok pada tenggorokan, suara serak atau kehilangan suara,
sakit kepala, kehilangan selera makan, sakit telinga, kesulitan menelan atau bernapas melalui
mulut, pembengkakan kelenjar di leher atau rahang daerah, demam, menggigil, bau mulut dan
sakit perut. Pada pasien ini ditemukan gejala, panas tinggi dan nyeri menelan serta ditemukan
juga tonsil membesar T2/T2 hiperemis.
32
Pasien diberikan pengobatan Vitamin C 1x1 tablet, Dexa 3x1 tablet serta paracetamol
3x1 tablet. Berdasarkan teori yang pengobatan untuk tonsilitis harus disesuaikan penyebabnya.
Pada pasien ini tonsilitis akut
IV.
KESIMPULAN
Telah dilaporkan satu kasus Tonsilitis Akut. Diagnosis ditegakkan melalui hasil anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Pasien diberi pengobatan yaitu Vitamin C 1x1 tablet, Parasetamol 3x1
tablet dan dexa 3x1 tablet Pasien juga diedukasi untuk istirahat, menghindari konsumsi es,
makanan jajanan ataupun makanan warung. Prognosis pasien dubia ad bonam.
33
DOKUMENTASI
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006; Hal: 1754-60.
2. Kartono M. Penyakit pada Anak. MEDIKA. No.XX, tahun XXIX. Jakarta, 2003; Hal: 615.
35
LAPORAN KASUS
POLI KESEHATAN IBU DAN ANAK
PUSKESMAS OESAPA
I. PENDAHULUAN
Kejadian kematian ibu dan bayi yang terbanyak terjadi pada saat persalinan, pasca
persalinan, dan hari-hari pertama kehidupan bayi masih menjadi tragedi yang terus terjadi di
negeri ini. Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir diperlukan upaya dan
inovasi baru, tidak bisa dengan cara-cara biasa.(1)
Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir harus melalui jalan yang
terjal. Terlebih kala itu dikaitkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) 2015,
yakn menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan
angka kematian bayi (AKB) menjadi 23 per 100.000 kelahiran hidup yang harus dicapai. Waktu
yang tersisa hanya tinggal tiga tahun ini, tidak akan cukup untuk mencapai sasaran itu tanpa
upaya-upaya yang luar biasa.(1)
Menurut hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, penyebab langsung
kematian ibu hampir 90 persen terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan.
sementara itu, risiko kematian ibu juga makin tinggi akibat adanya faktor keterlambatan, yang
menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu. ada tiga risiko keterlambatan, yaitu terlambat
mengambil keputusan untuk dirujuk (termasuk terlambat mengenali tanda bahaya), terlambat
sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat dan terlambat memperoleh pelayanan
yang memadai oleh tenaga kesehatan. sedangkan pada bayi, dua pertiga kematian terjadi pada
masa neonatal (28 hari pertama kehidupan). (1)
Republik Indonesia (Depkes RI) tempat yang ideal untuk persalinan adalah fasilitas
kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga yang siap menolong bila sewaktu-waktu terjadi
komplikasi persalinan, minimal di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas yang mampu
memberikan pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar (PONED).(3)
37
AKI Provinsi NTT pada periode 2004 2007 cenderung mengalami penurunan yang
cukupbermakna. Pada tahun 2004 AKI NTT sebesar 554 per 100.000 kelahiran hidup
(Surkesnas) dan menurun menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI
2007). Namun berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2010, AKI meningkat menjadi 387
per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan angka nasional 228 per 100.000
kelahiran hidup (SDKI 2007) maka fluktuasi AKI NTT sangat tinggi.
Untuk mengatasi masalah ini maka rovinsi NTT telah menginisiasi terobosan-terobosan
dengan Revolusi KIA dengan motto semua ibu melahirkan di Fasiitas Kesehatan yang memadai.
Dengan capaian indikator antaranya adalah menurunnya peran dukun dalam menolong
persalinan atau meningkatkan peran tenaga kesehatan terampil dalammenolong persalinan.
Program Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (Revolusi KIA) di Propinsi NTT telah ditetapkan
melalui Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 42 Tahun 2009. Program ini secara
serentak dilakukan di semua wilayah kabupaten/kota di Propinsi NTT sejak tahun 2009.(3)
Dampak dari revolusi ini terlihat jelas memberikan penurunan yang signifikan dalam
menekan kematian ibu dan anak. Sejak dicanangkan pada tahun 2009, terlihat jelas penurunan
angka kematian ibu dari 2500 tiap 100.000 kelahiran hidup menjadi 153/100.000 kelahiran hidup
dan angka kematian bayi sebesar 47 bayi dalam 1.000 kelahiran hidup menjadi 27/1.000
kelahiran hidup pada tahun 2013.(4)
Diharapkan dengan melaksanakan Revolusi KIA terutama konseling yang baik dan
pemeriksaan kesehatan yang teratur dan baik pada pelayanan asuhan antenatal (Antenatal Care)
semua ibu hamil dapat mengerti dan memiliki kesadaran agar melakukan persalinan di pelayanan
kesehatan yang memadai dapat mencapai target MDGs pada tahun 2015.
38
I.
KASUS I
1. Identitas
Nama
: Ny. M. T
Umur
: 40 tahun
: Kristen Protestan
Alamat
: Oesapa
Pendidikan
: SD
: Kristen Protestan
Umur
: 42 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Tukang
39
: 04 Agustus 2015
- HTP
: 11 Mei 2016
- Usia Kehamilan
: 36-37 minggu
Riwayat kehamilan
tidak rutin melakukan pemeriksaan ke tempat pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan
lokasi pelayanan kesehatan jauh dari rumahnya dan saat itu lebih percaya kepada dukun.
Riwayat persalinan
rumah dibantu oleh ibu kandungnya, keempat dan kelima di bantu ibu bidan. Kelima
anaknya lahir hidup.
3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan Darah
: 110/70 mmhg
Berat Badan
: 48,5 kg
Tinggi Badan
: 150 cm
40
Mata
Leher
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Abdomen
: tampak buncit, striae gravidarum (+), bising usus (+) kesan normal.
Ekstremitas
Leopold 2
Leopold 3
: Letak kepala
Leopold 4
Pemeriksaan Laboratorium
4. Diagnosis Kerja
5. Penatalaksanaan
41
Dokumentasi kegiatan
6. KIE
-
Perawatan sehari hari seperti menjaga kebersihan badan dengan mandi 2 kali sehari
dengan sabun, gosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur.
Tetap konsumsi makanan yang bergizi dan secara teratur mengkonsumsi suplemen yang
diberikan
Kurangi kerja berat dan istirahat berbaring minimal 1 jam di siang hari dengan posisi
tidur miring.
Bila terjadi perdarahan, bengkak pada kaki, tangan, wajah, sakit kepala dan kejang, atau
demam segera ke pusat pelayanan kesehatan.
42
II.
KASUS II
1. Identitas
Nama
: Ny. E.S
Umur
: 29 tahun
: SMP
Pekerjaan
Agama
: Katolik
Alamat
: Lasiana
: 30 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Ojek
43
Riwayat haid :
- HPHT
: 17 November 2015
- HTP
: 24 Agustus 2016
- Usia Kehamilan
: 21 minggu
Riwayat kehamilan
:-
Riwayat persalinan
:-
3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan Darah
: 110/70 mmhg
Berat Badan
: 53 kg
Tinggi Badan
: 153 cm
Mata
Leher
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Abdomen
: tampak datar, striae gravidarum (-), bising usus (+) kesan normal.
Ekstremitas
44
: Perut datar, linea nigra (-), striae gravidarum (-), putting susu
Leopold 2
Leopold 3
Leopold 4
4. Pemeriksaan Laboratorium
:-
5. Diagnosis Kerja
6. Penatalaksanaan
Dokumentasi kegiatan
45
7. KIE
-
Jika mual mual, muntah dan tidak nafsu makan pilihlah makanan yang ridak berlemak
dan meyegarkan, seperti roti, ubi, singkong, biskuit, dan buah.
Istirahat berbaring minimal 1 jam di siang hari dengan posisi tidur miring.
Bila ada tanda tanda perdarahan pada hamil muda atau muntah dan tidak mau makan
terus menerus segera ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Jangan lupa untuk kembali memeriksakan kehamilan bulan depan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
46
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/upaya-percepatan-penurunan-angka-kematian-ibudan-bayi-baru-lahir-di-indonesia/?print=pdf di akses tanggal 12 April 2016
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2008
3. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara TImur.Profil Kesehatan Tahun 2012.Dinas
Kesehatan Provinsi NTT. 2012. P 30-1
4. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara TImur. Pedoman Revolusi KIA Provinsi NTT :
Percepatan Penurunan Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir. . Dinas Kesehatan Provinsi NTT.
Kupang. 2009
47
LAPORAN KASUS
POLI GIZI
BALITA DENGAN GIZI BURUK
48
I. PENDAHULUAN
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya
di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena
kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut
marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita
(bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Penyakit atau
keadaan klinis yang diakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan protein dan energy, dapat karena
asupan yang kurang atau kebutuhan/keluaran yang meningkat atau keduanya secara bersama.
Sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain.
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau
dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud
bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah
teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah
bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2013 diketahui terjadi peningkatan prevalensi gizi
buruk di Indonesia. Pada tahun 2013 prevalensi gizi buruk-kurang adalah 19,6% yang terdiri dari
5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan pada tahun 2007 yaitu 18,4% dan
tahun 2010 sebesar 17,9%, maka prevalensi pada tahun 2013 terlihat meningkat. Prevalensi gizi
49
buruk sendiri mengalami peningkatan dimana pada tahun 2007 adalah 5,4%, tahun 2010 sebesar
4,9% dan tahun 2013 sebesar 5,7%. Berdasarkan hasil ini maka masalah gizi buruk masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang perlu mendapat penanganan serius.
Di antara 33 propinsi, NTT merupakan salah satu dari ketiga propinsi dengan kategori prevalensi
gizi buruk sangat tinggi, setelah Sulawesi Barat dan Papua Barat.
Disebutkan malnutrisi primer bila kejadian Gizi Buruk akibat kekurangan asupan nutrisi,
yang pada umumnya didasari oleh masalah social ekonomi, pendidikan serta rendahnya
pengetahuan di bidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi maslaah nutrisi seperti di atas
disebabkan adanya peyakit utama, seperti kelainan bawaa, infeksi kronis ataupun kelainan
pencernaan dan metabolic, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi
yang turun dan/ atau meningkatnya kehilangan nutrisi.
Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan
untuk menghasilkan kalori. Dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian
cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolic. Bila terjadi stress katabolik
(infeksi) maka kebutuhan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi
protein yang relatif, bila kondisi ini terjadi pada saat kondisi ini terjadi pada saat status gizi
masih di atas -3 SD
ataudecompensated malnutrition). Bila stress katabolic ini terjadi pada saat status gizi di
bawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Bila kondisi kekurangan ini terus
dapat teradaptasi sampai di bawah -3SD, maka akan terjadilah marasmik (malnutrisi kronis atau
compensated malnutrition).Dengan demikian pada Gizi Buruk dapat terjadi: gangguan
petumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan haemoglobin, penurunan
system kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesis enzim
50
Berikut ini dilaporkan dua kasus gizi buruk yang terjadi pada dua orang balita yang
ditemukan di kelurahan bello Puskesmas Sikumana. Wilayah kerja posyandu Cendawan II
II.PRESENTASI KASUS
A. KASUS I
Identitas :
- Nama
- Jenis kelamin
: laki-laki
- Umur
: 54 bulan
- Nama ayah
: Tn . Samual Malafu
- Alamat
yang seperti sekarang tidak bertambah besar maupun bertambah kecil. Perkembangan anak
tidak terlihat normal. Menurut ibunya anaknya lincah dan aktif bermain.
Riwayat Makan
: Anak mendapat ASI eksklusif dari usia 0 hingga 6 bulan. Setelah usia 6
bulan anak masih menyusui dan sudah diberikan MP-ASI yaitu bubur yang dimasak dan
dicampur dengan sayuran. Pasien berhenti menyusui saat berusia 1 tahun 7 bulan. Menurut
ibunya nafsu makan pasien baik, namun pasien cenderung lebih suka makan makanan ringan
51
daripada nasi. Sehari-hari pasien biasa makan nasi dengan sayur yang kadang ditambah
dengan lauk seperti tahu, tempe ataupun ikan.
Riwayat penyakit dahulu
dari Soe setelah didiagnosis gizi buruk, tampak kurus namun tidak sempat masuk rumah sakit.
Riwayat kehamilan
pasien. Ibu mengkonsumsi tablet tambah darah dan vitamin yang diberikan dari Puskesmas,
tidak mengkonsumsi alkohol, tidak merokok dan tidak ada riwayat sakit saat hamil. Menurut
ibu pasien, saat hamil ia sering bekerja jadi tidak memperhatikan gizi waktu hamil.
Riwayat persalinan
lahir cukup bulan, lahir langsung menangis. 2 hari setelah lahir dibawa ke bidan dan
dilakukan penimbangan BB 3.0 Kg.
Riwayat imunisasi
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum
Berat badan
: 9.9 kg
Panjang badan
: 80 cm
Status gizi
: Bentuk gizi buruk , rambut warna hitam kecoklatan, tidak mudah dicabut
Mata
Hidung
52
Paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Dokumentasi :
53
B. KASUS II
Identitas :
- Nama
- Jenis kelamin
: Laki-laki
- Umur
: 18 bulan
- Nama ayah
- Nama Ibu
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengeluh berat badan anaknya tidak naik. Saat ini anaknya menderita batuk sejak
1 minggu yang lalu. Batuk disertai pilek dan panas. Makan minum dirasakan baik tidak
disertai mual muntah. Menurut ibu pasien sejak lahir anaknya memiliki berat badan kecil,
hingga lahir hingga sekarang berat badan anaknya hanya naik 3,5 kg dan sulit bertambah.
makan minum pasien dirasakan baik dan tidak ada kelainan pertumbuhan.
Riwayat Makan
Setelah usia 6 bulan pasien masih menyusui hingga sekarang dan mulai makan bubur. Pasien
tidak pernah minum susu formula. Pasien sulit makan dan lebih suka makan makanan ringan
dibanding makan nasi. Dan sangat menyukai makanan yang berkuah.
Riwayat penyakit dahulu
54
Riwayat kehamilan
teratur,. Saat hamil ibu biasa makan nasi, sayur dan tahu/tempe. Jika harganya terjangkau baru
ibu pasien bisa membeli ikan atau daging.
Riwayat persalinan
menangis. Berat badan lahir 2500 gram , panjang badan tidak diingat ibu pasien
Riwayat imunisasi
Berat badan
: 7,7 kg
Panjang badan
: 69 cm
Status gizi
Mata
Hidung
Paru
Jantung
Abdomen
55
Ekstremitas
Dokumentasi
Edukasi :
Pada kedua orangtua dari kedua pasien gizi buruk ini diberikan edukasi yaitu :
1. Masalah gizi yang dialami oleh anak adalah masalah kekurangan gizi yang terjadi sejak
lama dan apabila dibiarkan menyebabkan banyak komplikasi pada anak. Selain
menyebabkan anak mudah terkena berbagai infeksi penyakit bahkan yang dapat
menimbulkan kematian, gizi yang buruk juga dapat mempengaruhi perkembangan dan
perumbuhan anak. Oleh karena itu peran orangtua dan keluarga untuk menangani
masalah ini sangat penting yaitu dengan berusaha memenuhi kebutuhan gizi anaknya.
Pemberian nutrisi dapat dengan memberikan makanan yang tinggi karbohidrat dan
protein seperti nasi, ubi, telur, tahu atau tempe, ikan, daging, kacang-kacangan seperti
kacang hijau serta sayuran dan buah-buahan. Karena berat badan anak di atas 7 Kg, anak
dapat diberikan makanan padat biasa.
56
2. Orangtua harus waspada terhadap tanda-tanda bahaya seperti hipoglikemi, hipotermi dan
dehidrasi. Tanda hipoglikemi adalah anak menjadi rewel, apatis, nadi lemah bahkan
sampai kehilangan kesadaran. Jika teraba dingin maka anak menderita hipotermi. Tandatanda dehidrasi yaitu ubun-ubun besar anak teraba cekung, air mata anak sedikit atau
tidak ada saat menangis, bibir dan mulut anak tampak kering serta jumlah air kencing
anak menjadi sedikit bahkan tidak ada. Jika ditemukan tanda-tanda seperti ini maka anak
harus segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Anak dengan gizi buruk mudah terkena penyakit sehingga penting bagi orangtua untuk
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
4. Mengedukasi keluarga pasien untuk mengurus surat BPJS.
keadaan sakit, sehingga dapat menerima bantuan dari pemerintah dan mendapat
keringanan biaya apabila pasien dirawat dirumah sakit.
57
III.
KESIMPULAN
Telah dilaporkan dua kasus gizi buruk yaitu balita dengan berat badan yang berada di
bawah garis merah pada balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sikumana. Orangtua
pasien diedukasi mengenai gizi dan tanda-tanda bahaya harus diwaspadai pada anak dengan gizi
buruk. Pasien juga diedukasi mengenai pentingnya mengurus kartu jaminan kesehatan.
58
IV.
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief A,Firmansyah A,Tumbelaka A.R,Usman A,Kurniawan A:editor. Gizi Buruk.
Dalam: Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: IDAI ; 2008. p.
193-202.
2. Davidz I, Manubulu M, Angreihini S. Kurang Energi Protein. Dalam Materi Dasar
Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak, Kupang :Fakultas Kedokteran Undana ; 2015.
P 28-9
3. Riset
59
LAPORAN KASUS
SANITASI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PUSKESMAS OESAPA
60
LAPORAN KASUS
SANITASI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PUSKESMAS OESAPA
Maria Septianti N. Rasnan, S. Ked
1108011018
IMPETIGO BULOSSA
PENDAHULUAN
Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis kulit
Impetigo biasanya juga mengikuti trauma superficial dengan robekan kulit dan paling sering
merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari pediculosis, skabies, infeksi jamur dan
pada insect bites. Impetigo terjadi di seluruh negara di dunia dan angka kejadiannya selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Di amerika serikat impetigo merupakan 10% dari masalah kulit
yang dijumpai pada klinik anak dan terbanyak pada daerah yang jauh lebih hangat, yaitu pada
daerah tenggara amerika . Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak
2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Sekitar 70% merupakan impetigo krustosa.
Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Streptococcus beta hemolitikus grup A
(Streptococcus pyogenes). Staphylococcus merupakan patogen primer pada impetigo bulosa dan
ecthyma .(1)
Di Indonesia penyakit kulit menempati urutan ke-3 setelah infeksi saluran napas dan diare.
Dari data jumlah kunjungan pasien ke poliklinik Divisi Dermatologi Ilmu Kesehatan Kulit dan
kelamin (IKKK) Fakultas kedokteran Universitas Indonesia / RS Dr Cipto Mangunkusomo
(FKUI/RSCM) selama tahun 2001 menunjukan pasien pioderma anak sebesar 362 kasus (18,53%)
dari 2190 kunjungan baru. Penyakit ini menempati urutan ke-2 setelah dermatitis atopik. Sedangkan
tahun 2002 terbanyak 328 kasus (16,72%) dari 1962 kunjungan baru. Pioderma primer terbanyak
61
(2)
Dari data 8 Rumah Sakit di 6 kota besar di Indonesia pada tahun 2001 didapatkan 13,86%
dari 8919 kunjungan baru pasien kulit anak adalah pioderma. Yang terbanyak adalah
furunkulosis (26,35%), diikuti impetigo vesikobulosa (23,76%), dan impetigo krustosa (22,79%).
lima pioderma adalah infeksi kulit (epidermis, dermis) dan subkutan yang disebabkan oleh
kuman stafilakokus dan streptokokus atau oleh keduanya. Menurut beberapa kepustakaan bentuk
PS (pioderma superfisialis) yang sering dijumpai adalah impetigo, sedangkan di Divisi
Dermatologi anak Depertemen IKKK FKUI/RSCM penyakit ini menempati urutan kedua setelah
furunkulosis, impetigo terutama disebabkan oleh staphylococcus aureus (S. aureus) dan kadang
oleh streptococcus pyogenes grup A (S.pyogenes).
Sumber : (3)
Hygiene perorangan dan lingkungan berhubungan dengan pioderma. Hasil ini sejalan dengan
Saad dan Sugastiasti (2008) yang melaporkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
hygiene perorangan dengan angka kejadian infeksi kulit, dengan sampel sebanyak 100 orang.
62
Kelompok pioderma di RSI Sultan Agung, Semarang pada pioderma Agustus-Desember 2010 yang
terbanyak adalah pioderma jenis karbunkel sebanyak 16 orang (53,3%), impetigo 5 orang (16,7%),
folikulitis 5 orang (16,7%), dan pada furunkel 4 orang (13,3%), sedangkan pioderma jenis ektima dan
erisipelas tidak ditemukan.
Tindakan yang bisa dilakukan guna pencegahan impetigo diantaranya cuci tangan segera
dengan menggunakan air mengalir bila habis kontak dengan pasien, terutama apabila terkena
luka, jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita, bersihkan dan lakukan
desinfektan pada mainan yang mungkin bisa menularkan pada orang lain, setelah digunakan
pasien, mandi teratur dengansabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun dapat
mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif), higiene yang baik, mencakup cuci
tangan teratur, menjaga kuku jari tetap pendek dan bersih, jauhkan diri dari orang dengan
impetigo, cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang lainnya.
Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari atau pengering yang panas.
Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan disinfektan dan gunakan sarung tangan saat
mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang terinfeksi dan cuci tangan setelah itu
PRESENTASI KASUS
Anak laki-laki , Timotius Taelaka berusia 3 bulan dibawa oleh ibunnya ke poli anak
Puskesmas Oesapa dengan keluhan timbul bintik kemerahan belakang tubuh sejak 1 minggu lalu.
Awalnya, hanyalah bercak kemerahan yang
berisi nanah, pasien juga demam sejak 1 hari SMRS. Batuk(-) dan pilek (-). Muntah 1 kali tadi
malam, namun makan dan minum masih dirasakan baik. BAB dan BAK baik.
Hasil pemeriksaan fisik, kesadaran compos mentis dengan frekuensi nadi 78x/menit,
frekuensi napas 30x/menit dan suhu tubuh 36.5C. Keadaan umum pasien tampak sakit ringan
pada pemeriksaan leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening, pemeriksaan kulit
63
tampak papul pustul hingga bulla diatas kulit yang eritematous yang sirkumsrib ukuran milaria
yang ditemukan pada belakang, kepala dan lengan. Pemeriksaan thoraks didapatkan jantung dan
paru paru dalam batas normal. Pada abdomen tampak datar, nyeri tekan (-) dan timpani.
Akral teraba hangat, CRT <2 detik sedangkan genital tidak dievaluasi
Pasien didiagnosis menderita impetigo bullosa. Pada pasien diberikan pengobatan
medikamentosa yakni amoksilin tab, Paracetamol tablet, dan vitamin C tablet. Ibu pasien
diedukasi menjaga kebersihan lingkungan tempat anaknya tidur dan memperhatikan kebersihan
diri dari anaknya.
PRESENTASI SANITASI DAN KEADAAN LINGKUNGAN
Rumah pasien ini berukuran 30 meter x 30 meter beratapkan seng dan terbuat dari
tembok batu, rumah ini dihuni 10 orang, yaitu nenek pasien, tanta pasien serta sepupu pasien.
Masuk ke dalam rumah tampak rumah berserakan belum dibersihkan, dalam rumah tampak
lemari dan meja lama yang diatasnya terdapat barang yang kotor. Terdapat kamar-kamar tidur
yang sangat pengap dan gelap. Ruangan tidur kurang pencahayaan dan bersuhu panas.
Kamar mandi keluarga ini terletak dibelakang berdekatan dengan dapur. Letak kamar
mandi juga tidak jauh rumah utama dan berdekatan dengan kamar-kamar keluarga yang lain
64
dibelakang rumah utama. Sarana air bersih pada rumah ini berasal dari PDAM namun jika
PDAM macet maka keluarga menggunakan air sungai untuk mencuci dan memasak.
DISKUSI
Dari keadaan-keadaan seperti yang digambarkan diatas, maka intervensi dibidang lingkungan
yang dapat dilakukan antara lain adalah :
1. Membersihkan rumah dan menanam tanaman, agar debu yang sering berterbangan dapat
dikurangi.
2. Mengupayakan air mengalir untuk mencuci tangan dan untuk mandi apabila air macet.
Usahakan pasien mandi dengan air bersih dan hangat
3. Sering membuka jendela kamar- kamar agar sikulasi udara dalam ruangan baik dan tidak
panas.
4. Sering mencuci tangan dan menggunting kuku tangan ibu agar tetap besih jika menyusui
pasien.
KESIMPULAN
Telah dilaporkan sebuah kasus impetigo bulosa pada anak perempuan usia 4 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Oesapa. Pasien diberikan ampisilin tab, Paracetamol tablet, dan
vitamin C tablet . Ibu pasien diedukasi menjaga kebersihan lingkungan tempat anaknya tidur
dan memperhatikan kebersihan diri dari anaknya.
65
Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah
longsor, gelombang tsunami, daerah gempa dan sebagainya.
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas
tambang
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan
penerbangan.
2.
Kualitas Udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beradun dan
67
4.
5.
68
Vektor Penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%
7.
Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga
Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang
cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2.
Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3.
4.
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan
luar maupun dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang
69
tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh
tergelincir,
Rumah yang sehat harus dapat mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan seperti
terjatuh, keracunan dan kebakaran (APHA). Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam
kaitan dengan hal tersebut antara lain :
1.
2.
3.
Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan gas
4.
Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan kecelakaan
mekanis dapat terhindari.
1.
Lingkup penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen rumah, sarana sanitasi
dan perilaku penghuni, sebagai berikut :
Langit-langit
b. Dinding
c.
Lantai
f.
Ventilasi
70
h. Pencahayaan
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi :
a.
Penilaian rumah
Penilaian rumah perlu ditentukan nilai minimum yang memenuhi kriteria sehat dan bobot pada
kelompok komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni.
Nilai minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing-masing parameter adalah sebagai
berikut :
a.
1)
Langit-langit
= 2
71
2)
Dinding
= 2
3)
Lantai
= 2
4)
= 1
5)
= 1
6)
Ventilasi
= 1
7)
= 2
8)
Pencahayaan
= 2
b.
= 3
= 2
= 2
= 2
c.
Perilaku
Untuk perilaku tetap dikenakan nilai maksimum karena perilaku sangat berperan untuk
Pemberian Nilai
a.
Komponen rumah
1)
Langit-langit
0 = Tidak ada
1 = Ada, kotor dan rawan kecelakaan
72
Dinding
Lantai
0 = Tanah
1 = Papan/anyaman bambu yang dekat dengan tanah/plesteran yang retak/ berdebu
2 = Diplester/ubin/keramik/papan/rumah panggung
4)
0 = Tidak ada
1 = Ada
5)
0 = Tidak ada
1 = Ada
6)
Ventilasi
0 = Tidak ada
1 = Ada, tetapi luasnya < 10% luas lantai
2 = Ada, luas ventilasi 10% luas lantai
7)
0 = Tidak ada
1 = Ada, luas tabung ventilasi/asap dapur 10% dari luas lantai dapur
73
Ada, dengan lubang ventilasi 10% luas lantai dapur ( asap keluar dengan
sempurna atau ada exhaust fan atau ada peralatan lain yang sejenis )
8)
Pencahayaan
0 = Tidak ada
1 = Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
2 = Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
3 = Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan
4 = Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan
2)
0 = Tidak ada
1 = Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam
2 = Ada, bukan leher angsa ada tutup ( leher angsa ), disalurkan ke sungai/kolam
3 = Ada, bukan leher angsa ada tutup, septic tank
4 = Ada, leher angsa, septic tank
3)
74
3 = Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air ( jarak dengan sumber air 10 m)
4 = Ada, dialirkan ke selokan tertutup ( saluran kota ) untuk diolah lebih lanjut
4)
0 = Tidak ada
1 = Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup
2 = Ada, kedap air dan tidak tertutup
3 = Ada, kedap air dan bertutup
c.
Perilaku Penghuni
1)
0 = Tidak pernah
1 = Kadang-kadang
2 = Setiap hari
4)
75
= 1068 1200
= < 1068
Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi
faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare merupakan penyebab kematian
nomor 4 sedangkan kecacingan dapat mengakibatkan produktifitas kerja dan dapat menurunkan
kecerdasan anak sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti
DBD, malaria, pes, dan filariasis .
1.
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
b.
Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500
mg/l)
c.
2.
angka kejadian diare adalah rendahnya cakupan penduduk yang memanfaatkan sarana air bersih
dan jamban serta PHBS yang belum memadai. Menurut data dari 200.000 anak balita yang
meninggal karena diare setiap tahun di Asia, separuh di antaranya adalah di Indonesia.
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat antara lain sebagai
berikut :
77
a.
b.
Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau
sumur, jarak jamban > 10 m dari sumur dan bila membuat lubang jamban jangan sampai
dalam lubang tersebut mencapai sumber air.
c.
d.
Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain. Kotoran manusia yang dibuang harus
tertutup rapat.
e.
Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar benar diperlukan, harus
dibatasi seminimal mungkin.
f.
Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g.
a.
Pembuangan tinja di atas tanah, pada cara ini tinja dibuang begitu saja di atas permuakaan
tanah, halaman rumah, di kebun, di tepi sungai dan sebagainya. Cara demikian tentu sama
sekali tidak dianjurkan, karena dapat mengganggu kesehatan.
b.
Kakus lubang gali (pit pravy), cara ini merupakan salah satu yang paling mendekati
persyaratan yang harus dipenuhi. Tinja dikumpulkan di dalam tanah dan lubang di bawah
tanah, umumnya langsung terletak di bawah 90 cm = kedalaman sekitar 2,5 m.
Dinidngnya diperkuat dengan batu, dapat ditembok ataupun tidak, macam kakus ini hanya
baik digunakan di tempat di mana air tanah letaknya dalam.
c.
Kakus air (aqua privy), cara ini hampir mirip dengan kakus lubang gali, hanya lubang kakus
dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi air, terletak langsung di bawah tempat
jongkok. Cara kerjanya merupakan peralihan antara lubang kakus dengan septic tank.
78
Fungsi dari tank adalah untuk menerima, menyimpan, mencernakan tinja serta
melindunginya dari lalat dan serangga lainnya. Bentuk bulat, bujur sangkar atau empat
persegi panjang diletakkan vertikal dengan diameter antara 90 120 cm.
d.
Septic Tank, merupakan cara yang paling memuaskan dan dianjurkan diantara pembuangan
tinja dan dari buangan rumah tangga. Terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air dimana
tinja dan air ruangan masuk dan mengalami proses dekomposisi. Di dalam tangki, tinja akan
berada selama 1-3 minggu tergantung kapasitas tangki.
Pembuangan tinja yang buruk sekali berhubungan dengan kurangnya penyediaan air bersih
dan fasilitas kesehatan lainnya. Kondisi-kondisi demikian ini akan berakibat terhadap serta
mempersukar penilaian peranan masing-masing komponen dalam transmisi penyakit namun
sudah diketahui bahwa terhadap hubungan antara tinja dengan status kesehatan. Hubungan
keduanya dapat bersifat langsung ataupun tak langsung. Efek langsung misalnya dapat
mengurangi insiden penyakit tertentu yang dapat ditularkan karena kontaminasi dengan tinja,
misalnya thypus abdominalis, kolera dan lain-lain, sedanngkan hubungan tak langsung dari
pembuangan tinja ini bermacam-macam, tetapi umumnya berkaitan dengan komponenkomponen lain dalam sanitasi lingkungan.
3.
terkoneksi dengan sistem pembuangan limbah (sewerag system). Pegolahan air limbah
dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut.
Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap
gangguan yang timbul karena pencemaraan air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut
79
mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah perlu
dibuang.
Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut:
a.
Pengenceran
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru
dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin
meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan
diperluka air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi.
Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap
badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan
terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnnya dapat
menimbulkan banjir.
b.
Kolam Oksidasi
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae),
bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam kolam
berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu
diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan didaerah yang
terbuka, sehingga memungkinkan memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
c.
Irigasi
Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk
kedalam tanah melalui dasar dan dindindg parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan
dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi
untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga,
80
perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainya dimana kandungan zat-zat organik
dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.
4.
masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila dibuang dengan cara ditumpuk saja maka
akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Apabila dibakar akan
menimbulkanpengotoran udara. Kebiasaan membuang sampah disungai dapat mengakibatkan
pendangkalan sehingga menimbulkan banjir. Dengan demikian sampah yang tidak dikelola
dengan baik dapat menjadi sumber pencemar pada tanah, badan air dan udara.
Berdasarkan asalnya, sampah digolongkan dalam dua bagian yakni sampah organik (
sampah basah ) dan sampah anorganik ( sampah kering ). Pada tingkat rumah tangga dapat
dihasilkan sampah domestik yang pada umumnya terdiri dari sisa makanan, bahan dan peralatan
yang sudah tidak dipakai lagi, bahan pembungkus, kertas, plastik, dan sebagainya.
Teknik pengelolaan sampah yang baik diantaranya harus memperhatikan faktor-aktor sebagai
berikut :
a.
Penimbulan sampah
b.
Penyimpanan sampah
c.
d.
Pengangkutan
e.
Pembuangan.
Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu pengaturan
81
sampah tiap-tiap rumah isinya cukup 1 m3. Tempat sampah janganlah ditempatkan di dalam
rumah atau pojok dapur, karena akan menjadi gudang makanan bagi tikus-tikus sehingga rumah
banyak tikusnya.
Adapun syarat tempat sampah adalah sebagai berikut :
a.
Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak mudah bocor, kedap air.
b.
Tempat sampah harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian rupa sehingga
mudah dibuka, dikosongkan isinya serta mudah dibersihkan. Sangat dianjurkan agar tutup
sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.
c.
Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu orang atau
ditutup.
d.
Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang lainnya seperti
82
DAFTAR PUSTAKA
1. Margono S. Oksiuriasis dalam Dasar Parasitologi Klinik edisi pertama , Jakarta, 2011.
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.p 155-7.
2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
83