Anda di halaman 1dari 39

Laporan Akhir

Praktikum Geofisika II
Metode Seismik Refraksi

Nama

: Firsta Arianty Kamandika

NPM

: 1401710120040

Hari/Tanggal

: Rabu, 25 Maret 2015

Waktu

: 10.00 12.30 WIB

Dosen

: Bambang Wijatmoko, S.Si., M.Si

Asisten

: R. Herwindo W.

LABORATORIUM GEOFISIKA
PROGRAM STUDI GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

LEMBAR PENGESAHAN
Nama

: Firsta Arianty Kamandika

NPM

: 1401710120040

Hari/Tanggal

: Rabu, 25 Maret 2015

Waktu

: 10.00 12.30 WIB

Dosen

: Bambang Wijatmoko, S.Si., M.Si

Asisten

: R. Herwindo W.

AKTIFITAS

LAP. AKHIR

Jatinangor, 25 Maret
2015
Asisten

R. Herwindo W.

INTISARI
Lapisan batuan bawah permukaan bumi memiliki sifat fisis yang variatif.
Salah satu sifat fisis yang terdapat di bawah permukaan bumi adalah tingkat
kekerasan batuan. Tingkat kekerasan batuan merupakan istilah geologi yang
digunakan untuk menandakan kekompakan (cohesiveness) suatu batuan dan biasanya
dinyatakan dalam bentuk compressive fracture strenght. Compressive fracture
strenght merupakan tekanan maksimum yang mampu di tahan oleh batuan untuk
mempertahankan diri dari terjadinya rekahan (fracture). Besarnya fracture strenght
dipengaruhi oleh densitas dan kekompakan batuan. Sedangkan besarnya densitas dan
kekompakan batuanjuga dipengaruhi oleh elastisitas batuan.
Salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui elastisitas
batuan adalah metode seismik refraksi. Metode ini memanfaatkan perambatan
gelombang seismik yang merambat kedalam bumi. Gelombang seismik tersebut
berasal dari sumber seismik yang ada di permukaan dan gelombang tersebut akan
diterima oleh receiver yang ada dipermukaan juga.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Tujuan
1.
Melakukan akuisisi seismik refraksi.
2.
Mengolah data menggunakan metode intercepted time dan metode
Hagiwara.
3.
Menentukan cepat rambat gelombang seismik.
4.
Menentukan kedalaman lapisan titik pengukuran.

1.2.

Alat dan fungsi


1.
Seismograph PASI CE 3S
Penampil dan pengolah getaran dari geofon
2.
Kabel Geofon
Menyambungkan seismograf dan geofon
3.
Kabel Eksternal Trigger
Penyambung kabel trigger dan seismograf
4.
Matril+Kabel Trigger
Alat pemuku + penyambung eksternal trigger ke palu
5.
Geofon OYO Geospace
Alat penerima getaran
6.
Plat Alumunium
Bahan untuk dipukul agar menghasilkan getaran
7.
Thermal Printer SII DPU-414
Untuk mengeprint hasil trace trace getaran
8.
Kabel Printer
Penyambung seismograf ke printer
9.
Palu
Alat untuk membuat getaran yang dipukulkan ke plat alumunium
10.
Meteran Gulung 100 m
Pengukur jarak antar geofon / offset

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.

Gelombang Seismik
Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat
adanya gempa bumi. Sedangkan gelombang secara umum adalah fenomena
perambatan gangguan (usikan) dalam medium sekitarnya. Gangguan ini mulamula terjadi secara lokal yang menyebabkan terjadinya osilasi (pergeseran)
kedudukan partikel-partikel medium, osilasi tekanan maupun osilasi rapat
massa. Karena gangguan merambat dari suatu tempat ke tempat lain, berarti
ada transportasi energi.
Gelombang seismik disebut juga gelombang elastik karena osilasi
partikel-partikel medium terjadi akibat interaksi antara gaya gangguan
(gradien stress) melawan gaya-gaya elastik. Dari interaksi ini muncul
gelombang longitudinal, gelombang transversal dan kombinasi diantara
keduanya. Apabila medium hanya memunculkan gelombang longitudinal saja
(misalnya di dalam fluida), maka dalam kondisi ini gelombang seismik sering
dianggap sabagai gelombang akustik. Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi,
seismik refleksi lebih lazim digunakan daripada seismik refraksi. Hal tersebut
disebabkan karena seismik refleksi mempunyai kelebihan dapat memberikan
informasi yang lebih lengkap dan baik mengenai keadaan struktur bawah
permukaan. Penyelidikan seismik dilakukan dengan cara membuat getaran
dari suatu sumber getar. Getaran tersebut akan merambat ke segala arah di
bawah permukaan sebagai gelombang getar. Gelombang yang datang
mengenai lapisan-lapisan batuan akan mengalami pemantulan, pembiasan, dan
penyerapan. Respon batuan terhadap gelombang yang datang akan berbedabeda tergantung sifat fisik batuan yang meliputi densitas, porositas, umur
batuan, kepadatan, dan kedalaman batuan. Gelombang yang dipantulkan akan
ditangkap oleh geophone di permukaan dan diteruskan ke instrumen untuk
direkam. Hasil rekaman akan mendapatkan penampang seismik.

2.

Sumber Gelombang Seismik


Sumber gelombang seismik pada mulanya berasal dari gempabumi
alam yang dapat berupa gempa vulkanik maupun gempa tektonik, akan tetapi
dalam seismic eksplorasi sumber gelombang yang digunakan adalah

gelombang seismik buatan. Ada beberapa macam sumber gelombang seismik


buatan seperti dinamit, benda jatuh, airgun, watergun, vaporchoc, sparker,
maupun vibroseis. Sumber gelombang seismik buatan tersebut pada
hakekatnya membangkitkan gangguan sesaat dan lokal yang disebut sebagai
gradien tegangan (stress). Gradien tegangan mengakibatkan terganggunya
keseimbangan gaya-gaya di dalam medium, sehingga terjadi pergeseran titik
materi yang menyebabkan deformasi yang menjalar dari suatu titik ke titik
lain. Deformasi ini dapat berupa pemampatan dan perenggangan partikelpartikel medium yang menyebabkan osilasi densitas/tekanan maupun
pemutaran (rotasi) partikel-partikel medium.Apabila medium bersifat elastis
sempurna, maka setelah mengalami deformasi sesaat tadi medium kembali ke
keadaan semula.
Menurut cara bergetarnya gelombang seismik dibagi menjadi dua
macam yaitu:
a.
Gelombang Primer (longitudinal/ compussional wave)
Gelombang primer adalah gelombang yang arah pergerakan
atau getaran partikel medium searah dengan arah perambatan
gelombang tersebut. Gelombang ini mempunyai kecepatan rambat
b.

paling besar diantara gelombang seismik yang lain.


Gelombang Sekunder (transversal/ shear wave)
Gelombang sekunder adalah gelombang yang arah getarannya
tegak lurus terhadap arah perambatan gelombang. Gelombang ini
hanya dapat merambat pada material padat saja dan mempunyai
kecepatan gelombang yan lebih kecil dibandingkan gelombang primer.

3.

Penjalaran Gelombang Seismik


Untuk memahami penjalaran gelombang seismik pada bawah
permukaan diperlukan beberapa asumsi sebagai berikut :
a.
Panjang gelombang seismik yang digunakan jauh lebih kecil
dibandingkan dengan ketebalan lapisan batuan. Dengan kondisi seperti
b.

ini memungkinkan setiap lapisan batuan akan terdeteksi.


Gelombang seismik dipandang sebagai sinar yang memenuhi Hukum

c.

Snellius, Prinsip Huygens dan Prinsip Fermat.


Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap lapisan menjalarkan

d.

gelombang seismik dengan kecepatan yang berbeda-beda.


Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik menjalar dengan
kecepatan gelombang pada lapisan di bawahnya.

e.

Semakin bertambahnya kedalaman lapisan batuan, maka semakin


kompak lapisan batuannya, sehingga kecepatan gelombang pun
semakin bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman.

Gambar : Penjalaran Gelombang Seismik (Oktavinta, 2008)


4.

Hukum Fisika Gelombang Seismik


a.
Hukum Snellius
Hukum snellius menyatakan bahwa bila suatu gelombang jatuh
pada bidang batas dua medium yang mempunyai perbedaan densitas,
maka gelombang tersebut akan dibiaskan, jika sudut datang gelombang
lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya. Gelombang akan
dipantulkan, jika sudut datangnya lebih besar dari sudut kritisnya.
Gelombang datang, gelombang bias, gelombang pantul terletak pada
suatu bidang datar.
Perumusan matematis hukum Snellius adalah :

Lambang 1,2 merujuk pada sudut datang dan sudut bias, v1


dan v2 pada kecepatan cahaya sinar datang dan sinar bias. Lambang n1
merujuk pada indeks bias medium yang dilalui sinar datang, sedangkan
n2 adalah indeks bias medium yang dilalui sinar bias.

Keterangan :
Pembiasan cahaya pada bidang antarmuka antara dua medium
dengan indeks bias berbeda, dengan n2 > n1. Karena kecepatan cahaya
lebih rendah di medium kedua (v2 < v1), sudut bias 2 lebih kecil dari
sudut datang 1; dengan kata lain, berkas di medium berindeks lebih
tinggi lebih dekat ke garis normal.

b.

Prinsip Huygens
Prinsip Huygens

menyatakan

bahwa

setiap

titik-titik

pengganggu yang berada di depan muka gelombang utama akan


menjadi sumber bagi terbentuknya deretan gelombang yang baru.
Jumlah energi total deretan gelombang baru tersebut sama dengan
energi utama. Gambar di bawah ini menunjukkan prinsip Huygens.

Di dalam eksplorasi seismik titik-titik di atas dapat berupa patahan,


rekahan, pembajian, antiklin, dll. Sedangkan deretan gelombang baru
berupa

gelombang

difraksi.

Untuk

menghilangkan

efek

ini

dilakukanlah proses migrasi.


c.

Prinsip Fermat
Prinsip Fermat menyatakan bahwa jika sebuah gelombang
merambat dari satu titik ke titik yang lain, maka gelombang tersebut
akan memilih jejak yang tercepat. Kata tercepat diboldkan untuk
memberikan penekanan bahwa jejak yang akan dilalui oleh sebuah
gelombang adalah jejak yang secara waktu tercepat bukan yang
terpendek secara jarak. Tidak selamanya yang terpendek itu tercepat.
Dengan demikian, jika gelombang melewati sebuah medium yang
memiliki variasi kecepatan gelombang seismik, maka gelombang
tersebut akan cenderung melalui zona-zona kecepatan tinggi dan
menghindari zona-zona kecepatan rendah.

5.

Asumsi Seismik Refraksi


Dalam memahami perambatan gelombang seismik di dalam medium,
dilakukan beberapa asumsi dengan maksud agar penjabaran matematisnya
lebih mudah, dan pengertian fisisnya lebih sederhana namun hasilnya masih
mendekati dengan kondisi riilnya. Asumsi-asumsi tersebut antara lain,
a.
Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan
b.

gelombang seismik dengan kecepatan yang berbeda-beda.


Makin bertambah kedalamannya, batuan lapisan akan semakin
kompak.

c.

Panjang gelombang seismik < ketebalan lapisan bumi. Hal ini


memungkinkan setiap lapisan yang memenuhi syarat tersebut akan

6.

d.

dapat terdeteksi.
Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar,

e.

sehingga mematuhi hukum-hukum dasar lintasan sinar di atas.


Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan

f.

kecepatan pada lapisan di bawahnya.


Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.

Sifat Fisika Batuan


a.
Densitas
Densitas merupakan sifat fisis yang secara signifikan
dipengaruhi oleh porositas. Jika distribusi densitas batuan dibawah
permukaan diketahui, maka secara potensial informasi perlapisan dapat
diketahui. Besarnya densitas batuan porus yang disusun oleh mineral
dan fluida yang seragam dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan (Wyllie, 1956):

dengan, b adalah densitas bulk batuan, adalah porositas batuan,


adalah densitas matrik batuan, dan adalah densitas fluida. Dapat
dipahami bahwa densitas turun lebih cepat pada reservoir yang terisi
gas dibanding reservoir yang terisi minyak. Besarnya densitas batuan
suatu material dipengaruhi oleh: (1). Jenis dan jumlah mineral serta
persentasenya, (2). Porositas batuan, dan (3) Fluida pengisi rongga.
Nilai densitas turun lebih cepat pada reservoir gas dibandingkan pada
reservoir minyak. Karena nilai densitas sangat berpengaruh pada nilai
kecepatan primer dan sekunder serta AI, maka nilai densitas tersebut
akan berperan penting pada interpretasi data seismik untuk identifikasi
jenis reservoir.
b.

Kecepatan
Terdapat dua jenis kecepatan gelombang seismik yang berperan
penting dalam interpretasi data seismik, yaitu kecepatan gelombang P
(gelombang kompresi) dan gelombang S (gelombang shear). Kedua
jenis gelombang ini memiliki karakter yang berbeda-beda, gelombang
S tidak dapat merambat dalam medium fluida dengan arah pergerakan

partikel tegak lurus terhadap arah penjalaran gelombang sedangkan


gelombang P dapat merambat dalam medium fluida dengan arah
pergerakan partikel searah dengan arah perambatan gelombangnya.
Persamaan kecepatan kedua gelombang tersebut dalam parameter
elastis dapat dituliskan dalam bentuk (Hilterman, 1997). Parameter
penting lain dalam interpretasi seismik adalah ratio Poissons yang
dapat digunakan untuk analisis litologi. Poissons ratio

()

adalah parameter elastis yang dapat dinyatakan sebagai fungsi


kecepatan gelombang P dan kecepatan gelombang S .
c.

Porositas
Porositas suatu medium adalah perbandingan volume ronggarongga pori terhadap volume total seluruh batuan yang dinyatakan
dalam persen. Suatu batuan dikatakan mempunyai porositas efektif
apabila bagian rongga-rongga dalam batuan saling berhubungan dan
biasanya lebih kecil dari rongga pori-pori total. Ada dua jenis porositas
yang dikenal dalam teknik reservoir, yaitu porositas absolut dan
porositas efektif. Porositas absolut adalah perbandingan antara volume
poripori total batuan terhadap volume total batuan. Secara matematis
dapat dituliskan sebagai persamaan berikut;

Sedangkan porositas efektif adalah perbandingan antara volume


pori-pori yang saling berhubungan dengan volume batuan total, yang
secara matematis dituliskan sebagai berikut;

Perbedaan dari kedua jenis porositas tersebut hanyalah untuk


mempermudah dalam pengidentifikasi jenis porositas. Menurut
Koesoemadinata (1978), penentuan kualitas baik tidaknya nilai
porositas dari suatu reservoir adalah seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Nilai porositas batuan biasanya diperoleh dari hasil perhitungan data


log sumur, yaitu dari data log densitas, log neutron, dan log kecepatan.
Secara umum porositas batuan akan berkurang dengan bertambahnya
kedalaman batuan, karena semakin dalam batuan akan semakin
kompak akibat efek tekanan diatasnya. Nilai porositas juga akan
mempengaruhi kecepatan gelombang seismik. Semakin besar porositas
batuan maka kecepatan gelombang seismik yang melewatinya akan
semakin kecil, dan demikian pula sebaliknya. Faktor-faktor utama
yang mempengaruhi nilai porositas adalah:

Butiran dan karakter geometris (susunan, bentuk, ukuran dan

distribusi).
Proses diagenesa dan kandungan semen.
Kedalaman dan tekanan.
Susunan porositas dan matrik dalam suatu batuan dapat

ditunjukkan pada gambar berikut ini;

d.

Impedansi Akustik (IA)


Impedansi Akustik (IA) dapat didefinisikan sebagai sifat fisis
batuan yang nilainya dipengaruhi oleh jenis litologi, porositas,

kandungan fluida, kedalaman, tekanan dan temperatur. Berdasarkan


pengertian tersebut maka IA dapat digunakan sebagai indikator jenis
litologi, nilai porositas, jenis hidrokarbon dan pemetaan litologi dari
suatu zona reservoir. Secara matematis Impedansi Akustik dapat
dirumuskan sebagai berikut;
dengan, rho adalah densitas (gr/cm), dan v adalah kecepatan
gelombang seismic (m/s). Pemantulan gelombang seismik akan terjadi
jika ada perubahan atau kontras IA antara lapisan yang berbatasan.
Perbandingan antara energi yang dipantulkan dengan energi datang
pada keadaan normal dapat ditulis sebagai berikut;

dari persamaan (7) didapat untuk kasus lapisan tipis, maka persamaan
diatas dapat ditulis kembali menjadi;
Harga kontras IA dapat diperkirakan dari harga amplitudo refleksi,
dimana semakin besar amplitudo refleksi maka semakin besar kontras
IA. Impedansi Akustik seismik memberikan resolusi lateral yang bagus
tapi dengan resolusi vertikal yang buruk. Sedangkan IA sumur
memberikan resolusi vertikal yang sangat baik tetapi resolusi
lateralnya buruk.
7.

Wavelet
Wavelet adalah gelombang harmonik yang mempunyai interval
amplitudo, frekuensi, dan fasa tertentu (Sismanto, 2006). Berdasarkan
konsentrasi energinya wavelet dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu:
a.

Zero Phase Wavelet


Wavelet berfasa nol (zero phase wavelet) mempunyai
konsentrasi energy maksimum di tengah dan waktu tunda nol, sehingga
wavelet ini mempunyai resolusi dan standout yang maksimum.
Wavelet berfasa nol (disebut juga wavelet simetris) merupakan jenis
wavelet yang lebih baik dari semua jenis wavelet yang mempunyai
spectrum amplitude yang sama.

b.

Minimum Phase Wavelet


Wavelet berfasa minimum (minimum phase wavelet) memiliki
energi yang terpusat pada bagian depan. Dibandingkan jenis wavelet
yang lain dengan spektrum amplitudo yang sama, wavelet berfasa
minimum mempunyai perubahan atau pergeseran fasa terkecil pada
tiap-tiap frekuensi. Dalam terminasi waktu, wavelet berfasa minimum
memiliki waktu tunda terkecil dari energinya.

c.

Maximum Phase Wavelet


Wavelet berfasa maksimum (maximum phase wavelet)
memiliki energy yang terpusat secara maksimal dibagian akhir dari
wavelet tersebut, jadi merupakan kebalikan dari wavelet berfasa
minimum.

d.

Mixed Phase Wavelet


Wavelet berfasa campuran (mixed phase wavelet) merupakan
wavelet yang energinya tidak terkonsentrasi di bagian depan maupun
di bagian belakang.

Gambar 4. Jenis-jenis wavelet berdasarkan konsentrasi energinya, yaitu


mixed phase wavelet (1), minimum phase wavelet (2), maximum phase
wavelet (3), dan zero phase wavelet (4) (Sismanto, 2006)

BAB III
METODE DAN AKUISISI DATA SEISMIK REFRAKSI
(JELASKAN CARA PENGAMBILAN DATA)
Pada hari Rabu, 4 Maret 2015, kami kelompok II melakukan akuisisi data
seismic refraksi di lapangan merah pada pukul 10.20 sampai selesai. Spasi antar
geofon atau offset yang digunakan adalah 2 meter. Kami melakukan dua kali
pengukuran. Untuk forward dan untuk backward. Disni kami mengukur dari offset 0
sampau 42, jadi total ada 21 titik. Namun pada kenyataannya kami hanya
mendapatkan 18 titik forward dan 21 titik backward. Disini kami menggunakan nilai
gain yang berbeda beda, tergantung kebutuhan. Semakin jauh offsetnya berarti
semakin kuat gain yang diberikan, agar gelombang seismic sampai digeofon.
Disini kami menggunakan palu dan pelat alumunium sebagai sumber getaran.
Palu akan dipukul dengan arah yang searah kabel trigger agar terbaca ke pelat
alumunium. Kemudian getaran mekanis akan merambat ditanah menuju geofon yang
diinginkan. Disini kami hanya memakai tiga buah geofon. Lalu ahsil rekaman akan
terbaca di seismograf dan kemudian kami akan melakukan picking gelombang
langsung dilapangan. Setelah semua data kami berhasil dapatkan, kami langsung
plotkan kurva jarak terhadap waktu dikertas millimeter blok.
Proses :
a.

Pemasangan patok
Sebelum dilakukan pengukuran seismik, maka terlebih dahulu harus
ditentukan posisi koordinat (X, Y, dan Z) dari tiap-tiap titik geophone maupun

shot point. Penentuan koordinat ini dapat dilakukan dengan menggunakan


theodolith ataupun GPS. Titik-titik tersebut, kemudian ditandai dengan patok
yang sudah mempunyai harga koordinat terhadap referensi tertentu.
b.

Pemasangan geophone
Geophone dipasang sesuai dengan rencana tipe penembakan yang akan
dilakukan dan disusun berurutan. Pemasangan geophone diusahakan sedekat
mungkin dengan patok yang sudah diukur koordinatnya.

c.

Pemasangan sumber getaran


Sumber getaran dipasang sesuai dengan rencana tipe penembakan

d.

Persiapan alat perekaman data seismik


Sebelum melakukan penembakan alat perekam harus dicek terlebih dahulu,
sehingga data yang dihasilkan cukup optimal.

e.

Penembakan
Penembakan hanya dapat dilakukan ketika alat perekam data seismik sudah
dilakukan pengecekan dan terpasang dengan baik.

f.

Pencatatan data pengamatan pada observer log


Data pengamatan dan kejadian selama berlangsungnya pengukuran kemudian
disalin pada buku observer log.

BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
Pada hari Rabu, 4 Maret 2015, kami telah melakukan pengambilan data
seismic refraksi di Lapangan Merah Universitas Padjadjaran Jatinangor.
Data :
Line DC
Gai
n

Geophone

Jarak dari
Source

0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
1
2
3
4
5
6
7
8

0
5
10
15
20
25
30
35
40

Gai
n

Geophone

Jarak dari
Source

0
0
0
0
0
0
0
0

0
1
2
3
4
5
6
7

0
5
10
15
20
25
30
35

tcp
(ms)

tdp
(s)

tcp
(s)

Dela
y

100
90
88
76
72
56
38
28
C

A
0.026
0.036
0.044
0.048
0.062
0.076
0.084
0.09

0.1
0.09
0.088
0.076
0.072
0.056
0.038
0.028
C

0
0
0
0
0
0
0
0
0

tdp (ms)

tcp
(ms)

tdp
(s)

tcp
(s)

Dela
y

B
14
24
34
42
58
68
72

88
80
70
62
52
40
30
22

A
0.014
0.024
0.034
0.042
0.058
0.068
0.072

0.088
0.08
0.07
0.062
0.052
0.04
0.03
0.022

0
0
0
0
0
0
0
0

tdp (ms)
A
26
36
44
48
62
76
84
90
Line BC

40

80

0.08

Plotting Forward Seismic dan Backward Seismic


Disini kita akan memplotting kurva travel time, dengan cara memplot jarak
dari source (m) sebagai sumbu x, dan waktu forward dan backward sebagai sumbu y,
sehingga didapatkan :

Line DC

Line BC

Memisahkan Antara Gelombang Langsung dan Bias


Untuk memisahkan gelombang langsung dan bias, maka kita haruslah tahu,
bahwa gelombang langsung datangnya lebih cepat daripada gelombang bias. Dan kita
bisa juga membedakannya melalui perbedaan gradiennya. Kemudian setelah
gelombang langsung dan bias dipisahkan, maka kita cari masing masing gradiennya.
Penafsiran setiap orang akan berbeda, ini adalah penafsiran saya

Line DC

Line BC

I.

Metode Intercept Time

a.

Mencentukkan Gradien Gelombang Langsung dan Bias

Line DC
TDP
Langsung
TCP
Langsung
TDP Bias
TCP Bias

-0.005
0.001
-0.001

Line BC
TDP
Langsung
TCP
Langsung
TDP Bias
TCP Bias

b.

0.005

Mencari Tdc

0.003
-0.003
0.002
-0.001

Tdc

Line DC

Line BC

Tdp Tcp
2

0.037
0.027

c.

Menghitung V1
v1

1
gradienforwardlangsu ng

Line DC
200

Line BC
333.3333

d.

Mencari Tdp dan Tcp dan Plotting


T ' dp Tdp

Tdp Tcp Tdc


Tdp Tcp Tdc
T ' cp Tcp
2
2

Line DC
X

T'DP

-0.0315

-0.0135

10

-0.0075

15

0.0025

20

0.0065

25

0.0215

30

0.0375

35

0.0465

40

0.0635

T'CP
0.068
5
0.050
5
0.044
5
0.034
5
0.030
5
0.015
5
0.000
5
0.009
5
0.026
5

Line BC
X

T'DP

-0.0305

-0.0195

10
15
20

-0.0095
-0.001
0.008

25

0.0225

30

0.0325

35

0.0385

40

0.0535

T'CP
0.057
5
0.046
5
0.036
5
0.028
0.019
0.004
5
0.005
5
0.011
5
0.026
5

e.

Mencari v2
v2

Line DC

Line BC

1
gradienforwardbias

1000
500

f.

Mencari cos k
cos k cos(sin 1 (

v1
))
v2

Line DC
0.447137

Line BC
0.447137

g.

Mencentukkan Gradien Gelombang Langsung dan Bias Setelah Koreksi

Line DC
TDP
Langsung
TCP
Langsung
TDP Bias
TCP Bias

0.005
-0.005
0.001
-0.001

Line BC
TDP
Langsung
TCP
Langsung
TDP Bias
TCP Bias

h.

0.003
-0.003
0.002
-0.001

Menentukkan tou bias


Tou bias kita dapatkan dari gradient bias kurva travel time sebesar,

i.

Line DC
Tou DP Bias
Tou CP Bias

0.012
0.1

Tou DP Bias
Tou CP Bias

0.1
0.012

Line BC

Menentukkan kedalaman (Zs dan Zk)


1. Kedalaman Zs
Zs

2. Kedalaman Zk

T 1V 1
2 cos(sin 1

v1
)
v2

Zk

Line DC
0.536565

TkV 1
2 cos(sin 1

Line DC
1.619694

Line BC
4.471373

Line BC
1.729122

v1
)
v2

xk
v2

II.

Metode Hagiwara
a.

Mencari Kecepatan Pertama


Pertama kita harus mencari kecepatan pertama yang didapatkan dari
gradien persamaan gelombang langsung. Setelah didapatkan kecepatan
pertama dari gelombang langsung untuk backward dan forward, maka untuk
mendapatkan kecepatan pertamanya harus dirata - ratakan :
v1

1
m FORWARD

v1

m BACKWARD

Line DC
M1 (AB)
M2 (BA)

0.005
0.005

V1 (rataan)
M1 (AB)
0.002
M2 (BA)

0.003

V1 (rataan)
b.

200
200
200
500
333.333
33
416.666
67

Line BC

Mencari Kecepatan Dua


1. Mencari Tab, Tbp, dan Tap
Selanjutnya, kita harus mencari garis forward dan backward yang garis
biasnya saling bersinggungan. Sehingga kita bisa dapatkan kecepatan biasnya :

Line DC
Di line DC, data bias yang saling bersinggungan adalah :
Jarak
(m)
10
15
20
25
30

TDP
(ms)
36
44
48
62
76

TCP
(ms)
88
76
72
56
38

TBP
(ms)
34
42

TCP
(ms)
63
53

TDP
(s)
0.036
0.044
0.048
0.062
0.076

TCP
(s)
0.088
0.076
0.072
0.056
0.038

Line BC
Jarak
(m)
15
20

TBP
(s)
0.034
0.042

TCP
(s)
0.063
0.053

25

58

40

0.058

0.04

Untuk mencari satu nilai Tab maka kita harus melakukan perhitungan dengan
awal dan akhir jarak source, yaitu
Tbp

Sehingga didapatkan Tbp sebesar

Tcp 1 Tdp (n)


2

Line DC
Tab

0.095

Line BC
Tab

0.084

Untuk mengetahui Tap dan Tbp agar didapatkan koreksi dimana sebenarnya
bias berada, maka kita harus menerapkan rumusan :
Tap Tbp Tab
Tap Tbp Tab
T ' bp Tbp

2
2

T ' ap Tap

Maka didapatkan,

Line DC
T'ap
0
0.0155
0.0215
0.0315
0.0355
0.0505
0.0665
0.0755
0

T'bp
0
0.0755
0.0665
0.0505
0.0355
0.0315
0.0215
0.0155
0

Line BC
T'ap
0
0.009
0.019
0.0275
0.0365
0.051
0.061
0.067
0

T'bp
0
0.067
0.061
0.051
0.0365
0.0275
0.019
0.009
0

2. Plotting Koreksi Tap dan Tbp


Disini kita akan memplotting kurva travel time setelah dikoreksi,
dengan cara memplot jarak dari source (m) sebagai sumbu x, dan waktu
koreksi forward dan backward sebagai sumbu y, sehingga didapatkan

c.

Line DC

Line BC

Mencari Gradien 2
Bisa langsung terlihat pada dua kurva diatas, bahwa masing masing
memiliki gradient bias sebesar

Line DC
M1' (AB)
M2' (BA)

0.001
0.001
V2

1000
1000
1000

Line BC
M1' (AB)
M2' (BA)

0.001
0.001
V2

d.

1000
1000
1000

Mencari Costeta
Selanjutnya kita akan mencari Costeta dengan rumusan
2

cos

v2

0.97979
59

Line BC
0.909059
343

COS TETA

e.

Line DC

COS TETA

v 2 v1

Mencari Kedalaman
1. Kedalaman Gelombang Bias
Karena disini pada interpretasi saya, terdapat lima buah gelombang
bias (line DC) dan satu buah gelombang bias (line BC), yang saling
berpotongan, maka, kedalamannya dapat dicari dengan rumusan

H (bias )

v1
(Tdp Tcp Tab )
cos

Line DC

KEDALAMAN BIAS

2.959800
106
2.551551
815
2.551551
815
2.347427
67
1.939179
4

Line BC
KEDALAMAN BIAS

2.520920
867

2. Kedalaman Gelombang Langsung


Karena disini pada interpretasi saya, terdapat satu buah gelombang
langsung (line DC) dan tiga buah gelombang langsung (line BC), maka
kedalamannya dapat dicari dengan rumusan :

H (langsung )

v1
cos (Tap T ' ap)

Line DC
KEDALAMAN
LANGSUNG

2.14330
35

Line BC
KEDALAMAN
LANGSUNG
2.291746243
2.291746243
2.979270115

3. Kedalaman Reverse
Karena disini pada interpretasi saya, terdapat satu buah gelombang
reverse (line DC) dan tiga buah gelombang reverse (line BC), maka
kedalamannya dapat dicari dengan rumusan :

H (langsung )

v1
cos (Tbp T ' bp )

Line DC
KEDALAMAN
REVERSE

Line BC
KEDALAMAN
REVERSE
5.729365606
5.041841734
5.958540231

4. Kedalaman Sumber
i.

Mencari Tau

2.55155
18

Untuk mendapatkan kedalaman sumber, maka kita harus


mencari Tau untuk forward dan bias terlebih dahulu, dengan mencari
titik ujung ujung kurva, dengan mencari gradient biasnya,

Line DC
TAU A
TAU B

0.014
0.063

Line BC
TAU A
TAU B

ii.

0.007
0.049

Mencari Kedalaman Sumber


Karena disini kita mencari dua titik ujung dari line BC dan DC,
maka aka nada 4 titik yang dirumuskan

H ( sumber )

v1 * tau
cos

Line DC
KEDALAMAN SUMBER
2.857738
033
12.85982
115

TAU A
TAU B

Line BC
KEDALAMAN SUMBER
3.208444
74
22.45911
318

TAU A
TAU B

f.

Plotting Kedalaman Kedalaman


Untuk plotting kedalaman, kita akan memakai jarak source sebagai
sumbu x, dan kedalaman gabungan dari bias, langsung, reverse, dan sumber,
sehingga menjadi satu puzzle wavelet yang lengkap :

Line DC
jarak
(m)
0

kedalaman
(h)
2.85773803
3

5
10
15
20
25
30
35
40

2.14330352
5
2.95980010
6
2.55155181
5
2.55155181
5
2.34742767
1.93917938
2.55155181
5
12.8598211
5

Line BC
jarak
(m)
0

kedalaman
(h)
3.20844474

5
10
15
20
25
30
35
40

2.291746243
2.291746243
2.979270115
2.520920867
5.729365606
5.041841734
5.958540231
22.45911318

ANALISA
Hasil dari pratikum seismic bias ini adalah bahwa pada line dc dan bc ini
adalah grafik T - X yang memperlihatkan perbedaan lapisan tanah yang terekam oleh
geophone dengan menggunakan 2 sumber shot point yang berbeda. Hasil akhir grafik
T - X adalah sebagai berikut :

Line DC

Line BC

Terlihat dari grafik bahwa terdapat dua lapisan tanah yang terekam. Dua
lapisan tanah dapat dijelaskan melalui grafik dimana Forward/Backward Langsung
DC/BC adalah gelombang yang merambat di permukaan tanah. Forward/Backward
Bias DC/BC adalah gelombang refraksi yang merambat di permukaan lapisan ke 2.
Titik yang berpotongan pada grafik adalah satu-satunya titik yang terekam dengan dua
buah source. Maka, titik tersebut memiliki perhitungan yang sangat akurat
dibandingkan dengan titik yang lainnya.
Grafik T - X diatas memperlihatkan terdapat hidden layer model normal
karena grafik refraksi 1 memotong grafik direct wave dan grafik refraksi 2 memotong
grafik refraksi 1.
Hasil

dari

koreksi

topografi

adalah

menghitung pembenaran waktu tempuh karena


adanya perbedaan elevasi antara geophone dan
source akibat kontur medan survey. Perbedaan
elevasi ini berpengaruh karena semakin tebal

lapisan maka semakin lama gelombang merambat hingga sampai ke geophone.


Sebaliknya, jika semakin tipis lapisan maka waktu rambat lebih kecil dan data
menjadi salah. Hasil dari koreksi topografi praktikum kali ini adalah sebagai berikut

Line DC

Line BC

Terlihat pada grafik awal, waktu tempuh wave masih menunjukkan kesalahan
karena topografi kontur medan survey belum di koreksi. Grafik diatas menunjukkan
grafik yang telah dikoreksi. Meskipun terlihat perbedaannya hanya sedikit, tapi ini
sangat mempengaruhi interpretasi selanjutnya.
Terlihat juga bukti bahwa gelombnag langsung memiliki kecepatan yang lebih
tinggi daripada gelombang bias. Dilihat dari kurvanya. Dan dua duanya pun berbentuk
linier sesuai dengan penurunan rumusnya.
Namun, ini adalah data yang diberikan asisten. Data yang kami ambil mungkin
terlalu jelek karena kurang sensitifnya alat karena sudah tua, dan dari pagi dipakai,
atau karena kesalahan praktikan.

1. Metode Intercept Time

2.

Metode Hagiwara

Dari praktikum seismic bias yang telah dilakukan dengan data yang baru,
dapat disimpulkan bahwa pada metode Hagiwara dan juga Intercept Time, pada line
DC dan BC, tidak terjadi harga kedalaman dan juga plot kurva kedalaman yang sama.
Hal ini mungkin terjadi karena kesalahan perhitungan oleh praktikan dalam
melakukan data processing.
Disini tidak diperbolehkan ada kedalaman yang nilainya minus, karena makin
kebawah makin besar. Namun pada metode Hagiwara didapatkan minus, yang lagi
lagi mungkin kesalahan perhitungan.
Disini, pada Line DC, gelombang bias dimulai saat x ke 15, dan BC saat x ke
15 pula. Hal ini dikarenakan mulai x ke 15, terjadi perubahan gradient.
Kita bisa memisahkan gelombang langsung dan bias, karena gelombang
langsung dan bias sama sama linier, namun gelombang langsung tidak akan
menyentuh bidang batas sehingga ia akan langsung direkam geofon sehingga waktu
datangnya cepat dan frekuensinya masih tinggi. Namun, gelombang bias akan datang
setelahnya, setelah melewati bias kritis dibidang batas sampai akhirnya terekam oleh
geofon.
Pada praktikum ini pula kita harus mengukur sasaran secara bolak balik
(forward backward) agar hasil yang didapatkan baik, dan kita dapat menggunakan
perhitungan hagiwara dan intercept time.

BAB V
KESIMPULAN
Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat adanya
gempa bumi. Sedangkan gelombang secara umum adalah fenomena perambatan
gangguan (usikan) dalam medium sekitarnya. Gangguan ini mula-mula terjadi secara
lokal yang menyebabkan terjadinya osilasi (pergeseran) kedudukan partikel-partikel
medium, osilasi tekanan maupun osilasi rapat massa. Karena gangguan merambat dari
suatu tempat ke tempat lain, berarti ada transportasi energi.
Sumber gelombang seismik pada mulanya berasal dari gempabumi alam yang
dapat berupa gempa vulkanik maupun gempa tektonik, akan tetapi dalam seismic
eksplorasi sumber gelombang yang digunakan adalah gelombang seismik buatan. Ada
beberapa macam sumber gelombang seismik buatan seperti dinamit, benda jatuh,
airgun, watergun, vaporchoc, sparker, maupun vibroseis.
Menurut cara bergetarnya gelombang seismik dibagi menjadi dua macam yaitu
Gelombang Primer (arah pergerakan atau getaran partikel medium searah dengan arah
perambatan gelombang tersebut) dan Gelombang Sekunder (arah getarannya tegak
lurus terhadap arah perambatan gelombang).
Hukum Fisika yang mewakili penjalaran gelombang seismic yaitu Hukum
Snellius (gelombang jatuh pada bidang batas dua medium yang mempunyai
perbedaan densitas, maka gelombang tersebut akan dibiaskan, jika sudut datang
gelombang lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya. Gelombang akan
dipantulkan, jika sudut datangnya lebih besar dari sudut kritisnya. Gelombang datang,
gelombang bias, gelombang pantul terletak pada suatu bidang datar.); Prinsip
Huygens (setiap titik-titik pengganggu yang berada di depan muka gelombang utama
akan menjadi sumber bagi terbentuknya deretan gelombang yang baru. Jumlah energi
total deretan gelombang baru tersebut sama dengan energi utama.); Prinsip Fermat
(jika sebuah gelombang merambat dari satu titik ke titik yang lain, maka gelombang
tersebut akan memilih jejak yang tercepat. )

DAFTAR PUSTAKA

http://en.wikipedia.org/wiki/Seismic_refraction
http://www.enviroscan.com/html/seismic_refraction_versus_refl.html

LAMPIRAN LAMPIRAN
I.

Tabel
a.

Tabel Data baru


Line DC

Gai
n

Geophone

Jarak dari
Source

0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
1
2
3
4
5
6
7
8

0
5
10
15
20
25
30
35
40

Gai
n

Geophone

Jarak dari
Source

0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
1
2
3
4
5
6
7
8

0
5
10
15
20
25
30
35
40

b.

tcp
(ms)

tdp
(s)

tcp
(s)

Dela
y

100
90
88
76
72
56
38
28
C

A
0.026
0.036
0.044
0.048
0.062
0.076
0.084
0.09

0.1
0.09
0.088
0.076
0.072
0.056
0.038
0.028
C

0
0
0
0
0
0
0
0
0

tdp (ms)

tcp
(ms)

tdp
(s)

tcp
(s)

Dela
y

B
14
24
34
42
58
68
72
80

88
80
70
62
52
40
30
22
C

A
0.014
0.024
0.034
0.042
0.058
0.068
0.072
0.08

0.088
0.08
0.07
0.062
0.052
0.04
0.03
0.022
C

0
0
0
0
0
0
0
0
0

tdp (ms)
A
26
36
44
48
62
76
84
90
Line BC

Tabel Data Lama


Forward

Gain
5

Geophone
0

Jarak dari
Source
0

t (ms)
0

10

0.75

20

1.18

1.62

10

1.93

20

10

2.37

12

2.5

10
20

7
8

14
16

2.93
3.06

t (s)
0
0.000
75
0.001
18
0.001
62
0.001
93
0.002
37
0.002
5
0.002
93
0.003

Delay
0

Waktu + delay
0

5.75

6.18

6.62

6.93

7.37

7.5

5
5

7.93
8.06

10

18

3.31

20

10

20

21.25

40

11

22

22.75

10

12

24

24.5

20

13

26

13.25

40

14

28

13.75

20

15

30

14.75

50
100

16
17
18

32
34
36

14.75
15
16

06
0.003
31
0.021
25
0.022
75
0.024
5
0.013
25
0.013
75
0.014
75
0.014
75
0.015
0.016

8.31

20

41.25

20

42.75

20

44.5

20

33.25

20

33.75

20

34.75

25
25
25

39.75
40
41

Backward
Gain
100

Geophone
0

DATA TIDAK JELAS


100
50
50
100
50
50
100
50
20
50
20
10
20
10
5
10
5

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Jarak dari
Source
44
42
40
38
36
34
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2

t (ms)

t (s)

Delay

Waktu +
delay

DATA TIDAK JELAS


8.25
6.25
6.25
5.75
5.75
4.25
3.5
6.5
4.25
3
6
5.25
8
5.43
1.75
1.25
1.18
1.18

10
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

18.25
11.25
11.25
10.75
10.75
9.25
8.5
11.5
9.25
8
11
10.25
13
10.43
6.75
6.25
6.18
6.18

Anda mungkin juga menyukai