Anda di halaman 1dari 55

Desain Seismik Strukktur

Jembatan

1. Japan Road Association (JRA) -V


2002

Japan Road Association (JRA) -V 2002

2. Prinsip Dasar Desain Seismik


2.1 Fundamental
1. Dalam desain struktur, performa seismik
ditentukan oleh desain level gempa dan
tingkat kepentingan jembatan.
2. Kondisi topografi, geologi, tipe tanah dan
lokasi struktur juga diperhitungkan dalam
desain. Struktur dengan tipe performa
seismik
harus
ditentukan.
Ketentuan
performa seismik adalah aman pada taraf
desain elemen struktur maupun pada sistem
struktur.
Japan Road Association (JRA) -V 2002

2. Prinsip Dasar Desain Seismik


2.2 Prinsip Desain Seismik
1. Dua level desain gempa harus diterapkan
dalam desain seismik jembatan.
1.
2.

Level 1 Gempa dengan probabilitas yang biasa


terjadi selama masa layan jembatan.
Level 2 Gempa dengan probailitas yang jarang
terjadi selama masa layan jembatan, namun
memiliki intensitas yang cukup besar untuk bisa
menimbulkan kerusakan struktur. Level 2 EGM
terdiri dari 2 tipe yang harus diperhitungkan, yaitu
Tipe 1 adalah gempa bersumber dari antar
lempeng, dan Tipe 2 adalah gempa bersumber dari
daratan yang berjarak dekat

Japan Road Association (JRA) -V 2002

2. Prinsip Dasar Desain Seismik


2.2 Prinsip Desain Seismik
2.

3.
1.
2.

3.

Berdasarkan faktor kepentingan seperti kelas jalan, fungsi


jembatan, dan karakter struktur, struktur jembatan dapat
dikelompokkan dalam dua kelas yaitu kepentingan standar
(Kelas A) dan kepentingan tinggi (Kelas B) .
Performa seismik jembatan terdiri dari tiga level dalam
tinjauan perilaku seismiknya yaitu;
Performa seismik Level 1; Performa dimana jembatan masih
berfungsi ketika terjadi gempa
Performa seismik Level 2; Performa dimana jembatan dapat
dibatasi kerusakannya ketika gempa dan dapat dipulihkan dalam
waktu yang singkat.
Performa seismik Level 3; Performa dimana jembatan mengalami
kerusakan yang tidak kritis.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

2. Prinsip Dasar Desain Seismik


2.2 Prinsip Desain Seismik
4. Hubungan level dari desain gempa dan
tingkat kepentingan jembatan ;
1.
2.

3.

Baik untuk Kelas A dan Kelas B harus didesain


pada performa sismik Level 1 pada gempa Level 1
Jembatan Kelas A harus didesain sesuai dengan
performa seismik Level 3 pada gempa Level 2,
sementara untuk jembatan Kelas B harus didesain
pada kondisi performa seismik Level 2 pada
gempa Level 2.
Performa seismik Level 3; Performa dimana
jembatan mengalami kerusakan yang tidak kritis.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

2. Prinsip Dasar Desain Seismik


2.2 Prinsip Desain Seismik
5. Jatuhnya superstruktur dapat dicegah
meskipun terjadi kegagalan akibat
perilaku
struktur
atau
kegagalan
fondasi tidak diperkenakan dalam
seismik desain

Japan Road Association (JRA) -V 2002

2. Prinsip Dasar Desain Seismik


2.3 Klasifikasi Tingkat Kepentingan
Jembatan
1.
2.

Jembatan Kelas A Selain jembatan Kelas B


Jembatan Kelas B Jembatan penghubung tol
nasional, tol perkotaan, tol didesain untuk kota
kecil, jembatan penghubung antar pulau, dan
jembatan penghubung jalan nasional. Jembatan
dobel dek dan jembatan layang jalan profinsi
dan kabupaten dan jembatan lainnya, jembatan
viaduct, dan jembatan penting pada tinjauan
daerah pencegahan bencana, dan strategi lalu
lintas.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

3. Pembebanan Jembatan yang Perlu


Diperhitungkan dalam Desain Seismik
3.1 Beban yang harus ikut diperhitungkan
dalam desain seismik;
1. Beban Primer
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Beban Mati (D)


Gaya prategang (PS)
Efek rangkak beton (CR)
Efek susut (SH)
Tekanan tanah (E)
Tekanan hidrostatis (HP)
Gaya apung dan angkat (U)

2. Beban Sekunder
a.

Efek gempa (EQ)

Japan Road Association (JRA) -V 2002

3. Pembebanan Jembatan yang Perlu


Diperhitungkan dalam Desain Seismik
3.1 Pembebanan Jembatan
2. Kombinasi beban
Beban primer + efek beban gempa
(EQ)
3. Beban dan kombinasinya harus
ditentukan pada suatu nilai dimana
paling kritis meliputi tegangan,
displacement, dan efek.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

3. Pembebanan Jembatan yang Perlu


Diperhitungkan dalam Desain Seismik
3.2 Efek gempa
1. Gaya inersia karena beban mati struktur
2. Tekanan tanah ketika gempa terjadi
3. Tekanan hidrodinamik ketika terjadi
gempa
4. Efek liquifaksi dan liquifaksi yang
menginduksi aliran tanah dasar
5. Displacement tanah dasar ketika terjadi
gempa
Japan Road Association (JRA) -V 2002

4. Desain Percepatan Gempa


4.1 General
Desain gempa Level 1 dan Level 2 ditentukan
berdasarkan poin 4.2 dan poin 4.3. Namun
beban gempa juga dapat ditentukan dengan
menerapkan informasi riwayat gempa pada
wilayah sekitar jembatan, patahan yang aktif,
terjadinya gempa pada perbatasan lempeng
terdekat, struktur geologi, kondisi geologi,
dan catatan gempa besar yang sudah ada,
jika prosedur ini lebih sesuai.
Japan Road Association (JRA) -V 2002

4. Desain Percepatan Gempa


4.2 Level Gempa 1
1. Gempa Level 1 ditentukan berdasarkan
akselerasi
respons
spektra
yang
ditentukan pada poin 2
2. Akselerasi respons spektra disediakan
dalam prinsip pada permukaan tanah
yang disepakati dalam seismik desain
pada persamaan 4.2.1

Japan Road Association (JRA) -V 2002

4. Desain Percepatan Gempa


4.2 Level Gempa 1

Japan Road Association (JRA) -V 2002

4. Desain Percepatan Gempa


4.2 Level Gempa 1

Japan Road Association (JRA) -V 2002

4. Desain Percepatan Gempa


4.3 Level Gempa 2
1. Gempa Level 2 ditentukan berdasarkan
akselerasi
respons
spektra
yang
ditentukan pada poin 2
2. Akselerasi respons spektra disediakan
dalam prinsip pada permukaan tanah
yang disepakati dalam seismik desain
pada persamaan 4.3.1 dan 4.3.2

Japan Road Association (JRA) -V 2002

4. Desain Percepatan Gempa


4.3 Level Gempa 2

Japan Road Association (JRA) -V 2002

4. Desain Percepatan Gempa


4.3 Level Gempa 2

Japan Road Association (JRA) -V 2002

4. Desain Percepatan Gempa


4.4 Faktor Modifikasi Zona
Faktor modifikasi zona ditentukan berdasarkan Tabel
4.4.1. Jika lokasi jembatan pada zona perbatasan
(geologi) maka nilai faktor semakin tinggi.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

4. Desain Percepatan Gempa


4.5 Tipe Tanah Dasar
Tipe tanah dasar diklasifikasikan berdasarkan
prinsipnya pada tabel 4.5.1. Nilai karakteristik
tanah dasar TG dihitung dengan persamaan
4.5.1. Jika tanah dasar selevel dengan batuan
dasar (bedrock) maka tanah dasar adalah Tipe I

Japan Road Association (JRA) -V 2002

4. Desain Percepatan Gempa


4.5 Tipe Tanah Dasar

Japan Road Association (JRA) -V 2002

4. Desain Percepatan Gempa


4.6 Permukaan Tanah Dasar
Permukaan tanah dasar dalam desain seismik
adalah permukaan tanah dasar yang normal,
namun jika ternyata kondisi tanah tidak stabil
dimana nilai reaksi
subgrade tidak dapat
ditentukan,
maka
perlu
dilakukan
analisis
tersendiri agar dapat kesesuaian pengaruh hal
tersebut dalam perhitungan.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

5. Verifikasi Performa Seismik


5.1 General
1.

2.

3.

Dalam verifikasi performa seismik, setiap elemen struktur


jembatan harus sesuai dengan konsep kondisi batas (limit
states) sesuai dengan sesi 5.2 dan 5.4.
Verifikasi harus memastikan bahwa kondisi masing-masing
elemen struktur tidak melebihi kondisi batas dalam desain
gempa. Metode verifikasi dijelaskan dalam sesi 5.5
Berdasarkan kesepakatan 5.6, verifikasi harus diterapkan
sehingga jatuhnya struktur dapat dicegah, meskipun
terjajdi kegagalan struktur karena perilaku struktur
maupun kegagalan bagian dasar akibat gempa yang tidak
diharapkan

Japan Road Association (JRA) -V 2002

5. Verifikasi Performa Seismik


5.2 Kondisi Batas (Limit States)
Jembatan untuk Performa Level 1
Pada kondisi batas jembatan Level 1,
perilaku
mekanika
seluruh
bagian
jembatan
masih dalam kondisi elstis.
Ketika diterapkan kondisi batas tegangan
(stress limit state) tegangan dari elemen
struktur tidak melampaui batas tegangan
ijin material yang telah ditentukan.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

5. Verifikasi Performa Seismik


5.3 Kondisi Batas (Limit States) Jembatan
untuk Performa Level 2
1.

2.

3.

Kondisi batas untuk performa Level 2 harus


menerapkan sendi plastis yang mudah terpulihkan
pada bagian elemen struktur yang diijinkan mengalami
deformasi plastis.
Elemen struktur yang diijinkan mengalami sendi plastis
yang dipilih sehingga didapatkan penyerapan energi
yang layak dan pemulihan dalam waktu yang singkat.
Elemen struktur harus berkombinasi baik dengan
karakteristik
dari
sistem
struktur
jembatan.
Selanjutnya kondisi batas masing-masing elemen
harus sesuai dengan kombinasi yang ditentukan.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

5. Verifikasi Performa Seismik


5.4 Kondisi Batas (Limit States) Jembatan
untuk Performa Level 3
1.

2.

3.

Kondisi batas untuk performa Level 2 harus


menerapkan sendi plastis yang daktail pada bagian
elemen struktur yang diijinkan mengalami deformasi
plastis.
Elemen struktur yang diijinkan mengalami sendi
plastis dipilih sehingga didapatkan penyerapan energi
yang layak.
Elemen struktur harus berkombinasi baik dengan
karakteristik
dari
sistem
struktur
jembatan.
Selanjutnya kondisi batas masing-masing elemen
harus sesuai dengan kombinasi yang ditentukan.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

5. Verifikasi Performa Seismik


5.5 Prinsip Dasar untuk Melakukan Verifikasi
Performa Seismik
1.

2.

Performa seismik harus dilakukan dengan cara


menerapkan metode yang sesuai berdasarkan
desain gempa, tipe struktur, dan kondisi batas dari
jembatan.
Untuk tipe struktur perilaku seismik sederhana dapat
dilakukan verifikasi performa seismik secara metode
analisis statis berdasarkan kesepakatan (1) pada bab
6. Sedangkan untuk tipe perilaku seismik struktur
yang rumit, performa seismik dilakukan berdasarkan
metode analisis dinamik pada kesepakatan (1) bab
7.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

5. Verifikasi Performa Seismik


5.6 Parameter Pencegahan jatuh
pada Superstruktur Jembatan
1. Parameter
tambahan
pencegahan
jatuhnya struktur adalah superstruktur
terpisah
secara
struktural
dengan
substruktur dan dengan deformasi yang
besar.
2. Kesepakatan (1) mengarahkan untuk
melakukan
pemasangan
komponen
pencegahan jatuh sesuai dengan bab 16.
Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.1 General
1.
2.

3.

Verifikasi performa sesimik dengan metode statis


berdasarkan metode koefisien seismik.
Dalam verifikasi performa seismik pada gempa Level
1 dengan metode statis, beban harus dihitung
berdasarkan ketentuan yang dijelaskan poin 6.2.
Verifikasi performa seismik Level 1 harus dilakukan
dengan metode koefisien seismik yang dijelaskan
pada poin 6.3.
Dalam verifikasi performa seismik untuk Level 2
dengan metode statis, beban harus diperhitungkan
berdasarkan ketentuan poin 6.2. Verifikasi performa
seismik Level 2 dan Level 3 harus dilakukan dengan
metode desain daktail yang dijelaskan pada poin 6.4.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.2 Metode Perhitungan Beban dalam Analisis Statis
6.2.1 General
1.

2.

3.

Dalam melakukan verifikasi performa seismik suatu jembatan


dengan metode statis, penentuan dilakukan dengan hati-hati
pada efek gempa dirincikan pada poin 3.2, seperti efek gaya
inersia, tekanan tanah seismik, tekanan hidrodinamik,
liquifaksi, dan liquifaksi yang menimbulkan aliran tanah dasar.
Dalam perhitungan gaya inersia, tekanan tanah seismik,
tekanan hidrodinamik, poin 6.2.2, 6.2.4, dan 6.2.5 perlu diacu.
Penentuan pengaruh liquifaksi dan dan liquifaksi menginduksi
aliran tanah dasar berdasarkan ketentuan poin 8.1.
Untuk struktur yang di bawah permukaan tanah seperti
dijelasakan pada poin 4.6, gaya inersia, tekanan tanah
seismik, dan gaya hidrodinamik tidak perlu dikenakan pada
struktur.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.2 Metode Perhitungan Beban dalam Analisis
Statis
6.2.2 Gaya Inersia
1.

2.

Gaya inersia harus diperhitungkan sebagai fungsi


frekwensi natural tiap unit vibarasi desain yang dijelaskan
pada poin 6.2.3. Untuk Level 1 dan Level 2 dari beban
gempa, Poin 6.2.3 dan 6.2.4 perlu diacu.
Gaya inersia pada umumnya ditentukan dalam dua arah
horisontal yang saling tegak lurus, misalnya pada arah
longitudinal dan transversal dari jembatan bekerja secara
terpisah. Bagaimanapun, pada desain substruktur yang
mana komponen horisontal dari tekanan tanah bekerja
secara berbeda dengan sumbu jembatan, gaya inersia
diasumsikan vekerja pada arah komponen horisontal dari
komponen tekanan tanah dan juga pada arah yang tegak
lurus.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.2 Metode Perhitungan Beban dalam Analisis
Statis
6.2.2 Gaya Inersia
3.

4.

Dalam desain tumpuan, gaya inersia arah vertikal


harus diambil dalam perhitungan, dalam hal lain gaya
inersia pada dua arah horisontal sudah disebutkan
pada poin (2) .
Gaya inesia dari superstruktur diasumsikan bekerja
pada elevasi titik beratnya. Namun untuk kasus
jembatan lurus (sederhana), elevasi kerja gaya inersia
dapat ditentukan pada bagian bawah dari tumpuan
untuk kasus arah longitudinal dari sumbu jembatan

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.2 Metode Perhitungan Beban dalam Analisis
Statis
6.2.3 Metode Perhitungan Periode Natural
1.

2.

Periode
natural
harus
diperhitungkan
dengan
meninjau efek deformasi elemen struktur dan fondasi.
Karena tidak stabilnya tanah dasar ketika terjadi
gempa, periode natural ditentukan tanpa melakukan
reduksi parameter geoteknik dirincikan pada poin
8.2.4.
Ketika desain unit vibrasi terdiri dari satu substruktur
dan bagian tumpuan dari superstruktur, periode
natural dapat dihitung mengikuti persamaan 6.2.1

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.2 Metode Perhitungan Beban dalam Analisis
Statis
6.2.3 Metode Perhitungan Periode Natural

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.2 Metode Perhitungan Beban dalam Analisis
Statis
6.2.3 Metode Perhitungan Periode Natural
2.

Ketika suatu desain unit vibrasi terdiri dari banyak


substruktur dan bagian tumpuan superstruktur ,
periode natural berdasarkan persamaan 6.2.2.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.2 Metode Perhitungan Beban dalam Analisis Statis
6.2.4 Tekanan Tanah Seismik
1.

2.

Tekanan tanah seismik diperhitungkan dengan hati-hati


dengan memperhatikan seperti tipe struktur, kondisi tanah,
level gempa, dan perilaku dinamik dari tanah dasar
Tekanan tanah seismik diasumsikan beban yang terdistribusi
merata. Kekuatan tekanan aktif tanah dihitung berdasarkan
persamaan 6.2.4.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.2 Metode Perhitungan Beban dalam Analisis Statis
6.2.4 Tekanan Tanah Seismik

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.2 Metode Perhitungan Beban dalam Analisis
Statis
6.2.5 Tekanan Hidrodinamik Seismik
1.

2.

1.

Tekanan hidrodinamik harus ditentukan sesuai dengan


memperhatikan faktor seperti elevasi air, bentuk dan
ukuran dari penampang substruktur dan level desain
seismik.
Tekanan hidrodinamik seismik bekerja pada substruktur
pada level 1 dapat dihitung melalui persamaan 6.2.6.
Tekanan hidrodinamik seismik dapat diasumsikan bekerja
secara searah dengan gaya inersia dari superstruktur yang
dirincikan pada persamaan 6.3.2.
Tekanan hidrodinamik seismik bekerja pada suatu dinding struktur
berupa air pada satu sisi saja; gaya tersebut bekerja pada dinding
dalam satu sisi saja dan nilai dari gaya tersebut dihitung
berdasarkan persamaan 6.2.6 dan 6.2.7.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.2 Metode Perhitungan Beban dalam Analisis Statis
6.2.5 Tekanan Hidrodinamik Seismik

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.2 Metode Perhitungan Beban dalam Analisis Statis
6.2.5Tekanan Hidrodinamik Seismik

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.2 Metode Perhitungan Beban dalam Analisis Statis
6.2.5 Tekanan Hidrodinamik Seismik
1.

Tekanan hidrodinamik seismik bekerja pada suatu kolom struktur yang


terendam total dalam air. Dalam hal ini tekanan hidrodinamik seismik
diperhitungkan mengikuti persamaan 6.2.8 dan 6.2.9. (merujuk ke
6.2.2)

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.2 Metode Perhitungan Beban dalam Analisis Statis
6.2.5 Tekanan Hidrodinamik Seismik

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.2 Metode Perhitungan Beban dalam Analisis Statis
6.2.5 Tekanan Hidrodinamik Seismik

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.2 Metode Perhitungan Beban dalam
Statis
6.2.5 Tekanan Hidrodinamik Seismik

Japan Road Association (JRA) -V 2002

Analisis

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.3 Verifikasi Performa Seismik untuk Gempa Level 1
6.3.1 General
Pada verifikasi performa seismik Gempa Level 1
harus
memperhitungkan
karakter
dinamik
struktur pada cakupan elastis berdasarkan
kesepakatan 6.3.4. Dalam proses, gaya dalam
dan deformasi masing-masing penampang harus
diperhitungkan, dimana pembebanan dijelaskan
dalam sesi 6.2 dan gaya inersia dirincikan pada
sesi 6.3.2

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik


Metode Analisis Statis
6.3 Verifikasi Performa Seismik untuk Gempa Level 1
6.3.2 Metode perhitungan gaya inersia
Gaya inersia didefinisikan sebagai gaya lateral
sama dengan hasil dari berat struktur dan
koefisien desain gaya seismik horisontal yang
dirincikan pada sesi 6.3.3, dan diperhitungkan
aksi pada struktur pada arah gaya inersia unit
vibrasi. Bagaimanapun, dikarenakan tumpuan
jembatan yang menimbulkan perpindahan relatif
antara superstruktur dengan substruktur , gaya
friksi statis dari tumpuan harus diterapakan pada
substruktur, dari pada gaya inersia dari super
struktur.
Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik untuk


Gempa Berdasarkan Analisis Statis
6.3 Verifikasi Performa Seismik untuk Gempa Level 1
6.3.2 Desain koefisien seismik horisontal
1.

Desain koefisien seismik horisontal pada gempa Level


1 dihitung berdasarakan persamaan 6.3.1. dimana jika
didapatkan Kh pada persamaan tersebut kurang dari
0.1, maka diambil nilainya adalah 0.1.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik untuk


Gempa Berdasarkan Analisis Statis
6.3 Verifikasi Performa Seismik untuk Gempa Level 1
6.3.3 Desain koefisien seimik
Sedangkan untuk gaya inersia seismik akibat berat
tanah dan tekanan tanah seismik koefisien seismik
harus dihitung dengnan desain koefisien seismik
horisontal
pada elevasi tanah dasar dengan
persamaan 6.3.2

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik untuk


Gempa Berdasarkan Analisis Statis
6.3 Verifikasi Performa Seismik untuk Gempa Level 1
6.3.3 Desain koefisien seimik

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik untuk


Gempa Berdasarkan Analisis Statis
6.3 Verifikasi Performa Seismik untuk Gempa Level 1
6.3.3 Desain koefisien seimik

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik untuk


Gempa Berdasarkan Analisis Statis
6.3 Verifikasi Performa Seismik untuk Gempa Level 1
6.3.4 Desain koefisien seimik
Kolom RC dan Abutmen RC harus diverifikasi
berdasarkan sesi 5.1, dan fondasi harus
diperhitungkan berdasarkan sesi 5.1 dan 9.1 pada
Part IV subtruktur. Superstruktur RC harus
berdasarkan desain beban perincian dalam bab 4
pada part III struktur beton. Isolasi seismik dan
tumpuan jembatan harus diverifikasi pada basis
kesepakatan bab 9 dan sesi 15.1 dari bagian V.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik untuk


Gempa
6.4 Verifikasi Performa Seismik untuk Gempa Level 2
6.4.1 General
1.

2.

Dalam verifikasi performa seismik Level 2 dan Level 3,


metode desain daktail harus diterapkan berdasarkan
ketentuan sesi 6.4.5. Gaya dan deformasi pada
penampang pada setiap elemen yang dikenai beban
yang dirincikan pada sesi 6.2 dan gaya inersia yang
dijelaskan padan sesi 6.4.2 harus diperhitungkan.
Dalam prosesnya, performa seismik masing-masing
desain unit vibrasi dengan satu superstruktur dan
komponen tumpuannya secara umum diverifikasi
dengan metode desain daktail, setelah mendapatkan
gaya inersia sesuai dengan ketenstuan pada sesi 6.4.2.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik untuk


Gempa Berdasarkan Analisis Statis
6.4 Verifikasi Performa Seismik untuk Gempa Level 2
6.4.2 Metode perhitungan gaya inersia
Gaya inersia didefinisikan sebagai gaya lateral sama
dengan hasil dari berat struktur dan koefisien desain
gaya seismik horisontal yang dirincikan pada sesi
6.4.3, dan diperhitungkan aksi pada struktur pada arah
gaya inersia unit vibrasi. Bagaimanapun, dikarenakan
tumpuan jembatan yang menimbulkan perpindahan
relatif antara superstruktur dengan substruktur , gaya
inersia superstruktur harus ditentukan dari hasil satu
setengah kali dari reaksi berat superstruktur dan
koefisien seismik horisontal yang dirincikan dalam
6.4.3.

Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik untuk


Gempa Berdasarkan Analisis Statis
6.4 Verifikasi Performa Seismik untuk
Gempa Level 2
6.4.2 Desain koefisien seimik horisontal
1. Desain koefisien seismik horisontal untuk
gempa Level 2 (Tipe 1 EGM)
Desain ini harus dihitung berdasarkan
persamaan 6.4.1. Dimana hasil nilai
standar koefisien desain seismik
horisontal (khc0) dan nilai faktor
modifikasi zona (Cz) minimum adalah 0.4
Japan Road Association (JRA) -V 2002

6. Verifikasi Performa Seismik untuk


Gempa Berdasarkan Analisis Statis
6.4 Verifikasi Performa Seismik untuk Gempa Level 2
6.4.2 Desain koefisien seismik horisontal

Japan Road Association (JRA) -V 2002

Anda mungkin juga menyukai