Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan penetrasi
tungau Sarcoptes scabiei var. hominis ke dalam epidermis. Tungau skabies
pertama kali diidentifikasi pada tahun 1600an, tetapi tidak dikenali sebagai
penyebab dari erupsi kulit sampai tahun 1700an. Penyakit ini sangat menular.
Penularan terjadi melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Tungau ini
bersifat obligat pada manusia, tinggal di dalam terowongan yang dibuatnya di
dalam epidermis.1
Terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia yang menderita skabies. 1
Skabies adalah penyakit endemik di seluruh dunia, dapat menyerang seluruh ras
dan berbagai tingkat sosial, namun gambaran akurat mengenai prevalensi sulit
didapatkan. Lingkungan padat penduduk, yang sering terdapat pada negara-negara
berkembang dan hampir selalu berkaitan dengan kemiskinan dan higiene yang
buruk, dapat meningkatkan skabies.

BAB II
STATUS PASIEN

IDENTITAS
Nama

: An.MR

Umur

: 6 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Talang Banjar

No RM

: 01.61.58

Tanggal pemeriksaan : 08 Juli 2016 ( Pukul 21.00 WIB )

ANAMNESIS
(Allo-anamnesis dan Auto anamnesa pada tanggal 08 Juli 2016 pukul 21.00 WIB)
Keluhan Utama
Timbul bintik-bintik merah diseluruh tubuh sejak 2 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat rumah sakit Annisa dengan
keluhan timbul bintik-bintik kemerahan dan gatal pada seluruh tubuh sejak 2
minggu yang lalu. Orangtua pasien mengatakan keluhan berawal dari sela-sela jari
kedua tangan kemudian meluas ke bagian tubuh yang lain tangan, badan, ketiak,
wajah serta kekemaluan pasien. Pasien juga mengeluh gatal yang semakin hebat
terutama malam hari menyebabkan pasien sulit tidur. Pasien sering menggaruk
bintik-bintik kemerahan sehingga menjadi luka. Demam disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini. Riwayat
alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga ada yang mengalami keluhan yang sama, yaitu kakak pasien
yang tinggal diasrama pesantren
Riwayat Pengobatan
Pasien belum berobat kedokter sebelumnya
Riwayat Alergi Obat
Alergi obat dan makanan disangkal
Riwayat Psikososial
Pasien tinggal bersama orang tuanya
Pasien 3 minggu ini tidur bersama kakaknya
Pasien menggunakan handuk bersama-sama dengan kakaknya
Pasien mandi 2 kali sehari, mandi menggunakan air sumur dan

sabun mandi.
Pasien mengganti pakaiannya dua kali sehari.
Bantal dan kasur menurut ibu pasien jarang dijemur.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Tanda vital

Tekanan darah

:-

Nadi

: 84 x/menit

Respirasi

: 22 x/menit

Suhu

: 36,4 celcius

Status gizi

BB : 15 kg
Status gizi kesan normal

Status generalis
Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Hidung

: secret (-)

Mulut

: bibir kering (-) , sianosis (-)

Leher

: pembesaran KGB (-)

Thoraks

Cor

Pulmo : simetris , retraksi (-)

: BJ I dan II regular normal , bising (-)

Vesikuler ,wheezing (-/-), rhonki (-/-)


Abdomen

: bising usus (+) normal, nyeri tekan epigastrium (-)

Ekstremitas

Atas

: akral hangat (+/+) , udema (-/-) , CRT < 2 detik (+/+)

Bawah : akral hangat (+/+) , udema (-/-) , CRT < 2 detik (+/+)

STATUS DERMATOLOGIKUS
Distribusi

Regional

A/R

Dorsum manus D/S , regio palmar D/S, thoraks, facialis,extremitas


superior dan regio skrotalis

efluoresensi

Papul multiple, eritema , berbatas tegas , diskret, diameter terbesar


1x0,5 cm dan terkecil 2x1 mm.

A/R

Regio axilla D/S , region phalange D/S

Efluoresensi

Papul, pustule , eritema, erosi, skuama

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
RESUME
Seorang anak laki-laki usia 6 tahun datang ke IGD ANNISA Jambi
dengan keluhan bintik-bintik kemerahan disertai rasa gatal di kedua tangan,
wajah, badan,ketiak sampai kemaluan sejak 2 minggu yang lalu. Menurut
ibu pasien, awalnya keluhan hanya dirasakan di daerah sela-sela jari kedua
tangan, terasa sangat gatal sehingga pasien selalu menggaruk, kemudian
lama kelamaan menjadi semakin banyak dan menyebar ke leher, badan,
perut bagian bawah, kedua tangan . Keluhan gatal dirasakan semakin
bertambah terutama saat malam hari dan menyebabkan pasien menjadi sulit
tidur.
Ibu pasien mengatakan di keluarga ada yang mengalami keluhan yang
sama kakak pasien. Pasien tinggal satu rumah dengan ayah, ibu pasien.
Pertama kali yang mengalami gejala seperti ini adalah kakak dari pasien
sekitar 1 bulan yang lalu. Kakak pasien tinggal diasrama pesantren dan
mengatakan teman sekamar kakak pasien sakit yang sama dan selama 3
minggu ini tidur dirumah karna libur sekolah.
Pasien menggunakan handuk bersama-sama dengan kakaknya selama
3 minggu ini. Bantal dan kasur menurut ibu pasien jarang dijemur.
Pada status dermatologi, distribusi lesi regional, di regio ketiak, leher,
badan, tangan kanan-kiri (siku, pergelangan, telapak tangan), dan punggung

kaki kanan-kiri. Dengan lesi multipel, diskret, sebagian menimbul sebagian


tidak menimbul, kering,basah, dengan diameter terbesar 1x0,5 cm dan
terkecil 2x1 mm. Efloresensi papul eritema,pustula dan skuama.

DIAGNOSIS BANDING

Skabies
Dermatitis

DIAGNOSIS KERJA
Skabies
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa

Edukasi orangtua pasien tentang penyakit skabies

Pakaian, seprai, dan handuk sebaiknya di rendam dengan air panas


terlebih dahulu sebelum dicuci

Kasur, bantal dan guling dan benda-benda lain yang tidak dapat
dicuci agar dijemur dibawah sinar matahari

Hindari penggunaan pakaian dan handuk secara bersamaan

Melakukan pengobatan pada pasien dan seluruh keluarga

Menjaga kebersihan pasien dan keluarga

Apabila kulit terasa gatal diusahakan jangan digaruk agar tidak


menimbulkan luka yang lebih luas

Medikamentosa

Topikal
Permetrin 5 % dioleskan hanya sekali dari leher sampai ujung kaki, sebelum
tidur, kemudian besok pagi dibilas saat mandi
Sistemik
o Dexteen syrup 3 x cth
o Amoksan syrup 250 mg 3x1 cth

1.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam

: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam

BAB III
ANALISA KASUS
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bintik-bintik kemerahan
yang terasa gatal di daerah wajah, badan, ketiak, kedua tangan serta kemaluan.
Gatal dirasakan semakin bertambah terutama saat malam hari. Pasien tinggal
bersama orang tuanya dan riwayat dalam keluarga yang mengalami keluhan yang
sama dibenarkan oleh ibu pasien, yakni kakak pasien yang 3 ming pasien, kakak
pasien tingga diasrama pesantren dan mengatakan temannya ada sakit yang sama.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya papul multiple, pustule , eritema , erosi.
Pada pasien ini dapat di diagnosis skabies, dimana hal ini sesuai dengan teori yang
ada bahwa dengan ditemukannya 3 dari 4 tanda kardinal skabies maka diagnosis
klinis dapat ditegakkan.1
Dimana tanda kardinal yang sesuai dengan teori adalah1,2,4 :
7

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu
pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian
besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.
Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya
terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan
gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf
(pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia
eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Pada pasien yang ditemukan adalah gatal pada malam hari (pruritus nokturna),
disekitar pasien ada yang mengalami keluhan yang sama, dan pada pemeriksaan
fisik tampak adanya papul, pustula dan erosi
Dari status dermatologinya kita dapatkan bahwa terdapat lesi badan, ketiak
dan kedua tangan, dimana didapatkan papul eritem multiple, bentuk bulat,
berbatas tegas, penyebaran diskrit. Hal ini sesuai dengan diagnosis skabies,
dimana didalam teori dikatakan bahwa predileksi terjadinya pada daerah dengan
stratum korneum yang tipis, namun karena pada anak-anak lapisan stratum
korneum tubuhnya sebagian masih tipis maka penyebarannya dapat bersifat
atipikal.2,3,4,5
8

Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan


memberikan obat secara topikal. Obat topikal yang diberikan adalah permetrin 5
% . Obat ini di pakai satu kali sebelum tidur dengan cara di oleskan dari leher
sampai ujung kaki, dan besok pagi baru di bilas. Hal ini sesuai dengan
penatalaksanaan sesuai dengan teori. Permethrin 5% cream efektif dan aman
digunakan dalam terapi manajemen scabies. Pengobatan terdiri dari aplikasi
tunggal selama 8-12 jam. Kemudian bisa diulangi dalam kurun 1 minggu.
Permethrin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel syaraf parasit
yaitu melalui ikatan dengan Natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding
sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. Permethrin dimetabolisir dengan cepat di
kulit, hasil metabolisme yang bersifat tidak aktif akan segera diekskresi melalui
urine. Permethrin juga diabsorbsi setelah pengaplikasian secara topikal, tetapi
kulit juga merupakan sebuah tempat metabolisme dan konjugasi metabolit. Efek
samping dari obat ini adalah dapat timbul rasa panas seperti terbakar yang ringan,
pedih, gatal, eritema, hipestesi serta ruam kulit. Efek samping ini bersifat
sementara dan akan menghilang sendiri.6
Dari kasus tersebut didapatkan diangnosis banding dermatitis, dimana
dalam teori dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, papul, edema, vesikel,
skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dimana hal ini sesuai dengan diagnosis
kerja pada kasus.2,4,6
Prognosis dari scabies yang diderita pasien umumnya baik bila diobati
dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian
juga sebaliknya. Selain itu diperlukan juga pengobatan kepada keluarga pasien
yang mengalami keluhan yang sama. Bila dalam perjalanannya scabies tidak
diobati dengan baik dan adekuat maka Sarcoptes scabiei akan tetap hidup dalam
tubuh manusia karena manusia merupakan host definitive dari Sarcoptes
scabiei.1,2,4,6

ETIOLOGI
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarina, super famili Sarcoptes. Infestasi Sarcoptes scabiei pada manusia
disebut Sarcoptes scabiei var hominis. Badan tungau skabies berbentuk oval
dengan bagian dorsoventral yang datar. Kopulasi antara tungau jantan dan
betina terjadi di permukaan korneum. Setelah kopulasi, Sarcoptes betina
yang sudah mengalami fertilisasi membuat terowongan pada malam hari
sepanjang 2-3 mm perhari untuk meletakkan telurnya. Terowongan tidak
terbatas pada stratum korneum saja tetapi juga masuk ke bawah dalam
epidermis tetapi tidak lebih dalam dari stratum granulosum. Setiap
Sarcoptes betina dapat menghasilkan 1-4 telur perhari dan 40-50 telur
selama hidupnya (4-6 pekan). Selama itu ia tidak keluar dari
terowongannya. Dalam 2-3 hari telur menetas menjadi larva dan keluar dari
terowongan. Larva kemudian menjadi nympha dalam 3-4 hari, kemudian
menjadi Sarcoptes dewasa jantan dan betina dalam 4-7 hari. Terjadi kopulasi
lagi dan Sarcoptes betina membuat terowongan lagi sedangkan yang jantan
mati.6,11

10

Berdasarkan Kasus :
Pada kasus gatal dirasakan terutama saat malam hari sehingga
penderita susah tidur. Hal ini dikarenakan aktifitas dari Sarcoptes betina
yang sudah mengalami fertilisasi membuat terowongan pada malam hari
sepanjang 2-3 mm perhari untuk meletakkan telurnya.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui
pemeriksaan mikroskop. Dapat dilakukan beberapa cara, antara lain : 1
Kerokan kulit
Kerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan atau
papula dengan scalpel no 15. Kerokan diletakkan pada kaca objek, diberi
minyak mineral, lalu diberi kaca penutup.
Kuratase terowongan
Kuratase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak
papul kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan
di gelas objek dan di tetesi minyak mineral.
Tes tinta burowi
Papul skabies dilapisi dengan tinta, kemudian segera dihapus dengan
alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat sebagai garis yang
karakteristik, berbelok-belok, karena ada tinta yang masuk. Tes ini tidak
sakit dan dapat dikerjakan pada anak dan pada penderita yang nonkoooperatif.

11

Apusan kulit
Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada lesi dan
diangkat dengan gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan di atas gelas
objek (enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas objek) dan
diperiksa dengan mikroskop.
Berdasarkan Kasus :
Pada kasus dilakukan tindakan pemeriksaan penunjang berupa kerokan
kulit, namun tidak ditemukan tungau Sarcoptes scabiei.

DIAGNOSIS BANDING
Dari kasus tersebut didapatkan diagnosis banding dermatitis, dimana
dalam teori dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis)
sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, papul,
edema, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dimana hal ini
sesuai dengan diagnosis kerja pada kasus.2,4,6

PENATALAKSANAAN
Untuk mengobati skabies perlu diberikan penjelasan kepada pasien
dan keluarganya bahwa penyakit skabies mudah sekali menular, sehingga
semua individu yang berkontak/serumah harus diobati walaupun gejala
belum ada. Obat topikal sebaiknya diberikan setelah mandi karena hidrasi
kulit. Pakaian, sprei, handuk, dan alat tidur lain hendaknya dicuci dengan air
panas. Dapat juga dimasukkan dalam kantong plastik, dibiarkan 1 pekan
maka tungau akan mati.1,2
Obat topikal lain yang sering digunakan, antara lain : 9,10
1. Krim permetrin 5%. Obat ini dioleskan mulai leher ke bawah/pada lesi
dan dibiarkan selama 8-14 jam lalu dibilas/dibersihkan. Obat boleh
diulang 1 pekan kemudian, walaupun pada pengobatan pertama

12

umumnya sudah memberikan hasil yang memuaskan. Tidak dianjurkan


pada bayi usia kurang dari 2 bulan atau pada wanita hamil.
2. Lindane 1%. Sebelum ada permetrin, obat ini merupakan obat pertama
untuk skabies. Obat dioles 8-12 jam kemudian dibersihkan, dapat diulang
1 pekan kemudian. Obat ini bersifat neurotoksik sehingga tidak boleh
diberikan pada bayi berusia kurang dari 2 tahun, wanita hamil dan
menyusui, pada pasien yang mengalami dermatitis luas dan penderita
yang pernah mengalami kejang atau penyakit neurologi lainnya. Absorpsi
perkutan lindane 1% adalah 2 kali lipat permetrin 5%.
3. Sulfur. Biasanya diresepkan sebagai sulfur presipitat (6%) dalam
petrolatum. Sulfur dipakai saat malam hari selama 3 malam dan
dibersihkan secara menyeluruh 24 jam terakhir. Kekurangannya adalah
sulfur berbau, meninggalkan noda dan berminyak, mengiritasi,
membutuhkan pemakaian berulang, namun relatif aman, efektif dan tepat
untuk bayi kurang dari 2 bulan dan selama kehamilan atau menyusui.
4. Benzil benzoat 25%. Obat ini merupakan skabisid kerja cepat yang
efektif terhadap semua stadium. Penggunaan diberikan setiap malam
selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi dan kadangkadang makin gatal setelah dipakai. Keefektifannya sama seperti lindane.
5. Krim krotamiton. Dianggap tidak cukup efektif untuk mengobati skabies.
Kualitas krim ini dibawah permetrin dan efektivitasnya setara dengan
benzyl benzoat atau sulfur.
Berdasarkan Kasus :
Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan
memberikan obat secara topikal. Obat topikal adalah permetrin 5%. Obat ini
di pakai satu kali sebelum tidur dengan cara di oleskan dari leher sampai
ujung kaki, dan besok pagi baru di bilas. Permetrin 5% cream efektif dan
aman digunakan dalam terapi manajemen skabies. Pengobatan terdiri dari

13

aplikasi tunggal selama 8-14 jam. Kemudian bisa diulangi dalam kurun 1
minggu.

PROGNOSIS
Prognosis dari skabies yang diderita pasien umumnya baik bila diobati
dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi,
demikian juga sebaliknya. Selain itu diperlukan juga pengobatan kepada
keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama. Bila dalam
perjalanannya skabies tidak diobati dengan baik dan adekuat maka
Sarcoptes scabiei akan tetap hidup dalam tubuh manusia karena manusia
merupakan host definitive dari Sarcoptes scabiei.3,5,6

14

BAB IV
KESIMPULAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Tungau Sarcoptes scabiei
membuat terowongan pada lapisan tanduk kulit dengan siklus hidup dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu 9-14 hari. Tungau dapat menular
melalui kontak langsung (seperti berjabat tangan, tidur bersama, hubungan
seksual), dan melalui kontak tidak langsung (seperti pakaian, handuk).
Sarcoptes scabiei menyebabkan reaksi kulit berupa eritem, papul atau
vesikel pada kulit. Gejala klinis skabies meliputi 4 tanda kardinal, yaitu :
1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari.
2. Menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga.
3. Adanya terowongan di tempat prediliksi skabies.
4. Menemukan tungau pada pemeriksaan penunjang, seperti mikroskop.
Diagnosis klinis ditetapkan berdasarkan anamnesis adanya tanda-tanda
kardinal. Diagnosis pasti ditemukannya tungau melalui pemeriksaan mikroskop

15

melalui beberapa cara, seperti kerokan kulit, kuratase terowongan, tes tinta
burowi, dan apusan kulit.
Penatalaksanaan untuk skabies yang sering digunakan, antara lain :
1. Krim permetrin 5%. Obat ini dioleskan mulai leher ke bawah/pada lesi dan
dibiarkan selama 8-14 jam.
2. Lindane 1%. Obat dioles 8-12 jam kemudian dibersihkan.
3. Sulfur. Biasanya diresepkan sebagai sulfur presipitat (6%) dalam petrolatum.
Sulfur dipakai saat malam hari selama 3 malam dan dibersihkan secara
menyeluruh 24 jam terakhir.
4. Benzil benzoat 25%. Obat ini merupakan skabisid kerja cepat yang efektif
terhadap semua stadium. Penggunaan diberikan setiap malam selama 3 kali.
5. Krim krotamiton. Dianggap tidak cukup efektif untuk mengobati skabies.
Untuk menghindari infeksi berulang, seluruh kontak dengan pasien harus
dieridikasi, seluruh kain, selimut, handuk dan pakaian harus dicuci dengan air
panas. Terapi harus tuntas bagi penderita dan keluarga penderita yang memiliki
gejala yang sama.

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarto M. Skabies. Dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J,
editor. Penyakit Menular Seksual. Edisi II. Jakarta: FKUI; 2001. 1: 162-7.
2. Handoko RP. Skabies. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi V. Jakarta: FKUI; 2007.1: 122-25.
3. Harahap Marwali, (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit
Hipokrates. Hal: 109-13
4. Siregar RS. Penyakit kulit karena parasit dan insekta, dalam Wijaya C,
Anugrah P (ed). Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Penerbit EGC,
Jakarta 1992, p 191-3.
5. Harahap Marwali. (1997). Diagnosis and Treatment of Skin Infection.
London: Blackwell Science Ltd. p:254-58.
6. Mansjoer, A, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Media
Aesculapius FK UI : Jakarta. Hal : 110-12

17

Anda mungkin juga menyukai