Tanpa sinyal cahaya, orang cenderung untuk beroperasi pada jadwal 25 jam.
Irama sirkadian juga berdampak pada suhu tubuh, sensitivitas nyeri, kewaspadaan
mental, kekuatan fisik, dan indra.
Chronotherapy
merujuk
pada
suatu
pendekatan
pemberian
terapi
yang
mempertimbangkan irama biologis tubuh pasien, yakni dengan menjadwalkan jam tidur-bangun
dengan pola 3 jam lebih lambat dari jam tidur-bangun mereka yang biasanya dan pola tersebut
terus bertambah 3 jam lagi setiap harinya (untuk itu di sebut 27 jam). Cara seperti ini dipilih
karena penyimpangan sistem endogen irama sirkadian hanya dapat bergeser dengan penundaan
yang melebihi jam fase lanjut (tertidur) secara paksa. Dan pola seperti ini harus dilakukan secara
kontinu setiap harinya, karena jika pola penundaan seperti ini tidak dilakukan secara kontinu,
sistem endogen sirkadian pada penderita ini akan kembali ke siklus sirkadian 24 jam. Oleh
karena itu, siklus harian 27 jam harus dilanjutkan dengan penundaan 3 jam yang sesuai dengan
arah jarum jam (Czeisler, 1979).
Beberapa penjelasan di atas memberitahu pentingnya peran irama sirkadian dalam tubuh
dan bagaimana dampaknya juga bila terjadi ketidak seimbangan yang sangat berperan penting
dalam bidang kesehatan maupun kedokteran. Secara umum berobat itu dianjurkan oleh syariat.
Telah disebutkan dalam sahih al-Bukhari dari hadits Abu Hurairah ra,. bahwa Rasulullah saw.,
bersabda :
Artinya: Tidaklah Allah menurunkan satu penyakit melainkan Allah telah menurunkan
untuknya obat penyembuh. (HR. al-Bukhari)
Demikian pula disebutkan dalam Sahih Muslim dari hadits Jabir ra., bahwa Rasulullah
saw., bersabda:
Artinya: Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu sesuai dengan penyakitnya, akan sembuh
dengan izin Allah Azza wajalla,. (HR.Muslim)
Diriwayatkan pula dalam Musnad Imam Ahmad dari Sahabat Usamah bin Suraik , bahwasanya
Nabi bersabda:
Artinya: Aku pernah berada di samping Rasulullah. Lalu datanglah serombongan Arab dusun.
Mereka bertanya, Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat? Beliau menjawab: Iya, wahai
para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah I tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan
meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit. Mereka bertanya: Penyakit apa itu? Beliau
menjawab: Penyakit tua. (HR. Ahmad).