By Iwan, S.Kp
Pengertian
Head injury (Trauma kepala) termasuk kejadian trauma pada kulit kepala, tengkorak
atau otak.
Batasan trauma kepala digunakan terutama untuk mengetahui trauma cranicerebral,
termasuk gangguan kesadaran.
Kematian akibat trauma kepala terjadi pada tiga waktu setelah injury yaitu :
Segera setelah injury.
Dalam waktu 2 jam setelah injury
rata-rata 3 minggu setelah injury.
Pada umumnya kematian terjadi setelah segera setelah injury dimana terjadi trauma
langsung pada kepala, atau perdarahan yang hebat dan syok. Kematian yang terjadi
dalam beberapa jam setelah trauma disebabkan oleh kondisi klien yang memburuk
secara progresif akibat perdarahan internal.
Pencatatan segera tentang status neurologis dan intervensi surgical merupakan
tindakan kritis guna pencegahan kematian pada phase ini
Kematian yang terjadi 3 minggu atau lebih setelah injury disebabkan oleh berbagai
kegagalan sistem tubuh.
Faktor-faktor yang diperkirakan memberikan prognosa yang jelek adalah adanya
intracranial hematoma, peningkatan usia klien, abnormal respon motorik,
menghilangnya gerakan bola mata dan refleks pupil terhadap cahaya, hipotensi yang
terjadi secara awal, hipoksemia dan hiperkapnea, peningkatan ICP.
Insiden
Diperkirakan terdapat 3 juta orang di AS mengalami trauma kepala pada setiap tahun.
Angka kematian di AS akibat trauma kepala sebanyak 19.3/100.000 orang. Pada
umumnya trauma kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas atau terjatuh
Jenis Trauma Kepala
Robekan Kulit Kepala
Robekan kulit kepala merupakan kondisi agak ringan dari trauma kepala. Oleh karena
kulit kepala banyak mengandung pembuluh darah dengan kurang memiliki
kemampuan konstriksi, sehingga banyak trauma kepala dengan perdarahan hebat.
Komplikasi utama robekan kepala ini adalah infeksi.
Fraktur tulang tengkorak
Fraktur tulang tengkorak sering terjadi pada trauma kepala. Beberapa cara untuk
menggambarkan fraktur tulang tengkorak :
Garis patahan atau tekanan.
Sederhana, remuk atau compound.
Kronik subdural hematoma terjadi beberapa minggu atau bulan setelah injury.
Somnolence, confusio, lethargy, kehilangan memory merupakan masalah kesehatan
yang berhubungan dengan subdural hematoma
Intracerebral Hematoma
Terjadinya pendarahan dalamn parenkim yang terjadi rata-rata 16 % dari head injury.
Biasanya terjadi pada lobus frontal dan temporal yang mengakibatkan ruptur
pembuluh darah intraserebral pada saat terjadi injury. Akibat robekan intaserebral
hematoma atau intrasebellar hematoma akan terjadi subarachnoid hemorrhage
Collaborative Care
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memonitor hemodinamik dan mendeteksi
edema serebral. Pemeriksaan gas darah guna mengetahui kondisi oksigen dan CO2.
Oksigen yang adekuat sangat diperlukan untuk mempertahankan metabolisma
serebral. CO2 sangat berpengaruh untuk mengakibatkan vasodilator yang dapat
mengakibatkan edema serebral dan peningkatan ICP.
Jumlah sel darah, glukosa serum dan elektrolit diperlukan untuk memonitor
kemungkinan adanya infeksi atau kondisi yang berhubungan dengan lairan darah
serebral dan metabolisma.
CT Scan diperlukan untuk mendeteksi adanya contusio atau adanya diffuse axonal
injury. Pemeriksaan lain adalah MRI, EEG, dan lumbal functie untuk mengkaji
kemungkinan adanya perdarahan.
Sehubungan dengan contusio, klien perlu diobservasi 1 - 2 jam di bagian emergensi.
Kehilangan tingkat kesadaran terjadi lebih dari 2 menit, harus tinggal rawat di rumah
sakit untuk dilakukan observasi.
Klien yangmengalami DAI atau cuntusio sebaiknya tinggal rawat di rumah sakit dan
dilakukan observasi ketat. Monitor tekanan ICP, monitor terapi guna menurunkan
edema otak dan mempertahankan perfusi otak.
Pemberian kortikosteroid seperti hydrocortisone atau dexamethasone dapat diberikan
untuk menurunkan inflamasi. Pemberian osmotik diuresis seperti mannitol digunakan
untuk menurunkan edema serebral.
Klien dengan trauma kepala yang berat diperlukan untuk mempertahankan fungsi
tubuh normal dan mencegah kecacatan yang nmenetap. Dapat juga diberikan infus,
enteral atau parenteral feeding, pengaturan posisi dan ROM exercise untuk mensegah
konraktur dan mempertahankan mobilitas.
Asuhan keperawatan
Pengkajian riwayat terjadinya injury akan membantu guna memahami trauma
craniocerebral. Mengetahui jika klien kehilangan kesadaran akan membantu perawat
untuk merencanakan tindakan keperawatan.
Asuhan keperawatan pada klien pada phase akut biasanya difokuskan pada
mempertahankan pengaliran udara dan pola nafas. Asuhan keperawatan ditujukan
untuk mengkaji secara terus menerus dan memonitoring fungsi neurologis
pengaruhnya terhadap berbagai sistem tubuh.
Banyak diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan dengan hematoma
intracranial atau sebagai akibat peningkatan ICP
Diagnosa keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Coma atau perdarahan masuk
kedalam jalan nafas.
Tujuan :
Klien akan mempertahankan jalan nafas tetap efektif, ditandai :
Jalan nafas bagian atas bebas dari sekresi.
Pernafasan teratur (16-22)
bunyi perbafasan jelas pada kedua dasar paru.
Gerakan dada simetris.
Tidak ada dispnea, agitasi, confusio.
AGD normal ( PO2 diatas 90 mmHg dan PCO2 antara 30 - 35 mmHg..
Implementasi
Pertahankan jalan udara bebas.
Pertahankan jalan nafas tetap bebas.
Lakukan suction oropharynx dan trachea setiap 1 -2 jam.
Kaji RR setiap 1 -2 jam.
Cek bunyi nafas dan gerakan dada.
Monitor AGD.
Posisi baring semi prone/posisi lateral.
Berikan oksigen humidified.
Bantu atau pertahankan endotracheal tube, tracheostomy, dan mechanical ventilation
(bila diperlukan).
Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipotensi/intracranial
hemorrhage/hematoma/atau injury lain.
Tujuan
Klien akan mempertahankan perfusi jaringan serebral yang adekuat, ditandai dengan :
LOC stabil atau meningkat.
GCS nilai 9 atau lebih.
Temperatur kurang dari C.38.5
refleks pupil terhadap cahaya baik.
Respon motorik stabil atau peningkatan(gerakan lengan dan tungkai).
ICP kurang dari 15 mmHg.
tekanan sistolik diatas 90 mmHg.
Implementasi
Kaji LOC.
Kaji lebarnya pupil setiap 1 - 4 jam.
Kaji gerakan ekstraokuler setiap 1 - 4 jam.
Catat respon verbal, gerakan tungkai, dorsiflexion dan plantar flexion setiap 1 - 4 jam.
Jika klien tidak sadar, catat gerekan spntan atau upaya menghindari nyeri setiap 1 - 4
jam.
Laporkan jika ada kelainan/kemunduran yang terjadi.
Monitor temperatur setiap setiap 2 jam, pertahankan temperatur batas normal
denganpemberian obat antiperetika.
Monitor kondisi kardiovaskular dan pernafasan.
Catat vital sign setiap 1 - 4 jam.
Pertahankan posisi kepala 30 derajat dan pertahankan posisi kepala secara netral
dengan memasang bantal pasir.