Anda di halaman 1dari 8

Tiga Ekor Beruang

Joseph Jacobs
Suatu masa, ada tiga ekor beruang yang tinggal bersama di sebuah rumah yang mereka bangun
sendiri di dalam hutan. Satu beruang berukuran kecil, satu beruang berukuran sedang, dan
satunya lagi berukuran besar. Mereka memiliki setiap mangkuk untuk bubur mereka, sebuah
mangkuk kecil untuk beruang kecil, mangkuk berukuran menengah untuk beruang sedang, dan
mangkuk besar untuk beruang besar. Dan mereka memiliki setiap kursi untuk duduk, sebuah
kursi kecil untuk beruang kecil, kursi berukuran menengah untuk beruang sedang, dan kursi
besar untuk beruang besar. Dan mereka memiliki masing-masing tempat tidur untuk tidur, tempat
tidur kecil untuk beruang kecil, dan tempat tidur berukuran menengah untuk beruang sedang, dan
tempat tidur besar untuk beruang besar.
Suatu hari, setelah mereka telah membuat bubur untuk sarapan mereka, dan menuangkannya ke
dalam bubur mangkuk mereka, mereka berjalan keluar ke dalam hutan sambil menunggu sampai
bubur mereka menjadi dingin agar mulut mereka tidak kepanasan saat memakannya. Dan
sementara mereka keluar berjalan-jalan, seorang gadis kecil bernama Goldilocks kebetulan tiba
di rumah para beruang. Pertama, Goldilocks melihat dari jendela, dan kemudian dia mengintip
dari lubang kunci, dan karena dia tidak melihat siapapun di rumah tersebut, ia pun memutar
pegangan pintu. Kebetulan pintu tersebut tidak dikunci, karena para beruang adalah beruang
yang baik, yang tidak pernah melakukan kejahatan, dan tidak pernah menduga bahwa akan ada
orang yang akan berbuat jahat kepada mereka. Goldilocks lalu membuka pintu dan masuk, dan
ketika dia melihat bubur di atas meja, dia menjadi gembira. Seandainya dia adalah gadis kecil
yang bijaksana, dia akan menunggu sampai beruang pulang, kemudian meminta bubur itu sedikit
dari para beruang sebagai rasa sopan santun, karena mereka adalah beruang yang baik dan
ramah. Tetapi bubur di atas meja tampak begitu menggoda sehingga Goldilocks tidak menunggu
lama lagi untuk memakan bubur tersebut.

Tiga Anak yang Beruntung


Brothers Grimm
Seorang ayah memanggil ketiga puteranya ke hadapannya, lalu dia memberikan putra yang
tertua seekor ayam jantan, kepada putra yang kedua diberinya sebuah sabit, dan yang ketiga
mendapatkan seekor kucing. "Saya sudah tua," katanya, "kematianku sudah dekat dan saya
berharap kalian mendapatkan pelajaran sebelum saya meninggal; saya tidak memiliki uang, dan
sepertinya apa yang saya berikan sekarang kepada kalian, nilainya sangat kecil, tetapi semua
tergantung dari bagaimana kalian memanfaatkannya. Carilah suatu negeri di mana benda-benda
yang saya berikan kepada kalian, tidak pernah dilihat ataupun dikenal oleh penduduk negeri itu.
Disanalah kalian akan mendapatkan kekayaan."
Setelah ayah mereka meninggal, anak yang tertua berangkat bersama ayam jantannya, tetapi
kemanapun dia pergi, penduduk di negeri yang didatangi, sepertinya telah pernah melihat ayam
jantan. Hal itu diketahuinya dengan cara melihat atap-atap rumah yang dihiasi dengan penunjuk
arah angin yang berbentuk ayam, ataupun mendengarkan kokok ayam jantan dari kejauhan. Dan
penduduk di negeri yang dilewati tidak menunjukkan kekaguman kepada ayamnya, sehingga
sepertinya ia tidak akan bisa menjadi kaya di negeri tersebut.
Akhirnya ia tiba di suatu pulau di mana penduduknya tidak tahu dan tidak pernah melihat ayam
jantan, bahkan mereka tidak tahu bagaimana membedakan waktu. Mereka tahu bahwa hari sudah
pagi, atau siang, tetapi di saat malam, apabila mereka tidak tidur, mereka tidak pernah tahu
bagaimana mengetahui waktu.

Singa dan Lebah Pengganggu


Aesop
"Pergilah dari sini, serangga pengganggu!" kata seekor Singa dengan marah pada seekor Lebah
yang terbang berputar-putar di sekeliling kepalanya. Tetapi Lebah itu tidak memperdulikan
kemarahan sang Singa.
"Apakah kamu pikir saya takut kepada kamu yang disebut sebagai Raja Hutan?" kata sang Lebah
dengan mencemoh.
Sang Lebah lalu terbang mendekat ke Singa lalu menyengatnya di hidung. Singa yang marah lalu
mencakar dengan keras ke arah sang Lebah tetapi Lebah yang kecil tersebut tidak dapat dilukai
oleh sang Singa. Sang Lebah lalu menyengatnya berulang-ulang sehingga sang Singa mengaum
keras dengan marah. Akhirnya sang Singa yang sekarang penuh dengan luka-luka kecil bekas
sengatan merasa capai, menghentikan perkelahian dan menyerah kalah.
Sang Lebah lalu terbang menjauh untuk memberitakan kemenangannya ke seluruh dunia, tetapi
sialnya, dia terbang menuju ke sebuah jaringan laba-laba dan terperangkap disana. Akhirnya,
sang Lebah yang telah berhasil mengalahkan singa si Raja Hutan, nasibnya berakhir menjadi
mangsa dari laba-laba kecil.

Biji Pohon Oak Dan Labu


Jean de La Fontaine
Semua yang diciptakan oleh Tuhan adalah sempurna, untuk membuktikannya saya tidak perlu
mengelilingi dunia untuk mencarinya, Saya dapat menemukan kesempurnaan itu di dalam
sebuah labu.
Seorang petani yang tinggal di desa suatu saat berpikir tentang besarnya sebuah labu dan
kecilnya batang dimana labu tersebut tumbuh. "Apa yang Tuhan pikirkan kira-kira ya?" katanya
pada diri sendiri. "Tuhan mungkin menumbuhkan labu tersebut di batang yang kurang sesuai.
Seandainya saya yang menciptakan labu ini, saya akan menumbuhkan dan menggantungnya di
pohon oak. Seharusnya disanalah tempat yang tepat. Buah yang besar, sepantasnya berasal dari
pohon yang besar! sayang sekali!" katanya kepada diri sendiri, "Sebagai contoh, biji pohon oak
ini, yang sekecil jari tangan saya, seharusnya di gantungkan pada batang labu yang kurus ini."
Karena terlalu banyak berpikir dan berangan-angan, petani tersebut menjadi mengantuk dan
berbaring di bawah pohon Oak, dan tidak berapa lama kemudian, dia tertidur dengan pulas.

Dua Belas Orang Pemburu


Brothers Grimm
Pada zaman dulu, ada seorang putra raja yang bertunangan dengan seorang putri yang sangat dia
cintai. Suatu hari, saat mereka duduk berduaan, sang Putra Raja menerima kabar bahwa ayahnya
sedang terbaring sakit. Untuk itulah dia bergegas pulang ke istananya untuk menjenguk ayahnya
sebelum ajalnya tiba.
Jadi sang Putra Raja itu berkata kepada kekasihnya, "Aku harus pergi dan meninggalkan kamu,
tetapi ambillah cincin ini dan pakailah untuk mengenangku, dan ketika aku menjadi raja, aku
akan kembali ke sini dan menjemputmu ke istanaku."
Lalu dia berkuda untuk pulang ke istana kerajaannya, dan ketika dia sampai, didapatinya
ayahnya sedang yang sakit keras dan sekarat hampir mendekati ajal.
Raja lalu berkata kepadanya, "Anakku tersayang, aku ingin melihat wajahmu sebelum aku
meninggal. Berjanjilah kepadaku, aku mohon, bahwa kamu akan menikah sesuai dengan
keinginanku," dan dia kemudian menyebutkan nama seorang putri dari kerajaan tetangga yang
sangat menginginkan putra raja tersebut menjadi istrinya.
Karena sangat sedih, sang Pangeran itu tidak bisa memikirkan apa-apa lagi kecuali soal
kesehatan ayahnya yang semakin memburuk. Lalu dia pun menyanggupi permintaan ayahnya.
"Ya, ya, Ayah. Apapun yang Ayah inginkan dari aku, akan aku laksanakan."
Tak lama setelah mendengar kesanggupan putranya, sang Raja pun menutup matanya dan
meninggal dengan tenang. Tidak lama kemudian, setelah masa berkabung telah selesai dan sang
Pangeran dilantik sebagai raja, maka dia merasa harus memenuhi janji yang telah disepakatinya
dengan mendiang ayahnya.

Grethel yang cerdik


Brothers Grimm
Dahulu kala ada seorang tukang masak yang bernama Grethel yang suka memakai sepatu
bertumit merah, yang ketika keluar rumah selalu merasa bebas dan memiliki perasaan yang
sangat baik. Ketika dia kembali ke rumah lagi, dia selalu meminum segelas anggur untuk
menyegarkan diri, dan ketika minuman anggur tersebut memberi nafsu makan kepadanya, dia
akan memakan makanan yang terbaik dari apapun yang dimasaknya hingga dia merasa cukup
kenyang. Untuk itu dia selalu berkata "Seorang tukang masak harus tahu mencicipi apapun".
Suatu hari tuannya berkata kepadanya "Grethel, saya menunggu kedatangan tamu pada malam
ini, kamu harus menyiapkan sepasang masakan ayam".
"Tentu saja tuan" jawab Grethel. Lalu dia memotong ayam, membersihkannya dan kemudian
mencabuti bulunya, lalu ketika menjelang malam, dia memanggang ayam tersebut di api hingga
matang. Ketika ayam tersebut mulai berwarna coklat dan hampir selesai dipanggang, tamu
tersebut belum juga datang.
"Jika tamu tersebut tidak datang cepat" kata Grethel kepada tuannya, "Saya harus mengeluarkan
ayam tersebut dari api, sayang sekali apabila kita tidak memakannya sekarang justru pada saat
ayam tersebut hampir siap." Dan tuannya berkata dia sendiri akan berlari mengundang tamunya.
Saat tuannya mulai membalikkan badannya, Grethel mengambil ayam tersebut dari api.

Kakak beradik
Andrew Lang
Seorang anak laki-laki menarik tangan adik perempuannya dan berkata: "Lihat, kita tidak pernah
merasakan kebahagiaan semenjak ibu kita meninggal. Ibu tiri kita selalu memukuli kita setiap
hari, dan kita tidak berani berada di dekatnya karena dia selalu menendang kita untuk menjauh
darinya. Kita tidak pernah dapat makanan yang baik kecuali remah-remah dan sisa-sisa roti.
Seandainya saja ibu kita masih hidup dan tahu semua penderitaan kita ini! Mari ikutlah
denganku, mari kita tinggalkan rumah ini."
Lalu kakak beradik itupun meninggalkan rumah ibu tirinya, berjalan seharian penuh, dan saat
hujan turun dengan deras adik perempuannya berkata: "Surga dan hati kita menangis bersama."
Menjelang malam, mereka tiba di sebuah hutan yang besar, dan mereka merasa sangat kelelahan
dan kelaparan setelah berjalan jauh. Mereka menemukan satu celah di pohon yang berlubang dan
masuk ke celah pohon tersebut dan jatuh tertidur dengan cepat.
Pagi harinya, ketika mereka bangun, matahari bersinar terang dan membawa kehangatan,
kakaknya berkata:
"Saya sangat haus, adik kecilku; Jika saja saya bisa menemukan air sungai, saya akan
meminumnya disana. Saya serasa mendengarkan aliran sungai di dekat sini." Dia lalu melompat
bangun, menarik tangan adik perempuannya dan mencari-cari anak sungai tersebut.
Saat itu ibu tirinya yang sebenarnya adalah seorang penyihir, tahu bahwa kedua anak tirinya
telah lari meninggalkan rumah. Dia kemudian diam-diam mengejar mereka. Ketika tahu bahwa
mereka kehausan, dia lalu memberi mantra sihir pada semua aliran air yang ada di hutan.
Saat kakak beradik itu menemukan sebuah anak sungai yang bening, sang Kakak langsung ingin
meminumnya, tetapi saat itu adik perempuannya mendengar bisikan: "Siapa yang meminumku
akan berubah menjadi harimau! siapa yang meminumku akan berubah menjadi harimau!"

Keledai yang Pongah


Aesop
Seekor keledai beristirahat dalam jangka waktu yang cukup lama dan banyak menerima makanan
yang baik. Karena itu dia merasa sangat kuat, berjingkrak-jingkrak dengan angkuh, dan
mengangkat kepalanya tinggi-tinggi.
"Ayah saya pasti dulunya adalah kuda balapan," katanya. "Aku bisa merasakannya dengan jelas."
Hari berikutnya, majikannya mulai mempekerjakannya dengan keras dan malam itu dia menjadi
sangat kecapaian dan sedih.
"Saya salah," katanya. "Ayah saya hanyalah seekor keledai."

Anda mungkin juga menyukai