Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN
Pada praktikum Makropaleontologi acara Echinodermata hari Kamis, 30 Oktober
2014 pukul 15.30-17.30 di Gedung Pertamina Sukowati Universitas Diponegoro
dilakukan pengamatan terhadap tiga buah fosil peraga. Pengamatan yang
dilakukan meliputi deskripsi fisik, taksonomi, interpretasi umur geologi,
lingkungan hidup, serta lingkungan pengendapannya.
2.1. Pembahasan Fosil Nomor Peraga BR-6
Fosil dengan nomor peraga BR-6 ini memiliki dimensi ukuran 6 9 18
cm. Memiliki kenampakan berupa bodi bagian keras yang utuh sehingga
tergolong fosil bodi utuh dari jenis pemfosilan pengawetan bagian keras
organisme.
Fosil ini berasal dari organisme avertebrata bertubuh lunak yang
memiliki cangkang simetri tidak setangkup dan pedikel yang berfungsi
sebagai lengan sekaligus kakinya, sehingga tergolong filum brachiopoda.
Cangkangnya memiliki gigi pertautan dan garis pertautan sehingga termasuk
kelas artikulata. Dilihat dari bentuk cangkangnya, kemungkinan hewan ini
termasuk ordo spiriferida, serta famili mucrospirifidae.
Hewan ini memiliki kenampakan morfologi (kenampakan fisik bagian
luar tubuh) antara lain: garis pertumbuhan yang disebut growth line, bagian
tertinggi dari cangkang yaitu umbo, tempat melekatnya pedikel yang disebut
pedicle foramen, cangkang bagian atas (pedicle valve), cangkang bagian
bawah (brachial valve), dan garis pertautan yang lurus (straight hinge line)
Hewan ini memiliki bentuk cangkang tampak pipih sehingga shell shapenya
tergolong alate, dan tampak samping yang sama-sama cembung sehingga
tergolong biconvex. Sedangkan anatominya (kenampakan bagian dalam
tuguh) yaitu hewan ini memiliki organ-organ antara lain: ganglion, brachium,
mulut, kelenjar gonad, otot diduktor & aduktor, usus halus, jantung, perut,
nefridium, serta jaringan pedikel.

Organisme ini hidup sebagai bentos (hidup di dasar laut)


dan menambatkan tubuhnya disana, tidak dapat bergerak
bebas (bentos sesil). Hewan ini mencari makan secara
langsung dengan memakan plankton, dan hewan-hewan kecil
6

lai, sedangkan secara langsung, hewan ini menggunakan


lophopor untuk menyaring oksigen dan makanan yang ada
air. Reproduksi terjadi secara seksual pertilisasi eksternal.

Organisme ini awalnya hidup di laut dangkal yang


merupakan zona laut yang paling sesuai bagi organisme
untuk hidup, tepatnya di zona neritik yang merupakan zona
laut paling banyak mengandung nutrisi dan cahaya serta
suhu di laut yang cukup karena memang zona neritik adalah
batas terakhir zona fotik (zona kedalaman matahari dapat
masuk) hingga kedalaman 150 mdpl. Untuk kelas artikulata
yang memiliki cangkang bersifat karbonatan semakin
menguatkan bahwa dulunya hewan ini hidup dan
berkembang di laut dangkal. Namun kenudian organisme ini
mati oleh suatu penyebab, yang bisa juga disebabkan oleh
adanya kepunahan massal di waktu lampau. Organisme yang
telah mati tersebut kemudian langsung terawerkan oleh
sedimen yang ada di laut dangkal yag menyebabkannya lebih
resisten dari pembusukan dan kehancuran, hingga kemudian
dalam waktu yang lama perlahan-lahan berubah menjadi
fosil.

Organisme ini diketahui mulai hidup pada zaman Kapur


dan masih dapat ditemukan hingga saat ini. Organisme ini
hidup di laut dangkal hingga agak dalam yang memiliki
kondisi paling sesuai untuk hidup diantaranya suhu air laut
yang hangat, banyaknya sumber makanan seperti plankton
7

dan hewan laut kecil lain. Salinitas pada zona laut ini cukup
tinggi akibat intensitas penguapan air laut yang juga tinggi.
Hewan ini sudah hidup sejak zaman ordovisan hingga
jurassic sekitar 135 sampai 180 juta tahun yang lalu. Iklim
yang paling cocok untuk tinggal hewan ini adlah di iklim
tropis sekitar lintang 0 - 23,5.

Fosil dari hewan ini mati dan kemudian terendapkan di


lingkungan laut melalui mekanisme pengawetan bagian keras
organisme. Ketika hewan ini mati, ia langsung terkena
perlindungan deposit sedimen yang ada di laut dangkal
sehingga hewan ini dapat bertahan dari pembusukan dan
kehancuran yang akan terjadi hingga akhirnya perlahan-lahan
dalam waktu lama akhirnya hewan ini berubah menjadi fosil.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan meliputi
kenampakan fisiknya yang kemudian dicocokkan dengan data
yang ada maka dapat disimpulkan bahwa organisme ini
merupakan organisme filum Brachiopoda, kelas Artikulata,
ordo Spiriferidae, famili Mucrospirferidae dan memiliki nama
Mucrosperifer mucronatus.
2.2. Pembahasan Fosil Nomor Peraga BR-4
Fosil dengan nomor peraga BR-4 ini memiliki dimensi ukuran 6,5 9
12 cm. Memiliki kenampakan berupa bodi bagian keras yang utuh sehingga
tergolong fosil bodi utuh dari jenis pemfosilan pengawetan bagian keras
organisme.
Fosil ini berasal dari organisme avertebrata bertubuh lunak yang
memiliki cangkang simetri tidak setangkup dan pedikel yang berfungsi
sebagai lengan sekaligus kakinya, sehingga tergolong filum brachiopoda.
Cangkangnya memiliki gigi pertautan dan garis pertautan sehingga termasuk
kelas artikulata. Dilihat dari bentuk cangkangnya, kemungkinan hewan ini
termasuk ordo terebratullida, serta famili digonella.
8

Hewan ini memiliki kenampakan morfologi (kenampakan fisik bagian


luar tubuh) antara lain: garis pertumbuhan yang disebut growth line, bagian
tertinggi dari cangkang yaitu umbo, tempat melekatnya pedikel yang disebut
pedicle foramen, cangkang bagian atas (pedicle valve), cangkang bagian
bawah (brachial valve), dan garis pertautan yang miring. Hewan ini memiliki
bentuk cangkang tampak bulat oval sehingga shell shapenya tergolong ovoid,
dan tampak samping yang sama-sama cembung sehingga tergolong biconvex.
Sedangkan anatominya (kenampakan bagian dalam tuguh) yaitu hewan ini
memiliki organ-organ antara lain: ganglion, brachium, mulut, kelenjar gonad,
otot diduktor & aduktor, usus halus, jantung, perut, nefridium, serta jaringan
pedikel.

Organisme ini hidup sebagai bentos (hidup di dasar laut)


dan menambatkan tubuhnya disana, tidak dapat bergerak
bebas (bentos sesil). Hewan ini mencari makan secara
langsung dengan memakan plankton, dan hewan-hewan kecil
lai, sedangkan secara langsung, hewan ini menggunakan
lophopor untuk menyaring oksigen dan makanan yang ada
air. Reproduksi terjadi secara seksual pertilisasi eksternal.

Organisme ini awalnya hidup di laut dangkal yang


merupakan zona laut yang paling sesuai bagi organisme
untuk hidup, tepatnya di zona neritik yang merupakan zona
laut paling banyak mengandung nutrisi dan cahaya serta
suhu di laut yang cukup karena memang zona neritik adalah
batas terakhir zona fotik (zona kedalaman matahari dapat
masuk) hingga kedalaman 150 mdpl. Untuk kelas artikulata
yang memiliki cangkang bersifat karbonatan semakin

menguatkan bahwa dulunya hewan ini hidup dan


berkembang di laut dangkal. Namun kenudian organisme ini
mati oleh suatu penyebab, yang bisa juga disebabkan oleh
adanya kepunahan massal di waktu lampau. Organisme yang
telah mati tersebut kemudian langsung terawerkan oleh
sedimen yang ada di laut dangkal yag menyebabkannya lebih
resisten dari pembusukan dan kehancuran, hingga kemudian
dalam waktu yang lama perlahan-lahan berubah menjadi
fosil.

Organisme ini diketahui mulai hidup pada zaman Kapur


dan masih dapat ditemukan hingga saat ini. Organisme ini
hidup di laut dangkal hingga agak dalam yang memiliki
kondisi paling sesuai untuk hidup diantaranya suhu air laut
yang hangat, banyaknya sumber makanan seperti plankton
dan hewan laut kecil lain. Salinitas pada zona laut ini cukup
tinggi akibat intensitas penguapan air laut yang juga tinggi.
Hewan ini sudah hidup sejak zaman ordovisan hingga
jurassic sekitar 135 sampai 180 juta tahun yang lalu. Iklim
yang paling cocok untuk tinggal hewan ini adlah di iklim
tropis sekitar lintang 0 - 23,5.

Fosil dari hewan ini mati dan kemudian terendapkan di


lingkungan laut melalui mekanisme pengawetan bagian keras
organisme. Ketika hewan ini mati, ia langsung terkena

10

perlindungan deposit sedimen yang ada di laut dangkal


sehingga hewan ini dapat bertahan dari pembusukan dan
kehancuran yang akan terjadi hingga akhirnya perlahan-lahan
dalam waktu lama akhirnya hewan ini berubah menjadi fosil.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan meliputi
kenampakan fisiknya yang kemudian dicocokkan dengan data
yang ada maka dapat disimpulkan bahwa organisme ini
merupakan organisme filum Brachiopoda, kelas Artikulata,
ordo Terebratullida, famili Digonella dan memiliki nama
Digonella sp..
2.3. Pembahasan Fosil Nomor Peraga XXX
Fosil dengan nomor peraga XXX ini memiliki dimensi ukuran 13 4
12 cm. Memiliki kenampakan berupa bodi bagian keras yang utuh sehingga
tergolong fosil bodi utuh dari jenis pemfosilan pengawetan bagian keras
organisme.
Fosil ini berasal dari organisme avertebrata bertubuh lunak yang
memiliki cangkang simetri tidak setangkup dan pedikel yang berfungsi
sebagai lengan sekaligus kakinya, sehingga tergolong filum brachiopoda.
Cangkangnya memiliki gigi pertautan dan garis pertautan sehingga termasuk
kelas artikulata. Dilihat dari bentuk cangkangnya, kemungkinan hewan ini
termasuk ordo pentamerida, serta famili pentamerus.
Hewan ini memiliki kenampakan morfologi (kenampakan fisik bagian
luar tubuh) antara lain: garis pertumbuhan yang disebut growth line, bagian
tertinggi dari cangkang yaitu umbo, tempat melekatnya pedikel yang disebut
pedicle foramen, cangkang bagian atas (pedicle valve), cangkang bagian
bawah (brachial valve), dan garis pertautan yang lurus (straight hinge line)
Hewan ini memiliki bentuk cangkang tampak pipih sehingga shell shapenya
tergolong alate, dan tampak samping yang sama-sama cembung sehingga
tergolong biconvex. Sedangkan anatominya (kenampakan bagian dalam
tuguh) yaitu hewan ini memiliki organ-organ antara lain: ganglion, brachium,
mulut, kelenjar gonad, otot diduktor & aduktor, usus halus, jantung, perut,
nefridium, serta jaringan pedikel.

11

Organisme ini hidup sebagai bentos (hidup di dasar laut)


dan menambatkan tubuhnya disana, tidak dapat bergerak
bebas (bentos sesil). Hewan ini mencari makan secara
langsung dengan memakan plankton, dan hewan-hewan kecil
lai, sedangkan secara langsung, hewan ini menggunakan
lophopor untuk menyaring oksigen dan makanan yang ada
air. Reproduksi terjadi secara seksual pertilisasi eksternal.

Organisme ini awalnya hidup di laut dangkal yang


merupakan zona laut yang paling sesuai bagi organisme
untuk hidup, tepatnya di zona neritik yang merupakan zona
laut paling banyak mengandung nutrisi dan cahaya serta
suhu di laut yang cukup karena memang zona neritik adalah
batas terakhir zona fotik (zona kedalaman matahari dapat
masuk) hingga kedalaman 150 mdpl. Untuk kelas artikulata
yang memiliki cangkang bersifat karbonatan semakin
menguatkan bahwa dulunya hewan ini hidup dan
berkembang di laut dangkal. Namun kenudian organisme ini
mati oleh suatu penyebab, yang bisa juga disebabkan oleh
adanya kepunahan massal di waktu lampau. Organisme yang
telah mati tersebut kemudian langsung terawerkan oleh
sedimen yang ada di laut dangkal yag menyebabkannya lebih
resisten dari pembusukan dan kehancuran, hingga kemudian
dalam waktu yang lama perlahan-lahan berubah menjadi
fosil.

12

Organisme ini diketahui mulai hidup pada zaman Kapur


dan masih dapat ditemukan hingga saat ini. Organisme ini
hidup di laut dangkal hingga agak dalam yang memiliki
kondisi paling sesuai untuk hidup diantaranya suhu air laut
yang hangat, banyaknya sumber makanan seperti plankton
dan hewan laut kecil lain. Salinitas pada zona laut ini cukup
tinggi akibat intensitas penguapan air laut yang juga tinggi.
Hewan ini sudah hidup sejak zaman ordovisan hingga
jurassic sekitar 135 sampai 180 juta tahun yang lalu. Iklim
yang paling cocok untuk tinggal hewan ini adlah di iklim
tropis sekitar lintang 0 - 23,5.

Fosil dari hewan ini mati dan kemudian terendapkan di


lingkungan laut melalui mekanisme pengawetan bagian keras
organisme. Ketika hewan ini mati, ia langsung terkena
perlindungan deposit sedimen yang ada di laut dangkal
sehingga hewan ini dapat bertahan dari pembusukan dan
kehancuran yang akan terjadi hingga akhirnya perlahan-lahan
dalam waktu lama akhirnya hewan ini berubah menjadi fosil.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan meliputi
kenampakan fisiknya yang kemudian dicocokkan dengan data
yang ada maka dapat disimpulkan bahwa organisme ini
merupakan organisme filum Brachiopoda, kelas Artikulata,
ordo Pentameridae famili Pentamerus dan memiliki nama
Pentamerus sp..
2.4. Pembahasan Fosil Nomor Peraga BR-W
Fosil dengan nomor peraga BR-W ini memiliki dimensi ukuran 12 7
5 cm. Memiliki kenampakan berupa bodi bagian keras yang utuh sehingga
tergolong fosil bodi utuh dari jenis pemfosilan pengawetan bagian keras
organisme.

13

Fosil ini berasal dari organisme avertebrata bertubuh lunak yang


memiliki cangkang simetri tidak setangkup dan pedikel yang berfungsi
sebagai lengan sekaligus kakinya, sehingga tergolong filum brachiopoda.
Cangkangnya memiliki gigi pertautan dan garis pertautan sehingga termasuk
kelas artikulata. Dilihat dari bentuk cangkangnya, kemungkinan hewan ini
termasuk ordo rynchonellida, serta famili rynchonella.
Hewan ini memiliki kenampakan morfologi (kenampakan fisik bagian
luar tubuh) antara lain: garis pertumbuhan yang disebut growth line, bagian
tertinggi dari cangkang yaitu umbo, tempat melekatnya pedikel yang disebut
pedicle foramen, cangkang bagian atas (pedicle valve), cangkang bagian
bawah (brachial valve), dan garis pertautan yang lurus (straight hinge line)
Hewan ini memiliki bentuk cangkang tampak pipih sehingga shell shapenya
tergolong alate, dan tampak samping yang sama-sama cembung sehingga
tergolong biconvex. Sedangkan anatominya (kenampakan bagian dalam
tuguh) yaitu hewan ini memiliki organ-organ antara lain: ganglion, brachium,
mulut, kelenjar gonad, otot diduktor & aduktor, usus halus, jantung, perut,
nefridium, serta jaringan pedikel.

Organisme ini hidup sebagai bentos (hidup di dasar laut)


dan menambatkan tubuhnya disana, tidak dapat bergerak
bebas (bentos sesil). Hewan ini mencari makan secara
langsung dengan memakan plankton, dan hewan-hewan kecil
lai, sedangkan secara langsung, hewan ini menggunakan
lophopor untuk menyaring oksigen dan makanan yang ada
air. Reproduksi terjadi secara seksual pertilisasi eksternal.

Organisme ini awalnya hidup di laut dangkal yang


merupakan zona laut yang paling sesuai bagi organisme

14

untuk hidup, tepatnya di zona neritik yang merupakan zona


laut paling banyak mengandung nutrisi dan cahaya serta
suhu di laut yang cukup karena memang zona neritik adalah
batas terakhir zona fotik (zona kedalaman matahari dapat
masuk) hingga kedalaman 150 mdpl. Untuk kelas artikulata
yang memiliki cangkang bersifat karbonatan semakin
menguatkan bahwa dulunya hewan ini hidup dan
berkembang di laut dangkal. Namun kenudian organisme ini
mati oleh suatu penyebab, yang bisa juga disebabkan oleh
adanya kepunahan massal di waktu lampau. Organisme yang
telah mati tersebut kemudian langsung terawerkan oleh
sedimen yang ada di laut dangkal yag menyebabkannya lebih
resisten dari pembusukan dan kehancuran, hingga kemudian
dalam waktu yang lama perlahan-lahan berubah menjadi
fosil.

Organisme ini diketahui mulai hidup pada zaman Kapur


dan masih dapat ditemukan hingga saat ini. Organisme ini
hidup di laut dangkal hingga agak dalam yang memiliki
kondisi paling sesuai untuk hidup diantaranya suhu air laut
yang hangat, banyaknya sumber makanan seperti plankton
dan hewan laut kecil lain. Salinitas pada zona laut ini cukup
tinggi akibat intensitas penguapan air laut yang juga tinggi.
Hewan ini sudah hidup sejak zaman ordovisan hingga
jurassic sekitar 135 sampai 180 juta tahun yang lalu. Iklim
yang paling cocok untuk tinggal hewan ini adlah di iklim
tropis sekitar lintang 0 - 23,5.

15

Fosil dari hewan ini mati dan kemudian terendapkan di


lingkungan laut melalui mekanisme pengawetan bagian keras
organisme. Ketika hewan ini mati, ia langsung terkena
perlindungan deposit sedimen yang ada di laut dangkal
sehingga hewan ini dapat bertahan dari pembusukan dan
kehancuran yang akan terjadi hingga akhirnya perlahan-lahan
dalam waktu lama akhirnya hewan ini berubah menjadi fosil.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan meliputi
kenampakan fisiknya yang kemudian dicocokkan dengan data
yang ada maka dapat disimpulkan bahwa organisme ini
merupakan organisme filum Brachiopoda, kelas Artikulata,
ordo Rynchonellida, famili Rynchonella dan memiliki nama
Rynchonella sp..
2.5. Pembahasan Fosil Nomor Peraga BR-3
Fosil dengan nomor peraga BR-3 ini memiliki dimensi ukuran 4 15
12 cm. Memiliki kenampakan berupa bodi bagian keras yang utuh sehingga
tergolong fosil bodi utuh dari jenis pemfosilan pengawetan bagian keras
organisme.
Fosil ini berasal dari organisme avertebrata bertubuh lunak yang
memiliki cangkang simetri tidak setangkup dan pedikel yang berfungsi
sebagai lengan sekaligus kakinya, sehingga tergolong filum brachiopoda.
Cangkangnya memiliki gigi pertautan dan garis pertautan sehingga termasuk
kelas artikulata. Dilihat dari bentuk cangkangnya, kemungkinan hewan ini
termasuk ordo spiriferida, serta famili mucrospirifidae.
Hewan ini memiliki kenampakan morfologi (kenampakan fisik bagian
luar tubuh) antara lain: garis pertumbuhan yang disebut growth line, bagian
tertinggi dari cangkang yaitu umbo, tempat melekatnya pedikel yang disebut
pedicle foramen, cangkang bagian atas (pedicle valve), cangkang bagian
bawah (brachial valve), dan garis pertautan yang lurus (straight hinge line)
Hewan ini memiliki bentuk cangkang tampak pipih sehingga shell shapenya
16

tergolong alate, dan tampak samping yang sama-sama cembung sehingga


tergolong biconvex. Sedangkan anatominya (kenampakan bagian dalam
tuguh) yaitu hewan ini memiliki organ-organ antara lain: ganglion, brachium,
mulut, kelenjar gonad, otot diduktor & aduktor, usus halus, jantung, perut,
nefridium, serta jaringan pedikel.

Organisme ini hidup sebagai bentos (hidup di dasar laut)


dan menambatkan tubuhnya disana, tidak dapat bergerak
bebas (bentos sesil). Hewan ini mencari makan secara
langsung dengan memakan plankton, dan hewan-hewan kecil
lai, sedangkan secara langsung, hewan ini menggunakan
lophopor untuk menyaring oksigen dan makanan yang ada
air. Reproduksi terjadi secara seksual pertilisasi eksternal.

Organisme ini awalnya hidup di laut dangkal yang


merupakan zona laut yang paling sesuai bagi organisme
untuk hidup, tepatnya di zona neritik yang merupakan zona
laut paling banyak mengandung nutrisi dan cahaya serta
suhu di laut yang cukup karena memang zona neritik adalah
batas terakhir zona fotik (zona kedalaman matahari dapat
masuk) hingga kedalaman 150 mdpl. Untuk kelas artikulata
yang memiliki cangkang bersifat karbonatan semakin
menguatkan bahwa dulunya hewan ini hidup dan
berkembang di laut dangkal. Namun kenudian organisme ini
mati oleh suatu penyebab, yang bisa juga disebabkan oleh
adanya kepunahan massal di waktu lampau. Organisme yang
telah mati tersebut kemudian langsung terawerkan oleh
sedimen yang ada di laut dangkal yag menyebabkannya lebih

17

resisten dari pembusukan dan kehancuran, hingga kemudian


dalam waktu yang lama perlahan-lahan berubah menjadi
fosil.

Organisme ini diketahui mulai hidup pada zaman Kapur


dan masih dapat ditemukan hingga saat ini. Organisme ini
hidup di laut dangkal hingga agak dalam yang memiliki
kondisi paling sesuai untuk hidup diantaranya suhu air laut
yang hangat, banyaknya sumber makanan seperti plankton
dan hewan laut kecil lain. Salinitas pada zona laut ini cukup
tinggi akibat intensitas penguapan air laut yang juga tinggi.
Hewan ini sudah hidup sejak zaman ordovisan hingga
jurassic sekitar 135 sampai 180 juta tahun yang lalu. Iklim
yang paling cocok untuk tinggal hewan ini adlah di iklim
tropis sekitar lintang 0 - 23,5.

Fosil dari hewan ini mati dan kemudian terendapkan di


lingkungan laut melalui mekanisme pengawetan bagian keras
organisme. Ketika hewan ini mati, ia langsung terkena
perlindungan deposit sedimen yang ada di laut dangkal
sehingga hewan ini dapat bertahan dari pembusukan dan
kehancuran yang akan terjadi hingga akhirnya perlahan-lahan
dalam waktu lama akhirnya hewan ini berubah menjadi fosil.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan meliputi
kenampakan fisiknya yang kemudian dicocokkan dengan data

18

yang ada maka dapat disimpulkan bahwa organisme ini


merupakan organisme filum Brachiopoda, kelas Artikulata,
ordo Spiriferidae, famili Mucrospirferidae dan memiliki nama
Mucrosperifer thedfordensis.

19

Anda mungkin juga menyukai