Limbah organik memiliki defenisi berbeda yang penggunaannya dapat disesuaikan dengan
tujuan penggolongannya. Berdasarkan pengertian secara kimiawi limbah organik merupakan
segala limbah yang mengandung unsure karbon (C), sehingga meliputi limbah dari mahluk hidup
(misalnya kotoran hewan dan manusia, sisa makanan, dan sisa-sisa tumbuhan mati), kertas,
plastic, dan karet.
Namun, secara teknis sebagian besar orang mendefinisikan limbah organic sebagai limbah yang
hanya berasal dari mahluk hidup (alami) dan sifatnya mudah busuk. Artinya, bahan-bahan
organic alami namun sulit membusuk/terurai, seperti kertas, dan bahan organic sintetik (buatan)
yang juga sulit membusuk/terurai, seperti plastik dan karet, tidak termasuk dalam limbah
organic. Hal ini berlaku terutama ketika orang memisahkan limbah padat (sampah) di tempat
pembuangan sampah untuk keperluan pengolahan limbah.
Limbah organic yang berasal dari mahluk hidup mudah membusuk karena pada mahluk hidup
terdapat unsure karbon (C) dalam bentuk gula (karbohidrat) yang rantai kimianya relative
sederhana sehingga dapat dijadikan sumber nutrisi bagi mikroorganisme, seperti bakteri dan
jamur. Hasil pembusukan limbah organic oleh mikroorganisme sebagian besar adalah berupa gas
metan (CH4) yang juga dapat menimbulkan permasalahan lingkungan.
Limbah Anorganik
Berdasarkan pengertian secara kimiawi, limbah organik meliputi limbah-limbah yang tidak
mengandung unsur karbon, seperti logam (misalnya besi dari mobil bekas atau perkakas, dan
aluminium dari kaleng bekas atau peralatan rumah tangga), kaca, dan pupuk anorganik (misalnya
yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor). Limbah-limbah ini tidak memiliki unsur karbon
sehingga tidak dapat diurai oleh mikroorganisme.
Seperti halnya limbah organik, pengertian limbah organik yang sering diterapkan di lapangan
umumnya limbah anorganik dalam bentuk padat (sampah). Agak sedikit berbeda dengan
pengertian di atas secara teknis, limbah anorganik didefinisikan sebagai segala limbah yang tidak
dapat atau sulit terurai/busuk secara alami oleh mikroorganisme pengurai. Dalam hal ini, bahan
organik seperti plastic, kertas, dan karet juga dikelompokkan sebagai limbah anorganik. Bahanbahan tersebut sulit diurai oleh mikroorganisme sebab unsure karbonnya membentuk rantai
kimia yang kompleks dan panjang (polimer).
berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat
korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25 C, 760
mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan
sekitarnya.Contoh:
a)
b)
Limbah kimia khusus dari laboratorium seperti asam prikat (picric acid).
Limbah mudah terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat
sebagai berikut :
Limbah yang berupa cairan yang mengandung a1kohol kurang dari 24% volume
dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari60 c (140 OF) akan menyala apabila terjadi
kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (25
C, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap
air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran yang terus menerus.
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi
manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila
masuk ke dalam tubuh melalui pemafasan, kulit atau mulut. Penentuan sifat racun untuk
identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mu tu konsentrasi TCLP (Toxicity
Characteristic Leaching Procedure) pencemar organik dan anorganik dalam limbah. Apabila
limbah mengandung salah satu pencemar yang terdapat, dengan konsentrasi sama atau lebih
besar dari nilai dalam Lampiran II tersebut, maka limbah tersebut merupakan limbah B3.
Bila nilai ambang batas zat pencemar tidak terdapat pada Lampiran II tersebut maka
dilakukan uji toksikologi.
Contoh limbah beracun:
a) Pestisida, sebagian besar pestisida yang sudah tidak diijinkan untuk digunakan bersifat
beracun seperti DDT, Aldrin dan Parathion.
b) Bahan farmasi, sebagian bahan-bahan farmasi yang sudah tidak memenuhi spesifikasi
atau tidak terpakai dapat bersifat beracun seperti obat anti kanker atau narkotika.
c) Pelarut Halogen, pelarut seperti Perchloroethylene dan Methylene Chloride yang
digunakan untuk pembersihan lemak dan kegiatan lain.
Limbah yang menyebabkan infeksi. Bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan
dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang
terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular .Limbah ini berbahaya karena mengandung
kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan,
dan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah.
Contoh limbah jenis ini :
a) Bagian tubuh manusia seperti anggota badan yang diamputasi dan organ tubuh manusia
yang dibuang dari rumah sakit/klinik.
b)
c)
d)
Limbah bersifat korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai
berikut :
Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju
korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 C.
Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama
atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa.
Contoh :
a) Sisa-sisa asam/cuka, asam sulfat yang biasa digunakan dalam pembuatan baja
terutama untuk membersihkan kerak dan karat. Sisa-sisa asam ini memerlukan
pembuangan.
b) Limbah pembersih yang bersifat basa (alkaline), limbah ini dihasilkan dari kegiatan
pembersihan seperti sodium hidroksida yang digunakan untuk membersihkan produk
metal yang akan dicat atau dilapisi bahan lain (electroplated).
c) Limbah asam dari baterai. Limbah asam dihasilkan dari kegiatan pendaur ulangan
baterai mobil (accu) bekas.
Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan.
Merupakan limbah Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2
dan 12,5 dapat menghasi1kan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar
(25 C, 760 mmHg).
atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Contoh: Zat-zat kimia tertentu yang digunakan di laboratorium seperti Magnesium, Perklorat,
dan Metil Etil Keton Peroksida.
SENYAWA B3
Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu total solids
residue (TSR), kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids (VR), kadar air (sludge
moisture content), volume padatan, serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat
mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun, serta sifat kimia dan kandungan senyawa kimia).
Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn
serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur
dan limbah industri kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan dari industri klor-alkali, industri cat,
kegiatan pertambangan, industri kertas, serta pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari
peleburan timah hitam dan accu. Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun
dalam konsentrasi rendah.
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Bina Lingkungan Hidup DKI,
ada sembilan kelompok besar penghasil limbah B3, delapan kelompok industri
skala menengah dan besar, serta satu kelompok rumah sakit yang juga
memiliki potensi menghasilkan limbah B3.
kertas atau sampah bekas, pecahan-pecahan gelas atau kaca, besi atau
logam bekas dan sampah organik yang berasal dari dapur atau pasar
dapat didaur-ulang menjadi kompos (pupuk). Proses daur-ulang ini juga
dapat mengubah sampah menjadi energi panas yang dikenal dengan
proses insenerasi. Insenerasi sederhana sudah ada yang melakukan oleh
beberapa industri misal di Jakarta, yaitu menggunakan limbah padat
dalam bentuk lumpur hasil akhir pengolahan air limbahnya tidak dibuang
ke tanah tetapi digunakan sebagai bahan bakar setelah mengalami
pengeringan.