Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pada hakekatnya pembangunan adalah kegiatan memanfaatkan sumberdaya alam


untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila pemanfaatan sumberdaya alam
dilaksanakan secara besar-besaran, maka akan terjadi perubahan ekosistem yang
mendasar. Agar pembangunan tidak menyebabkan menurunnya kemampuan
lingkungan yang disebabkan karena sumber daya yang terkuras habis dan
terjadinya dampak negatif, maka sejak tahun 1982 telah diciptakan suatu
perencanaan dengan mempertimbangkan lingkungan. Hal ini kemudian digariskan
dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL). Peraturan Pemerintah ini kemudian diganti dan
disempurnakan oleh Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 dan terakhir
Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL).

AMDAL ( Analisis Mengenai Damfak Lingkungan ) sendiri merupakan kajian dampak


besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan
digunakan untuk pengambilan keputusan. Aspek yang dikaji dalam proses AMDAL
yaitu : aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan
masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/kegiatan.
Secara Umum AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk
pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan

Analisis mengenai dampak lingkungan telah banyak dilakukan di Indonesia dan


Negara lain. Pengalaman menunjukkan, Amdal tidak selalu memberikan hasil yang
kita harapkan sebagai alat perencanaan.Bahkan tidak jarang terjadi, Amdal
hanyalah merupakan dokumen formal saja, yaitu sekedar untuk memenuhi
ketentuan dalam undang undang.Setelah laporan Amdal didiskusikan dan disetujui,
laporan tersebut tersebut disimpan dan tidak digunakan lagi.Laporan tersebut tidak
mempunyai pengaruh terhadap perencanaan dan pelaksanaan proyek
selanjutnya.Hal ini terjadi juga di Negara yang telah maju, bahkan di Amerika
Serikat yang merupakan negara pelopor Amdal.

Manfaat amdal yaitu AMDAL bermanfaat untuk menjamin suatu usaha atau
kegiatan pembangunan agar layak secara lingkungan. Dengan AMDAL, suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan diharapkan dapat meminimalkan
kemungkinan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, dan mengembangkan
dampak positif, sehingga sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan (sustainable).

1.2

Tujuan

Untuk mengetahui AMDAL dan analisis dampak kesehatan lingkungan.


Untuk mengetahui apa manfaat AMDAL.
Untuk mengetahui apa manfaat analisis dampak kesehatan lingkungan.
BAB II

TINJAUAN

2.1

Tinjauan Empiris

Analisis Dampak Lingkungan dalam istilah asing disebut dengan Enviromental


Impact Analysis; Enviromental Impact Statement; Enviromental Impact Assessment;
atau Enviromental Impact and Statement.Istilah Amdal tidak saja berkaitan dengan
istilah tehnis akan tetapi juga aspek hukum dan aspek administratif. Semua istilah
tersebut menunjuk pada pengertian bahwa setiap rencana aktivitas manusia,
khususnya dalam kerangka pembangunan yang selalu membawa dampak dan
perubahan terhadap lingkungan perlu dikaji terlebih dahulu dengan seksama.
Berdasarkan kajian ini, akan dapat diidentifikasi dampak-dampak yang timbul, baik
yang bermanfaat maupun yang merugikan bagi kehidupan manusia. Kajian tersebut
dapat dilakukan dengan melihat rencana suatu kegiatan. (Siahaan, 2004 )

Diketahuinya rencana kegiatan merupakan hal yang sangat penting, sebab apabila
rencana tidak diketahui, maka dampak yang mungkin timbul dari kegiatan tersebut
tidak dapat diperkirakan.Garis dasar (base line) ialah keadaan lingkungan tanpa
adanya proyek (aktivitas).Fungsi garis dasar di sini ialah keadaan acuan untuk
mengukur dampak.Dampak dalam sistem Amdal dikaitkan dengan dua jenis
batasan. Pertama, perbedaan antara kondisi lingkungan sebelum pembangunan,
batasan kedua yakni perbedaan antara kondisi lingkungan yang diperkirakan akan
ada tanpa adanya pembangunan dan yang diperkirakan akan adanya(hadirnya)

pembangunan tersebut. Batasan yang sama juga diberlakukan pada dampak


lingkungan terhadap pembangunan. (Siahaan, 2004 )

Salah satu instrumen kebijaksanaan lingkungan yaitu Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 22 angka (1) Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di
atas, merupakan proses yang meliputi penyusunan berbagai dokumen. Dokumendokumen itu berupa kerangka acuan, analisis dampak lingkungan, rencana
pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup bagi
kegiatan usaha yang dilakukan. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup juga
merupakan salah satu alat bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan
akibat yang mungkin ditimbulkan oleh suatu rencana usaha dan atau kegiatan
terhadap lingkungan hidup guna mempersiapkan langkah untuk menanggulangi
dampak negatif dan mengembangkan dampak positif. Penanggulangan dampak
negatif dan pengembangan dampak positif itu merupakan konsekwensi dan
kewajiban setiap orang untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan. (Siahaan,
2004 )

Amdal sebagai instrumen dalam perencanaan pembangunan disebutkan dalam


Pasal 4 angka (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2009 tentang Izin
Lingkungan. Amdal disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu Usaha
dan/atau Kegiatan.Amdal merupakan instrumen untuk merencanakan tindakan
preventif terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang mungkin
ditimbulkan dari aktivitas pembangunan.Mengingat fungsinya sebagai salah satu
instrumen dalam perencanaan Usaha dan/atau Kegiatan, penyusunan Amdal tidak
dilakukan setelah Usaha dan/atau Kegiatan dilaksanakan.Penyusunan Amdal yang
dimaksud dalam ayat ini dilakukan pada tahap studi kelayakan atau desain detail
rekayasa. (Siahaan, 2004 )

Amdal merupakan bagian dari sistem perencanaan, Amdal seharusnya dapat


memberikan landasan bagi pengelolaan lingkungan. Sebagai scientific prediction,
Amdal memberikan gambaran yang jelas secara ilmiah tentang analisis kegiatan
dan dampak yang mungkin akan timbul oleh sebuah kegiatan. Amdal seharusnya
ditempatkan pada posisi yang strategis dalam upaya memberikan perlindungan
preventif dalam perizinan suatu kegiatan yang berwawasan lingkungan. (Siahaan,
2004 )

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup dimasukkan ke dalam proses


perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan, maka pengambil keputusan akan
memperoleh pandangan yang lebih luas dan mendalam mengenai berbagai aspek
usaha dan/atau kegiatan tersebut, sehingga dapat diambil keputusan yang optimal

dari berbagai alternatif yang tersedia. Keputusan yang optimal tersebut dapat
diartikan sebagai keputusan yang berwawasan lingkungan, karena telah
memperhatikan aspek positif dan negatif suatu kegiatan usaha. Pembangunan
suatu wilayah merupakan hal tidak dapat dihindarkan.Sebagai upaya agar
pembangunan tersebut mengikuti konsep pembangunan berkelanjutan dan
mengikuti konsep daya dukung terhadap lingkungan maka diperlukan suatu
perencanaan yang matang. (Otto, 2001)

Hasil dari analisis mengenai dampak lingkungan dapat memberikan pedoman agar
perencanaan pembangunan harus mencapai tujuan sosial dan ekonomi dengan
tetap memperhatikan keseimbangan dinamis dengan lingkungan. Perencanaan
pembangunan yang ideal adalah yang tidak hanya mampu mengakomodasi
kepentingan dan kebutuhan masyarakat tetapi juga mampu memadukan berbagai
nilai dan berbagai kepentingan yang terlibat (Otto, 2001)

Di Amerika Serikat AMDAL merupakan keharusan untuk rencana kebijaksanaan dan


undang-undang yang diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan (National Enviromental Policy Act, 1969). Di dalam Undang Undang
Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pokok Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, hal ini
tidak dinyatakan secara eksplisit, namun istilah rencana yang tertera dalam Pasal
16 Undang Undang itu dapat juga diinterpretasikan sebagai kegiatan perumusan
undang-undang dan kebijakan. Metode untuk melakukan Amdal bagi perencanaan
kebijaksanaan dan undang undang atau produk hukum lainnya belum banyak
berkembang.Metode yang banyak berkembang ialah Amdal untuk proyek. Analisis
mengenai dampak lingkungan telah banyak dilakukan di Indonesia dan Negara lain.
Pengalaman menunjukkan, Amdal tidak selalu memberikan hasil yang kita harapkan
sebagai alat perencanaan.Bahkan tidak jarang terjadi, Amdal hanyalah merupakan
dokumen formal saja, yaitu sekedar untuk memenuhi ketentuan dalam undang
undang.Setelah laporan Amdal didiskusikan dan disetujui, laporan tersebut tersebut
disimpan dan tidak digunakan lagi.Laporan tersebut tidak mempunyai pengaruh
terhadap perencanaan dan pelaksanaan proyek selanjutnya.Hal ini terjadi juga di
Negara yang telah maju, bahkan di Amerika Serikat yang merupakan negara
pelopor Amdal. (Setiadi, 2005)

Amdal sebagai Alat Pengelolaan Lingkungan

Hasil dari analisis mengenai dampak lingkungan juga dapat digunakan sebagai
pedoman untuk pengelolaan lingkungan yang meliputi upaya pencegahan,
pengendalian dan pemantauan lingkungan.Upaya pencegahan artinya Amdal
digunakan untuk mengantisipasi dampak yang kemungkinan muncul akibat
aktivitas/kegiatan.Dengan dapat diprediksinya dampak tersebut, maka dampak
negatif dapat dihindari dan dampat positif dapat dimaksimalkan.Amdal sebagai alat

pengendali artinya masalah atau dampak dapat dikendalikan dan diminimalisir,


misalnya dengan pemberian pembatasan seperti sanksi.Amdal sebagai sarana
pemantauan maksudnya sebagai alat kontrol dan koreksi terhadap pelaksanaan dan
operasi proyek. Dengan kata lain, pemantauan ini merupakan alat pengelolaan
lingkungan untuk menyempurnakan perencanaan program dan pembaharuan
program dikemudian hari agar tujuan pengelolaan lingkungan tercapai.

Pasal 36 angka (1) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan setiap usaha dan/atau kegiatan yang
wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan. Izin Lingkungan
tersebut tidak akan dikeluarkan apabila tidak ada keputusan kelayakan lingkungan
dari Komisi Penilai Amdal yang menilai dokumen atau kajian mengenai dampak
penting yang diajukan oleh pemrakarsa. Suatu usaha dan/atau kegiatan sebelum
mulai dilakukan wajib mempunyai kajian mengenai dampak besar dan penting yang
akan timbul apabila usaha dan/atau kegiatan itu dilakukan. Hasil dari kajian
tersebut kemudian disertakan dalam perizinan usaha dan/atau kegiatan tersebut.
Apabila hasil kajian tersebut tidak disertakan maka izin usaha dan/atau kegiatan itu
tidak akan keluar, karena kajian tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi
dalam perizinan suatu usaha dan/atau kegiatan yang membawa dampak bagi
lingkungan.

Fungsi AMDAL

Dilihat dari fungsi AMDAL yang sangat menjaga rencana usaha dan/atau kegiatan
usaha sehingga tidak merusak lingkungan, maka terlihat begitu besar Manfaat
AMDAL. Manfaat AMDAL antara lain sebagai berikut..

Manfaat AMDAL bagi Pemerintah


Mencegah dari pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Menghindarkan konflik dengan masyarakat.
Menjaga agar pembangunan sesuai terhadap prinsip pembangunan berkelanjutan.
Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Manfaat AMDAL bagi Pemrakarsa.
Menjamin adanya keberlangsungan usaha.
Menjadi referensi untuk peminjaman kredit.
Interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar untuk bukti ketaatan
hukum.

Manfaat AMDAL bagi Masyarakat


Mengetahui sejak dari awal dampak dari suatu kegiatan.
Melaksanakan dan menjalankan kontrol.
Terlibat pada proses pengambilan keputusan.
2.2

Tinjauan Teoritis

ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN (ADKL) Prof. Mukono

PERLUNYA ADKL DIJADIKAN PROGRAM KESEHATAN

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia diperlukan tingkat kesehatan manusia yang optimal. Oleh sebab itu
untuk menjamin kualitas sumber daya manusia dalam segi kesehatan agar mampu
berkompetisi diperlukan suatu perencanaan program kesehatan dan perlindungan
hukum yang memadai.

Perlindungan terhadap lingkungan hidup dari rencana usaha kegiatan ditetapkan


melalui UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini
tercermin bahwa setiap rencana usaha/kegiatan yang mempunyai dampak penting
wajib dilengkapi dengan suatu AMDAL. Di dalam Undang-undang lingkungan hidup
dan pedoman pelaksanaannya secara jelas belum nampak ketentuan perundangan
terhadap analisis dampak pada kesehatan masyarakat/ kesehatan lingkungan.

Telah diketahui bahwa derajat kesehatan individu/masyarakat tergantung kepada


kondisi Host (individu), agent (penyebab penyakit), dan environment
(lingkungan). Dengan demikian apabila terjadi perubahan lingkungan menjadi jelas
disekitar manusia, maka akan terjadi pula perubahan pada kondisi kesehatan
masyarakat dan kesehatan lingkungan masyarakat tersebut. Dengan demikian
maka studi analisis mengenai dampak lingkungan yang idealnya melindungi
masyarakat, memasukkan pula metode analisis dampak kesehatan lingkungan
(ADKL). (WHO Ditjen PPM & PL, 2005)

Perlunya ADKL pada perlindungan terhadap lingkungan hidup dari rencana


usaha/kegiatan dijelaskan pula oleh organisasi kesehatan dunia (WHO). Pertemuan
WHO pada tahun 1987 di Copenhagen yang bertema Health and Safety
Component of Environmental Inpact Assessment menyatakan bahwa perlunya

model Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan(Environmental Health Inpact


Assessment/EHIA) untuk memadukan program analisis kesehatan dengan analisis
dampak lingkungan yang lebih menekankan komponen kesehatan.

Majelis Kesehatan Sedunia (World Health Assembly) pada tahun 1981


mencanangkan strategi sehat untuk semua di tahun 2000. Pada tahun 1986,
strategi tersebut diteruskan dengan Ottawa Charter yang merupakan hasil
keputusan dari : International Conference on Health Promotion.Pandangan WHO
tersebut dapat disebut sebagai konsep baru kesehatan masyarakat. Konsep
tersebut menyatakan bahwa :

Keadaan yang mendasar dan sumber untuk kesehtan adalah keadaan damai,
pemukiman, pangan, pendidikan, pendapatan, ekosistem yang seimbang, sumber
daya alam yang meningkat pemanfaatannya, keadilan sosial dan pemerataan aspek
kehidupan. (WHO Ditjen PPM & PL, 2005)

Apabila dicermati, konsep oleh WHO tersebut mengutamakan padapencegahan


penyakit. Konsep pencegahan penyakit akan memberikan implikasi prediksi dan
analisis tentang dampak negatif kegiatan pembangunan terhadap kesehatan. Pada
saat itu, badan dunia tersebut menyatakan bahwa komponen kesehatan lingkungan
sering diabaikan dalam proses analisis dampak lingkungan. Dengan keadaan
tersebut, WHO menekankan tentang perlunya penelitian dampak kesehatan
lingkungan pada proyek pembangunan.

Pada tahun 1986, kelompok kerja WHO memantapkan empat prinsip dasar yang
berhubungan dengan analisis dampak lingkungan, yaitu :

1) Kesehatan masyarakat yang terkena dampak pembangunan merupakan salah


satu pertimbangan penting dan mendasar dalam menyusun perencanaan, kebijakan
dan pelaksanaan proyek pembangunan.

2) Dampak kesehatan masyarakat yang mungkin timbul sebagai akibat dari


pelaksanaan program pembangunan harus lebih mendapat perhatian.

3) Analisis dampak lingkungan (ANDAL) harus dapat memberikan informasi yang


tepat tentang dampak kesehatan dari pembangunan sebuah proyek.

4) Informasi lengkap perihal dampak kesehatan tersebut harus disampaikan kepada


masyarakat.

KONSEP KETERPADUAN ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN


Untuk menelaah kedua konsep yaitu Analisis Dampak Lingkungan dan Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan diperlukan rincian kerangka dasar model dari kedua
konsep tersebut.

Menurut Brown dan Mc. Donald (1988) kerangka dasar dari Analisis Dampak
Lingkungan adalah sebagai berikut :

Bagan I

Kerangka Dasar Analisis Dampak Lingkungan

Pengumpulan data dasar : rincian tentang kondisi lingkungan pada saat ini dan
masa mendatang untuk bahan masukan perencanaan pembangunan.
Identifikasi dampak
: identifikasi dampak yang mungkin timbul dan
pemilihan prioritas dampak untuk analisis yang lebih rinci, dengan cara check
list.
Prediksi

melakukan prakiraan besarnya perubahan yang terjadi .

Evaluasi
: pentingnya perubahan yang terjadi untuk tingkat nasional
khususnya beberapa hal yang berhubungan dengan tujuan nasional di bidang sosial
ekonomi.
Mitigasi

mengurangi dampak negatip dan memaksimalkan dampak positip.

Komunikasi : menyebarluaskan macam, kualitas dan kuantitas dampak yang


mungkin terjadi kepada masyarakat dan lembaga terkait.
Pemantauan : melakukan pengukuran dan memberikan umpan balik tentang
dampak pembangunan.
Sumber : (D. G. Mc Donald, 1988)

Bagan II

Model Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

Rincian Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan, adalah analisis :a.dampak secara


langsung terhadap parameter lingkunganb.dampak tidak langsung terhadap
parameter lingkunganc.parameter lingkungan yang berhubungan dengan
kesehatand.adanya peningkatan pemaparan
e.adanya peningkatan populasi berisiko tinggi

f.dampak kesehatan (angka kesakitan dan kematian)

Sumber : (D. G. Mc Donald, 1988)

Pada bagan I dan bagan II tampak ada kalimaat yang isi dan maknanya
mengandung kesesuaian

Pada tahap analisis dampak kesehatan lingkungan langsung dan tidak langsung
seperti yang tertulis dalam ad a dan ad b (bagan II) ada kesesuaian dengan tahap
pengumpulan data dasar seperti yang tertulis pada bagan I. Sedangkan identitas
parameter lingkungan seperti yang tertulis dalam ad c (bagan II) ada kesesuaian
dengan proses identifikasi dampak pada bagan I, yaitu proses identifikasi dampak
lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan. Selanjutnya proses
analisis adanya peningkatan pemaparan pada ad d (bagan II), merupakan
komponen analisis pemaparan pada masyarakat yang terkandung di dalam seluruh
proses analisis dampak kesehatan lingkungan.

Prakiraan adanya peningkatan pemaparan tergantung dari metode yang digunakan


misalnya dengan metode bagan alir. Sedangkan prakiraan tentang adanya
peningkatan populasi risiko tinggi (high risk) digunakan misalnya dengan metode
risk analysis. Prakiraan tentang tingkat morbiditas dan mortalitas, perlu data
bidang kesehatan dari Rumah Sakit/Puskesmas dan hal ini sering terabaikan dalam
proses analisis dampak lingkungan.

Pada bagan I dan II nampak kedua model tersebut baik analisis dampak lingkungan
dan analisis dampak kesehatan lingkungan penekanannya masih terbatas pada
environmental illness (sakit karena faktor lingkungan) dan belum banyak
menjamah permasalahan quality of life (kualitas hidup). Dengan demikian maka
proses analisis yang baik harus melibatkan analisis dampak kesehatan lingkungan
secara menyeluruh termasuk komponen sosial-ekonomi-kesehatan. (D. G. Mc
Donald, 1988)

Komponen yang berhubungan dengan faktor fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomikesehatan adalah sebagai berikut :

Kualitas lingkungan fisik, kimia dan biologi termasuk kualitas udara, air, kebisingan
dll.
Kualitas diet, sebagai sumber informasi adalah ilmu gizi dan kedokteran.
Kualitas penyakit dan kesehatan jiwa, harus bersumber dari ilmu kedokteran,
biologi, psikiatri dan psikologi.
Kualitas pekerjaan dan jaringan masyarakat bermuara pada disiplin ekonomi,
sosiologi, dan antropologi.
Kualitas pemukiman dan aksesibilitas bersumber pada ilmu geografi, perencanaan
dan arsitektur.
BERBAGAI KEGIATAN DENGAN ISSUE POKOK DAMPAK
KESEHATAN

Berbagai kegiatan yang menimbulkan dampak penting terhadap kesehatan


lingkungan antara lain :

Kegiatan bidang kesehatan


Kegiatan bidang ini berpotensi memiliki dampak terhadap kesehatan antara lain
berasal dari Rumah Sakit baik Rumah Sakit Umum maupun Rumah Sakit
Spesialistik. Sumber pencemar dari kegiatan ini antara lain sisa operasi dan
buangan limbah terinfeksi yang dapat menularkan penyakit melalui kuman parasit
atau vektor. Kegiatan lainnya seperti laboratorium klinik, mikrobiologi kesehatan,
industri farmasi, industri makanan kesehatan dan alat-alat kesehatan.

Kegiatan bidang industri


Kegiatan bidang industri sering merupakan sumber masalah gangguan terhadap
kesehatan lingkungan. Kegiatan bidang industri, dipengaruhi oleh beberapa faktor
lain, jenis produk, bahan baku, proses maupun jenis limbah sendiri. Dengan
demikian, kegiatan bidang industri akan mengeluarkan limbah cair, limbah
gas/partikel dan limbah padat.

Menurut World Health Organization, World Bank dan United Nations Enviromental
Program kelompok industri yang berpotensi menimbulkan bahaya terhadap
kesehatan adalah sebagai berikut :

a)Industri Pertanian, Kehutanan, dan Makanan

Kegiatan industri ini memiliki potensi dampak terhadap kesehatan masyarakat,


karena mengeluarkan limbah dari bahan-bahan kimia dalam proses produksinya.
Disamping itu juga kemungkinan adanya parasit dan mikroba pada limbah industri
makanan.

b)Industri Ekstraksi Mineral (tidak termasuk hidrokarbon)

Penambangan ini memungkinkan berkembangnya vektor dan parasit pada lubang


bekas galian (quary) yang tergenang air, sehingga menimbulkan bahaya terhadap
kesehatan masyarakat.

c)Industri Logam

Kegiatan industri ini meliputi besi, metalurgi non-besi, pengerjaan logam yang
mengeluarkan bahan kimia lainnya. Limbah berpengaruh secara kronis terhadap
kesehatan masyarakat.

d)Industri Energi

Jenis industri ini dapat dilihat pada kegiatan Pertambangan dan Energi. Dapat
mengeluarkan limbah cair, gas, suhu panas (meningkatkan suhu air laut).

e)Pengolahan hasil Mineral bukan Logam

Kegiatan industri ini meliputi antara lain bahan konstruksi, keramik, gelas, dan
asbestos. Pengaruh industri ini adalah gangguan terhadap pernafasan secara
kronis.

f)Industri kimia dan idustri yang terkait

Macam industri ini sangat beragam dari industri bukan bangunan, fotografi sampai
biosida. Limbah yang dihasilkan merupakan bahan kimia berbahaya dan beracun
(BBB) yang dapat menimbulkan dampak kronis maupun akut.

g)Industri barang logam, Rekayasa dan Kendaraan

Limbah industri ini mengandung logam berat maupun bahan kimia lainnya yang
menimbulkan bahaya terhadap kesehatan.

h)Industri Tekstil, Kulit, Timber dan Barang Kayu

Limbah industri ini mengandung bahan kimia yang potensial berpengaruh terhadap
perairan dan kesehatan masyarakat/lingkungan.

i)Industri Kertas dan Produknya, Percetakan dan Penerbitan

Limbah industri ini menimbulkan gangguan pernapasan terhadap pekerja maupun


gangguan terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.

j)Pelayanan Medis, Sanitasi dan Laboratorium Kesehatan

Kegiatan kelompok ini masuk dalam bidang kesehatan. Mengeluarkan limbah medis
dan limbah kimia yang mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan.

k)Komersial dan Tempat Umum

Pengaruh yang ditimbulkan antara lain berkembangnya vektor atau parasit pada
limbah padat yang mudah membusuk antara lain kegiatan pasar dan restoran.

Kegiatan Pertambangan dan Energi

a)Pertambangan Minyak dan Gas

Penambangan minyak dan gas mempunyai potensi dampak penting terhadap


kesehatan masyarakat/lingkungan. Menghasilkan limbah gas yang dapat
menurunkan kualitas udara dan limbah cair yang dapat menurunkan kualitas
perairan, serta sangat potensial menimbulkan resiko bagi kesehatan masyarakat
dan lingkungan.

Limbah proses yang mengandung logam berat akan menyebabkan gangguan


kesehatan karena akumulasinya di dalam tubuh melalui makanan.

b)Penambangan Logam, Mineral dan Bahan Radio Aktif

Penambangan logam dan prosesnya akan menimbulkan limbah yang membawa


serta logam berat. Limbah ini akan terakumulasi pada rantai makanan yang
berbahaya bagi kehidupan manusia.

Disisi lain bekas galian/penambangan yang berupa kolam-kolam penambangan


apabila terisi air sangat potensial sebagai habitat vektor yang dapat menularkan
penyakit, antara lain : Malaria dan Demam Berdarah Dengue.

c)Pembangkit Tenaga Listrik

1) Tenaga Panas Bumi

Pengambilan tenaga panas bumi berpotensi untuk menimbulkan gas beracun yang
dapat mengganggu kesehatan masyarakat

2) Bahan Baku Minyak dan Batu Bara

Penggunaan bahan baku dari bahan fosil (Migas dan batu bara) sangat potensial
menyebabkan pencemaran udara berupa limbah emisi gas seperti CO, SO2 dan
partikel yang sangat potensial menimbulkan dampak terhadap kesehatan
masyarakat.

d)Tenaga Nuklir

Pembangkit tenaga nuklir mempunyai potensial untuk mengeluarkan limbah


radioaktif yang akan menimbulkan dampak penting terhadap kesehatan masyarakat
secara luas.

Kegiatan Transmigrasi
a)Cetak Sawah

Pembukaan hutan untuk areal persawahan merupakan areal yang potensial sebagai
media/habitat vektor. Habitat vektor ini potensial menimbulkan dampak penting
terhadap kesehatan dan dapat terjadi secara periodik setiap tahun/setiap musim.

b)Pemindahan Penduduk

Pemindahan penduduk dari daerah asal ketempat yang baru, di dalam interaksinya
sangat potensial sebagai pembawa penyakit/penularan penyakit. Penularan
penyakit ini tidak tergantung dari jumlah manusia yang menularkan tetapi
ditentukan oleh sumber penularan dari salah satu kelompok masyarakat dan lama
waktu penyakit tersebut berjangkit. Potensi dampak ini sangat penting terhadap
kesehatan masyarakat.

Kegiatan Pariwisata
Aktivitas pariwisata secara tidak langsung memiliki potensi terhadap penularan dan
penyebaran penyakit. Interaksi wisatawan lokal maupun dari mancanegara, dari
suatu daerah ke daerah lain, merupakan sumber dampak penting bagi kesehatan
masyarakat baik melalui vektor maupun penularan penyakit secara langsung.

Kegiatan Riset dan Teknologi


Pengembangan bidang riset dan teknologi yang menggunakan bahan-bahan kimia,
radioaktif, maupun mikroba serta mahluk hidup lainnya. Mempunyai dampak yang
sangat potensial terhadap kesehatan. Sebagai contoh adalah laboratorium
biotek/farmasi dikhawatirkan akan menimbulkan resistensi terhadap penyakit atau
timbulnya strain baru.

Penggunaan Tenaga Atom


Penggunaan tenaga atom/radioisotop sangat potensial/menimbulkan dampak
penting terhadap kesehatan dan lingkungan. Paparan radiasi terhadap tubuh
manusia dapat secara langsung atau melalui organisme lain yang terkontaminasi
oleh limbah radioaktif. Semua kegiatan yang memakai bahan radioisotop,
pengawasan keselamatannya dilakukan oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).

Pekerjaan Umum
Pengairan
1) Pembangunan dam Irigasi

Pembangunan untuk irigasi sangat potensial untuk perkembangbiakan vektor dan


penyakit yang berkaitan dengan Water Born Disease. Sebagai contoh adalah
penyakit kaki gajah, malaria dan penyakit muntah-berak.

2) Cetak Sawah

Cetak sawah sangat potensial terhadap perkembangan penyakit yang berkaitan


dengan karakter Water Born Disease (Penyakit disentri, tifus dan muntah-berak).

2) Cetak Sawah

Cetak sawah sangat potensial terhadap perkembangan penyakit yang berkaitan


dengan karakter Water Born Disease (Penyakit disentri, tifus dan muntah-berak).

Cipta Karya
Pembangunan perumahan sangat potensial untuk perkembangbiakan vektor.
Tingkat penularan penyakit akan bertambah karena bertambahnya frekuensi
interaksi antar masyarakat penghuni perumahan.

Bina Marga
Pembangunan jalan sebagai sarana transportasi perlu perhatian berhubung
kaitannya dengan penularan penyakit dari wilayah satu terhadap wilayah lain.

Pertahanan dan Keamanan


Departemen Hankam memiliki industri strategis untuk persenjataan yang berkaitan
dengan unsur fisik-kimia, maupun biologis yang termasuk bahan berbahaya
beracun. Bahan tersebut sangat potensial sebagai sumber dampak penting
terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. (Nurdin, 1981)

Sumber perubahan dapat berupa kegiatan manusia, seperti pabrik, transpotasi,


pemukiman dan dapat pula berupa peristiwa alamiah seperti gunung berapi dan
reaksi kimia alamiah yang terjadi di atmosfer. Komponen lingkungan yang selalu
berinteraksi dengan manusia dan seringkali mengalami perubahan akibat adanya
kegiatan manusia yang berupa proyek/kegiatan adalah : air, udara, makanan,
vektor/binatang penular penyakit, dan manusia itu sendiri. Perubahan dari unsur
tersebut akan mengandung suatu risiko penyakit. Risiko penyakit akan timbul
karena menumpang pada vehicle air, udara, makanan, binatang penular penyakit
(vektor) dan bahkan manusia sendiri. Dengan demikian dalam konsep kesehatan
lingkungan, status kesehatan masyarakat merupakan resultantedari hasil
hubungan interaksi antara masyarakat dengan berbagai komponen lingkungan
seperti air, udara, makanan, vektor/binatang penular penyakit, tanah, dan manusia
itu sendiri yang mengandung berbagai penyebab sakit seperti faktor fisik, kimia dan
biologi.

Masyarakat yang mempunyai risiko tinggi untuk menderita penyakit akibat dari
faktor sumber, perlu dilakukan pengukuran spesimen tubuh manusia. Hasil
pengukuran tersebut sebagai tanda biologis (biological marker) yang dapat
dianggap sebagai bio-indikator. Sebagai contoh tanda biologis adalah pengukuran
merkuri pada kuku, rambut, serta timbal di dalam darah. Apabila kadar logam berat
tersebut melebihi nilai ambang batas, maka merupakan bio-indikator bahwa
manusia tersebut keracunan merkuri atau timbal.

Apabila sudah terjadi kelainan penyakit, dapat dihitung secara epidemiologis.


Prevalensi dari berbagai penyakit akibat interaksi antara masyarakat dengan
sumber penyebab penyakit. (Nurdin, 1981)

METODE ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN


1) Metode pengumpulan data

Pengumpulan data rona lingkungan awal dari aspek potensi kesehatan harus
mengikuti paradigma kesehatan lingkungan.

Rona lingkungan awal dapat berfungsi sebagai dasar prakiraan dampak(basic


prediction of impact) yang mencakup informasi sebagai berikut :

a) Potensi daya dukung(Carrying Capacity)lingkungan


b) Potensi kerawanan/kesehatan masyarakat
c) Informasi kelentingan
Ketentuan Pengumpulan Data

Faktor yang diperhatikan dalam pengumpulan data dalah :

a) Penetapan parameter kunci dan batas wilayah studi.


Parameter kunci (parameter utama) merupakan faktor penting dalam menetapkan
batas wilayah studi, yaitu seberapa luas dampak akan menyebar. Batas wilayah
studi dari suatu rencana kegiatan akan memudahkan dalam menetapkan parameter
penunjang.

b) Penentuan letak dan jumlah sampel


Penentuan letak sampel harus memperhatikan aspek keseluruhan sistem yang
dikaitkan dengan sumber dampak. Sedangkan penentuan jumlah sampel harus
berpedoman pada azas keterwakilan dari unit sistem yang tercakup dalam ruang
batas studi.

c) Intensitas pengambilan sampel


Harus memperhatikan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku
parameter kunci maupun penunjang.

Faktor lingkungan tersebut, antar lain : perubahan musim dan penyinaran,


perubahan suhu dan kelembaban, topografi, geografi serta sistem pembuangan
limbah.

d) Jangka waktu pemeriksaan sampel


Dengan memperhatikan ciri parameter, perlu ditentukan kapan dan berapa lama
batas waktu bagi parameter kimia/biologi/kesehatan harus cepat
diperiksa/dianalisis agar supaya tidak kadaluwarsa.

e) Sistem pengawetan dan fiksasi sampel


Bagi parameter yang tidak memungkinkan untuk secepatnya dianalisis dalam
laboratorium, perlu perlindungan sampel yaitu dengan pengawetan/fiksasi atau
menjaga pada suhu tertentu agar sampel tidak rusak.

f) Kalibrasi instrumen
Kalibrasi instrumen dilakukan agar kepekaan instrumen dipertahankan sehingga
validitas hasil analisis dapat optimal. (Boughey, 1973)

2) Metode dan Teknis Analisis

Kualitas Ambien
Dalam ADKL metode untuk kualitas ambien mencakup beberapa macam, yaitu :

Kualitas air ketiganya dianalisis parameter fisik kimia


Kualitas udara dengan metode analisis spesifik sesuai dengan
Kualitas tanah macam parameternya
Vektor dan Parasit. Dianalisis sesuai dengan parameter
vektor/parasit/mikroba/bakteri dengan metode analisis dan alat sesuai dengan
macam parameter vektor/parasit/mikroba/bakteri.
Makanan dan Gizi.
Dianalisis sesuai dengan parameter makanan/gizi dengan metode pengamatan
yang disesuaikan dengan parameternya. (Boughey, 1973)

Kualitas Kesehatan Manusia


Untuk mendeteksi kualitas kesehatan manusia/masyarakat, dipakai metode yang
tidak invasif (tidak menyakiti). Macam metode tersebut adalah :

1) Metode pemantauan perilaku paparan.

Sebagai contoh : pemasangan film budge dan alpha cellulose pads.

2) Metode pengukuran bio-indikator/petanda biologis.

Sebagai contoh : pengukuran kadar timbal dalam darah.

3) Metode pengukuran/identifikasi kasus.

Dengan cara penentuan dampak kesehatan yang berupa gejala penyakit dan hasil
deteksi yang memakai alat teknik diagnostik.

Metode Analisis
Dilakukan untuk menganalisis data yang mengkaitkan hubungan variabel dengan
menggunakan pendekatan epidemiologi. Beberapa metode analisis epidemiologi
yang sering dipakai adalah :

1) Proporsi atau Rate

Ditunjukkan oleh perbandingan antara jumlah kasus dengan jumlah orang yang
berisiko dalam populasi.

2) Angka Prevalensi

Perbandingan antara jumlah kasus penyakit dengan jumlah populasi pada waktu
tertentu.

3) Angka Insidensi

Perbandingan antara jumlah kasus baru dari penyakit dengan jumlah manusia yang
mempunyai risiko dalam populasi pada periode waktu. (Nurdin, 1981)

INTERPRETASI HASIL ANALISIS

Untuk melakukan interpretasi suatu hasil analisis laboratorium, diperlukan syarat


sebagai berikut :

a) Sistem pengambilan sampel yang benar


b) Cara pewadahan dan pengawetan yang memenuhi syarat
c) Waktu pengiriman sampel ke laboratorium yang optimal
d) Kaitan hasil analisis dan kondisi lingkungan tempat pengambilan sampel harus
proporsional
e) Pengumpulan secara akurat informasi lingkungan yang berhubungan dengan
geologi, vegetasi dan aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi parameter
kualitas kesehatan lingkungan. (Nurdin, 1981)
PRAKIRAAN DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN
Sistem yang dipakai untuk menentukan prakiraan dampak dari parameter
lingkungan terhadap kesehatan masyarakat/ kesehatan lingkungan adalah
pendekatan model dan menggunakan profesional judgement. Pada ADKL dikenal
dua jenis prakiraan dampak, yaitu :

Prakiraan dampak pada parameter ambien.

Prakiraan dampak pada kesehatan manusia.

Prakiraan dampak pada parameter ambien


Kualitas Udara
Sumber tidak bergerak
Untuk menentukan prakiraan besarnya risiko terhadap masyarakatpopulation at
risk dari sebaran emisi gas atau partikel yang keluar dari cerobong pabrik, dipakai
model Gauss. Dengan model Gauss, dapat diketahui prakiraan kadar gas atau
partikel di udara ambien dengan jarak tertentu dari cerobong pabrik.

Sumber bergerak
Untuk menentukan prakiraan besarnya risiko terhadap masyarakatpopulation at
risk dari sebaran pencemaran emisi yang berasal dari kegiatan transportasi dipakai
dengan model Sutton. Dengan model Sutton, dapat diketahui prakiraan kadar gas
atau partikel di udara ambien dengan jarak tertentu dari knalpot atau pusat
transportasi.

Kebisingan
Prakiraan untuk kebisingan dapat diukur memakai model tertentu dengan
menggunakan data yang berasal dari sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.

Kualitas air
Pencemaran badan air dan prakiraan pengaruhnya bagi kesehatan manusia,
dibedakan atas sumber pencemaran yang merusak (degradable) dan yang kurang
merusak (non degradable).

Sumber pencemar yang merusak(degradable)


Sifat racunnya mengganggu secara langsung.

Pendekatan untuk prakiraan luasnya persebaran dampak dipakai model Gulerdan


Dobbins, yaitu : Biological oxigen Demand (BOD) dan Disolved Oxygen (DO).

Sumber pencemar yang kurang merusak(non degradable)


Mempunyai sifat organik dan an-organik. Prakiraan persebaran dampak dalam
badan air, ditentukan oleh faktor sifat dan lama waktu akumulatif, sifat nondegradatif serta hidrodinamika badan air.

Perubahan habitat, vektor dan agen


Prakiraan dampak yang disebabkan oleh perubahan habitat, perkembangan vektor,
dan macam parasit atau mikroba (sebagai agen penyakit) sulit ditunjukkan dengan
model. Dengan demikian prakiraan dapat didasarkan pada fenomena perubahan
sebagai berikut :

Terjadinya perubahan habitat


Memungkinkan timbulnya vektor
Memungkinkan interaksi agen penyakit
Adanya sumber penyakit menular. (Mills, 1995)
Prakiraan Dampak pada Kesehatan Manusia

Prakiraan dampak zat toksis yang masuk kedalam tubuh manusia akan memberikan
efek akut atau kronis dan dipengaruhi oleh :

1.Jenis zat kimia

2.Jalur pemasukan (Route of exposure)

3.Dosis

4.Rata-rata dosis yang masuk (dose rate)

5.Waktu pemaparan (fraction of lifetime exposure)

6.Jenis kelamin

7.Proses biokinetik di dalam tubuh, yang terdiri dari absorbsi, distribusi,


penimbunan, biotransformasi dan waktu eliminasi dari organ

8.Mekanisme keracunan.

Kerangka Teoritis

Pembangunan dan Lingkungan Hidup


Peningkatan usaha pembangunan sejalan dengan peningkatan penggunaan sumber
daya untuk menyokong pembangunan dan timbulnya permasalahan-permasalahan
dalam lingkungan hidup manusia. Pembangunan ini merupakan proses dinamis
yang terjadi pada salah satu bagian dalam ekosistem yang akan mempengaruhi
seluruh bagian. Kita tahu bahwa pada era pembangunan dewasa ini, sumber daya
bumi harus dikembangkan semaksimal mungkin secara bijaksana dengan cara-cara
yang baik dan seefisien mungkin. Dalam pembangunan, sumber alam merupakan
komponen yang penting karena sumber alam ini memberikan kebutuhan asasi bagi
kehidupan. Dalam penggunaan sumber alam tadi hendaknya keseimbangan
ekosistem tetap terpelihara. Acapkali meningkatnya kebutuhan proyek
pembangunan, keseimbangan ini bisa terganggu, yang kadang-kadang bisa

membahayakan kehidupan umat. Kerugian-kerugian dan perubahan-perubahan


terhadap lingkungan perlu diperhitungkan, dengan keuntungan yang diperkirakan
akan diperoleh dari suatu proyek pembangunan. Itulah sebabnya dalam setiap
usaha pembangunan, ongkos-ongkos sosial untuk menjaga kelestarian lingkungan
perlu diperhitungkan. Sedapat mungkin tidak memberatkan kepentingan umum
masyarakat sebagai konsumen hasil pembangunan tersebut.

Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam mengambil keputusan-keputusan


demikian, antara lain adalah kualitas dan kuantitas sumber daya alam yang
diketahui dan diperlukan; akibat-akibat dari pengambilan sumber kekayaan alam
termasuk kekayaan hayati dan habisnya deposito kekayaan alam tersebut.
Bagaimana cara pengelolaannya, apakah secara tradisional atau memakai teknologi
modern, termasuk pembiayaannya dan pengaruh proyek pada lingkungan, terhadap
mem buruknya lingkungan serta kemungkinan menghentikan pengrusakan
lingkungan dan menghitung biaya-biaya serta alternatif lainnya.

Hal-hal tersebut di atas hanya merupakan sebagian dari daftar persoalan, atau
pertanyaan yang harus dipertimbangkan bertalian dengan setiap proyek
pembangunan. Juga sekedar menggambarkan masalah lingkungan yang masih
harus dirumuskan kedalam pertanyaan-pertanyaan konkrit yang harus dijawab.
Setelah ditemukan jawaban-jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan tadi,
maka disusun pedoman-pedoman kerja yang jelas bagi pelbagai kegiatan
pembangunan baik berupa industri atau bidang lain yang memperhatikan faktor
perlindungan lingkungan hidup. (Rohmad, 2001)

Maka dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan sumber-sumber alam yang


dapat diperbaharui, hendaknya selalu diingat dan diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu alam yang masih penuh
sumber kemakmuran untuk dapat memberi kehidupan kepada mereka.
Tetap adanya keseimbangan dinamis diantara unsur-unsur yang terdapat di alam.
Dalam penggalian sumber-sumber alam harus tetap dijamin adanya pelestarian
alam, artinya pengambilan hasil tidak sampai merusak terjadinya autoregenerasi
dari sumber alam tersebut.

Perencanaan kehidupan manusia hendaknya tetap dengan lingkungan dan


terciptanya kepuasan baik fisik, ekonomi, sosial, maupun kebutuhan spiritual.
Selain itu, dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan dan
penggalian sumber daya alam untuk kehidupan harus disertai dengan:

Strategi pembangunan yang sadar akan permasalahan lingkungan hidup, dengan


dampak ekologi yang sekecil-kecilnya. (Rohmad, 2001)

Suatu politik lingkungan se-Indonesia yang bertujuan mewujudkan persyaratan


kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik untuk puluhan tahun yang akan
datang (kalau mungkin untuk selamanya).

Eksploitasi sumber hayati didasarkan tujuan kelanggengan atau kelestarian


lingkungan dengan prinsip memanen hasil tidak akan menghancurkan daya
autoregenerasinya.
Perencanaan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan penghidupan,
hendaknya dengan tujuan mencapai suatu keseimbangan dinamis dengan
lingkungan hingga memberikan keuntungan secara fisik, ekonomi, dan sosial
spiritual.
Usahakan agar sebagian hasil pembangunan dapat dipergunakan untuk
memperbaiki kerusakan lingkungan akibat proyek pembangunan tadi, dalam rangka
menjaga kelestraian lingkungan.

Pemakaian sumber alam yang tidak dapat diganti, harus sehemat dan seefisien
mungkin. (Rohmad, 2001)

2. Pembangunan Berwawasan Lingkungan


Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri dari berbagai daerah,
masing-masing sebagai subsistem yang meliputi aspek sosial budaya, ekonomi dan
fisik, dengan corak ragam yang berbeda antara subsistem yang satu dengan yang
lain, dan dengan daya dukung lingkungan yang berlainan. Pembinaan dan
pengembangan yang didasarkan pada keadaan daya dukung lingkungan akan
meningkatkan keselarasan dan keseimbangan subsistem yang juga berarti
meningkatkan ketahanan subsistem.

Menurut Emil Salim, secara umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala
benda, kondisi, keadaan, dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita
tempati, dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
Sedangkan Soedjono mengartikan lingkungan hidup sebagai lingkungan hidup fisik
atau jasmani yang mencakup dan meliputi semua unsur dan faktor fisik jasmaniah
yang terdapat dalam alam.

Pengertian pembangunan berwawasan lingkungan menurut Pasal 1 butir 13


Undang-Undang No.23 Tahun 1997 adalah upaya sadar dan berencana
menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan
yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.

Mengacu pada The World Commission on Environmental and Development


menyatakan bahwa pembangunan berwawasan lingkungan adalah proses
pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi masa sekarang tanpa
mengesampingkan atau mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam
memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya Holdren dan Erlich dalam Zul Endria(2003)
menyebutkan tentang pembangunan berkelanjutan dengan terpeliharanya Total
Natural Capital Stock pada tingkat yang sama atau kalau bisa lebih tinggi
dibandingkan dengan keadaan sekarang.

Pembangunan berkelanjutan yang dikonsep oleh Stren, While, dan Whitney sebagai
suatu interaksi antara tiga sistem: sistem biologis dan sumberdaya, sistem
ekonomi, dan sistem sosial, yang dikenal dengan konsep trilogi keberlanjutan:
ekologi-ekonomi-sosial. Konsep keberlanjutan tersebut menjadi semakin sulit
dilaksanakan terutama di Negara berkembang.

Menurut Hariyadi sebagaimana dikutip oleh Zul Endria (2003), pembangunan


berwawasan lingkungan memerlukan tatanan agar sumber daya alam dapat secara
berlanjut menunjang pembangunan, pada masa kini dan mendatang, generasi demi
generasi dan khususnya dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
Prinsip pembangunan berkelanjutan mencakup pemikiran aspek lingkungan hidup
sedini mungkin dan pada setiap tahapan pembangunan yang memperhitungkan
daya dukung lingkungan dan pembangunan di bawah nilai ambang batas.
Sejak dilaksanakannya Konferensi Stockholm 1972, masalah-masalah lingkungan
hidup mendapat perhatian secara luas dari berbagai bangsa. Sebelumnya, sekitar
tahun 1950-an masalah-masalah lingkungan hidup hanya mendapat perhatian dari
kalangan ilmuwan. Sejak saat itu berbagai himbauan dilontarkan oleh pakar dari
berbagai disiplin ilmu tentang adanya bahaya yang mengancam kehidupan, yang
disebabkan oleh pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. (Drs. Setiadi
Sukiswo, 2005).

Masalah lingkungan pada dasarnya timbul karena:

Dinamika penduduk
Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang kurang bijaksana.

Kurang terkendalinya pemanfaatan akan ilmu pengetahuan dan teknologi maju


Dampak negatif yang sering timbul dari kemajuan ekonomi yang seharusnya positif.
Benturan tata ruang.
Dengan adanya Stockholm Declaration, perkembangan hukum lingkungan
memperoleh dorongan yang kuat. Keuntungan yang tidak sedikit adalah mulai
tumbuhnya kesatuan pengertian dan bahasa diantara para ahli hukum dengan
menggunakan Stockholm Declaration sebagai referensi bersama. Perkembangan
baru dalam pengembangan kebijaksanaan lingkungan hidup didorong oleh hasil
kerja World Commission on the Environment and Development (WCED).
WCED mendekati masalah lingkungan dan pembangunan dari enam sudut pandang,
yaitu:

Keterkaitan (interdependency) Sifat perusakan yang kait mengkait

(interdependent) diperlukan pendekatan lintas sektoral antar negara.

Berkelanjutan (sustainability)

Berbagai pengembangan sektoral memerlukan sumber daya alam yang harus


dilestarikan kemampuannya untuk menunjang proses pembangunan secara
berkelanjutan. Untuk itu perlu dikembangkan pula kebijaksanaan pembangunan
berkelanjutan dengan wawasan lingkungan.

Pemerataan (equity)

Desakan kemiskinan bisa mengakibatkan eksploitasi sumber daya alam secara


berlebihan, untuk perlu diusahakan kesempatan merata untuk memperoleh sumber
daya alam bagi pemenuhan kebutuhan pokok. Sekuriti dan risiko lingkungan
(security and environmental risk).

Cara cara pembangunan tanpa memperhitungkan dampak negatif kepada


lingkungan turut memperbesar risiko lingkungan. Hal ini perlu ditanggapi dalam
pembangunan berwawasan lingkungan.

Pendidikan dan komunikasi (education and communication)

Penduduk dan komunikasi berwawasan lingkungan dibutuhkan untuk ditingkatkan di


berbagai tingkatan penduduk dan lapisan masyarakat.

Kerjasama internasional (international cooperation) Pola kerjasama internasional


dipengaruhi oleh pendekatan pengembangan sektoral, sedangkan pertimbangan
lingkungan kurang diperhitungkan. Karena itu perlu dikembangkan pula kerjasama
yang lebih mampu menanggapi pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Untuk menganalisis berbagai kendala yang dihadapi dalam pembangunan yang
berwawasan lingkungan, maka dapat digunakan keenam segi penglihatan tersebut
di atas, masalah-masalah tersebut misalnya adalah sebagai berikut; (1) perspektif
kependudukan, pembangunan ekonomi, teknologi dan lingkungan; (2)
pengembangan energi berwawasan lingkungan, termasuk masalah CO2, polusi
udara, hujan asam, kayu bakar, dan konversi sumber energi yang bisa diperbaharui
dan lain-lain; (3) pengembangan industri berwawasan lingkungan, termasuk di
dalamnya masalah pencemaran kimia, pengelolaan limbah dan daur ulang; (4)
pengembangan pertanian berwawasan lingkungan, termasuk erosi lahan,
diversifikasi, hilangnya lahan pertanian, terdesaknya habitat wildlife, (5)
kehutanan, pertanian dan lingkungan, termasuk hutan tropis dan diversitas biologi;
(6) hubungan ekonomi internasional dan lingkungan, termasuk di sini bantuan
ekonomi, kebijaksanaan moneter, kebijaksanaan perdagangan, dan internasional
externalities; dan (7) kerjasama internasional.

Selanjutnya dalam World Summit on Sustainable Development (WSSD) yang


diselenggarakan di Johannesburg, Afrika Selatan tanggal 26 Agustus 4 September
2002 ditegaskan kembali kesepakatan untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan (Sustainable Development) dengan menetapkan The Johannesburg
Declaration on Sustainable Development yang terdiri atas: From our Origins to the
Future From Stockholm to Rio de Janeiro to Johannesburg The Challenge we Face
Our Commitment to Sustainable Development Making it Happen!

Sebagai tindak lanjut ditetapkan pula World Summit Sustainable Development, Plan
of Implementation yang mengedepankan integrasi tiga komponen pembangunan
berkelanjutan yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan
lingkungan sebagai tiga pilar kekuatan. Pada Konferensi Nasional Pembangunan
Berkelanjutan yang dilaksanakan di Yogjakarta tanggal 21 Januari 2004,
Kesepakatan Nasional dan Rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan diterima
oleh Presiden RI dan menjadi dasar semua pihak untuk melaksanakannya. (Drs.
Setiadi Sukiswo, 2005)

Dalam kaitannya dengan hal di atas, menurut Emil Salim terdapat lima pokok ikhtiar
yang perlu dikembangkan dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan
pembangunan yang berwawasan lingkungan, yaitu: Menumbuhkan sikap kerja
berdasarkan kesadaran saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Hakikat
lingkungan hidup adalah memuat hubungan saling kait mengkait dan hubungan
saling membutuhkan antara satu sektor dengan sektor lainnya, antara satu negara
dengan negara lain, bahkan antara generasi sekarang dengan generasi mendatang.
Oleh karena itu diperlukan sikap kerjasama dengan semangat solidaritas.
Kemampuan menyerasikan kebutuhan dengan kemampuan sumber alam dalam
menghasilkan barang dan jasa. Kebutuhan manusia yang terus menerus meningkat
perlu dikendalikan untuk disesuaikan dengan pola penggunaan sumber alam secara
bijaksana.

Mengembangkan sumber daya manusia agar mampu menanggapi tantangan


pembangunan tanpa merusak lingkungan. Mengembangkan kesadaran lingkungan
di kalangan masyarakat sehingga tumbuh menjadi kesadaran berbuat.
Menumbuhkan lembaga lembaga swadaya masyarakat yang dapat
mendayagunakan dirinya untuk menggalakkan partisipasi masyarakat dalam
mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup. (Drs. Setiadi Sukiswo, 2005)

Pengembangan Sistem Pembangunan Berkelanjutan.


Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu standar yang tidak hanya
melindungi lingkungan tetapi juga penting bagi kebijakan lingkungan sebaik
mungkin. Adapun ciri-ciri pembanguan yang berkelanjutan meliputi: Menjaga
kelangsungan hidup manusia dengan cara melestarikan fungsi dan kemampuan
ekosistem yang mendukungnya, secara langsung maupun tidak langsung.
Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dalam arti memanfaatkan sumber
daya alam sebanyak alam dan teknologi pengelolaan mampu menghasilkannya
secara lestari. Memberi kesempatan kepada sektor dan kegiatan lainnya di daerah
untuk berkembang bersama-sama baik dalam kurun waktu yang sama maupun
kurun waktu yang berbeda secara berkelanjutan.
Meningkatkan dan melestarikan kemampuan dan fungsi ekosistem untuk memasok
sumber daya alam, melindungi serta mendukung kehidupan secara terus menerus.
(Drs. Setiadi Sukiswo, 2005).

Menggunakan prosedur dan tata cara yang memperhatikan kelestarian fngsi dan
kemampuan ekosistem untuk mendukung kehidupan baik sekarang maupun masa
yang akan datang. Dalam upaya mendukung tujuan pembangunan yang
berkelanjutan telah dilakukan upaya-upaya memasukkan unsur lingkungan dalam
memperhitungkan kelayakan suatu pembangunan. Unsur-unsur lingkungan yang
menjadi satu paket dengan kegiatan pembangunan yang berkelanjutan akan lebih

menjamin kelestarian lingkungan hidup dan mempertahankan dan/atau


memperbaiki daya dukung lingkungannya. Pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup merupakan bagian dari setiap kegiatan yang berkaitan, baik
secara sektoral maupun regional. Kegiatan itu akan dilaksanakan melalui
pembentukan suatu sistem tata laksana dan tata cara yang dapat memantapkan
kerjasama antar berbagai lembaga. Salah satu lembaga yang dapat dikembangkan
untuk meningkatkan keterpaduan antar sektor dalam pembangunan yang
berkelanjutan ini adalah prosedur AMDAL yang merupakan sistem terpadu antar
sektor yang membimbing dan menilai serta menyerasikan tindak lanjut dari hasil
AMDAL suatu kegiatan di lokasi tertentu. Penyelamatan dan pengelolaan lingkungan
hidup serta proses pembangunan berkelanjutan pada umumnya merupakan suatu
proses pembaruan yang memerlukan wawasan, sikap dan prilaku yang baru yang
didukung oleh nilai-nilai dan kaidah-kaidah. Wawasan ini dapat diperkaya lagi
dengan kearifan tradisional mengenai lingkungan hidup dan keserasian lingkungan
hidup dengan kependudukan. Peran serta masyarakat dalam pembangunan amat
penting pengaruhnya dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna
pembangunan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup. Sumber daya
alam menjadi milik bersama akan lebih terpelihara kelestariannya apabila seluruh
masyarakat memahami dan memeliharanya. (Drs. Setiadi Sukiswo, 2005)

Prinsip -prinsip Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan dilakukan oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara
berkembang dengan maksud untuk menyejahterakan warganya. Tetapi yang
menjadi keprihatinan sekarang adalah adanya desakan semakin keras untuk
melanjutkan pola pembangunan konvensional., terutama di negara berkembang
disebabkan oleh pertambahan penduduk yang semakin banyak dan keinginan
mengatasi kemiskinan yang cukup parah. Untuk mempertahankan fungsi
keberlanjutan dalam meningkatkan kualitas hidup manusia, maka ada beberapa
prinsip kehidupan yang berkelanjutan yang seharusnya diadopsi ke dalam
pembangunan. Imam Supardi merinci prinsip tersebut sebagai berikut:
Menghormati dan memelihara komunitas kehidupan prinsip ini mencerminkan
kewajiban untuk peduli kepada orang lain dan kepada bentuk-bentuk kehidupan
lain, sekarang dan di masa datang. Memperbaiki kualitas hidup manusia
tujuan pembangunan yang sesungguhnya adalah memperbanyak mutu hidup
manusia. Ini sebuah proses yang memungkinkan manusia menyadari potensi
mereka, membangun rasa percaya diri mereka dan masuk kekehidupan yang
bermanfaat dan berkecukupan. Melestarikan daya hidup dan keanekaragaman
bumi.

Prinsip ini menuntut kita untuk:

melestarikan sistem-sistem penunjang kehidupan

melestarikan keanekaragaman hayati


menjamin agar penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui berkelanjutan.
Sumber daya yang tak terbarukan adalah bahan-bahan yang tidak dapat digunakan
secara berkelanjutan. Tetapi umur mereka dapat diperpanjang dengan cara daur
ulang, penghematan, atau dengan gaya pembuatan suatu produk pengganti bahanbahan tersebut. Berusaha untuk tidak melampaui kapasitas daya dukung bumi.
Kapasitas daya dukung ekosistem bumi mempunyai batas-batas tertentu. Sampai
tingkat tertentu ekosistem bumi dan biosfer masih tahan bertahan terhadap
gangguan atau beban tanpa mengalami kerusakan yang membahayakan.
Mengubah sikap dan gaya hidup orang perorang guna menerapkan etika baru untuk
hidup berkelanjutan, kita harus mengkaji ulang tata nilai masyarakat dan mengubah
sikap mereka. Masyarakat harus memperkenalkan nilai-nilai yang mendukung etika
baru ini dan meninggalkan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan falsafah hidup
berkelanjutan. Mendukung kreatifitas masyarakat untuk memlihara lingkungan
sendiri. Menyediakan kerangka kerja nasional untuk memadukan upaya
pembangunan pelestarian. Dalam hal ini diperlukan suatu program nasional yang
dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan yang berkelanjutan. (Drs. Setiadi
Sukiswo, 2005).

Menciptakan kerjasama global. Untuk mencapai keberlanjutan yang global, maka


harus ada kerja sama yang kuat dari semua negara. Tingkat pembangunan di setiap
negara tidak sama. Negara-negara yang penghasilannya rendah harus dibantu agar
bisa membangun secara berkelanjutan.
Kesembilan prinsip diatas, sebetulnya bukan merupakan hal yang baru. Prinsipprinsip tersebut mencerminkan pernyataan-pernyataan yang telah sering muncul
dalam berbagai pemberitaan mengenai perlunya persamaan hak, pembangunan
yang berkelanjutan, dan pelestarian alam. Selanjutnya Sudharto P. Hadi
mengemukakan empat prinsip pembangunan berkelanjutan, yaitu:
1. Pemenuhan kebutuhan dasar baik materi maupun non-materi.
Pemenuhan kebutuhan materi sangat penting karena kemiskinan dipandang baik
sebagai penyebab maupun hasil dari penurunan kualitas lingkungan. Kerusakan
lingkungan menyebabkan timbulnya kemiskinan dan penurunan kualitas hidup,
karena masyarakat tidak lagi memiliki sumber daya alam yang bisa dijadikan aset
untuk menopang kehidupan. Kebutuhan non-materi yang dicerminkan dalam
suasana keterbukaan, bebas dari rasa tertekan, demokratis yang merupakan syarat
penting bagi masyarakat untuk bisa mengambil bagian dalam pengambilan
keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Keikutsertaan masyarakat akan
mampu meningkatkan kualitas keputusan, karena sesungguhnya masyarakat
adalah para pakar lokal dalam arti lebih memahami kondisi dan karakter lingkungan
di sekitar tempat tinggal mereka.adanya kesempatan menyampaikan pendapat
akan menumbuhkan perasaan sebagai part of process.

Pemeliharaan lingkungan.
Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, ada dua prinsip penting yaitu prinsip
konservasi dan mengurangi konsumsi. Pemeliharaan lingkungan hidup sebenarnya
sangat terkait dengan prinsip pemenuhan kebutuhan manusia. Bahkan jika
kerusakan sudah sedemikian parah akan mengancam eksistensi manusia itu
sendiri. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa penyebab pencemaran dan
kerusakan lingkungan adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia
(HAM). Oleh karena itu konservasi dimaksudkan untuk perlindungan lingkungan.
Sedangkan prinsip mengurangi konsumsi bermakna ganda. Pertama, mengurangi
konsumsi ditujukan pada negara maju sehubungan dengan pola konsumsi energi
yang besar yang menyebabkan terjadinya polusi dan penurunan kualitas
lingkungan. Kedua, perubahan pola konsumsi merupakan seruan yang ditujukan
kepada siapa saja (sebagai individu) baik di negara maju maupun di negara
berkembang agar mengurangi beban bumi.

Keadilan sosial.
Berkaitan dengan keadilan, prinsip keadilan masa kini menunjukkan perlunya
pemerataan dalam prinsip pembangunan. Kadilan masa kini berdimensi luas
termasuk di dalamnya pengalokasian sumber dayaalam antara daerah dan pusat.
Sedangkan keadilan masa depan berarti perlunya solidaritas antar generasi. Hal ini
menunjukkan perlunya pengakuan akan adanya keterbatasan (limitations) sumber
daya alam yang harus diatur penggunaannya agar tidak mengorbankan
kepentingan generasi yang akan datang.
4. Penentuan nasib sendiri.

Penentuan nasib sendiri meliputi prinsip terwujudnya masyarakat mandiri dan


partisipatori demokrasi. Masyarakat mandiri (self relient community) adalah
masyarakat yang mampu mengambil keputusan sendiri atas hal-hal yang berkaitan
dengan nasib dan masa depannya. Hal ini termasuk penentuan alokasi sumbersumber daya alam. Sedangkan prinsip partisipatori demokrasi adalah adanya
keterbukaan dan transparansi. Dengan memberikan kesempatan bagi masyarakat
untuk mengambil bagian dalam setiap proses pengambilan keputusan yang
menyangkut nasib mereka maka masyarakat akan merasa menjadi bagian dari
proses sehingga tumbuh rasa memiliki dan pada gilirannya bisa memperoleh
manfaat atas perubahan yang terjadi di sekitar mereka.
Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di atas, akan bisa terwujud jika
didukung oleh pemerintahan yang baik (good governance). Dari uraian tentang
prinsip-prinsip pembangunan berklanjutan di atas, nampak bahwa konsep ini
menghendaki suatu transformasi dalam pola kehidupan dan kelembagaan.

Jika interpretasi tentang pembangunan berkelanjutan termasuk mengurangi


konsumsi dari negara-negara industri, maka agendanya akan meliputi perubahan
perilaku dan gaya hidup. Dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana mendorong
konsumsi barang-barang non material dan jasa daripada energi dan barang-barang
konsumtif. (Aziz Budianta, 2011).

BAB III

PEMBAHASAN DAN HASIL

3.1

Pembahasan

Sejak Tahun 1982 pada Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro, pembangunan


berkelanjutan menjadi tema umum pembangunan di seluruh negara-negara di
dunia. Pembangunan berkelanjutan memadukan tiga pilar pembangunan yaitu
bidang ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup secara proporsioanal. Salah
satu kegiatan yang berkaitan dengan pilar lingkungan hidup adalah melaksanakan
kegiatan Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) atau Environmental
Impact Assessment (EIA).

Kegiatan Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) merupakan kegiatan untuk


menilai suatu kegiatan yang akan dilaksanakan tidak berdampak merugikan
lingkungan (flora, fauna, tanah, air, tataguna lahan, ekonomi, sosial, budaya,
kesehatan masyarakat dan komponen lingkungan lainnya. Kegiatan AMDAL ini
merupakan kegiatan yang sangat penting dan strategis dalam pengelolaan
sumberdaya dan lingkungan dan merupakan bagian penting dalam pembangunan
berwawasan lingkungan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai


Dampak Lingkungan Hidup disebutkan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Di
Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan
memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud
lingkungan hidup di sini adalah aspek fisikkimia, ekologi, sosialekonomi, sosialbudaya, dan kesehatan masyarakat.

Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak


besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelanggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Sejak tahun delapan puluhan, kegiatan AMDAL ini dilaksanakan oleh Pusat Studi
Lingkungan beberapa perguruan tinggi negeri dan beberapa konsultan yang
menggunakan tenaga ahli dari perguruan tinggi.

Walaupun sudah dilaksanakan sejak tahun delapan puluhan, kegiatan AMDAL yang
dilaksanakan oleh Pusat Studi Lingkungan masih mengalami berbagai kendala dan
masalah sehingga mulai tidak optimal, sehingga harus didiskusikan berbagai upaya
untuk mengoptimalkan peran Pusat Studi Lingkungan dalam Penyelenggaraan
AMDAL.

Landasan hukum pelaksanaan AMDAL adalah :

Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup,


Peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL),
Peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran
udara,
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 02 tahun 2000 tentang
panduan penilaian dokumen AMDAL,
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan nomor 08 tahun 2000
tentang keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses AMDAL
Peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air,
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 08 tahun 2006 tentang
pedoman penyusunan AMDAL,
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 11 tahun 2006 tentang jenis
rencana usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL,
Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, diuraikan secara lengkap mengenai Analisis
Mengenai Dampak lingkungan sebagai berikut :

Pengertian Amdal : Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang selanjutnya


disebut Amdal, adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.(Pasal 1
butir 11)
Pasal-pasal yang memuat secara lengkap, disajikan pada tulisan di bawah
Pasal 22

Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan


hidup wajib memiliki amdal.
Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:
besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau
kegiatan;
luas wilayah penyebaran dampak;
intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
sifat kumulatif dampak;
berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 23

Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi
dengan amdal terdiri atas:
pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak
terbarukan;
proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber
daya alam dalam pemanfaatannya;
proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;

pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;


kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan
negara; dan/atau
penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
peraturan Menteri.
Pasal 24

Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 merupakan dasar


penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup.

Pasal 25

Dokumen amdal memuat:

pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;


evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan;
saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau
kegiatan;
prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi jika
rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;
evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk menentukan kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan
rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Pasal 26

Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 disusun oleh pemrakarsa


dengan melibatkan masyarakat.
Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip pemberian informasi
yang transparan dan lengkap serta diberitahukan sebelum kegiatan dilaksanakan.
Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

yang terkena dampak;


pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses amdal.
Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan keberatan
terhadap dokumen amdal.
Pasal 27

Dalam menyusun dokumen amdal, pemrakarsa sebagaimana dimaksud dalam Pasal


26 ayat (1) dapat meminta bantuan kepada pihak lain.

Pasal 28

Penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 27 wajib
memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal.
Kriteria untuk memperoleh sertifikat kompetensi penyusun amdal sebagaimana
dimasud pada ayat (1) meliputi:
penguasaan metodologi penyusunan amdal;
kemampuan melakukan pelingkupan, prakiraan, dan evaluasi dampak serta
pengambilan keputusan; dan
kemampuan menyusun rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Sertifikat kompetensi penyusun amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi penyusun amdal yang ditetapkan
oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan kriteria kompetensi penyusun amdal
diatur dengan peraturan Menteri.
Pasal 29

Dokumen amdal dinilai oleh Komisi Penilai Amdal yang dibentuk oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 30

Keanggotaan Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 terdiri


atas wakil dari unsur:
instansi lingkungan hidup;
instansi teknis terkait;
pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan jenis usaha dan/atau kegiatan
yang sedang dikaji;
pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan dampak yang timbul dari suatu
usaha dan/atau kegiatan yang sedang dikaji;
wakil dari masyarakat yang berpotensi terkena dampak; dan
organisasi lingkungan hidup.
Anggota Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki
lisensi dari Menteri.
Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Penilai Amdal dibantu oleh tim teknis yang
terdiri atas pakar independen yang melakukan kajian teknis dan sekretariat yang
dibentuk untuk itu.
Pakar independen dan sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 31

Berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai Amdal, Menteri, gubernur, atau


bupati/walikota menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 32

Pemerintah dan pemerintah daerah membantu penyusunan amdal bagi usaha


dan/atau kegiatan golongan ekonomi lemah yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup.
Bantuan penyusunan amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa fasilitasi,
biaya, dan/atau penyusunan amdal.
Kriteria mengenai usaha dan/atau kegiatan golongan ekonomi lemah diatur dengan
peraturan perundang-undangan
Pasal 33

Ketentuan lebih lanjut mengenai amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22


sampai dengan Pasal 32 diatur dalam peraturan pemerintah.

Dalam penyelenggaraan AMDAL ada tiga aktivitas utama yang harus dilakukan,
yaitu :

Kegiatan Pelatihan Kompetensi AMDAL,


Kegiatan Penyusunan Dokumen AMDAL
Kegiatan Penilaian Dokumen AMDAL
Kegiatan Pelatihan Kompetensi AMDAL adalah pelatihan yang bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi personil di bidang pelaksanaan studi penyusunan
dokumen AMDAL. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan oleh Lembaga Pelatihan
Kompetensi (LPK). Lembaga pelatihan ini juga melakukan pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi personil di bidang penilaian dokumen AMDAL.

Kegiatan Penyusunan Dokumen AMDAL adalah kegiatan studi untuk melakukan


analisis dampak lingkungan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Lembaga Penyedia Jasa Penyusun
Dokumen AMDAL.

Kegiatan Penilai Dokumen AMDAL adalah kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga
Pengendali Dampak Lingkungan di tingkat Pusat dilaksanakan oleh Kantor Menteri
Negara Lingkungan Hidup, di tingkat propinsi dilaksanakan oleh Badan Pengendali
Lingkungan Propinsi dan di tingkat kabupaten/kota, dilaksanakan oleh Badan
Pengendali Lingkungan Kabupaten/Kota atau Dinas/Instansi yang mengurusi
masalah lingkungan.

Dokumen AMDAL terdiri dari :

Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)


Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
AMDAL digunakan untuk:

Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah


Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan
Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha
dan/atau kegiatan
Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup
Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:

Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL


Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
Masyarakat yang berkepentingan yaitu masyarakat yang terpengaruh atas segala
bentuk keputusan dalam proses AMDAL.
Dari pengalaman dan diskusi-diskuis yang telah dilaksanakan, terasa masih banyak
masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan AMDAL di Indonesia. Masalah tersebut,
antara lain :

Pelaksanaan AMDAL pada suatu proyek pembangunan masih dianggap sebagai


upaya memperlancar proses perizinan.
Keterlibatan masyarakat dalam proses pelaksanaan AMDAL masih sangat terbatas
Masih sangat banyak Konsultan Pelaksana AMDAL yang belum profesional, apalagi
konsultan yang non perguruan tinggi.
Anggauta Tim Penilai Dokumen AMDAL belum memiliki kemampuan yang memadai
untuk menjadi Tim Penilai Dokumen AMDAL.
Pemrakarsa belum memahami dan menghayati pentingnya dan kegunaan AMDAL.
Biaya yang disiapkan untuk melaksanakan AMDAL jumlahnya tidak jelas karena
belum ada ketentuan persentase besarnya biaya pelaksana AMDAL
Biaya pelaksanaan AMDAL dibayarkan langsung oleh Pemrakarsa kepada Konsultan
Pelaksana AMDAL, sehingga mengurangi independensi Konsultan Penilai AMDAL
Belum dimasukkannya masalah tanggap darurat sebagai salah bagian penting
dalam dokumen AMDAL
Prosedur persetujuan dokumen AMDAL masih memerlukan waktu yang sangat lama

Pelaksanaan peraturan perundangan yang berkaitan dengan pelaksanaan AMDAL


masih perlu disempurnakan
Masalah yang dihadapi :

Adanya KEPRES 80 yang membatasi PPLH/PSL menjadi Konsultan Pelaksana AMDAL.


Belum adanya jaringan kerjasama antara PPLH/PSL dalam pelaksanaan AMDAL
Masih banyaknya Konsultan Swasta yang menggunakan tenaga dosen PNS sebagai
Ketua Tim dan atau Anggauta Tim pelaksana AMDAL
Alokasi dana perguruan tinggi ke PPLH/PSL sangat kecil dan terbatas.
Sarana dan prasarana untuk melaksanakan AMDAL yang masih belum memadai
Untuk mengatasi berbagai masalah dan kendala, maka perlu dilakukan berbagai
upaya untuk mengoptimalkan peran Pusat Studi Lingkungan. Upaya yang perlu
dilakukan, antara lain,

Mengusahakan agar pemerintah melakukan revisi KEPRES 80, sehingga PPLH/PSL


mendapat kesempatan yang sama dengan konsultan pelaksana AMDAL non
perguruan tinggi.
Mengusahakan agar pemerintah menyederhanakan prosedur persetujuan AMDAL
Mengusahakan agar pemerintah melakukan akreditasi konsultan pelaksana AMDAL
Membuat jaringan kerjasama antara PPLH/PSL dalam pelaksanaan AMDAL
Mengusahakan agar PPLH/PSL mendapat alokasi dana yang cukup besar dari
perguruan tinggi masing-masing
HUBUNGAN AMDAL TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN

AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) adalah kajian mengenai dampak


besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (UU No. 23 Tahun 1997 Psl 1 ayat (21)

ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan) merupakan suatu pendekatan


dalam kajian kesehatan masyarakat pada sumber dampak, media Lingkungan,
populasi terpajan dan dampak kesehatan yang meliputi kegiatan identifikasi,
pemantauan, dan penilaian secara cermat terhadap parameter lingkungan,
karakteristik masyarakat, kondisi sanitasi lingkungan, status gizi, dan sumber daya
kesehatan yang berhubungan potensi besarnya risiko kesehatan (Kepmenkes
No.872/MENKES/SK/VIII/1997).

Perlunya ADKL dijadikan program kesehatan Konsepsi ADKL pada dasarnya


merupakan model pendekatan guna mengkaji dan atau menelaah secara mendalam
untuk mengenal, memahami, dan meprediksi kondisi dan karakteristik lingkungan
yang berpotensi terhadap timbulnya risiko kesehatan, mengembangkan tatalaksana
pemecahan dan pengelolaan masalah serta upaya mitigasinya yang dilaksanakan
terhadap sumber perubahan, media lingkungan, masyarakat terpajan dan dampak
kesehatan yang terjadi.

Dengan demikian penerapan ADKL dapat dilakukan guna : menelaah rencana usaha
atau kegiatan dalam tahapan pelaksanaan atau pengelolaan kegiatan serta untuk
melakukan penilaian guna menyusun atau mengembangkan upaya pemantauan
maupun pengelolaan guna mencegah, mengurangi atau mengelola dampak
kesehatan masyarakat akibat suatu usaha atau kegiatan pembangunan.

Penerapan ADKL dapat dikembangkan dalam dua hal pokok yaitu sebagai :

Kajian aspek kesehatan masyarakat dalam rencana usaha atau kegiatan


pembangunan baik yang wajib menyusun studi AMDAL, meliputi dokumen :
Kerangka Acuan (KA ANDAL), Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) atau
yang tidak wajib menyusun studi AMDAL, meliputi dokumen RKL dan RPL.
Kajian aspek kesehatan masyarakat dan atau kesehatan lingkungan dalam rangka
pengelolaan kualitas lingkungan hidup yang terkait erat dengan masalah kesehatan
masyarakat.
Konsep keterpaduan ADKL

ADKL merupakan salah satu tugas pokok instansi kesehatan dalam konteks
pencemaran lingkungan. ADKL tidak saja dirancang untuk mengevaluasi dampak
kesehatan, tetapi juga untuk mengidentifikasi populasi yang memerlukan studi atau
tindakan kesehatan masyarakat. Berdasarkan Kep.Menkes Nomor :
872/MENKES/SK/VIII/1997 telaah ADKL sebagai pendekatan kajian aspek kesehatan
meliputi Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak rencana
pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan.
Proses dan potensi terjadinya pemajanan
Potensi besarnya risiko penyakit (angka kesakitan dan angka kematian
Karakteristik penduduk yang berisiko
Sumber daya kesehatan

Telaah tersebut di atas dilakukan dengan pengukuran pada :


a. Sumber dampak atau sumber perubahan (emisi)
b. Media lingkungan (ambien) sebelum kontak dengan manusia
c. Penduduk terpajan (biomaker)
d. Potensi dampak kesehatan

Konsep ADKL mengacu pada Paradigma Kesehatan Lingkungan, yang mencakup 4


simpul pengamatan dinamika perubahan komponen lingkungan yang berpotensi
timbulnya dampak kesehatan masyarakat, yaitu (Ditjend PL, 2002:2-2) ;

Simpul1(sumbernya)
Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian sumber pencemar : emisi untuk
pencemaran udara (mobil, industri, pembangkit listrik dan lain-lain), sumber
penyakit menular (penderita TB, pendrita DBD, penderita malaria, dll). Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam simpul 1 antara lain adalah :
Jenis dan volume kegiatan yang dilakukan di lokasi
Lamanya kegiatan di lokasi
Bahaya fisik yang ada di lokasi
Perubahan-perubahan yang dilakukan baik dalam ukuran maupun bentuk
Kegiatan penanggulangan yang direncanakan dan yang telah dikerjakan.
Laporan pelaksanaan pengendalian mutu
Simpul 2 (media lingkungan)
Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian bila komponen lingkungan tersebut
sudah berada di sekitar manusia seperti konsentrasi parameter pencemaran di
udara, kadar kandungan residu pestisida dalam sayur mayur, bakteri E coli dalam
air minum, dll). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam simpul 2 antara lain :

Riwayat latar belakang


a) Deskripsi lokasi
b) Rona geografik lokal
c) Situasi lokasi dalam kaitannya dengan masyarakat
d) Gambar visual ruang (RUTR, peta topografi, peta udara)
e) Lamanya pencemar telah ada di lokasi

f) Perubahan yang dilakukan, baik dalam ukuran maupun bentuk


g) Kegiatan pembersihan yang direncanakan dan yang telah dikerjakan
Kepedulian kesehatan masyarakat
a) Keluhan terhadap lingkungan yang kotor dan tercemar
b) Gangguan kesehatan ringan maupun berat dan tindakan yang telah dilakukan
untuk mengatasinya baik oleh masyarakat maupun pemerintah
Penduduk
a) Demografi (jumlah & sifat penduduk)
b) Sosio-psikologi
Penggunaan lahan dan sumber daya alam
a) Akses terhadap lokasi dan akses terhadap media tercemar
b) Daerah industri
c) Daerah pemukiman
d) Daerah rekreasi
e) Daerah produksi makanan
f) Penggunaan air pemrukaan
g) Penggunaan air tanah
h) Sarana pemancingan
Pencemaran lingkungan
a) Konsentrasi bahan kimia
b) Inventarisasi B3 (bahan berbahaya & beracun) yang terlepaskan
Jalur penyebaran pencemar di lingkungan
a) Topografi
b) Jenis tanah dan lokasi
c) Permukaan tanah penutup
d) Curah hujan tahunan
e) Kondisi suhu
f) Faktor lain : kecepatan angin
g) Komposisi hidrogeologi dan struktur
h) Lokasi badan air permukaan dan penggunaan badan air

Simpul 3 (tubuh manusia)


Pengamatan dan pengukuran kadar parameter bahan pencemar di dalam tubuh
manusia (dalam darah, urine, rambut, lemak, jaringan, sputum). Hal-hal yang perlu
Diperhatikan dalam hal ini adalah :

Fitrah Pemanjaan
Fitrah pemajanan perlu dicatat secara detil spesifik untuk menjamin teramatinya
adanya asosiasi dan memungkinkan untuk dilakukan inferensi aetologik spesifik.
Variabel harus spesifik sehingga dapat dipisah-pisahkan ke dalam tingkat klasifikasi
pemajanan.

Dosis
Dosis dapat diukur dalam dosis total atau dalam kecepatan pemajanan atau
pemajanan kumulatif. Dosis perlu dinyatakan sehubungan dengan terjadinya
pemajanan pada subyek, apakah dosis ambient dalam interval waktu pendek atau
lama.

Waktu
Setiap pemajanan perlu dijelaskan kapan pemajanan itu terjadi dan kama akhirnya
terhenti dan bagaimana pemajanan itu tersebar selama periode itu (periodic
kontinyu bervariasi)

Dosis representif dan waktu pemanjaan. Dosis representatif umumnya diwakili oleh
tiga macam yaitu pemjanan puncak, pemajanan kumulatif, dan pemajanan ratarata.

Simpul 4 (dampak Kesehatan)


Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian prealensi penyakit menular dan tidak
menular yang ada pada kelompok masyarakat (keracunan, kanker paru, kanker
kulit, penderita penyakit menular, dll). Data terbaik dampak kesehatan adalah
community base, berdasarkan survai, dapat juga dengan data sekunder dari Dinas
Kesehatan, Rumah sakit ataupun Puskesmas. Data tersebut berupa : rekam medis,
data kesakitan & kematian, pencatatan kanker dan penyakit lain, statistik kelahiran
dan data surveilans.

BAB IV

PENUTUP

4.1

Kesimpulan.

Perlindungan terhadap lingkungan hidup dari rencana usaha kegiatan ditetapkan


melalui UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini
tercermin bahwa setiap rencana usaha/kegiatan yang mempunyai dampak penting
wajib dilengkapi dengan suatu AMDAL. Di dalam Undang-undang lingkungan hidup
dan pedoman pelaksanaannya secara jelas belum nampak ketentuan perundangan
terhadap analisis dampak pada kesehatan masyarakat/ kesehatan lingkungan.
Telah diketahui bahwa derajat kesehatan individu/masyarakat tergantung kepada
kondisi Host (individu), agent (penyebab penyakit), dan environment
(lingkungan). Faktor lingkungan merupakan unsur penentu terjadinya sakit/sehat
pada masyarakat. Dengan demikian apabila terjadi perubahan lingkungan menjadi
jelas disekitar manusia, maka akan terjadi pula perubahan pada kondisi kesehatan
masyarakat dan kesehatan lingkungan masyarakat tersebut. Dengan demikian
maka studi analisis mengenai dampak lingkungan yang idealnya melindungi
masyarakat, memasukkan pula metode analisis dampak kesehatan lingkungan
(ADKL)
Perlunya ADKL pada perlindungan terhadap lingkungan hidup dari rencana
usaha/kegiatan dijelaskan pula oleh organisasi kesehatan dunia (WHO). Pertemuan
WHO pada tahun 1987 di Copenhagen yang bertema Health and Safety
Component of Environmental Inpact Assessment menyatakan bahwa perlunya
model Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Inpact
Assessment/EHIA) untuk memadukan program analisis kesehatan dengan analisis
dampak lingkungan yang lebih menekankan komponen kesehatan.
Majelis Kesehatan Sedunia (World Health Assembly) pada tahun 1981
mencanangkan strategi sehat untuk semua di tahun 2000. Pada tahun 1986,
strategi tersebut diteruskan dengan Ottawa Charter yang merupakan hasil
keputusan dari : International Conference on Health Promotion.
Pandangan WHO tersebut dapat disebut sebagai konsep baru kesehatan
masyarakat. Konsep tersebut menyatakan bahwa : Keadaan yang mendasar dan
sumber untuk kesehtan adalah keadaan damai, pemukiman, pangan, pendidikan,
pendapatan, ekosistem yang seimbang, sumber daya alam yang meningkat
pemanfaatannya, keadilan sosial dan pemerataan aspek kehidupan.
4.2

Saran

Dari pihak pemerintah sebagai penanggung jawab dalam pengawasan dan


pemantauan proyek haruslah lebih kritis dalam menilai suatu masalah dan laporan
AMDAL untuk menganalisis kesehatan Lingkungan, karena hal itu akan
mempengaruhi terhadap masyarakat banyak.
Pengadaan tambahan wawasan dan pengetahuan pada masyarakat sekitar tentang
perlu peraturan wajib AMDAL, UKL-Upl, SPPL, dan Audit sehingga dengan tahunya
akan wajib AMDAL maka mereka akan berusaha untuk mencari cara dalam
menghindari bahaya tersebut, secara tidak langsung hal ini akan mengurangi beban
penanggung jawab proyek dalam pengelolaan lingkungan.
Membarikan banyak informasi dan masukkan bagi instansi maupun lembaga
pendidikan dalam upaya peningkatan pemberdaya manusia agar dapat berperan
dan mengawasi proses emplementasi AMDAL sebagai instrumen pengelolaan
lingkungan hidup.
Menambang dan memperluas pengetahuan masrayakat tentang prosedur dan
pernan AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup
sebagai pemerintah khsusmya instansi hendaknya lebih memberikan masukan
kepada pihak terkait dalam prosedur AMDAL lebih tepat dan efektif sehingga
manfaat AMDAL sebagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup dapat di percaya.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F., 2005. Pengaruh Pembangunan Terhadap Masalah Kesehatan

Masyarakat & Metode Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Adrian Sutedi, 2010, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika,
Jakarta.

Aziz Budianta, d. (2011). Perencanaan Pengembangan Wilayah.

Boughey, A. S. (1973). Readings in Man, the Enviroment, and Human Ecology. N.Y. :
MacMillan Pub Cd, Inc, 1-3.

G. Mc Donald, D. J. (1988). The combined effects of pH and trace metals on fish


ionoregulation. In: Acid Series. Society for Experimental Biology Seminar.
Cambridge: Cambridge University Press.
Drs. Setiadi Sukiswo, M. (2005). Model Pendekatan Prakiraan Dampak Lingkungan.
Purwokerto: Diklat AMDAL Aspek Kesehatan Masyarakat.

Fandeli, C (1995), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar dan


Pemapanannya Dalam Pembangunan, edisi revisi, ed. Martopo, S, Liberty,
Yogyakarta.

Mills, C. (1995). An Introduction to Acid Rock Drainage. Seminar on Acid Rock


Drainage at Cordilleran Roundup Vancouver. B.C.

Moh. Erwin, 2011, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan


Lingkungan Hidup, Refika Aditama, Bandung.

Nurdin, H. (1981). Struktur dan Persebaran Penduduk dalam Dasar-Dasar


Demografi. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Otto Soemarwoto, 2001, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gajah Mada


University Press, Yogyakarta.

Hadi, Sudarto., 1997, Aspek Sosial AMDAL. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Raharjo, Mursid, 2007, Memahami AMDAL. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Rohmad, S. (2001). Penyusunan Kerangka Acuan. Jakarta: Pusdiklat Depkes RI.

Siahaan, N. H. (2004 ). Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan Edisi kedua .


Jakarta : Erlangga.

Soemarwoto, Otto, 1996. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Bandung: Gajah


Mada University Pres.

Soemarwoto, O (2004), Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Ed. Ke 10,


Djambatan, Jakarta.

Soemarwoto, O (1989), Analisis Dampak Lingkungan, Cet. Ke 2, Gadjah Mada


University Press, Yogyakarta.

Sudarmanto, Hani, 2001, emantauan dan Evaluasi Pengelolaan Lingkungan, Pusat


Penelitian Lingkunngan Hidup Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. Surabaya.

Sukandarrumidi, 1997. Manajemen Lingkungan dan AMDAL. UGM, Yogyakarta.

Sutrisno, Endang, 2008, Budaya Hukum Masyarakat Dalam melidungi Pencemaran


Lingkungan. Swagati Press. Cirebon .

Wardhana, W.A (2004), Dampak Pencemaran Lingkungan, edisi revisi, Andi ,


Yogyakarta

WHO Ditjen PPM & PL. (2005). Materi teknis langkah-langkah operasional ADKL.
Jakarta : Direktorat PL

WHO Inter-Healt. (1990 ). A Program Against The Disease of Life Style.World Healt
Forum, vol. 11

Apa yang dimaksud dengan AMDAL ? Jelaskan !


Apa saja aspek yang dikaji dalam proses AMDAL ?
Sebutkan dan jelaskan manfaat dari AMDAL ?
Sebutkan empat prinsip dasar yang berhubungan dengan analisis dampak
lingkungan menurut kelompok kerja WHO ?
Sebutkan simpul pengamatan dinamika perubahan komponen lingkungan yang
berpotensi timbul nya dampak kesehatan masyarakat?
Jawab:

1) Metode pengumpulan data

Pengumpulan data rona lingkungan awal dari aspek potensi kesehatan harus
mengikuti paradigma kesehatan lingkungan.

Rona lingkungan awal dapat berfungsi sebagai dasar prakiraan dampak (basic
prediction of impact) yang mencakup informasi sebagai berikut :

a) Potensi daya dukung(Carrying Capacity)lingkungan


b) Potensi kerawanan/kesehatan masyarakat
c) Informasi kelentingan
Apa yang dimaksuddenganADKL ?Jelaskan !
Jawab:

Kualitas Udara
Sumber tidak bergerak
Untuk menentukan prakiraan besarnya risiko terhadap masyarakatpopulation at
risk dari sebaran emisi gas atau partikel yang keluar dari cerobong pabrik, dipakai
model Gauss.

Kebisingan
Prakiraan untuk kebisingan dapat diukur memakai model tertentu dengan
menggunakan data yang berasal dari sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.

Kualitas air
Pencemaran badan air dan prakiraan pengaruhnya bagi kesehatan manusia,
dibedakan atas sumber pencemaran yang merusak (degradable) dan yang kurang
merusak (non degradable).

Perubahan habitat, vektordanagen


Prakiraan dampak yang disebabkan oleh perubahan habitat, perkembangan vektor,
dan macam parasit atau mikroba (sebagai agen penyakit) sulit ditunjukkan dengan
model.

Sebutkanpihak pihak yang terlibatdalam proses AMDAL ?


Jawab:

Pemenuhan kebutuhan dasar baik materi maupun non-materi.


Pemenuhan kebutuhan materi sangat penting karena kemiskinan dipandang baik
sebagai penyebab maupun hasil dari penurunan kualitas lingkungan. Kerusakan
lingkungan menyebabkan timbulnya kemiskinan dan penurunan kualitas hidup,
karena masyarakat tidak lagi memiliki sumber daya alam yang bisa dijadikan aset
untuk menopang kehidupan.
Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, ada dua prinsip penting yaitu prinsip
konservasi dan mengurangi konsumsi. Pemeliharaan lingkungan hidup sebenarnya
sangat terkait dengan prinsip pemenuhan kebutuhan manusia.

Keadilan sosial.
Berkaitan dengan keadilan, prinsip keadilan masa kini menunjukkan perlunya
pemerataan dalam prinsip pembangunan. Kadilan masa kini berdimensi luas
termasuk di dalamnya pengalokasian sumber daya alam antara daerah dan pusat.
Sedangkan keadilan masa depan berarti perlunya solidaritas antar generasi.

Penentuan nasib sendiri.


Penentuan nasib sendiri meliputi prinsip terwujudnya masyarakat mandiri dan
partisi patori demokrasi. Masyarakat mandiri (self relient community) adalah
masyarakat yang mampu mengambil keputusan sendiri atas hal-hal yang berkaitan
dengan nasib dan masa depannya.

Sebutkan yang menjadilandasanmetodeanalisisdampakkesehatanlingkungan?


Sebutkandanjelaskan yang menjadiprakiraandampakpada parameter ambient ?
Sebutkandanjelaskanprinsippembangunanberkelanjutan yang
dikemukakanolehSudharto P. Hadi ?
INDEKS

Brown dan Mc Donald (1988) , 10

Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) , 15

biological marker 17

basic prediction of impact 17

Carrying Capacity 18

Ditjend PL, 2002:2-2 , 43

dose rate 2

Environmental illness 11

Enviromental Impact Analysis ,3

Enviromental Impact Statement; 3

Enviromental Impact Assessment;3

Environmental Health Inpact Assessment/EHIA 8

fraction of lifetime exposure 22

film budge dan alpha cellulose pads.19

habitat wildlife 26

model Gulerdan Dobbins 21

morbiditas 11

mortalitas 11

Model Sutton 21

National Enviromental Policy Act, 1969 ,5

Ottawa Charter 8

population at risk 20

Route of exposure 22

risk analysis 11

Stren, While, dan Whitney , 24

Sudharto P. Hadi , 29

Total Natural Capital Stock 24

vehicle 17

World Summit on Sustainable Development (WSSD) , 26

WHO, (1987), 10

Water Born Disease 15

Zul Endria(2003) , 24

Anda mungkin juga menyukai