PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manfaat amdal yaitu AMDAL bermanfaat untuk menjamin suatu usaha atau
kegiatan pembangunan agar layak secara lingkungan. Dengan AMDAL, suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan diharapkan dapat meminimalkan
kemungkinan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, dan mengembangkan
dampak positif, sehingga sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan (sustainable).
1.2
Tujuan
TINJAUAN
2.1
Tinjauan Empiris
Diketahuinya rencana kegiatan merupakan hal yang sangat penting, sebab apabila
rencana tidak diketahui, maka dampak yang mungkin timbul dari kegiatan tersebut
tidak dapat diperkirakan.Garis dasar (base line) ialah keadaan lingkungan tanpa
adanya proyek (aktivitas).Fungsi garis dasar di sini ialah keadaan acuan untuk
mengukur dampak.Dampak dalam sistem Amdal dikaitkan dengan dua jenis
batasan. Pertama, perbedaan antara kondisi lingkungan sebelum pembangunan,
batasan kedua yakni perbedaan antara kondisi lingkungan yang diperkirakan akan
ada tanpa adanya pembangunan dan yang diperkirakan akan adanya(hadirnya)
dari berbagai alternatif yang tersedia. Keputusan yang optimal tersebut dapat
diartikan sebagai keputusan yang berwawasan lingkungan, karena telah
memperhatikan aspek positif dan negatif suatu kegiatan usaha. Pembangunan
suatu wilayah merupakan hal tidak dapat dihindarkan.Sebagai upaya agar
pembangunan tersebut mengikuti konsep pembangunan berkelanjutan dan
mengikuti konsep daya dukung terhadap lingkungan maka diperlukan suatu
perencanaan yang matang. (Otto, 2001)
Hasil dari analisis mengenai dampak lingkungan dapat memberikan pedoman agar
perencanaan pembangunan harus mencapai tujuan sosial dan ekonomi dengan
tetap memperhatikan keseimbangan dinamis dengan lingkungan. Perencanaan
pembangunan yang ideal adalah yang tidak hanya mampu mengakomodasi
kepentingan dan kebutuhan masyarakat tetapi juga mampu memadukan berbagai
nilai dan berbagai kepentingan yang terlibat (Otto, 2001)
Hasil dari analisis mengenai dampak lingkungan juga dapat digunakan sebagai
pedoman untuk pengelolaan lingkungan yang meliputi upaya pencegahan,
pengendalian dan pemantauan lingkungan.Upaya pencegahan artinya Amdal
digunakan untuk mengantisipasi dampak yang kemungkinan muncul akibat
aktivitas/kegiatan.Dengan dapat diprediksinya dampak tersebut, maka dampak
negatif dapat dihindari dan dampat positif dapat dimaksimalkan.Amdal sebagai alat
Pasal 36 angka (1) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan setiap usaha dan/atau kegiatan yang
wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan. Izin Lingkungan
tersebut tidak akan dikeluarkan apabila tidak ada keputusan kelayakan lingkungan
dari Komisi Penilai Amdal yang menilai dokumen atau kajian mengenai dampak
penting yang diajukan oleh pemrakarsa. Suatu usaha dan/atau kegiatan sebelum
mulai dilakukan wajib mempunyai kajian mengenai dampak besar dan penting yang
akan timbul apabila usaha dan/atau kegiatan itu dilakukan. Hasil dari kajian
tersebut kemudian disertakan dalam perizinan usaha dan/atau kegiatan tersebut.
Apabila hasil kajian tersebut tidak disertakan maka izin usaha dan/atau kegiatan itu
tidak akan keluar, karena kajian tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi
dalam perizinan suatu usaha dan/atau kegiatan yang membawa dampak bagi
lingkungan.
Fungsi AMDAL
Dilihat dari fungsi AMDAL yang sangat menjaga rencana usaha dan/atau kegiatan
usaha sehingga tidak merusak lingkungan, maka terlihat begitu besar Manfaat
AMDAL. Manfaat AMDAL antara lain sebagai berikut..
Tinjauan Teoritis
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia diperlukan tingkat kesehatan manusia yang optimal. Oleh sebab itu
untuk menjamin kualitas sumber daya manusia dalam segi kesehatan agar mampu
berkompetisi diperlukan suatu perencanaan program kesehatan dan perlindungan
hukum yang memadai.
Keadaan yang mendasar dan sumber untuk kesehtan adalah keadaan damai,
pemukiman, pangan, pendidikan, pendapatan, ekosistem yang seimbang, sumber
daya alam yang meningkat pemanfaatannya, keadilan sosial dan pemerataan aspek
kehidupan. (WHO Ditjen PPM & PL, 2005)
Pada tahun 1986, kelompok kerja WHO memantapkan empat prinsip dasar yang
berhubungan dengan analisis dampak lingkungan, yaitu :
Menurut Brown dan Mc. Donald (1988) kerangka dasar dari Analisis Dampak
Lingkungan adalah sebagai berikut :
Bagan I
Pengumpulan data dasar : rincian tentang kondisi lingkungan pada saat ini dan
masa mendatang untuk bahan masukan perencanaan pembangunan.
Identifikasi dampak
: identifikasi dampak yang mungkin timbul dan
pemilihan prioritas dampak untuk analisis yang lebih rinci, dengan cara check
list.
Prediksi
Evaluasi
: pentingnya perubahan yang terjadi untuk tingkat nasional
khususnya beberapa hal yang berhubungan dengan tujuan nasional di bidang sosial
ekonomi.
Mitigasi
Bagan II
Pada bagan I dan bagan II tampak ada kalimaat yang isi dan maknanya
mengandung kesesuaian
Pada tahap analisis dampak kesehatan lingkungan langsung dan tidak langsung
seperti yang tertulis dalam ad a dan ad b (bagan II) ada kesesuaian dengan tahap
pengumpulan data dasar seperti yang tertulis pada bagan I. Sedangkan identitas
parameter lingkungan seperti yang tertulis dalam ad c (bagan II) ada kesesuaian
dengan proses identifikasi dampak pada bagan I, yaitu proses identifikasi dampak
lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan. Selanjutnya proses
analisis adanya peningkatan pemaparan pada ad d (bagan II), merupakan
komponen analisis pemaparan pada masyarakat yang terkandung di dalam seluruh
proses analisis dampak kesehatan lingkungan.
Pada bagan I dan II nampak kedua model tersebut baik analisis dampak lingkungan
dan analisis dampak kesehatan lingkungan penekanannya masih terbatas pada
environmental illness (sakit karena faktor lingkungan) dan belum banyak
menjamah permasalahan quality of life (kualitas hidup). Dengan demikian maka
proses analisis yang baik harus melibatkan analisis dampak kesehatan lingkungan
secara menyeluruh termasuk komponen sosial-ekonomi-kesehatan. (D. G. Mc
Donald, 1988)
Komponen yang berhubungan dengan faktor fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomikesehatan adalah sebagai berikut :
Kualitas lingkungan fisik, kimia dan biologi termasuk kualitas udara, air, kebisingan
dll.
Kualitas diet, sebagai sumber informasi adalah ilmu gizi dan kedokteran.
Kualitas penyakit dan kesehatan jiwa, harus bersumber dari ilmu kedokteran,
biologi, psikiatri dan psikologi.
Kualitas pekerjaan dan jaringan masyarakat bermuara pada disiplin ekonomi,
sosiologi, dan antropologi.
Kualitas pemukiman dan aksesibilitas bersumber pada ilmu geografi, perencanaan
dan arsitektur.
BERBAGAI KEGIATAN DENGAN ISSUE POKOK DAMPAK
KESEHATAN
Menurut World Health Organization, World Bank dan United Nations Enviromental
Program kelompok industri yang berpotensi menimbulkan bahaya terhadap
kesehatan adalah sebagai berikut :
c)Industri Logam
Kegiatan industri ini meliputi besi, metalurgi non-besi, pengerjaan logam yang
mengeluarkan bahan kimia lainnya. Limbah berpengaruh secara kronis terhadap
kesehatan masyarakat.
d)Industri Energi
Jenis industri ini dapat dilihat pada kegiatan Pertambangan dan Energi. Dapat
mengeluarkan limbah cair, gas, suhu panas (meningkatkan suhu air laut).
Kegiatan industri ini meliputi antara lain bahan konstruksi, keramik, gelas, dan
asbestos. Pengaruh industri ini adalah gangguan terhadap pernafasan secara
kronis.
Macam industri ini sangat beragam dari industri bukan bangunan, fotografi sampai
biosida. Limbah yang dihasilkan merupakan bahan kimia berbahaya dan beracun
(BBB) yang dapat menimbulkan dampak kronis maupun akut.
Limbah industri ini mengandung logam berat maupun bahan kimia lainnya yang
menimbulkan bahaya terhadap kesehatan.
Limbah industri ini mengandung bahan kimia yang potensial berpengaruh terhadap
perairan dan kesehatan masyarakat/lingkungan.
Kegiatan kelompok ini masuk dalam bidang kesehatan. Mengeluarkan limbah medis
dan limbah kimia yang mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Pengaruh yang ditimbulkan antara lain berkembangnya vektor atau parasit pada
limbah padat yang mudah membusuk antara lain kegiatan pasar dan restoran.
Pengambilan tenaga panas bumi berpotensi untuk menimbulkan gas beracun yang
dapat mengganggu kesehatan masyarakat
Penggunaan bahan baku dari bahan fosil (Migas dan batu bara) sangat potensial
menyebabkan pencemaran udara berupa limbah emisi gas seperti CO, SO2 dan
partikel yang sangat potensial menimbulkan dampak terhadap kesehatan
masyarakat.
d)Tenaga Nuklir
Kegiatan Transmigrasi
a)Cetak Sawah
Pembukaan hutan untuk areal persawahan merupakan areal yang potensial sebagai
media/habitat vektor. Habitat vektor ini potensial menimbulkan dampak penting
terhadap kesehatan dan dapat terjadi secara periodik setiap tahun/setiap musim.
b)Pemindahan Penduduk
Pemindahan penduduk dari daerah asal ketempat yang baru, di dalam interaksinya
sangat potensial sebagai pembawa penyakit/penularan penyakit. Penularan
penyakit ini tidak tergantung dari jumlah manusia yang menularkan tetapi
ditentukan oleh sumber penularan dari salah satu kelompok masyarakat dan lama
waktu penyakit tersebut berjangkit. Potensi dampak ini sangat penting terhadap
kesehatan masyarakat.
Kegiatan Pariwisata
Aktivitas pariwisata secara tidak langsung memiliki potensi terhadap penularan dan
penyebaran penyakit. Interaksi wisatawan lokal maupun dari mancanegara, dari
suatu daerah ke daerah lain, merupakan sumber dampak penting bagi kesehatan
masyarakat baik melalui vektor maupun penularan penyakit secara langsung.
Pekerjaan Umum
Pengairan
1) Pembangunan dam Irigasi
2) Cetak Sawah
2) Cetak Sawah
Cipta Karya
Pembangunan perumahan sangat potensial untuk perkembangbiakan vektor.
Tingkat penularan penyakit akan bertambah karena bertambahnya frekuensi
interaksi antar masyarakat penghuni perumahan.
Bina Marga
Pembangunan jalan sebagai sarana transportasi perlu perhatian berhubung
kaitannya dengan penularan penyakit dari wilayah satu terhadap wilayah lain.
Masyarakat yang mempunyai risiko tinggi untuk menderita penyakit akibat dari
faktor sumber, perlu dilakukan pengukuran spesimen tubuh manusia. Hasil
pengukuran tersebut sebagai tanda biologis (biological marker) yang dapat
dianggap sebagai bio-indikator. Sebagai contoh tanda biologis adalah pengukuran
merkuri pada kuku, rambut, serta timbal di dalam darah. Apabila kadar logam berat
tersebut melebihi nilai ambang batas, maka merupakan bio-indikator bahwa
manusia tersebut keracunan merkuri atau timbal.
Pengumpulan data rona lingkungan awal dari aspek potensi kesehatan harus
mengikuti paradigma kesehatan lingkungan.
f) Kalibrasi instrumen
Kalibrasi instrumen dilakukan agar kepekaan instrumen dipertahankan sehingga
validitas hasil analisis dapat optimal. (Boughey, 1973)
Kualitas Ambien
Dalam ADKL metode untuk kualitas ambien mencakup beberapa macam, yaitu :
Dengan cara penentuan dampak kesehatan yang berupa gejala penyakit dan hasil
deteksi yang memakai alat teknik diagnostik.
Metode Analisis
Dilakukan untuk menganalisis data yang mengkaitkan hubungan variabel dengan
menggunakan pendekatan epidemiologi. Beberapa metode analisis epidemiologi
yang sering dipakai adalah :
Ditunjukkan oleh perbandingan antara jumlah kasus dengan jumlah orang yang
berisiko dalam populasi.
2) Angka Prevalensi
Perbandingan antara jumlah kasus penyakit dengan jumlah populasi pada waktu
tertentu.
3) Angka Insidensi
Perbandingan antara jumlah kasus baru dari penyakit dengan jumlah manusia yang
mempunyai risiko dalam populasi pada periode waktu. (Nurdin, 1981)
Sumber bergerak
Untuk menentukan prakiraan besarnya risiko terhadap masyarakatpopulation at
risk dari sebaran pencemaran emisi yang berasal dari kegiatan transportasi dipakai
dengan model Sutton. Dengan model Sutton, dapat diketahui prakiraan kadar gas
atau partikel di udara ambien dengan jarak tertentu dari knalpot atau pusat
transportasi.
Kebisingan
Prakiraan untuk kebisingan dapat diukur memakai model tertentu dengan
menggunakan data yang berasal dari sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.
Kualitas air
Pencemaran badan air dan prakiraan pengaruhnya bagi kesehatan manusia,
dibedakan atas sumber pencemaran yang merusak (degradable) dan yang kurang
merusak (non degradable).
Prakiraan dampak zat toksis yang masuk kedalam tubuh manusia akan memberikan
efek akut atau kronis dan dipengaruhi oleh :
3.Dosis
6.Jenis kelamin
8.Mekanisme keracunan.
Kerangka Teoritis
Hal-hal tersebut di atas hanya merupakan sebagian dari daftar persoalan, atau
pertanyaan yang harus dipertimbangkan bertalian dengan setiap proyek
pembangunan. Juga sekedar menggambarkan masalah lingkungan yang masih
harus dirumuskan kedalam pertanyaan-pertanyaan konkrit yang harus dijawab.
Setelah ditemukan jawaban-jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan tadi,
maka disusun pedoman-pedoman kerja yang jelas bagi pelbagai kegiatan
pembangunan baik berupa industri atau bidang lain yang memperhatikan faktor
perlindungan lingkungan hidup. (Rohmad, 2001)
Pemakaian sumber alam yang tidak dapat diganti, harus sehemat dan seefisien
mungkin. (Rohmad, 2001)
Menurut Emil Salim, secara umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala
benda, kondisi, keadaan, dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita
tempati, dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
Sedangkan Soedjono mengartikan lingkungan hidup sebagai lingkungan hidup fisik
atau jasmani yang mencakup dan meliputi semua unsur dan faktor fisik jasmaniah
yang terdapat dalam alam.
Pembangunan berkelanjutan yang dikonsep oleh Stren, While, dan Whitney sebagai
suatu interaksi antara tiga sistem: sistem biologis dan sumberdaya, sistem
ekonomi, dan sistem sosial, yang dikenal dengan konsep trilogi keberlanjutan:
ekologi-ekonomi-sosial. Konsep keberlanjutan tersebut menjadi semakin sulit
dilaksanakan terutama di Negara berkembang.
Dinamika penduduk
Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang kurang bijaksana.
Berkelanjutan (sustainability)
Pemerataan (equity)
Sebagai tindak lanjut ditetapkan pula World Summit Sustainable Development, Plan
of Implementation yang mengedepankan integrasi tiga komponen pembangunan
berkelanjutan yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan
lingkungan sebagai tiga pilar kekuatan. Pada Konferensi Nasional Pembangunan
Berkelanjutan yang dilaksanakan di Yogjakarta tanggal 21 Januari 2004,
Kesepakatan Nasional dan Rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan diterima
oleh Presiden RI dan menjadi dasar semua pihak untuk melaksanakannya. (Drs.
Setiadi Sukiswo, 2005)
Dalam kaitannya dengan hal di atas, menurut Emil Salim terdapat lima pokok ikhtiar
yang perlu dikembangkan dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan
pembangunan yang berwawasan lingkungan, yaitu: Menumbuhkan sikap kerja
berdasarkan kesadaran saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Hakikat
lingkungan hidup adalah memuat hubungan saling kait mengkait dan hubungan
saling membutuhkan antara satu sektor dengan sektor lainnya, antara satu negara
dengan negara lain, bahkan antara generasi sekarang dengan generasi mendatang.
Oleh karena itu diperlukan sikap kerjasama dengan semangat solidaritas.
Kemampuan menyerasikan kebutuhan dengan kemampuan sumber alam dalam
menghasilkan barang dan jasa. Kebutuhan manusia yang terus menerus meningkat
perlu dikendalikan untuk disesuaikan dengan pola penggunaan sumber alam secara
bijaksana.
Menggunakan prosedur dan tata cara yang memperhatikan kelestarian fngsi dan
kemampuan ekosistem untuk mendukung kehidupan baik sekarang maupun masa
yang akan datang. Dalam upaya mendukung tujuan pembangunan yang
berkelanjutan telah dilakukan upaya-upaya memasukkan unsur lingkungan dalam
memperhitungkan kelayakan suatu pembangunan. Unsur-unsur lingkungan yang
menjadi satu paket dengan kegiatan pembangunan yang berkelanjutan akan lebih
Pemeliharaan lingkungan.
Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, ada dua prinsip penting yaitu prinsip
konservasi dan mengurangi konsumsi. Pemeliharaan lingkungan hidup sebenarnya
sangat terkait dengan prinsip pemenuhan kebutuhan manusia. Bahkan jika
kerusakan sudah sedemikian parah akan mengancam eksistensi manusia itu
sendiri. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa penyebab pencemaran dan
kerusakan lingkungan adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia
(HAM). Oleh karena itu konservasi dimaksudkan untuk perlindungan lingkungan.
Sedangkan prinsip mengurangi konsumsi bermakna ganda. Pertama, mengurangi
konsumsi ditujukan pada negara maju sehubungan dengan pola konsumsi energi
yang besar yang menyebabkan terjadinya polusi dan penurunan kualitas
lingkungan. Kedua, perubahan pola konsumsi merupakan seruan yang ditujukan
kepada siapa saja (sebagai individu) baik di negara maju maupun di negara
berkembang agar mengurangi beban bumi.
Keadilan sosial.
Berkaitan dengan keadilan, prinsip keadilan masa kini menunjukkan perlunya
pemerataan dalam prinsip pembangunan. Kadilan masa kini berdimensi luas
termasuk di dalamnya pengalokasian sumber dayaalam antara daerah dan pusat.
Sedangkan keadilan masa depan berarti perlunya solidaritas antar generasi. Hal ini
menunjukkan perlunya pengakuan akan adanya keterbatasan (limitations) sumber
daya alam yang harus diatur penggunaannya agar tidak mengorbankan
kepentingan generasi yang akan datang.
4. Penentuan nasib sendiri.
BAB III
3.1
Pembahasan
Sejak tahun delapan puluhan, kegiatan AMDAL ini dilaksanakan oleh Pusat Studi
Lingkungan beberapa perguruan tinggi negeri dan beberapa konsultan yang
menggunakan tenaga ahli dari perguruan tinggi.
Walaupun sudah dilaksanakan sejak tahun delapan puluhan, kegiatan AMDAL yang
dilaksanakan oleh Pusat Studi Lingkungan masih mengalami berbagai kendala dan
masalah sehingga mulai tidak optimal, sehingga harus didiskusikan berbagai upaya
untuk mengoptimalkan peran Pusat Studi Lingkungan dalam Penyelenggaraan
AMDAL.
Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi
dengan amdal terdiri atas:
pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak
terbarukan;
proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber
daya alam dalam pemanfaatannya;
proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
Pasal 25
Pasal 28
Penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 27 wajib
memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal.
Kriteria untuk memperoleh sertifikat kompetensi penyusun amdal sebagaimana
dimasud pada ayat (1) meliputi:
penguasaan metodologi penyusunan amdal;
kemampuan melakukan pelingkupan, prakiraan, dan evaluasi dampak serta
pengambilan keputusan; dan
kemampuan menyusun rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Sertifikat kompetensi penyusun amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi penyusun amdal yang ditetapkan
oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan kriteria kompetensi penyusun amdal
diatur dengan peraturan Menteri.
Pasal 29
Dokumen amdal dinilai oleh Komisi Penilai Amdal yang dibentuk oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 30
Pasal 32
Dalam penyelenggaraan AMDAL ada tiga aktivitas utama yang harus dilakukan,
yaitu :
Kegiatan Penilai Dokumen AMDAL adalah kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga
Pengendali Dampak Lingkungan di tingkat Pusat dilaksanakan oleh Kantor Menteri
Negara Lingkungan Hidup, di tingkat propinsi dilaksanakan oleh Badan Pengendali
Lingkungan Propinsi dan di tingkat kabupaten/kota, dilaksanakan oleh Badan
Pengendali Lingkungan Kabupaten/Kota atau Dinas/Instansi yang mengurusi
masalah lingkungan.
Dengan demikian penerapan ADKL dapat dilakukan guna : menelaah rencana usaha
atau kegiatan dalam tahapan pelaksanaan atau pengelolaan kegiatan serta untuk
melakukan penilaian guna menyusun atau mengembangkan upaya pemantauan
maupun pengelolaan guna mencegah, mengurangi atau mengelola dampak
kesehatan masyarakat akibat suatu usaha atau kegiatan pembangunan.
Penerapan ADKL dapat dikembangkan dalam dua hal pokok yaitu sebagai :
ADKL merupakan salah satu tugas pokok instansi kesehatan dalam konteks
pencemaran lingkungan. ADKL tidak saja dirancang untuk mengevaluasi dampak
kesehatan, tetapi juga untuk mengidentifikasi populasi yang memerlukan studi atau
tindakan kesehatan masyarakat. Berdasarkan Kep.Menkes Nomor :
872/MENKES/SK/VIII/1997 telaah ADKL sebagai pendekatan kajian aspek kesehatan
meliputi Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak rencana
pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan.
Proses dan potensi terjadinya pemajanan
Potensi besarnya risiko penyakit (angka kesakitan dan angka kematian
Karakteristik penduduk yang berisiko
Sumber daya kesehatan
Simpul1(sumbernya)
Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian sumber pencemar : emisi untuk
pencemaran udara (mobil, industri, pembangkit listrik dan lain-lain), sumber
penyakit menular (penderita TB, pendrita DBD, penderita malaria, dll). Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam simpul 1 antara lain adalah :
Jenis dan volume kegiatan yang dilakukan di lokasi
Lamanya kegiatan di lokasi
Bahaya fisik yang ada di lokasi
Perubahan-perubahan yang dilakukan baik dalam ukuran maupun bentuk
Kegiatan penanggulangan yang direncanakan dan yang telah dikerjakan.
Laporan pelaksanaan pengendalian mutu
Simpul 2 (media lingkungan)
Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian bila komponen lingkungan tersebut
sudah berada di sekitar manusia seperti konsentrasi parameter pencemaran di
udara, kadar kandungan residu pestisida dalam sayur mayur, bakteri E coli dalam
air minum, dll). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam simpul 2 antara lain :
Fitrah Pemanjaan
Fitrah pemajanan perlu dicatat secara detil spesifik untuk menjamin teramatinya
adanya asosiasi dan memungkinkan untuk dilakukan inferensi aetologik spesifik.
Variabel harus spesifik sehingga dapat dipisah-pisahkan ke dalam tingkat klasifikasi
pemajanan.
Dosis
Dosis dapat diukur dalam dosis total atau dalam kecepatan pemajanan atau
pemajanan kumulatif. Dosis perlu dinyatakan sehubungan dengan terjadinya
pemajanan pada subyek, apakah dosis ambient dalam interval waktu pendek atau
lama.
Waktu
Setiap pemajanan perlu dijelaskan kapan pemajanan itu terjadi dan kama akhirnya
terhenti dan bagaimana pemajanan itu tersebar selama periode itu (periodic
kontinyu bervariasi)
Dosis representif dan waktu pemanjaan. Dosis representatif umumnya diwakili oleh
tiga macam yaitu pemjanan puncak, pemajanan kumulatif, dan pemajanan ratarata.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan.
Saran
Adrian Sutedi, 2010, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika,
Jakarta.
Boughey, A. S. (1973). Readings in Man, the Enviroment, and Human Ecology. N.Y. :
MacMillan Pub Cd, Inc, 1-3.
Hadi, Sudarto., 1997, Aspek Sosial AMDAL. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Raharjo, Mursid, 2007, Memahami AMDAL. Graha Ilmu, Yogyakarta.
WHO Ditjen PPM & PL. (2005). Materi teknis langkah-langkah operasional ADKL.
Jakarta : Direktorat PL
WHO Inter-Healt. (1990 ). A Program Against The Disease of Life Style.World Healt
Forum, vol. 11
Pengumpulan data rona lingkungan awal dari aspek potensi kesehatan harus
mengikuti paradigma kesehatan lingkungan.
Rona lingkungan awal dapat berfungsi sebagai dasar prakiraan dampak (basic
prediction of impact) yang mencakup informasi sebagai berikut :
Kualitas Udara
Sumber tidak bergerak
Untuk menentukan prakiraan besarnya risiko terhadap masyarakatpopulation at
risk dari sebaran emisi gas atau partikel yang keluar dari cerobong pabrik, dipakai
model Gauss.
Kebisingan
Prakiraan untuk kebisingan dapat diukur memakai model tertentu dengan
menggunakan data yang berasal dari sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.
Kualitas air
Pencemaran badan air dan prakiraan pengaruhnya bagi kesehatan manusia,
dibedakan atas sumber pencemaran yang merusak (degradable) dan yang kurang
merusak (non degradable).
Keadilan sosial.
Berkaitan dengan keadilan, prinsip keadilan masa kini menunjukkan perlunya
pemerataan dalam prinsip pembangunan. Kadilan masa kini berdimensi luas
termasuk di dalamnya pengalokasian sumber daya alam antara daerah dan pusat.
Sedangkan keadilan masa depan berarti perlunya solidaritas antar generasi.
biological marker 17
Carrying Capacity 18
dose rate 2
Environmental illness 11
habitat wildlife 26
morbiditas 11
mortalitas 11
Model Sutton 21
Ottawa Charter 8
population at risk 20
Route of exposure 22
risk analysis 11
Sudharto P. Hadi , 29
vehicle 17
WHO, (1987), 10
Zul Endria(2003) , 24