5.
6.
7.
8.
9.
2.2.1
Kabel (Cable)
Kabel dalam jembatan cable stayed merupakan salah
satu komponen yang paling penting. Konfigurasi kabel
memegang peranan penting dalam desain jembatan cable
stayed. Kabel-kabel ini memikul berat gelagar dan
meneruskannya pada pylon. Pemilihan tatanan
(konfigurasi) dan jumlah kabel tersebut didasarkan atas
berbagai hal (panjang bentang, jenis beban, jumlah lajur
atau lebar jembatan, tinggi menara, estetika) dan akan
memberikan pengaruh yang berlainan terhadap perilaku
struktur terutama pada bentuk menara dan penampang
gelagar. Selain itu akan berpengaruh pula pada metode
pelaksanaan. (Troitsky 1977).
SINGLE
STAY
SYSTEM
DOUBLE
2
TRIPLE
3
MULTIPLE
VARIABLE
BUNDLE
OR
CONVERGING
OR RADIAL
HARP OR
PARALEL
FAN
STAR
(1)
(2)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(3)
2.1 Umum
Keuntungan dari jembatan cable stayed adalah :
(4)
Parallel-bar
Parallel-wire
Stranded
Locked-coil
(W P) cos
Asc
f ijin sin 2 / 2 .a
Dimana:
Asc = Luas penampang kabel
W = Beban mati dan hidup merata
P
= Beban terpusat
Eeq
Ee
L 2
Ee
1
3
12
Dimana :
Eeq = modulus elastisitas kabel ekivalen
Ee = modulus elastisitas kabel lurus
L
2.2.2
Highway
and
railroad
(project)
Highway
and
railroad
(project)
Highway
and
railroad
(project)
No.
Tipe Gelagar
Menara (Pylon)
2
2.3 Pembebanan
Pembebanan yang digunakan dalam jembatan ini
adalah beban jalan raya pada lantai kendaraan di atas dan
beban jalan rel pada lantai kendaraan di bawah.
2.3.1
Pembebanan jalan raya
Pembebanan pada perencanaan jembatan lantai
kendaraan atas ini mengacu pada peraturan teknik
perencanaan jembatan RSNI T-02-2005. Beban-beban
ini meliputi:
2.3.1.2.2
Beban truk T
Pembebanan truk "T" terdiri dari kendaraan truk
semi-trailer yang mempunyai susunan dan berat as
seperti terlihat dalam Gambar 2.13. Berat dari masingmasing as disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar
yang merupakan bidang kontak antara roda dengan
permukaan lantai. Jarak antara 2 as tersebut bisa diubahubah antara 4,0 m sampai 9,0 m untuk mendapatkan
pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan.
15
dengan pengertian :
q adalah intensitas beban terbagi rata (UDL) dalam
arah memanjang jembatan L adalah panjang total
jembatan yang dibebani (meter)
D.
b.
2.3.1.2.3
Beban kejut (DLA)
Beban kejut (DLA) merupakan hasil interaksi antara
kendaraan yang bergerak dengan jembatan. Besarnya
DLA tergantung kepada frekuensi dasar dari suspensi
kendaraan, biasanya antara 2 sampai 5 Hz untuk
kendaraan berat, dan frekuensi dari getaran lentur
jembatan. Untuk perencanaan, DLA dinyatakan sebagai
beban statis ekuivalen.
Untuk pembebanan "D": DLA merupakan fungsi
dari panjang bentang ekuivalen seperti tercantum dalam
Gambar 2.14 . Untuk bentang tunggal panjang bentang
ekuivalen diambil sama dengan panjang bentang
sebenarnya.
Beban lajur D
DLA
KP
2.3.2
2.3.2.1
Ruang bebas
T 2
WTP
g Kp
(9)
Dimana:
T
= Waktu getar (detik).
g
= Percepatan gravitasi (m/dt2).
WTP = Berat total nominal bangunan atas termasuk
beban mati tambahan ditambah setengah berat
berat pilar (kN).
Batas III
Batas IV
2.3.2.2
i 0,1
22,5
50 L
25
i 0,2
50 L
i 0,3
25
50 L
dimana
2.3.3
Konfigurasi pembebanan
Konfigurasi pembebanan pada jembatan cable stayed
ini terdiri dari beban mati (DL), Superimposed Dead
Load (SDL), beban hidup (LL), beban angin (W).
V2
127 R
Dimana :
: Koefisien beban sentrifugal
V : Kecepatan maksimum pada tikungan (km/jam)
R : Radius tikungan (m)
2.3.2.6 Beban lateral kereta
Beban lateral kereta adalah sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 2.19 . Beban bekerja pada bagian atas dan
tegak lurus arah rel, secara horizontal. Besaran adalah
15% atau 20% dari beban gandar untuk masing-masing
lokomotif atau kereta listrik/diesel.
Gambar 2.20 Konfigurasi pembebanan (Troitsky 1977)
N CN q h l
2.4.1
Frekuensi Alami
Untuk SDOF:
M CM q h l
p v
m v 2
2
Untuk MDOF:
Jika pi = g.mi ; dimana g = gravitasi
n
m v
i 1
n
m v
i 1
i
2
frekuensi
vmaks
1
fB
2
vmaks
1,1
fB
2
v
maks
2.4.3
dimana
f = frekuensi pusaran
h = tinggi lantai kendaraan
S = 0,20 untuk silinder dengan diameter h
= 0,10-0,20 untuk lantai kendaraan dengan
tinggi h
= 0,10 : jika udara mengalir pada satu sisi
(12)
fT
dimana :
b
fB
2r
(13)
f h
V
2.
Re
Dimana :
V = kecepatan angin yang dihitung berdasarkan angka
Strouhal
B = lebar lantai kendaraan
Dimana :
v statik
vstatik
T CT q h l
V B
v
Fo
V 2
2
ch
0.05
4.
v 4 f v
2
Staging method
Dipakai bila ruang bebas di bawah jembatan
rendah dan pemasangan penyokongan sementara tidak
akan mengganggu lalu lintas dibawah jembatan.
Keuntungannya :
a.
Teliti dalam mengikuti bentuk geometrik dan
tanjakan yang dipersyaratkan pada erection.
b.
Biaya rendah pada ruang bebas rendah.
2.4.5
2.4.4
Efek Ayunan (flutter)
Pada struktur jembatan kabel, dimensi gelagar pada
bentang utama kebanyakan berukuran besar. Tergantung
dari lokasi geografis jembatan, lantai kendaraan
dirancang agar dapat menahan kekuatan angin di daerah
tersebut. Pergerakan udara dapat mengakibatkan torsi
pada sturktur dan osilasi tekuk, dimana pergerakan
tersebut mengakibatkan terjadi gaya angkat. Fenomena
ini disebut sebagai Flutter (Walther 1988).
2.4.6
Push-Out method
Dipakai terutama bila lalu lintas di bawah jembatan
tidak boleh diganggu oleh adanya sistem erection
jembatan, sedangkan pemakaian cara kantilever dinilai
tidak praktis pada situasi yang ada di tempat jembatan.
192
Pembebanan
Pylon
Preliminary Design
Struktur dan
gambar rencana
Kontrol
kekuatan
pylon
Pembebanan
lantai kendaraan
OK
Analisa
Dinamik
Kontrol
kekuatan lantai
kendaraan
Not OK
Modifikasi
Lantai
kendaraan
Kontrol kabel
saat pelaksanaan
Not OK
Modifikasi
Pylon
Modifikasi
Perencanaan
Gambar-gambar
teknik dan
pendetailan
Not OK
Modifikasi
kabel
FINISH
OK
A
Nama Jembatan
: Bentang tengah
Suramadu
Lokasi Jembatan
: Selat Madura
Panjang Bentang
: 846 m (207 m + 432
m + 207 m)
Lebar Jembatan
: 30,8 m
o
o
o
Material utama
Gelagar rangka baja.
Kabel strand baja.
: 35 m
: 2 buah
:
4.3 Kabel
Not OK
Metode
Pelaksaanaan
Pembebanan dan
analisa kabel
192
OK
OK
434
Material
: Baja
Bentuk Gelagar
: Rangka Batang
Mutu Baja
: BJ50 (fu = 500 MPa, fy
= 290 MPa)
Gelagar yang digunakan dalam perencanaan ini
adalah gelagar rangka batang yang terbuat dari baja.
Gelagar ini direncanakan untuk dapat dilewati oleh
kendaraan bermotor dan kereta api. Oleh karena itu,
tinggi awal rencana rangka diambil setinggi 9 m.
BAB III
METODOLOGI
START
SIA 162
Dia (mm)
As (mm2)
fu (MPa)
Ukuran
Angker
12,7
100
1820
ASTM A
416-74
grade 270
15,2
140
1860
Euronome
138-79
SIA 162
15,7
150
1770
17,8
195
1770
Material
: Beton bertulang
H n a tan 25
Dimana : H = tinggi menara
n = jumlah kabel
a = panjang panel
Maka H 22 8 tan 25 82,07 m
Jadi digunakan tinggi awal menara 110 m dari atas
gelagar.
BAB V
STRUKTUR SEKUNDER
Railing
22000
Kerb
Pelat Beton 25cm
WF 400 x 200 x 8 x 13
2850
2850
9250
9250
2850
Kerb
1060
3700
3700
1690
1510
400
3700
8000 9500
6400
6400
10000
23000
30400
5500
2000
Batang
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
beton
= 24 kN/m3
aspal
= 22 kN/m3
fc
= 30 MPa
fy
= 400 Mpa
Decking = 45 mm
Tulangan
= D19 (As = 283 mm2)
Profil
JL 110 110 10
JL 110 110 10
JL 140 140 15
JL 130 130 12
JL 160 160 15
JL 180 180 18
JL 90 90 9
JL 90 90 9
JL 90 90 9
JL 90 90 9
5.2
Gelagar Melintang
Material
: Rangka Batang Baja
Batang
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Profil
H 400 400 9 12
H 400 400 12 19
H 400 400 16 32
H 400 400 16 32
H 400 400 16 25
H 400 400 16 25
H 400 400 16 32
H 400 400 16 32
H 400 400 12 19
H 400 400 9 12
H 400 400 12 16
H 400 400 16 22
H 400 400 16 28
H 400 400 16 25
H 400 400 16 22
H 400 400 16 22
H 400 400 16 25
H 400 400 16 28
H 400 400 12 22
H 400 400 12 16
Batang
No
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Profil
WF 400 300 12 25
WF 400 300 12 25
WF 400 300 12 19
WF 400 300 12 25
WF 400 200 9 12
WF 400 200 9 12
WF 400 200 9 12
WF 400 200 9 12
WF 400 200 9 12
WF 400 200 9 12
WF 400 200 9 12
WF 400 200 9 12
WF 400 200 9 12
WF 400 200 9 12
WF 400 200 9 12
WF 400 200 9 12
WF 400 200 9 12
WF 400 300 12 25
WF 400 300 12 19
WF 400 300 12 25
Batang
No
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Profil
WF 400 300 12 25
WF 400 200 9 12
WF 400 300 12 25
WF 400 300 12 25
WF 400 200 9 12
WF 600 200 12 20
WF 400 200 12 19
WF 600 200 12 20
Rangka Utama
Rangka Utama
BAB VI
PERMODELAN STRUKTUR
6.1 Umum
Di dalam bab ini akan dijelaskan mengenai
permodelan Tugas Akhir Modifikasi Perencanaan
Bentang Tengah Jembatan Suramadu dengan Dua
Lantai Kendaraan untuk Jalan Kendaraan Bermotor
dan Jalan Rel. Di dalam Tugas Akhir ini, model
jembatan dimodelkan secara 3 dimensi dengan bantuan
program bantu MIDAS 2006.
Beban
DL+SDL
DL+SDL
+LL Combi 1
DL+SDL
+LL Combi 2
DL+SDL
+LL Combi 3
DL+SDL
+LL Combi 4
DL+SDL
+LL Combi 5
DL+SDL
+LL Combi 6
DL+SDL
+LL Combi 7
Gambar
Beban
1)
KA 1
2)
KA 2
3)
KA 3
Gambar
Kasus
Beban
1*
DL + SDL +
Angin Penuh
2*
DL + SDL +
Angin Ekstrim
Gambar
6.2
6.3
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan konstruksi jembatan cable
stayed ini menggunakan metode balance cantilever dan
dipengaruhi langsung oleh beban form traveller.
Tahapannya sebagai berikut:
1. Pembangunan pylon menggunakan beton bertulang
cast in situ (dicor di tempat) menggunakan slip form
(perancah yang bisa bergerak naik pada waktu beton
cor sudah setengah keras), sampai seluruh pylon
terbangun.
2. Pemasangan gelagar T13 diawali dari sisi terdekat
dari pylon dengan kantilever dengan memasang
support sementara pada pylon. Lalu pemasanganan
gelagar T12 dan T14 lalu dilakukan pen-jacking-an
pada angker C23 dan C24. Kemudian pengecoran
pelat kendaraan.
3. Dilanjutkan dengan pemasangan gelagar T11 dan
T15 selanjutnya yang menggunakan bantuan form
traveller. Gelagar T11 dan T15 diangkat dari ponton
lalu dipasang dan dilakukan penyambungan gelagar
Eeq
Ee
L 2
Ee
1
3
12
7.2
250
1500
250
Gambar 7.1 Gaya kabel C01-C23 saat pelaksanaan
200
Pelat t-40mm
Gambar 8.1 Penampang 1000 x 1500 x 40 x 40 dengan
14 rib
700
700
Pelat t-50mm
BAB IX
ANALISA PYLON
9.1
Umum
Pylon merupakan salah satu struktur utama jembatan
cable stayed yang memikul beban-beban yang terjadi
pada lantai kendaraan melalui kabel sebelum
ditransferkan ke pondasi. Di dalam perencanaan pylon
perlu diperhitungan terhadap kombinasi gaya yang
kemungkinan terjadi. Serta perlu diperhatikan adalah
perbesaran momen yang mungkin terjadi dari masingmasing kombinasi.
9.2
BAB VIII
ANALISA GELAGAR
8.1
Umum
Untuk dimensi yang digunakan sebagai rangka utama
jembatan ini digunakan 2 ukuran, yaitu box 1000 x 1500
x 40 x 40 dengan 14 rib untuk batang tepi atas dan tepi
bawah, dan box 700 x 700 x 40 x 40 dengan untuk
batang diagonal dan batang vertikal. Di dalam bab ini
akan dibahas tentang kekuatan rangka utama dalam
9.4
9.3
BAB X
PERILAKU DINAMIK
10.1 Umum
Pada jembatan bentang panjang, beban yang
mempengaruhi kegagalan struktur adalah efek angin.
Untuk analisa efek angin yang bekerja pada jembatan
bentang panjang dibutuhkan wind tunnel test. Dari wind
tunnel test ini akan menunjukkan perilaku aerodynamic
dan stabilitas struktur. Ada 2 jenis dari wind tunnel test,
yaitu full model test dan section model test. (Podolny
dan Scalzi 1976). Tetapi di dalam tugas akhir ini tidak
melakukan wind tunnel test dan hanya menggunakan
perhitungan dari teori yang ada.
10.2 Frekuensi Alami
Frekuensi alami yang dihitung adalah frekuensi
lentur (fB) dan frekuensi torsi (fT).
Dari analisa struktur dengan program bantu MIDAS
didapatkan defleksi maksimum sebesar 0,9274 m. Maka :
1
1,1 9,81 2
fB
0,569 Hz
2 0,9274
22
fT
0,569 1,552 Hz
2 4,033
Fo
V2
Ch
2
Gambar 10.2 Klasifikasi Efek psikologis berdasarkan
amplitudo getaran
Fo 1,3 10
8,1082
0,4 0,3 9,5 487,13 N
m
2
487,13
0,9274 0,055 m 55 mm
0,05 513813,6558
= 42 x f 2 x v
= 42 x 0,5962 x 0,055
= 0,771 m/s2
513813,6558
103,974
13 112
f T 1,552
2,727
f B 0,569
r 4,014
0,365
b
11
4)
5)
0,05
Vcrit.theoritical
10
2 fB b
Sehingga:
Vcrit theoritical
6)
= 10 (2 x x fB x b)
= 10 (2 x x 0,569 x 11)
= 393,264 m/s
7)
8)
11.2 Saran
Di dalam laporan Tugas Akhir ini masih tentunya
masih terdapat kesalahan-kesalahan. Di bawah ini adalah
beberapa saran untuk memperbaiki perencanaan cable
stayed double deck sehingga dapat didapatkan hasil yang
lebih baik.
1) Dalam laporan Tugas Akhir ini dipergunakan beban
UDL dan KEL pada lajur sepeda motor, tetapi pada
kenyataannya beban sepeda motor tidak sebesar
beban lalu lintas sehingga perlu ditinjau kembali
beban yang terjadi akibat lalu lintas sepeda motor
saja.
2) Dalam laporan Tugas Akhir ini digunakan 3
kombinasi pembebanan Kereta Api, tetapi untuk
perencanaan jembatan kereta api seharusnya
dimodelkan dengan beban berjalan (moving load).
Kesulitan yang dihadapi penulis adalah beban kereta
api berjalan tidak dapat langsung diketahui gaya
kabel yang terjadi pada fitur unknown load factor,
karena fitur tersebut hanya dapat dipergunakan untuk
beban statik saja. Beban berjalan harus dikonversikan
menjadi beban statik dan haruslah beban yang
memberikan gaya terbesar pada masing-masing
kabel. Beban berjalan dapat dikonversikan menjadi
beban statik dengan fitur MLV Tracer, lalu
diterapkan dengan fitur MCT Command Shell.
Sehingga kombinasi pembebanan yang ada harus
dikombinasikan dengan beban saat kereta api
menghasilkan gaya kabel maksimum.