OPERASIONAL
ICU CCU- HCU
Kepada Yth :
Direktur RSUP Dr. Kariadi Semarang
Di tempat
Perihal
Lampiran
: 1 (satu) berkas
Dengan hormat,
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan penderita kritis, kami telah menyusun
Standar Prosedur Operasional Pelayanan Medik untuk bagian ICU-CCU-HCU
sebagai standar baku pelayanan penderita di ruang intensif.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon legitimasi dari Rumah Sakit
atas Standar Operasional Prosedur yang terlampir.
Demikian untuk dijadikan periksa dan atas izin Bapak, kami mengucapkan
terimakasih.
Hormat kami,
Ka. Instalasi Rawat Intensif
DAFTAR ISI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Unit Terkait
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Standar Pasien
Prosedur
Unit Terkait
Tanggal Terbit
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
Unit Terkait
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
1. Posisi
Pemasangan
Lead
2. Problem
Gambaran EKG
Dilayar Monitor
Unit Terkait
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
2.
Standar Pasien
1.
2.
3.
Prosedur
1. Lokasi
pemasangan
Lead/ Elektroda
4.
1.
2.
2. Cara Perekaman
EKG
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Unit Terkait
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
Unit Terkait
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
No. Dokumen
Tanggal Terbit
No.
Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Cari defibrilator
(cari pertolongan)
1. Segera kenali indikasi RJP yaitu pasien tidak ada respon dengan
tidak bernapas ataunapas tidak normal
2.Aktifkan respon darurat dengan mencari bantuan dan defibrilator
3. Letakkan pasien diatas alas rata dan keras
4. Cek ada tidaknya pulsasi karotis paling lama 10 detik.
5. Lakukan pijat jantung diikuti bantuan napas
6. Rasio RJP adalah 30:2 pada pasien dewasa (1 atau 2 penolong).
Sedang pada bayi dan anak rasio 30:2 (1 penolong) dan 15:2
(2 penolong)
7. Kecepatan pijat minimal 100 x/menit dengan kedalaman minimal 2
inch (5 cm) pada dewasa dan sekitar 1,5 inch (4cm) pada bayi
8. bila defibrilator datang, cek irama jantung. Beri kejut listrik bila ada
Indikasi.
9. Evaluasi irama jantung dan pernapasan setiap 2 menit
Unit Terkait
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
Unit Terkait
DC Shock adalah suatu alat elektrik untuk memberikan arus listrik searah
otot jantung baik secara langsung maupun melalui dinding dada.
Menghilangkan spesifik artmia atau ventrikel fibrilasi
Alat dalam keadaan lengkap dan siap pakai terdiri dari :
1. Defibrilator
2. EKG Monitor
3. Jelly EKG
4. Terapi Oksigen
5. Set resusitasi jantung paru. Trolly Emergensi
1. Pasien diberitahu penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan
dilakukan
2. Posisi pasien diatur telentang datar dengan kepala lebih rendah dari
badan
1. Nyalakan defibrilator
2. Tentukan energi yang diperlukan dengancara memutar atau
menggeser tombol energi
3. Padle diberi jelly secukupnya
4. Letakkan padle dengan posisi padle apeks diletakkan pada apeks
jantung dan padle sternum diletakkan pada garis sternal kanan
dibawah klavikula.
5. Charge energi/ tunggu sampai energi terisi penuh, untuk mengetahui
energi sudah penuh, banyak macamnya tergantung dari defibrilator
yang dipakai, ada yang memberi tanda dengan menunjukkan angka
double yang diset, ada pula yang memberi tanda dengan bunyi bahkan
ada juga yang memberi tanda dengan nyala lampu.
6. Jika energi sudah penuh, beri aba-aba dengan suara keras dan jelas
agar tidak ada lagi anggota tim yang masih ada kontak dengan pasien
atau korban, termasuk juga yang mengoperatorkan defibrilator,
sebagai contoh DEFIBRILASI SIAP!!!!
7. Kaji ulang layar defibrilator terhadap : apakah gambaran masih VF/
VT tanda nadi, apakah energi sesuai dengan yang diset, dan apakah
modus yang dipakai adalah asinkron, jika semua benar, berikan energi
tersebut dengan cara menekan kedua tombol dischafe pada kedua
padle sambil menekan kedua padle kira kira 10 kg.
8. Kaji ulang apakah tindakan kedua atau ketiga diperlukan, jika
diperlukan lakukan segera seperti urutan diatas denagn cepat dan
padle jangan diangkat dari dada pasien kecuali ada perubahan
gambaran EKG.
ICU/ CCU PICU/ NICU
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
6 liter/ menit ).
Pipa Nasopharing
a. Alat alat yang diperlukan
1. Pipa Nasopharing
2. Jelly
b. Cara pemasangan
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2. Beri pelican ( Jelly ) pada ujung pipa
3. Masukkan ke lubang hidung yang paten sampai
ujungnya berada di hipopharings ( ditandai aliran udara
yang lancar )
Kanule Binasal
a. Alat alat yang diperlukan
1. Kanul binasal
2. Jelly
3. Sumber Oksigen dengan humidifier
b. Cara pemasangan
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2. Terangkan prosedur pada pasien
3. Hubungkan kanul dengan selang oksigen ke humidifier
dengan aliran O2 yang rendah. Beri pelican ( Jelly ) pada
kedua ujung kanul dan masukkan kedua ujung kanul ke
dalam lubang hidung.
4. Fiksasi selang Oksigen
5. Aliran O2 sesuai dengan yang diinginkan
6. Atur aliran O2 sesuai dengan yang diinginkan
Sungkup muka dengan selang oksigen ( Masker oksigen )
a. Alat - alat yang diperlukan
1. Sungkup muka selang Oksigen
2. Critikal O2 dengan Humidifier
b. Cara pemasangan
1. Terangkan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3. Membebaskan jalan nafas dengan mengisap sekresi
4. Atur posisi pasien
5. Membuka regulator untuk menentukan tekanan Oksigen
6. Atur tali pengikat sungkup menutup rapat dan nyaman
jika perlu dengan kain kassa pada daerah yang tertekan.
7. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan
sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit
8. Atur aliran O2 sesuai dengan yang diinginkan. Terapi O2
dengan masker oksigen mempunyai efektifitas aliran 5-8
liter/ menit dengan konsentrasi O2 ( Fl )2 ) yang didapat
40-60%
Sungkup muka Non Rebreathing dengan Kantong O2
a. Alat alat yang diperlukan
1. Sungkup muka Non Rebreating
2. Sentral O2 deng humidifier
3. Kain Kasa
b. Cara pemasangan
1. Terangkan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3. Membebaskan jalan napas dengan mengisap sekresi
4. Atur posisi pasien
7.
8.
Unit Terkait
60%
Contoh
Ventury mask merk Hudson
- Biru 2 liter/ menit ( 24%)
- Putih 4 liter/ menit ( 28% )
- Orange 6 liter/ menit ( 31% )
- Kuning 8 liter/ menit ( 35% )
- Merah 10 liter/ menit ( 40% )
- Hijau 15 liter/ meniut ( 60% )
7. Memasang ventury mask pada daerah lubang hidung dna
mulut
8. Mengikat tali ventury mask dibelakang kepala melewati
bagian atas telinga
9. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan
sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit
9. Sungkup Muka Derosol
a. Alat alat yang diperlukan
1. Alat alat yang diperlukan
2. Sungkup muka derosol
3. Sentral O2 dengan humidifier
4. Kain kasa
b. Cara pemasangan
1. Terangkan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3. Hubungkan selang O2 pada humidifier dengan aliran
rendah.
4. Setelah sungkup dihubungkan dengan nebulizer atur
aliran O2 sebesar 10 liter/ menit
5. Aliran O2 diatur sesuai dengan kebutuhan pasien, uap
hendaknya selalu terlihat
ICU/ CCU PICU/ NICU
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
Unit Terkait
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
Laryngoscop
Magills
Mandrin
OTT dan NTT
Xylocain jelly
Sarung tangan ( handshoen ) yang steril
Trolly Emergency dan Sedasi
Xylocain Spray
Spuit 2,5 cc, unuk pemberian obat-obatan bila diperlukan
Spuit 20, untuk mengisi cuff ( balon ) Cuff inflation
Guedel
Stetoscop
Suction kateter dan perlengkapannya
Ambu Bag
ETT
Ventilator lengkap dengan sirkulasinya yang sudah di seting
Bantal
Plester
Gunting
Monitor EKG
Inform Consen
Beritahu pasien
Pastikan pasien dalam posisi tidur terlentang
Emergency trolly didorong mendekat kesisi tempat tidur pasien
Pasang monitor EKG untuk memonitor gambaran EKG selama
pemasangan ETT agar segera dapat mengatasi bila terjadi
gangguan irama jantung ( misal bradicardi )
Cek alat alat yang diperlukan dan pilih ukuran ETT sesuai
kebutuhan
Beri pelumas pada ujung ETT sampai daerah cuff
Lakukan hiperventilasi minimal 30 detik
Letak bantal di oksiput setinggi 10 cm dan kepaal tetap
ekstensi
Bila perlu lakukan penghisapan lendir pada mulut dan pharing
Buka mulut dengan cara cross finger dan tangan kiri
memegang laringoskop
Masukkan bilah laringoskop menelusuri mulut sebelah kanan,
sisihkan lidah ke kiri. Masukkan bilah laringoskop menelusuri
Unit Terkait
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Lingkungan
Standar Pasien
Prosedur
Indikasi
Pelaksanaan
Unit Terkait
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
Unit Terkait
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
Prosedur
2.
1.
2.
3.
Unit Terkait
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Pulse oksimetri
Standar Pasien
Prosedur
Standar Hasil
Unit Terkait
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
5.
6.
Unit Terkait
ekspirasi
Caranya :
a. Posisi pasien diatur pasa satu sisi ( miring )
b. Posisi perawat berdiri dibelakang pasien sambil satu tangan
diletakkan pada bagian dada anterior dan satu tangan lain
pada bagian posterior
c. Berikan tekanan pada saat pasien ekspirasi dengan
menggunakan dinding dada pasien
Memberikan posisi drainase ( Postural drainase )
Untuk mengalirkan sekresi dari dalam paru napas agar mudah
dihisap caranya :
a. Mengatur posisi lateral dalam sikap menungging 10 20
derajat/ posisi sim
b. Mengatur posisi lateral dalam sikap lurus
c. Mengatur posisi terlentang
d. Mengatur posisi telungkup
e. Lamanya posisi postural drainase 15-20 menit
f. Mengembalikan posisi pasien ke posisi semula
No. Dokumen
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Standar Pasien
Prosedur
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Unit Terkait
No. Dokumen
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
Emergency Trolly
Laringoscope
Peralatan suction yang lengkap
Spuit 20 cc
Sarung tangan
Masker oksigen dan perlengkapannya
Ambu Bag
Bengkok
1.
Unit Terkait
Referensi :
1. Terapi Saluran Pernapasan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta
2. Terapi Oksigen Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
1.
2.
3.
Cuci tangan
Pasien diberitahu
Oplos obat yang diberikan sesuai dengan perhitungan yang
mudah, dengan syring ( spuit )
4. Sambungkan syring ( spuit ) dengan Three Way Stop Cock dan
Extention Tube
5. Isi extention tube dengan cairan
6. Buka balutan dan plester pada intra vena cateter ( infus )/
kateter vena pusat
7. Lepas intra vena line ( infus ) dan sambungkan extention pada
intra vena cateter/ kateter vena pusat.
8. Sambungkan intra vena line ( infus ) pada Three Way Stop
Cock.
9. Pasang syring ( Spuit ) 20 cc atau 50 cc pada syring pump.
10. Tekan power On dan pada layar terlihat tampilan angka OO
11. Tekan tombol rate ( Tanda panah ^/v ) sesuai angka yang
dikehendaki
12. Tekan start Buat label dan tempelkan
13. Tekan stop dan Three Way Stop Cock jika akan mengganti
cairan ( obat )
14. Tekan start kembali dan Three Way Stop Cock dibuka
15. Catat pada catatan perawatan ( CM 17 )
ICU/ CCU PICU/ NICU
Unit Terkait
Referensi
Buku Cardiologi Dasar Untuk Perawat dan ACLS
No. Dokumen
Tanggal Terbit
HEPARINISASI
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Alat
Seyring Pump
Spuit 3 cc dan 50 cc
Threee Way Stop Cock
Extension tube
2. Obat
- Heparin evion 25.000 unit
- D5% untuk pelarut
Pasien diberitahu, akan diberikan obat Heparin dengan alat
1. Hisap heparin 1 cc ( 5.000 unit dengan spuit 3 cc suntikan
melalui intravena )
2. Larutan heparin 20.000 unit ( 4 cc dengan D5 ad 40 cc ( 1 cc =
500 unit )
3. Pasang spuit 50 cc yang sudah diisi heparin tersebut diatas dan
pasang Three Way Stop Cock dan Extension tube, hubungkan
dengan Aboath yang telah dipasang pada pasien
4. Pasang souit tersebut diatas dan hidupkan Seyring Pump dan
dosis
ICU/ CCU PICU/ NICU
-
Standar Pasien
Prosedur
Unit Terkait
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
Unit Terkait
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
Unit Terkait
Alat seteril
a. Set CVP lengkap terdiri dari :
- Manometer CVP
- Kateter vena sentral
- Three Way
- Spuit 20 cc
- 2 buah infus set
b. Doek lubang
c. Kain kasa
d. Kapas
e. Sarung tangan
2. Alat tidak steril
3. Obat obatan
a. Obat luka anestasi
b. Obat luka
4. Cairan desinfektan
a. Yodium
b. Betadin
c. Alkohol 70%
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
1. Menggantungkan cairan infus pada standar infus
2. Menempelkan manometer CVP pada standar infus
3. Tindakan pemasangan CVP oleh Dokter
4. Menyambung selang CVP dengan kateter ( CVP yang telah
dipasang oleh Dokter )
5. Memberi zat desinfektan pada bekas tusukan CVP
6. Memfiksasi kateter CVP
7. Menutup bekas tusukan dengan kasa steril
8. Memasang plester lebar diatas kain kassa sampai tertutup
seluruhnya
Unit yang akan memasang CVC
No. Dokumen
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
Unit Terkait
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
b.
c.
d.
Alat steril
1. Tranducer
2. Cairan Frsh ( Na Cl 0,9% yang sudah diheparinisasi
dengan perbandingan 1 : 1 atau 1 cc NaCl 0,9% : 1 unit
heparin )
3. Admintration set
4. Flush Device/ alat flush
5. Diapragma dome
6. Menometer line
7. Thre Way Stock Coch
8. Ekstension tubing/ angiocath ( Cateter arteri )
9. Spuit 2,5 cc; 1 cc
10. Duk bolong
11. Kain Kassa
12. Benang 3.0 ( Catgut )
13. Jarum kulit
14. Gunting benang
15. Sarung tangan
Alat tidak steril
1. Holder tranducer
2. Monitor tekanan ( oscilloscope )
3. Kabel tranducer
4. Gulungan handuk ( rolled towel )
5. Preessure bag ( kantong tekanan )
6. Standar infus
7. Bengkok
8. Plester
9. Water pas
Obat obatan
1. Obat anaestesi local
2. Zalf desinfektan
Cairan Desinfektan
Standar Pasien
Prosedur
Unit Terkait
1. Betadin
2. Alkohol 70%
a. Pasien diberi penjelasan tentang tujuan dan tindakan yang akan
dilakukan
b. Menanyakan apakah pasien alergi terhadap obat
1. Menyiapkan sistem flush siap pakai dengan cara
menghubungkan administration set ke cairan Flush
2. Membebaskan udara dari sistem flush yang siap pakai
3. Masukkan cairan flush kekantong tekanan ( preessure bag ) dan
berikan tekanan 300 mmHg.
4. Hubungkan kabel tranducer kemonitor tekanan
5. Menyambung/ menghubungkan kateter dengan manometer line
melalui Three Way Stop Coch.
6. Menghubungkan kabel tranducer dari monitor tekanan ke
trandducer
7. Menekan titik nol pasien yaitu pada pertengahan axilla ( letak
jantung )
Unit yang mempunyai monitor invasif
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
b.
c.
Standar Pasien
a.
Alat steril
1. Spuit 5 cc dengan jarum No.12 dan 18
2. Semprit 10 cc dengan jarum No.2
3. Mangkok kecil
4. Mousqito yang lancip dan tidak bergigi
5. Arteri klem/ pean
6. Gunting
7. Bisturi
8. Jarum besar panjang
9. Duk operasi 4 lembar
10. Sarung tangan 2 pasang
11. Agrave
12. Pinset anatomi
13. Pinset chirurgic
14. Kain kasa
15. Doek klem
16. Kateter peritoneum
17. Troicard
18. Korentang
19. Kapas dalam tempatnya
20. Kateter dan penampung urine.
Alat tidak steril
1. Standar infus
2. Baskom berisi air hangat
3. Bengkok
4. Gunting verband
5. Plester
Obat obatan dan cairan
1. Antibiotic
2. Obat anastesi local
3. Kel injeksi
4. Obat anti koagulan ( heparin )
5. Cairan dianalisa sesuai kebutuhan antara lain :
a. Yodium 3%
b. Betadin
c. Alkohol 70%
6. Dextrosa 40%
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b.
c.
d.
Prosedur
Unit Terkait
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
Unit Terkait
Menidahkan/ alih rawat pada pasien yang sudah tidak ada indikasi
rawat intensif yang telah dinyatakan oleh Dokter ICU/ CCU ke
ruangan.
Memberikan pelayanan keperawatan lanjutan pada pasien di ruangan
-
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
1.
2.
Standar Alat
Standar Pasien
Prosedur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Mencuci tangan
Memakai celemk
Melepaskan semua perhiasan yang ada pada pasien dan
dimasukkan kedalam kantong tertentu, kemudian diserahkan
kepada keluarganya
Memandikan jenasah ( lihat perasat memandikan pasien
Bila ada luka, balutlah luka itu dengan baik
Memasukkan kapas berlemak ke dalam lobang pelepasan (anus)
jenazah dengan menggunakan pinset
Mengenakan pakaian jenazah
Menutup mata dengan kapas lembab agar dapat tertututup rapat
Memasukkan kapas berlemak ke dalam lobang hidung, lobang
telinga jika diperlukan
Mengikat rahang dengan kain segi tiga atau pembalut agar
mulut jenazah tidak terbuka ( menganga )
Merapatkan kedua kaki jenazah kemudian diikat dengan
pembalut
Meletakkan tangan ( posisi tangan ) sesuai dengan tradisi/
agama yang dianut jenasah
Merapikan tempat tidur, kemudian menutup jenazah dengan
sprei bersih
Setelah dua jam meninggal, jenazah dibwa dengan brankas
khusus ke kamar jenazah dengan formulir identitas.
Memindahkan jenazah ke tempat yang sudah disediakan di
kamar jenazah.
Memenitikan formulir identitas diatas seprei
Merapikan jenazah dan menyerahkan kepada keluarga dan
penanggung jawab kamar jenazah
Mencuci tangan
Membuka celemek dan digantungkan tepat yang tersedia.
Mencuci tangan
Unit Terkait
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Kriteria Minor :
1. RR 30x/menit
2. PaO2 / FiO2 ratio 250
3. Infiltrate multilobar
4. Bingung / confusion (disorientasi
5. Uremia (BUN 20 mg/dl)
6. Leukopenia (WBC count < 4000 sel/mm3)
7. Trombositopenia (< 100.000 sel/ mm3)
8. Hipotermia (<36C)
9. Hipotensi membutuhkan resusitasi cairan yang
agresif
Kriteria Mayor :
1. Ventilasi mekanik invasive
indikasi
2. Syok septic dengan vasopresor
Unit terkait
RSUP Dr.
Kariadi
SEMARANG
PROSEDUR
TETAP
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait
PEE
P
10
10
10
12
14
14
16
16
2024
FiO2
0.3
0.4
0.4
0.5
0.5
0.6
0.7
0.7
0.7
0.8
0.9
0.9
0.9
1.0
PROTOKOL RASIO I : E
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait
RASIO I : E
Insp.
Time %
20
20
25
20
25
33
25
33
20
33
25
20
50
33
25
50
50
33
67
50
67
67
67
80
Pause time
%
0
5
0
10
5
0
10
5
20
10
20
30
0
20
30
5
10
30
0
20
5
10
20
0
I : E Ratio
1:4
1:3
1:3
1 : 2.3
1 : 2.3
1:2
1 : 1.9
1 : 1.6
1 : 1.5
1 : 1.3
1 : 1.2
1:1
1:1
1.1 : 1
1.2 : 1
1.2 : 1
1.5 : 1
1.9 : 1
2:1
2.3 : 1
2.6 : 1
3.4 : 1
4:1
4:1
PROSEDUR TETAP
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
CHALLENGE TEST
Nilai CVP :
1 cm H20
1 mmHg
6 mmHg
10 mmHg
=
=
=
=
0.7 mmHg
1.3 cm H20
7.8 cm H20
13.6 cm H20
hypovolemik
normovolemik
hypervolemik
BRONKHOSKOPI
No. Dokumen
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait
EKG
Respirasi
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait
RSUP Dr. Kariadi
SEMARANG
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait
KRITERIA AKIN
No. Dokumen
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
-.
KRITERIA AKIN
Derajat
Kriteria kreatinin
1
Peningkatan serum
kreatinin 0.3 mg/dl atau
peningkatan 150%-200%
(1.5-2x)
2
Peningkatan serum
kreatinin 200%-300% (>23x)
3
Peningkatan serum
kreatinin >300% (>3x)
atau kreatinin serum
mg/dl dengan peningkatan
akut sedikitnya 0.5 mg/dl
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
SEMARANG
PROSEDUR TETAP
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Tanpa insulin
insulin 1 IU/jam
1 jam
1 jam
1 jam
GDS > 20 %
tetap 20%
1-2 jam
Penurunan GDS
(missal : GDS 25 %
Insulin 25%)
Unit terkait
SEMARANG
PROSEDUR TETAP
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
colloid
< 65 mmHg
Vasoactive agent
Tranfusion of RC until
hematokrit 30%
70
%
70
%
70
%
Inotropic agents :
no
Goal
achieved
ye
s
Hospital
admission
Unit terkait
No. Dokumen
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Peralatan
Unit terkait
14. Lidokain
15. Manitol
16. Midazolam
17. Meperidin
18. Morfin
19. Naloxone
20. Na Bikarbonat
21. Phenytoin
22. Phenobarbital
23. Furosemide inj.
24. Klonidin inj.
F. Cairan-cairan
a. Cairan kristaloid
Cairan yang mengandung molekul elektrolit
1. Sodium Chloride (NaCl 0,9 %)
2. Ringer Laktat
3. Maintenance : D5% dengan elektrolit NaCl dan
KCl
b. Cairan koloid
Cairan pengganti plasma sebelum mendapatkan
tranfusi
1. HAES steril 6 %, HAES steril 10 %
2. Expafusin
3. Albumin 2,5 % dan 5 %
UGD, HCU, ICU di RSDK Semarang
No. Dokumen
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait
I.
Indikasi Umum
1. Semua penderita yang membutuhkan bantuan
pernapasan mekanik atau alat bantuan khusus lainnya
2. Semua penderita yang membutuhkan monitoring secara
cermat dan ketat
II.
Indikasi Khusus
1. Kelainan pada saluran pernapasan : Pneumonia,
Bronkiolitis, Laringitis dirawat di ICU apabila : dengan
pengobatan yang klasik tidak memberikan hasil yang
baik atau menuju kea rah terjadinya kegagalan
pernapasan
2. Kelainan pada system kardiovaskuler seperti syok :
hipovolemik, kardiogenik, septic. Syok hipovolemik
dan septic yang tidak menunjukkanrespon yang baik
terhadap pengobatan klasik atau didapatkan komplikasi
menuju ke arah kegagalan pernapasan. Setiap syok
kardiogenik / syok septic apapun penyebabnya, untuk
pengawasan EKG (bedside) / pemantauan ketat
hemodinamik.
3. Keracunan
Kasus-kasus keracunan makanan, obat-obatan, zat
kimia yang memerlukan pengobatan suportif misalnya :
hemodialisis, tranfusi tukar, bantuan napas mekanik,
syok.
4. Penderita paska bedah mayor yang membutuhkan
ventilator
III. Prioritas Indikasi Rawat ICU
Mengingat terbatasnya tempat / tenaga / sarana, maka
prioritas medikasi rawat ICU :
1. Syok kardiogenik apapun sebabnya
2. Syok septic dengan komplikasinya
3. Kegagalan pernapasan apapun sebabnya
UGD, HCU, SMF lain di RSDK Semarang
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit Terkait
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit Terkait
No. Dokumen
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
PERSIAPAN TRANSPOR
STABILISASI PASIEN
A. Airway
Pasien : jalan napas terbuka dan adekuat, bila
perlu intubasi dengan posisi yang benar
Sarana : tanki O2, suction
B. Breathing
Pasien : evaluasi gerak dada, pengembangan
dada adekuat, BGA, saturasi O2
Sarana : tanki O2, Ambu Bag, pulse oksimetri
C. Sirkulasi
Pasien : perfusi adekuat, pasang kateter, jalur
i.v. stabil bila ada resiko kegagalan sirkulasi :
VS, CVP
Sarana : infuse set, cairan i.v., kateter dan urine
bag
D. Obat
Obat-obatan emergensi sesuai kegawatan saat
Dikirim dengan didampingi dokter dan paramedis
Unit Terkait
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Prosedur
Unit terkait
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Unit terkait
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
1.
5.
6.
7.
8.
Unit terkait
No. Dokumen
PENGELOLAAN KETOASIDOSIS
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
No. Dokumen
PENGELOLAAN KETOASIDOSIS
No. Revisi
Halaman
Fax : 8318617
STANDART
PROSEDUR
OPERASIONAL
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
No. Dokumen
PENGELOLAAN KETOASIDOSIS
No. Revisi
Halaman
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
18
3
Jenis cairan resisutasi awal NaCl 0,9% / RL. Bila kadar gula darah sudah
turun mencapai < 250 cc mg/dl cairan diganti dengan D5% in 0,45%
saline.
c. Pemberian Insulin
Diberikan setelah syok teratasi dan resusitasi cairan dimulai.
Mulai bolus 0,1 U/kgBB Rl, dilanjutkan dengan drip 0,1 U/kgBB/jam (50
U
Rl + 500 cc NaCl, ambil 50cc untuk BB 30kg-30cc/jam)
Bila GDS turun menjadi 300 mg/dl dosis insulin diturunkan 0,05 U/kg/jam
dan tambahkan infus glukosa 5% atau 10% pada infus sampai asidosis
penurunan GDS tak boleh > 100 mg dalam 1 jam
Intake peroral dimulai bila secara metabolik sudah stabil (BicNat > 15,
GDS
<200, pH>7,3. Sebelum insulin dihentikan intake peroral diberikan dengan
menambah dosis insulin sbb :
- Untuk makan dengan dosis insulin digandakan 2 kali selama makan
sampai 30 menit setelah selesai.
- Untuk makan besar dosis insulin digandakan 3 kali selama makan
sampai 60 menit setelah selesai.
No. Dokumen
PENGELOLAAN KETOASIDOSIS
No. Revisi
Halaman
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
d. Asdosis
pH>7,1 tak perlu koreksi bicnat
pH<7,1 koreksi dengan rumus 0,3 x BB x BE
asidosis menetap walau dengan insulin 0,1 U/kg/jam : kemungkinan
karena : Sepsis berat asidosis laktat; insulin degradation; salah dosis.
e. Monitoring
GDS tiap 2 jam, elektrolit dan BGA tiap 2-4 jam dalam 24 jam Nadi, RR,
tensi, neurologist, balans cairan, suhu, ketonuri negative. Bila ada
gangguan elektrolit perlu segera di koreksi.
f. Penanganan infeksi
Gunakan antibiotik yang adekuat
g. Diit:
Puasa sampai metabolik stabil : GDS<200;HCO3>15;pH>7,3
Unit terkait
No. Dokumen
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Reaksi transfusi adalah reaksi reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam
24 jam setelah transfusi
Sebagai panduan penanganan reaksi transfusi
Reaksi transfusi merupakan reaksi akut yang membahayakan jiwa yang
memerlukan tindakan penanganan segera
1. Reaksi hemolisis mayor
- hentikan gejala transfusi
- pertahankan tekanan darah dan perrusi ginjal
- berikan cairan NaCl atau RL
- berikan hidrokortison adrenalin intravena
- jika terjadi gagal ginjal kelola sesuai penatalaksanaan gagal ginjal
Unit terkait
No. Dokumen
Tanggal Terbit
TEKNIK TRANSFUSI
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur :
No. Dokumen
Tanggal Terbit
TEKNIK TRANSFUSI
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
8. Pemantauan :
9. Pilih darah/komponen darah yang akan diberikan secara efisien
10. Hitung jumlah volume darah yang akan ditransfusi
11. Ambil contoh darah untuk uji laboratorium (golongan darah, tes cocok
serasi)
12. Cocokkan darah yang datang dari Bank darah / PMI
13. Prosedur di bangsal :
- Perawat dan dokter bangsal sudah mengetahui rencana transfusi
- Darah yang datang dicek sekali lagi
- Lakukan uji kebocoran kantung darah
- Catat waktu mulai dan selesai transfusi darah
14. Persiapan Transfusi darah
- Siapkan peralatan infuse : tiang penyangga, set transfusi tipe y,
lokasi jalur, ukuran jarum kateter (no 18-20), filter 170 mikroliter
- Bekerja aseptik, penderita imunosupresif / netropeni (sarung tangan
harus steril)
- Jangan tambah obat apapun dalam kantung darah
- Jaga temperatur darah (hipertemi berakibat hemolisis, hipotermi
berakibat aritma / henti jantung)
- Kecepatan infus :
No. Dokumen
Tanggal Terbit
TEKNIK TRANSFUSI
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Unit terkait
Diberikan > 2 unit darah akan lebih aman dibagi 2 kali secara
terpisah
- Transfuse trombosit diberikan tidak lebih 10ml/mnt
- Cryspresipitat dan F VIII diberikan tidak lebih 10 ml/mnt
- PRC atau darah yang sedikit plasmany, vikositas terlalu dicampur
dengan saline fisiologis 50-100 ml/mnt
8.
Pemantauan :
5-30 menit pertama transfuse, terutama atau kecepatan tetesan dari
reaksi transfuse
Pantau tanda vital, dieresis, lokasi jalur infus (reaksi inflamasi &
ekstravasasi)
9.
Evaluasi akhir :
Lepas jalur infuse, cek sekitar lokasi bila tak ada tanda radang segera
tekan dan tutup dengan kassa steril
Bila ada tanda radang, kirim ujung kateter ke laboratorium bakteriologi
Bila ada resiko overload sirkulasi pantauan diteruskan sampai 120/24
jam pasca transfuse
UGD, HND, ICU, di RSDK Semarang
No. Dokumen
Tanggal Terbit
MISTENIA GRAVIS
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
No. Dokumen
Tanggal Terbit
MISTENIA GRAVIS
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Unit terkait
5. Terapi:
Antikonesterase:
Piridostigmin 3 6 kali 30 120 mg
Neostigmin 4 kali 15 mg > Kortikosteroid : dosis tergantung respon >
Imunosupresif non steroid, Azatioprin / siklofosfamid > timektomi >
plasmafareis
6. Standar Rumah Sakit
Rumah Sakit Type B Pendidikan
7. Penyulit
Paralisis otot, dapat karena : > Krisis Miastenik > Krisis KoHnergik
8. Inform Consent : Perlu
9. Standar Tenaga
Dokter ahli syaraf
Dokter ahli Penyakit Dalam
Dokter ahli bedah Toraks
10. Lama Perawatan
Tergantung keadaan 8. Masa pemulihan satu (1) minggu
11. Out put Komplikasi : > Paralisis pernafasan > infeksi > Sembuh parsial
12. Patologi Anatomi
Perlu, bila Timektomi
13. Otopsi
Jarang
UGD, HnD, ICU, di RSDK Semarang
No. Dokumen
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Prosedur
No. Dokumen
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
3. Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan LCS ------------ disosiasi cytoalbumin (>2 minggu)
Pemeriksaan EMG
Konduksi syaraf menurun
Latensi memanjang
F-respon menurun Test Fungsi Respirasi
4. Konsultasi
Bagian rehabilitasi medic / PRU
Lain-lain tergantung komplikasi
5. Perawatan Rumah Sakit:
a) Bila penderita dalam fase progresif penyakit
b) Bila timbul gejala-gejala kelumpuhan otot pernapasan, seperti:
Frekuensi nafas > 35 kali per menit
Kapasitas vital < 15 ml / kg BB
Poa2 < 70 mmHg
PaCO2 > 50 mmHg
c) Bila disertai gangguan fungsi otonom, seperti :
Retensi urin
Hipertensi atau hipotensi ortostatik
Sinus takikardi atau sinus bradikardi
d) Bila disertai kelumpuhan syaraf kranialis.
6. Terapi:
A. Terapi Spesifik
a) Pergantian plasma
Diberikan 4-5 kali dalam 8-10 hari dengan dosis 250 ce/kgBB
Diberikan seawall mungkin dan tidak diberikan bila perjalanan
penyakit sudah lewat 3 minggu kecuali masih Nampak
progresifitas penyakit
No. Dokumen
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
b) Imunoglobulin intra vena Dosis ; 0,4 gr/kgBB per hari selama 5 hari
c) Steroid dosis tinggi tidak mempunyai bukti bermanfaat pada
pengobatan SGB
d) Perawatan di ICU dengan intubasi ventilator bila timbul gagal nafas
B. Terapi Umum
1. Yang terutama perawatan umum dari penderita
2. Monitoring kapasitas vital pernafasan dan fungsi jantung
3. Pencegahan thrombosis vena dengan pemberian heparin sub cutaneus
5000 Unit tiap 12 jam
4. Monitoring munculnya komplikasi:
Hipertensi (S>200 mmHg) diberi Beta adrenergic bloker
Hipotensi Postural ------ Posisi Supina
Bradi Aritmia -------- Atropin Suifat
Infeksi ----- Antibiotika adekuat
5. Program rehabilitasi
7. Standar Rumah Sakit:
Rumah Sakit Type B Pendidikan
8. Penyulit:
Terutama kegagalan pernafasan dan infeksi sekunder
9. Inform Consent:
Sesuai Keadaan (Bila ada tindakan khusus)
10. Standar Tenaga
Dokter ahli syaraf
Dokter ahli rehabilitasi medic
Konsulen lain sesuai keadaan
No. Dokumen
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Unit terkait
No. Dokumen
Tanggal Terbit
STROKE
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Prosedur
Gangguan fungsi syaraf akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak, terjadi secara mendadak atau secara cepat timbul gejala atau tanda yang
sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu
Mampu melaksanakan perawatan yang efektif untuk pasien-pasien stroke.
1. Macam / Jenis Stroke :
a. Stroke infark : trombolitik; emboji; hemodinamik
b. Stroke Hemoragik : Pendarahan Intr serebral; Pendarahan sub
Araknoid
c. Stroke usia muda
2. Kriteria Diagnosis
Gangguan fungsi syaraf akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak, terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara
cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala atau tanda yang sesuai dengan
daerah fokal otak yang terganggu.
2.A. * Defisit Neurologis dapat berupa
TIA : sembuh Total dalam 24 jam
RIND : sembuh total dalam waktu 3 minggu
Completed stroke
Stroke Siriraj < 0 atau negative
Tanda-tanda kenaikan TIK jarang timbul pada masa awal (baru
muncul hari III-V)
Khusus untuk kausa Emboli, biasanya didapat kelainan jantung
Kesadaran biasanya masih completed stroke
2.B. * Klinis selalu merupakan completed stroke
Biasanya diikuti dengan kesadaran menurun / koma, nyeri
kepala, muntah, kejang.
Tanda-tanda kenaikan TIK timbul awal (tensi naik, bradikardi
relative, tanda herniasi)
No. Dokumen
Tanggal Terbit
STROKE
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
No. Dokumen
Tanggal Terbit
STROKE
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
No. Dokumen
Tanggal Terbit
STROKE
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
No. Dokumen
Tanggal Terbit
STROKE
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Hemodilusi
Hemodilusi hipervolemik dengan hydroxyethyl starch atau
pentastrach yang lebih baik dan pada dextran 40%.
Indikasi:
Stroke dengan Ht tinggi. Bermanfaat untuk stroke baru: 6-12 jam.
Ht jangan diturunkan di bawah 33%. KI: Decompensasi kordis,
gagal ginjal.
Menaikkan tekanan perfusi.
Vasodilatasi
c) Neuroproteksi atau sitiproteksi
Clsium Chanel broker Nimodipin; 2,1 cc/jam dengansyringe pump
(7 hari), dilanjutkan oral 3x selama 1 bulan.
Metabolic activator
Co Dergorine Mesilate : 1 x 4,5 mg per os
- CDP Chofin dengan dosis 2 x 250 mg IV
7. A3. Pengobatan faktor resiko
Tekanan darah
Dilakukan penurunan tekanan darah setelah fase akut, kecuali Tensi
sistolik > 220 mmHg, Diastolik > 120 mmHg.
Gunakan antihipertensi yang bekerja cepat:
Klonidin ; dosis awaf 75 pg, im, monitoring tensi tiap 15 menit.
Dosis maksimal 1200ug. Jika tidak respon dengan IV, dosis 75
ug dalam ml glukosa 5% (pelan). Bila setelah 40 menit diastolic
tetap > 120 mmHg, berikan secara drip dengan dosis 0,9 1,05
mg dalam 500 ml lanitan R solo, mulai dengan 12 tetes per
menit.
Nifedipin sublingual; Dosis 5 mg sub lingual.
Gula darah
Reduksi -/+ (GD < 200 mg %) ------ insulin (-)
Reduksi ++ (GD 200 250) ------- insulin 4 IU sk
No. Dokumen
Tanggal Terbit
STROKE
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
No. Dokumen
Tanggal Terbit
STROKE
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Unit terkait
No. Dokumen
Tanggal Terbit
PENGELOLAAN SYOK
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Prosedur
Syok adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan tidak cukupnya perfusi
jaringan dan hipoksia jaringan. Mungkin berhubungan dengan hipotensi.
Biasanya ditandai adanya hipoperfusi, perubahan status mental, oliguri dan
asidosis.
Secara garis besar ada 4 macam syok : kardiogenik, hipovolemik, distributif
dan obstruktif.
Syok kardiogenik : penyebab primer menurunnya fungsi jantung, ditandai
menurunnya kontraktilitas, meningkatnya tekanan pengisian, menurunnya
kerja ventrikel kiri, menurunnya tekanan pengisian ventrikel kiri dan
meningkatnya tahanan perifer sistemik.
Syok distributif: disebabkan karena hilangnya tekanan vaskuler perifer
dengan efek hipovolemi relative. Ditandai curah jantung meningkat atau
normal, tahanan perifer sistemik rendah, tekanan pengisian ventrikel turun
atau norma disebabkan karena sepsis, anafilaksis, neurogenik, insufiensi senal
akut.
Syok obstruktif: disebabkan hambatan yang kuat dalam pengisian jantung.
Ditandai menurunnya curah jantung, meningkatnya tahanan perifer sitemik,
gangguan tekanan pengisian ventrikel kiri tergantung etiologinya.
Tujuan : menyamakan pengelolaan syok.
Unit yang terkait : Bagian Anestesi dan Interna di ICCU/CCU RSDK
Semarang
Syok kardiogenik: terapi aritmia, gangguan fungsi diastolic mungkin
membutuhkan rehudrasi, penggunaan obat inotropik.
Bila CO tunin, BP turun, SVR naik berikan dobutamin 5mg/kgBB/menit.
Bila tekanan darah sangat rendah, berikan obat yang berefek inotropik dan
vasopresor nor epinephrine
No. Dokumen
Tanggal Terbit
PENGELOLAAN SYOK
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
No. Dokumen
Tanggal Terbit
PENGELOLAAN SYOK
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Unit terkait
No. Dokumen
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Protokol
Pengelolaan
Penderita Cendera
Kepala
No. Dokumen
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
No. Dokumen
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
No. Dokumen
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
No. Dokumen
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
No. Dokumen
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Kebutuhan o2 otak.
6.4. Pendarahan lambung akibat stress ulcer sering timbul dan harus
dicegah, sebaiknya dengan obat-obatan yang tidak menaikkan
pH cairan lambung.
6.5. Pemakaian steroid terbukti tidak member manfaat ataupun
perbedaan bermakna pada hasil pengelolaan CKB, bahkan dapat
menyebabkan penyulit lain seperti meningkatnya resiko infeksi
dan resiko perdarahn lambung.
Difus Brain Injury
Secara klinis berdasarkan lamanya koma (gangguan kesadaran).
Pembagian ini berkaitan erat dengan berat dan luasnya kerusakan pada akson
yang juga tergantung pada gaya inersia yang terjadi.
Dibagi menjadi :
- Classic concussion : Penderita sadar dalam 6 jam pertama setelah
cedera.
- Difus brain injury ringan : koma antara 6-24 jam.
- Difus brain injury sedang : koma dalam 24 jam.
- Difus brain injury berat : koma > 24 jam juga disertai tanda-tanda
disfungsi batang otak.
Klasifikasi Diffuse Injury:
- Diffuse Injury I No Visible intracranial pathology on CT
- Diffuse Injury II Cistern present; midline shift 0-5 mm and/or
lesion densities present (may include bone fragment or foreign
body) No high or mixed density lesion > 25 ml
- Diffuse Injury III Cistern compressed or absent; midline shift 0-5
mm (swelling) No high or mixed densty lesion > 25 ml
No. Dokumen
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Unit terkait
GESTOSIS
No. Dokumen
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
GESTOSIS
No. Dokumen
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
GESTOSIS
No. Dokumen
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Manifestasi keparahan :
Hipertensi gestational dengan komplikasi
TD diastolic > 110 mmGh
Bukti laboratorium platelet, LFTs, asam urat
Efek renal-proteinuria > 3 g/d, oliguria
Efek SSP-kejang, sakit kepala, gangguan pengelihatan
Keterlibatan organ lain paru-paru, hati, hematology
Gangguan janin
Sebelumnya dikenal sebagai pre-eklampsia berat
KRITERIA DIAGNOSIS
Pre-eklampsia ringan :
Ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:
- Tensi sistolik 140 mmHg atau lebih, atau
- Tensi diastolic 90 mmHg atau lebih, atau
- Kenaikan tensi sistolik 30 mmHg atau lebih, atau
- Kenaikan tensi diastolic 15 mmHg atau lebih
Pre-eklampsia berat :
Bila didapatkan satu lebih gejala dibawah ini, pre-eklampsia digolongkan
berat.
1. Tekanan darah sistolik160 mmHg atau lebih tekanan darah diastolic
110 mmHg atau lebih. Tekanan darah ini tidak menurun, meskipun ibu
hamil dirumah sakit dan sudah menjalani rawat berbaring.
2. Proteinuria lebih dari 3 gr/24 jam atau 2+ dalam pemeriksaan kualitatif
3. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24 jam yang disertai
kenaikan kadar kjcatmui plasma
4. Kenaikan kadar asam urat (uric acid)
GESTOSIS
No. Dokumen
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
GESTOSIS
No. Dokumen
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
PENGELOLAAN
1. Pre-ekiampsia ringan : istarahat dan sedative
a. Rawat jalan / ambulator :
- Banyak istirahat
- Diet cukup protein, rendah kabohidrat, lemak dan garam.
- Sedavita ringan ( kalau tidak bias istirahat ) tablet Fenabarbital
3x30mg per-oral selama 7 hari atau tablet Diazepam 3x2 mg peroral selama 7 hari.
- Roboransia
- Kujungan ulang tiap 1 minggu
b. Pre-eklampsia ringan yang dirawat :
- Pada kehamflan preterm ( 37 minggu )
Bila tekanan darah mencapai normotensi selam perawatan
persalinannya ditunggu sampai aterm
Bila tekanan darah turun, belum mencapai normotensi selainnya
perawatan, maka kehamilannya dapat diakhiri pada kehamilan > 37
minggu.
- Pada kehamilan aterm (>37 minggu)
Persalinan ditunggu spontan atau dipertimbangkan untuk
melakukan induksi persalinan
- Cara persalinan dapat dilakukan secara spontan, bila perlu
memperingan kala II dengan bantuan tindakan obsetetri.
2. Pada pre eklampsia berat prinsip penatalaksanaan adalah :
o Pengurangan strees
o Penilaian keadaan ibu dan janin
o Terapi tekanan darah diastolik > 110 mmHg
o Terapi mual dan muntah
o Terapi nyeri epigastrik
GESTOSIS
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
GESTOSIS
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
Ginjal
Output dan warna urin
Penilaian Keadaan Ibu secara Laboratorium
Hematlogi
Hemoglobin, Platelet, asupan darah : burr cell
PTT, INRfibrinogen, FDP
LDH, asam urat, bilirubin
Hepatik
SGPT, SGOT, LDH
(glukosa, ammonia terhadap R/O AFLP)
Ginjal
Proteinuria
Kreatinin, urea, asam urat
Penilaian Keadaan Janin :
- Gerakan janin
- Penilaian denyut jantung janin
- Ultrasonografi untuk perkembangan
- Profil biofisik
- Pemeriksaan Doppier arus darah : tali pusat, a. cerbri media
Terapi mual dan muntah :
- Antiereatik pilihan
Terapi nyeri subhepatik atau epigastrik :
- Morfin 2-4 mg IV
- Antasid
- Minimalkan palpasi
Terapi Anti-hipertensi bertujuan :
- Minimalkan risiko CVA pada ibu
- Memaksimalkan kondisi ibu untuk persalinan aman
GESTOSIS
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
GESTOSIS
No. Dokumen
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
GESTOSIS
No. Dokumen
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Magnesium Sulfat :
Standar obsetri namun tidak digunakan pada keadaan lain
Dosis 2-4 g/jam IV atau 4g 1M q4h
Efek samping-lemas, paralysis, toksisitas jantung
Monitor-refleks, Pernapasan, derajat kesadaran >> Resiko tinggi
terutama pada pasien dengan oliguria atau mendapat penyekat kanal
Ca
Antidotum :
- Hentikan infuse magnesium
- Kalsium gulkonas 10% 10ML IV selama 3 menit
Terdapat 2 jenis perawatan/ tindakan pada Pre-eklampsia berat? Eklampsia,
yaitu :
A. Aktif, berarti kehamilan segera diakhiri/ diterminasi bersamaan dengan
pemberian pengobatan medicinal
a. Indikasi :
Indikasi perawatan aktif ialah bila didapatkan satu/ lebih keadaan
dibawah ini:
Ibu
o Kehamilan > 37 minggu
o Adanya gejala/ tanda impending eklampsia
o Kegagalan terapi perawatan konservatif
Dalam waktu atau setelah 5 jam sejak dimulainya pengobatan
medicinal terjadi kenaikan tekanan darah
Setelah 24 jam sejak dimulainya perawatan medicinal.
Gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan)
Janin
- Adanya tanda-tanda fetal distrees
- Adanya tanda-tanda IUGR
- Laboratorik
- Adanya HELI.P Syndrome
GESTOSIS
No. Dokumen
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
b. Pengobatan medicinal :
- Segera masuk rumah sakit
- Istirahat berbaring ke satu sisi (kiri)
- Infuse dengan larutan Ringer Lactate 500cc (60-125 cc/jam)
- Antasida
- Diet -> Cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
- Pemberian obat anti kejang MgSO4
Syarat-syarat pemberian MgSO4 :
- Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu CaC12 (kalsium
Klorida) dalam 10% dalam 10 cc diberikan IV 3 menit (dalam
keadaan siap pakai).
- Refleks patella (+) kuat
- Frekuensi pernafasan > 16 kali/menit
- Produksi urin > 100cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
cc/KgBB/jam)
Suifes magnesikus dihentikan bila :
- Ada tanda-tanda intoksikasi
- Setelah 24 jam pasca persalinan
- Dalam 6 jam pasca persalinan sudah terjadi perbaikan
(normontensi).
- Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada :
Edema paru-paru
Payah jantung kongestif
Edema anasarka
- Anti hipertensi diberikan bila:
Tekanan darah tinggi
- Sistolik> 180mmHg
- Diastolik> 110mmHg
- Obat-obatan ami hipertensi yang akan diberikan dalam bentuk suntikan
yang tersedia di Indonesia ialah Klonidin.
GESTOSIS
No. Dokumen
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
GESTOSIS
No. Dokumen
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
GESTOSIS
No. Dokumen
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama
Bila telah 24 jam tidak ada perbaikan, maka keadaan ini dianggap
sebagai kegagalan pengobatan medicinal dan segera diterminasi.
3. Perawatan Eklampsia
A. Pengobatan medicinal.
1. Obat dan kejang MgSO4
a.) Loading dose :
4 gr MgSO4 40% dalam larutan 10 cc IV selama 10 menit.
Disusul 10 gr IM MgSO4 40% dalam larutan 25 cc diberikan
kepada bokong kanan dan kir, masing-masing 5 gr
b.) Maintenance dose
Tiap 6 jam diberikan lagi 4 gr IM MgSO4.
2. Dosis tambahan : Bila kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2 gr
IV selama 4 menit, sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian
terakhir.
3. Dosis tambahan 2 gr hanya diberikan sekali saja. Bila telah dosis
tambahan masih kejang, maka diberikan Amorbabital 35mg/KgBB/fV pelan-pelan.
4. Obat-obatan suportif:
Lihat pengobatan suportif pre-eklampsia
5. Perawatan pada serangan kejang :
- Dirawat dikamar isolasi yang cukup terang.
- Masukan sudip lidah ke mulut penderita.
- Kepala direndahkan, daerah orofarings dihisap.
- Fiksasi badan pada tempat tiduran cukup kendor guna
menghindarkan fraktur.
6. Perawatan penderita koma :
- Monitoring kesadaran dan dalamnya koma dengan menggunakan
Glasgow Pittburgh Coma Scale.
No. Revisi
Halaman
Semarang
Telp. 024-84134998
Fax : 8318617
PROSEDUR TETAP
Tanggal Terbit
Ditetapkan
Direktur Utama
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Standar Alat
Persiapan alat:
Operator menggunakan baju operasi, penutup kepala, sarung tangan
dan pelindung wajah steril
Lidocain 1%
Kassa steril
Syring non Luer lock
Skalpel
Dilator
Jarum
Guide wire
Saline pembilas
Kateter vena sentral dengan ukuran sesuai
Benang jahit
Standar Pasien
Indikasi:
Monitor hemodinamik
Jalur pemberian nutrisi perenteral dan obat yang dapat menimbulkan
iritasi bila diberikan lewat perifer
Jalur pacu jantung tranvena emergency
Hipovolemia
Ketika akses jalur perifer sulit didapatkan
Terapi hemodialisa atau continues renal replacement therapies
Kontraindikasi:
Infeksi pada kulit diatas vena yang dituju.
Trombosis vena yang dituju.
Fraktur atau curiga fraktur klavikula atau proksimal costa sisi vena
yang dituju.
Gangguan koagulasi.
Prosedur
Persiapan pasien:
a) Posisikan pasien tredelenburg 10-15 untuk melebarkan vena
dan mengurangi resiko emboli udara.
b) Palingkan wajah penderita menjauhi vena yang dituju.
c) Tempatkan bantalan kain dibawah bahu vena yang dituju
agar klavikula lebih menonjol.
Identifikasi vena subklavia:
Vena subklavia terletak di sepertiga tengah klavikula
Prosedur tindakan:
a) Terlebih dahulu lakukan informed consent tindakan pada
pasien (bila memungkinkan) dan keluarga pasien.
b) Bila pasien sadar, jelaskan bahwa wajahnya akan ditutupi
doek steril namun pernapasannya tidak akan terganggu
c) Desinfeksi daerah tindakan selama 60 detik
d) Isi lumen kateter dengan salin untuk mengecek kelancaran
lumen
e) Lepaskan penutup pada port dimana guide wire akan keluar
nantinya
f) Infiltrasi kulit dengan lidokaine 1%
g) Capailah daerah yang dituju dengan jarum yang membentuk
30 terhadap kulit dan sumbu panjang jarum diarahkan ke
arah sternal notch