Anda di halaman 1dari 8

HEMOROID

A. Definisi
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari plexus hemorhoidalis. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang
berada di bawah kulit (subkutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna
adalah pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submokosa) di atas atau di dalam
linea dentate (Sudoyo Aru, dkk 2009).
B. Etiologi
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembangkakan atau inflamasi yang hemoroidalis yang
disebabkan oleh faktor-faktor resiko/ pencetus, seperti:
1. Mengedan pada buang air besar yang sulit
2. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, terlalu
lama duduk dijamban sambil membaca, merokok, menggunakan samrtphone)
3. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud, tumor abdomen)
4. Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan hormonal).
5. Usia tua
6. Konstipasi kronik
7. Daiare akut yang berlebihan dan diare kronik
8. Hubungan seks peranal
9. Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan buah)
10. Kurang olahraga/ imobilisasi
Klasifikasi dan derajat (Sudoyo Aru, dkk 2009)
Berdasarkan gambaran klinis hemoroid interna di bagi atas:
1. Derajat 1 : Pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus, hanya dapat di
lihat dengan anorektoskop.
2. Derajat 2 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke
dalam anus secara spontan.
3. Derajat 3 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus
dengan bantuan dorongan jari.
4. Derajat 4: prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami
thrombosis dan infark.
Secara anoskopi hemoroid dapat di bagi atas:
1. Hemoroid eksternal ( di luar atau di bawah linea dentate)
2. Hemoroid interna ( di dalam atau di atas linea dentate)
C. Manifestasi Klinis
1. Timbul rasa gatal dan nyeri
2. Perdarahan bewarna merah terang saat defekasi
3. Pembengkakan pada area anus
4. Nekrosis pada area sekitar anus
5. Perdarahan / prolaps
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan colok dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada hemoroid
interna tidak dapat di raba sebab tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi dan
biasanya tidak nyeri.
1

2. Anoskop
Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar.
3. Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses
keganasan ditingkat yang lebih tinggi.
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Konservatif
a. Koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi seperti kodein
(Daniel, W.J).
b. Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi cairan,
menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar.
c. Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptik dapat
mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan
steroid yang berlama-lama harus di hindari untuk mengurangi efek samping.
Selain itu suplemen flavonoid dapat membantu mengurangi tonus vena,
mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi meskipun belum
diketahui bagaimana mekanismenya (Acheson, A. G, 2008).
2. Pembedahan
Apabila hemoroid interna derajat I yang tidak membaik dengan penatalaksanaan
konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan. HIST (Hemorrhoid
Institute Of South Texas) menetapkan indikasi tatalaksana pembedahan hemoroid
antara lain: (Acheson, A. G, 2008).
a. Hemoroid interna derajat II berulang
b. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
c. Mukosa rektum menonjol keluar anus
d. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.
e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif
f. Permintaan pasien
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu: (Halverson, A., 2007).
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Skleroterapi
Rubber band ligation
Infrared thermocoagulation
Bipolar Diathermy
Laser haemorrhoidectomy
Dappler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation
Cryotherapy
Stappled Hemorrhoidopexy

F. Pathway
G.

Kehamilan Obesitas
Konstipasi dan mengejan
dalam jangka waktu lama
Duduk terlalu lama

Sering angkat beban berat


Kondisi Penuaan
Hipertensi portal (sirosis
hepatis)

Penurunan relative venous


return didaerah perianal
(yang disebut dengan afek
torniquet)
Aliran vena balik terganggu
Tekanan perifer meningkat
pelebaran vena anus
(hemoroid)
Peradangan pada pleksus
hemoroidalis
Prolaps vena hemorhoidalis

Membesar di Spinchter

Membesar di luar rectum

Ruptur vena
Intoleransi aktivitas

Perdarahan

Anemia

Operasi (hemoroidektomi)

Pre operatif

Continuitas jaringan rusak

Ansietas

Vena menegang

Resiko Syock (hipovolemi)

Ujung saraf rusak

Port dentree kuman

Nyeri di persepsikan

Pelepasan prostaglandin

Resiko infeksi

Gangguan nyaman/nyeri

Gangguan defekasi

Konstipasi

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada
anus atau nyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan

beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.


Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh / terulang kembali.
Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan pembedahan akan kembali RPD,

bisa juga di hubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis.


Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut
Riwayat psikososial
Menilai respon emosi klien terhadap penyakitnya. Apakah dampak yang timbul pada
klien yaitu seperti kecemasan atau keidakmampuan dalam beraktivitas.

4. Pemeriksaan fisik

Kaji tingkat kesadaran (kacau mental, letargi, tidak merespon).


Ukur tanda-tanda vital (TD meningkat/ menurun, takikardi).
Auskultasi bunyi nafas.
Kaji kulit (pucat, bengkak, dingin).
Kaji terhadap nyeri atau mual.
Abdomen : Nyeri tekan pada abdomen, bisa terjadi konstipasi.
Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat benjolan pada
anus, nyeri pada anus, perdarahan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1.Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rectal atau anal
sekunder akibat penyakit anorektal dan spasme sfingter pada pascaoperatif.
2.Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri
selama eliminasi.
3.Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu.
4.Inoleransi aktivitas
5.Resiko syok (hipovolemik)
Post Operasi
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi b.d adanya jahitan pada luka operasi
2. Intoleransi aktivitas b.d nyeri pasca operasi
3. Resiko terjadinya infeksi pada luka b.d pertahanan primer tidak adekuat
C. INTERVENSI
4

Pre Operasi
1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada
area rectal atau anal sekunder akibat penyakit anorektal dan spasme sfingter pada
pascaoperatif.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .x 24 jam nyeri akut yang
klien rasakan dapat terkontrol.
Kriteria Hasil:
- Tidak melaporkan adanya nyeri secara verbal
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Tekanan darah normal, dan nadi normal
Intervensi:

Kaji laporan nyeri catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0-10) selidiki dan laporkan

perubahan karakteristik nyeri


Catat petunjuk non verbal seperti gelisah menolak untuk berhati-hati, selidiki

perbedaan petunjuk verbal dan non verbal


Berikan tindakan nyaman seperti pijatan punggung, ubah posisi
Bersihkan area rektal dengan sabun ringan dan air/lap setelah defekasi dan berikan

perawatan kulit seperi jeli, minyak


Kolaborasi dengan tim gizi dalam memodifikasi diet sesuai dengan kebutuhan

misalnya makanan tinggi serat


Kolaborasi dalam pemberian obat seperti: Analgesik Anodin supositoria

2. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri


selama eliminasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .x 24 jam diharapkan klien
tidak mengalami konstipasi
Kriteria Hasil:
- Mendapatkan kembali pola fungsi usus yang normal
- Menunjukkan bunyi usus / aktivitas peristaltic aktif
- Mempertahankan pola eliminasi biasanya.
Intervensi:
Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus
Anjurkan minum 2000-2500 ml/hari kecuali bila ada kontra indikasi
Berikan diet rendah sisa, tinggi serat, lunak sesuai toleransi
Kolaborasi dalam pemberian pelunak feses. Anjurkan defekasi sesegera mungkin
bila dorongan terjadi
3. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam diharapkan rasa
cemas pasien dapat diatasi.
Kriteria Hasil:
-

Pasien mengetahui faktor yang mempengaruhi penyebab ansietas


Pasien menyatakan cemas terhadap penyakitnya berkurang

Intervensi:

Catat petunjuk prilaku misalnya peka rangsang, gelisah


Dorong menyatakan perasaan berikan umpan balik
Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan
Kolaboratif dengan dokter dalam memberikan obat-obat sesuai indikasi (obat-obat
pemenang).

Post Operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) pada luka operasi b.d adanya jahitan pada luka
operasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .x 24 jam nyeri akut yang
klien rasakan dapat terkontrol.
Kriteria Hasil:
- Tidak melaporkan adanya nyeri secara verbal
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Tekanan darah normal, dan nadi normal
Intervensi:

Kaji laporan nyeri catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0-10) selidiki dan

laporkan perubahan karakteristik nyeri


Catat petunjuk non verbal seperti gelisah menolak untuk berhati-hati, selidiki

perbedaan petunjuk verbal dan non verbal


Berikan tindakan nyaman seperti pijatan punggung, ubah posisi
Bersihkan area rektal dengan sabun ringan dan air/lap setelah defekasi dan

berikan perawatan kulit seperi jeli, minyak


Kolaborasi dengan tim gizi dalam memodifikasi diet sesuai dengan kebutuhan

misalnya makanan tinggi serat


Kolaborasi dalam pemberian obat.

2. Intoleransi aktivitas b.d nyeri pasca operasi


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .x 24 jam mobilisasi
terpenuhi.
Kriteria hasil:
- Dapat BAK & BAB sendiri
- Dapat makan & minum sendiri
- Keadaan umum Baik
Intervensi:

Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan


Evaluasi respons klien terhadap aktivitas
Dorong untuk sering mengubah posisi, bantu klien bergerak ditempat secara
perlahan.

3. Resiko terjadinya infeksi pada luka b.d pertahanan primer tidak adekuat.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .x 24 jam resiko infeksi
berkurang atau tidak ada.
Kriteria hasil:
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
6

Intervensi:
Observasi TTV
Rendam VK pada daerah anus
Observasi balutan tiap 4 jam, periksa terhadap pendarahan
D. Discharge Planning
1. Berendamlah tiga kali sehari selama 10-15 menit dalam air hangat.
Berendam membantu mengatasi nyeri dan membersihkan area sekitar hemoroid.
2. Minum banyak air putih minimal 8 gelas perhari.
3. Perbanyak makanan yang mengandung tinggi serat.
4. Olahraga secara teratur dan biasakan berjalan kaki.
5. Hindari mengejan dan menggosok daerah sekitar hemoroid karena dapat
mengakibatkan iritasi dan membuat hemoroid bertambah parah.
6. Mempertahankan tinja tetap lunak sehingga mudah keluar.
7. Menghindari bantalan duduk yang keras, setiap beberapa saat bangun dari duduk,
berjalan-jalan sejenak.
8. BAB dengan kloset duduk
9. Turunkan berat badan hingga berat badan ideal dan olahraga secara teratur.

DAFTAR PUSTAKA
Acheson, A.G. (2008). Management of Haemorrhoids. British Medical Journal;336: 380-383.
Halverson, A., (2007). Hemorrhoids. Clin Colon Rectal surgery 20 (2): 77-84
Nurarif, A.H & Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.
Sudoyo, Aru dkk. (2009). Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM. Jakarta : Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai