Praktikum Geofisika II
Metode Seismik Refraksi
Nama
NPM
: 1401710120040
Hari/Tanggal
Waktu
Dosen
Asisten
: R. Herwindo W.
LABORATORIUM GEOFISIKA
PROGRAM STUDI GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
NPM
: 1401710120040
Hari/Tanggal
Waktu
Dosen
Asisten
: R. Herwindo W.
AKTIFITAS
LAP. AKHIR
Jatinangor, 25 Maret
2015
Asisten
R. Herwindo W.
INTISARI
Lapisan batuan bawah permukaan bumi memiliki sifat fisis yang variatif.
Salah satu sifat fisis yang terdapat di bawah permukaan bumi adalah tingkat
kekerasan batuan. Tingkat kekerasan batuan merupakan istilah geologi yang
digunakan untuk menandakan kekompakan (cohesiveness) suatu batuan dan biasanya
dinyatakan dalam bentuk compressive fracture strenght. Compressive fracture
strenght merupakan tekanan maksimum yang mampu di tahan oleh batuan untuk
mempertahankan diri dari terjadinya rekahan (fracture). Besarnya fracture strenght
dipengaruhi oleh densitas dan kekompakan batuan. Sedangkan besarnya densitas dan
kekompakan batuanjuga dipengaruhi oleh elastisitas batuan.
Salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui elastisitas
batuan adalah metode seismik refraksi. Metode ini memanfaatkan perambatan
gelombang seismik yang merambat kedalam bumi. Gelombang seismik tersebut
berasal dari sumber seismik yang ada di permukaan dan gelombang tersebut akan
diterima oleh receiver yang ada dipermukaan juga.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Tujuan
1.
Melakukan akuisisi seismik refraksi.
2.
Mengolah data menggunakan metode intercepted time dan metode
Hagiwara.
3.
Menentukan cepat rambat gelombang seismik.
4.
Menentukan kedalaman lapisan titik pengukuran.
1.2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Gelombang Seismik
Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat
adanya gempa bumi. Sedangkan gelombang secara umum adalah fenomena
perambatan gangguan (usikan) dalam medium sekitarnya. Gangguan ini mulamula terjadi secara lokal yang menyebabkan terjadinya osilasi (pergeseran)
kedudukan partikel-partikel medium, osilasi tekanan maupun osilasi rapat
massa. Karena gangguan merambat dari suatu tempat ke tempat lain, berarti
ada transportasi energi.
Gelombang seismik disebut juga gelombang elastik karena osilasi
partikel-partikel medium terjadi akibat interaksi antara gaya gangguan
(gradien stress) melawan gaya-gaya elastik. Dari interaksi ini muncul
gelombang longitudinal, gelombang transversal dan kombinasi diantara
keduanya. Apabila medium hanya memunculkan gelombang longitudinal saja
(misalnya di dalam fluida), maka dalam kondisi ini gelombang seismik sering
dianggap sabagai gelombang akustik. Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi,
seismik refleksi lebih lazim digunakan daripada seismik refraksi. Hal tersebut
disebabkan karena seismik refleksi mempunyai kelebihan dapat memberikan
informasi yang lebih lengkap dan baik mengenai keadaan struktur bawah
permukaan. Penyelidikan seismik dilakukan dengan cara membuat getaran
dari suatu sumber getar. Getaran tersebut akan merambat ke segala arah di
bawah permukaan sebagai gelombang getar. Gelombang yang datang
mengenai lapisan-lapisan batuan akan mengalami pemantulan, pembiasan, dan
penyerapan. Respon batuan terhadap gelombang yang datang akan berbedabeda tergantung sifat fisik batuan yang meliputi densitas, porositas, umur
batuan, kepadatan, dan kedalaman batuan. Gelombang yang dipantulkan akan
ditangkap oleh geophone di permukaan dan diteruskan ke instrumen untuk
direkam. Hasil rekaman akan mendapatkan penampang seismik.
2.
3.
c.
d.
e.
Keterangan :
Pembiasan cahaya pada bidang antarmuka antara dua medium
dengan indeks bias berbeda, dengan n2 > n1. Karena kecepatan cahaya
lebih rendah di medium kedua (v2 < v1), sudut bias 2 lebih kecil dari
sudut datang 1; dengan kata lain, berkas di medium berindeks lebih
tinggi lebih dekat ke garis normal.
b.
Prinsip Huygens
Prinsip Huygens
menyatakan
bahwa
setiap
titik-titik
gelombang
difraksi.
Untuk
menghilangkan
efek
ini
Prinsip Fermat
Prinsip Fermat menyatakan bahwa jika sebuah gelombang
merambat dari satu titik ke titik yang lain, maka gelombang tersebut
akan memilih jejak yang tercepat. Kata tercepat diboldkan untuk
memberikan penekanan bahwa jejak yang akan dilalui oleh sebuah
gelombang adalah jejak yang secara waktu tercepat bukan yang
terpendek secara jarak. Tidak selamanya yang terpendek itu tercepat.
Dengan demikian, jika gelombang melewati sebuah medium yang
memiliki variasi kecepatan gelombang seismik, maka gelombang
tersebut akan cenderung melalui zona-zona kecepatan tinggi dan
menghindari zona-zona kecepatan rendah.
5.
c.
6.
d.
dapat terdeteksi.
Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar,
e.
f.
Kecepatan
Terdapat dua jenis kecepatan gelombang seismik yang berperan
penting dalam interpretasi data seismik, yaitu kecepatan gelombang P
(gelombang kompresi) dan gelombang S (gelombang shear). Kedua
jenis gelombang ini memiliki karakter yang berbeda-beda, gelombang
S tidak dapat merambat dalam medium fluida dengan arah pergerakan
()
Porositas
Porositas suatu medium adalah perbandingan volume ronggarongga pori terhadap volume total seluruh batuan yang dinyatakan
dalam persen. Suatu batuan dikatakan mempunyai porositas efektif
apabila bagian rongga-rongga dalam batuan saling berhubungan dan
biasanya lebih kecil dari rongga pori-pori total. Ada dua jenis porositas
yang dikenal dalam teknik reservoir, yaitu porositas absolut dan
porositas efektif. Porositas absolut adalah perbandingan antara volume
poripori total batuan terhadap volume total batuan. Secara matematis
dapat dituliskan sebagai persamaan berikut;
distribusi).
Proses diagenesa dan kandungan semen.
Kedalaman dan tekanan.
Susunan porositas dan matrik dalam suatu batuan dapat
d.
dari persamaan (7) didapat untuk kasus lapisan tipis, maka persamaan
diatas dapat ditulis kembali menjadi;
Harga kontras IA dapat diperkirakan dari harga amplitudo refleksi,
dimana semakin besar amplitudo refleksi maka semakin besar kontras
IA. Impedansi Akustik seismik memberikan resolusi lateral yang bagus
tapi dengan resolusi vertikal yang buruk. Sedangkan IA sumur
memberikan resolusi vertikal yang sangat baik tetapi resolusi
lateralnya buruk.
7.
Wavelet
Wavelet adalah gelombang harmonik yang mempunyai interval
amplitudo, frekuensi, dan fasa tertentu (Sismanto, 2006). Berdasarkan
konsentrasi energinya wavelet dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu:
a.
b.
c.
d.
BAB III
METODE DAN AKUISISI DATA SEISMIK REFRAKSI
(JELASKAN CARA PENGAMBILAN DATA)
Pada hari Rabu, 4 Maret 2015, kami kelompok II melakukan akuisisi data
seismic refraksi di lapangan merah pada pukul 10.20 sampai selesai. Spasi antar
geofon atau offset yang digunakan adalah 2 meter. Kami melakukan dua kali
pengukuran. Untuk forward dan untuk backward. Disni kami mengukur dari offset 0
sampau 42, jadi total ada 21 titik. Namun pada kenyataannya kami hanya
mendapatkan 18 titik forward dan 21 titik backward. Disini kami menggunakan nilai
gain yang berbeda beda, tergantung kebutuhan. Semakin jauh offsetnya berarti
semakin kuat gain yang diberikan, agar gelombang seismic sampai digeofon.
Disini kami menggunakan palu dan pelat alumunium sebagai sumber getaran.
Palu akan dipukul dengan arah yang searah kabel trigger agar terbaca ke pelat
alumunium. Kemudian getaran mekanis akan merambat ditanah menuju geofon yang
diinginkan. Disini kami hanya memakai tiga buah geofon. Lalu ahsil rekaman akan
terbaca di seismograf dan kemudian kami akan melakukan picking gelombang
langsung dilapangan. Setelah semua data kami berhasil dapatkan, kami langsung
plotkan kurva jarak terhadap waktu dikertas millimeter blok.
Proses :
a.
Pemasangan patok
Sebelum dilakukan pengukuran seismik, maka terlebih dahulu harus
ditentukan posisi koordinat (X, Y, dan Z) dari tiap-tiap titik geophone maupun
Pemasangan geophone
Geophone dipasang sesuai dengan rencana tipe penembakan yang akan
dilakukan dan disusun berurutan. Pemasangan geophone diusahakan sedekat
mungkin dengan patok yang sudah diukur koordinatnya.
c.
d.
e.
Penembakan
Penembakan hanya dapat dilakukan ketika alat perekam data seismik sudah
dilakukan pengecekan dan terpasang dengan baik.
f.
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
Pada hari Rabu, 4 Maret 2015, kami telah melakukan pengambilan data
seismic refraksi di Lapangan Merah Universitas Padjadjaran Jatinangor.
Data :
Line DC
Gai
n
Geophone
Jarak dari
Source
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Gai
n
Geophone
Jarak dari
Source
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
3
4
5
6
7
0
5
10
15
20
25
30
35
tcp
(ms)
tdp
(s)
tcp
(s)
Dela
y
100
90
88
76
72
56
38
28
C
A
0.026
0.036
0.044
0.048
0.062
0.076
0.084
0.09
0.1
0.09
0.088
0.076
0.072
0.056
0.038
0.028
C
0
0
0
0
0
0
0
0
0
tdp (ms)
tcp
(ms)
tdp
(s)
tcp
(s)
Dela
y
B
14
24
34
42
58
68
72
88
80
70
62
52
40
30
22
A
0.014
0.024
0.034
0.042
0.058
0.068
0.072
0.088
0.08
0.07
0.062
0.052
0.04
0.03
0.022
0
0
0
0
0
0
0
0
tdp (ms)
A
26
36
44
48
62
76
84
90
Line BC
40
80
0.08
Line DC
Line BC
Line DC
Line BC
I.
a.
Line DC
TDP
Langsung
TCP
Langsung
TDP Bias
TCP Bias
-0.005
0.001
-0.001
Line BC
TDP
Langsung
TCP
Langsung
TDP Bias
TCP Bias
b.
0.005
Mencari Tdc
0.003
-0.003
0.002
-0.001
Tdc
Line DC
Line BC
Tdp Tcp
2
0.037
0.027
c.
Menghitung V1
v1
1
gradienforwardlangsu ng
Line DC
200
Line BC
333.3333
d.
Line DC
X
T'DP
-0.0315
-0.0135
10
-0.0075
15
0.0025
20
0.0065
25
0.0215
30
0.0375
35
0.0465
40
0.0635
T'CP
0.068
5
0.050
5
0.044
5
0.034
5
0.030
5
0.015
5
0.000
5
0.009
5
0.026
5
Line BC
X
T'DP
-0.0305
-0.0195
10
15
20
-0.0095
-0.001
0.008
25
0.0225
30
0.0325
35
0.0385
40
0.0535
T'CP
0.057
5
0.046
5
0.036
5
0.028
0.019
0.004
5
0.005
5
0.011
5
0.026
5
e.
Mencari v2
v2
Line DC
Line BC
1
gradienforwardbias
1000
500
f.
Mencari cos k
cos k cos(sin 1 (
v1
))
v2
Line DC
0.447137
Line BC
0.447137
g.
Line DC
TDP
Langsung
TCP
Langsung
TDP Bias
TCP Bias
0.005
-0.005
0.001
-0.001
Line BC
TDP
Langsung
TCP
Langsung
TDP Bias
TCP Bias
h.
0.003
-0.003
0.002
-0.001
i.
Line DC
Tou DP Bias
Tou CP Bias
0.012
0.1
Tou DP Bias
Tou CP Bias
0.1
0.012
Line BC
2. Kedalaman Zk
T 1V 1
2 cos(sin 1
v1
)
v2
Zk
Line DC
0.536565
TkV 1
2 cos(sin 1
Line DC
1.619694
Line BC
4.471373
Line BC
1.729122
v1
)
v2
xk
v2
II.
Metode Hagiwara
a.
1
m FORWARD
v1
m BACKWARD
Line DC
M1 (AB)
M2 (BA)
0.005
0.005
V1 (rataan)
M1 (AB)
0.002
M2 (BA)
0.003
V1 (rataan)
b.
200
200
200
500
333.333
33
416.666
67
Line BC
Line DC
Di line DC, data bias yang saling bersinggungan adalah :
Jarak
(m)
10
15
20
25
30
TDP
(ms)
36
44
48
62
76
TCP
(ms)
88
76
72
56
38
TBP
(ms)
34
42
TCP
(ms)
63
53
TDP
(s)
0.036
0.044
0.048
0.062
0.076
TCP
(s)
0.088
0.076
0.072
0.056
0.038
Line BC
Jarak
(m)
15
20
TBP
(s)
0.034
0.042
TCP
(s)
0.063
0.053
25
58
40
0.058
0.04
Untuk mencari satu nilai Tab maka kita harus melakukan perhitungan dengan
awal dan akhir jarak source, yaitu
Tbp
Line DC
Tab
0.095
Line BC
Tab
0.084
Untuk mengetahui Tap dan Tbp agar didapatkan koreksi dimana sebenarnya
bias berada, maka kita harus menerapkan rumusan :
Tap Tbp Tab
Tap Tbp Tab
T ' bp Tbp
2
2
T ' ap Tap
Maka didapatkan,
Line DC
T'ap
0
0.0155
0.0215
0.0315
0.0355
0.0505
0.0665
0.0755
0
T'bp
0
0.0755
0.0665
0.0505
0.0355
0.0315
0.0215
0.0155
0
Line BC
T'ap
0
0.009
0.019
0.0275
0.0365
0.051
0.061
0.067
0
T'bp
0
0.067
0.061
0.051
0.0365
0.0275
0.019
0.009
0
c.
Line DC
Line BC
Mencari Gradien 2
Bisa langsung terlihat pada dua kurva diatas, bahwa masing masing
memiliki gradient bias sebesar
Line DC
M1' (AB)
M2' (BA)
0.001
0.001
V2
1000
1000
1000
Line BC
M1' (AB)
M2' (BA)
0.001
0.001
V2
d.
1000
1000
1000
Mencari Costeta
Selanjutnya kita akan mencari Costeta dengan rumusan
2
cos
v2
0.97979
59
Line BC
0.909059
343
COS TETA
e.
Line DC
COS TETA
v 2 v1
Mencari Kedalaman
1. Kedalaman Gelombang Bias
Karena disini pada interpretasi saya, terdapat lima buah gelombang
bias (line DC) dan satu buah gelombang bias (line BC), yang saling
berpotongan, maka, kedalamannya dapat dicari dengan rumusan
H (bias )
v1
(Tdp Tcp Tab )
cos
Line DC
KEDALAMAN BIAS
2.959800
106
2.551551
815
2.551551
815
2.347427
67
1.939179
4
Line BC
KEDALAMAN BIAS
2.520920
867
H (langsung )
v1
cos (Tap T ' ap)
Line DC
KEDALAMAN
LANGSUNG
2.14330
35
Line BC
KEDALAMAN
LANGSUNG
2.291746243
2.291746243
2.979270115
3. Kedalaman Reverse
Karena disini pada interpretasi saya, terdapat satu buah gelombang
reverse (line DC) dan tiga buah gelombang reverse (line BC), maka
kedalamannya dapat dicari dengan rumusan :
H (langsung )
v1
cos (Tbp T ' bp )
Line DC
KEDALAMAN
REVERSE
Line BC
KEDALAMAN
REVERSE
5.729365606
5.041841734
5.958540231
4. Kedalaman Sumber
i.
Mencari Tau
2.55155
18
Line DC
TAU A
TAU B
0.014
0.063
Line BC
TAU A
TAU B
ii.
0.007
0.049
H ( sumber )
v1 * tau
cos
Line DC
KEDALAMAN SUMBER
2.857738
033
12.85982
115
TAU A
TAU B
Line BC
KEDALAMAN SUMBER
3.208444
74
22.45911
318
TAU A
TAU B
f.
Line DC
jarak
(m)
0
kedalaman
(h)
2.85773803
3
5
10
15
20
25
30
35
40
2.14330352
5
2.95980010
6
2.55155181
5
2.55155181
5
2.34742767
1.93917938
2.55155181
5
12.8598211
5
Line BC
jarak
(m)
0
kedalaman
(h)
3.20844474
5
10
15
20
25
30
35
40
2.291746243
2.291746243
2.979270115
2.520920867
5.729365606
5.041841734
5.958540231
22.45911318
ANALISA
Hasil dari pratikum seismic bias ini adalah bahwa pada line dc dan bc ini
adalah grafik T - X yang memperlihatkan perbedaan lapisan tanah yang terekam oleh
geophone dengan menggunakan 2 sumber shot point yang berbeda. Hasil akhir grafik
T - X adalah sebagai berikut :
Line DC
Line BC
Terlihat dari grafik bahwa terdapat dua lapisan tanah yang terekam. Dua
lapisan tanah dapat dijelaskan melalui grafik dimana Forward/Backward Langsung
DC/BC adalah gelombang yang merambat di permukaan tanah. Forward/Backward
Bias DC/BC adalah gelombang refraksi yang merambat di permukaan lapisan ke 2.
Titik yang berpotongan pada grafik adalah satu-satunya titik yang terekam dengan dua
buah source. Maka, titik tersebut memiliki perhitungan yang sangat akurat
dibandingkan dengan titik yang lainnya.
Grafik T - X diatas memperlihatkan terdapat hidden layer model normal
karena grafik refraksi 1 memotong grafik direct wave dan grafik refraksi 2 memotong
grafik refraksi 1.
Hasil
dari
koreksi
topografi
adalah
Line DC
Line BC
Terlihat pada grafik awal, waktu tempuh wave masih menunjukkan kesalahan
karena topografi kontur medan survey belum di koreksi. Grafik diatas menunjukkan
grafik yang telah dikoreksi. Meskipun terlihat perbedaannya hanya sedikit, tapi ini
sangat mempengaruhi interpretasi selanjutnya.
Terlihat juga bukti bahwa gelombnag langsung memiliki kecepatan yang lebih
tinggi daripada gelombang bias. Dilihat dari kurvanya. Dan dua duanya pun berbentuk
linier sesuai dengan penurunan rumusnya.
Namun, ini adalah data yang diberikan asisten. Data yang kami ambil mungkin
terlalu jelek karena kurang sensitifnya alat karena sudah tua, dan dari pagi dipakai,
atau karena kesalahan praktikan.
2.
Metode Hagiwara
Dari praktikum seismic bias yang telah dilakukan dengan data yang baru,
dapat disimpulkan bahwa pada metode Hagiwara dan juga Intercept Time, pada line
DC dan BC, tidak terjadi harga kedalaman dan juga plot kurva kedalaman yang sama.
Hal ini mungkin terjadi karena kesalahan perhitungan oleh praktikan dalam
melakukan data processing.
Disini tidak diperbolehkan ada kedalaman yang nilainya minus, karena makin
kebawah makin besar. Namun pada metode Hagiwara didapatkan minus, yang lagi
lagi mungkin kesalahan perhitungan.
Disini, pada Line DC, gelombang bias dimulai saat x ke 15, dan BC saat x ke
15 pula. Hal ini dikarenakan mulai x ke 15, terjadi perubahan gradient.
Kita bisa memisahkan gelombang langsung dan bias, karena gelombang
langsung dan bias sama sama linier, namun gelombang langsung tidak akan
menyentuh bidang batas sehingga ia akan langsung direkam geofon sehingga waktu
datangnya cepat dan frekuensinya masih tinggi. Namun, gelombang bias akan datang
setelahnya, setelah melewati bias kritis dibidang batas sampai akhirnya terekam oleh
geofon.
Pada praktikum ini pula kita harus mengukur sasaran secara bolak balik
(forward backward) agar hasil yang didapatkan baik, dan kita dapat menggunakan
perhitungan hagiwara dan intercept time.
BAB V
KESIMPULAN
Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat adanya
gempa bumi. Sedangkan gelombang secara umum adalah fenomena perambatan
gangguan (usikan) dalam medium sekitarnya. Gangguan ini mula-mula terjadi secara
lokal yang menyebabkan terjadinya osilasi (pergeseran) kedudukan partikel-partikel
medium, osilasi tekanan maupun osilasi rapat massa. Karena gangguan merambat dari
suatu tempat ke tempat lain, berarti ada transportasi energi.
Sumber gelombang seismik pada mulanya berasal dari gempabumi alam yang
dapat berupa gempa vulkanik maupun gempa tektonik, akan tetapi dalam seismic
eksplorasi sumber gelombang yang digunakan adalah gelombang seismik buatan. Ada
beberapa macam sumber gelombang seismik buatan seperti dinamit, benda jatuh,
airgun, watergun, vaporchoc, sparker, maupun vibroseis.
Menurut cara bergetarnya gelombang seismik dibagi menjadi dua macam yaitu
Gelombang Primer (arah pergerakan atau getaran partikel medium searah dengan arah
perambatan gelombang tersebut) dan Gelombang Sekunder (arah getarannya tegak
lurus terhadap arah perambatan gelombang).
Hukum Fisika yang mewakili penjalaran gelombang seismic yaitu Hukum
Snellius (gelombang jatuh pada bidang batas dua medium yang mempunyai
perbedaan densitas, maka gelombang tersebut akan dibiaskan, jika sudut datang
gelombang lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya. Gelombang akan
dipantulkan, jika sudut datangnya lebih besar dari sudut kritisnya. Gelombang datang,
gelombang bias, gelombang pantul terletak pada suatu bidang datar.); Prinsip
Huygens (setiap titik-titik pengganggu yang berada di depan muka gelombang utama
akan menjadi sumber bagi terbentuknya deretan gelombang yang baru. Jumlah energi
total deretan gelombang baru tersebut sama dengan energi utama.); Prinsip Fermat
(jika sebuah gelombang merambat dari satu titik ke titik yang lain, maka gelombang
tersebut akan memilih jejak yang tercepat. )
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Seismic_refraction
http://www.enviroscan.com/html/seismic_refraction_versus_refl.html
LAMPIRAN LAMPIRAN
I.
Tabel
a.
Gai
n
Geophone
Jarak dari
Source
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Gai
n
Geophone
Jarak dari
Source
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0
5
10
15
20
25
30
35
40
b.
tcp
(ms)
tdp
(s)
tcp
(s)
Dela
y
100
90
88
76
72
56
38
28
C
A
0.026
0.036
0.044
0.048
0.062
0.076
0.084
0.09
0.1
0.09
0.088
0.076
0.072
0.056
0.038
0.028
C
0
0
0
0
0
0
0
0
0
tdp (ms)
tcp
(ms)
tdp
(s)
tcp
(s)
Dela
y
B
14
24
34
42
58
68
72
80
88
80
70
62
52
40
30
22
C
A
0.014
0.024
0.034
0.042
0.058
0.068
0.072
0.08
0.088
0.08
0.07
0.062
0.052
0.04
0.03
0.022
C
0
0
0
0
0
0
0
0
0
tdp (ms)
A
26
36
44
48
62
76
84
90
Line BC
Gain
5
Geophone
0
Jarak dari
Source
0
t (ms)
0
10
0.75
20
1.18
1.62
10
1.93
20
10
2.37
12
2.5
10
20
7
8
14
16
2.93
3.06
t (s)
0
0.000
75
0.001
18
0.001
62
0.001
93
0.002
37
0.002
5
0.002
93
0.003
Delay
0
Waktu + delay
0
5.75
6.18
6.62
6.93
7.37
7.5
5
5
7.93
8.06
10
18
3.31
20
10
20
21.25
40
11
22
22.75
10
12
24
24.5
20
13
26
13.25
40
14
28
13.75
20
15
30
14.75
50
100
16
17
18
32
34
36
14.75
15
16
06
0.003
31
0.021
25
0.022
75
0.024
5
0.013
25
0.013
75
0.014
75
0.014
75
0.015
0.016
8.31
20
41.25
20
42.75
20
44.5
20
33.25
20
33.75
20
34.75
25
25
25
39.75
40
41
Backward
Gain
100
Geophone
0
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Jarak dari
Source
44
42
40
38
36
34
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
t (ms)
t (s)
Delay
Waktu +
delay
10
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
18.25
11.25
11.25
10.75
10.75
9.25
8.5
11.5
9.25
8
11
10.25
13
10.43
6.75
6.25
6.18
6.18